GAMBARAN UMUM
Berikut beberapa sertifikat yang diiliki Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarmasin:
Gambar 2.3 Sertifikat Akreditasi Penuh Tingkat Dasar Rumah Sakit
Daerah Idaman Kota banjarbaru
Gambar 2.6 Sertifikat ISO 9001 : 2008 Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru
a. Riwayat Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
Tahun 1961 UKIDA (Usaha Kesehatan Ibu dan Anak)
Tahun 1965 Menjadi BKIA (Badan Kesehatan Ibu Anak)
Tahun 1972 Menjadi Pilot Proyek Rumah Sakit, Rencana Peningkatan
Rumah Sakit tetapi hanya untuk melayani Pemerintah
Daerah setempat
Tahun 1995 Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C (Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor;
140/MENKES/I/1995 milik Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan
Tahun 2004 Penyerahan aset-aset Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
kepada pemerintah Kota banjarbaru
Tahun 2012 Ditetapkan menjadi Badan layanan Umum Daerah (BLUD)
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor
36 tanggal 30 Desember 2011
Tabel 2.1 Riwayat Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
b. Struktur Organisasi
Pengorganisasian adalah peraturan sejumlah personil yang
dimiliki rumah sakit untuk memungkinkan tercapainya suatu tujua
rumah sakit, dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi
dan tanggung jawab (Azwar, 2002). Pola Organisasi Rumah Sakit
Pemerintah pada umumnya sesuai dengan yang tertera dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
1045/MENKES/PER/XI/2006 dan keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2002, tentang pedoman struktur organisasi dan tata
kerja rumah sakit daerah. Struktur organisasi merupakan visualisasi
kegiatan dan pelaksana kegiatan (personal) dalam suatu institusi.
Berdasarkan kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang
maka organisasi dibagi atas organisasi lini, organisasi staf dan
organisasi lini beserta staf.
Berdasarkan Buku Pedoman Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru tentang struktur organisasi yang dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
3. Instalasi Gizi
a. Pengertian
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam
berbagai aspek, diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan
dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan.
Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat
kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya
perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan
pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit
(RS).
Instalasi gizi merupakan unit yang mengelola kegiatan pelayanan
gizi di rumah sakit sebagai wadah untuk melakukan pelayanan
makanan, pelayanan terapi diet dan penyuluhan/konsultasi gizi. Pada
instalasi gizi dilaksanakan pelaynan gizi secara efektif dengan kualitas
yang optimal dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
untuk mengaitkan kesehatan pasien.
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang
terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan
mulai dari bu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (lansia),
memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu
dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan. Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit,
terutama pada pasien dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi
yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual,
muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan Energi
yang tidak adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet
khusus merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di
rumah sakit (Kusumayanti, et all, JICN 2004).
Tujuan dari pelayanan gizi adalah terciptanya sistem pelayanan
gizi rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan
penyakit serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu
pelayanan Bizi di rumah sakit. Tujuan Khusus dari pelayanan gizi
yaitu menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi
dan rawat inap, menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan
gizi dan aman dikonsumsi, menyelenggarakan penyuluhan dan
konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya, serta
menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Makanan merupakan salah satu komponen pentine dalam rantal
penyembuhan pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya
harus, memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti
harus bebas dari komponen-komporien vang menyebabkan penyakit.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan.
Keamanan makanan adalah kondisi dan upava vang diperlukan
untuk mencegan makanan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimiawi dan benda ain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatari, sehingga menjadi hal yang mutlak harus
dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan
yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne
disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau
organisme pathogen.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan
menerapkan jaminan mutu yang berdasarkan keamanan makanan.
Prinsip keamanan makanan meliputi;
a) Good Manufacturing Practices (GMP);
b) Higiene dan sanitasi makanan (Penyehatan Makanan);
c) Penggunaan bahan tambahan makanan.
Upaya tersebut merupakan program dan prosedur proaktif yang
bersifat antisipasi dan preventif, perlu didokumentasikan secara teratur
agar dapat menjamin keamanan makanan.