TERHADAP KESEHATAN
MASYARAKAT
Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber utama
bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi. Mikroorganisme yang terdapat pada
hewan hidup dapat terbawa ke dalam daging segar dan mungkin bertahan
selama proses pengolahan. Banyak hewan-hewan yang disembelih membawa
mikroorganisme seperti Salmonella dan Campylobacter, selain mikrooranisme
yang secara alami terdapat pada saluran pencernaan seperti Clostridium
perfringens, Escherichia coli, Yersinia entercolitica dan Listeria
monocytogenes. Proses pemotongan unggas secara kontinyu, meningkatkan
penularan mikroorganisme dari karkas yang satu ke yang lainnya. Demikian
juga penggilingan daging dalam pembuatan daging cincang dapat
menyebarkan mikroorganisme, sehingga dagin cincang merupakan produk
daging yang beresiko tinggi.
Gastroenteritis parah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama di seluruh dunia dan paling berkontribusi dalam kematian dan
penularan penyakit di Negara berkembang. Salah satu penyebab gastroenteritis
adalah Salmonella. Salmonellosis mungkin adalah penyakit zoonosis yang
tersebar paling luas di seluruh dunia. Salah satu Salmonella yang berperan
penting dalam zoonosis di dunia adalah Salmonella enteritidis. Data surveilans
secara global mengindikasikan insiden infeksi gastroentritis yang disebabkan
oleh Salmonella enteritidis telah meningkat selama beberapa dekade terakhir
(Akhtar et al. 2010).
Salmonella enteritidis secara luas dilaporkan sebagai penyebab utama
food-borne gastroenteritis pada manusia dan telah diisolasi dari kasus pada
manusia. Hewan dan produknya khususnya ayam, daging dan telur merupakan
sumber utama infeksi pada manusia yang diakibatkan oleh patogen ini (Porier
et al. 2008). Saat ini Salmonella enteritidis menjadi serotip yang paling
banyak diisolasi dari makanan dan khususnya bertanggungjawab untuk secara
keseluruhan meningkatnya kasus infeksi salmonellosis pada manusia. Serotip
ini juga paling banyak dihubungkan dengan infeksi Salmonella di seluruh
dunia (Dharmojono, 2001).
Salmonella enteritidis merupakan penyebab penting pada
salmonellosis pada manusia dan hubungannya dengan keracunan makanan
dengan konsumsi telur ayam yang terkontaminasi dan produk unggas.
Salmonella enteritidis merupakan serovar yang paling banyak diisolasi dari
salmonellosis pada unggas dan manusia. Keracunana makanan pada manusia
akibat salmonelosis biasanya dimanifestasikan dengan gastroenteritis yang
dikarakteristikan dengan diare, kram perut dan bakterimia.
B. Tujuan
BAB II
ISI
A. Pengertian
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidis
Salmonella merupakan bakteri yang sensitif panas dimana tidak tahan
pada suhu lebih dari 70 oC. Pasteurisasi pada suhu 71.1 oC selama 15 menit
dapat menghancurkan Salmonella pada susu. Bakteri ini dapat bertahan pada
kondisi dehidrasi dalam kurun waktu yang sama pada feses dan makanan
untuk konsumsi hewan dan manusia.
B. Sumber
F. Cara Penanggulangannya
Prinsip pencegahan dan pengendalian Salmonella enteritidis berbasis
pada perlindungan manusia dari infeksi dan mengurangi prevalensinya pada
hewan. Inspeksi daging dan unggas serta pengawasan pasteurisasi susu dan
produksi telur menjadi hal penting dalam perlindungan terhadap konsumen.
Tindakan pengendalian penting lainnya adalah pendidikan mengenai
penanganan makanan yang tepat, baik pada perusahaan maupun rumah tangga,
tentang memasak yang benar, praktek-praktek pendinginan untuk pangan asal
hewan dan tentang tentang higiene personal dan lingkungan. Higiene personal
seperti tindakan mencuci tangan dalam penanganan makanan dan juga
sebelum mengkonsumsi makanan menjadi hal penting. Terhadap wabah yang
terjadi di restoran di Minnesota menunjukan bahwa pekerja restoran yang
menyajikan makanan menjadi media penyebaran Salmonella enteritidis
kepada pengunjung restoran. Maka penanganan makanan yang tepat termasuk
higiene personal didalamnya menjadi hal penting dalam pencegahan
penyebaran Salmonella enteritidis (Hedican et al 2009).
Pada hewan tindakan yang dapat dilakukan meliputi eliminasi carriers,
control bakteri pada pangan, imunisasi/vaksinasi dan manajemen pengelolaan
ternak yang tepat dan peternakan unggas. Peningkatan jumlah kasus manusia
akibat infeksi Salmonella yang penularannya melalui telur tidak membuat
strategi hanya dilakukan pada penghasil telur/ayam tetapi juga peningkatan
rekomendasi untuk konsumen dalam menangani dan memakan telur dan
produknya.
Penelitian menunjukkan bahwa pembersihan secara intensif dan
penggunaan desinfektan dapat mengurangi keberadaan bakteri tersebut. Telur
seperti juga daging, hasil ternak, susu dan bahan olahan lainnya akan aman
bila diolah dengan baik. Telur ayam akan aman bila disimpan dalam pendingin
(refrigerator) tersendiri dan dimasak serta dikonsumsi segera. Diperkirakan
100 sel S. Enteritidis pada 100 gram telur, akan memudahkan timbulnya
penyakit. Penyimpanan telur pada pendingin secara baik dapat mencegah
perbanyakan bakteri tersebut pada telur, sehingga telur sebaiknya disimpan
pada pendingin, sampai saat akan digunakan. Pemasakan juga akan
mengurangi jumlah bakteri yang ada pada telur, namun putih telur dan kuning
telur yang belum matang, akan berisiko lebih besar menimbulkan infeksi
dibandingkan dengan telur yang telah matang karena S. Enteritidis akan mati
karena pemanasan paling sedikit selama 12 menit pada suhu 66 oC atau 77-83
menit pada suhu 60 oC.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi kontaminasi S.
Enteritidis pada pangan asal hewan antara lain dengan menghindari makan
telur mentah (minuman yang dicampur dengan telur atau jamu, bahan
pembuatan es krim) atau telur setengah matang, menghindari restoran yang
menyediakan makanan dari telur-telur mentah yang tidak dimasak dengan
matang dan tidak dipasteurisasi, apabila terdapat telur-telur yang retak dan
kotor karena feses sebaiknya dibuang dan tidak dianjurkan menyimpan telur-
oC
telur pada temperatur yang panas (40-140 ) selama lebih dari 2 jam.
Memasak secara sempurna telur dan produk olahannya, mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang telur mentah, menggunakan alat-alat
memasak yang telah dicuci bersih (Schlundt et al. 2004). Pengetahuan dan
keperdulian masyarakat terhadap bahaya infeksi Salmonella perlu ditingkatkan
(Partono. 2004).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Salmonella enteritidis adalah salah satu serovar atau serotipe dari
subspesies Salmonella enteritica yang merupakan salah satu emerging foodborne
zoonotic pathogens. Habitat utamanya berada dalam saluran pencernaan hewan
dan manusia tapi dapat ditemukan pada spesies unggas dan dengan mudah dapat
ditularkan ke manusia melalui telur atau daging ayam yang terkontaminasi.
Kontaminasi S. Enteritidis pada telur diketahui dengan dua mekanisme yaitu
melalui induk yang terinfeksi oleh S. Enteritidis atau secara vertikal dan secara
horizontal. Kontaminasi vertikal dikenal juga sebagai kontaminasi transovarial
(transovarial contaminated) dan secara horisontal dari ayam terinfeksi ke ayam
lain atau telur yang terkontaminasi ke telur lainnya.
Dalam meminimalkan risiko infeksi S. Enteritidis pada telur yang akan
dikonsumsi, maka dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Simpan telur pada pendingin
3. Cuci tangan dan rebus peralatan rumah tangga dengan sabun dan air
setelah kontak dengan telur mentah
4. Makan segera telur setelah dimasak dan jangan menyimpan telur matang
pada suhu kamar lebih dari 4 jam