Anda di halaman 1dari 41

RANCANGAN AKTUALISASI

PENINGKATAN PENGETAHUAN
TENTANG PERAWATAN TALI PUSAR
PADA BAYI BARU LAHIR
UPT PUSKESMAS MANGGAR
KABUPATEN BELITUNG TIMUR
DISUSUN OLEH :

DARMIKA C SIMANGUNSONG A.Md. Keb

NIP. 19950617 201902 2 007

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

GOLONGAN II ANGKATAN II KOTA MANGGAR

KABUPATEN BELITUNG TIMUR

BEKERJASAMA DENGAN

BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KABUPATEN BELITUNG TIMUR 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut Undang-Undang No 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (disingkat ASN) adalah profesi bagi
Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian kerja
(PPPK). PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina untuk menduduki jabatan pemerintahan. PNS merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Seorang ASN sangat diharapkan mampu menjalankan peran sebagai
unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila
dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Integritas, Komitmen dan Kredibilitas terhadap pekerjaan yang
diembannya misalnya disiplin terhadap waktu, menyelesaikan tugas
dengan baik, dan berperilaku aktif, jujur dan konsisten.
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya. Bprdasarkan ilmu dan kiat kebidanan adalah
penerafan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi
setelah lahir serta keluarga berencana yang bertujuan untuk menekan AKI
dan AKB.

2
SDG’s (Sustainable Development Goals ) menargetkan Indonesia
pada tahun 2030 angka kematian neonatal kurang dari 12 per 1000
kelahiran. Menghadapi tantangan ini maka perlu adanya program
kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian
pada bayi dan anak. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia terus
menurun setiap tahunnya. Namun jalan memerangi AKB masih panjang.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
dari tahun ke tahun AKB mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran, hingga 24 kematian per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2017. Walaupun angka ini telah turun dari
tahun 1990 (AKB 68/1000 KH) penurunan ini masih jauh dari target SDG’
Menurut WHO (2009) menyatakan sekitar 15 % dari total kasus kematian
anak.
Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara
berkembang khususnya negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah. Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 84 kasus
dari 15 provinsi dengan jumlah meninggal 54 kasus. Dengan demikian
CFR tetanus neonatorum pada tahun 2014 sebesar 64,3%, meningkat
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 53,8%. Gambaran kasus menurut
faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebanyak 54 kasus
(74%) terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi. Sebanyak 51 kasus
(68,9%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter/bidan/perawat.
Menurut faktor penolong persalinan, 50 kasus (68,5%) ditolong oleh
penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Menurut alat yang
digunakan untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan
pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 46 kasus (59%). (Kemenkes,
2014)
Puskesmas sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif baik pelayanan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun

3
rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Hal ini menyiratkan komitmen kuat
pemerintah dalam upaya menjamin tersedianya jaminan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia
yang berkompeten padalevel Puskesmas.
Perawatan tali pusar pada bayi baru lahir adalah salah satu upaya
penekanan pemerintah terhadap penurunan AKI/AKB. Perawatan tali
pusat yang benar diharapkan tidak terjadi komplikasi pada bayi. Akibat
komplikasi tersebut yang dapat terjadi yaitu infeksi yang kemudian
menjadi tetanus neonatorum dan sepsis. Dengan berbagai macam
perawatan tali pusat, diantaranya menggunakan alkohol 70%, ada yang
masih menggunakan pavodon iodine, menggunakan kasa kering steril
bahkan rekomendasi dari WHO cukup dibersihkan dengan air dan sabun
kemudian dianginkan tanpa pembungkus. Perawatan tali pusat dengan
tehnik kasa kering steril saat ini sangat dianjurkan untuk menjaga agar tali
pusat tetap bersih dan kering selain alat dan tehnik yang praktis dan
efisien.
Oleh karena itu melalui upaya promosi kesehatan kepada
masyarakat diharapkan peserta yang berprofesi sebagai penyuluh
kesehatan masyarakat mampu untuk berperan sesuai dengan
kompetensinya dalam terjadinya Tetanus Neonatorium dan melalui
kegiatan ini peserta diharapkan mampu untuk menginternalisasi nilai-nilai
dasar ASN dan menerapkan atau mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi atau disingkat ANEKA, serta kedudukan dan Peran ASN
dalam NKRI, sehingga menjadi sebuah kebiasaan (habituasi) di tempat
kerja dan menghasilkan seorang ASN yang dapat meningkatkan
kepuasan masyarakat.

1.2 Tujuan dan Manfaat

4
Diharapkan dengan adanya pelatihan ini peserta calon PNS
mampu untuk menerapkan nilai-nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA)
serta kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yaitu, manajemen Aparatur
Sipil Negara, pelayan publik dan Whole of Government (WoG) dalam
melaksanakan tugas dan jabatannya di UPT Puskesmas Manggar.
Sehingga manfaat dari aktualisasi dapat menjadi kebiasaan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi calon PNS tersebut yaitu berupa
kebijakan publik, pelayanan publik dan pemersatu bangsa yang
professional kepada instansi, organisasi dan masyarakat secara
bertanggung jawab.

1.3 Gambaran Umum Unit Kerja.


a. Luas wilayah dan keadaan geografis
UPTD Puskesmas Manggar terbentuk pada tahun 1974 yang
terletak di kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur tepatnya di
Desa Kurniajaya. Dengan luas wilayah Kecamatan Manggar 229 Km².
UPTD Puskesmas Manggar merupakan satuan kerja dari Dinas
Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan eluarga Berencana
Kabupaten Belitung Timur yang berjarak tempuh lebih kurang 6 Km².
UPTD Puskemas Manggar ditetapkan pada tanggal 15
Desember 2010 berdasarkan Peraturan Bupati Belitung Timur Nomor
57 Tahun 2010, dimana pendirian Puskesmas di Kecamatan Manggar
dipandang perlu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberian pelayanan kesehatan secara terpadu dan sebagai
pusat pengembangan kesehatan masyarakat.
Wilayah UPTD Puskesmas Manggar merupakan daerah beriklim
tropis yang sangat dipengaruhi oleh perubahan angin. Suhu maksimum
32˚C dan suhu minimum 26˚C. Adapun batas wilayahnya terbagi
menjadi 4 (Empat) bagian, yaitu:

5
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata.
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Damar.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gantung.
Kondisi geografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Manggar
bervariasi terdiri dari daratan dan lautan. Kecamatan Manggar
merupakan salah satu wilayah Belitung Timur yang terletak di daerah
kepulauan, dimana masing-masing desa dikelilingi oleh pantai dan
bukan pantai.
 Desa Kelubi berbatasan dengan bukan pantai.
 Desa Padang berbatasan dengan pantai.
 Desa Lalang berbatasan dengan Pantai.
 Desa Baru berbatasan dengan pantai.
 Desa Lalangjaya berbatasan dengan bukan pantai.
 Desa Kurniajaya berbatasan dengan pantai.
 Desa Bukulimau berbatasan dengan pantai.
 Desa Mekarjaya berbatasan dengan bukan pantai.
 Desa Bentaianjaya berbatasan dengan bukan pantai.

1.4 Visi, Misi, Tujuan, Motto dan Tata Nilai UPT Puskesmas Manggar
a. Visi
Mitra Unggul Mewujudkan Masyarakat Manggar Hidup Sehat dan
Mandiri.
b. Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan administrasi
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan
terjangkau
3. Menciptakan masyarakat yang mandiri hidup sehat

6
c. Tujuan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah UPT
Puskesmas Manggar
d. Motto
“Melayani dengan PRIMA”
e. Tata Nilai
PRIMA (Profesional, Ramah, Inovatif, Kerjasama)
1. Profesional
Memiliki kompetensi dan kemampuan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik.
2. Ramah
Memiliki sikap yang sopan dan santun kepada seluruh
masyarakat dan rekan kerja
3. Inovatif
Memiliki kemampuan menciptakan ide – ide kreatif bagi
peningkatan pelayanan kesehatan
4. Kerjasama
Saling berkontribusi untuk meningkatkan masyarakat sehat
dengan pelayanan PRIMA

Puskesmas Manggar mempunyai sarana kesehatan antara lain


yaitu Poskesdes. Jumlah Poskesdes di wilayah kerja puskesmas
Manggar yaitu sebanyak 7 (tujuh) Poskesdes, yang terdapat di Desa
Kurnia Jaya sebanyak 1, di Desa Mekar Jaya sebanyak 1, di Desa
Lalang sebanyak 1, di Desa Batu Lalang Jaya sebanyak 1, di Desa
Padang sebanyak 1, di Desa Bentaian sebanyak 1, di Desa Kelubi
sebanyak 1, di Desa Pulau Buku Limau sebanyak 1. Poskesdes
tersebut seluruh nya masih aktif berjalan.

Puskesmas Manggar mempunyai tenaga kesehatan yang terdiri


dari dokter umum sebanyak 2 orang, dokter gigi sebanyak 1 orang,

7
perawat sebanyak 25 orang, bidan sebanyak 19 orang, perawat gigi 1
orang, tenaga kefarmasian 3 orang, tenaga sanitarian 2 orang, dan
gizi sebanyak 2 orang, laboratorium 3 orang.

BAB II
LANDASAN TEORI

8
2.1 NILAI-NILAI DASAR ASN
Sebagai ASN harus dapat menanamkan nilai-nilai dasar ANEKA
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi. Untuk itu perlu indikator-indikator dan nilai-nilai dasar tersebut
yaitu :

a. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan
akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas).
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas

9
kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan
akuntabilitas kebijakan. (LAN RI, 2015:7).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki
sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Bofens (dalam
LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa akuntabilitas publik memiliki tiga
fungsi utama yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki


tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan sebagai
berikut:
1. Akuntabilitas personal
2. Akuntabilitas individu
3. Akuntabilitas kelompok
4. Akuntabilitas organisasi
5. Akuntabilitas stakeholder

Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang


akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang
harus diperhatikan, yaitu :
1. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

10
4. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban.
5. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungankerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

b. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai
yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari
bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki
karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaannya
(Widita, 2015).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain

11
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa
yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut
chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
dan sekaligus menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1). Secara politis
nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu
1. Sila pertama : Katuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadikan Indonesia bukan
sebagai Negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat.
Pancasila justru mencorong nilai-nilai ketuhanan mendasari
kehidupan masyarakat dan berpolotik. Nilai-nilai ketuhanan yang
dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang
digali dan nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan
dan menjunjung tinggi keadilan dan persatuan.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan
bisa memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahitkan
etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2. Sila ke dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sila ke dua memiliki konsekuensi ke dalam dank e luar. Ke
dalam berarti menjadi pedoman Negara dalam memuliakan nilai-nilai
kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti Negara menjalankan
fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa”.

12
3. Sila ke tiga : Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam
keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan
bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal
yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu
kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan
kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, keberadaan bangsa Indonesia
juga didukung oleh semangat gotong royong. Dengan
kegotongroyongan itulah, Indonesia harus mampu melindungi
segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan membela atau
mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari
territorial Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang mau didasari dari semangat gotong
royong yaitu ke dalam dank e luar. Ke dalam berarti kemajemukan
dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai
kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal negative
dan menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebalinya, hal
itu perlu disikapi secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa
saling memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan melalui
proses penyerbukan budaya. Ke luar berarti memuliakan
kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan,
perdamaian dan keadilan antar umat manusia.
4. Sila ke empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua gungsi. Fungsi
pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang
memperjuangkan aspirasi beragam golongan yang ada di masyarakat.
Pungsi ke dua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan Negara
persatuan, bukan Negara untuk satu golongan atau perorangan.

13
Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan dan hikmat
kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang
membawa kebaikan bagi semua pihak.
Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ada tiga
prasayarat dalam pemerintahan yang demokratis, yaitu: (1) kekuasaan
pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah; (2) kekuasaan itu
harus dibatasi; dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya harus
cukup kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif dan
efisien.
Secara garis besar, terdapat dua model demokrasi, yaitu:
majoritarian democracy (demokrasi yang lebih mengutakan suara
mayoritas) dan consensus democracy (demokrasi yang
mengutamakan konsensus atau musyawarah). Oleh karena itu, pilihan
demokrasi konsensus berupa demokrasi permusyawaratan
merupakan pilihan yang bisa membawa kemaslahatan bagi bangsa
Indonesia.
5. Sila ke lima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan social, para pendiri
bangsa menyatakan Negara merupakan organisasi masyarakat yang
bertujuan menyelenggarakan keadilan. Keadilan social juga
merupakan perwujudan imperative etis dari amanat pancasila dan
UUD 1945.
Peran Negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara
lain :
a. Perwujudan relasi yang adil di semua tingkat system
kemasyarakatan.
b. Pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan
kesempatan.
c. Proses fasilitasi akses atau informasi, layanan dan sumber daya
yang diperlukan.

14
d. Dukungan atas partisipasi bermaksa atas pengambilan keputusan
bagi semua orang.

c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut, Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain
di dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih dipahami sebagai
refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam kaitannya
dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015:6).
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk
memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN,
2015:7).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode
etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.

15
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku
ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik


yang bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan
relevan, dimensi modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi,
dan netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN, 2015:11).

16
Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan
publik yang beretika.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-
undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintahan.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Menguatamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Menguatamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas system pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat system karir.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa
memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak
peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat
kalangan bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi
kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan

17
diterapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari
penguasa menjadi pelayan, dari wewenang menjadi peranan, dan
menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.

d. Komitmen Mutu
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai
dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada
tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

18
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja.Mutu menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan


bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan
melampaui harapannya. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara
terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan. Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar
dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi,
pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan
bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini
masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan.

e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai

19
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas.Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun
waktuyang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang
(Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang
harus diperhatikan, yaitu :

1. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran
mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang
dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta
baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran
tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang mengoptimalkan daya pikirnya
guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi
mencapai keuntungan sesaat.

20
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam
kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan
nista.
6. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya
untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia
tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup
dalamgelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.Ia sadar bahwa mengejarharta
tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.

21
8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan
penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya
melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia
tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka
mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia
seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

2.2 KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


a. Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi
yang profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi,
maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN.

22
a) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memnuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
b) Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan
birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat
berwenang yaitu pejabat karir tertinggi. Kedudukan ASN berada di
pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN
merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawaiASN sangat penting,
mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah,
sering terjadinya isu putradaerah yang hampir ASN berfungsi,
bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
profesional da berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan
dalam terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan
ancaman bagi kesatuan bangsa.

23
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai
ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik

b) Pelayan publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan
tujuan kepuasan pelanggan.
c) Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara danpemerintah.
ASN senantiasa menjunung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri
sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan
bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan.
3 Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi

24
maupun umum. Dapat diatikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik , dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejateraan ASN dan akuntabel, maka setiap SN diberikan hak. Hak
ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal
70 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap
pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang


bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang
sepatutnya diberikan. Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN wajib:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

25
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

b. Whole of Government (WoG)


Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di
lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan
integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked
problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik
atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi
dimensi, menyangkut perubahan perilaku.
1. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi
a) Praktek Whole of Government (WoG)
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan,
baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara
ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia
dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga. Penguatan koordinasi
dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam
prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional

26
akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah
mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah
lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih
mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus. Pembentukan
lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu
cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya
diberikan status lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya
setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikan.
3) Membangun gugus tugas. Gugus tugas merupakan bentuk
pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal,
yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang
terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses
koordinasi tadi.
4) Koalisi sosial. Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu
mebentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.
2. Tantangan dalam praktek Whole of Government (WoG)
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di
tataran praktek sebagai berikut:
a) Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam
WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala
serius ketika pendekatan WoG, misalnya mendorong terjadinya
merger atau akuisisi kelembagaan, dimana terjadi penggabungan
SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
b) Nilai dan budaya organisasi

27
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika terjadi
upaya kolaborasi sampai dengan kelembagaan.
c) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan
budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna
mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Praktek Whole of Government (WoG) dalam pelayanan publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik.
Jenis pelayanan publik yang dikenail dapat didekati oleh pendekatan
WoG sebagai berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP,
status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau
penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi
seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-
lain.
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, ketenagkerjaan, perhubungan dan lain-lain.
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis
barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.
d. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman
dan peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

28
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut :
a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik
yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan
bidang tugas, fungsi dan kewenangannya. Pelayanan merupakan
pelayanan sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan
sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG dapat
dilakukan manakala pola pelayanan publik ini mempunyai karakter
yang sama atau memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang
lainnya.
b. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan
secara terpadu pada suatu instansi pemerintah yang bersangkutan
sesuai kwenangan masing-masing. Pola ini memudahkan
masyarakat pengguna izin untuk mengurus permohonan izinnya,
walaupun belum mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
c. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan
secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan
pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya
yang bersangkutan. Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan
WoG yang lebih utuh, dimana pelayanan publik disatukan dalam
satu unit pelayanan saja, dan rantai izin sudah dipangkas menjadi
satu saja.
d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh
suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator
terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait
dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan.
e. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang
dilakukan menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang
merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang
bersifat elektronik atau daring (online) sehingga dapat

29
menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat
pengguna.
4. Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WOG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik
berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan
efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar
lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh
c. Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber, dengan menyingkronkan seluruh
sumber tersebut
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait
data/proses di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga
dan biaya.

3. Pelayanan Publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang".
Sedangkan pengertian pelayanan adalah "usaha rnelayani kebutuhan
orang lain" (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Contoh:
menerima telepon dari pihak lain yang berhubungan dengan unit kerja
kita, adalah bentuk pelayanan yang rutin kita lakukan.
Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003,
mengenai pelayanan adalah sebagai berikut:

30
a. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Penyelenggara adalah Pelayanan Publik adalah Instansi
Pemerintah;
c. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja
satuan organisasi Kementrian, Departemen, Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah
lainnya, baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah;
d. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada
instansi Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan
kepada penerima pelayanan publik
e. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi
pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik
sesuai dengan peraturan perundang- undangan;
f. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi
pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari
instansi
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada
masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman,
antara lain adalah Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang
mengemukakan tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai
berikut:
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan

31
1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
2) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik;
3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.

f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggungjawab atas penyelengaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
g. Kelengkapan Sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

32
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parker, toilet, tempat

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Isu


Untuk menyusun rancangan kegiatan aktualisasi, sesuai dengan
profesi saya yaitu Bidan Terampil di UPT Puskesmas Manggar dan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.28 tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kebidanan.Tugas pokok seorang Tenaga Bidan
Terampil adalah tenaga yang memberi asuhan kebidanan mulai dari ibu
hamil sampai dengan ibu yang menggunakan kontrasepsi. Bidan juga
bertanggung jawab terhadap kesehatan bayi baru lahir sampai bayi
berusia 0-7 hari. Dalam menjalani Tugas dan Tanggung jawab sebagai
bidan di Ruang Bersalin, bidan melakukan konsultasi terhadap kepala
UPT Puskesmas dan Bidan Koordinator sebagai mentor. Berdasarkan

33
pengarahan dan konsultasi dengan mentor di lapangan diketahui ada
beberapa isu yang harus diperhatikan dan ditangani. Adapun isu yang
teridentifikasi saat ini di UPT Pukesmas Manggar sebagai berikut:
1. Kurangnya Pengetahuan ibu dan keluarga tentang Perawatan Tali
Pusat sesuai standar Bayi Baru Lahir
2. Kurangnya Penerapan Ibu dan Keluarga tentang pentingnya
Menjemur Bayi pada pagi hari di wilayah UPT Puskesmas Manggar
3. Kurangnya Pengetahuan Ibu dan keluarga tentang Pentingnya dan
Keuntungan Asi Eksklusif.
4. Kurangnya Pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang Pentingnya
Menjaga Kehangatan Tubuh Bayi
5. Kurangnya Pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang cara penyimpanan
ASIP yang benar.
Untuk tercapainya standarisasi pelayanan kebidanan UPT puskesmas
manggar maka perlunya suatu keteraturan tatacara aturan pelayanan
kebidanan di Ruang Bersalin UPT Puskesmas manggar.
Identifikasi Isu tersebut di internalisasi kedalam nilai-nilai dasar ASN
yaitu Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Antikorupsi
(ANEKA) serta kedudukan dan peran PNS dalam NKRI. Langkah
selanjutnya, penulis mengkonsultasikan isu yang telah teridentifikasi
kepada mentor dan coach untuk kemudian di analisis sehingga terpilih
sebuah isu utama.

3.2 Isu yang Diangkat dan Gagasan Pemecahan


3.2.1. Isu yang diangkat
Dari identifikasi isu yang dikemukakan diatas,maka saya akan
menentukan isu yang akan diangkat, dengan menggunakan teknik USG
(Urgency, Seriusness dan Growth ) yang mana pengertian USG adalah
sebagai berikut :

URGENCY : Seberapa mendesak suatu isu harus

34
dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti
SERIOUSNESS : Seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat
yang ditimbulkan
GROWTH : Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani sebagai mana mestinya
Penentuan kualitas krieteria isu dengan metode/teknik USG
(Urgency, Seriusness dan GROWTH) dilakukan dengan pembobotan 1
sampai 5 untuk setiap kriterianya, adapun keterangan dari setiap bobot
dan Hasil pembobotan isu tersebut sebagaimana tergambar pada tabel
3.1. dan tabel 3.2 berikut ini

Tabel 3.1
Bobot Penetapan Krieteria Kualitas Isu USG

BOBOT KETERANGAN
5 Sangat Kuat Pengaruhnya

4 Kuat Pengaruhnya

3 Sedang Pengaruhnya

2 Kurang Pengaruhnya

1 Sangat Kurang Pengaruhnya

1. Analisis kualiatas isu dengan menggunakan alat analisis USG


Kriteria
Penilaian
No U S G Jml Peringkat
Masalah
(1-5) (1-5) (1-5)
1. Kurangnya Pengetahuan ibu 4 4 5 13 1

35
dan keluarga tentang
Perawatan Tali Pusat sesuai
standar Bayi Baru Lahir
2. Kurangnya Penerapan Ibu
dan Keluarga tentang
pentingnya Menjemur Bayi 3 4 5 12 2
pada pagi hari di wilayah
UPT Puskesmas Manggar
3. Kurangnya Pengetahuan Ibu
dan keluarga tentang
3 4 4 11 3
Pentingnya dan Keuntungan
Asi Eksklusif
4. Kurangnya Pengetahuan Ibu
dan Keluarga tentang
3 3 3 9 4
Pentingnya Menjaga
Kehangatan Tubuh Bayi
5. Kurangnya Pengetahuan Ibu
dan Keluarga tentang cara
2 2 2 6 5
penyimpanan ASIP yang
benar.

Berdasarkan hasil analisis menggunkan metode USG dapat


ditemukan priotitas tertinggi yang perlu diangkat yaitu ” Kurangnya
Pengetahuan Ibu dan Keluarga tentang Perawatan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir”.

Jika masalah tersebut tidak bisa segera dipecahkan maka akan


mengakibatkan hal – hal sebegai berikut :
1. Terjadinya infeksi pada tali pusat atau disebut dengan Tetanus
Neonatorium

36
2. Meningkatnya kelompok masyarakat yang tidak imunisasi.
3. Berkurangnya keinginan masyarakat untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan
4. Meningkatnya pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun
5. Meningkatnya pemotongan tali pusat menggunakan gunting tidak
sesuai standar.

3.2.2 Gagasan Pemecahan Isu

Menurut Permenkes No. 551/ MENKES/Per/VII/2009 tentang


petunjuk teknis jabatan fungsional Bidan dan Angka Kreditnya.
Tugas pokok bidan adalah melaksanakan pelayanan kesehatan ibu
dan reproduksi perempuan, pelayanan keluarga berencana, pelayanan
kesehatan bayi dan anak serta pelayanan kesehatan masyarakat.
Jenjang jabatan dan pangkat bidan terampil :
NO NAMA JABATAN PANGKAT GOLONGAN/RUANG
1. Bidan Pelaksana Pemula Pengatur Muda, II/a
Pengatur Muda Tk.I II/b
2. Bidan Pelaksana Pengatur II/c
Pengatur Tk. I II/d
Penata Muda III/a
3. Bidan Pelaksana lanjutan
Penata Muda Tk. I III/b
Penata III/c
4. Bidan Penyelia
Penata Tk. I III/d

Uraian tugas Bidan Pelaksana sebagaimana yang tercantum pada


peraturan tersebut, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan pelayanan kebidanan


2. Melaksanakan anamnesa klien/pasien pada kasus fisiologis tanpa
masalah

37
3. Melaksanakan anamnesa klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan, Melaksanakan pemeriksaan fisik
klien/pasien pada kasus fisiologis tanpa masalah
4. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus risiologis
tanpa masalah
5. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan
6. Pengambilan/penyediaan bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan sediaan/bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan darah tepi
7. Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan melakukan
pemeriksaan HB darah
8. Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus fisiologis tanpa masalah
9. Membuat diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
pada kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan
10. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus
fisiologis tanpa masalah
11. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan
12. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
fisiologis tanpa masalah.
13. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan
14. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada
klien/pasien dengan kasus fisiologis tanpa masalah
15. Melakukan persiapan playanan asuhan kebidanan pada
klien/pasien dengan kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan
16. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus fisiologis tanpa masalah
17. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan

38
18. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
tanpa masalah persalinan kala I
19. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
tanpa masalah persalinan kala II
20. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
tanpa masalah persalinan kala IIII
21. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
tanpa masalah persalinan kala IV
22. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
Kesehatan reproduksi remaja dan monopause, klimakterium, bayi,
KB, AKDR
23. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada persalinan Kala I
24. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada persalinan Kala II
25. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada persalinan Kala
26. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada persalinan Kala IV
27. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien kasus fisiologis
bermasalah pada ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, KB sederhana
hormonal oral dan suntik
28. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien/pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan
29. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien pada saat
melaksanakan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai
instrumentator tindakan bedah/operasi
30. Melasanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien pada saatt
melaksanakan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai asisten
tindakan bedah/operasi

39
31. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien pada saat
melaksanakan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai asisten
tindakan bedah/operasi
32. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien/pasien pada saat
melaksanakan tugas dikamar bedah kebidanan sebagai asisten
dokter dalam tindakan bedah/operasi
33. Melakukan konseling pada klien/pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan
34. Melakukan rujukan klien/pasien pada kasus fisiologis
35. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien/pasien pada kasus
fisiologis tanpa masalah
36. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien/pasien pada kasus
patoloigs kegawatdaruratan kebidan
37. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus fisiologis
tanpa masalah
38. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan
39. Melaksanakan tugas sebagai pengelola di puskesmas sebagai
penganggungjawab tugas sore dan malam
40. Melaksanakan tugas/shif jaga di tempat/rumah sakit
41. Melaksanakan tugas/shif jaga on call
42. Melaksanakan tugas jaga/shif sepi pasien
43. Melaksanakan tugas pada daerah konflik/rawan/daerah penyakit
menular
44. Melaksanakan asuhan kebidanan pada individu di keluarga
45. Melakukan dan mencatat deteksi dini risiko.

40
41

Anda mungkin juga menyukai