Anda di halaman 1dari 45

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 MANGGAR

Disusun oleh:

dr. Willis

Pembimbing:

dr. Faradela

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPT PUSKESMAS MANGGAR KABUPATEN BELITUNG TIMUR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Project yang berjudul
“PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 MANGGAR”.Tujuan penulisan Mini Project ini sebagai pemenuhan
persyaratan Program Internship Dokter Indonesia di UPT Puskemas Manggar Kabupaten
Belitung Timur.
Dalam persiapan, pelaksanaan hingga penyelesaian mini project ini, tentunya penulis
mendapatkan pendampingan dan dukungan dari berbagai tenaga di UPT Puskesmas Manggar.
Terutama, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih atas pendampingan dari awal hingga
akhir mini project ini kepada dokter Faradela. Banyak terimakasih juga diberikan kepada para
penanggung jawab program yang berkolaborasi dalam pelaksanaan penjaringan penyakit tidak
menular di sekolah.

Adapun kesalahan penulisan atau penyusunan karya tulis mini project ini, diperlukan
saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang lebih baik
lagi. Dengan adanya karya tulis ilmiah ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan.

Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.

Manggar, Februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses reproduksi,
bukan hanya terbebas dari suatu penyakit ataupun kecacatan. Pemeliharaan kesehatan reproduksi
merupakan hal yang penting dan sebaiknya dilakukan sejak dini yaitu pada usia remaja.

Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa yang relatif belum
mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Pada periode remaja mulai memasuki tahap
kematangan biologis disertai adanya dorongan seks meningkat yang dapat menempatkan remaja
pada kondisi yang rawan seperti kebiasaan berperilaku seksual berisiko tinggi, apabila mereka
tidak dibekali dengan informasi yang benar.

Berdasarkan survey dari badan pusat statistik, 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah pemuda, atau
sekitar 64,19 juta jiwa (24,01%). Dengan rentang usia <16 tahun sebanyak 28,24 %, 16-18 tahun
20,67%, dan 19 -24 tahun sebesar 40,21%. Dimana, sekitar 2,52 persen pemuda di Indonesia
melakukan perkawinan dibawah umur 16 ttahun. Dari 100 pemuda perempuan, sekitar 6
diantaranya pernah melahirkan Ketika umurnya belum mencapai 20 tahun, dan masih ada sekitar
5,21 persen pemuda perempuan berusia 16-19 tahun yang melahirkan dibantu oleh bukan tenaga
kesehatan dan 13,93 persen yang melahirkan di bukan fasilitas kesehatan. Berdasarkan data e-
puskesmas, jumlah kunjungan ANC wilayah kerja Puskesmas Manggar adalah sebanyak 51
wanita yang berusia di bawah 19 tahun, dimana, ibu hamil yang dilakukan rujukan karena
komplikasi kehamilan seperti anemia, risiko gawat janin, dan lainnya pada usia di bawah 19
tahun adalah sebanyak 10 wanita, yang artinya 20 persen wanita usia dibawah 19 tahun
cenderung mengalami komplikasi pada kehamilan, terutama anemia.

Banyaknya permasalahan yang dihadapi remaja, khususnya mengenai kesehatan reproduksi


maka dirasakan perlunya pendekatan secara komprehensif dan multidisiplin. Orang tua, teman
sebaya, sekolah atau lembaga pendidikan, pemuka agama maupun pemuka masyarakat turut
berpengaruh terhadap upaya peningkatan kesadaran reproduksi remaja. Untuk mewujudkan
peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi tersebut dibutuhkan suatu
tindakan nyata. Oleh karena itu, penulis telah melaksanakan kegiatan berupa penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi kepada siswa SMK Negeri 1 Manggar Belitung Timur.

1.2 Rumusan Masalah


 Apakah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan?
1.3 Tujuan Penelitian
 Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja
 Memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Internship Dokter Indonesia
(PIDI)
1.4 Manfaat Penelitian
Menambah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terutama pada remaja, guna
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, serta diharapkan
setelah menjalankan mini project ini, dapat memberikan kontribusi kepada pihak UPT
Pukesmas Manggar dalam pemberian penyuluhan kepada remaja mengenai kesehatan
reproduksi.
BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1 KEADAAN WILAYAH


UPT Puskesmas Manggar terbentuk pada tahun 1974 yang terletak di Kecamatan Manggar
Kabupaten Belitung Timur tepatnya di Desa Kurniajaya. Dengan luas wilayah Kecamatan
Manggar 229 Km². UPT Puskesmas Manggar merupakan satuan kerja dari Dinas Kesehatan,
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Belitung Timur yang berjarak
tempuh lebih kurang 6 Km².

UPT Puskemas Manggar ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2010 berdasarkan Peraturan
Bupati Belitung Timur Nomor 57 Tahun 2010, dimana pendirian Puskesmas di Kecamatan
Manggar dipandang perlu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberian
pelayanan kesehatan secara terpadu dan sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat.

1. Letak Geografis

Wilayah UPT Puskesmas Manggar merupakan daerah beriklim tropis yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan angin.Suhu maksimum 32˚C dan suhu minimum 26˚C.
Adapun batas wilayahnya terbagi menjadi 4 (Empat) bagian, yaitu:
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata.
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Damar.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gantung.
Kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar bervariasi terdiri dari
daratan dan lautan.Kecamatan Manggar merupakan salah satu wilayah Belitung Timur
yang terletak di daerah kepulauan, dimana masing-masing desa dikelilingi oleh pantai
dan bukan pantai.

 Desa Kelubi berbatasan dengan bukan pantai.


 Desa Padang berbatasan dengan pantai.
 Desa Lalang berbatasan dengan Pantai.
 Desa Baru berbatasan dengan pantai.
 Desa Lalangjaya berbatasan dengan bukan pantai.
 Desa Kurniajaya berbatasan dengan pantai.
 Pulau Buku Limau berbatasan dengan pantai.
 Desa Mekarjaya berbatasan dengan bukan pantai.
 Desa Bentaianjaya berbatasan dengan bukan pantai.
2. Wilayah Administrasi
UPT Puskesmas Manggar memiliki 9 (Sembilan) Desa yang mana masing-masing
desa telah menjadi Desa Siaga. Adapun ke sembilan desa yang dimaksud antara lain:
Kelubi, Padang, Lalang, Baru, Lalangjaya, Kurniajaya, Mekarjaya, Bentaianjaya, dan
Pulau Buku Limau.

3. Keadaan Tanah
UPT Puskesmas Manggar dengan Luas Wilayah Kerja seluruhnya 229 Km² dengan
rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1.Luas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Manggar


No. Nama Desa Luas Wilayah

1. Baru 85,91 Km²


2. Lalang 96 Km²
3. Padang 3,25 Km²
4. Lalang Jaya 2,70 Km²
5. Kelubi 1,38 Km²
6. Kurnia Jaya 2,40 Km²
7. Mekar Jaya 1,37 Km²
8. Bentaian Jaya 32,09 Km²
9. Pulau Buku Limau 3,90 Km²
Jumlah 229 Km²

2.2 KEADAAN PENDUDUK

Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga merupakan beban didalam


pembangunan, karena itu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengarahan
mobilitas penduduk perlu dilakukan agar mempunyai ciri dan karakteristik yang dapat
mendukung terciptanya pembangunan yang baik.

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di wilayah kerja UPT Puskesmas

Manggar dapat kita lihat dalam tabel berikut:

2.3 RANA KESEHATAN

1. POSKESDES

Jumlah Poskesdes di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar, yaitu sebanyak 2

buah yang terdapat di Lalangjaya dan Bentaianjaya.

2. POLINDES
Jumlah Polindes di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar yaitu sebanyak 6

buah yang terdapat di Desa Baru, Padang, Lalang, Kelubi, dan Pulau Buku Limau.

3. PUSTU

Jumlah pustu di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar yaitu sebanyak 3 buah

yang terdapat di Desa Padang, Kelubi dan Pulau Buku Limau.

4. POSYANDU BALITA

Posyandu merupakan pos pelayanan terpandu yang berfungsi sebagai tempat

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Posyandu melayani kegiatan berupa penimbangan

bayi dan balita, pemberian Imunisasi, konsultasi kesehatan, dan pemberian PMT. Jumlah

posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 adalah sebanyak 43

(Empat puluh tiga) posyandu dengan rincian sebagai berikut:

5. POSYANDU USILA

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar terdapat 13 (Tiga belas) buah

Posyandu Usila yang dapat kita lihat pada tabel berikut:

1.4. TENAGA KESEHATAN

Struktur organisasi Puskemas Manggar Kabupaten Belitung Timur sebagaimana yang

tertuang didalam PERBUP NO. 37 TAHUN 2009 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas

Kesehatan Kabupaten Belitung Timur dan menyesuaikan dengan Permenkes RI No.75 Tahun

2014 adalah sebagai berikut (terlampir).

1. Dokter Umum, Dokter Gigi, dan Dokter Spesialis

Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, dan Dokter

Spesialis di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 dapat kita lihat pada

tabel berikut:
Tabel 5.2
Jumlah Dokter Umum, Dokter Gigi, dan Dokter Spesialis
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Manggar Tahun 2020

No. DOKTER JUMLAH

1. Umum 3
2. Gigi 1

3. Spesialis 0
Sumber: Bagian Kepegawaian UPT Puskesmas Manggar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 terdapat 2 orang Dokter Umum, 1 orang Dokter

Gigi, dan Dokter Spesialis tidak ada.

2. Perawat, Bidan, dan Perawat Gigi.

Rincian jumlah perawat, bidan, dan perawat gigi di wilayah kerja UPT Puskesmas

Manggar tahun 2020 dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Jumlah Perawat, Bidan, dan Perawat Gigi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Manggar Tahun 2020

No. TENAGA KESEHATAN TENAGA KESEHATAN

1. Perawat 27

2. Bidan 21

3. Perawat Gigi 2

Sumber: Bagian Kepegawaian UPT Puskesmas Manggar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 yaitu 27 orang perawat, 21 orang bidan, dan 2

orang perawat gigi.


3. Tenaga Kefarmasian

Di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 terdapat 2 orang tenaga

kefarmasian yang terdiri dari 2 orang asisten apoteker dan 1 orang apoteker.

4. Tenaga Sanitarian, Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan Tenaga Gizi.

Jumlah Tenaga Sanitarian, Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan Tenaga Gizi di

wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Sanitarian, Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan Tenaga
Gizi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Manggar Tahun 2020

NO. TENAGA KESEHATAN JUMLAH

1. Tenaga Sanitarian 2

2. Sarjana Kesehatan Masyarakat 3

3. Tenaga Gizi 2

Sumber: Bagian Kepegawaian UPT Puskesmas Manggar

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Manggar tahun 2020, yaitu 2 orang tenaga gizi, 3 orang sarjana

kesehatan masyarakat dan 2 orang tenaga sanitarian.

1.5. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Sesuai dengan data yang telah berhasil dikumpulkan, untuk menggambarkan situasi

pembiayaan kesehatan oleh pemerintah yaitu mengenai alokasi anggaran yang berasal dari

dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (APBN) di Kabupaten Belitung Timur, termasuk

Pinjaman/Hibah dari Luar Negeri (PHLN), Alokasi Pembangunan Belanja Daerah (APBD),
dan juga uraian mengenai pembiayaan kesehatan masyarakat yaitu mengenai jaminan

kesehatan masyarakat.

1. Pembiayaan Kesehatan Oleh Pemerintah

Alokasi anggaran kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 untuk

dana PHLN dengan alokasi sebesar Rp.0. Sedangkan dana APBD Kabupaten/kota untuk

belanja langsung sebesar Rp. 2.507.216.000 dan belanja tidak langsung sebesar Rp.

4.735.278.840 dengan total belanja APBD Rp.7.242.494.840.

2. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat

Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dari awal berdirinya

Kabupaten Belitung timur sudah dicanangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai upaya pelayanan

kesehatan pra upaya antara lain Dana Sehat, Asuransi Kesehatan Askes, Asuransi Tenaga

Kerja (Astek), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan berbagai upaya

pelayanan kesehatan lainnya.

Pada tahun 2020 penyelenggaraan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya, serta

upaya kesehatan rujukan di Rumah Sakit sepenuhnya dikelola oleh PT. ASKES (Persero),

yang selanjutnya dikenal dengan nama program ASKESKIN/JAMKESMAS, BPJS.


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Organ Reproduksi


3.1.1 Organ Reproduksi Pria
Fungsi esensial sistem reproduksi pada pria adalah sebagai berikut:1

1. Menghasilkan sperma (spermatogenesis)


2. Menyalurkan sperma ke wanita

Organ penghasil sperma, testis, tergantung di luar rongga abdomen dalam suatu kantong berlapis
kulit, skrotum, yang berada di dalam sudut antara kedua tungkai. Sistem reproduksi pria
dirancang untuk menyalurkan sperma ke saluran reproduksi wanita dalam suatu cairan pembawa,
semen, yang kondusif bagi viabilitas sperma. Kelenjar seks tambahan pria utama, yang
sekresinya membentuk Sebagian besar semen, adalah vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbouretra. Penis adalah organ yang digunakan untuk meletakkan semen pada wanita.
Sperma keluar dari masing-masing testis melalui saluran reporduksi pria, yang masing-masing
terdiri dari epididymis, ductus (vas) deferens, dan ductus ejakulatorius. Pasangan-pasangan
saluran reproduksi ini mengosongkan isinya ke sebuah uretra, saluran yang berjalan di
sepanjang penis dan mengosongkan isinya ke eksterior.1

3.1.2. Organ Reproduksi Wanita


Wanita dalam reproduksi lebih rumit daripada peran pria. Fungsi esensial sistem reproduksi
wanita mencakup :1

1. Membentuk ovum (oogenesis)


2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, atau konsepsi)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh hingga janin dapat bertahan hidup di dunia luar
(gestasi, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ pertukaran antara ibu
dan janin.
5. Melahirkan bayi (partus)
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu(laktasi).

Produk pembuahan dikenal sebagai embrio selama dua bulan pertama perkembangan intrauterus,
yaitu Ketika diferensiasi jaringan sedang berlangsung. Setelah periode ini, makhluk hidup yang
sedang terbentuk ini dapat dikenali sebagai manusia dan disebut fetus selama masa gestasi
sisanya. Meskipun tidak lagi terjadi diferensiasi jaringan lebih lanjut selama masa kehidupan
janin, masa ini adalah saat berlangsungnya pertumbuhan dan pematangan jaringan yang luar
biasa. Ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di dalam rongga panggul. Saluran
reproduksi wanita terdiri dari komponen-komponen berikut: Dua oviduktus (tuba uterine, atau
Fallopii) yang berkaitan erat dengan kedua ovarium, mengambil ovum saat ovulasi (pelepasan
ovum dari ovarium) dan berfungsi sebagia tempat fertilisasi. Uterus yang berongga dan
berdinding tebal teutama berperan memelihara janin selama masa perkembangannya dan
mengeluarkannya pada akhir kehamilan. Vagina dalah saluran yang mengandung otot dan dapat
teregang yang menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Bagian terbawah uterus,
serviks, menonjol ke dalam vagina dan mengandung satu pembukaan kecil, kanalis servikalis.
Sperma diendapkan di vagina oleh enis selama hubungan seks. Kanalis servikalis adalah jalur
bagi sperma untuk mencapai tempat pembuahan di oviduktus melalui uterus dan Ketika
mengalami pelebaran hebat sewaktu persalinan, merupakan saluran bagi pengeluaran baiyi dari
uterus. Lubang vagina terletak di daerah perineum antara lubang uretra di anterior dan lubang
anus di posterior. Struktur ini ditutupi secara parsial oleh suatu membran tipis, himen, yang
biasanya mengalami robekan fisik oleh hubungan seks perama. Lubang uretra dan vagina
dikelilingi di lateral oleh dua pasangan lipatan kulit, labia minora dan labia mayora. Labia
minora yang lebih kecil terletak di sebelah medial daripada labia mayora yang lebih menonjol.
Bagian klitoris yag dapat terlihat dan terletak di eksternal terletak di ujung anterior lipatan labia
minora. Genitalia eksterna wanita secara kolektif disebut sebagai vulva. Pada masa pubertas,
hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik atau tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan
untuk mendapatkan kepuasan seksual.1

Ciri-ciri pertumbuhan somatik pada remaja adalah sebagai berikut: 2


a. Proses biologis pubertas dimana sistem hormon di hipotalamus, hipofisis, gonad dan
adrenal akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas, yang mengakibatkan pertumbuhan
tinggi badan, berat badan, komposisi tubuh dan jaringan, tanda seks primer dan sekunder.
b. Perubahan somatik remaja sangat bervariasi saat mulai, berakhir, kecepatan dan sifatnya.
c. Setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam pertumbuhannya.
d. Munculnya ciri-ciri seks sekunder sebagai manifestasi aktivitas gonad yang terlihat
melalui tingkat kematangan seksual (TKS) berdasarkan tanner.
e. Usia mulai menginjak remaja dipengaruhi oleh status gizi dan lingkungan.

Perubahan komposisi tubuh remaja pada masa pubertas adalah sebagai berikut: -2

a. Pada remaja perempuan, berat tanpa lemak menurun dari 80% menjadi 75%. Sedangkan
pada laki-laki meningkat dari 80% menjadi 85-90%.
b. Jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-laki.
c. Terjadi peningkatan lebar pelvis pada perempuan.
d. Otot skeletal berperan membentuk penampilan fisik luar terutama pada laki-laki karena
hormon androgen berperan sebagai stimulator hipertrofi otot skelet.
e. Pada organ dalam, percepatan pertumbuhan jantung dan paru laki-laki dan perempuan
sama. Jantung dan paru menjadi besar secara absolute dan terkait ukuran tubuh.
Pertumbuhan laring dipengaruhi hormon androgen. Laring remaja laki-laki membentuk
sudut 90o dalam bagian anterior kartilago tiroid (Adam’s apple), sedangkan pada
perempuan 120o. Pita suara perempuan 3 kali lebih panjang daripada laki-laki.
Pertumbuhan organ dalam sesuai bentuk tubuh seseorang. Orang yang pendek akan
mempunyai organ yang pendek. Pertumbuhan organ akan berhenti jika sudah sesuai
dengan tubuh yang dilayani.
f. Jumlah sel darah merah laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
g. Terjadi perubahan biokimia selama masa pubertas yang mencerminkan pertumbuhan
tulang

Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20–30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya
ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ
reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan
dewasa. Seorang ibu muda biasanya memiliki kemampuan perawatan pra-natal kurang baik
karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa
awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS.2

Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual adalah segolongan penyakit infeksi yang terutama ditularkan melalui
kontak seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.
atau ektoparasit. Peningkatan insidens IMS tidak terlepas kaitannya dengan perubahan perilaku
berisiko tinggi, yaitu perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang
IMS. Orang yang termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi yaitu usia 20-34 tahun (pria),
pelancong, pekerja seksual komersil (PSK), pecandu narkotika dan homoseksual.Kegagalan
dalam mendiagnosis dan terapi akan menyebabkan komplikasi atau sekuele, misalnva infertilitas,
gangguan kehamilan berupa kecacatan pada bayi, infeksi neonatal, kanker, bahkan kematian.
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terjadi terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital atau ano- genital, sehingga kelainan ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja,
tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. 2

Gonore (Kencing nanah)

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggidi antara penyakit IMS
yang lain. Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah (pus) dari
orifisium uretra eksternum (muara uretra eksterna) sesudah melakukan hubungan seksual.
Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan
menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang
membawa penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae. Gambaran klinis dan komplikasi gonore
sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genilatia. Penderita pria gejala yang
didapatkan yaitu rasa nyeri dan panas pada saat kencing, keluarnya nanah (pus) kental berwarna
putih susu atau kuning kehijauan, ujung penis agak merah dan bengkak (radang uretra). Infeksi
pertama pada wanita dapat berupa uretritis atau servisitis. Pada wanita dapat timbul fluor albus
(keputihan kental berwarna kekuningan), rasa nyeri di rongga panggul, dan dapat pula tanpa
gejala. Komplikasi secara sistemik (diseminata) pada pria dan wanita dapat berupa artritis
(radang sendi), miokarditis (radang lapisan miokardium jantung), endokarditis (radang lapisan
endokardium jantung), perikarditis (radang perkardium), meningitis (radang selaput otak), dan
dermatitis.

Sifilis

Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan karena merupakan
penyakit berat. Hampir semua alat tubuh dapat diserang. Selain itu, wanita hamil yang menderita
sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital. Penyakit
ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunan barang-barang
dari seseorang yang tertular misalnya seperti baju, handuk dan jarum suntik. Penyebab timbulnya
penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh
lainya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. Penularan biasanya melalui kontak
seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan
melalui ibu ke anak dalam uterus). Gejala klinis Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan
sifilis akuisita (didapat). Secara klinis, sifilis akuisita dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:

a. Sifilis primer. Bentuk kelainan berupa erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum (ulkus
keras).
b. Sifilis sekunder. Dapat berbentuk roseola, kondiloma lata, sifilis bentuk varisela, atau
bentuk plak mukosa dan alopesia.
c. Sifilis tersier. Bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat dalam dan
kardiovaskular, serta neurosifilis.

Limfogranuloma Venereum Limfogranuloma venereum adalah penyakit kelamin yang


menyerang

sistem pembuluh dan kelenjar limfe tertentu pada daerah genito-inguinal dan genito-rektal.
Penyakit ini disebut juga limfopatiavenereum yang dilukiskan pertama kali oleh Nicolas,
Durand, dan Favre pada tahun 1913, oleh karena itu disebut penyakit Nicolas-Favre. Penyebab
limfogranuloma venereum adalah Chlamydia trachomatis.
Gejala konstitusi timbul sebelum penyakitnya mulai dan biasanya menetap selama sindrom
inguinal. Gejala konstitusi ini berupa malaise (lemah), nyeri kepala, artralgia (sakit pada sendi),
anoreksia (kurang nafsu makan), nausea (mual), dan demam. Kemudian timbul pembesaran
kelenjar getah bening inguinal medial dengan tanda-tanda radang. Penyakit dapat berlanjut
memberi gejala-gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi. Ulcus Mole Ulkus mole
adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut dan setempat berupa ulkus yang nyeri di
daerah kemaluan. Penyakit ini mempunyai nama lain yaitu chancroid dan soft chancre. Ulkus
mole disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).Gejala klinis penyakit ini
dimulai dengan papula yang berkembang menjadi ulkus dangkal, tepi merah, dasarnya kotor,
sekitar koreng, edema, dan mudah berdarah disertai rasa sakit pada penekanan. Granuloma
Inguinale Granuloma inguinale adalah penyakit yang timbul akibat proses granulomatosa pada
daerah anogenital dan inguinal. Daya penularan penyakit ini rendah, bersifat kronik, progresif,
mengenai genital dan kulit di sekitarnya, dn kadang-kadang sistem limfatik. Nama lain penyakit
ini adalah Sclerosing granuloma, granulomatosis, granulo venereum, granuloma Donovani, dan
donovanosis. Granuloma inguinale disebabkan oleh Donovania granulomatis
(Calymmatobacterium granulomatosis). Perjalanan penyakit mencakup keluhan utama dan
keluhan tambahan. Mula-mula timbul lesi berbentuk papula atau vesikel yang berwarna merah
dan tidak nyeri, perlahan-lahan mengalami ulserasi menjadi ulkus granulomatosa yang bulat dan
mudah berdarah, mengeluarkan sekret yang berbau amis.

Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual Prinsip umum pengendalian IMS
tujuan utamanya adalah memutuskan rantai penularan infeksi IMS, mencegah berkembangnya
IMS dan komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui (Media Litbangkes):

a. Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan masyarakat


terhadap perilaku berisiko tinggi.
b. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku risiko tinggi.
c. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjuran untuk mencari
pengobatan yang tepat.
d. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik untuk yang
simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan seksualnya.
Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
(PPM & PL) Departemen Kesehatan RI, tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan, seperti (Abdnego; Depkes RI, 1998):

a. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang sehat,
pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan monogami, dan
mengurangi jumlah pasangan seksual.
b. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS pada para
pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan penyuluhan mengenai
bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, tindakan
profilaksis dan terutama mengajarkan cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
c. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini
terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan tentang gejala-gejala IMS dan
cara-cara penyebarannya.

Kehamilan pada Usia Remaja

Dampak Kehamilan Usia Remaja di Asia

Kehamilan pada usia remaja memiliki kecenderungan untuk terjadinya komplikasi pada saat
kehamilan seperti, kelahiran preterm, asfiksia janin, kematian janin, anemia pada kehamilan,
bayi berat lahir rendah, hipertensi dalam kehamilan dan abortus spontan. Berdasarkan penelitian
Sharma et al, adanya risiko untuk terjadi komplikasi pada kehamilan sebanyak 2,5 kali lebih
tinggi pada kehamilan usia remaja dibandingkan usia dua puluhan tahun. Studi di India utara
juga menunjukkan anemia pada kehamilan sebanyak 46% di usia remaja, yang disebabkan
karena asupan zat besi yang kurang. Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan secara
signifikan lebih tinggi pada usia remaja dibandingkan dengan kehamilan usia dua puluhan.
Penelitian lain di Sri Lanka, ditemukan adanya hubungan antara kehamilan remaja dan kematian
janin (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok usia 20-29 tahun. Studi kecil di rumah sakit
melaporkan Kejadian gawat janin sebesar 6% dan kejadian asfiksia bayi saat lahir sebesar 2%
pada kehamilan usia remaja.

Dampak Kehamilan Usia Remaja di Indonesia


a. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1994 (SDKI) AKI di Indonesia adalah 390
per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut sangat lambat, yaitu menjadi 334
per 100.000 pada tahun 1997 (SDKI) dan 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-
2003), 262 (2005), 255 (2006) dan 248 (2007), sementara pada tahun 2010 ditargetkan
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Besarnya AKI menggambarkan masih
rendahnya tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan status
kesehatan ibu, cakupan dan kualitas pelayanan untuk ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu
nifas, serta kondisi kesehatan lingkungan.
Penyebab kematian maternal dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Penyebab langsung
Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya sekitar persalinan dan 90 %
terjadi oleh karena komplikasi. Penyebab langsung kematian ibu menurut SKRT 2001
adalah : perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium
(11%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (5%), partus
lama/macet (5%) serta lainnya (11%).
2) Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung kematian maternal adalah rendahnya status gizi, rendahnya
status kesehatan serta adanya faktor risiko kehamilan pada ibu. SKRT 2001
menunjukkan bahwa 34% ibu hamil mengalami kurang energi kronis (KEK),
sedangkan 40% menderita anemia gizi besi (AGB). SDKI 2002-2003 menunjukkan
bahwa 22,4% ibu masih dalam keadaan "4 terlalu" yaitu 4,1% kehamilan terjadi pada
ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu muda), 3,8% terjadi pada ibu berumur lebih
dari 34 tahun (terlalu tua), 5,2% persalinan terjadi dalaminterval waktu kurang dari 2
tahun (terlalu sering) dan 9,3% ibu hamil mempunyai paritas lebih dari 3 (terlalu
banyak).
Penyebab mendasar kematian maternal dipengaruhi oleh kondisi geografis,
penyebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi, budaya, kondisi bias gender dalam
masyarakat dan keluarga dan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya. Hasil
Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa kematian maternal lebih
banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah Sekolah Lanjutan
Pertama (SLP), kemampuan membayar biaya pelayanan persalinan rendah, terlambat
memeriksakan kehamilannya, serta melakukan persalinan di rumah. Keadaan ini
menyebabkan keterlambatan- keterlambatan sebagai berikut:
a) Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera
mencari pertolongan;
b) Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pertolongan persalinan;
c) Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan
kesehatan.

b. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-
2003) masih di atas negara-negara seperti Malaysia (10), Thailand (20), Vietnam(18), Brunei (8)
dan Singapura (3). Walaupun demikian AKB tersebut sudah menurun sebesar 41% selama 15
tahun ini yaitu dari 59 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1989-1992, menjadi 35 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1998-2002 (SDKI). Sekitar 40% kematian bayi tersebut terjadi pada
bulan pertama kehidupannya. Penyebab kematian pada masa perinatal/neonatal pada umumnya
berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin selama di dalam kandungan dan
proses pertolongan persalinan yang diterima ibu/bayi, yaitu asfiksia, hipotermia karena
prematuritas/ BBLR, trauma persalinan dan tetanus neonatorum.

Proporsi kematian bayi di Indonesia menurut SKRT 2001, kematian antara 0-7 hari (32%), 8-28
hari (8%) dan 28 hari-11 bulan (60%), sedangkan penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah : BBLR (29%), asfiksia (27%), tetanus (10%), masalah pemberian minum (10%), infeksi
(5%), gangguan hematologk (6%), dan lain-lain (13%).

Penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia menurut SKRT tahun 2001 adalah karena
gangguan perinatal (36%), gangguan pada saluran nafas (28%), diare (9%), gangguan saluran
cerna (4%), penyakit syaraf (3%), tetanus (3%) dan gangguan lainnya (17%). Sedangkan
penyebab kematian balita menurut SKRT 2001 adalah sebagai berikut : gangguan saluran nafas
(23%), diare (13%), penyakit syaraf (12%), tifus (11%), gangguan saluran cerna (6%) serta
gangguan lainnnya (35%).

c. Angka Kesuburan Total

Angka Kesuburan Total (Total Fertility Rate/TFR) menurut pada kurun waktu 1967-1970
adalah 5,6. Angka kesuburan total ini dalam waktu dua puluh lima tahun telah turun menjadi
hampir setengahnya, yaitu 2,8 pada periode 1995-1997 (SDKI, 1997). Berdasarkan SDKI
2002-2003, TFR saat ini sebesar 2,6 per perempuan. Data SDKI ini menunjukkan penurunan
tingkat fertilitas.

d. Kehamilan di luar nikah dan aborsi

Survei Depkes tahun 1995/1996 pada remaja 13-19 tahun di Jawa Barat dan Bali didapatkan
angka 7% dan 5% kehamilan pada remaja. Data tentang kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dari
beberapa sumber adalah : 61% pada usia 15-19 tahun (N = 1310, SDKI oleh Pradono 1997),
diantaranya sebesar 12,2% (N=98 orang) melakukan pengguguran di mana 7,2% ditolong oleh
dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun dan 70,4% tanpa pertolongan.

Menurut perundangan yang berlaku saat ini, Tindakan aborsi di luar tindakan medis adalah
illegal. Diperkirakan aborsi terkomplikasi yang menjadi penyebab kematian ibu adalah sebesar
15%. Masih tingginya angka kejadian aborsi merupakan refleksi banyaknya kasus kehamilan
yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil survei tentang kejadian aborsi di 10 kota besar dan 6
kabupaten tahun 2000 ditemukan bahwa alasan melakukan aborsi untuk klien di kota karena
cukup umlah anak (43,7%) disusul karena belum siap menikah (24,3%). Sedangkan di kabupaten
persentase tertinggi alasan aborsi adalah karena masih sekolah (46,5%), disusul dengan jumlah
anak yang sudah cukup.

e. Kurangnya pengetahuan tentang PMS

Berdasarkan hasil base-line survey yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas
Indonesia (LDUI) di empat provinsi (Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung) pada tahun 1999,
menunjukkan bahwa: Sebanyak 42% remaja mengatakan HIV tidak ditularkan oleh orang yang
tampak sehat, 24% remaja mengetahui tentang PMS %, 55% mengetahui tentang proses
kehamilan, 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali saja berhubungan dapat mengakibatkan
kehamilan, 46% remaja beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa disembuhkan, dan 26% remaja
mengatakan kondom tidak dapat mencegah HIV/AIDS, 57,1% remaja puteri mengidap anemia
(SKRT, 1995), 23% remaja kekurangan energi kalori (survei Bali, Jabar, 1995), 74% kebiasaan
makan tidak teratur (Survei SMU Surabaya, 1998), serta 61% kehamilan yang tidak diinginkan
pada remaja usia 15-19 tahun dengan melakukan solusi 12% dari mereka melakukan aborsi yang
dilakukan: (a) dilakukan sendiri 70%, (b) dilakukan dukun 10%, dan (c) tenaga medis 7%, (11)
hanya 45,1% remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi, pubertas,
menstruasi dan kebersihan diri (FKMUI, 2001), (12) hanya 16% remaja yang mengetahui
tentang masa subur (SDKI, 1997).

Selain berdampak secara medis, dampak sosial dari kehamilan usia remaja antara lain rendahnya
akses Pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan angka perceraian, pertumbuhan populasi, anak
yang lemah dan tidak sehat, serta menjadi orang tua tunggal.

Faktor Risiko terjadinya Kehamilan Usia Remaja

Status Sosial Ekonomi

Insiden kehamilan pada usia remaja secara signifikan meningkat pada golongan sosio-ekonomi
yang lebih rendah (52%) dibandingkan dengan dengan golongan sosial lebih tinggi (26%).

Faktor Budaya

Pernikahan di usia dini diterima pada kebudayaan di Asia Selatan. Adanya “ekspektasi sosial”
untuk hamil segera setelah menikah. Selain itu, sebagian besar pernikahan dini (80%) disebabkan
oleh dijodohkan oleh orangtuanya tanpa persetujuan gadis tersebut.

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kesehatan Reproduksi

Kehamilan pada remaja sebesar 47% tidak direncanakan dan 34% merupakan kehamilan yang
tidak diinginkan. Studi lain menjelaskan Sebagian besar remaja perempuan tidak mengtahui
adanya proses konsepsi dan dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan.

Kunjungan Pelayanan Kesehatan


Adanya perbedaan yang signifikan, dimana remaja usia 17-19 tahun memiliki kunjungan ANC
yang lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang lebih dewasa. Penelitian di Nepal juga
melaporkan kunjungan ante natal care yang lebih jarang dibandingkan dengan ibu hamil usia dua
puluhan tahun. Alasan rendahnya kunjungan ante natal karena secara fisik dan mental belum
dewasa.

Teenage Pregnancy

Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa
remaja, yang ditandai dengan terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dngan
berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat meyebabkan
remaja secra fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan,
konseling, serta pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja ini.

Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai menjadi
1) kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya; 2) kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan
kematian ibu; 3) Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS. Masalah kesehatan reproduksi
remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan
emosi, keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka
panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap
keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.

Batasan Usia Remaja

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang
remaja, sebagai berikut:

a. Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah jika anak berusia 12 sampai
24 tahun.
b. Usia remaja menurut UU perlindungan anak no. 23 tahun 2002 adalah 10–18 tahun.
c. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk anak perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak
laki-laki).
d. Menurut UU no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
e. Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16–18
tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
f. Menurut UU Perkawinan no. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup
matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun (untuk anak perempuan) dan 19 tahun
(untuk anak laki-laki).
g. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai
dengan saat lulus Sekolah Menengah.

Landasan Hukum Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Dasar hukum Landasan hukum yang dipergunakan sebagai dasar dalam pembinaan KRR adalah:

a. UU no. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,


b. UU no. 10 tahun 1992 tentang Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Sejahtera,
c. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
d. Instruksi Presiden RI no. 2 tahun 1989 tentang Pembinaan Kesejahteraan Anak,
e. Instruksi Presiden RI no. 3 tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Pembinaan dan
Pengembangan Kualitas Anak,
f. Keputusan Menkes no. 433/MENKES/SK/VI/1998 tentang Pembentukan Komisi
Kesehatan Reproduksi.

Sasaran

a. Sasaran utama: kelompok remaja berusia 10–19 tahun di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Sasaran sekunder: orang tua, keluarga yang mempunyai anak remaja, guru/pamong
belajar, organisasi pemuda, pemimpin agama.
c. Sasaran tersier: petugas kesehatan, petugas lintas sektoral, LSM, organisasi masyarakat.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan
reproduksi yang baik antara lain (Depkes RI, 2005):

a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja),
b. Alasan remaja perlu mendewasakan usia perkawinan serta cara merencanakan kehamilan
agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya,
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi,
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi,
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual,
f. Kekerasan seksual dan cara menghindarinya,
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif,
h. Hak-hak reproduksi

Tujuan Program KRR

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi remaja
secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatnya komitmen para penentu dan pengambil kebijakan dari berbagai pihak
terkait, baik pemerintah dan non pemerintah.
2. Meningkatnya efektivitas penyelenggaraan upaya kesehatan reproduksi remaja melalui
peningkatan fungsi, peran dan mekanisme kerja di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
3. Meningkatnya keterpaduan dan kemitraan pelaksanaan program KRR bagi seluruh sektor
terkait, dipusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Ruang Lingkup Program KRR Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:
a. Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi organ
reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin,
b. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS,
c. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya),
d. Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari resiko TRIAD KRR seperti:
kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain.

Pencapaian indikator

Jumlah indikator yang ingin ditangani oleh setiap sektor cukup banyak dan tingkat
pencapaiannya berbeda-beda. Keadaan ini kurang menguntungkan untuk pencapaian program
Kesehatan Reproduksi secara nasional. Nilai indikator yang dapat digunakan oleh setiap sektor
adalah dengan "strong indicators" yang digunakan WHO ditambahkan dengan indikator lain
yang sesuai dengan kebutuhan komponen. Kondisi yang diharapkan adalah disepakatinya
indikator minimal yang harus dicapai oleh program Kesehatan Reproduksi dan disesuaikan
dengan Milenium Development Goals. Indikator tersebut adalah :

a. Maternal Mortality Ratio,


b. Child Mortality Rate,
c. Total Fertility Rate,
d. Prevalensi infeksi HIV pada umur 15-24 tahun menurun sebesar 20%,
e. Setiap orang mampu melindungi dirinya dari penularan PMS dan HIV/AIDS
f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan kesehatan reproduksi, dan
g. Human Development Index (HDI).
BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH

4.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui analisa data sekunder yang disajikan dari
lokakarya mini Januari 2021, laporan tahunan Puskesmas Manggar tahun 2020 dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Manggar. Adapun
permasalahan yang dibahas antara lain:

Kegiatan Indikator Masalah


Kesehatan Reproduksi  Didapatkan kunjungan kehamilan usia dibawah 19
Remaja tahun sebanyak 51 orang pada tahun 2020
 Didapatkan rujukan eksternal pada perempuan hamil
di usia remaja dengan komplikasi kehamilan
sebanyak 10 pasien
Program Kesehatan  Belum ada penanggung jawab program kesehatan
Lingkungan lingkungan di Puskesmas Manggar
 Tidak dilakukan pemantauan kegiatan oleh kader
jumantik dalam pemberantasan sarang nyamuk
 Kejadian demam berdarah yang meningkat terutama
pada anak-anak di Wilayah Puskesmas Manggar
Upaya Gizi  Belum tercapainya bayi yang ditimbang berat
badannya di posyandu
Kesehatan Ibu dan Anak dan  Belum tercapainya target pemeriksaan IVA tahun
Keluarga Berencana 2020 yaitu 28,42%
 Cakupan penggunaan KB aktif yang belum
mencapai target di Puseksmas Manggar

Penjaringan Penyakit  Hipertensi dan diabetes melitus termasuk dalam 5


Tidak Menular penyakit tertinggi di wilayah kerja Puskesmas
Manggar yaitu sebanyak 1161 dan 285 penderita.
Penentuan Prioritas Masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan untuk
diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas
masalah.Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah
tersebutakan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:


• Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
• Kemungkinan Intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
• Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
• Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Tabel 4.9.Penilaian Prioritas Masalah Berdasarkan Sistem Skoring
No Identifikasi Masalah Urgensi Kemungki Biaya Mutu Skor Prioritas
nan Tota
Intervensi l
1. Kesehatan Reproduksi 5 3 5 5 18 I

2. Program Kesehatan 5 2 2 5 14 IV
Lingkungan
3. Upaya Perbaikan Gizi 4 3 3 5 15 III

4. KIA/KB 5 3 3 5 16 II

5. Penyakit Tidak Menular 5 4 2 5 16 II

1. Kesehatan Reproduksi Remaja


Urgensi: Remaja sebagai generasi penerus bangsa, yang juga sedang mengalami
perubahan fisik dan mental menuju dewasa penting untuk memiliki bekal pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi.
Kemungkinan Intervensi: 4

Upaya peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja yang dapat dilakukan


adalah melalui promosi kesehatan kepada kelompok remaja seperti di sekolah tingkat
SMP sederajat, atau SMA sederajat. Adanya kegiatan penjaringan penyakit tidak menular
dari Puskesmas Manggar sehingga sudah dilakukan koordinasi dengan pihak sekolah.
Kemungkinan intervensi dikategorikan cukup mudah, oleh karena situasi saat ini yang
membatasi jumlah siswa-siswi dalam satu ruangan, sehingga perlu dilakukan edukasi
beberapa kali.
Biaya: 5
Biaya yang digunakan untuk kesehatan reproduksi dikategorikan sangat murah. Alat dan
bahan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan ini adalah multimedia sebagai sarana
penyuluhan, serta lembaran pretest dan post test sebagai tolok ukur peningkatan
pengetahuan siswa-siswi yang telah diberikan edukasi.
Mutu: 5
Diharapkan dengan bekal pengetahuan kesehatan reproduksi, dapat menurunkan angka
pernikahan dibawah usia ideal, serta kehamilan usia remaja yang secara jangka panjang
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan
berisiko yang dapat dihindari.
2. Penyakit Tidak Menular
Urgensi: 5
Penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus termasuk dalam 5 penyakit terbanyak di
wilayah kerja Puskesmas Manggar pada tahun 2020. Sebagai penyakit yang dapat
dikendalikan dengan perubahan gaya hidup dan deteksi dini untuk menghindari
komplikasi dari hipertensi dan diabetes melitus yang tidak terkendali dalam jangka
panjang..
Kemungkinan Intervensi: 4
Upaya capaian deteksi dan penatalaksanaan dini penyakit tidak menular, dapat dilakukan
dalam gedung yaitu pada pengunjung yang juga ingin berobat di puskesmas. Pemeriksaan
dasar seperti berat badan dan tinggi badan, lingkar perut, tekanan darah, pemeriksaan
gula darah dan kolesterol, cukup untuk mendeteksi adanya penyakit hipertensi dan
diabetes sedini mungkin.
Biaya: 2
Biaya yang dikeluarkan untuk strip pemeriksaan gula darah dan kolesterol dikategorikan
mahal karena sasaran deteksi dini adalah seluruh pasien usia 0 hingga 59 tahun
Mutu: 5
Upaya capaian deteksi dan penatalaksanaan dini penyakit tidak menular, diharapkan
apabila terdeteksi dan dilakukan penatalaksanaan sedini mungkin akan menurunkan
risiko komplikasi serta dalam jangka panjang dapat meningkatkan angka harapan hidup
negara.
3. Program Kesehatan Lingkungan
Urgensi: 5
Kejadian diare dalam 10 penyakit terbanyak di Wilayah Puskesmas Manggar pada tahun
2020 yaitu sebanyak 190 kasus. Rujukan eksternal pada kasus demam berdarah dengue
yang juga meningkat dalam 3 bulan terakhir. Kesehatan lingkungan seperti penyediaan
air bersih, serta pemberantasan sarang nyamuk mengambil peran penting dalam
mengurangi angka kejadian penyakit menular, diantaranya kedua penyakit tersebut.
Kemungkinan Intervensi: 2
Kemungkinan intervensi dikategorikan menjadi sulit dikarenakan tidak adanya
penanggungjawab program kesehatan lingkungan, sehingga sulit untuk mengkoordinasi
baik lintas program maupun lintas sektoral dalan pengendalian kesehatan lingkungan.
Biaya: 2
Biaya yang dikeluarkan dikategorikan mahal dalam penyediaan tenaga serta sarana dan
prasarana dalam pengendalian lingkungan karena perlunya koordinasi, sebagian besar
dalam bentuk lintas sektoral.
Mutu: 5
Upaya kesehatan lingkungan diharapkan dapat mengurangi angka kejadian penyakit
menular terutama yang dipengaruhi oleh lingkungan.
4. Upaya Perbaikan Gizi
Urgensi: 5
Permasalahan pada upaya perbaikan gizi di Puskesmas Manggar, salah satunya adalah
belum tercapainya bayi yang ditimbang berat badannya. Pertumbuhan bayi perlu dipantau
setiap bulan, guna mencegah risiko kejadian penyakit metabolik. Pemantauan pertumbuhan
serta perkembangan bayi sangat penting untuk dicapai agar pertumbuhan bayi sesuai
dengan kurva. Apabila diketahui sedini mungkin adanya penurunan berat badan, maka
dapat diberi penatalaksanaan tumbuh kejar.
Kemungkinan Intervensi: 3
Dikategorikan cukup mudah karena tersedianya posyandu balita, serta koordinasi dengan
kader yang baik karena kegiatan berjalan rutin setiap bulannya. Namun, untuk
pencegahan transmisi COVID-19, sehingga terdapat kendala dalam berkoordinasi dengan
para orang tua.
Biaya: 5
Tersedianya alat timbang, serta anggaran dari desa untuk penyelenggaraan posyandu,
membuat biaya dikategorikan menjadi sangat murah.
Mutu: 5
Pemantauan pertumbuhan bayi, diharapkan menurunnya angka kejadian stunting, dan
meningkatkan perkembangan bayi sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan
prestasi anak.
5. Kesehatan Ibu dan Anak, serta Keluarga Berencana
Urgensi: 4
Capaian pemeriksaan IVA pada wanita usia subur yang aktif secara seksual di Wilayah
Kerja Puskesmas Manggar masih jauh dari sasaran. Serta penggunaan KB aktif yang juga
belum mencapai sasaran. Menjadi penting, karena pada pemeriksaan IVA bila terdeteksi
sedini mungkin, dapat mengurangi angka kematian akibat keganasan serviks.
Penggunaan KB secara aktif, dapat menurunkan angka risiko komplikasi akibat riwayat
melahirkan terlalu banyak.
Kemungkinan Intervensi: 3
Kemungkinan intervensi cukup mudah, karena dapat dilakukan dalam gedung, yaitu
wanita usia subur yang aktif secara seksual dan sedang berkunjung ke puskesmas untuk
berobat, dapat dilakukan pemeriksaan IVA, edukasi pemeriksaan payudara sendiri serta
konsultasi penggunaan KB.
Biaya: 3
Biaya dikategorikan cukup murah, karena sudah tersedianya alat dan bahan pemeriksaan
yaitu spekulum dan asam asetat serta cairan pembersih untuk sterilisasi. Serta dalam
konsultasi, juga sudah tersedia lembar balik mengenai pemeriksaan payudara sendiri serta
media edukasi keluarga berencana
Mutu: 5
Upaya yang dilakukan, diharapkan adanya penurunan angka kematian akibat kanker
serviks, serta penurunan kejadian komplikasi kehamilan akibat terlalu banyak
melahirkan.

Analisis Sebab Masalah


Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah adalah Edukasi
Kesehatan Reproduksi Remaja di wilayah kerja Puskesmas Manggar. Dari hasil analisis data
sekunder yaitu wawancara atau diskusi dengan pimpinan Puskesmas, pemegang program serta
Bidan maka didapatkan beberapa sebab dari masalah yang terjadi.

4.3.1 Manusia

 Kurangnya pemahaman penetap kurikulum terhadap pentingnya materi kesehatan


reproduksi diketahui oleh remaja SMP, SMA sederajat tanpa memandang penjurusan

4.3.2 Lingkungan

 Adanya pembatasan jadwal sekolah untuk pembatasan transmisi covid19

4.3.3 Metode

- Pemaparan edukasi hanya diberikan dari pihak puskesmas dan tidak dijadwalkan secara rutin,
sehingga hanya dianggap remeh oleh remaja

4.3.4 Material

 Sumber referensi mengenai reproduksi tidak terpantau oleh orang tua serta guru sehingga
memungkinkan untuk remaja mendapatkan informasi yang salah mengenai organ
reproduksi, cara merawat serta dampak dari aktivitas seksual pra nikah terutama infeksi
menular seksual.
4.4 Diagram Ishikawa
BAB V

RENCANA KEGIATAN

5.1 Plan (Tahap Perencanaan)

Pada tahap perencanaan dilakukan pertemuan internal dengan penanggungjawab


program Puskesmas Manggar untuk mengkaji dan verifikasi laporan tahunan yang
menjabarkan permasalahan kesehatan di Puskesmas Manggar. Masalah-masalah tersebut
diidentifikasi serta ditentukan prioritas masalah, guna menentukan kegiatan yang
dilakukan sebagai mini project. Pertimbangan yang dilakukan antara lain berdasarkan
urgensi, kemungkinan intervensi, biaya dan mutu dari kegiatan tersebut. Adapun capaian
standar pelayanan minimal yang rendah, Sebagian besar dalam upaya kesehatan ibu dan
anak. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan target atau meningkatkan
capaian adalah dengan mengurangi kejadian kehamilan usia remaja yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan yang berisiko. Upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah
dengan melakukan promosi kesehatan atau penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
pada usia remaja. Kegiatan penjaringan penyakit tidak menular di sekolah yang dilakukan
setiap tahun, dapat disisipkan dengan penyuluhan ini.

Setelah menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, selanjutnya menentukan lokasi yang
tepat diadakannya program ini. Penentuan lokasi kegiatan ini ditetapkan melalui
pertemuan internal dengan pemegang program pengendalian penyakit tidak menular,
yang juga sudah didiskusikan dengan guru dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Rapat internal dengan pemimpin puskesmas dan pemegang program Pengendalian


Penyakit Tidak Menular (PTM), kegiatan ini membahas:

a. Masalah terkait penyebab peningkatan kehamilan di usia remaja di UPT Puskesmas Manggar
b. Penentuan sekolah tujuan untuk dilakukan penyuluhan, terkait dengan keterbatasan waktu
c. Diskusi mengenai mekanisme penyuluhan di SMK Negeri 1 Manggar.

5.2 Do (Tahap Pelaksanaan)


5.2.1 Pengumpulan data
Pengumpulan data berupa jumlah siswa di SMK Negeri 1 Manggar berkoordinasi dengan Usaha
Kesehatan Sekolah. Berdasarkan data yang didapatkan, kegiatan belajar mengajar, dibagi menjadi 2
kelompok setiap kelas dan hadir di hari yang berbeda, sehingga setiap kelasnya terdiri dari 10 hingga 16
orang.

5.2.2 Pembuatan Materi Penyuluhan dan Lembar Pre dan Post Test
Pembuatan materi penyuluhan sesuai dengan lingkup kesehatan reproduksi remaja, penyusunan
materi yang informatif dan mudah dipahami serta persiapan pre dan post test.
Menghubungi dan mengundang Dokter sebagai konselor program
5.2.3. Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Januari 2021. Kegiatan dimulai dengan penjaringan
penyakit tidak menular berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, tekanan
darah dan kadar kolesterol. Setelah dilakukan pemeriksaan, kegiatan dilanjutkan dengan
penyuluhan. Sebelum proses penyuluhan, siswa-siswi melakukan pengisian lembar pre test guna
mengukur pengetahuan siswa-siswi tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukan penyuluhan.
Setelah pengisian lembar pre test, selanjutnya dilakukan penyuluhan kemudian siswa-siswi
diminta untuk mengisi lembar post test sebagai bahan evaluasi.
5.3. Check (Evaluasi)

Tahap evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja telah berjalan dengan maksimal. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan program dilihat dari
faktor berikut:

1. Terlaksananya kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di SMA/SMK sederajat


2. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja setelah dilakukan penyuluhan

5.4. Action

Melanjutkan program secara efektif sesuai dengan hasil evaluasi dan monitoring.
Tabel Jadwal Kegiatan Mini Project
Tabel Kegiatan Mini Project
BAB VI

HASIL

Kegiatan penyuluhan dilakukan di SMKN 1 Manggar setelah dilakukan pemeriksaan skrining


penyakit tidak menular. Penyuluhan dimulai dari pre-test terlebih dahulu dengan tujuan untuk
mengetahui pengetahuan para siswa-siswi SMKN 1 Manggar mengenai Kesehatan reproduksi
sebelum dilakukan penyuluhan. Adapun hal yang perlu diketahui para siswa mengenai
Kesehatan reproduksi antara lain, ciri seks sekunder laki-laki dan perempuan, cara merawat
kebersihan alat reproduksi, dampak dari hubungan seksual pra-nikah terutama infeksi menular
seksual.

Dalam rangka meminimalisir penularan virus covid-19, SMKN 1 Manggar melakukan


pembatasan jumlah siswa dalam kelas, sehingga dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok,
dengan jadwal masuk sekolah yang berbeda. Oleh karena itu, pengadaan penyuluhan juga
dilakukan pada dua kelas, sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan.

Data Demografi

Kegiatan penyuluhan dilakukan di dua kelas, yaitu kelas XI A TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
dan kelas XI B TKJ masing-masing berjumlah 16 orang dan 10 orang. Dengan jumlah siswa
sebanyak 3 orang, serta jumlah siswi 23 orang. Rentang usia siswa-siswi kelas tersebut adalah
16-18 tahun, Sebagian besar peserta berusia 16 tahun.

Diagram Usia Peserta Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Kelas XI TKJ SMKN 1

16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun


Pre Test
Nama Kelas Umur Pre test
oap 16 9
w 16 9
tm 16 9
sa 16 8
wh 18 9
rs 17 10
w 16 7
yo 17 9
xi a tkj
vi 16 9
z 16 8
sd 16 9
sm 16 9
se 16 9
na 16 9
wz 16 9
pa 16 9
r 17 10
sk 16 8
na 16 7
sw 16 5
wn 17 7
xi b tkj
s 16 7
sf 17 8
ys 17 8
sn 17 8
na 17 7

Tabel Hasil pretest Kesehatan Reproduksi Murid SMKN 1 Manggar

Pada tabel hasil pretest pada kedua kelas, didapatkan rata-rata nilai yang didapatkan adalah 8,30
dari 10 soal yang diberikan. Nilai tersebut menggambarkan pengetahuan siswa-siswi SMKN 1
Manggar mengenai kesehatan reproduksi antara lain, ciri seks sekunder, cara menjaga kebersihan
alat reproduksi, dampak hubungan seksual pra-nikah serta penyakit menular seksual sudah
mencapai diatas rata-rata.
Nama Kelas Umur Post test
oap 16 9
w 16 10
tm 16 9
sa 16 9
wh 18 10
rs 17 10
w 16 10
yo 17 10
xi a tkj
vi 16 9
z 16 8
sd 16 9
sm 16 10
se 16 10
na 16 10
wz 16 10
pa 16 10
r 17 10
sk 16 9
na 16 8
sw 16 9
wn 17 10
xi b tkj
s 16 8
sf 17 10
ys 17 10
sn 17 8
na 17 9

Tabel Nilai Post test Siswa-Siswi SMKN 1 Manggar Setelah dilakukan Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi

Pada tabel diatas, rata-rata nilai yang didapat adalah 9,38. Adanya peningkatan nilai rata-rata pre
dan post test menjelaskan adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
sebelum dan sesudah pemaparan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi.
Perbandingan Pre test dan Post test

Nama Kelas Umur Pre test Post test


oap 16 9 9
w 16 9 10
tm 16 9 9
sa 16 8 9
wh 18 9 10
rs 17 10 10
w 16 7 10
yo 17 9 10
xi a tkj
vi 16 9 9
z 16 8 8
sd 16 9 9
sm 16 9 10
se 16 9 10
na 16 9 10
wz 16 9 10
pa 16 9 10
r 17 10 10
sk 16 8 9
na 16 7 8
sw 16 5 9
wn 17 7 10
xi b tkj
s 16 7 8
sf 17 8 10
ys 17 8 10
sn 17 8 8
na 17 7 9

Tabel Perbandingan Pre-test dan Post-test

Pada tabel diatas, dijabarkan adanya peningkatan nilai antara pretest dengan post test, yang
mengartikan bahwa adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi antara
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan
terdapat 7 siswa yang memiliki nilai konstan, artinya 26,92% siswa yang tidak mengalami
peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan. Pada tabel juga diketahui peningkatan
nilai tertinggi dari nilai 5 ke 9, artinya peningkatan pengetahuan tertinggi adalah sebanyak 40%
terhadap kesehatan reproduksi. Secara rerata, peningkatan nilai pre dan post test adalah 10,78%.
Diagram Perbandingan Pre dan Post Test
Kesehatan Reproduksi
12

10

0
oap w tm sa wh rs w yo vi z sd sm se na wz pa r sk na sw wn s sf ys sn na

Pre test Post test


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sasaran peserta sesuai harapan yaitu siswa-siswi kelas XI, dengan usia rata-rata 16-18 tahun.
2. Nilai hasil pre-test didapatkan 25 dari 26 orang peserta sudah mencapai nilai target.
3. Nilai hasil post-test didapatkan 26 dari 26 orang peserta sudah mencapai nilai target.
4. Nilai Post Test didapatkan 90% peserta mampu menjawab soal dengan benar sebesar ≥80%,
sehingga dapat disimpulkan penyuluhan berhasil meningkatkan pengetahuan peserta.

6.2 Saran
Perlu adanya sesi tambahan untuk membahas kesehatan reproduksi lebih mendalam. Kegiatan
penyuluhan di SMK juga bisa dilakukan secara rutin, sehingga dapat mencakup seluruh siswa-
siswi usia remaja, dengan itu, maka diharapkan, risiko penyakit menular seksual dan komplikasi
kehamilan yang diakibatkan oleh kehamilan usai remaja dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

References

There are no sources in the current document

Anda mungkin juga menyukai