Disusun oleh:
dr. Willis
Pembimbing:
dr. Faradela
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Project yang berjudul
“PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 MANGGAR”.Tujuan penulisan Mini Project ini sebagai pemenuhan
persyaratan Program Internship Dokter Indonesia di UPT Puskemas Manggar Kabupaten
Belitung Timur.
Dalam persiapan, pelaksanaan hingga penyelesaian mini project ini, tentunya penulis
mendapatkan pendampingan dan dukungan dari berbagai tenaga di UPT Puskesmas Manggar.
Terutama, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih atas pendampingan dari awal hingga
akhir mini project ini kepada dokter Faradela. Banyak terimakasih juga diberikan kepada para
penanggung jawab program yang berkolaborasi dalam pelaksanaan penjaringan penyakit tidak
menular di sekolah.
Adapun kesalahan penulisan atau penyusunan karya tulis mini project ini, diperlukan
saran dan kritik dari pembaca sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang lebih baik
lagi. Dengan adanya karya tulis ilmiah ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan.
Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa yang relatif belum
mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Pada periode remaja mulai memasuki tahap
kematangan biologis disertai adanya dorongan seks meningkat yang dapat menempatkan remaja
pada kondisi yang rawan seperti kebiasaan berperilaku seksual berisiko tinggi, apabila mereka
tidak dibekali dengan informasi yang benar.
Berdasarkan survey dari badan pusat statistik, 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah pemuda, atau
sekitar 64,19 juta jiwa (24,01%). Dengan rentang usia <16 tahun sebanyak 28,24 %, 16-18 tahun
20,67%, dan 19 -24 tahun sebesar 40,21%. Dimana, sekitar 2,52 persen pemuda di Indonesia
melakukan perkawinan dibawah umur 16 ttahun. Dari 100 pemuda perempuan, sekitar 6
diantaranya pernah melahirkan Ketika umurnya belum mencapai 20 tahun, dan masih ada sekitar
5,21 persen pemuda perempuan berusia 16-19 tahun yang melahirkan dibantu oleh bukan tenaga
kesehatan dan 13,93 persen yang melahirkan di bukan fasilitas kesehatan. Berdasarkan data e-
puskesmas, jumlah kunjungan ANC wilayah kerja Puskesmas Manggar adalah sebanyak 51
wanita yang berusia di bawah 19 tahun, dimana, ibu hamil yang dilakukan rujukan karena
komplikasi kehamilan seperti anemia, risiko gawat janin, dan lainnya pada usia di bawah 19
tahun adalah sebanyak 10 wanita, yang artinya 20 persen wanita usia dibawah 19 tahun
cenderung mengalami komplikasi pada kehamilan, terutama anemia.
UPT Puskemas Manggar ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2010 berdasarkan Peraturan
Bupati Belitung Timur Nomor 57 Tahun 2010, dimana pendirian Puskesmas di Kecamatan
Manggar dipandang perlu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberian
pelayanan kesehatan secara terpadu dan sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat.
1. Letak Geografis
Wilayah UPT Puskesmas Manggar merupakan daerah beriklim tropis yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan angin.Suhu maksimum 32˚C dan suhu minimum 26˚C.
Adapun batas wilayahnya terbagi menjadi 4 (Empat) bagian, yaitu:
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Damar.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gantung.
Kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar bervariasi terdiri dari
daratan dan lautan.Kecamatan Manggar merupakan salah satu wilayah Belitung Timur
yang terletak di daerah kepulauan, dimana masing-masing desa dikelilingi oleh pantai
dan bukan pantai.
3. Keadaan Tanah
UPT Puskesmas Manggar dengan Luas Wilayah Kerja seluruhnya 229 Km² dengan
rincian sebagai berikut:
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di wilayah kerja UPT Puskesmas
1. POSKESDES
2. POLINDES
Jumlah Polindes di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar yaitu sebanyak 6
buah yang terdapat di Desa Baru, Padang, Lalang, Kelubi, dan Pulau Buku Limau.
3. PUSTU
Jumlah pustu di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar yaitu sebanyak 3 buah
4. POSYANDU BALITA
bayi dan balita, pemberian Imunisasi, konsultasi kesehatan, dan pemberian PMT. Jumlah
posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 adalah sebanyak 43
5. POSYANDU USILA
tertuang didalam PERBUP NO. 37 TAHUN 2009 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas
Kesehatan Kabupaten Belitung Timur dan menyesuaikan dengan Permenkes RI No.75 Tahun
Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, dan Dokter
Spesialis di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 dapat kita lihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.2
Jumlah Dokter Umum, Dokter Gigi, dan Dokter Spesialis
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Manggar Tahun 2020
1. Umum 3
2. Gigi 1
3. Spesialis 0
Sumber: Bagian Kepegawaian UPT Puskesmas Manggar
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 terdapat 2 orang Dokter Umum, 1 orang Dokter
Rincian jumlah perawat, bidan, dan perawat gigi di wilayah kerja UPT Puskesmas
Tabel 5.3 Jumlah Perawat, Bidan, dan Perawat Gigi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Manggar Tahun 2020
1. Perawat 27
2. Bidan 21
3. Perawat Gigi 2
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 yaitu 27 orang perawat, 21 orang bidan, dan 2
Di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 terdapat 2 orang tenaga
kefarmasian yang terdiri dari 2 orang asisten apoteker dan 1 orang apoteker.
wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Sanitarian, Sarjana Kesehatan Masyarakat, dan Tenaga
Gizi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Manggar Tahun 2020
1. Tenaga Sanitarian 2
3. Tenaga Gizi 2
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Manggar tahun 2020, yaitu 2 orang tenaga gizi, 3 orang sarjana
Sesuai dengan data yang telah berhasil dikumpulkan, untuk menggambarkan situasi
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah yaitu mengenai alokasi anggaran yang berasal dari
dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (APBN) di Kabupaten Belitung Timur, termasuk
Pinjaman/Hibah dari Luar Negeri (PHLN), Alokasi Pembangunan Belanja Daerah (APBD),
dan juga uraian mengenai pembiayaan kesehatan masyarakat yaitu mengenai jaminan
kesehatan masyarakat.
Alokasi anggaran kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Manggar tahun 2020 untuk
dana PHLN dengan alokasi sebesar Rp.0. Sedangkan dana APBD Kabupaten/kota untuk
belanja langsung sebesar Rp. 2.507.216.000 dan belanja tidak langsung sebesar Rp.
Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dari awal berdirinya
Kabupaten Belitung timur sudah dicanangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai upaya pelayanan
kesehatan pra upaya antara lain Dana Sehat, Asuransi Kesehatan Askes, Asuransi Tenaga
Kerja (Astek), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan berbagai upaya
Pada tahun 2020 penyelenggaraan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya, serta
upaya kesehatan rujukan di Rumah Sakit sepenuhnya dikelola oleh PT. ASKES (Persero),
TINJAUAN PUSTAKA
Organ penghasil sperma, testis, tergantung di luar rongga abdomen dalam suatu kantong berlapis
kulit, skrotum, yang berada di dalam sudut antara kedua tungkai. Sistem reproduksi pria
dirancang untuk menyalurkan sperma ke saluran reproduksi wanita dalam suatu cairan pembawa,
semen, yang kondusif bagi viabilitas sperma. Kelenjar seks tambahan pria utama, yang
sekresinya membentuk Sebagian besar semen, adalah vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbouretra. Penis adalah organ yang digunakan untuk meletakkan semen pada wanita.
Sperma keluar dari masing-masing testis melalui saluran reporduksi pria, yang masing-masing
terdiri dari epididymis, ductus (vas) deferens, dan ductus ejakulatorius. Pasangan-pasangan
saluran reproduksi ini mengosongkan isinya ke sebuah uretra, saluran yang berjalan di
sepanjang penis dan mengosongkan isinya ke eksterior.1
Produk pembuahan dikenal sebagai embrio selama dua bulan pertama perkembangan intrauterus,
yaitu Ketika diferensiasi jaringan sedang berlangsung. Setelah periode ini, makhluk hidup yang
sedang terbentuk ini dapat dikenali sebagai manusia dan disebut fetus selama masa gestasi
sisanya. Meskipun tidak lagi terjadi diferensiasi jaringan lebih lanjut selama masa kehidupan
janin, masa ini adalah saat berlangsungnya pertumbuhan dan pematangan jaringan yang luar
biasa. Ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di dalam rongga panggul. Saluran
reproduksi wanita terdiri dari komponen-komponen berikut: Dua oviduktus (tuba uterine, atau
Fallopii) yang berkaitan erat dengan kedua ovarium, mengambil ovum saat ovulasi (pelepasan
ovum dari ovarium) dan berfungsi sebagia tempat fertilisasi. Uterus yang berongga dan
berdinding tebal teutama berperan memelihara janin selama masa perkembangannya dan
mengeluarkannya pada akhir kehamilan. Vagina dalah saluran yang mengandung otot dan dapat
teregang yang menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Bagian terbawah uterus,
serviks, menonjol ke dalam vagina dan mengandung satu pembukaan kecil, kanalis servikalis.
Sperma diendapkan di vagina oleh enis selama hubungan seks. Kanalis servikalis adalah jalur
bagi sperma untuk mencapai tempat pembuahan di oviduktus melalui uterus dan Ketika
mengalami pelebaran hebat sewaktu persalinan, merupakan saluran bagi pengeluaran baiyi dari
uterus. Lubang vagina terletak di daerah perineum antara lubang uretra di anterior dan lubang
anus di posterior. Struktur ini ditutupi secara parsial oleh suatu membran tipis, himen, yang
biasanya mengalami robekan fisik oleh hubungan seks perama. Lubang uretra dan vagina
dikelilingi di lateral oleh dua pasangan lipatan kulit, labia minora dan labia mayora. Labia
minora yang lebih kecil terletak di sebelah medial daripada labia mayora yang lebih menonjol.
Bagian klitoris yag dapat terlihat dan terletak di eksternal terletak di ujung anterior lipatan labia
minora. Genitalia eksterna wanita secara kolektif disebut sebagai vulva. Pada masa pubertas,
hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik atau tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan
untuk mendapatkan kepuasan seksual.1
Perubahan komposisi tubuh remaja pada masa pubertas adalah sebagai berikut: -2
a. Pada remaja perempuan, berat tanpa lemak menurun dari 80% menjadi 75%. Sedangkan
pada laki-laki meningkat dari 80% menjadi 85-90%.
b. Jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-laki.
c. Terjadi peningkatan lebar pelvis pada perempuan.
d. Otot skeletal berperan membentuk penampilan fisik luar terutama pada laki-laki karena
hormon androgen berperan sebagai stimulator hipertrofi otot skelet.
e. Pada organ dalam, percepatan pertumbuhan jantung dan paru laki-laki dan perempuan
sama. Jantung dan paru menjadi besar secara absolute dan terkait ukuran tubuh.
Pertumbuhan laring dipengaruhi hormon androgen. Laring remaja laki-laki membentuk
sudut 90o dalam bagian anterior kartilago tiroid (Adam’s apple), sedangkan pada
perempuan 120o. Pita suara perempuan 3 kali lebih panjang daripada laki-laki.
Pertumbuhan organ dalam sesuai bentuk tubuh seseorang. Orang yang pendek akan
mempunyai organ yang pendek. Pertumbuhan organ akan berhenti jika sudah sesuai
dengan tubuh yang dilayani.
f. Jumlah sel darah merah laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
g. Terjadi perubahan biokimia selama masa pubertas yang mencerminkan pertumbuhan
tulang
Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20–30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya
ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ
reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan
dewasa. Seorang ibu muda biasanya memiliki kemampuan perawatan pra-natal kurang baik
karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa
awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS.2
Infeksi menular seksual adalah segolongan penyakit infeksi yang terutama ditularkan melalui
kontak seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.
atau ektoparasit. Peningkatan insidens IMS tidak terlepas kaitannya dengan perubahan perilaku
berisiko tinggi, yaitu perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang
IMS. Orang yang termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi yaitu usia 20-34 tahun (pria),
pelancong, pekerja seksual komersil (PSK), pecandu narkotika dan homoseksual.Kegagalan
dalam mendiagnosis dan terapi akan menyebabkan komplikasi atau sekuele, misalnva infertilitas,
gangguan kehamilan berupa kecacatan pada bayi, infeksi neonatal, kanker, bahkan kematian.
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terjadi terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital atau ano- genital, sehingga kelainan ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja,
tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. 2
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggidi antara penyakit IMS
yang lain. Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah (pus) dari
orifisium uretra eksternum (muara uretra eksterna) sesudah melakukan hubungan seksual.
Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan
menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang
membawa penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae. Gambaran klinis dan komplikasi gonore
sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genilatia. Penderita pria gejala yang
didapatkan yaitu rasa nyeri dan panas pada saat kencing, keluarnya nanah (pus) kental berwarna
putih susu atau kuning kehijauan, ujung penis agak merah dan bengkak (radang uretra). Infeksi
pertama pada wanita dapat berupa uretritis atau servisitis. Pada wanita dapat timbul fluor albus
(keputihan kental berwarna kekuningan), rasa nyeri di rongga panggul, dan dapat pula tanpa
gejala. Komplikasi secara sistemik (diseminata) pada pria dan wanita dapat berupa artritis
(radang sendi), miokarditis (radang lapisan miokardium jantung), endokarditis (radang lapisan
endokardium jantung), perikarditis (radang perkardium), meningitis (radang selaput otak), dan
dermatitis.
Sifilis
Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan karena merupakan
penyakit berat. Hampir semua alat tubuh dapat diserang. Selain itu, wanita hamil yang menderita
sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital. Penyakit
ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunan barang-barang
dari seseorang yang tertular misalnya seperti baju, handuk dan jarum suntik. Penyebab timbulnya
penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh
lainya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. Penularan biasanya melalui kontak
seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan
melalui ibu ke anak dalam uterus). Gejala klinis Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan
sifilis akuisita (didapat). Secara klinis, sifilis akuisita dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:
a. Sifilis primer. Bentuk kelainan berupa erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum (ulkus
keras).
b. Sifilis sekunder. Dapat berbentuk roseola, kondiloma lata, sifilis bentuk varisela, atau
bentuk plak mukosa dan alopesia.
c. Sifilis tersier. Bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat dalam dan
kardiovaskular, serta neurosifilis.
sistem pembuluh dan kelenjar limfe tertentu pada daerah genito-inguinal dan genito-rektal.
Penyakit ini disebut juga limfopatiavenereum yang dilukiskan pertama kali oleh Nicolas,
Durand, dan Favre pada tahun 1913, oleh karena itu disebut penyakit Nicolas-Favre. Penyebab
limfogranuloma venereum adalah Chlamydia trachomatis.
Gejala konstitusi timbul sebelum penyakitnya mulai dan biasanya menetap selama sindrom
inguinal. Gejala konstitusi ini berupa malaise (lemah), nyeri kepala, artralgia (sakit pada sendi),
anoreksia (kurang nafsu makan), nausea (mual), dan demam. Kemudian timbul pembesaran
kelenjar getah bening inguinal medial dengan tanda-tanda radang. Penyakit dapat berlanjut
memberi gejala-gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi. Ulcus Mole Ulkus mole
adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut dan setempat berupa ulkus yang nyeri di
daerah kemaluan. Penyakit ini mempunyai nama lain yaitu chancroid dan soft chancre. Ulkus
mole disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).Gejala klinis penyakit ini
dimulai dengan papula yang berkembang menjadi ulkus dangkal, tepi merah, dasarnya kotor,
sekitar koreng, edema, dan mudah berdarah disertai rasa sakit pada penekanan. Granuloma
Inguinale Granuloma inguinale adalah penyakit yang timbul akibat proses granulomatosa pada
daerah anogenital dan inguinal. Daya penularan penyakit ini rendah, bersifat kronik, progresif,
mengenai genital dan kulit di sekitarnya, dn kadang-kadang sistem limfatik. Nama lain penyakit
ini adalah Sclerosing granuloma, granulomatosis, granulo venereum, granuloma Donovani, dan
donovanosis. Granuloma inguinale disebabkan oleh Donovania granulomatis
(Calymmatobacterium granulomatosis). Perjalanan penyakit mencakup keluhan utama dan
keluhan tambahan. Mula-mula timbul lesi berbentuk papula atau vesikel yang berwarna merah
dan tidak nyeri, perlahan-lahan mengalami ulserasi menjadi ulkus granulomatosa yang bulat dan
mudah berdarah, mengeluarkan sekret yang berbau amis.
Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual Prinsip umum pengendalian IMS
tujuan utamanya adalah memutuskan rantai penularan infeksi IMS, mencegah berkembangnya
IMS dan komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui (Media Litbangkes):
a. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang sehat,
pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan monogami, dan
mengurangi jumlah pasangan seksual.
b. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS pada para
pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan penyuluhan mengenai
bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, tindakan
profilaksis dan terutama mengajarkan cara penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
c. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini
terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan tentang gejala-gejala IMS dan
cara-cara penyebarannya.
Kehamilan pada usia remaja memiliki kecenderungan untuk terjadinya komplikasi pada saat
kehamilan seperti, kelahiran preterm, asfiksia janin, kematian janin, anemia pada kehamilan,
bayi berat lahir rendah, hipertensi dalam kehamilan dan abortus spontan. Berdasarkan penelitian
Sharma et al, adanya risiko untuk terjadi komplikasi pada kehamilan sebanyak 2,5 kali lebih
tinggi pada kehamilan usia remaja dibandingkan usia dua puluhan tahun. Studi di India utara
juga menunjukkan anemia pada kehamilan sebanyak 46% di usia remaja, yang disebabkan
karena asupan zat besi yang kurang. Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan secara
signifikan lebih tinggi pada usia remaja dibandingkan dengan kehamilan usia dua puluhan.
Penelitian lain di Sri Lanka, ditemukan adanya hubungan antara kehamilan remaja dan kematian
janin (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok usia 20-29 tahun. Studi kecil di rumah sakit
melaporkan Kejadian gawat janin sebesar 6% dan kejadian asfiksia bayi saat lahir sebesar 2%
pada kehamilan usia remaja.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-
2003) masih di atas negara-negara seperti Malaysia (10), Thailand (20), Vietnam(18), Brunei (8)
dan Singapura (3). Walaupun demikian AKB tersebut sudah menurun sebesar 41% selama 15
tahun ini yaitu dari 59 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1989-1992, menjadi 35 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1998-2002 (SDKI). Sekitar 40% kematian bayi tersebut terjadi pada
bulan pertama kehidupannya. Penyebab kematian pada masa perinatal/neonatal pada umumnya
berkaitan dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin selama di dalam kandungan dan
proses pertolongan persalinan yang diterima ibu/bayi, yaitu asfiksia, hipotermia karena
prematuritas/ BBLR, trauma persalinan dan tetanus neonatorum.
Proporsi kematian bayi di Indonesia menurut SKRT 2001, kematian antara 0-7 hari (32%), 8-28
hari (8%) dan 28 hari-11 bulan (60%), sedangkan penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah : BBLR (29%), asfiksia (27%), tetanus (10%), masalah pemberian minum (10%), infeksi
(5%), gangguan hematologk (6%), dan lain-lain (13%).
Penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia menurut SKRT tahun 2001 adalah karena
gangguan perinatal (36%), gangguan pada saluran nafas (28%), diare (9%), gangguan saluran
cerna (4%), penyakit syaraf (3%), tetanus (3%) dan gangguan lainnya (17%). Sedangkan
penyebab kematian balita menurut SKRT 2001 adalah sebagai berikut : gangguan saluran nafas
(23%), diare (13%), penyakit syaraf (12%), tifus (11%), gangguan saluran cerna (6%) serta
gangguan lainnnya (35%).
Angka Kesuburan Total (Total Fertility Rate/TFR) menurut pada kurun waktu 1967-1970
adalah 5,6. Angka kesuburan total ini dalam waktu dua puluh lima tahun telah turun menjadi
hampir setengahnya, yaitu 2,8 pada periode 1995-1997 (SDKI, 1997). Berdasarkan SDKI
2002-2003, TFR saat ini sebesar 2,6 per perempuan. Data SDKI ini menunjukkan penurunan
tingkat fertilitas.
Survei Depkes tahun 1995/1996 pada remaja 13-19 tahun di Jawa Barat dan Bali didapatkan
angka 7% dan 5% kehamilan pada remaja. Data tentang kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dari
beberapa sumber adalah : 61% pada usia 15-19 tahun (N = 1310, SDKI oleh Pradono 1997),
diantaranya sebesar 12,2% (N=98 orang) melakukan pengguguran di mana 7,2% ditolong oleh
dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun dan 70,4% tanpa pertolongan.
Menurut perundangan yang berlaku saat ini, Tindakan aborsi di luar tindakan medis adalah
illegal. Diperkirakan aborsi terkomplikasi yang menjadi penyebab kematian ibu adalah sebesar
15%. Masih tingginya angka kejadian aborsi merupakan refleksi banyaknya kasus kehamilan
yang tidak dikehendaki. Berdasarkan hasil survei tentang kejadian aborsi di 10 kota besar dan 6
kabupaten tahun 2000 ditemukan bahwa alasan melakukan aborsi untuk klien di kota karena
cukup umlah anak (43,7%) disusul karena belum siap menikah (24,3%). Sedangkan di kabupaten
persentase tertinggi alasan aborsi adalah karena masih sekolah (46,5%), disusul dengan jumlah
anak yang sudah cukup.
Berdasarkan hasil base-line survey yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas
Indonesia (LDUI) di empat provinsi (Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung) pada tahun 1999,
menunjukkan bahwa: Sebanyak 42% remaja mengatakan HIV tidak ditularkan oleh orang yang
tampak sehat, 24% remaja mengetahui tentang PMS %, 55% mengetahui tentang proses
kehamilan, 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali saja berhubungan dapat mengakibatkan
kehamilan, 46% remaja beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa disembuhkan, dan 26% remaja
mengatakan kondom tidak dapat mencegah HIV/AIDS, 57,1% remaja puteri mengidap anemia
(SKRT, 1995), 23% remaja kekurangan energi kalori (survei Bali, Jabar, 1995), 74% kebiasaan
makan tidak teratur (Survei SMU Surabaya, 1998), serta 61% kehamilan yang tidak diinginkan
pada remaja usia 15-19 tahun dengan melakukan solusi 12% dari mereka melakukan aborsi yang
dilakukan: (a) dilakukan sendiri 70%, (b) dilakukan dukun 10%, dan (c) tenaga medis 7%, (11)
hanya 45,1% remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi, pubertas,
menstruasi dan kebersihan diri (FKMUI, 2001), (12) hanya 16% remaja yang mengetahui
tentang masa subur (SDKI, 1997).
Selain berdampak secara medis, dampak sosial dari kehamilan usia remaja antara lain rendahnya
akses Pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan angka perceraian, pertumbuhan populasi, anak
yang lemah dan tidak sehat, serta menjadi orang tua tunggal.
Insiden kehamilan pada usia remaja secara signifikan meningkat pada golongan sosio-ekonomi
yang lebih rendah (52%) dibandingkan dengan dengan golongan sosial lebih tinggi (26%).
Faktor Budaya
Pernikahan di usia dini diterima pada kebudayaan di Asia Selatan. Adanya “ekspektasi sosial”
untuk hamil segera setelah menikah. Selain itu, sebagian besar pernikahan dini (80%) disebabkan
oleh dijodohkan oleh orangtuanya tanpa persetujuan gadis tersebut.
Kehamilan pada remaja sebesar 47% tidak direncanakan dan 34% merupakan kehamilan yang
tidak diinginkan. Studi lain menjelaskan Sebagian besar remaja perempuan tidak mengtahui
adanya proses konsepsi dan dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan.
Teenage Pregnancy
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa
remaja, yang ditandai dengan terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dngan
berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat meyebabkan
remaja secra fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat
mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan,
konseling, serta pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja ini.
Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai menjadi
1) kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya; 2) kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan
kematian ibu; 3) Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS. Masalah kesehatan reproduksi
remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan
emosi, keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka
panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap
keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang
remaja, sebagai berikut:
a. Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah jika anak berusia 12 sampai
24 tahun.
b. Usia remaja menurut UU perlindungan anak no. 23 tahun 2002 adalah 10–18 tahun.
c. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak
telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk anak perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak
laki-laki).
d. Menurut UU no. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
e. Menurut UU Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16–18
tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
f. Menurut UU Perkawinan no. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup
matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun (untuk anak perempuan) dan 19 tahun
(untuk anak laki-laki).
g. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai
dengan saat lulus Sekolah Menengah.
Dasar hukum Landasan hukum yang dipergunakan sebagai dasar dalam pembinaan KRR adalah:
Sasaran
a. Sasaran utama: kelompok remaja berusia 10–19 tahun di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Sasaran sekunder: orang tua, keluarga yang mempunyai anak remaja, guru/pamong
belajar, organisasi pemuda, pemimpin agama.
c. Sasaran tersier: petugas kesehatan, petugas lintas sektoral, LSM, organisasi masyarakat.
Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan
reproduksi yang baik antara lain (Depkes RI, 2005):
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja),
b. Alasan remaja perlu mendewasakan usia perkawinan serta cara merencanakan kehamilan
agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya,
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi,
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi,
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual,
f. Kekerasan seksual dan cara menghindarinya,
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif,
h. Hak-hak reproduksi
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi remaja
secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya komitmen para penentu dan pengambil kebijakan dari berbagai pihak
terkait, baik pemerintah dan non pemerintah.
2. Meningkatnya efektivitas penyelenggaraan upaya kesehatan reproduksi remaja melalui
peningkatan fungsi, peran dan mekanisme kerja di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
3. Meningkatnya keterpaduan dan kemitraan pelaksanaan program KRR bagi seluruh sektor
terkait, dipusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Ruang Lingkup Program KRR Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:
a. Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi organ
reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin,
b. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS,
c. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya),
d. Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari resiko TRIAD KRR seperti:
kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan lain-lain.
Pencapaian indikator
Jumlah indikator yang ingin ditangani oleh setiap sektor cukup banyak dan tingkat
pencapaiannya berbeda-beda. Keadaan ini kurang menguntungkan untuk pencapaian program
Kesehatan Reproduksi secara nasional. Nilai indikator yang dapat digunakan oleh setiap sektor
adalah dengan "strong indicators" yang digunakan WHO ditambahkan dengan indikator lain
yang sesuai dengan kebutuhan komponen. Kondisi yang diharapkan adalah disepakatinya
indikator minimal yang harus dicapai oleh program Kesehatan Reproduksi dan disesuaikan
dengan Milenium Development Goals. Indikator tersebut adalah :
IDENTIFIKASI MASALAH
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan untuk
diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas
masalah.Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah
tersebutakan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.
2. Program Kesehatan 5 2 2 5 14 IV
Lingkungan
3. Upaya Perbaikan Gizi 4 3 3 5 15 III
4. KIA/KB 5 3 3 5 16 II
4.3.1 Manusia
4.3.2 Lingkungan
4.3.3 Metode
- Pemaparan edukasi hanya diberikan dari pihak puskesmas dan tidak dijadwalkan secara rutin,
sehingga hanya dianggap remeh oleh remaja
4.3.4 Material
Sumber referensi mengenai reproduksi tidak terpantau oleh orang tua serta guru sehingga
memungkinkan untuk remaja mendapatkan informasi yang salah mengenai organ
reproduksi, cara merawat serta dampak dari aktivitas seksual pra nikah terutama infeksi
menular seksual.
4.4 Diagram Ishikawa
BAB V
RENCANA KEGIATAN
Setelah menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, selanjutnya menentukan lokasi yang
tepat diadakannya program ini. Penentuan lokasi kegiatan ini ditetapkan melalui
pertemuan internal dengan pemegang program pengendalian penyakit tidak menular,
yang juga sudah didiskusikan dengan guru dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
a. Masalah terkait penyebab peningkatan kehamilan di usia remaja di UPT Puskesmas Manggar
b. Penentuan sekolah tujuan untuk dilakukan penyuluhan, terkait dengan keterbatasan waktu
c. Diskusi mengenai mekanisme penyuluhan di SMK Negeri 1 Manggar.
5.2.2 Pembuatan Materi Penyuluhan dan Lembar Pre dan Post Test
Pembuatan materi penyuluhan sesuai dengan lingkup kesehatan reproduksi remaja, penyusunan
materi yang informatif dan mudah dipahami serta persiapan pre dan post test.
Menghubungi dan mengundang Dokter sebagai konselor program
5.2.3. Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Kegiatan dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Januari 2021. Kegiatan dimulai dengan penjaringan
penyakit tidak menular berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, tekanan
darah dan kadar kolesterol. Setelah dilakukan pemeriksaan, kegiatan dilanjutkan dengan
penyuluhan. Sebelum proses penyuluhan, siswa-siswi melakukan pengisian lembar pre test guna
mengukur pengetahuan siswa-siswi tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukan penyuluhan.
Setelah pengisian lembar pre test, selanjutnya dilakukan penyuluhan kemudian siswa-siswi
diminta untuk mengisi lembar post test sebagai bahan evaluasi.
5.3. Check (Evaluasi)
Tahap evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja telah berjalan dengan maksimal. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan program dilihat dari
faktor berikut:
5.4. Action
Melanjutkan program secara efektif sesuai dengan hasil evaluasi dan monitoring.
Tabel Jadwal Kegiatan Mini Project
Tabel Kegiatan Mini Project
BAB VI
HASIL
Data Demografi
Kegiatan penyuluhan dilakukan di dua kelas, yaitu kelas XI A TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
dan kelas XI B TKJ masing-masing berjumlah 16 orang dan 10 orang. Dengan jumlah siswa
sebanyak 3 orang, serta jumlah siswi 23 orang. Rentang usia siswa-siswi kelas tersebut adalah
16-18 tahun, Sebagian besar peserta berusia 16 tahun.
Pada tabel hasil pretest pada kedua kelas, didapatkan rata-rata nilai yang didapatkan adalah 8,30
dari 10 soal yang diberikan. Nilai tersebut menggambarkan pengetahuan siswa-siswi SMKN 1
Manggar mengenai kesehatan reproduksi antara lain, ciri seks sekunder, cara menjaga kebersihan
alat reproduksi, dampak hubungan seksual pra-nikah serta penyakit menular seksual sudah
mencapai diatas rata-rata.
Nama Kelas Umur Post test
oap 16 9
w 16 10
tm 16 9
sa 16 9
wh 18 10
rs 17 10
w 16 10
yo 17 10
xi a tkj
vi 16 9
z 16 8
sd 16 9
sm 16 10
se 16 10
na 16 10
wz 16 10
pa 16 10
r 17 10
sk 16 9
na 16 8
sw 16 9
wn 17 10
xi b tkj
s 16 8
sf 17 10
ys 17 10
sn 17 8
na 17 9
Tabel Nilai Post test Siswa-Siswi SMKN 1 Manggar Setelah dilakukan Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi
Pada tabel diatas, rata-rata nilai yang didapat adalah 9,38. Adanya peningkatan nilai rata-rata pre
dan post test menjelaskan adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
sebelum dan sesudah pemaparan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi.
Perbandingan Pre test dan Post test
Pada tabel diatas, dijabarkan adanya peningkatan nilai antara pretest dengan post test, yang
mengartikan bahwa adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi antara
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Sedangkan
terdapat 7 siswa yang memiliki nilai konstan, artinya 26,92% siswa yang tidak mengalami
peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan. Pada tabel juga diketahui peningkatan
nilai tertinggi dari nilai 5 ke 9, artinya peningkatan pengetahuan tertinggi adalah sebanyak 40%
terhadap kesehatan reproduksi. Secara rerata, peningkatan nilai pre dan post test adalah 10,78%.
Diagram Perbandingan Pre dan Post Test
Kesehatan Reproduksi
12
10
0
oap w tm sa wh rs w yo vi z sd sm se na wz pa r sk na sw wn s sf ys sn na
6.2 Saran
Perlu adanya sesi tambahan untuk membahas kesehatan reproduksi lebih mendalam. Kegiatan
penyuluhan di SMK juga bisa dilakukan secara rutin, sehingga dapat mencakup seluruh siswa-
siswi usia remaja, dengan itu, maka diharapkan, risiko penyakit menular seksual dan komplikasi
kehamilan yang diakibatkan oleh kehamilan usai remaja dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
References