Anda di halaman 1dari 5

Manifestasi Klinis

Setelah terjadinya reaktivasi, herpes zoster otikus dapat menyerang telinga luar
(khususnya konka aurikula), kulit periaurikular, meatus akustikus eksternus, telinga tengah,
telinga dalam (jika sudah menyerang N VIII), dinding lateral hidung, palatum molle,
anterolateral lidah, dan percabangan N VII. Sesudah masa inkubasi yang berlangsung 4-20
hari, muncul gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, dan terkadang mual dan
1
muntah. Selanjutnya dapat muncul erupsi/vesikel di periaurikular, telinga luar, dan meatus
akustikus eksternus. Waktu munculnya erupsi/vesikel memiliki nilai prognostik yang
signifikan. Pada sebagian besar kasus, erupsi muncul bersamaan dengan paralisis. Pada 25%
kasus, dimana erupsi muncul terlebih dahulu dari paralisis, pasien tersebut memiliki
persentase kesembuhan yang lebih besar. Setelah erupsi/vesikel dan paralisis terjadi, gejala
1,2
yang lain mengikuti yaitu hiperakusis, tuli sensorineural, dan nyeri hebat.

Adapun dari manifestasi klinis yang sering muncul dari herpes zoster otikus, dapat
1,2
dikelompokkan menjadi:

 Gejala awal.
Setelah masa inkubasi 4 – 20 hari, muncul gejala prodromal berupa demam, sakit
kepala, malaise, kadang-kadang mual dan muntah.

Kemudian diikuti dengan nyeri yang hebat pada daerah telinga dan mastoid yang
biasanya mendahului timbulnya lesi yang berupa vesikula

yang berada diatas kulit yang hiperemis.

 Vesikel/Erupsi
o Vesikel dapat muncul sebelum, bersamaan, tau setelah adanya paralisis nervus
fasialis.
o Vesikel yang timbul dapat menyebabkan sensasi terbakar nyeri hebat, rasa
terbakar melepuh atau otalgia pada sekitar telinga,wajah, mulut dan mungkin juga
pada lidah.
 Gejala yang berhubungan dengan N VII
o Paresis ipsilateral
o Paralisis ipsilateral
 Gejala yang berhubungan dengan N VIII
o Tinnitus
o Vertigo
o Tuli sensorineural
o Gangguan keseimbangan
 Gejala lain
o Nyeri hebat pada mata
o Lakrimasi
o Mata tidak bisa menutup
o Gangguan indera pengecap

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

1,3
 Anamnesis
Pasien dengan gejala berupa :
o nyeri pada telinga, nyeri pada mata
o rasa tebakar di sekitar telinga, wajah, mulut, dapat juga terjadi di lidah.
o mual dan muntah dapat terjadi,
o disertai gangguan pendengaran, hiperakusis atau tinnitus.
1,3
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan didapatkan :
o Tampak lesi kulit yang vesikuler pada kulit di daerah muka, pada liang
telinga, konka dan daun telinga.
Gambar 1 : A) Pasien Herpes zoster otikus sebelum pengobatan
B) kembalinya fungsi motorik secara keseluruhan setelah pengobatan
C) Lesi vesikel pada meatus akustikus eksternus

Gambar 2 : Tanda klinis penderita herpes zoster otikus

o Bintik-bintik merah juga dapat terlihat pada kulit di belakang telinga, dinding
lateral hidung, palatum molle dan lidah bagian anterolateral.
o Vertigo Romberg Test (+)
o Tuli sensorineural
o Parese saraf fasialis menyerupai bells palsy juga dapat ditemukan. Tes
motorik wajah tampak asimetris pada waktu bersiul, mengerutkan dahi, dan
beristirahat
o Ketidakmampuan dalam menutup mata pada bagian ipsilateral, sehingga
pasien akan mengeluhkan kekeringan pada kornea dan iritasi.

 Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan laboratorium yang meliputi: kadar nitrogen dalam urin ( BUN),
3
kreatinin, hitung sel darah, serta elektrolit
4
o Tes Serologi. Anti-VZV IgG dan IgM
4
o Fluorescent-antibody membrane antigen assay (FAMA) (gold standard)
o Magnetic Ressonance Imaging (MRI) dengan menggunakan gadolinium
3
diethylene-triamine pentaacetic acid ( Gd-DTPA).
3
o Audiometri nada murni
3
o Brainsteam Evoked Response Audiometry (BERA)
3
o Sediaan apus Tzank
Pemeriksaan sediaan apus secara Tzank dapat menemukan sel datia berinti
ksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, dan tes
serologik.3 pemeriksaan histopatologi. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi,
apusan pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan
intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat
menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan
fusi.3
o PCR
Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur
viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang hanya
75 %). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan
secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa
digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat
3
dibandingkan kultur virus.

 Diagnosa Banding
- Bell’s palsy
- Otitis eksterna
- Neuralgia Trigeminal
Herpes Zoster Bell’s Otitis Neuralgia
Otikus Palsy Eksterna Trigeminal
Etiologi VZV idiopatik Infeksi Kerusakan saraf
trigeminal
Lokasi Telinga, mukosa wajah Telinga Distribusi saraf
mulut /palatum, wajah bagian luar trigeminal
Ruam vesikel + - + -
Kelumpuhan saraf + + - +
wajah perifer
Nyeri + - + +
Tabel 1. Diagnosis Banding Herpes Zoster Otikus

DAFTAR PUSTAKA

1. Lustig, LR, Niparko, JK. 2012. “Disorder of Facial Nerve,” dalam: Lalwani, A (Ed.)
Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology, Head and Neck Surgery 3rd
Edition. McGraw-Hill, San Francisco (hal 889-899)
2. Scott, K. 2014. “Facial Nerve Condition,” dalam: Debo, RF, Keyes, AS, Leonard
DW (Ed.) Quick Refernce for Otolaryngology. Springer, New York (hal 94-98)
3. Sunita, B, Sepahdari, A, Sidell, D. 2013. “Paralysis of Cranial Nerve,” dalam Gopen,
Q (Ed.) Fundamental Otology: Pediatric & Adult Practice 1st Edition. Jaypee
Brothers, New Delhi (hal 238-239)
4. Arvin, AM, Gilden, D. 2013. “Varicella Zoster Virus,” dalam: Knipe, DM, Howley,
PM (Ed.) Fields Virology 6th Edition. Lippincott Williamz & Wilkins, Philadelphia
(hal 2038-2052)

Anda mungkin juga menyukai