Anda di halaman 1dari 21

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT 5 PILAR

(KESEHATAN PEMUKIMAN PESISIR)


TAHUN 2021

LAPORAN MAGANG

Puskesmas Labuhan Lombok

Peminatan Kesehatan Lingkungan

Oleh :

M. Imron Hadi
NIM : 31 119 020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
TAHUN 2021
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT 5 PILAR
(KESEHATAN PEMUKIMAN PESISIR)
TAHUN 2021

Oleh:

M.Imron Hadi
NIM. 31119020

Laporan Magang ini telah diperiksa oleh


Pembimbing Magang dan telah disetujui untuk diseminarkan

Mataram, Juni 2021

Menyetujui

Pemimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Iwan Desimal, S.Si., M.KL Subutiyah, AMKL


NIDN 0824128701 NIP 19801231 200901 2 009

Koordinator Magang,

Murtiana Ningsih, SKM.,M.Kes


NIDN 0004037703
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur kepada Allah
SWT, yang telah menentukan segala sesuatu berada di tangan-Nya, sehingga tidak
ada setetes embun pun dan segelintir jiwa manusia yang lepas dari ketentuan dan
ketetapan-Nya. Alhamdulillah atas hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan magang ini.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada orang yang penulis
hormati, yaitu Ibu Murtiana Ningsih, SKM., M. Kes. selaku koordinator magang,
Bapak Iwan Desimal, S.Si., M.KL selaku dosen pembimbing akademik, dan Ibu
Subutiyah, AMKL selaku pembimbing lapangan, yang telah meluangkan
waktunya dengan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat
berguna dalam penyelesaian laporan magang ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan magang ini masih jauh dari
sempurna, hal itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Besar harapan penulis, semoga laporan magang ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan
laporan magang ini, penulis banyak mendapat pelajaran, dukungan motivasi,
bantuan berupa bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari
pelaksanaan hingga penyusunan laporan magang ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan laporan
magang ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Mataram, Juni 2021

Penulis

M. Imron Hadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait permasalahan air
minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil Risert Kesehatan
Dasar 2010 menunjukknan penduduk yang melakukan BAB numpang di
tetangga sebesar 6,7%, menn- gunakan jamban tidak sehat 25% dan 17,7%
BAB disembarang tempat (Definisi JMP).
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun
2006, perilaku masyarakat mencuci tangan dilakukan: (i) setelah buang air
besar 12%; (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%; (iii)
sebelum makan 14%; (iv) sebelum memberi makan bayi 7%; dan (v) sebe-
lum menyiapkan makanan 6%. Studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukkan 99,20% telah merebus
air untuk keperluan air minum, akan tetapi 47,50% dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.i
Implikasinya, diare, yang merupakan penyakit berbasis lingkungan
menjadi penyebab nomor satu kematian bayi di Indonesia, yaitu 42% dari
total angka kematian bayi usia 0-11 bulan. Di In- donesia, sekitar 162 ribu
balita meninggal setiap tahun atau sejumlah 460 balita setiap harinya
(Riset Kesehatan Dasar 2010).
Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah
Indonesia melalui Kemente- rian Kesehatan Republik Indonesia telah
mengem- bangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkan- nya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang
menjadikan STBM sebagai Program Nasional dan merupakan salah satu
sasaran utama dalam RPJMN 2010 – 2014, yang menargetkan bahwa pada
akhir tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat Indonesia yang
melakukan praktik buang air besar semba- rangan (BABS).
Upaya lain dari Pemerintah adalah dengan meningkatkan
aksesibilitas masyarakat terh- adap layanan air minum dan sanitasi yang
me- madai melalui kerjasama pendanaan dengan pihak lain, seperti
lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta (investasi
langsung maupun Corporate Social Responsibil- ity) dan masyarakat.
Prinsip pendekatan STBM adalah keterpad- uan antara komponen
peningkatan kebutuhan (demand), perbaikan penyediaan (supply) sani- tasi
dan penciptaan lingkungan yang mendu- kung, namun pelaksanaannya
perlu dipertim- bangkan komponen pendukung lainnya seperti strategi
pembiayaan, metoda pemantauan dan pengelolaan pengetahuan/informasi
sebagai media pembelajaran.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan
yang mendukung, peningkatan kebu- tuhan sanitasi, peningkatan
penyediaan sanitasi dan pengembangan inovasi sesuai dengan kon-
teks wilayah.

b. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, kemampuan, dan
keterampilan tentang dunia kerja upaya pembinaan kesehatan fisik dan
mental dengan tujuan membantu pemberdayaan masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Labuhan Lombok.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam kegiatan magang yang berfokus pada
pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat dengan tujuan
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Labuhan Lombok, Lombok Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Posyandu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan dengan metode pemicuan.

2.2 Tujuan
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi
remaja. Tujuan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan
mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung,
peningkatan kebu- tuhan sanitasi, peningkatan penyediaan sanitasi dan
pengembangan inovasi sesuai dengan kon- teks wilayah.

2.3 Komponen STBM


Program STBM dilaksanakan melalui proses pelembagaan 3 (tiga)
komponen sanitasi total yang merupakan satu kesatuan yang saling me-
mengaruhi yaitu:
a. Penciptaan lingkungan yang kondusif;
b. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi; dan
c. Peningkatan penyediaan sanitasi
Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi
pelaksanaan untuk pencapaian 5 (lima) pilar STBM.
2.4 Tahapan Pelaksanaan STBM
Pelaksanaan STBM dilakukan melalui tahapan kegiatan yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Keseluruhan tahapan
persiapan STBM di semua tingkat harus memperhatikan koordinasi lintas
sektor dan lintas pemangku kepentingan, termasuk lin- tas program
pembangunan air minum dan sani- tasi, sehingga keterpaduan dalam
persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Institusi Magang


Puskesmas Labuhan Lombok merupakan salah satu dari dua
Puskesmas di wilayah Kecamatan Pringgabaya. Secara geografis berada di
jalur jalan nasional/Negara lintas Lombok-Sumbawa, tepatnya di Desa
Lab. Lombok. Adapun batas – batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Sambelia, Wilayah kerja Puskesmas
Sambelia.
Selatan : Desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya, Wilayah kerja
Puskesmas Batuyang.
Timur : Selat Alas
Barat : Desa Selaparang dan Desa Perigi Kecamatan Suela,
Wilayah kerja Puskesmas Suela.
Berdasarkan data administratif Kecamatan Pringgabaya, wilayah
kerja Puskesmas Lab. Lombok terbagi menjadi 5 (Lima) desa yaitu Desa
Lab. Lombok, Pringgabaya, Pringgabaya Utara, Gunung Malang dan desa
Seruni Mumbul. Dengan demikian jumlah Desa definitif wilayah kerja
Puskesmas Lab. Lombok sebanyak 5 desa dan 32 dusun.
Topografi wilayah kerja Puskesmas Lab. Lombok rata-rata berupa
daerah dataran dan ada juga daerah perbukitan di beberapa wilayah desa.
Dan wilayah semua desa pada umumnya terdiri dari: lahan pemukiman
penduduk, lahan pertanian, perkebunan dan pantai. Sedangkan menurut
data proyeksi penduduk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Lab. Lombok yaitu 41.110 jiwa
Tabel 1 : Data jumlah Sebaran penduduk dan jenis kelamin per desa Puskesmas
Lab. Lombok Tahun 2020.
Jumlah Jenis Kelamin
No Nama Desa Ket
Penduduk Laki-laki Perempuan
1 Lab. Lombok 12,899 6,431 6,468
2 Pringgabaya 14,343 6,688 7,655
3 Pringgabaya Utara 4,091 1,889 2,202
4 Gunung Malang 4,670 2,282 2,388
5 Seruni Mumbul 5,107 2,568 2,539
JUMLAH 41,110 19,858 21,252
Sumber : Data Jumlah Penduduk BPS Lombok Timur 2020

Tabel 2 : Data jumlah Sasaran per desa Puskesmas Lab. Lombok Tahun 2020
Jumlah
No Penduduk Sasaran Program
Nama Desa
(Jiwa) Bayi Balita Bumil Bulin PUS LANSIA
1 Lab. Lombok 12,899 279 1,115 307 296 2,193 1,082
2 Pringgabaya 14,343 310 1,240 341 329 2,438 1,203
Pringgabaya
3 4,091 88 354 97 94 695 343
Utara
4 Gunung Malang 4,670 101 404 111 107 794 392
5 Seruni Mumbul 5,107 110 442 121 117 868 428

JUMLAH 41,110 888 3,555 977 934 6,988 3,448

Sumber: Data Sasaran Program Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun
2020
Puskesmas Lab. Lombok dengan luas wilayah 8144,45 Km2 dan jumlah
penduduk 41.110 jiwa sehingga kepadatan penduduknya adalah 5 jiwa/Km2.

Tabel 3 : Data Luas wilayah, Jumlah sebaran dan kepadatan penduduk per Desa
Puskesmas Lab. Lombok Tahun 2020
Luas Jumlah Kepadatan
NO Wilayah Penduduk Penduduk /
Nama Desa
( Km2) (Jiwa) Km2
1 Lab. Lombok 972 12,899 13
2 Pringgabaya 782 14,343 18
3 Pringgabaya Utara 815 4,091 5
4 Gunung Malang 4635 4,670 1
5 Seruni Mumbul 940 5,107 5
JUMLAH 8144 41.110
Sumber : Data Kecamatan Pringgabaya, Tahun 2020
Kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas Lab. Lombok tidak merata,
desa terpadat adalah Desa Pringgabaya dengan kepadatan 18 jiwa /Km 2,
sedangkan terendah adalah Desa Gunung Malang dengan kepadatan penduduk 1
jiwa / Km2. .

3.2 Struktur Organisasi Institusi

3.3 Struktur Organisasi Bidang/Bagian/Unit Magang


3.4 Kegiatan Magang
BAB IV
PEMBAHASAN

Sebelum dimulainya pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


(STBM), program sanitasi di Indonesia cenderung berfokus pada kalkulasi
pertumbuhan jumlah sarana yang ter- bangun (output), dengan tidak membedakan
kualitas sarana (sehat atau tidak sehat). Na- mun STBM adalah sebuah pendekatan
untuk perubahan perilaku higiene dan sanitasi, oleh karena itu, pemantauan dan
evaluasinya akan lebih berfokus pada OUTCOME perubahan pe- rilaku.
Tujuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program STBM adalah
agar dapat men- gukur perubahan dalam pencapaian program dan
mengidentifikasi pembelajaran yang dapat dipetik selama pelaksanaan.
Secara khusus, tujuan pemantauan dan evaluasi dalam STBM antara
lain:
a) Memantau proses dan kemajuan pelaksanaan ;
b) Mengontrol kualitas pelaksanaan ;
c) Mengevaluasi dampak untuk menentukan apakah kegiatan atau
intervensi yang dilakukan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bagi penerima manfaat dan pemangku kepentingan lainnya;
d) Memantau kinerja pelaksana untuk menjamin keberhasilan program;
e) Menjadi pijakan untuk penyusunan rencana kegiatan tahun
selanjutnya;
f) Menjadi bahan dasar untuk pengelolaan pengetahuan.
Meskipun pemantauan dan evaluasi di daer- ah akan cukup bervariasi
pelaksanaannya, ber- dasarkan pengalaman dari proyek higiene dan sanitasi
perdesaan/kelurahanan di Indonesia, sistem manajemen informasi dari hasil
peman- tauan yang akan dikembangkan dan dilem- bagakan pada lembaga
pemerintah daerah setidaknya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Masyarakat penting untuk dilibatkan dalam memantau kemajuan dan
mengevaluasi dampak, bersama-sama dengan pemerintah daerah;
 Akurat, yaitu informasi yang disampaikan harus menggunakan data yang
benar, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan;
 Karena itu, pemantauan diterapkan melalui sistem informasi satu pintu, yaitu
kabupaten melalui lembaga yang disepakati bertang- gung jawab dalam
memverifikasi aliran data dan informasi yang dilaporkan ke tingkat provinsi
dan nasional;
 Pemantauan kemajuan sebaiknya mengisi kebutuhan pemantauan target MDG
nasion- al;
 Informasi hasil pemantauan harus tersedia tepat waktu dalam upaya
melaksanakan per- baikan program dengan segera;
 Saat sistem pemantauan nasional telah berjalan, pemerintah daerah sebaiknya
menghubungkan pemantauan berbasis masyarakat dengan rantai informasi
dari masyarakat hingga kabupaten dan provinsi ke tingkat nasional;
 Informasi ini dapat diolah dan dianalisis dise- suaikan dengan kebutuhan di
masing-masing tingkatan;
 Umpan balik penting untuk dilakukan, agar manfaat dari hasil pemantauan
dan pelapo- ran yang berjenjang ini dapat dirasakan oleh setiap pemangku
kepentingan yang ada di masing-masing tingkat.
Sesuai dengan amanat otonomi daerah, Pemer- intah berkewajiban
memberikan panduan umum sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah. Begitu
pula halnya pada sistem pemantauan dan evalu- asi, Pemerintah memberikan
panduan sistem pe- mantauan dan evaluasi beserta indikator kinerja lima pilar
STBM. Hal ini dimaksudkan untuk mem- permudah pengelompokan secara
nasional dalam pendataan untuk penyusunan kebijakan pendeka- tan STBM
berskala nasional.
Pembangunan kapasitas di Pemerintah Daerah perlu disediakan oleh
Pemerintah termasuk kapasi- tas bagi pelaksanaan Sistem Manajemen Informasi
daerah berdasarkan data pemantauan masyarakat, konsolidasi dan penggunaan
datanya untuk pening- katan program di tingkat kabupaten dan provinsi, dan
secara rutin terjadi pelaporan data dari masyarakat ke kabupaten, provinsi hingga
tingkat nasional menggunakan inovasi teknologi.

5.1 Kerangka Pemantauan Pencapaian dan Kinerja Program


Pengembangan kerangka kerja pemantauan pada STBM akan
mengikuti pola pikir sebagai berikut:
Gambaran pelaksanaan pelaksanaan dan evalu- asi untuk setiap
tingkatan indikator diuraikan seperti di bawah ini:
Gambar 5.1.
Kerangka pemantauan dan evaluasi STBM
1. Indikator input dan output dapat dipantau secara periodik sesuai
pelaksanaan masing- masing kegiatan. Misalkan: informasi ang- garan
sanitasi pemerintah daerah dapat se- cara rutin termutakhirkan setiap
tahunnya. Demikian pula dengan jumlah fasilitator dan pelatih STBM,
dapat termutakhirkan setiap tahunnya.
2. Indikator capaian dari masing-masing pilar dapat dipantau dengan sistem
pemantauan rutin yang dikembangkan oleh Pemerintah, dengan
menggunakan dan menghubungkan mekanisme pemantauan yang telah
ada di masing-masing daerah. Indikator capaian ini perlu termutakhirkan
lebih sering (misal: mingguan atau bulanan), agar memenuhi fungsi
ketepatan waktu untuk diguna- kan dalam perbaikan program.
3. Untuk memantau indikator dari tujuan atau goal yaitu, mengukur
seberapa besar terjadi penurunan kejadian diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya, dilakukan suatu studi khusus. Keg- iatan ini
dilakukan setelah hasil program terlihat dampaknya, misal: minimal 3-5
tahun dari intervensi awal.

5.2 Pemantauan Pencapaian


Pemantauan dan evaluasi program STBM melalui Sistem Informasi
Pemantauan dilaksan- akan secara umum melalui tahapan, yaitu pen-
gumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data dan informasi,
dan pelaporan dan pemberian umpan-balik.
5.3 Pemantauan Kinerja Program Pemerintah Daerah
Keberhasilan pencapaian indikator hasil-hasil kegiatan STBM
seperti tertuang pada sub-pokok bahasan 5.1 tidak terlepas kepada
bagaimana Pe- merintah Daerah melaksanakan strategi program- nya
dengan baik dan tepat sasaran. Pemantauan kinerja program Pemerintah
Daerah ini menjadi penting dilakukan dengan beberapa pertimban- gan
seperti di bawah ini:
 Pemantauan kinerja harus memungkinkan pembuat kebijakan dan
pengelola pro- gram untuk memantau kinerja secara ra- sional dan
dengan demikian ada upaya menyalurkan sumber daya dengan
tepat dan aksi perbaikan atas dasar kekuatan dan kelemahan yang
diidentifikasi;
 Menghubungkan pemantauan input, out- put dan proses dengan
outcome yang diinginkan melalui sistem pemantauan STBM yang
dikembangkan;
 Pemantauan berkala membantu me- nandai kesenjangan dalam
akurasi data dan ketepatan waktu pelapo- ran;
 Benchmarking harus dikaitkan den- gan insentif untuk mendorong
pen- ingkatan kinerja;
 Evaluasi program yang sudah berjalan, untuk menentukan strategi
pelaksanaan program (rencana strat- egis) ke depan yang lebih
efisien.
5.4 Pengelolaan Pengetahuan Program STBM
Salah satu tantangan yang dialami berbagai pro- gram dan proyek
adalah tingkat mutasi/rotasi indi- vidu yang tinggi. Mutasi/rotasi individu
yang men- gakibatkan keluarnya individu juga mengakibatkan hilangnya
ilmu dan kapasitas yang dimiliki individu tersebut yang sangat dibutuhkan
oleh organisasi/ program. Disinilah pentingnya pengelolaan penge- tahuan
yang diamanatkan menjadi salah satu strategi nasional dalam program
STBM.
Pengelolaan pengetahuan memastikan bahwa ilmu dan kapasitas
yang telah ada di suatu organ- isasi/program tidak menghilang walaupun
indivi- dunya tidak ada lagi di dalam organisasi/program tersebut.
Pengelolaan pengetahuan juga digunakan untuk meningkatkan performa
seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menye- diakan
sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang.
Prinsip pengelolaan pengetahuan pada pro- gram STBM adalah
melestarikan pengetahuan dan pembelajaran mengenai sanitasi total.
Pengelolaan pengetahuan setidaknya terdiri dari 3 (tiga) tahapan
yaitu:
1. Identifikasi dan pengumpulan pengetahuan yang telah ada dan berguna
untuk mening- katkan efisiensi dan efektivitas program;
2. Pengemasan dan pengarsipan pengetahuan dalam bentuk yang dapat
didiseminasikan dan diakses oleh para pemangku kepentin- gan
dengan mudah kapanpun diperlukan; dan
3. Diseminasi pengetahuan dan pembelajaran kepada para pemangku
kepentingan.
Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah siklus yang perlu selalu
dijaga dalam pelaksan- aannya agar pembelajaran yang didapatkan se- lalu
dimutakhirkan sesuai kondisi di lapangan.
5.5 Peran dan Fungsi Pemangku Kepentingan dalam Pemantauan dan
Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi STBM dilakukan di semua tingkatan
dengan pelaporan berjenjang. Indikator pencapaian dilakukan mulai
tingkat masyarakat (desa/kelurahan/dusun) sedangkan indikator kinerja
program dilakukan mulai tingkat kecamatan.
Program STBM yang dilaksanakan saat ini memiliki banyak
pemangku kepentingan. Untuk mensin- ergikan berbagai pemangku
kepentingan ini, maka diperlukan pembagian peran. Berikut ini adalah
pembagian peran yang dapat dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan magang ini penulis mendapatkan banyak
pengetahuan secara nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di
bangku kuliah, sehingga dapat dipraktekkan secara maksimal dan optimal
ketika melaksanakan magang. Selain itu magang adalah sarana bagi
mahasiswa untuk mengenal dunia kerja nyata sekaligus mengenal
lingkungan dan kondisi kerja yang nantinya akan dihadapi mahasiswa
setelah lulus kuliah.
Berdasarkan uraian dalam Laporan Magang, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam dunia kerja diperlukan tanggung jawab,
ketelitian, kesabaran yang tinggi atas semua pekerjaan yang dikerjakan
dan disiplin dalam mengikuti peraturan bekerja dan disiplin waktu menjadi
tanggung jawab kita agar tugas- tugas yang diberikan dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
akan memberikan saran untuk perbaikan yang mungkin dapat bermanfaat
bagi Puskesmas Labuhan Lombok. Adapun saran yang dapat penulis
berikan adalah Puskesmas Labuhan Lombok untuk kedepannya lebih
memperhatikan sinergi Puskesmas, sehingga dapat terciptanya hasil
kinerja yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kemkes RI. Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM 2012.


http://stbm.kemkes.go.id/public/docs/reference/5b99c4c2576e12f4c9a201
9139312658b2f3704c9abc5.pdf

Anda mungkin juga menyukai