Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN RISIKO K3 SAAT PANDEMI

(IMPLEMENTASI K3 PERHOTELAN)
TAHUN 2021

LAPORAN MAGANG

Puskesmas Labuhan Lombok

Peminatan Kesehatan Lingkungan

Oleh :

M. Imron Hadi
NIM : 31 119 020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
TAHUN 2021
MANAJEMEN RISIKO K3 SAAT PANDEMI
(IMPLEMENTASI K3 PERHOTELAN)
TAHUN 2021

Oleh:

M.Imron Hadi
NIM. 31119020

Laporan Magang ini telah diperiksa oleh


Pembimbing Magang dan telah disetujui untuk diseminarkan

Mataram, Juni 2021

Menyetujui

Pemimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Baiq Fathin Ayu Rakhmawati, S.Kep., M.KKK Subutiyah, AMKL


NIDN NIP 19801231 200901 2 009

Koordinator Magang,

Murtiana Ningsih, SKM.,M.Kes


NIDN 0004037703
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain puji dan rasa syukur kepada Allah
SWT, yang telah menentukan segala sesuatu berada di tangan-Nya, sehingga tidak
ada setetes embun pun dan segelintir jiwa manusia yang lepas dari ketentuan dan
ketetapan-Nya. Alhamdulillah atas hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan magang ini.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada orang yang penulis
hormati, yaitu Ibu Murtiana Ningsih, SKM., M. Kes. selaku koordinator magang,
Ibu Baiq Fathin Ayu Rakhmawati, S.Kep., M.KKKselaku dosen pembimbing
akademik, dan Ibu Subutiyah, AMKL selaku pembimbing lapangan, yang telah
meluangkan waktunya dengan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang
sangat berguna dalam penyelesaian laporan magang ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan magang ini masih jauh dari
sempurna, hal itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Besar harapan penulis, semoga laporan magang ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan
laporan magang ini, penulis banyak mendapat pelajaran, dukungan motivasi,
bantuan berupa bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari
pelaksanaan hingga penyusunan laporan magang ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan laporan
magang ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Mataram, Juni 2021

Penulis

M. Imron Hadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi wabah virus Covid 19 saat ini telah berada di Indonesia.
Jumlah pasien yang terkonfirmasi positif tiap hari masih menunjukkan
angka-angka yang fluktuatif. Sejak terdeteksi pertama kali di Wuhan RRC
saat ini Covid-19 telah menginfeksi sekitar dua juta penduduk dunia yang
berada di 215 negara. Meskipun WHO mencatat bahwa virus ini memiliki
patogenitas yang rendah namun penularannnya sangat cepat. Di Indonesia
saat ini angka kematian masih berkisar 9.49% (data 13 April 2020)
sehingga tertinggi di Asia tenggara. Penyebaran utama virus berasal dari
droplet yang keluar dari saluran nafas saat orang berbicara batuk atau
bersin. Droplet akan dengan mudah tersebar atau menempel pada
permukaan benda-benda yang sering disentuh. Penularan antar manusia
juga dapat terjadi pada situasi berkumpulnya banyak orang seperti pasar,
pusat jajanan, tempat ibadah maupun rapat atau pertemuan yang dihadiri
banyak orang.
Pembatasan kontak fisik, social distancing dan praktik hand
hygiene yang teratur saat ini masih dilakukan dan dipercaya sebagai salah
satu cara menghambat penularan virus. Seperti penyakit virus pada
umumnya, hingga saat ini belum ditemukan pengobatan definitive
terhadap Covid 19. Ketegasan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat
sangat diperlukan untuk menekan penyebaran virus. Terbatasnya kapasitas
rumah sakit dan keterbatasan tenaga kesehatan masih merupakan kendala
di Indonesia. Pembatasan aktivitas sosial yang tidak berjalan akan
berdampak meledaknya jumlah kasus di masyarakat maupun pada tenaga
medis. Banyak rumah sakit saat ini masih menghadapi kelangkaan APD
yang diperlukan dalam penanganan pasien.
Manajemen risiko K3 adalah upaya untuk mengenali sekaligus
melakukan upaya pengendalian terhadap berbagai risiko yang mengancam
keselamatan tenaga kerja. Pada situasi pandemi diperlukan penyesuaian
berbagai aspek untuk menekan risiko penularan virus di puskesmas.
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu
program yang ada di puskesmas yang berupaya untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan yang meliputi pekerjaan formal
maupun informal dan berlaku bagi setiap orang yang berada dilingkungan
tempat kerja yang berdasarkan kepada Kepmenkes nomor
128/MENKES/SK/II 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
diwilayah kerja termasuk upaya kesehatan kerja.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen program K3 Puskesmas
dalam mengelola kegiatanya dalam upaya peningkatan pencapaian
program K3.

b. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, kemampuan, dan
keterampilan tentang dunia kerja upaya memanajemen K3 saat
pandemi di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Puskesmas Labuhan Lombok adalah Puskesmas, Karyawan Puskesmas,
Pasien puskesmas dan pengunjung puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perencanaan


Perencanaan adalah cara berfikirmengenai persoalan-persoalan
sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang,berkembang
dengan hubungan antara tujuan dan keputusan – keputusan kolektifdan
mengusahakan kebijakan dan program. Beberapa ahli lain merumuskan
perencanaan sebagai mengatur sumber-sumber yang langka secara
bijaksana dan merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan manusia
dengan lingkungan dan dengan waktu yang akan datang.
Definisi lain dari perencanaan adalah pemikiran hari depan,
perencanaan berarti pengelolaan, pembuat keputusan, suatu prosedur yang
formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam berbagai bentuk keputusan
menurut sistem yang terintegrasi.
Menurut Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah salah
satu proses lain, atau merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud
yang dituju oleh perencanaan atau oleh orang/badan yang diwakili oleh
perencanaan itu. Perencanaan itu meliputi: Analisis, kebijakan dan
rancangan. Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan
tujuan yang akan dicapai berserta cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L.
Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which
manager set objective, asses the future, and develop course of action
designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa : "Perencanaan (planning) adalah pemilihan
atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur. metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2.2 Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan
dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan
penafsiran (approach), pemberian angka (rating), dan penilaian
(assesment), kata-kata yang menyatakan untuk menganalisis suatu hasil
kebijakan dalam arti satuan nilainya. Evaluasi berkenaan dengan produk
informasi mengenai nilai atau manfaat suatu hasil kebijkan. Ketika hasil
suatu kebijkaan pada kenyataannnya mempunyai nilai, hal ini karena hasil
tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran (Dunn, 2000).
Definisi lain tentang evaluasi adalah mencari sesuatu yang
berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi
tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu
(Worthen dan Sanders, 1979). Karenanya evaluasi bukan merupakan hal
baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi
kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal,
pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan
keinginannya semula. Menurut Stufflebeam dalam Worthen dan Sanders
(1979) evaluasi adalah process of delineating, obtaining and providing
useful information for judging decision alternatives.
Dari pengertian-pengertian diatas, evaluasi merupakan sebuah
proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana
keberhasilan sebuah kebijakan/program. Dalam evaluasi terdapat
perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara prinsip,
antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut
terletak pada tujuan 24 pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk
membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk
mengembangkan (improve). Terkadang penelitian dan evaluasi juga
digabung menjadi satu frase. penelitian evaluasi.
Sebagaimana disampaikan oleh Subarsono (2006) penelitian
evaluasi mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang
telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik
dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga darinya dapat
dihasilkan data yang akurat dan obyektif.
Evaluasi Formatif dan Sumatif Rumusan Evaluasi mengacu pada
proses penentuan manfaat atau kepentingan sebuah kegiatan, kebijakan
atau program. Sebuah penilaian yang subyektif dan sesistematik mungkin
terhadap sebuah direncanakan, sedang berlangsung atau intervensi pun
yang yang telah diselesaikan. Berdasarkan kegunaan, fokus dan output
evaluasi, evaluasi formal dapat dibedakan menjadi dua tipe (Patton dan
Sawicki, 1986), yaitu:
a. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang ditujukan untuk meningkatkan
daya guna, dan pada umumnya dilaksanakan selama tahap
implementasi proyek atau program. Evaluasi formatif juga dapat
dilaksanakan untuk alasan lain misalnya pemenuhan kelengkapan,
keperluan hukum. atau sebagian dari pelaksanaan evaluasi yang lebih
besar. Evaluasi formatif adalah sebuah evaluasi yang menyelidiki cara-
cara program, kebijakan atau proyek diterapkan, apakah asumsi
"logika operasional" sesuai dengan kegiatan senyatanya dan apa hasil
langsung yang muncul dari tahapan tersebut. Evaluasi jenis ini
biasanya dilakukan selama tahap implementasi proyek atau program
tetapi dapat juga dilaksanakan secara ex post (sesudah terjadi). Bagian
dari apa yang dikenal sebagai "pemantauan dan evaluasi" ini dapat
juga dipandang sebagai penyelidikan yang berorientasi proses.
Evaluasi formatif dapat berisi penaksiran nilai secara cepat, evaluasi
paruh waktu, dan evaluasi proses implementasi. Evaluasi selama
tahapan implementasi (evaluasi proses) memberikan masukan
sehingga implementasi dapat diperbaiki dan halangan terhadap
peningkatan dayaguna dapat dikenali dan disingkirkan.
b. Evaluasi sumatif (evaluasi hasil/dampak) adalah penyelidikan yang
dilakukan pada akhir sebuah pelaksanaan atau tahapan pelaksanaan
untuk menentukan seberapa jauh antisipasi hasil akan didapatkan.
Evaluasi sumatif ditujukan untuk memberikan informasi tentang
kegunaan sebuah program. Evaluasi sumatif ditujukan untuk
memberikan informasi tentang keuntungan dan dampak program.
Evaluasi sumatif termasuk: penilaian dampak, penilaian ketepatgunaan
dana, percobaan pura-pura dan percobaan secara acak. Evaluasi hasil
atau dampak umumnya dilakukan setelah penerapan selesai. Evaluasi
tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang pertaliannya.
hasil pelaksanaan, dampak, kesinambungan, kegunaan eksternal dan
pelajaran.

2.3 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program


Evaluasi memgang peranan utama dalam setiap analisis kebijakan
atau program, secara umum fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan atau
program,yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah
dapat dicapai melalui tindakan public, dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa besar tujuan telah dicapai.
b. Melakukan klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan target.
c. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
2.4 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
SAFE adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus besar tata
bahasa Indonesia yang telah diterjema dalam bahasa Indonesia adalah
mutu suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan kecelakaan.
Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk
menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan
atau tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta
maupun jiwa manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat
kerja. Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempumaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya
dan budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan
manusia pada khususnya.
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
dalam bahasa inggris disebut sebagai Occupational Health and Safety,
disingkat OHS. K3 atau OHS adalah kondisi yang harus diwujudkan di
tempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan
pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta karya
dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang
dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan
standar yang berlaku.

2.5 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Deri pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan
3. Mencegah / mengurangi kematian.
4. Mencegah / mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan
bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasidan lain-lain.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber
produksi lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industry
serta pembangunan.
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
a. Manusia (pekerja dan masyarakat)
b. Benda (alat, mesin,bangunan, dll)
c. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan)
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Institusi Magang


Puskesmas Labuhan Lombok merupakan salah satu dari dua
Puskesmas di wilayah Kecamatan Pringgabaya. Secara geografis berada di
jalur jalan nasional/Negara lintas Lombok-Sumbawa, tepatnya di Desa
Lab. Lombok. Adapun batas – batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Sambelia, Wilayah kerja Puskesmas
Sambelia.
Selatan : Desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya, Wilayah kerja
Puskesmas Batuyang.
Timur : Selat Alas
Barat : Desa Selaparang dan Desa Perigi Kecamatan Suela,
Wilayah kerja Puskesmas Suela.
Berdasarkan data administratif Kecamatan Pringgabaya, wilayah
kerja Puskesmas Lab. Lombok terbagi menjadi 5 (Lima) desa yaitu Desa
Lab. Lombok, Pringgabaya, Pringgabaya Utara, Gunung Malang dan desa
Seruni Mumbul. Dengan demikian jumlah Desa definitif wilayah kerja
Puskesmas Lab. Lombok sebanyak 5 desa dan 32 dusun.
Topografi wilayah kerja Puskesmas Lab. Lombok rata-rata berupa
daerah dataran dan ada juga daerah perbukitan di beberapa wilayah desa.
Dan wilayah semua desa pada umumnya terdiri dari: lahan pemukiman
penduduk, lahan pertanian, perkebunan dan pantai. Sedangkan menurut
data proyeksi penduduk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Lab. Lombok yaitu 41.110 jiwa
Tabel 1 : Data jumlah Sebaran penduduk dan jenis kelamin per desa Puskesmas
Lab. Lombok Tahun 2020.
Jumlah Jenis Kelamin
No Nama Desa Ket
Penduduk Laki-laki Perempuan
1 Lab. Lombok 12,899 6,431 6,468
2 Pringgabaya 14,343 6,688 7,655
3 Pringgabaya Utara 4,091 1,889 2,202
4 Gunung Malang 4,670 2,282 2,388
5 Seruni Mumbul 5,107 2,568 2,539
JUMLAH 41,110 19,858 21,252
Sumber : Data Jumlah Penduduk BPS Lombok Timur 2020

Tabel 2 : Data jumlah Sasaran per desa Puskesmas Lab. Lombok Tahun 2020
Jumlah
No Penduduk Sasaran Program
Nama Desa
(Jiwa) Bayi Balita Bumil Bulin PUS LANSIA
1 Lab. Lombok 12,899 279 1,115 307 296 2,193 1,082
2 Pringgabaya 14,343 310 1,240 341 329 2,438 1,203
Pringgabaya
3 4,091 88 354 97 94 695 343
Utara
Gunung
4 4,670 101 404 111 107 794 392
Malang
5 Seruni Mumbul 5,107 110 442 121 117 868 428

JUMLAH 41,110 888 3,555 977 934 6,988 3,448

Sumber: Data Sasaran Program Dinas Kesehatan Kab. Lombok Timur Tahun
2020
Puskesmas Lab. Lombok dengan luas wilayah 8144,45 Km2 dan
jumlah penduduk 41.110 jiwa sehingga kepadatan penduduknya adalah 5
jiwa/Km2.

Tabel 3 : Data Luas wilayah, Jumlah sebaran dan kepadatan penduduk per Desa
Puskesmas Lab. Lombok Tahun 2020
Luas Jumlah Kepadatan
NO Wilayah Penduduk Penduduk /
Nama Desa
( Km2) (Jiwa) Km2
1 Lab. Lombok 972 12,899 13
2 Pringgabaya 782 14,343 18
3 Pringgabaya Utara 815 4,091 5
4 Gunung Malang 4635 4,670 1
5 Seruni Mumbul 940 5,107 5
JUMLAH 8144 41.110
Sumber : Data Kecamatan Pringgabaya, Tahun 2020
Kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas Lab. Lombok tidak
merata, desa terpadat adalah Desa Pringgabaya dengan kepadatan 18
jiwa /Km2, sedangkan terendah adalah Desa Gunung Malang dengan
kepadatan penduduk 1 jiwa / Km2. .

3.2 Struktur Organisasi Institusi


3.3 Struktur Organisasi Bidang/Bagian/Unit Magang
BAB IV
PEMBAHASAN

SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Upaya Kesehatan dan Keselmatan Kerja (K3) di Puskesmas
menyangkut tenaga kerja, cara / metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non
kesehatan merupakan resultante dari ketiga komponen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja. Pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat tergantung dari rasa tanggung
jawab manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing –
masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus
ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung
jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta
penegakan disiplin. Ketua organisasi / satuan pelaksana K3 Puskesmas
secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3
disemua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis
penyebab timbulnya masalah bersama unit – unit kerja, kemudian mencari
jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit – unit kerja,
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program
yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka
perlu diidentifikasi penyimpanannya serta dicari pemecahannya.
Langkah pertama membentu tim K3 Puskesmas
1. Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas
2. Ketua K3 : Kesling
3. Sekretaris : TU
4. Anggota :- Tim Bencana
- Tim Kewaspadaan Universal
Tugas dan Fungsi Organisasi / Unit Pelaksana Kesehatan dan Keselamatan
Puskesmas (K3Puskesmas)
a. Tugas Pokok
- Memberikan rekomendasi dan pertimbangan Kepala Puskesmas
mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3)
- Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan
dan prosedur
- Membuat program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3Puskesmas).
b. Tugas Pokok
- Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan Kesehatan dan
Keselamatn Kerja (K3)
- Membantu Kepala Puskesmas mengadakan dan meningkatkan
upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di Puskesmas.
- Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
- Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
- Koordinasi dengan unit – unit lain yang menjadi anggota
K3Puskesmas.
- Memberi nasehat tentang manajemen K3 ditempat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
- Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya
- Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
4.1 Perencanaan
A. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Faktor
Risiko. Puskesmas harus melakukan kajian dan identifikasi sumber
bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.
1) Identifikasi Sumber Bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
- Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
- Jenis Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat
Kerja.
Sumber bahaya yang ada di Puskesmas harus di identifikasi dan
dinilai untuk menentukan tigkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit
Akibat Kerja.
Berikut bahaya potensi berdasarkan lokasi dan perkerjaan di
Puskesmas.
Pekerja yang paling
No Bahaya Potensial Lokasi
berisiko
1 Fisik
Bising Gedung di pinggir jalan Karyawan yang bekerja
besar, genset , mesin dilokasi tersebut.
gigi, mesin IPAL
Getaran Ruang mesin – mesin dan Perawat, cleaning
peralatan yang service, dll.
menghasilkan getaran
(ruang gigi, dll).
Debu Genset, laboratorium Petugas sanitasi, teknisi
gigi, gudang rekam gigi, petug genset, dan
medis, incenerator. rekam medis.
Panas dapur, incenerator, unit Pekerja dapur, petugas
gigi. sanitasi
Radiasi ruang fisioterapi, unit ahli fisioterapi, dan
gigi. petugas gigi.
2 Kimia
Desinfektan Semua area Petugas kebersihan,
perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat Pekerja farmasi,
pembuangan limbah perawat, petugas
pengumpul sampah
Formaldehyde Laboratorium, gudang petugas laboratorium
farmasi. dan farmasi.
Methyl : Ruang pemeriksaan gigi. Petugas atau dokter gigi,
Methacrylate Hg perawat.
(amalgam)
Solvents Laboratorium, semua petugas laboratorium,
area di Puskesmas. petugas pembersih.
Gas – gas anestesi Ruang operasi gigi Dokter gigi, perawat,
3 Biologik
AIDS, Hepatitis B IGD,ruang pemeriksaan Dokter, dokter gigi,
dan Non A-Non B gigi, laboratorium, perawat, petugas
laboratorium, petugas
sanitasi.
Cytomegalovirus Ruang kesga, ruang anak. Perawat, dokter yang
bekerja dibagian Ibu dan
Anak.
Rubella Ruang kesga Dokter dan perawat
Tuberculosis Bp umum, laboratorium, Perawat, petugas
laboratorium, fisioterapis
4 ERGONOMIK
Pekerjaan yang Area pasien dan tempat Petugas yang menangani
dilakukan secara penyimpanan barang pasien dan barang.
manual (gudang).
Postur yang salah Semua area Semua karyawan
dalam melakukan
pekerjaan.
Pekerjaan yang Semua area Dokter gigi, petugas
berulang. pembersih, fisioterapis,
sopir, operator
komputer, yang
berhubungan dengan
pekerjan juru tulis
5 Psikososial
Sering kontak Semua area Semua karyawan
dengan
pasien,kerja
bergilir, kerja
berlebih, ancaman
secara fisik.
2) Penilaian Faktor Risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan.
3) Pengendalian Faktor Risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana / peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah / tidak
ada (engineering / rekayasa), administrasi dan alat pelindung
pribadi (APP).
B. Membuat Peraturan
Puskesmas harus membuat, menetapkan dan melaksanakan Standar
Prosedur Operasional (SPO) sesuai peraturan, perundangan dan
ketentuan K3 lainnya yang berlaku. SPO ini harus dievaluasi,
diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada
karyawan dan pihak yang terkait.
C. Tujuan dan Sasaran
Puskesmas harus mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan,bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indicator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
perncapaian (SMART).
D. Indikator Kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Puskesmas
(SMK3).
E. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Puskesmas harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS,
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat
serta dilaporkan.
4.2 Penyelenggaraan
Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 Puskesmas, maka perlu langkah-
langkah penerapannya yaitu :
A. Tahap Persiapan
1) Menyatakan komitmen
Komitmen harus dimulai dari kepala Puskesmas. Pernyataan
komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata-kata,
tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui,
dipelajari, dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas
puskesmas.
2) Menetapkan Cara Penerapan K3 di Puskesmas
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa
konsultan jika Puskesmas memiliki personil yang cukup mampu
untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang
3) Pembentukan Organisasi / Unit Pelaksana K3 Puskesmas
4) Kelompok Kerja Penerapan K3
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri dari seorang Wakil dari
setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung
jawab dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan.
Sedangkan mengenai kualifiksai dan jumlah anggota kelompok
kerja disesuaikan dengan kebutuhan Puskesmas
5) Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber daya yang dimaksud disini adalah mencakup orang
(mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
B. Tahap Pelaksanaan
1) Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ke semua
petugas Puskesmas.
2) Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan
kelompok didalam organisasi Puskesmas. Fungsinya memproses
individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan
yang telahditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari
pelatihan.
3) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
diantaranya : a Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala
dan khusus). b Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan
Keselamatan Kerja. c Penyiapan Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Keadaan Darurat. d Penempatan pekerja pada
pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kesehatan. e Pengobatan
pekerja yang menderita sakit. f Menciptakan lingkungan kerja yang
hieginis secara teratur, melalui monitoring lingkungan kerja dari
hazard yang ada. g. Melaksanakan bilogical monitoring h
Melaksanakan surveilans kesehatan kerja.

4.3 Pemantauan dan Evaluasi


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di Puskesmas adalah salah
satu fungsi manajemen K3 Puskesmas yang berupa suatu langkah yang
diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses
kegiatan K3 puskesmas itu berjalan, dan mempertanyakan efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiata K3 Puskesmas dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan Evaluasi Meliputi :
A. Pencatatan dan Pelaporan K3 Terintegrasi kedalam sistem pelaporan
Puskesmas,
B. Inspeksi dan Pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di Puskesmas
dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas K3 puskesmas
sehingga kejidian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin.
Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring
(Pemantauan secara biologis).
C. Melaksanakan Audit K3
Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitasdan peralatan, kebijakan dan
prosedur, pengembangan karyawan dan program pengdidikan, evaluasi
dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 adalah :
1. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan.
2. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah melaksanakan
sesuai ketentuan.
3. Menentukan langkah untuk pengendalian bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen
puncak. Tinjauan ulang dan penigkatan oleh pihak manajmene
secara kesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan
dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan magang ini penulis mendapatkan banyak
pengetahuan secara nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di
bangku kuliah, sehingga dapat dipraktekkan secara maksimal dan optimal
ketika melaksanakan magang. Selain itu magang adalah sarana bagi
mahasiswa untuk mengenal dunia kerja nyata sekaligus mengenal
lingkungan dan kondisi kerja yang nantinya akan dihadapi mahasiswa
setelah lulus kuliah.
Berdasarkan uraian dalam Laporan Magang, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam dunia kerja diperlukan tanggung jawab,
ketelitian, kesabaran yang tinggi atas semua pekerjaan yang dikerjakan
dan disiplin dalam mengikuti peraturan bekerja dan disiplin waktu menjadi
tanggung jawab kita agar tugas- tugas yang diberikan dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

1.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
akan memberikan saran untuk perbaikan yang mungkin dapat bermanfaat
bagi Puskesmas Labuhan Lombok. Adapun saran yang dapat penulis
berikan adalah Puskesmas Labuhan Lombok untuk kedepannya lebih
memperhatikan sinergi Puskesmas, sehingga dapat terciptanya hasil
kinerja yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

OHSAS 18001. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 03/MEN/98
tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Santoso, S. 2006. Kajian Pengembangan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja Berdasarkan OHSAS 18001. BPTKN-Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir. Vol. 10, No. 1, Pebruari 2006.

Silalahi, B. dan Silalahi, R. (1995). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja. Pustaka Binaman Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai