A. PENDAHULUAN
Setiap sarana kesehatan wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja sesuai
dengan yang tercantum pada pasal 23 UU kesehatan No 36 tahun 2009 dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.03/MEN/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja, serta Peraturan Menteri Kesehatan No 52 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Sedangkan untuk
pelayanan keselamatan kerja, pada prinsip nya berkaitan erat dengan kebijakan
puskesmas terkait sarana, prasarana dan peralatan kerja.
B. LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan
penyakit, dan pemulihan kesehatan pada pekerja.
Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat
kerja yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan
kerja. Potensi bahaya biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur,
protozoa, parasit merupakan risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes
yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan
berbagai alat kesehatan dan teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana
yang tidak memenuhi standar keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja
dari yang ringan hingga fatal.
WHO pada tahun 2000 mencatat kasus infeksi akibat tertusuk jarum suntik
yang terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis B. sebesar 32%,
Hepatitis C sebesar 40%, dan HIV sebesar 5% dari seluruh infeksi baru. Panamerican
Health Organization tahun 2017 memperkirakan 8- 12% SDM Fasyankes sensitif
terhadap sarung tangan latex.
Di Indonesia berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tahun 1987-2016 terdapat 178
petugas medis yang terkena HIV AIDS. Penelitian yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 1998
menunjukkan bahwa 85% suntikan imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan
ternyata tidak aman (satu jarum dipakai berulang) dan 95% petugas kesehatan
mencoba ketajaman jarum dengan ujung jari. Selain itu dari hasil penelitian Start
dengan Quick Investigation of Quality yang melibatkan 136 Fasyankes dan 108
diantaranya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), menunjukkan bahwa
hampir semua petugas Puskesmas belum memahami dan mengetahui tentang
kewaspadaan standar.
Hasil penelitian lain di wilayah Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo
(2004) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas menerapkan setiap prosedur
tahapan kewasdapaan standar dengan benar hanya 18.3%, dengan status vaksinasi
Hepatitis B pada petugas Puskesmas masih rendah yaitu 12,5%, dan riwayat pernah
tertusuk jarum bekas yaitu 84,2%.
Kasus terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada Fasyankes pernah beberapa
kali terjadi seperti kasus tersengat listrik, kebakaran, terjadinya banjir, bangunan
runtuh akibat gempa bumi dan kematian petugas kesehatan karena keracunan gas CO
di Fasyankes.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes. Selain itu berdasarkan peraturan
perundang-undangan terdapat hak bagi setiap orang untuk mendapatkan perlindungan
atas risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, demikian juga bagi
SDM Fasyankes, pasien,
2
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan
Fasyankes.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan ini diharapkan Fasyankes
dapat menyelenggarakan K3 di Fasyankes secara berkesinambungan sehingga tujuan
dari upaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik.
3
petugas, menjamin keamanan petugas saat member pelayanan pasien, Harmonis
dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan Pokok :
1. Sosialisasi SOP yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
2. Penempelan cara pemakaian alat di setiap alat yang ada di puskesmas Rincian
Kegiatan :
1. Sosialisasi tentang cara menjaga kebersihan tangan
2. Sosialisasi tentang penggunaan alat pelindung diri
3. Sosialisasi tentang penanganan jika terkena cairan tubuh pasien maupun tertusuk
jarum
4. Sosialisasi tentang penanganan sampah dan limbah berbahaya
5. Penempelan cara pemakaian alat di setiap alat yang ada di puskesmas
F. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
- Penyuluhan kepada seluruh karyawan puskesmas tentang kesehatan dan
keselamatan kerja
- Setiap peralatan yang berada di puskesmas diberi petunjuk pemakaian yang
ditempel dengan jelas
G. SASARAN
- 100% Dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, analis laboratorium,
petugas obat, sanitarian, petugas kebersihan di Puskesmas Kemlagi mengerti
tentang cara menjaga kebersihan tangan, kapan dan cara menggunakan alat
pelindung diri, cara menangani jika terciprat cairan tubuh, bahan berbahaya
maupun tertusuk jarum, cara menangani sampah dan limbah berbahaya
- 100% peralatan di puskesmas telah ditempeli cara pemakaian yang jelas
H. HAK DAN KEWAJIBAN SASARAN
Hak sasaran :
1. Mendapat informasi tentang program kesehatan dan keselamatan kerja
2. Mendapat perlindungan saat melakukan pekerjaan
Kewajiban sasaran :
1. Melaksanakan tugas sesuai standar operasional prosedur
2. Melaporkan jika ada kejadian yang berhubungan dengan kejadian
kecelakaan kerja
4
I. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
5
tubuh pasien
maupun tertusuk
jarum
Sosialisasi Apotik Ezi Afri Yelni Tim K3 Sabtu, Waktu
Menjaga Infeksi Kegiatan
Kebersihan Terkait disesuaikan
tangan Pelayanan
Kesehatan
Sosialisasi Ruang Neneng Susanti Tim K3 Rabu, Waktu
menjaga KIA/K Infeksi Kegiatan
kebersihan tangan, B Terkait disesuaikan
APD, Pelayanan
penanganan jika Kesehatan
terkena cairan
tubuh pasien
maupun tertusuk
jarum
6
J. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Laporan KPC(Kejadian Potensi Cidera), KNC(Kejadian Nyaris Cidera),
KTC(Kejadian Tidak Cidera), KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) per bulan Hasil
pengisian kuesioner tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan 1
tahun sekali
7
celaka seperti terpeleset, kejatuhan benda, namun tidak mengenai manusia.
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit yaitu jumlah hari kerja hilang
SDM Fasyankes karena sakit.
Mengetahui
Kepala Puskesmas Kebun Sikolos
Rita Sukrina,S.Tr.Keb
NIP. 19761024 200604 2 009