LITERATURE REVIEW
ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN SISTEM
REKAM MEDIS DI PUSKESMAS
ii
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN SISTEM
REKAM MEDIS DI PUSKESMAS
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
iii
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN SISTEM
REKAM MEDIS DI PUSKESMAS
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian
Tim Penguji:
v
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa judul karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:
Merupakan karya tulis ilmiah yang saya buat sendiri dan bukan merupakan bagian
dari karya tulis orang lain. Bilamana ternyata pernyataan ini tidak benar, saya
Makassar.
vi
PRAKATA
vii
Atas segala kerendahan hati dan kebaikan, pada kesempatan ini penulis juga
Sulawesi Selatan.
2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes M.EDN Selaku Ketua STIKES Panakkukang
Makassar.
5. Bapak Arief Azhari Ilyas, SSt, M.Kes Selaku Dosen Penguji yang telah
6. Seluruh staf dan dosen D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes
7. Desrianti, Fitria Anjani, Alexia Paulina Bara, Kamilen, Wa Ode Sismawati, Sri
Zulasmiwati kalian adalah teman sekaligus keluarga terbaik yang akan selalu
dukungan.
viii
Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
acuan dalam pembelajaran dan juga para pembaca khususnya bagi penulis sendiri
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
PERNYATAAN .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
x
BAB III METODE PENELITIAN
B. Pencarian Literature
A. Hasil ............................................................................................... 31
B. Pembahasan ................................................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 49
B. Saran .............................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Surabaya
Makassar
xiv
ABSTRAK
Pembimbing: Muh Yusuf Tahir dan Syamsuddin (xvi + 52 Halaman + 4 Tabel + 1 Gambar + 8
Lampiran)
Latar belakang: Sistem pengelolaan rekam medis pada tingkat puskesmas pada dasarnya sama dengan
pengelolaan rekam medis rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang
baik dan benar, tertib administrasi tempat pelayanan kesehatan tidak akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan, sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya
pelayanan kesehatan yang bermutu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen
pengelolaan sistem rekam medis di puskesmas. Metode: Penelitian ini adalah literature review
dengan menggunakan metode traditional review untuk mencari, mengevaluasi dan
menginterpretasikan referensi teori yang relefan mengenai manajemen pengelolaan sistem rekam
medis di puskesmas. Hasil: Sistem penomoran yang digunakan di puskesmas adalah Unit Numbering
System, sistem penamaan rekam medis menggunakan sistem penamaan langsung, sistem penyimpanan
dokumen rekam medis di puskesmas secara sentralisasi, sistem penjajaran dokumen rekam medis di
puskesmas yaitu dengan sistem penjajaran nomor langsung dan penjajaran perwilayah/sesuai abjad,
kegiatan assembling belum dilaksanakan dengan baik karena belum ada standar operasional prosedur
untuk pelaksanaannya. Pelaksanaan pengkodean di puskesmas tidak memakai buku ICD-10 sebagai
pedoman pemberian kode penyakit, puskesmas tidak memiliki jadwal retensi tetap sehingga retensi
dan pemusnahan dokumen rekam medis di puskesmas belum dilaksanakan. Kesimpulan: Sistem
penomoran dan penamaan yang diselenggarakan di puskesmas sudah sesuai, untuk pelaksanaan sistem
pengolahan data rekam medis di puskesmas belum berjalan optimal.
xv
ABSTRACT
Advisors: Muh Yusuf Tahir and Syamsuddin (xvi + 52 Pages + 4 Tables + 1 Pictures + 8
Attachments)
Background: The medical record management system at the puskesmas level is basically the same as
the hospital medical record management. Without the support of a good and correct medical record
management system, orderly administration of the place for health services will not succeed as
expected, while orderly administration is one of the determining factors in an effort to provide quality
health services. Purpose: This study aims to determine the management of the medical record system
in health centers. Methods: This study is a literature review using methods traditional review to seek,
identify, evaluate and interpret theoretical references relevant regarding management of medical
record systems in public health centers. Result: The numbering system used in the health center is the
Unit Numbering System, the medical record naming system uses a direct naming system, a centralized
medical record document storage system at the health center, a medical record document alignment
system at the health center, namely a direct number alignment system and alignment system per
regionarea. according to alphabetical order,activities assembling have not been carried out properly
because there is no standard operating procedure for its implementation. The coding implementation
at the puskesmas did not use the ICD-10 book as a guideline for providing disease codes, the
puskesmas did not have a fixed retention schedule so that the retention and destruction of medical
record documents at the puskesmas had not been implemented. Conclusion: The numbering and
naming system implemented at the puskesmas are appropriate, for the implementation of the medical
record data processing system at the puskesmas has not been optimal.
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Nasional (SKN) (Muyasaroh, 2016: 1). Setiap dokter atau dokter gigi
1
2
medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
medis. Pada dasarnya dokumen rekam medis adalah milik sarana pelayanan
hilang, rusak, pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak
berhak terhadap rekam medis sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien.
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib administrasi tempat
tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya
rekam medis yang baik pada umumnya menggambarkan asuhan medis yang baik,
asuhan medis (Muyasaroh, 2016: 2). Untuk menciptakan pelayanan rekam medis
yang baik, maka diperlukan pengelolaan rekam medis yang baik yang sesuai
sama dengan pengelolaan rekam medis rumah sakit (Muyasaroh, 2016: 3).
Menurut pedoman penyelenggaraan rekam medis rumah sakit terbagi menjadi tiga
penamaan dan sistem KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien). Selain itu dalam
rekam medis di puskesmas masih dilakukan secara manual mulai dari pelayanan
puskesmas belum tertangani dengan baik. Terdapat dokumen rekam medis pasien
yang memiliki jumlah ganda, memiliki nomor rekam medis yang sama, dokumen
rekam medis pasien yang terselip di rak yang tidak sesuai dengan nomor
dokumen rekam medis dari ruangan pemeriksaan selama beberapa hari hal ini tidak
Disebutkan dalam SOP bahwa batas waktu pengembalian catatan medis pasien
adalah ≤24 jam terhitung setelah selesai memberikan pelayanan kepada pasien atau
petugas kesulitan dalam mencari rekam medis pasien, sehingga proses pelayanan
melebihi standar waktu yang telah ditentukan yaitu ≤10 menit. Jika dalam jangka
waktu ≥10 menit tidak ditemukan maka, pasien akan di buatkan formulir baru,
medis. Masalah seperti ini dapat terjadi terhadap suatu fasilitas pelayanan
kesehatan yang tidak menjalankan sistem pengelolaan rekam medis dengan baik.
rekam medis agar kegiatan rekam medis berjalan dengan baik sehingga dapat
membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai rekam medis agar seluruh
kegiatan dapat dilakukan sesuai dengan kebijakan SOP yang telah dibuat.
5
PUSKESMAS”.
format PICO yang mana P (problem) = Sistem pengelolaan rekam medis dan O
(Outcome) = Pelaksanaan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
b. Bagi penulis, hasil Karya Tulis Ilmiah dengan Literature Review ini
sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan yang
medis.
2. Manfaat praktis
dengan Literature Review ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan
b. Bagi tenaga perekam medis hasil Karya Tulis Ilmiah dengan Literature
pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun
sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib administrasi
7
8
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
kesehatan.
pelayanan kesehatan.
a. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut
terhadap pasien.
sakit.
pasien.
(TPPRI), Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) atau di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) maka hal yang pertama dilakukan sebelum meregistrasi pasien
untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainya sehingga
1. Sistem Penamaan
seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang
pelayanan kesehatan (Faida, 2018: 171). Dalam sistem penamaan rekam medis
diharapkan:
h. Bila seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai
disimpan berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor rekam medis pada saat
pasien masuk (Admission patient number) (Mathar, 2018: 36). Ada 3 jenis
rumah sakit atau puskesmas baik rawat jalan, rawat inap, gawat darurat
selalu mendapatkan nomor rekam medis baru, kartu index baru dan rekam
medis baru. Keuntungan sistem ini yaitu pasien cepat dilayani, namun
puskesmas diberikan satu nomor rekam medis, baik rawat jalan, rawat inap,
Keuntungannya, rekam medis pasien terpusat dan terjaga di satu tempat dan
berdasarkan pada satu nomor saja (Unit) dan kerugianya petugas harus lebih
jeli dalam mendaftar pasien, agar tidak terjadi duplikasi nomor dan harus
ada sarana untuk mencari nomor pasien bila pasien lupa membawa kartu
rumah sakit atau puskesmas di berikan satu nomor baru, tetapi dokumen
rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu dibawah nomor
yang paling baru, sehingga penyimpanan berkasnya tetap satu nomor (Unit),
medis dengan nomor kecil terletak didalam file lama. Adapun kerugianya
yaitu diperlukan waktu untuk mencabut nomor rekam medis yang lama dan
tersebut menjadi informasi yang akurat (Faida, 2018: 178). Sistem pengelolaan
data rekam medis pada tingkat puskesmas pada dasarnya sama dengan rumah
1. Assembling (Perakitan)
a. Pengertian assembling
merapikan urutan susunan formulir dokumen rekam medis baik untuk rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat sesuai dengan urutan yang telah
ditetapkan, agar rekam medis tersebut dapat terpelihara dan dapat siap pakai
bila dibutuhkan.
b. Tujuan assembling
dengan urutanya.
Menerima berkas rekam medis dari tiap unit pelayanan setiap hari,
2. Analysis
Agar diperoleh rekam medis yang optimal perlu dilakukan audit dan
analisis rekam medis dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh
staf medis dan para medis serta hasil-hasil pemeriksaan dari unit-unit
kelengkapan dan keakuratan rekam medis rawat inap dan rawat jalan yang
formulir.
a. Pengertian koding
huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili
b. Tujuan koding
tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh
karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.
Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di unit rawat jalan dan
rawat inap atas kerja sama tenaga medis dan tenaga kesehatan lain
rekam medis, petugas rekam medis harus membuat koding sesuai dengan
4. Indexing (tabulasi)
a. Pengertian indeks
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah di buat
2) Indeks dokter
4) Indeks obat-obatan
5) Indeks kematian.
maka setiap dokumen rekam medis harus disimpan dan dilindungi dengan baik
dalam suatu ruang yang khusus agar rujukan dan retrieval (pengambilan
kembali DRM ) menjadi mudah, cepat dan tepat. Syarat berkas rekam medis
dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar formulir rekam medis telah
terisi dengan lengkap dan telah di rakit sehingga riwayat penyakit pasien urut
family folder. Yakni, 1 folder akan diberi nomor rekam medis seorang kepala
yang memiliki unit pelayanan kesehatan berupa rawat inap, maka family folder
b. Sentralisai
kedalam satu kesatuan dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat
inap, gawat darurat milik seorang pasien menjadi satu dalam satu
nomor/folder.
c. Desentralisasi
dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat milik
berbeda.
19
ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain (Muyasaroh,
medis dalam rak penyimpanan secara berurut sesuai dengan urutan nomor
rekam medis misalnya 465023, 465024, 465025 dst. Pola yang digunakan
untuk Straight numerical filing system adalah: primer, sekunder, tersier (1,
2, 3)
masing terdiri dari 2 angka. Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang
paling kanan (primary digit) sebagai patokan, angka kedua adalah kelompok
2 angka yang terletak ditengah (secondary digit) dan angka ketiga adalah
kelompok 2 angka yang terletak paling kiri (tertiary digit). Pola yang
Primer (3, 2, 1)
20
angka kelompok tengah. Dalam hal ini angka yang terletak ditengah-tengah
menjadi angka pertama, pasangan angka yang terletak paling kiri menjadi
angka kedua dan kelompok angka paling kanan menjadi angka ketiga. Pola
yang digunakan untuk Middle Digit Filing System adalah: Sekunder, Primer,
1) Memindahkan arsip rekam medis in aktif dari rak aktif ke rak in-aktif
kunjungan.
yang berlaku
cara tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Faida, 2018: 181)
21
jadwal retensi arsip. Jadwal retensi arsip merupakan daftar yang berisikan
disusun oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari unsur komite rekam medis
dan unit rekam medis yang benar-benar memahami kearsipan dan nilai arsip
rekam medis.
habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi dibaca.
22
3) Daftar arsip rekam medis yang akan dimusnahkan oleh tim pemusnah
4) Berita acara pemusnahan dikirim kepada pemilik rumah sakit dan kepada
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sebanyak 3.
B. Pencarian Literature
Sumber data pada literature review adalah data sekunder, data primer
adalah artikel hasil penelitian, sehingga kualitas data ditentukan pada pencarian
literature.
1. Kata Kunci
Kata kunci (keyword) merupakan satu kata atau frase yang menonjol
(significant) pada judul, tajuk subjek, catatan isi, abstrak atau teks sebuah
cantuman pada katalog online dan database bibliografi, yang dapat digunakan
23
24
Hal yang paling penting dalam pencarian literature adalah kata kunci
kualitas yang diperoleh sehingga kata kunci harus disusun sebaik mungkin.
2. Database pencarian
dilakukan pada bulan Agustus 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan
tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi
(JMIKI).
25
3. Strategi pencarian
mendapatkan literature atau artikel yang kita cari sesuai dengan kriteria yang
telah kita tetapkan, salah satu strategi dalam pencarian literature ini adalah
yang hanya mengandung kata kunci tertentu pada Database Google scholar.
Tabel 1
Strategi pencarian Literature
Kriteria inklusi adalah kriteria atau syarat yang harus dipenuhi artikel
tersebut agar bisa dijadikan data untuk dilakukan literature review. Kriteria
eksklusi adalah indikator ketika itu ditemukan pada artikel tersebut maka artikel
Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada literature ini yaitu:
Tabel 2
Kriteria inklusi dan eksklusi
Sistem pengolahan data rekam medis Penelitian dengan metode yang tidak
pada literature ini di dapatkan hasil 21 jurnal dengan rincian yaitu 13 jurnal
pada Google Scholar, 7 jurnal pada GARUDA dan 1 jurnal pada JMIKI.
Mulai
Pilih database
pencarian literature
Database pencarian
Masukkan kata kunci
pencarian 1. Google scholar (n= 13)
2. Garuda (n= 7)
Hasil pencarian dari 3. JMIKI (n= 1)
database (n= 21) 4.
Berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi Dikeluarkan (n= 16)
maka jurnal yang
1. Artikel atau jurnal yang tidak dapat
dikeluarkan (n= 16) diakses (n= 5)
2. Artikel atau jurnal dapat diakses,
Jurnal atau artikel namun hanya dalam bentuk abstrak
atau tidak full text (n= 3)
yang memenuhi
3. Artikel atau jurnal dapat diakses, full
kriteria (n= 5) text, namun isi atau hasil penelitian
yang ada didalamnya tidak sesuai
dengan kriteria inklusi (n= 8)
Selesai
berikut:
Semarang
E. Ekstrasi Data
Tabel 3
Hasil Ekstrasi data Literature Review
A. Hasil
melakukan pencarian dan pengumpulan jurnal ilmiah pada periode tahun 2014
31
32
Tabel 4
Karakteristik data literature
penamaan langsung yaitu ditulis dengan dua suku kata sesuai dengan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) serta untuk membedakan nama yang sama ditulis
nama orang tua apabila belum menikah, dan apabila pasien sudah menikah
maka akan ditulis nama suaminya dibelakang namanya atau nama keluarga,
untuk pasien BPJS saja, dan untuk pelaksanaan pengkodean di DRM pasien
Pada hasil penelitian Rumpa (2020), terdapat Surat Keputusan (SK) dan
dan Astuti (2014) dimana sistem penjajaran family folder yang digunakan di
e. Kegiatan retensi dan pemusnahan belum dilakukan sesuai dengan SOP yang
itu berkas inaktif yang telah diretensi tidak disimpan dalam kotak arsip
melainkan tetap jadi satu dengan berkas rekam medis yang aktif terdapat
(2020) untuk retensi sudah dilakukan dimana berkas rekam medis yang aktif
B. Pembahasan
a. Sistem penomoran
Pemberian nomor secara unit (unit numbering system). Pada sistem ini
mendapatkan satu nomor rekam medis (berkas rekam medis) yang akan
dipakai selamanya ketika pasien tersebut pertama kali datang dan tercatat
medis ini dapat digunakan untuk semua pelayanan kesehatan yang ada tanpa
pasien dan pelayanan yang diberikan berada dalam satu berkas rekam
38
medis. Dengan demikian maka KIUP sebagai indeks utama pasien yang
akan lebih lama dibanding dengan sistem penomoran seri. Hal ini karena
pada pasien lama akan dicarikan berkas rekam medisnya yang lama setelah
pelayanan pendaftaran akan lebih cepat jika ada pemisahan antara tempat
pendaftaran pasien baru dan pasien lama. Untuk proses pendaftaran manual,
berkas rekam medis lama dengan KIUP. Dengan cara menanyakan nama
KIUP.
tersebut sudah sesuai karena dari ketiga sistem pemberian nomor pada
berkas rekam medis pasien datang, sistem yang paling dianjurkan adalah
sistem pemberian nomor unit, karena pada sistem ini semua berkas rekam
medis pasien memiliki satu nomor dan terkumpul satu folder, riwayat
rekam medis lama untuk disimpan ke nomor baru dalam sistem seri-unit.
39
b. Sistem penamaan
kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu dengan
terdiri dari satu kata atau lebih, nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama
suami apabila telah menikah, nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama
orang tua (nama ayah), bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga,
sendiri.
ditulis dengan dua suku kata sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
serta untuk membedakan nama yang sama ditulis nama orang tua apabila
belum menikah dan apabila pasien sudah menikah maka akan ditulis nama
sistem penamaan rekam medis diharapkan. nama pasien terdiri dari satu
ditulis dengan dua suku kata. Karena sistem penamaan pada pelayanan
rekam medis adalah tata cara penulisan nama seseorang yang bertujuan
untuk membedakan satu pasien dengan pasien lain dan untuk memudahkan
a. Assembling
atau mengurut formulir rekam medis menjadi runut sesuai dengan urutan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menurut Faida (2018).
susunan formulir dokumen rekam medis rawat inap, rawat jalan dan rawat
darurat sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan, agar rekam medis
berasumsi bahwa hasil penelitian tersebut belum sesuai. Oleh karena itu
b. Coding
huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili
penginputan kode hanya untuk pasien BPJS saja, dan untuk pelaksanaan
tersebut, tidak sesuai dengan KMK No 312 Tahun 2020 tentang Standar
lainya serta prosedur klinis, yaitu perekam medis mampu memahami konsep
prosedur klinis.
kode penyakit.
aturan ICD-10), akurat dan tepat waktu (sesuai episode pelayanan). Maka
mengikuti SOP dan tata cara pengkodean berdasarkan teori yaitu buku
43
medisnya secara langsung pada rak penyimpanan. Namun sistem ini sudah
nama pasien akan dijadikan huruf kunci untuk pencarian pada rak
misalnya nama yang berubah dan nama yang salah eja. Selain itu tidak dapat
petugas harus teliti melihat satu-persatu dari huruf-huruf pada nama pasien
diambil di rak dan petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah
maka setiap dokumen rekam medis harus disimpan dan dilindungi dengan
baik dalam suatu ruang yang khusus agar rujukan dan retrieval
sistem penyimpanan dokumen rekam medis pasien baik rawat jalan dan
menyatukan formulir rekam medis rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
milik pasien menjadi satu dalam satu nomor/folder dan disimpan pada satu
tempat.
46
pada sistem ini berkas rekam medis pasien baik rawat jalan, rawat inap dan
satu folder dan tersimpan dalam satu tempat serta mengurangi duplikasi
secara fisik rekam medis, penghancuran harus dilakukan secara total dengan
cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi
dibaca.
47
puskesmas. Puskesmas tidak memiliki jadwal retensi tetap. Selain itu berkas
inaktif yang telah diretensi tidak disimpan dalam kotak arsip melainkan
formulir rekam medis dan pemusnahan arsip rekam medis. Untuk pertama
jadwal retensi arsip rekam medis. Salah satu elemen yang diperlukan dalam
retensi arsip disusun oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari unsur komite
rekam medis dan unit rekam medis yang benar-benar memahami kearsipan
dilakukan dimana berkas rekam medis yang aktif dipisahkan dengan berkas
rekam medis yang in-aktif. Berkas rekam medis yang in-aktif diletakkan di
Bab IV pasal 9) tentang lama penyimpanan rekam medis. Ayat (1) rekam
medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib disimpan
penelitian tersebut belum sesuai. Oleh karena itu, sebaiknya perlu mengikuti
yang mempunyai nilai guna tinggi serta mengurangi yang tidak bernilai
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
penamaan langsung.
2. Dari semua hasil penelitian yang telah dianalisis diketahui hampir semua
belum pernah dilakukan oleh puskesmas, karena sarana prasarana yang belum
memadai.
49
50
B. Saran
sebagai berikut:
kompetensi
kepada seluruh petugas agar seluruh kegiatan dapat dilakukan sesuai dengan
Budi, Savitri Citra. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media
Faida, Eka Wilda. Muhadil. 2018. Dasar Organisasi dan Manajemen Unit Kerja
Rekam Medis. Yogyakarta: Penerbit Indomedia Pustaka
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312 Tahun 2020 Tentang
Standar Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Menteri Kesehatan RI
Maliang, Muhammad Iqbal. Imran, Ali. Alim, Andi. 2019. Sistem Pengelolaan
Rekam Medis Di Puskesmas Tamalate Makassar: Jurnal Kesehatan,
(online), Vol. 2 No. 4 (http://jurnal.fkmumi.ac.id/, diakses 25 Agustus
2020)
Miranda, Vonny Yulia. Putri, Nuzulul Kusuma. 2019. Pengelolaan Rekam Medis Di
Puskesmas Ketabang Kota Surabaya: Majalah Kesehatan Masyarakat
(online), Vol. 2 No. 4, (http://ojs.serambimekkah.ac.id/makma/, diakses 26
Agustus 2020)
Muyasaroh, Dewi. 2016. Fungsi Manajemen Pada Kegiatan Pengelolaan Sistem
Rekam Medis Pasien Di Puskesmas Kedungmundu Semarang . Skripsi.
Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakulitas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Reitz, Joan M. 2012. (Online). Dicitionary For Library And Information Science
(http://www.abc-clio.com/ODLIS/
Rumpa, Finy J.A. Korompis, Grace E.C. Kolibu, Febi K. 2020. Sistem Manajemen
Rekam Medis Di Puskesmas Terakreditasi Madya Dan Terakreditasi Dasar
Kota Manado: Jurnal Kesehatan Masyarakat (online), Vol. 9 No. 3,
(http://ejournal.unsrat.ac.id/, diakses 25 Agustus 2020)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. IDENTITAS PENULIS
B. RIWAYAT PENDIDIKAN