Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA MAKASSAR TAHUN 2021-2022

KARYA TULIS ILMIAH

ANNISA NUR RAHMA


NIM.20.03.006

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2023
ANALISIS INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA MAKASSAR TAHUN 2021-2022

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan

Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

ANNISA NUR RAHMA


NIM.20.03.006

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2023

ii
KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA MAKASSAR TAHUN 2021-20222

Disusun dan diajukan oleh

ANNISA NUR RAHMA


NIM.20.03.006

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Kens Napolion, SKP. , M . Kep . , Sp . Kep . Jiwa Hj . Andi Pinrakati , SKM ., M . Kes

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Syamsuddin , A . Md . PK . , SKM . , M . Kes

iii
KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS INDIKTAOR PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA TAHUN 2021-2022

Disusun dan diajukan

ANNISA NUR RAHMA


NIM. 20.03.006

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 11 Agustus 2023

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Kens Napolion, SKp., M. Kep., Sp. Kep. Jiwa Hj. Andi Pinrakati, SKM., M. Kes

Ketua STIKes Panakukkang Makassar Ketua Prodi D-III Rekam Medis Dan
Informasi Kesehatan

Dr. Ns. Makkasau, M. Kes. M. Biomedik Syamsuddin, A. Md. PK., SKM., M. Kes

iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komperhensif Program Studi D-III Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

STIKES Panakkukang Makassar, pada tanggal (11 Agustus 2023)

Makassar, 11 Agustus 2023

Tim Penguji:

Penguji I : Kens Napolion, SKp., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa (………………….)

Penguji II : Hj. Andi Pinrakati, SKM., M. Kes (……………………………...)

Penguji III : Nrs. Muh. Yusuf Tahir M.Kes., M,Kep (………….…...................)

v
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama : Annisa Nur Rahma

NIM : 20.03.006

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Judul Karya Tulis Ilmiah ini sebagai

berikut:

ANALISIS INDIKATOR PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA MAKASSAR TAHUN

2021-2022

Merupakan Karya Tulis Ilmiah yang alami kami buat sendiri dan bukan
merupakan bagian dari Karya Tulis orang lain. Bilamana pernyataan ini tidak
benar, kami sanggup menerima sanksi akademik yang ditetapkan oleh STIKES
Panakkukang Makassar.

Makassar, 11 Agustus 2023

Mengetahui Yang membuat pernyataan


Ketua Prodi D-III RMIK

Syamsuddin, A. Md. Pk. Skm, M. Kes Annisa Nur Rahma


NIK. 093.152.01.04.026 NIM. 20.03.006

vi
ABSTRAK

ANNISA NUR RAHMA, “ANALISIS INDIKATOR PELAYANAN RAWAT


INAP DI RUMAH SAKIT AKADEMIS JAURY JUSUF PUTERA TAHUN 2021-
2022”

Pembimbing : Kens Napolion dan Hj. Andi Pinrakati (xv + 2 Gambar + 4 Tabel + 6
Lampiran)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis indikator pelayanan rawat inap
di RS Akademik Jaury Jusuf Putera. Indikator yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
rawat inap adalah BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Interval), LOS (Length
Of Stay), BTO (Bed Turn Over) untuk memantau aktivitas di rawat inap. Dan GDR
(Gross Death Rate), NDR (Net Death Rate) untuk menilai kualitas pelayanan rawat inap
disajikan dalam grafik Barber Johnson. Data awal yang peneliti peroleh melalui metode
wawancara kepada salah satu petugas rekam medis adalah pada tahun 2020 menuju tahun
2021 indikator pelayanan mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2021 menuju
tahun 2022 indikator pelayanan RS Akademik Jaury Jusuf Putera mengalami
peningkatan. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. yang
mengumpulkan data terkait permasalahan indikator pelayanan. dengan jenis penelitian
kualitatif dengan sampel penelitian Non-Probability Sampling (Non-Random Sample)
Teknik Jenuh. Dengan metode pengumpulan data sekunder langsung. Hasil dari
penelitian ini, bahwa penelitian ini pada tahun 2021 untuk presentasi (BOR) adalah
26,92%, (AvLOS) 4 hari, (BTO) 18 kali, (TOI) 15 hari, (NDR) 3%, (GDR) 6%. kemudian
pada tahun 2022 untuk (BOR) sebesar 38,84%, (AvLOS) 5 hari, (BTO) 28 kali, (TOI) 7
hari, (NDR) 2,54%, (GDR) 4,8%. Dengan demikian penelitian ini dikatakan tepat apabila
memiliki parameter yang sama yaitu tidak masuk dalam kategori nilai efisien dan
kategori lainnya masuk dalam kategori nilai efisien. Lalu perbedaan angka yang terjadi
antara dua tahun tersebut tidak terlalu jauh namun tetap akan memberikan pengaruh
terhadap rumah sakit.
Kata Kunci: Indikator, pelayanan rawat inap, data sekunder, nilai efisien angka

Daftar Pustaka: 24 buah (2010-2023)

Jurnal: 17

Buku: 7

vii
ABSTRACT

ANNISA NUR RAHMA, “ANALYSIS OF INDICATORS FOR INPATHIC


SERVICES AT JAURY JUSUF PUTERA ACADEMIC HOSPITAL IN 2021-2022”

Supervisors: Kens Napolion and Hj. Andi Pinrakati (xv + 2 Figures + 4 Tables + 6
Attachments)

This study aims to determine the analysis of inpatient service indicators at the
Jaury Jusuf Putera Academic Hospital. Indicators that need to be considered in inpatient
management are BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Interval), LOS (Length Of
Stay), BTO (Bed Turn Over) to monitor activities in inpatient care. And GDR (Gross
Death Rate), NDR (Net Death Rate) to assess the quality of inpatient services, presented
in the Barber Johnson chart. The initial data that the researchers obtained through the
interview method with one of the medical record officers was that in 2020 towards 2021
the service indicator had decreased, then in 2021 towards 2022 the service indicator at
the Jaury Jusuf Putera Academic Hospital had increased. This research was analyzed
using thematic analysis. which collects data related to service indicator problems. with
this type of qualitative research with the research sample Non-Probability Sampling
(Non-Random Sample) Saturated Technique. By direct secondary data collection method.
The results of this study, that this study in 2021 for presentation (BOR) is 26.92%,
(AvLOS) 4 days, (BTO) 18 times, (TOI) 15 days, (NDR) 3%, (GDR) 6%. then in 2022 for
(BOR) is 38.84%, (AvLOS) 5 days, (BTO) 28 times, (TOI) 7 days, (NDR) 2.54%, (GDR)
4.8%. Thus this research is said to be appropriate if it has the same parameters that do
not enter the efficient value category and the other categories enter the efficient value
category. Then the difference in numbers that occurred between the two years was not so
much but it would still have an effect on the hospital.
Keywords: Indicators, Inpatient services, Secondary data, Efficient value of numbers

Renferences: 24 pieces (2010-2023)

Journal: 17

Book: 7

viii
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Alhamdulillahi robbil alamin. Pertama dan paling utama,

tidak henti-hentinya kita ucapkan puji dan syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta

alam karena berkat rahmat dan karunianyalah sehingga kita sampai detik ini masih

diberikan kesempatan dan kekuatan terutama bagi penulis hingga sampai

menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Indikator

Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar

Tahun 2021 – 2022”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah-satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di STIKes

Panakkukang Makassar.

Penulis dalam setiap langkah penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Ridwan dan

Ibunda Ratna atas didikan, kesabaran, dan kasih sayang yang luar biasa dari beliau

sehingga penulis mampu melanjutkan dan menuntut ilmu hingga saat ini. Atas

segala motivasi dan pengorbanan serta iringan do’a yang tak hentinya dalam

mendukung penulis menyelesaikan Studi D-III Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan. Semoga ayahanda dan Ibunda diberi kesehatan dan selalu berada

dibawah lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin.

Berbagai pengalaman berharga dan perjuangan penulis lalui selama

penyusunan tugas akhir ini. Mulai dari persiapan hingga penyelesaian penulisan.

ix
Namun berkat dukungan dan bimbingan serta kerja sama dari berbagai pihak,

sehingga penyusunan tugas akhir dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih atas penghargaan yang tak terhingga penulis

sampaikan pula kepada:

1. Dr. Ns. Makkasau, M.Kes., M.EDN., M.Biomed, selaku ketua STIKes

Panakkukang Makassar

2. Syamsuddin, A. Md. PK., SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D3

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes Panakkukang Makassar.

3. Seluruh Staf dan Dosen D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes

Panakkukang Makassar atas segala bimbingan dan perhatian yang diberikan

kepada penulis.

4. Sri Rahayu, A. Md. PK selaku kepala instalasi Rekam Medis, kakak

Reynaldhi, A. Md. RMIK, Citra Amalia Jamal, A. Md. RMIK, Eisya Dwi

Resky Yahya, A. Md. RMIK selaku pegawai instalasi Rekam Medis di

Rumah Sakit Jaury Jusuf Putera Makassar atas bimbingan dan motivasi yang

diberikan kepada penulis.

5. Bapak Kens Napolion, SKp., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku pembimbing 1

yang telah senantiasa membimbing penulis dengan penuh ketulusan dan

kesabaran meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan

bimbingan untuk penyelesaian tugas akhir ini

6. Ibu Hj. Andi Pinrakati, SKM., M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah

senantiasa membimbing penulis dengan penuh ketulusan dan kesabaran

x
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan untuk

penyelesaian tugas akhir ini

7. Seluruh Staf dan Dosen D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes

Panakkukang Makassar

8. Orang yang sedang bersama saya saat ini kak Agung Sucipto Rani yang selalu

ada untuk memberikan saya motivasi dan semangat selama menyelesaikan

tugas akhir ini

9. Sahabat saya Immy, Husna, Evy, dan Lala yang selalu medukung dan

memberi semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Sahabat-sahabat saya second family yang telah memberikan dukungan serta

arahan yang positif selama di perkuliahan.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya

Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang penulis

miliki, baik dari segi ilmu maupun wawasan, untuk itu masukan berupa saran dan

kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap mudah-mudahan Allah

Subhana Wa Ta’ala melimpahkan rahmat dan karunianya dan semoga Tugas Akhir

ini dapat memberikan manfaat.

Akhir kata, Wabillahi Taufik Walhidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 4 Agustus 2023


Penulis

Annisa Nur Rahma

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii

PENGESAHAN TIM PEMBIMBING.......................................................... iii

PENGESAHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.......................... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI................................................................... v

PERNYATAAN............................................................................................... vi

ABSTRAK...................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

PRAKATA....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5

D. Mnafaat Penelitian................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Teori

1. Rumah Sakit.................................................................................... 7

2. Rekam Medis.................................................................................. 12

xii
3. Statistik Rumah Sakit..................................................................... 15

4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit.................................................. 16

B. Kerangka Konsep.................................................................................. 25

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Jenis Penelitian.................................................................. 26

B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel........................... 26

C. Definisi Operasional............................................................................. 27

D. Metode Pengumpulan Data................................................................... 28

E. Instrument Pengumpulan Data............................................................. 29

F. Analisis Data......................................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi.................................................................................. 30

B. Gambaran Hasil Karya Tulis Ilmiah..................................................... 32

C. Pembahasan.......................................................................................... 37

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 46

B. Saran..................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 48

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep............................................................................ 25

Gambar 2. Grafik barber jhonson..................................................................... 36

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif........................................ 27

Tabel 2. Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2021..................... 32

Tabel 3. Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2022..................... 33

Tabel 4. Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2021-2022............ 34

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar wawancara

Lampiran 2. Dokumentasi

Lampiran 3. Surat izin penelitian

Lampiran 4. Surat selesai penelitian

Lampiran 5. Lembar konsultasi pembimbing 1

Lampiran 6. Lembar konsultasi pembimbing 2

Riwayat Hidup Penulis

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah

bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (Ningrum,

2017)

Berdasarkan undang-undang no.44 tahun 2009 tentang rumah sakit,

yang dimaksud rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan pribadi secara paripurna yang

menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Ningrum,2017).

Kewajiban untuk membuat rekam medis diamanatkan oleh Undang-

undang no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada bab VIII pasal 29 ayat 1

(h). Dalam bagian penjelasannya tercantum bahwa penyelenggaraan rekam

medis sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ini adalah penyelenggaraan

rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku dan standar ini secara

bertahap akan diupayakan meningkat untuk mencapai standar internasional.

Menurut Permenkes No.24/2022, rekam medis adalah dokumen yang

berisikan data identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien, rekam medis juga

1
2

merupakan salah satu bagian dari rumah sakit yang menjadi penunjang dalam

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Mutu pelayanan rumah sakit dapat ditelaah dari tiga hal yang

pertama input terdiri dari struktur, sarana fisik, peralatan, dana, tenaga

kesehatan dan non kesehatan, serta pasien, kedua proses terdiri dari rumah

sakit, teknis maupun pelayanan yang kesemuanya tindakan medis dan

nonmedis kepada pasien, ketiga output/outcome yang terdiri dari kesembuhan

pasien, kepuasan pasien, setiap rumah sakit tentu mempunyai indikator

pelayanannya sendiri. (Nursalam, 2016)

Indikator rumah sakit adalah seperangkat alat ukur mutu pada output

suatu pelayanan. (Kementrian Kesehatan RI, 2009) Mutu pelayanan

keperawatan sebagai indikator Menurut Azwar, rumah sakit dalam situasi

dimana harus mengutamakan pihak yang dilayani (client oriented), karena

pasien adalah client terbanyak, maka banyak sekali manfaat yang dapat

diperoleh suatu rumah sakit bila mengutamakan kepuasan pasien. (Tambunan,

2016). Berdasarkan pengertian tersebut ada beberapa indikator pelayanan di

rumah sakit salah satunya ialah pelayanan rawat inap.

Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003 pelayanan

rawat inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,

rehabilitasi medik dan upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap

di rumah sakit yang bertujuan untuk merawat pasien dan sebagai sumber

pendapatan rumah sakit dari pelayanan yang diberikan oleh unit rawat inap

terutama di era sekarang ini. Pelayanan rawat inap dapat menentukan kualitas
3

dari pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dengan melihat dari indikator

pelayanan rawat inap.

Indikator yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan rawat inap

adalah BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn Over Interval), LOS (Length

Of Stay), BTO (Bed Turn Over) untuk memantau kegiatan pada rawat inap.

Dan GDR (Gross Death Rate), NDR (Net Death Rate) untuk menilai mutu

pelayanan rawat inap, dimana Indikator BOR, TOI, LOS, BTO

dipresentasikan kedalam grafik Barber Johnson. Oleh karena itu diperlukan

sebuah sistem informasi dalam menggambarkan efisiensi penggunaan tempat

tidur di rumah sakit, dengan menggunakan kriteria atau indikator untuk

menentukan apakah tempat tidur yang tersedia telah berdaya guna atau

berhasil guna. Indikator yang digunakan untuk memantau efisiensi

penggunaan tempat tidur ini terdiri dari 4 parameter, yaitu: BOR (Bed

Occupation Rate), BTO (Bed Turn Over), LOS (Length Of Stay), dan TOI

(Turn Over Interval), yang dibuat dalam bentuk pelaporan statistik rumah

sakit.

Indikator berhubungan dengan struktur (input), proses dan outcome

pelayanan kesehatan. Ketiganya dapat berpengaruh terhadap kondisi pasien

(Mainz, (2003), dalam ria lestari, (2014), indikator pelayanan yang tidak

mencapai nilai efisiensi akan berdampak pada mutu pelayanan di rumah sakit

dan akan berdampak juga pada pemasukan di rumah sakit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Corah Astuti

dengan judul “Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur di RSJ Prof. Dr.
4

M Ildrem Medan Per Ruangan berdasarkan indikator Rawat Inap di Triwulan

1 Tahun 2018” disebutkan data yang menunjukkan BOR 91,18%, ALOS

86,125%, TOI 8,99 hari, BTO 14,7 kali. Dari penelitian tersebut disimpulkan

bahwa tidak efisiensinya nilai BOR, ALOS, TOI dan BTO disebabkan karena

jumlah lama pasien di rawat cukup lama karena rumah sakit tersebut rumah

sakit jiwa dengan demikian tidak bisa disamakan dengan rumah sakit pada

umumnya karena pasien jiwa cukup lama dalam perawatan hingga pasien

benar-benar sembuh.

Data awal yang peneliti peroleh di Rumah Sakit Akademis Jaury

Jusuf Putera Makassar melalui metode wawancara kepada salah satu petugas

rekam medis bahwa pada tahun 2020 menuju 2021 indikator pelayanan

terjadi penurunan, kemudian pada tahun 2021 menuju 2022 indikator

pelayanan di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera terjadi peningkatan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

dengan mengambil judul penelitian tentang “ANALISIS INDIKATOR

PELAYANAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT AKADEMIS JAURY

JUSUF PUTERA MAKASSAR TAHUN 2021-2022”

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaiamana analisis indikator pelayanan rawat inap di Rumah Sakit

Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022?


5

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisis indikator pelayanan rawat inap di Rumah

Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya indikator pelayanan rawat inap di Rumah Sakit

Akadmeis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022

b. Diketahuinya penyebab serta dampak pada saat terjadi perubahan

indikator pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf

Putera Makassar

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi STIKes Panakkukang Makassar, hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan referensi bagi institusi dalam mengembangkan ilmu

rekam medis.

b. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta

peluang untuk menerapkan pengetahuan rekam medis yang diperoleh

dibangku kuliah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar, hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti

kebijakan dan solusi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan

kepada pasien di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar


6

b. Bagi tenaga rekam medis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

salah satu masukan dan acuan dalam mengembangkan profesinya.

c. Bagi teman-teman dapat menambah wawasan tentang indikator

pelayanan rawat inap dirumah sakit dan penliti akan lebih memahami

masalah-masalah dirumah sakit terutama di indikator pelayanan rawat

inap yang akan sangat membantu peneliti di masa mendatang sebagai

calon tenaga rekam medis


BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. TINJAUAN TEORI

1. Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan

pemondokan dan yang memberikan jasa pelayanan medis jagka

pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi,

diagnostik, terapetik, dan rehabilitatif untuk orang yang menderita

sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan (WHO).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan

bahwa rumah sakit adalah gedung tempat merawat orang sakit atau

gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan

yang meliput berbagai masalah kesehatan. Rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

pribadi secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. (Permenkes Nomor 3 Tahun 2020)

Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara

7
8

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat.

(Supartiningsih, 2017) juga mendefinisikan rumah sakit

adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis profesional

yang terorganisasi baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan

keperawatan yang irasional, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

diderita oleh pasien.

(Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit

merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan

upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada upaya

penyembuhan dan pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan

dan pencegahan serta melaksanakan upaya referensi.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa merupakan hal yang penting bagi Rumah Sakit untuk

menetapkan standar medis, yang harus diperhatikan oleh staf Rumah

Sakit sebagai suatu kode etik,dan perlu disebutkan sebagai paduan

prinsip-prinsip perawatan medis. Hal inilah yang sekaligus

memberikan penjelasan mengapa Rumah Sakit berbeda sifatnya

dengan pelayanan publik yang lainnya dimana Rumah Sakit harus

diperhatikan kode etik Rumah Sakit dan juga kode etik profesi

(Endang Wahyati Yustina, 2012).


9

b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas Rumah Sakit rumusan yuridisnya dapat dilihat pada

ketentuan pasal 1 butir 1 Undang – Undang Rumah Sakit. Ketentuan

ini disamping mengandung pengertian tentang Rumah Sakit, memuat

pula rumusan tentang tugas Rumah Sakit serta ruang lingkup

pelayanannya. Seperti disebutkan pada pasal ini, bahwa: “Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang tugas pokoknya adalah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan pribadi secara paripurna yang

meyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.

(Endang Wahyati Yustina, 2012)

(Rikomah, 2017) rumah sakit memiliki tugas dan fungsi

berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.

Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara seri dan

terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya

rujukan, rumah sakit juga mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna.

Sedangkan untuk fungsi rumah sakit adalah:

1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


10

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis.

3) Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

c. Asas Dan Tujuan Rumah Sakit

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 56 tahun 2014 ada dua macam rumah sakit:

1) Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

2) Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,organ, jenis penyakit

atau kekhususan lainnya.

Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit tidak lepas dari

ketentuan bahwa masyarakat berhak atas kesehatan sebagaimana

dirumuskan dalam berbagai ketentuan undang-undang, salah satunya

dalam undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Sementara


11

itu pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi-tinginya, diantaranya dengan menyediakan

fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan, dan salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan adalah Rumah Sakit.

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum

adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan

(Listiyono, 2015).

Adapun tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit adalah seperti

yang telah dirumuskan dalam pasal 3 Undang-Undang Kesehatan,

dimana disebutkan bahwa: “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatannya masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi sumber pembangunan daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.” (Angga Permana,

2016)
12

Sedangkan dalam pasal 3 Undang Undang No 44 tahun 2009

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan:

1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

Kesehatan.

2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di

rumah sakit.

3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit.

4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

2. Rekam Medis

a. Pengertian Rekam Medis

Menurut Permenkes No.24/2022, Rekam Medis adalah

dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien.

b. Fungsi dan Kegunaan Rekam Medis

Rekam medis memiliki fungsi untuk memelihara dan

menyediakan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. (Wirajaya, 2019)

Menurut Zaenal, (2006), dalam Wirajaya, (2019) Proses

kegiatan penyelenggaraan rekam medis dimulai saat diterimanya


13

pasien di rumah sakit, dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan data

medis pasien oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang memberikan

pelayanan secara langsung. Rekam medis harus segera dilengkapi

setelah pasien menerima pelayanan.

Menurut sudra, (2014), dalam puspita, (2018), Kegunaan

rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, untuk mudah

mengingatnya kita bias menggunakan singkatan ALFRED, yaitu:

1) Administration

Rekam medis digunakan untuk kebutuhan administrasi

dalam pelayanan kesehatan. Sejak pasien diterima, baik rawat

jalan, rawat darurat, maupun rawat inap, hingga pasien pulang.

Semua proses pencatatan ini kelak akan sangat dibutuhkan pada

saat menelusuri kembali riwayat kedatangan pasien tersebut.

2) Legal

Rekam medis digunakan sebagai bukti telah terjadinya

proses pelayanan kesehatan. Rekam medis akan dihadirkan dalam

proses persidangan untuk menyelesaikan kasus medis yang

bermuatan hukum guna menelusuri kembali kejadian suatu

pelayanan kesehatan melalui runtutan “cerita” yang tercatat

didalamnya. Itulah sebabnya maka rekam medis harus segera

dibuat setelah melakukan suatu pelayanan kesehatan. Konsep “tulis

yang dilakukan dan lakukan yang ditulis” merupakan salah satu

kunci agar rekam medis dapat melakukan fungsi legal/hukumnya.


14

3) Financial

Rekam medis digunakan untuk menghitung biaya

pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien. Hal ini

terutama apabila sistem penagihan biaya pelayanannya berdasarkan

item pelayanan yang telah diberikan jika menggunakan sistem

penagihan biaya pelayanan berdasarkan diagnosis (seperti INA-

DRG) maka ketepatan diagnosis dan keakuratan kode diagnosis

sangat berpengaruh terhadap nilai klaim pembayaran yang

diajukan.

4) Research

Banyak penelitian, baik bidang medis maupun non-medis,

yang dilakukan dengan menggunakan rekam medis sebagai sumber

datanya dalam hal penggunaan informasi dalam rekam medis untuk

penelitian tetap harus memperhatikan etika dan peraturan

perundangan yang berlaku.

5) Education

Dalam proses pendidikan tenaga kesehatan, baik

kelompok tenaga medis; paramedis; penunjang medis; keteknisian

medis; maupun keterapian fisik, banyak digunakan informasi

dalam rekam medis sebagai bahan pendidikan. Penggunaan

informasi dalam rekam medis untuk pendidikan harus

memperhatikan etika dan peraturan perundangan yang berlaku.


15

6) Documentation

Aspek “dokumentation” dalam akronim ALFRED di sini

sama dengan aspek “dokumentasi” dalam hal penggunaan rekam

medis untuk manajemen pelayanan pasien seperti telah

dibahas terdahulu.

c. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah untuk mendokumentasikan

pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang mampu

membenarkan identitas pasien dan berbagai pemeriksaan dan

pengobatan di sarana pelayanan. Serta demikian juga dapat membantu

pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan diagnosis yang

mahal. Rekaman yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam

menilai dan mengelola risiko manajemen. Selain itu juga bisa

berfungsi sebagai tanda bukti yang sah yang dapat dipertanggung

jawabkan secara hukum (Hatta, 2013).

3. Statistik Rumah Sakit

a. Pengertian Statistik Rumah Sakit

Menurut sudra, (2010), dalam Rosita (2019) statistik rumah

sakit yaitu statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari

pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi,

fakta, dan pengetahuan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di

rumah sakit.
16

Statistik rumah sakit adalah kumpulan data berbentuk angka

yang menggambarkan informasi suatu rumah sakit yang digunakan

untuk pengambilan keputusan dan sumber pada rekam medis (Nisak,

2020)

b. Menurut Sudra, (2010), dalam Oktavia (2022) Kegunaan Statistik

Rumah Sakit sebagai berikut:

1) Perencanaan, pemantauan, pendapatan dan pengeluaran dari pasien

oleh pihak manajemen rumah sakit.

2) Pemantauan kinerja medis.

3) Pemantauan kinerja non medis

4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

a. Indikator Kesehatan

Menurut WHO (2002), Indikator adalah variabel yang

membantu untuk mengukur suatu perubahan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dari beberapa definisi tersebut dapat

dijelaskan bahwa indikator merupakan variabel yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan

dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

dari waktu ke waktu.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Indikator

merupakan sesuatu yang bisa memberikan petubjuk atau keterangan.


17

Indikator yang ideal menurut WHO mempunyai 4 kriteria:

Secara ilmiah dikatakan bahwa indikator harus valid, objektif, sensitif

dan spesifik (Wijono D, 2006).

1) Valid (sahih) yaitu indikator benar - benar dapat dipakai untuk

mengukur hal-hal yang akan diukur.

2) Reliable (dapat dipercaya) yaitu mampu menunjukkan hasil yang

sama meskipun penghakiman dilakukan secara berulang kali dan

oleh orang yang berbeda.

3) Sensitif, yaitu peka untuk digunakan sebagai bahan pengukur.

4) Spesifik, yaitu indikator tersebut menunjukkan perubahan-

perubahan hanya mengenai keadaan atau fenomena yang

dikhususkan untuknya.

Indikator adalah karakteristik yang dapat diukur dan dapat

dipakai untuk menentukan keterkaitan dengan standar. Indikator

dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian suatu standar pelayanan

yang sudah ditetapkan (Bustami, 2011). Indikator terdiri atas:

1) Indikator persyaratan minimal yaitu, indikator ini merujuk pada

tercapai atau tidaknya standar masukan, standar lingkungan, dan

proses standar.

2) Indikator penampilan minimal yaitu, tolak ukur yang berhubungan

dengan keluaran dari suatu pelayanan kesehatan.

Indikator kesehatan merupakan variabel yang digunakan

sebagai patokan untuk mengetahui kondisi dan perubahan di bidang


18

kesehatan. Secara umum, indikator kesehatan meupakan langkah –

langkah ringkasan yang menangkap informasi yang relevan tentang

atribut kesehatan yang berbeda dimensi, dan sistem kerja kesehatan

(WHO, 2002:26).

(Kementrian Kesehatan RI, 2009) Indikator kesehatan

merupakan variabel yang digunakan sebagai patokan untuk

mengetahui kondisi dan perubahan di bidang kesehatan. Indikator

rumah sakit adalah seperangkat alat ukur mutu pada output suatu

pelayanan. Secara umum Indikator Kesehatan adalah istilah, nilai,

dan/atau tingkatan sebagai variabel yang membantu untuk

menganalisis atau mengukur status kesehatan atau perubahan baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan

kesehatan. (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014).

b. Pelayanan Kesehatan

Institute of medicine (IOM) mengemukakan bahwa pelayanan

kesehatan adalah suatu langkah ke arah Peningkatan pelayanan

kesehatan baik untuk individu maupun untuk populasi sesuai dengan

keluaran (outcome) kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan

pengetahuan professional terkini. Pemberian pelayanan kesehatan

harus mencerminkan ketepatan dari penggunaan pengetahuan terbaru

secara ilmiah, klinis, teknis, interpersonal, manual, kognetif,

organisasi, dan unsur-unsur manajemen pelayanan kesehatan.


19

Berdasarkan Keputusan Mentri Aparatur Negara No.63 Tahun

2003, Pelayanan adalah semua bentuk kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh Lembaga pemerintah di pusat, di daerah maupun di

lingkungan badan usaha milik negara atau daerah maupun dalam

wujud barang maupun jasa dalam rencana pelaksanaan ketetapan

peraturan perundang undangan.

Menurut (Listiyono, 2015) pelayanan kesehatan adalah

sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan

kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr.

Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan

yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan

promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Beberapa macam bentuk dan jenis yang berbeda tingkat

pelayanan dan juga kemampuan dalam melayani. Berikut macam-

macam dari pelayanan kesehatan:

1) Pelayanan kesehatan primer.

Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan yang

bersifat pelayanan yang bersifat dasar, merupakan rujukan pertama

pelayanan kesehatan yang mudah terjangkau oleh masyarakat di

lingkungannya dan dilakukan bersama masyarakat.

2) Pelayanan kesehatan sekunder.

Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang

lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan


20

subspesialis, tetapi masih terbatas. pelayanan kesehatan sekunder

dan tersier (perawatan kesehatan sekunder dan tersier), adalah

rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih

lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah

sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit tipe

A.

3) Pelayanan kesehatan tersier.

Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih

mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.

c. Rawat Inap

Rawat inap atau opname adalah pelayanan kesehatan pribadi

yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keterlibatan,

rehabilitasi medis, dengan menginap di ruang rawat inap dengan saran

kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas

perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karna penyakitnya itu

penderita harus menginap.

Rawat inap adalah istilah yang berarti proses perawatan

pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu,

dimana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit berdasarkan

rujukan dari suatu pelaksanaan pelayanan kesehatan atau rumah sakit

pelaksana pelayanan kesehatan lainnya (Safitri, 2016).

Rawat inap atau bangsal perawatan merupakan ruang

perawatan sebagai inti kegiatan rumah sakit. Setiap bangsal rawat inap
21

biasanya memiliki sejumlah tempat tidur. Pasien yang dirawat

memiliki berkemampuan membayar pelayanan rawat inap yang

berbeda. Rawat inap dibedakan juga atas kelas perawatan.

Prosedur penerimaan pasien dapat disesuaikan dengan sistem

yang dianut oleh masing-masing rumah sakit. Berdasarkan

kedatangannya, pasien dibedakan menjadi dua antara lain:

1) Pasien baru, adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah

sakit untuk keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap

pasien baru diterima ditempat penerimaan pasien dan di

wawancarai oleh petugas guna mendapatkan informasi mengenai

data identitas sosial pasien yang harus diisikan formulir

kerahasiaan riwayat klinik.

2) Dan Pasien lama, adalah pasien yang pernah berobat datang

sebelumnya ke rumah sakit, maka pasien mendatangi tempat

pendaftaran pasien lama atau ke tempat penerimaan pasien yang

telah ditentukan.

d. Indikator Pelayanan Rawat Inap

Indikator rawat inap adalah parameter-parameter yang

digunakan dalam mengetahui perolehan, kinerja pelayanan rawat inap

yaitu BOR, AvLOS, TOI, BTO, NDR, GDR (Hatta, G.2008).

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah

sakit. (Heryanto, 2013)


22

(Satrianegara, 2014), pelayanan kesehatan dapat ditinjau

antara lain berdasarkan tingkat pemanfaatan sarana pelayanan

kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi institusi sarana

kesehatan. Beberapa indikator pelayanan dirumah sakit antara lain:

1) Bed Occupancy Rate (BOR) adalah angka penggunaan tempat

tidur. Tingkat Hunian Tempat Tidur (BOR) digunakan untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka

Bed Occupancy Rate (BOR) yang rendah menunjukkan

kekurangan Pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh

masyarakat. Jumlah Tempat Tidur Rate (BOR) yang tinggi (lebih

dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang

tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan

tempat tidur. Nilai Bed Occupancy Rate atau Tingkat Hunian

rumah sakit berbentuk dalam angka prosentase. Hari perawatan

(HP) dalam rumus BOR adalah banyaknya pasien yang dirawat

dalam 1 periode.

Nilai efisien BOR = 75%-85%

jumlah hari perawatan


Rumus: BOR= ×100 %
jumlah tempat tidur × periode

2) Average Length of Stay (AvLOS) adalah rata-rata lamannya pasien

yang dirawat atau rata-rata lama dirawat dalam 1 periode. Indikator

ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada


23

diagnosa tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih

lanjut. Secara umum nilai AvLOS yang ideal antara 6-9 hari. Lama

dirawat dalam rumus AvLOS adalah lamanya 1 orang pasien

dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup (pulang atas izin

dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal.

Nilai efisien = 6-9 hari

jumlah lama dirawat


Rumus: AVLOS=
jumlah pasien keluar(hidup+ mati)

3) Bed Turn Over (BTO) adalah angka perputaran tempat tidur atau

frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, beberapa kali

tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (periode).

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali.

Contoh = Pasien keluar hidup & meninggal ada 5 orang pada

tanggal 4 Sep.

Jumlah empat tidur ada 200 tempat tidur

Nilai efisien = 40-50 kali

jumlah pasien keluar hidup∧meninggal


Rumus: BTO=
jumlah tempat tidur

4) Turn Over Interval (TOI) adalah tenggang perputaran atau rata-rata

hari yakni tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi hingga saat

diisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat

efisiensi penggunaan tempat tidur. Tempat idealnya tidur kososng

tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.


24

Contoh = jumlah TT 200, jumlah periode 1hari, jumlah hari

perawatan 90, jumlah pasien keluar hidup & meninggal 5 orang

Nilai efisien = 1-3 hari

( jumlah tempat tidur × periode )−hari perawatan


Rumus : TOI=
jumlah pasien keluar hidup∧mati

5) NDR (net dateth rate) adalah angka kematian ˃ 48 jam setelah

dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita yang keluar baik hidup atau

mati. Menurut Rustianti, (2010), dalam khasanah (2022)

Nilai standar ideal untuk NDR = ≤ 25% (0-25%)

Rumus =

jumlah pasien meninggal≥ 48 jam setelah dirawat


NDR= 100 %
jumlah pasien keluar ( hidup+ mati )

6) GDR (gross death rate) adalah angka kematian kasar, untuk tiap-

tiap 1000 penderita baik hidup atau mati

Nilai standar ideal untuk GDR = ≤ 45% atau (0-45%)

Jumlah pasienmeninggal seluruhnya


Rumus = GDR= ×100%
jumlah pasien keluar (hidup +mati )
25

B. KERANGKA KONSEP

Kerangka konseptual adalah gambaran yang mengarahkan asumsi

mengenai variable yang akan diteliti dan memberikan petunjuk kepada peneliti

dalam merumuskan masalah penelitian.

Untuk mengetahui indikator


pelayanan di rumah sakit
akademis jaury jusuf putera pada
tahun 2021-2022

Analisis indikator pelayanan di rumah


sakit akademis jaury jusuf putera tahun
Untuk mengetahui apakah 2021-2022
penyebab serta dampak pada saat
terjadi Peningkatan dan
penurunan indikator pelayanan di
rumah sakit akdemis jaury jusuf
putera

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 1

Kerangka Konsep
26
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN JENIS PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Akademis Jaury

Jusuf Putera. Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera berlokasi di Jln Jend,

M. Jusuf No.57A, Pattunuang Kec. Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

90156.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu

mengumpulkan data berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung

terhadap objek penelitian (Arikunto, 2010)

B. POPULASI, SAMPEL dan METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini adalah petugas yang bekerja di unit

rekam medis bagian pelaporan rumah sakit yang berjumlah 3 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki cri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah

27
28

petugas rekam medis bagian pelaporan rumah sakit yang berjumlah 3

orang.

3. Metode pengambilan sampel

Pada penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel

Non-Probability Sampling (Non-Random Sample) dengan teknik sampel

jenuh. Teknik ampel jenuh adalah semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel, hal ini dilakukan jika jumlah populasi kurang dari 30

(Masturoh, 2018).

C. Definsi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 1.
Definisi operasional dan kriteria objektif

Definisi operasional Kriteria objektif

a) Sesuai: apabila semua langkah-


a) Indikator pelayanan
langkah dilakukan dalam
adalah variabel yang digunakan
menjalankan analisis indikator
untuk mengukur keberhasilan
rawat inap memenuhi nilai
suatu kegiatan atau usaha untuk
angka efisien yakni sebagai
melayani seorang pasien.
berikut :

BOR = 75%-85%

BTO = minimal 40x

TOI = 1-3 hari

AVLOS = 6-9 hari

GDR = ≤ 45% atau (0-45%)


29

NDR = ≤ 25% (0-25%)

Tidak seusai: apabila terdapat

satu atau semua langkah-langkah

yang dilakukan dalam

menjalankan indikator rawat

inap tidak memenuhi angka

efisien

b) Baik: apabila yang dihasilkan


b) Rawat inap (opname) adalah
sesuai dengan pelayanan rawat
kegiatan perhitungan pasien yang
inap
dilakukan setiap hari pada suatu
Tidak baik: apabila yang
ruang rawat inap
dihasilkan tidak sesuai dengan

pelayanan rawat inap

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara untuk

dilakukan oleh penelitian untuk meumpulkan data. Pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti adalah pengumpulan data sekunder dengan

wawancara dan dokumentasi secara langsung petugas di unit rekam medis

yang bekerja di bagian pelaporan rumah sakit.


30

E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara ialah proses komunikasi atau

interaksi untuk mengumpulkan informasi antara peneliti dengan informan

atau subjek penelitian. Wawancara yang digunakan adalah wawancara

mendalam yang bertujuan menggali informasi secara langsung dengan

bertanya secara bebas tanpa pedoman pertanyaan, sehingga suasananya

hidup dan dilakukan berkali-kali.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data tentang profil rumah sakit, proses pelayanan rawat inap dan hasil

penilaian indikator. Selain itu, dokumentasi juga digunakan untuk

memperoleh bukti fisik berupa gambar selama kegiatan penelitian

berlangsung ataupun gambar penunjang yang berupa laporan serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian.

F. ANALISIS DATA

Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan

bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan

dengan penelitian.

Dalam penelitian ini membahas mengenai analisis indikator

pelayanan kesehatan di rumah sakit, peneliti mengambil analisis data

dengan menggunakan analisis tematik.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN LOKASI

1. Sejarah Singkat Rumah Sakit

Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera adalah rumah sakit

umum milik swasta dan merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang

terletak di Jalan Jendral M. Jusuf No. 57A (jln. Gunung Bulusaraung),

Makassar, Sulawesi Selatan 90174, Indonesia.

Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera ini didirikan oleh

Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XIV/Hasanuddin Kolonel

M. Jusuf dan dirancang oleh dr R. A Ma’roef.

Peletakan batu pertama dilakukan pada 10 Juli 1962 oleh M.

Jusuf Sendiri. Turut menyaksikan Rektor Unhas (waktu itu) Prof. Arnold

Mononutu dan Kepala Depkes Sulawesi Selatan/ Tenggara Dr. Siregar.

2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera

Makassar

a. Visi

Menjadi rumah sakit memorial pilihan masyarakat serta

sebagai rumah sakit jejaring Pendidikan yang unggul dan terpercaya

di Indonesia Timur

31
32

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu mudah, aman

dan nyaman serta terjangkau oleh masyarakat dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya.

2) Meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana baik dalam

pelayanan kesehatan maupun fasilitas Pendidikan kedokteran dan

Pendidikan kesehatan dengan sistem informasi rumah sakit

berbasis digital

3) Mendukung sepenuhnya program pemerintah dalam

penanggulangan berbagai penyakit dan bencana alam maupun

bencana non alam dengan mengoptimalkan sumber daya yang

ada.

c. Motto

1) Amanah

2) Kompeten

3) Akuntabel

4) Disiplin

5) Empati

6) Mandiri

7) Integritas

8) Santun
33

B. GAMBARAN HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan pada tanggal 25-29 Juli 2023 di Rumah

Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar dengan judul “Analisis indikator

pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar

tahun 2021-2022” berdasarkan hasil pengambilan data dari laporan tahunan

rumah sakit pada tahun 2021-2022 dalam bentuk tabel sebagai berikut:

1. Jumlah BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR pada tahun 2021

Tabel 2.
Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2021
NO INDIKATOR JUMLAH SATUAN EFISIEN/TIDAK

1 Bed Occupancy Ratio (presentase 26,92 % Tidak efisien

pemakaian tempat tidur)

2 Average Length Of Stay (rata-rata 4 hari Tidak efisien

lama rawat pasien)

3 Bed Turn Over (frekuensi pemakaian 18 Kali Tidak efisien

tempat tidur)

4 Turn Over Interval (rata-rata hari 15 Hari Tidak efisien

tempat tidur tidak terisi)

5 Net Death rate (angka kematian 3 % Efisien

bersih)

6 Gross Death Rate (angka kematian 6 % Efisien

kasar)

Sumber data: data sekunder


34

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa indikator pelayanan rawat inap di

Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021 untuk

presentasi pemakaian tempat tidur (BOR) adalah 26,92%, rata-rata lama

rawat pasien (AvLOS) 4 hari, frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) 18

kali, rata-rata hari tempat tidur tidak terisi (TOI) 15 hari, angka kematian

bersih (NDR) 3%, angka kematian kasar (GDR) 6%

2. Jumlah BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR pada tahun 2022

Tabel 3
Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2022
N INDIKATOR JUMLAH SATUA EFISIEN/TIDAK
O
N

1 Bed Occupancy Ratio (presentase 38,84 % Tidak efisien

pemakaian tempat tidur)

2 Average Length Of Stay (rata-rata lama 5 hari Tidak efisien

rawat pasien)

3 Bed Turn Over (frekuensi pemakaian 28 Kali Tidak efisien

tempat tidur)

4 Turn Over Interval (rata-rata hari 7 Hari Tidak efisien

tempat tidur tidak terisi)

5 Net Death rate (angka kematian bersih) 2,54 % Efisien

6 Gross Death Rate (angka kematian 4,8 % Efisien

kasar)

Sumber data: data sekunder


35

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa indikator pelayanan rawat inap di

Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2022 untuk

presentasi pemakaian tempat tidur (BOR) adalah 38,84%, rata-rata lama rawat

pasien (AvLOS) 5 hari, frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) 28 kali, rata-

rata hari tempat tidur tidak terisi (TOI) 7 hari, angka kematian bersih (NDR)

2,54%, angka kematian kasar (GDR) 4,8%

3. Jumlah BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR pada tahun 2021-2022

Tabel 4
Jumlah BOR, LOS, TOI, BTO, TOI, NDR, GDR 2021-2022
NO INDIKATOR 2021 EFISIEN/TIDAK 2022 EFISIEN/TIDAK

1 Bed Occupancy 26,92% Tidak efisien 38,84% Tidak efisien

Ratio (presentase

pemakaian

tempat tidur)

2 Average Length 4 hari Tidak efisien 5 hari Tidak efisisen

Of Stay (rata-rata

lama rawat

pasien)

3 Bed Turn Over 18 kali Tidak efisien 28 Kali Tidak efisien

(frekuensi

pemakaian

tempat tidur)

4 Turn Over 15 hari Tidak efisien 7 Hari Tidak efisien

Interval (rata-rata
36

hari tempat tidur

tidak terisi)

5 Net Death rate 3% efisien 2,54% efisien

(angka kematian

bersih)

6 Gross Death Rate 6% efisien 4,8% Efisien


(angka kematian
kasar)
Sumber data: data sekunder

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa efisiensi pelayanan

rawat inap di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun

2021 dan 2022. Hasil perhitungan enam parameter indikator pelayanan rawat

ianp (BOR, LOS, BTO, TOI, NDR, GDR) pada tahun 2021 untuk presentasi

pemakaian tempat tidur (BOR) adalah 26,92%, frekuensi pemakaian tempat

tidur (BTO) 18 kali, rata-rata hari tempat tidur tidak terisi (TOI) 15 hari, dan

rata-rata lama rawat pasien (AvLOS) 4 hari keempat parameter yang

disebutkan di atas belum memasuki kategori nilai efisien, sedangkan angka

kematian bersih (NDR) 3%, angka kematian kasar (GDR) 6% telah memasuki

nilai efisien.

Selanjutnya pada tahun 2022 untuk presentasi pemakaian tempat

tidur (BOR) adalah 38,84%, frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) 28 kali,

rata-rata hari tempat tidur tidak terisi (TOI) 7 hari, dan rata-rata lama rawat

pasien (AvLOS) 5 hari ini sama halnya dengan indikator pelayanan pada

tahun 2021 keempat parameter yang disebutkan diatas belum memasuki


37

kategori nilai efisien, sedangkan angka kematian bersih (NDR) 2,54%, angka

kematian kasar (GDR) 4,8% telah memasuki kategori efisien.

Kedua tahun tersebut sama-sama memiliki parameter yang tidak

memasuki kategori nilai efisien dan kategori lainnya memasuki nilai efisien.

Perbedaan angka yang terjadi diantara kedua tahun tersebut tidak begitu

banyak tetapi akan tetap berpengaruh pada rumah sakit.

Berkikut gambaran Grafik Barber Jhonson untuk indikator pelayanan

rawat inap di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar tahun

2021-2022

Gambar 2

C. PEMBAHASAN
38

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa

indikator rawat inap pada tahun 2021-2022 di Rumah Sakit Akademis Jaury

Jusuf Putera Makassar mengalami perubahan seperti yang bisa di lihat pada

tabel 3.

Berdasarkan hasil wawancara dari 3 petugas di rumah sakit pada unit

rekam medis bahwa penyebab dan dampak dari perubahan indikator pelayanan

rawat inap di rumah sakit jaury jusuf Putera sebagai berikut:

1. Pada tahun 2021 BOR memasuki angka 26,92% dan pada tahun 2022

BOR memasuki angka 38,84% yang diamana pada kedua tahun tersebut

sama-sama tidak memasuki kategori nilai efisien, menurut santrinegara

(2014), jika angka BOR memasuki 75-85% maka BOR dinyatakan efisien.

Angka Bed Occupancy Rate (BOR) yang rendah menunjukkan semakin

sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan

dengan tempat tidur yang telah disediakan, dan kekurangan Pemanfaatan

fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Jumlah Tempat Tidur

Rate (BOR) yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat

pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan

rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

Penyebab dari berubahnya nilai BOR adalah kurangnya

pemakaian dan permintaan tempat tidur yang dapat dipengaruhi oleh

sedikitnya jumlah kunjungan pasien, kurangnya sumber daya manusia

yang bekerja di rumah sakit, kurangnya sarana dan prasarana yang

disediakan di rumah sakit sehingga masyarakat lebih memilih untuk


39

berkunjung ke rumah sakit yang lebih memadai terkait sarana dan

prasarananya, kurangnya promosi terkait fasilitas yang di berikan rumah

sakit terhadap masyarakat. Hal ini sejalan sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sitanggang & Yunengsih (2022) dan Mardian et al. (2016)

yang berjudul “analisis efisiensi penggunaan tempat tidur ruang rawat inap

berdasarkan grafik barber jhonson guna meningkatkan mutu pelayanan di

RSAU dr. M. Salamun”, bahwa jumlah kunjungan pasien yang sedikit

mempengaruhi efisiensi penggunaan tempat tidur. Faktor Letak dan lokasi

rumah sakit serta kurangnya sarana, prasarana, dan fasilitas pada rumah

sakit juga dapat menyebabkan kunjungan pasien menjadi sedikit,

Sementara pada tahun 2021-2022 masa pandemic covid-19 masih

menakutkan para pasien untuk berkunjung dan memeriksakan dirinya ke

rumah sakit karena pada tahun tersebut rumah sakit masih menjalankan

pemeriksaan berupa swab, ada beberapa pasien masuk ke rumah sakit

dengan gejala yang tidak mengarah ke covid-19 tetapi setelah melakukan

pemeriksaan swab hasil menunjukkan bahwa pasien tersebut terpapar virus

covid-19 maka dari itu pasien tersebut lebih memilih untuk isolasi mandiri

dan tidak ingin di rawat di rumah sakit.

Dampak dari rendahnya nilai BOR adalah pemasukan rumah sakit

berkurang sehingga pegawai rumah sakit mengalami pemotongan gaji

untuk mencukupi fasilitas yang akan di tambahkan berupa apd, masker,

handscoon, alat swab, dan disinfektan


40

Sebaliknya jika nilai BOR melewati batas nilai efisien yang telah

ditetapkan maka nilai BOR semakin tinggi yang dimana menandakan

pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga semakin banyak pasien

yang dilayani hal ini akan berdampak pada pegawai yang bekerja di unit

tersebut karena semakin sibuk dan semakin berat beban kerja yang

didapatkan oleh pegawai di unit tersebut.

Berdasarkan asumsi peneliti nilai BOR di Rumah Sakit Akademis

Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022 masih belum

memasuki nilai efisien tetapi seiring berjalannya waktu dari 2021 hingga

2022 nilai BOR di rumah sakit sedikit meningkat mendekati nilai efisien.

Hal ini di sebabkan karena beberpa faktor yang mempengaruhi sehingga

terjadi perubahan indikator setiap tahunnya, penyebab dari berubahnya

nilai BOR setiap tahunnya telah di rangkum di atas melalui hasil

wawancara terhadap petugas rekam medis di Rumah Sakit Jaury Jusuf

Putera Makassar.

2. Selanjutnya pada tahun 2021 AvLOS memasuki angka 4 hari dan pada

tahun 2022 AvLOS memasuki angka 5 hari yang berarti nilai AvLOS pada

rumah sakit akademis jaury jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022

dinyatakan blum efisien. Menurut santrinegara (2014), nilai AvLOS yang

ideal antara 6-9 hari.

Semakin tinggi AvLOS maka diartikan sebagai rendahnya

pelayanan kesehatan di unit rawat inap atau tidak efisiennya pemberian

pelayanan kesehatan di rumah sakit, tetapi apabila dilihat dari segi


41

ekonomi semakin tinggi nilai AvLOS semakin tinggi pula biaya yang

nantinya akan dibayar oleh pasien. Sebaliknya, semakin berkurang AvLOS

berarti pasien lebih cepat keluar atau pulang dari rumah sakit, kondisi

tersebut dinyatakan kurang baik karena kemungkinan pasien belum

mendapatkan pelayanan medis yang maksimal atau pasien belum sembuh

dengan baik, sehingga penyakit pasien dapat kambuh lagi, sementara itu

hal ini juga menunjukkan peningkatan mutu dan efisiensi pelayanan yang

diberikan yang akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap kebutuhan

jasa layanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rinjani (2016) yang berjudul “analisis efisiensi penggunaan tempat

tidur per ruangan berdasarkan indikator depkes dan barber jhonson di

rumah sakit singaparna medika citrautama kabupaten tasikmalaya triwulan

1 tahun 2016” yang menyatakan bahwa rendahnya nilai AvLOS dapat

diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan dalam pemberian pelayanan

kepada pasien atau kebijakan dibidang medis dan angka AvLOS sangat

dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

Penyebab dari berubahnya nilai AvLOS adalah rendahnya jumlah

lama rawat yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya pasien

rujuk, lama dan cepatnya penanganan dokter terhadap pasien, dan pasien

meninggal. Hal ini sejalan dengan penelitian Farmani & Dewi (2020) yang

berjudul “Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inapdi Rumah Sakit Umum

Dharma Yadnya Pada Era JKN” bahwa lama dirawat yang singkat dapat

menyebabkan nilai AvLOS menurun, hal ini juga sejalan dengan penyebab
42

adanya pasien meninggal yang juga menyebabkan waktu lama rawat

menjadi singkat.

Berdasarkan asumsi peneliti nilai AvLOS di Rumah Sakit

Akademis Jaury Jusuf Putera pada tahun 2021-2022 sudah hampir

mencapai nilai efisien yaitu berada pada 4 dan 5 hari yang dimana jika

nilai AvLOS memasuki nilai yang efisien maka pegawai yang bertugas di

rumah sakit tersebut telah melakukan tugasnya dengan baik dan tepat

sehingga memberikan kesan yang baik terhadap pasien selain mutu

pelayanan di rumah sakit dinilai telah meningkat. Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Santrianegara (2014), menyatakan bahwa nilai efisien

dari AvLOS ialah 6-9 hari.

3. Selanjutnya pada tahun 2021 BTO memasuki angka 18 kali dan pada

tahun 2022 BTO memasuki angka 28 kali yang dimana nilai BTO pada

rumah sakit akademis jaury jusuf Putera makassar belum dinyatakan

efisien. Menurut Santrinegara (2014), BTO memiliki nilai idel 40-50 kali.

Semakin tinggi nilai BTO di rumah sakit maka akan berdampak

pada semakin banyaknya penggunaan tempat tidur dan semakin

banyaknya bakteri infeksi nosokomial yang ditimbulkan kepada pasien

lain yang akan menggunakan tempat tidur tersebut tanpa adanya waktu

jeda, dan jika angka BTO semakin tinggi berarti semakin banyak pasien

yang menggunakan tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini

tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak rumah sakit


43

karena tempat tidur yang tersedia tidak “menganggur” dan menghasilkan

pemasukan untuk pihak rumah sakit.

Sebaliknya semakin rendah nilai BTO di rumah sakit dapat

merugikan bagi pihak rumah sakit karena tidak sering digunakan yang

akan berdampak pada ekonomi di rumh sakit. Hal ini sejalan dengan Sudra

(2010) yang mengatakan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani

maka akan semakin sibuk dan semakin berat beban kerja petugas

kesehatan di unit tersebut, akibatnya pasien bisa kurang mendapatkan

perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan terjadinya infeksi

nosokomial juga meningkat.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa nilai BTO di Rumah Sakit

Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022 masih jauh

dari kata ideal krna BTO pada Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera

masih menduduki angka 18 dan 28 kali yang dimana menurut Santriangera

(2014) nilai ideal dari BTO ialah 40-50kali

4. Selanjutnya pada tahun 2021 TOI memasuki angka 15 hari dan pada tahun

2022 TOI memasuki angka 7 hari yang dimana nilai TOI pada Rumah

Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar dinyatakan tidak efisien

karena nilai TOI terlalu tinggi, menurut Santrinegara (2014), nilai idealnya

tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Tingginya nilai BTO akan mengakibatkan rendahnya nilai TOI

hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang dirawat melebihi kapasitas

tempat tidur yang ada. Selanjutnya Semakin besar Angka TOI, berarti
44

semakin lama waktu “menganggurnya” tempat tidur tersebut yaitu

semakin lama saat dimana sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh

pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin tidak produktif. Kondisi ini

tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi bagi pihak manajemen

rumah sakit. Menurut Nanang dkk, (2012), dalam Riska Rosita (2019)

yang berjudul “Penetapan Mutu Rumah Sakit Berdasarkan Indikator

Rawat Inap” Nilai BOR yang memenui standar ideal berpengaruh pada

TOI, karena semakin besar nilai BOR maka nilai TOI akan rendah

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa nilai TOI di Rumah Sakit

Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar pada tahun 2021-2022 menduduki

angka 15 dan 7 hari yang berarti nilai TOI di Rumah Sakit Akademis Jaury

Jusuf Putera Makassar tinggi sehingga pendapatan di rumah sakit

berkurang karena lamanya waktu tempat tidur tidak digunakan, sedangkan

menurut Santrianegara (2014) nilai ideal dari TOI ialah 1-3 hari.

5. Selanjutnya pada tahun 2021 NDR memasuki angka 3% dan pada tahun

2022 NDR memasuki angka 2,54% yang dimana angka NDR di rumah

sakit akademis jaury jusuf Putera makassar dinyatakan efisien, menurut

Santrinegara (2014), nilai idel standar ideal dari NDR ialah 0-25%.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa nilai NDR pada tahun 2021-

2022 di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar nilai NDR

mencapai nilai yang efisien yang dimana mutu pelayanan medis di Rumah

Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar cukup baik. Hal ini sejalan
45

dengan penelitian yang dilakukan oleh Santrianegara (2014) bahwa nilai

ideal dari NDR adalah 0-25%

6. Selanjutnya pada tahun 2021 GDR memasuki angka 6% dan pada tahun

2022 GDR memasuki angka 4,8% yang dimana angka GDR di rumah sakit

akademis jaury jusuf Putera makassar dinyatakan efisien, menurut

Santrinegara (2014), nilai standar ideal untuk GDR ialah 0-45%

Jika angka GDR semakin menurun atau berada di bawah angka

standar Nasional maka dapat di gambarkan bahwa pelayanan penanganan

yang diberikan kepada pasien selama di rawat di rumah sakit cukup baik.

Tetapi sebaliknya, jika angka GDR di rumah sakit semakin meningkat atau

berada di atas angka standar nasional maka dapat di nyatakan bahwa

pelayanan penangan terhadap pasien di rumah sakit kurang baik.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pratama dan Karunia (2017), dalam Riska Rosita (2019) bahwa penurunan

dan peningkatan angka GDR dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah pelayanan klinis di unit gawat darurat, seperti tersedianya tenaga

medis dan sarana prasarana yang ada di rumah sakit.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa nilai GDR pada tahun 2021-

2022 di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar nilai GDR

mencapai nilai yang efisien yang dimana nilai GDR di Rumah Sakit

Akademis Jaury Jusuf Putera Makssar menunjukkan mutu pelayanan

medis yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Santrianegara (2014) bahwa nilai ideal dari GDR adalah 0-45%


46

Maka dari itu, Peneliti berasumsi pada setiap parameter-parameter

bahwa dengan ada nya indikator di rumah sakit maka kualitas dan

pelayanan rumah sakit dapat diketahui, jika setiap indikator memasuki

nilai yang efisien maka pelayanan di rumah sakit di katakana baik, tetapi

sebaliknya jika ada beberapa indikator yang tidak memasuki nilai efisien

maka pelayanan di rumah sakit harus lebih di perhatikan dan ditingkatkan

lagi.
BAB

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

dapat disimpulkan bahwa indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit

akademis jaury jusuf Putera makassar pada tahun 2021 bahwa BOR

mencapai nilai 26,92%, AvLOS mencapai nilai 4 hari, BTO mencapai nilai

18 kali, TOI mencapai nilai 15 hari, NDR mencapai nilai 3%, dan GDR

mencapai nilai 6%

Sedangkan pada tahun 2022 BOR mencapai nilai 38,84%, AvLOS

mencapai nilai 5 hari, BTO mencapai nilai 28 kali, TOI mencapai nilai 7

hari, NDR mencapai nilai 2,54%, GDR mencpai nilai 4,8%

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memperoleh beberapa

saran terkait indikator di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera

Makassar

1. Untuk rumah sakit

a) sebaiknya rumah sakit lebih giat mempromosikan fasilitas apa

yang didapatkan jika berkunjung ke Rumah Sakit Akademis

Jaury Jusuf Putera Makassar agar nilai BOR di rumah Sakit

47
48

Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar dapat mencapai nilai

yang efisien

b) sebaiknya pihak rumah sakit memperbaiki sarana dan prasarana

di setiap ruangan agar nilai TOI tidak melambung tinggi

2. Untuk tenaga kesehatan

a) sebaiknya para tenaga kesehatan terutama dokter yang bertugas

di Rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Makassar lebih

meningkatkan kualitas pelayanan nya terhadap pasien.

b) sebaiknya rumah sakit lebih memperhatikan kinerja para

petugas medis terutama dokter yang menangani pasien agar

AvLOS di rumah Sakit Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar

dapat mencapai angka nilai yang efisien

c) penetapan standar pelayanan indikator di rumah sakit yang

diterapkan PMIK yang bekerja di Rumah Sakit mencakup

proses dan prosedur yang selayaknya harus dilakukan


DAFTAR PUSTAKA

Agustriyani, N., & Rohman, H. Implementasi Kebijakan Terhadap Efisiensi


Penggunaan Tempat Tidur di Rumah Sakit PKU MUHAMMADIYAH
Yogyakarta. Prosiding: Seminar Manajemen Informasi Kesehatan
Nasional dan Call For Paper “E-Health Dalam Pelayanan Kesehatan”.
15-22Heltiani, N. & Duri, I.D., & Lestari, R. (2021). Efisiensi Hunian
Tempat Tidur Dengan Kejadian Ha’Is Pada Masa Pandemi Covid-19 di
RSUD Harapan Do’a Kota Bengkulu. Jurnal Informasi Kesehatan
Indonesia. Vol. 7, No.2, 2021: 137-153.

Ariknto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Corah. (2018). Karya Tulis Ilmiah: Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat
Tidur di RSJ Prof. DR. M. Ildrem Medan Per Ruangan Berdasarkan
Indikator Rawat Inap di Triwulan 1 Tahun 2018. Medan APIKES Imelda.

Depkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/ MENKES/ PER / III.
2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 269. 2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.

Farmani, P.I., & Dewi, N.M.U.K. (2020). Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Dharma Yadnya Pada Era JKN. Publishher: Bali
International University. Vol 1, No.1, 2020. 1-11.

Heltina, N., & Lestari, E.D. (2021). Analisis Bed Turn Over di Rumah Sakit
Harapan dan Doa Kota Bengkulu Periode 2019. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia. Vol. 9 No.2, 2021: 105-112.

Kementrian Kesehatan RI (2009) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Masturoh, I., Anggita, A. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian


Kesehatan: Jakarta.

Menteri Kesehatan RI. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis. Peraturan
Menteri Kesehatan Tentang Rekam Medis, 7. Diakses dari
http://dinkes.surabaya.go id pada tanggal 20 Mei 2023.

Putri, Bella Oktavia., 2022. Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Rawat
Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

49
50

Bantuan 05.08.05 Surabaya. (2023).


https://repository.stikes-yrsds.ac.id/id/eprint/532/.

Rapitos Sidiq, Reka Afriani., 2017. Kajian Efisiense Pelayanan Rumah Sakit.
Jurnal Idea 2017;3(1). https://jurnal.usk.ac.id/INJ/article/view/8700/7022

Rinjani, V., & Triyanti, E. (2016). Analisis Efisiensi Pengunaan Tempat Tidur Per
Ruangan Berdasarkan Indikator Depkes dan Barber Jhonson di Rumah
Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Triwulan 1
Tahun 2016. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Vol. 4,
No.2, 2016. 38-45

Rosita, R., & Tanastasya, A.R. (2019). Penetapan Mutu Rumah Sakit Berdasarkan
Indikator Rawat Inap. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 2019. 166-178.

Sitanggang, F. L., & Yunengsih, Y. (2022). Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat


Tidurruang Rawat Inap Berdasarkan Grafik Barber Johnson Guna
Meningkatkan Mutupelayanan di RSAU dr. M. Salamun. Cerdika: Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(2), 330-337.

Sudra R I. 2010. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 2 – 57

Sudra, R. I. (2014). Rekam Medis. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Tim Pembimbing KTI. 2019. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Program
Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Makassar: STIKES
Panakkukang.

Undang-Undang No 44 Tahun. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources pada tanggal 20 Mei 2023.

Undang-undang nomor 29. 2004. tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Menteri


Kesehatan Indonesia.

Undang-undang nomor 44. 2009. tentang rumah sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Wirajaya, M.K.M., & Tunas, I.K. (2023). Analisis Efisiensi Rawat Inap di Bali
Royal Hospital Dengan Pendekatan Barber Johnson. Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo. Vol. 9, No. 1, 2023: 136-150.

Wirajaya, M, K, M. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan


Rekam Medis Pasien pada Rumah Sakit di Indonesia. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan. 2(2):1-7.
51

Wiranto, M., Nurhayani., & Indar. (2013). Analisis Kepuasan Pasien Pada
Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg. Pasewang
Kabupaten Janeponto. e_journal Pascasarjana Unhas. 1–12.
L

N
lampiran 1.

Lembar wawancara

1. Berapa nilai BOR, BTO, LOS, TOI, AVLOS, NDR, dan GDR pada tahun

2021-2022?

2. Apa penyebab dari naik serta turunnya indikator pelayanan rawat inap di

Rumah Sakti Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar?

3. Apa dampak yang terjadi pada rumah sakit jika indikator pelayanan rawat

inap terjadi Peningkatan serta penurunan?


Lampiran 2.

Dokumentasi
Lampiran 3

Surat Izin Penelitian


Lampiran 4

Surat selesai penelitian


Lampiran 5

Lembar Konsultasi pembimbing 1


Lampiran 6

Lembar konsultasi pembimbing 2


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Annisa Nur Rahma lahir di Makassar pada tanggal 04 Agustus

2001 dari pasangan Bapak Ridwan dan Ibu Ratna. penulis

adalah anak kedua dari 3 bersaudara, anak pertama bernama

Muhammad Yusril Rihza Mahfud dan anak ketiga bernama

Khuzaimah Jahsy. Penulis bertempat tinggal di jalan tanjung alang no.129

Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis memulai jenjang Pendidikan di TK

Dharmawanita Bontouse pada tahun (2006-2007) di desa/kelurahan Baru Tancung

kecamatan Tanasitolo Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, melanjutkan Pendidikan

sekolah dasar (SD) di SD Kapotha Yudha 1 Makassar pada tahun (2007-2013),

kemudian melanjutkan Pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) di SMP 24

Makassar pada tahun (2013-2016), setelah lulus sekolah menengah pertama

penulis melanjutkan sekolah menengah atas (SMA) di SMA 03 Makassar pada

tahun (2016-2019), Selanjutnyaa di tahun 2020 penulis melanjutkan perkuliahan

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Panakkukang Makassar yang berada

di Jl. Adiyaksa No.5, Masale, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan 90222 dengan mengambil jurusan D-III Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai