Anda di halaman 1dari 71

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DUPLIKASI NOMOR

REKAM MEDIS DI TEMPAT PENERIMAAN PASIEN

NURFAIDA
NIM. 18.03.032

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2021
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DUPLIKASI NOMOR

REKAM MEDIS DI TEMPAT PENERIMAAN PASIEN

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

NURFAIDA
NIM. 18.03.032

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

ii
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DUPLIKASI NOMOR

REKAM MEDIS DI TEMPAT PENERIMAAN PASIEN

Disusun dan diajukan oleh

NURFAIDA
NIM. 18.03.032

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 17 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Tim pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Darwis, SPd. M.Kes Dr. HM. Thabran Talib, SKM.S.Kep. Ns, MARS

Ketua STIKES Panakkukang Ketua Program Studi D3 Rekam Medis dan


Makassar Informasi Kesehatan

Dr. Ns. Makkasau, M.Kes.,M.EDN Syamsuddin, A.Md.PK, SKM, M.Kes

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komperhensif Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES

Panakkukang Makassar, pada tanggal 17 Juli 2021

Makassar, 17 Juli 2021

Tim Penguji :

Penguji I : Dr. H. Darwis, SPd. M.Kes (…………….)

Penguji II : Dr. HM. Thabran Talib, SKM. S.Kep.Ns, MARS (…………… )

Penguji III : Muaningsih, S.Kep, Ns, M.Kep., Sp.Kep. Mat (…………….)

iv
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:


Nama : NURFAIDA
Nim : 18.03.032
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Judul Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut:

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DUPLIKASI NOMOR REKAM

MEDIS DI TEMPAT PENERIMAAN PASIEN Merupakan Karya Tulis

Ilmiah yang kami buat sendiri dan bukan merupakan bagian dari karya tulis ilmiah

orang lain. Bilamana ternyata pernyataan ini tidak benar, kami sanggup menerima

sanksi akademik yang ditetapkan oleh STIKES Panakkukang Makassar.

Mengetahui Makassar, 17 Juli 2021


Ketua prodi D3 RMIK yang membuat pernyataan

Materai
Rp.6000,-

Syamsuddin, A.Md.PK. SKM. M.Kes NURFAIDA


NIK. 093.152.01.04.026 NIM . 18.03.032

v
ABSTRAK

NURFAIDA : LITERATURE REVIEW FAKTOR YANG MENYEBABKAN


DUPLIKASI PENOMORAN PADA BERKAS REKAM MEDIS.
PEMBIMBING : Darwis dan Thabran Talib (xvii + 46 Halaman + 5 Tabel + 1
Gambar)

Latar Belakang : Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dengan demikian masih terdapat duplikasi nomor rekam medis di tempat penerimaan pasien yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Sehingga perlu dicari lebih dalam lagi apa faktor penyebab terjadinya
duplikasi di tempat penerimaan pasien.
Tujuan penelitian : ingin mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya duplikasi di tempat
penerimaan pasien.
Metode : pada pencarian artikel menggunakan Google Scholar untuk menemukan jurnal yang sesuai
dengan Kriteria inklusi kemudian dilakukan review berdasarkan jurnal yang didapatkan.
Hasil penelitian : faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis disebakan oleh pendidikan
petugas rekam medis yang kebanyakan lulusan SMA dan pengetahuan petugas perekam medis yang
kurang memahami penomoran rekam medis.
Kesimpulan : sistem penomoran rekam medis yang digunakan yaitu sistem penomoran Unit
Numbering system, dan kurangnya petugas yang berpendidikan D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan hal tersebut yang bisa menyebabkan duplikasi nomor rekam medis pada pelayanan di
tempat penerimaan pasien.
Kata Kunci : Duplikasi, penomoran, rekam medis

vi
ABSTRACT

NURFAIDA : LITERATURE REVIEW OF FACTORS THAT CAUSE


DUPLICATION OF NUMBERING IN MEDICAL RECORD FILES.
SUPERVISOR :. Darwis and Thabran Talib (xvii + 46 Pages + 5 Table + 1 Picture)

Background: Medical record is a file containing notes and documents about patient identity,
examination, treatment, actions and other services that have been provided to patients. Thus, there are
still duplication of medical record numbers at the patient reception area caused by several factors. So it
is necessary to look deeper into what factors cause duplication at the patient reception area.
The purpose of the study: to find out what are the factors that cause duplication at the patient
reception area.
Methods: in the search for articles using Google Scholar to find journals that match the inclusion
criteria, a review is carried out based on the journals obtained.
The results of the study: the factors that cause duplication of medical record numbers are caused by
the education of medical record officers who are mostly high school graduates and the knowledge of
medical recorders who do not understand medical record numbering.
Conclusion: the medical record numbering system used is the Unit Numbering system numbering
system, and the lack of officers with D3 Medical Record and Health Information education can cause
duplication of medical record numbers in services at the patient reception area.
Keywords: Duplication, of medical record, numbering

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah dengan tepat waktu, dengan ini penulis mengambil judul

“LITERATURE REVIEW FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DUPLIKASI

NOMOR REKAM MEDIS DI TEMPAT PENERIMAAN PASIEN”.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad

SAW juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentu banyak pihak yang mengsuport penulis

sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan tepat waktu. Maka dari itu saya

mengucapkan terima kasih banyak kepada orang tua tercinta ayahanda H.Muhammad

Arif (Alm) dan ibunda Hj. Hapida yang tidak pernah bosan mendoakan dan

memberikan dukungan dan bantuan moril maupun materil selama menjalani

perkuliahan, terima kasih juga kepada saudaraku tercinta Husniaty, Asmaina, dan

Nurkhalik yang tidak pernah bosan memberikan semangat sampai saat ini. Terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada kakak pertama Husniaty yang selalu sabar dalam

menghadapi saya dan selalu mengingatkan saya tentang akhirat. Terima kasih banyak

kepada Bapak Dr. H. Darwis, SPd.M.Kes selaku pembimbing I dan kepada Bapak Dr.

viii
HM. Thabran Talib, SKM. S.Kep.Ns, MARS selaku pembimbing II, yang telah

memberikan dukungan, motivasi dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

penulisan Karya Tulis Ilmiah sehingga selesai tepat waktu.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-

besarnya kepada :

1. H.Sumardin Makka, S.KM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perawat Sulawesi

Selatan.

2. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes. M.EDM. Selaku Ketua STIKES

Panakkukang Makassar.

3. Syamsuddin, A.Md.PK. SKM. M.Kes. Selaku Ketuas Program Studi D3 Rekam

Medis Dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar.

4. Seluruh Dosen dan Staf Program D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut ilmu di Stikes

Panakkukang.

5. Terima kasih buat keponakan Al-Husain, Aisyah Farhana dan Rafisqi Al-Fariq

yang sudah menyemangati penulis dengan tingkah lucunya ketika penulis

sedang lelah menyusun Karya Tulis Ilmiah.

6. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan kelas RMIK A Angkatan 2018.

Terima kasih buat teman-teman Musdalifah.S, Indri dwi pramana, Intan lestari,

Nur annisa, Nurdiana yang telah memberikan semangat kepada penulis

sehingga penulis sampai ketahap ini.

ix
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata

sempurna, tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing tidak

mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Maka penulis harapkan atas kritik dan

saran untuk membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Wassalamualaikum warohmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 17 Juli 2021

Nurfaida

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... v

HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Indonesia) .................................................. vii

HALAMAN ABSTRACT (Bahasa Inggris) ..................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan................................................................................. 6

1. Tujuan Umum.................................................................................. 6

2. Tujuan Khusus ................................................................................ 6

xi
D. Manfaat Penulisan............................................................................... 6

1. Manfaat teoritis................................................................................ 6

2. Manfaat Praktis................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Rekam Medis ........................................................ 8

1. Pengertian Rekam Medis................................................................ 8

2. Kegunaan Rekam Medis ................................................................ 9

3. Tujuan Rekam Medis ..................................................................... 9

B. Tinjauan Penyelenggaraan Rekam Medis ..................................... 10

C. Sistem Penomoran Rekam Medis ................................................... 11

1. Sistem penomoran Rekam Medis................................................. 11

2. Jenis-jenis penomoran Rekam medis ........................................... 12

D. Tinjauan umum tentang duplikasi rekam medis .......................... 14

E. Faktor-faktor penyebab duplikasi nomor Rekam Medis ............. 14

1. Pendidikan petugas perekam medis ............................................. 15

2. Pengetahuan petugas perekam medis ........................................... 16

1. Faktor Man (Manusia) .................................................................. 18

2. Faktor Machine (Alat) .................................................................. 18

3. Faktor Method (Cara) ................................................................... 18

F. Tinjauan tentang dampak duplikasi nomor rekam medis ........... 19

xii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................... 21

B. Sumber Data ...................................................................................... 21

C. Kata Kunci ......................................................................................... 22

D. Database Pencarian ........................................................................... 22

E. Strategi Pencarian ............................................................................. 22

F. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................................................. 23

G. Sintesis Hasil Literature ................................................................. 24

H. Ekstrasi Data ................................................................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL................................................................................................. 29

1. Sistem penomoran rekam medis.................................................... 29

2. Faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis........... 31

1) Pendidikan petugas perekam medis ........................................ 31

2) Pengetahuan petugas perekam medis ...................................... 32

B. PEMBAHASAN................................................................................. 33

1. Sistem penomoran rekam medis.................................................... 33

2. Faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis........... 36

1) Pendidikan petugas perekam medis ........................................ 36

2) Pengetahuan petugas perekam medis ...................................... 38

xiii
BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................. 41

B. SARAN ............................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Metode PICO ....................................................................................... 5

Tabel 2 : Strategi Pencarian ............................................................................... 23

Tabel 3 : Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................................................... 23

Tabel 4 : Daftar artikel yang memenuhi kriteria ............................................. 26

Tabel 5 : Hasil Ekstrasi Data Literature Review ............................................... 27

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Diagram Flowchart Sintesis Hasil ................................................ 25

xvi
DAFTAR SINGKATAN

KIB : Kartu Identitas Berobat

KIUP : Kartu Indeks Utama Pasien

SNS : Serial Numbering System

SUNS : Serial Unit Numbering System

UNS : Unit Numbering Sytem

PICO : Population, Intervention, Comparison, Outcome

PERMENKES : Peraturan Mentri Kesehatan

RI : Republik Indonesia

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah.

KTP : Kartu Tanda Penduduk.

KK : Kartu Keluarga

D3 : Diploma 3

SMA : Sekolah Menengah Atas

SOP : Standar Operasional Prosedur

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk membantu proses dalam sarana pelayanan

rumah sakit maka dibutuhkan unit-unit khusus dan salah satunya yaitu rekam

medis (Sari, M., & Rudi, A, 2019).

Menurut PERMENKES NO. 269/Menkes/PER/IIII/2008 rekam medis

adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

(Agung, O., & Retno, W, 2015).

Menurut Barthos Berkas rekam medis pasien yang pertama kali

berkunjung ke rumah sakit akan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berkas rekam medis yang berisi data individu pasien yang bersifat rahasia, maka

setiap lembar formulir berkas rekam medis harus dijaga kemudian dimasukkan ke

dalam folder berisi data hasil pelayanan yang diperoleh pasien secara individu.

Jika pasien datang berobat kembali ke rumah sakit, maka berkas rekam medis

1
2

diambil kembali untuk sekurang – kurangnya lima tahun sejak pasien berobat

terakhir atau berobat pulang dari rumah sakit (Sari, M., & Rudi, A, 2019).

Nomor rekam medis mempunyai kegunaan dan tujuan yaitu sebagai

identifikasi dari pasien, petunjuk pemilik folder dokumen rekam medis pasien

yang bersangkutan, registrasi pasien, untuk pedoman dalam tata cara penyimpanan

(Penjajaran) dokumen rekam medis, dan sebagai petunjuk dalam pencarian

dokumen rekam medis yang telah disimpan di filing berdasarkan urutan sistem

penomoranya (Agung, O., & Retno, W, 2015).

Penyelenggaraan rekam medis merupakan salah satu indikator mutu

pelayanan rumah sakit yang dapat diketahui melalui kelengkapan pengisian rekam

medis. Tempat pengolahan data rekam medis terdiri dari tempat pendaftaran rawat

jalan. Pendaftaran rawat inap dan pendaftaran rawat darurat. Dibagian pendaftaran

pasien akan diberikan nomor rekam medis, dimana nomor rekam medis tersebut

biasanya terjadi penomoran ganda atau duplikasi nomor rekam medis (Ritonga,

Z.A., & Rusanti, S, 2018).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia duplikasi adalah perulangan atau

keadaan rangkap, sedangkan rangkap adalah dua tiga helai melekat menjadi satu.

Duplikasi nomor rekam medis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu Pasien saat

ditanyai oleh petugas apakah pernah berkunjung ke RSUP SANGLAH

sebelumnya terkadang menjawab lupa, tidak tau, atau bahkan belum pernah. Hal

ini mengakibatkan petugas beranggapan bahwa pasien memang benar belum

pernah berkunjung ke RSUP SANGLAH sehingga petugas langsung membuatkan


3

berkas pasien baru. Kasus ini sering terjadi pada kasus emergency yang dimana

pasien sudah berusia lanjut dan datang sendiri. Pasien sering tidak membawa kartu

identitas baik Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), atau bahkan

kartu identitas lainnya. Pada menu pencarian pasien di registrasi hanya

menggunakan nama pasien dan nomor rekam medis. Penyebab lainnya adalah

belum adanya regulasi yang jelas tentang penanganan kasus duplikasi nomor

rekam medis. Dalam pedoman pelayanan instalasi rekam medis rumah sakit umum

pusat sanglah denpasar 2018 hanya dijelaskan apabila terjadi kekeliruan dimana

seorang penderita diberikan lagi nomor yang baru, padahal ia telah mempunyai

nomor, kekeliruan ini dapat diperbaiki dengan membatalkan nomor baru dan tetap

menyimpan rekam medisnya pada nomor lama (Pinerdi et al., 2020).

Akibat pemberian nomor rekam medis ganda pelayanan menjadi

terhambat karena lamanya dalam pencarian berkas rekam medis pasien, isi rekam

medis menjadi tidak berkesinambungan karena terbagi dalam beberapa dokumen

rekam medis, dan berkas rekam medis akan menumpuk di rak filing akibat banyak

terjadinya duplikasi nomor rekam medis (Agung, O., & Retno, W, 2015)

Nomor rekam medis digunakan untuk mempermudah pencarian berkas

rekam medis, apabila pasien datang kembali berobat di sarana – sarana pelayanan

kesehatan, oleh karena itu rekam medis hanya di berikan kepada satu pasien (Sari,

M., & Rudi, A, 2019)

Penomoran rekam medis akan digunakan untuk membedakan rekam

medis pasien yang satu dengan yang lainya. Sistem penomoran dalam pelayanan
4

rekam medis adalah tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang

datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan (Ali

et al., 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Maya Sari didapatkan bahwa

duplikasi nomor rekam medis di rumah sakit umum daerah M.Th Djaman sanggau

terdapat 99 berkas rekam medis yang diamati kemudian yang mengalami duplikasi

nomor rekam medis sebanyak 25. Dari 25 rekam medis terdapat 20 berkas rekam

medis yang terduplikasi dengan presentase 20,20% dan terdapat 5 duplikasi nama

pasien dengan presentase 5,51%, Adapun Faktor-faktor penyebab duplikasi nomor

rekam medis adalah kurangnya pengetahuan petugas pendaftaran pasien tentang

kebijakan SOP penomoran rekam medis, kurangnya dana untuk pelatihan, sistem

pendaftaran secara manual, petugas pendaftaran tidak teliti saat memberi nomor

rekam medis pasien, buku register menggunakan buku polio besar sehingga

membuat petugas harus membuka satu persatu dan ada petugas yang tidak

memcatat identitas pasien ke buku register. Perugas dibagian pendaftaran juga

kebanyakan lulusan SMA. Dari uraian-uraian diatas dapat menyebabkan duplikasi

nomor rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah M.Th Djaman Sanggau. (Sari,

M., & Rudi, A, 2019).

Menurut peneliti didapatkan bahwa masih terjadi duplikasi ditempat

penerimaan pasien pada saat pasien melakukan pendaftaran, dikarenakan petugas

yang bekerja dibagian pendaftaran bukanlah lulusan D3 RMIK melainkan Lulusan


5

keperawatan jadi pengetahuan tentang penomoran rekam medis masih sangat

sedikit sehingga dapat menimbulkan pasien mendapatkan lebih dari 1 nomor

rekam medis.

Berdasarkan literature review diatas, maka saya mengambil judul

“LITERATURE REVIEW FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

DUPLIKASI DI TEMPAT PENERIMA`AN PASIEN”.

B. Rumusan Masalah

Apakah faktor Penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis di

tempat penerimaan pasien ?

Tabel 1
Metode PICO

Kriteria Uraian

P Penomoran rekam medis,

I Faktor penyebab terjadinya duplikasi

C -
Duplikasi nomor rekam medis
O
6

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis

di tempat penerimaan pasien.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui sistem penomoran rekam medis.

b. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya duplikasi

nomor rekam medis di tempat penerimaan pasien.

D. Manfaat penulisan

1. Manfaat teoritis

a. Untuk mahasiswa rekam medis, hasil penyusunan permasalahan ini di

harapkan untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta salah satu

sumber untuk meningkatkan bacaan dalam menekuni ilmu di bidang rekam

medis dan informasi kesehatan.

b. Untuk Penulis sendiri, hasil riset ini meningkatkan pengetahuan serta

pengalaman dalam ilmu rekam medis.

2. Manfaat praktis

a. Untuk tenaga perekam medis, dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

bisa dijadikan bahan masukan dalam melakukan serta meningkatkan

pengetahuan dibidang rekam medis.


7

b. Untuk institusi pendidikan, bisa dijadikan bahan referensi serta bukti

bahwa penulis tersebut telah menyelesaikan penyusunan tugas akhir kuliah

program studi D3 RMIK.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Bambang Poernomo dalam buku Rina Gunarti Rekam medis

merupakan catatan yang mencerminkan segala informasi yang menyangkut

seorang pasien yang akan dijadikan dasar dalam menentukan tindakan lebih

lanjut dalam upaya pelayanan medis maupun tindakan medis lainnya yang

diberikan kepada seorang pasien.

PERMENKES RI NO. 269/MENKES/PER/III/2008 menyebutkan

bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang

diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis.

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit yang wajib dijaga

kerahasiaannya dengan cara disimpan berdasarkan sistem penyimpanan di

rumah sakit. Salah satu sistem penyimpanan yang digunakan di rumah sakit

adalah dengan berdasarkan pada nomor rekam medis (Ali et al., 2016).

8
9

2. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis secara umum, menurut Rina Gunarti :

a. Sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang

ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan,

perawatan kepada pasien.

b. Data yang berguna bagi keperluan peneliti dan pendidikan.

c. Dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus

diberikan kepada pasien.

d. Bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien dirawat di rumah sakit.

e. Dasar untuk analisis, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan

yang diberikan kepada pasien

f. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter

dan tenaga kesehatan lainnya.

g. Dasar dalam perhitungan pembayaran pelayanan medis pasien.

h. Sumber dokumentasi, sekaligus bahan pertanggung jawaban dan laporan.

3. Tujuan Rekam Medis

Menyediakan informasi untuk mempermudah pengelolaan dalam

pelayanan kepada pasien dan memudahkan pengambilan keputusan

(pengawasan, perencanaan, penilaian, pelaksanaan, dan pengendalian serta

pengorganisasian) oleh pemberi pelayanan klinis maupun administrasi pada

sarana pelayanan kesehatan. Tercantum di dalam standar pelayanan minimal


10

di rumah sakit adalah waktu penyediaan berkas rekam medis pelayanan

rawat jalan ≤ 10 menit, waktu penyediaan berkas rekam medis pelayanan

rawat inap ≤ 15 menit, kelengkapan informed consent 100% dan

kelengkapan pengisian rekam medis 100% (Nuraini, N, 2018).

B. Tinjauan Penyelenggaraan Rekam Medis

Dalam meningkatkan mutu pelayanan yang baik dari berbagai faktor,

salah satunya penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraan Rekam Medis pada

suatu sarana pelayanan kesehatan ialah salah satu mutu pelayanan di rumah sakit

tersebut. Berdasarkan data pada rekam medis tersebut dapat dinilai apakah

pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah

sudah sesuai standar pelayanan atau tidak. Untuk itulah, dalam hal tersebut

Departemen Kesehatan merasa perlu mengatur tata cara penyelenggaraan rekam

medis dalam suatu peraturan Menteri Kesehatan agar jelas arahannya. Secara garis

besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes diatur sebagai berikut

(PERMENKES RI NO. 269/MENKES/PER/III/2008):

1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien

menerima pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat

masih original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.
11

2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus diberikan nama dan tanda tangan petugas

pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistem

pertanggung-jawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5) (Nuraini, N, 2018).

C. Sistem Penomoran Rekam Medis

1. Pengertian sistem penomoran rekam medis

Menurut Rina Gunarti dalam bukunya bahwa penulisan nomor yang

diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas

pasien yang bersangkutan dikenal dengan sistem penomoran. Sistem

penomoran rekam medis memiliki berbagai kegunaan yaitu:

a. Sebagai pedoman untuk mengetahui pendaftaran pasien dibagian admisi

b. Sebagai petunjuk pada folder berkas rekam medis pasien yang bersangkutan.

c. Sebagai petunjuk untuk mengetahui cara penyimpanan berkas rekam medis

di ruang penyimpanan berkas rekam medis.

d. Sebagai petunjuk dalam mencari berkas rekam medis yang telah di simpan di

rak penyimpanan.

Menurut Bambang Shofari dalam buku Rina Gunarti Sistem

penomoran dalam pelayanan rekam medis menjelaskan tata cara penulisan

nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat ke rumah sakit

sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan.


12

2. Jenis-jenis penomoran rekam medis

Ada 3 sistem penomoran rekam medis pasien menurut Bambang Shofari dalam

buku Rina Gunarti yaitu :

1) Penomoan Serial Numbering System (SNS)

Pemberian nomor secara seri atau dikenal dengan Serial

Numbering system (SNS) yaitu setiap kali pasien datang berobat ke rumah

sakit akan mendapatkan nomor rekam medis yang baru.

a) Kelebihan sistem penomoran Serial Numbering System (SNS), bagi

pasien yang mendaftar untuk berobat ulang (kunjungan berikutnya) akan

lebih cepat dilayani karena pasien langsung mendapatkan nomor rekam

medis dan petugas tidak perlu mencari berkas rekam medis lamanya.

Selain itu, pasien tidak perlu membawa Kartu Identitas Berobat (KIB)

serta petugas tidak perlu mencatat dan mengelola Kartu Indeks Utama

Pasien (KIUP).

b) Kekurangan sistem penomoran Serial Numbering System (SNS) yaitu

petugas rekam medis membutuhkan waktu lama dalam mencari berkas

rekam medis pasien, informasi pelayanannya menjadi tidak beraturan

dan banyak formulir yang terpakai.

2) Penomoran Unit Numbering System (UNS)

Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit Numbering

System (UNS) adalah setiap pasien yang datang berobat akan mendapatkan

satu nomor rekam medis pada saat pasien pertama kali datang berobat ke
13

rumah sakit dan nomor rekam medis dipakai selama-lamanya. pada sistem

ini petugas rekam medis memberikan satu nomor rekam medis bagi pasien

rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat maupun bayi baru lahir.

a) Kelebihan pada Unit Numbering System (UNS), Informasi pasien dapat

berkelanjutan karena semua data dan informasi milik pasien dan

pelayanan yang telah diberikan tersimpan dalam satu folder di bawah

satu nomor. Maka Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) sebagai indeks

utama pasien yang akan di simpan di tempat pendaftaran dan Kartu

Identitas Berobat (KIB) akan diberikan kepada pasien karena sangat

diperlukan serta mengurangi pekerjaan dalam mengumpulkan berkas

rekam medis yang lain untuk dipindahkan ke berkas rekam medis yang

baru.

b) Kekurangan pada Unit Numbering System (UNS), Pada saat pelayanan

pendaftaran pasien yang sudah pernah berkunjung ke rumah sakit atau

sebagai pasien lama akan lebih lama dibanding dengan cara Serial

Numbering System (SNS) kemudian petugas harus lebih teliti dalam

mendaftarkan pasien agar tidak terjadi duplikasi nomor rekam medis.

3) Penomoran Serial Unit Numbering System (SUNS)

Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit Numbering

System (SUNS) adalah suatu sistem pemberian nomor dengan

menggunakan sistem seri dan sistem unit, yaitu setiap pasien yang datang

berobat kerumah sakit akan mendapatkan satu nomor rekam medis yang
14

baru tetapi berkas rekam medis yang lama digabungkan dan disimpan

menjadi satu di bawah nomor rekam medis yang terbaru. Jika berkas rekam

medis yang lama di pindahkan ke nomor yang baru maka ditempat berkas

rekam medis yang lama harus diberikan petunjuk agar petugas mengetahui

dimana berkas rekam medis tersebut dipindahkan.

a) Kelebihan pada cara seri unit pelayanan menjadi lebih cepat karena

semua pasien yang datang berobat ke rumah sakit dianggap sebagai

pasien baru.

b) Kekurangan pada cara seri unit menyebabkan petugas rekam medis

lebih repot setelah selesai melakukan pelayanan dan informasi milik

pasien tidak berkesinambungan.

D.Tinjauan umum tentang duplikasi nomor rekam medis

Menurut PERMENKES RI NO. 269/MENKES/PER/III/2008 Rekam

medis adalah berkas yang berisikan data dan dokumen yang menjelaskan tentang

identitas pasien yang dapat berupa hasil pemeriksaan, catatan obat, serta tindakan

medis lainnya yang diberikan kepada pasien. Rekam medis adalah suatu

penjelasan secara tertulis atau terekam tentang pasien dalam hal identitas,

anamnesis, diagnosa dan semua layanan atau tindakan medik yang diberikan

kepada seorang pasien baik yang rawat jalan, inap dan gawat darurat. Duplikasi

nomor rekam medis adalah suatu keadaan pasien yang memiliki dua atau lebih
15

nomor rekam medis ataupun suatu nomor rekam medis dimiliki oleh dua orang

pasien atau lebih. Agar terhindar dari terjadinya duplikasi penomoran, sebaiknya

petugas rekam medis dibagian pendaftaran pasien baik rawat jalan maupun rawat

inap menanyakan apakah pasien tersebut pernah datang berobat atau tidak

sehingga tidak terjadi duplikasi penomoran rekam medis serta petugas harus lebih

teliti lagi dalam melayani pasien supaya tidak ada lagi pasien lama berkunjung

sebagai pasien baru, setelah itu diberikan nomor rekam medis baru yang dapat

menyebabkan duplikasi penomoran rekam medis dan memberikan saran kepada

pasien tentang pentingnya Kartu Identitas Berobat (KIB) ketika datang berobat ke

rumah sakit (Sari, M., & Rudi,A, 2019).

E. Faktor-faktor penyebab duplikasi nomor rekam medis

1. Pendidikan petugas perekam medis

Menurut Indradi (2017) pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan

dengan cara menyampaikan suatu materi tentang kesehatan yang bertujuan

untuk mengubah perilaku seseorang. Untuk itu dengan melihat pendidikan

seseorang tidak ada lagi yang terjadi duplikasi nomor rekam medis ditempat

pendaftaran. Karena dibagian pendaftaran kebanyakan petugasnya bukan

lulusan D3 Rekam medis melainkan lulusan SMA. Melalui jenjang

pendidikan diharapkan seorang perekam medis dan manajemen informasi

kesehatan memiliki kompetensi sebagai berikut.


16

a. Profesionalisme yang luhur, etika dan legal

b. Mawas diri dan pengembangan diri

c. Komunikasi efektif

d. Manajemen data dan informasi kesehatan

e. Keterampilan klasifikasi klinis, kodefikasi penyakit dan masalah

kesehatan lainnya.

f. Aplikasi statistik kesehatan.

g. Manajemen pelayanan RMIK.

2. Pengetahuan petugas perekam medis

Menurut Notoatmodjo pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang

setelah dia melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

pengidenraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat

penting dalam pemberian nomor rekam medis karena bisa mencegah

terjadinya duplikasi nomor rekam medis. Jika pengetahuan petugas dibagian

pendaftaran sangat kurang dalam memahami penomoran rekam medis maka

dapat menyebabkan duplikasi nomor rekam medis. Pelaksanaan pada

pelatihan di rumah sakit dapat meningkatkan pengetahuan manusia dari yang

tidak paham menjadi paham dimana pengetahuan tersebut merupakan faktor


17

perilaku dan faktor diluar perilaku. Pengetahuan seseorang bisa berdasarkan

aspek pengalaman kerja di rumah sakit dan pendidikan yang bisa seseorang

dapatkan dari seminar dan bimbingan teknis. Pengetahuan yang cukup

didalam domain kognitif terdapat 4 tingkatan, yaitu :

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata

kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dia pelajari.

b. Memahami

Suatu kemampuan seseorang dalam menjelaskan secara benar

tentang apa yang dia ketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisa

Kemampuan Seseorang dalam menjabarkan atau memecahkan

suatu masalah tentang suatu materi kedalam komponen-komponen tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut. Maksud dari analisa

pengetahuan rekam medis adalah tingkat pengetahuan terhadap

pengelolaan rekam medis belum memenuhi standar. Hal tersebut

berkaitan dengan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh perekam medis


18

yang masih rendah. Maka dari itu rumah sakit harus melakukan pelatihan

agar lebih paham lagi tentang pemberian nomor rekam medis, sehingga

tidak terjadi lagi duplikasi nomor rekam medis (Angga Saputra &

Haryani Octaria, 2021).

Sedangkan Menurut jurnal Ali (2016) faktor penyebab terjadinya

duplikasi secara umum yaitu :

1. Faktor Man (Manusia)

Yang menyebabkan terjadinya duplikasi nomor rekam medis di

rumah sakit yaitu kurangnya petugas rekam medis di bagian pendaftaran.

2. Faktor Machine (alat)

Dalam pemberian nomor rekam medis menggunakan buku

register maupun menggunakan komputer, masalah yang biasa terjadi di

rumah sakit yaitu terjadinya error pada Komputer sehingga nomor yang

terakhir di buat masih digunakan lagi dan petugas dibagian pendaftaran

biasanya masih menggunakan buku polio sehingga membuat petugas

harus membuka satu persatu buku tersebut. Kemudian ada sebagian

petugas tidak mencatat identitas pasien dibuku register.

3. Faktor Method (cara)

Cara memberikan nomor rekam medis kepada pasien yang

datang berobat dengan menggunakan metode penomoran secara unit

setiap pasien yang mendaftar akan mendapatkan satu nomor rekam medis
19

yang di berikan pada saat awal pasien mendaftar. Masalah yang biasa

terjadi di rumah sakit adalah pasien lupa apakah dia pernah mendaftar

atau tidak. Petugas dibagian pendaftaran mengira bahwa pasien tersebut

adalah pasien baru sehingga petugas rekam medis membuatkan lagi

nomor rekam medis baru.

F. Tinjauan tentang dampak duplikasi nomor rekam medis

Dampak adalah sebuah perubahan yang terjadi karena sebuah aktivitas

maupun tindakan yang dapat disebabkan karena munculnya kebijakan. Dampak

muncul sebagai akibat dari kemunculan sesuatu yang baik itu yang dapat pengaruh

positif maupun negatif. Terjadinya duplikasi nomor rekam medis mengakibatkan

masalah pada kesinambungan isi berkas rekam medis. pasien yang memiliki dua

nomor rekam medis otomatis akan memiliki dua berkas rekam medis juga. Apabila

berkas rekam medis belum digabungkan menjadi satu akan memutuskan informasi

yang terdapat pada pelayanan yang diberikan kepada pasien (Ali et al., 2016).

Terhambatnya pelayanan juga terjadi saat ada nomor rekam medis yang

ganda. Cara mencari berkas rekam medis yang disimpan pada ruang filing adalah

dengan berdasarkan pada nomor rekam medis. Masalah terjadi saat petugas

menemukan nomor rekam medis yang sama dengan dua identitas yang berbeda

sehingga petugas harus melakukan identifikasi ulang terhadap pasien yang sedang

berobat saat itu (Ali et al., 2016).


20

Hal-hal yang bisa menyebabkan dampak yang kurang baik dalam

penerapan di unit rekam medis :

1. Bisa menimbulkan pemborosan formulir serta map rekam medis

2. Tidak tercapainya hasil pemeriksaan kepada pasien yang berkesinambungan

akibat terjadinya duplikasi nomor dimana isi berkas rekam medis tersebut

terpisah (Karlina et al., 2016).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan literature review dan menggunakan metode

penelitian compare dengan cara mencari kesamaan diantara beberapa literature

yang diambil kesimpulannya pada pencarian data menggunakan google scholar.

Literature review yaitu mengumpulkan data dari sumber yang berhubungan pada

sebuah topik tertentu yang bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti jurnal,

buku, internet, dan pustaka lainnya

Dari kelima jurnal yang telah direview terdapat beberapa jurnal penelitian

menggunakan 1 jenis penelitian deksriptif dengan metode observasi, 2 jenis

penelitian deskriptif kuantitatif, 1 jenis penelitian observasional deskriptif dengan

desain cross-sectional, 1 jenis penelitian kualitatif . Dari semua jurnal penelitian

tersebut berbentuk full text dari tahun 2016-2021.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada Literature Review yaitu data sekunder.

data tersebut diolah dan dianalisis untuk mendapatkan penelitian Literature review

yang berkualitas.

21
22

C. Kata Kunci

Kata kunci merupakan ungkapan suatu konsep pada sebuah paragraf

untuk menetukan ide dan gagasan utama. Kata kunci harus disusun sebaik

mungkin untuk menghasilkan data yang spesifik sesuai judul yang diangkat. Kata

kunci yang digunakan yaitu duplikasi penomoran AND rekam medis.

D. Database Pencarian

Database pencarian yang digunakan dalam pembuatan literature review

ini adalah google scholar.

E. Strategi Pencarian

Strategi pencarian literature review yaitu dengan menggunakan Bolean

system yaitu perintah yang digunakan dalam kata kunci pencarian seperti

penggunaan kata AND dan OR untuk menghasilkan artikel-artikel yang terdapat

dalam google scholar. Kata AND berfungsi sebagai kata kunci untuk

mempersempit hasil pencarian jurnal tersebut. Misalnya, “DUPLIKASI

PENOMORAN AND REKAM MEDIS” sehingga jurnal yang muncul hanya

mengandung duplikasi dan rekam medis. Sedangkan fungsi dari kata OR

digunakan sebagai kata kunci untuk memperluas hasil pencarian jurnal.

Misalnya, “DUPLIKASI PENOMORAN OR REKAM MEDIS” maka yang akan

muncul yaitu jurnal yang mengandung salah satu atau kedua dari kata tersebut.
23

Tabel 2
Strategi pencarian

DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL


Google Scholar Duplikasi Penomoran AND Rekam Medis

F. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi yaitu kriteria yang harus dipenuhi oleh artikel sehingga

bisa diambil sampelnya untuk dijadikan literature review. Sedangkan kriteria

ekslusi adalah kriteria yang ditemukan pada artikel kemudian artikel tersebut tidak

diambil dalam proses literature review.

Tabel 3
Kriteria inklusi dan Ekslusi

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSLUSI

Jurnal tahun 2016-2021


Jurnal full text
Jurnal open acces
Jurnal yang tidak berbayar
Faktor yang menyebabkan terjadinya
duplikasi nomor rekam medis
Sistem penomoran rekam medis
24

G. Sintesis Hasil Literature

1. Hasil pencarian Literature

Dari jurnal penelitian yang didapatkan akan diseleksi dan di identifikasi

berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Untuk memperjelas analisis

abstrak yang full text yang diamati. Sehingga data yang sudah terkumpul akan

dicari persamaan atau perbedaannya untuk dibahas sehingga data yang didapatkan

bisa menarik kesimpulan. Berdasarkan dari hasil pencarian jurnal di database

google scholar yang akan digunakan pada literature review penulis mendapatkan

127 dari jurnal berdasarkan pencarian kata kunci, kemudian diseleksi berdasarkan

rentang waktu sehingga mendapatkan 101 jurnal. jurnal yang dikeluarkan

berdasarkan rentang tahun sebanyak 26. Kemudian jurnal yang dikeluarkan karena

tidak full text sebanyak 12 dan jurnal yang full text sebanyak 89. kemudian

diseleksi lagi berdasarkan judul penelitian dan didapatkan jurnal yang sesuai

dengan judul penelitian sebanyak 5, dan jumlah jurnal yang dikeluarkan karena

tidak sesuai dengan judul penelitian sebanyak 84, sehingga yang dimasukkan

dalam literature review sebanyak 5 jurnal . Dari ke 5 jurnal tersebut full text dan

berbentuk pdf.
25

Identifikasi melalui
pencarian database google
scholar (n=127)

Jurnal yang dikeluarkan setelah di


screening berdasarkan rentang tahun
Jurnal setelah dilakukan (n=26)
screening berdasarkan
rentang tahun (n=101)

Jurnal yang dikeluarkan karena


tidak full text (n= 12)

Jurnal yang full text


(n=89 )
Jurnal yang dikeluarkan karena
tidak sesuai judul penelitian
(n=84)
Jurnal yang sesuai
dengan judul penelitian
(n=5)

Jurnal yang dimasukkan


dalam literature review
(n=5)

Gambar 1
Diagram flowchart sintesis hasil
26

2. Daftar artikel yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

Tabel 4
Daftar artikel yang memenuhi kriteria

No Judul Nama Peneliti


(Tahun)

Faktor-faktor yang mempengaruhi duplikasi


1. (Arianti et al.,
penomoran berkas rekam medis Di Siloam
2020)
Hospitals Surabaya tahun 2020.
(Gultom, Suheri
Faktor-faktor yang memeengaruhi duplikasi
2. Perulian.
nomor rekam medis Di Rumah Sakit Umum
Pakpahan, E.W,
Madani Medan tahun 2019.
2019)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
3. (Muldiana al.,
duplikasi penomoran rekam medis Di Rumah
2016)
Sakit Atma Jaya Jakarta tahun 2016.
Analisis faktor-faktor penyebab duplikasi nomor
4. (Ramadani,N,
rekam medis di Rumah Sakit umum daerah Tais
2017)
tahun 2017.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Duplikasi
5. (Kartini, S, A,
Penomoran Berkas Rekam Medis Di Rumah
2020)
Sakit Advent Medan tahun 2020.

H. Ekstrasi Data

Suatu proses dimana data yang diambil dari berbagai sumber data sebagai

sistem operasional yang biasanya tidak terstruktur untuk melakukan proses data

lebih lanjut mungkin juga menambahkan data.


Tabel 5
Format Ekstrasi Data

Judul penelitian dan


Sistem Penomoran Faktor penyebab Duplikasi
No nama peneliti (Author), Tipe artikel Populasi sampel Koleksi data
Rekam Medis Nomor Rekam Medis
Tahun
Faktor-Faktor Yang Petugas dibagian pendaftaran
Mempengaruhi kebanyakan lulusan SMA tidak
Petugas Rekam Menggunakan
Duplikasi Penomoran Deskriptif Pendaftaran ditemukan petugas yang berlatar
Medis dan Sistem penomoran
1 Berkas Rekam Medis dengan metode dan belakang D3 Rekam medis.
Berkas Rekam Unit Numbering
Di Siloam Hospitals observasi Wawancara
Medis System
Surabaya (Arianti et al.,
2020)
1. Kualifikasi pendidikan
Petugas dibagian pendaftaran
Analisis faktor-faktor kurang mengetahui
yang mempengaruhi Berkas Rekam pentingnya pemberian
Kualitatif Medis Wawancara, Menggunakan
duplikasi penomoran pemberian nomor rekam
observasi dan Sistem penomoran
2 Rekam Medis di medis terhadap pasien
data primer Unit Numbering
Rumah Sakit Atma 2. Petugas pendaftaran kurang
System
Jaya Jakarta tahun 2016 mengetahui pentingnya
(Muldiana et al., 2016) pemberian nomor rekam
terhadap pasien dan tidak
mengetahui alur pendaftaran.

27
1. Lulusan D3 rekam emdis
233 berkas
masih sangat sedikit sehingga
Analisis faktor-faktor rekam medis
pengetahuan tentang
penyebab duplikasi Observasional dengan teknik Menggunakan
penomoran rekam medis
3 nomor rekam medis di deksriptif pengambilan Sistem penomoran
Wawancara sangat terbatas.
Rumah Sakit umum dengan desain sample secara Unit Numbering
2. Petugas pendaftaran kurang
daerah Tais tahun 2017 cross-sectional Sistematic System
mengetahui tentang
(Ramadani, N, 2017) Random
penomoran rekam medis dan
Sampling
KIUP
Faktor-faktor yang 1. Dibagian pendaftaran tidak
mempengaruhi ada yang lulusan D3 rekam
Duplikasi Nomor medis seluruhnya
Petugas Wawancara,
Rekam Medis Di Menggunakan berpendidikan SMA.
Deskriptif dibagian Rekam observasi,
4 Rumah Sakit Umum Sistem penomoran 2. Petugas pendaftaran kurang
kuantitatif medis sebanyak dan studi
Madani Medan tahun Unit Numbering mengetahui tentang sistem
8 orang dokumentasi
2019 (Gultom, Suheri System(UNS). penomoran rekam medis dan
Perulian. Pakpahan, tidak tersedianya Kartu
2019) Indeks Utama pasien (KIUP).
11 petugas 1. Kurangnya petugas dibagian
rekam medis pendaftaran yang
Faktor-Faktor Yang yang terdiri dari berpendiidkan D3 rekam
Deskriptif Menggunakan
Mempengaruhi 7 petugas medis kebanyakan lulusan
kuantitatif Sistem penomoran
Duplikasi Penomoran pendaftaran dan SMA.
dengan Observasi dan Unit atau yang
5 Berkas Rekam Medis 4 petugas 2. Adanya pengaruh antara
menggunakan angket disebut Unit
Di Rumah Sakit Advent dibagian rawat pengetahuan perekam medis
metode cross- Numbering System
Medan tahun 2020 jalan. Sampel dengan duplikasi penomoran
sectional (UNS).
(Kartini, S.A, 2020) yang digunakan di rumah sakit
yaitu total
sampel

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab IV ini peneliti mengumpulkan beberapa sumber dari literature

tentang faktor penyebab duplikasi nomor rekam medis di tempat penerimaan

pasien. Peneliti mengumpulkan dan melakukan pencarian jurnal pada periode

tahun 2016-2021.

Berdasarkan pada hasil pencarian literature, peneliti menemukan lima

jurnal yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian yang telah didapatkan

berhubungan dengan faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis di

tempat penerimaan pasien.

1. Sistem penomoran rekam medis

Berdasarkan hasil pencarian jurnal literature review ada 5 penelitian

yang berkaitan dengan sistem penomoran rekam medis, yaitu :

Pada hasil penelitian jurnal {1} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS) dimana setiap pasien

yang datang berkunjung mendapatkan pelayanan kesehatan, diberikan satu

nomor rekam medis dipakai selamanya (Arianti et al., 2020).

29
30

Pada hasil penelitian jurnal {2} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS). Sistem ini merupakan

pemberian nomor yang paling baik untuk efisiensi tempat penyimpanan

dokumen rekam medis. Ada beberapa masalah yang ditemukan satu diantaranya

adalah sering terjadi duplikasi penomoran pada saat pendaftaran pasien dimana

pasien mendapatkan nomor ganda, dan setiap harinya sekitar 1-4 orang pasien

yang mendapatkan nomor ganda (Muldiana et al., 2016).

Pada hasil penelitian jurnal {3} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering System (UNS). Namun masih terjadi

duplikasi penomoran berkas rekam medis, dimana ditemukan nomor rekam

medis yang sama dengan identitas yang berbeda, dikarenakan kondisi tempat

penyimpanan berkas rekam medis masih belum tertata dengan rapi. (Ramadani,

N, 2017).

Pada hasil penelitian jurnal {4} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS). Ada beberapa

masalah, satu diantaranya sering terjadi duplikasi penomoran pada saat

pendaftaran pasien dimana didapatkan pasien yang mendapatkan nomor ganda

pada setiap harinya 1-2 orang pasien (Gultom, Suheri Perulian. Pakpahan,

2019).

Pada hasil penelitian jurnal {5} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system(UNS), satu nomor dipakai

seumur hidup setiap kali berobat (Kartini, S.A, 2020).


31

2. Faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis

1) Pendidikan Petugas Perekam Medis

Berdasarkan pada pencarian jurnal Literature Review ada 5

penelitian yang terkait dengan pendidikan petugas perekam medis, yaitu :

Pada hasil penelitian jurnal {1} Pendidikan Petugas dibagian

pendaftaran kebanyakan hanya berpendidikan SMA/SMK (Arianti et al.,

2020).

Pada hasil penelitian jurnal {2} Pendidikan Petugas dibagian

pendaftaran kebanyakan hanya berpendidikan SMA. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan 18 sampel petugas pendaftaran, dengan

kualifikasi pendidikan kurang mengetahui pentingnya pemberian nomor

rekam medis terhadap pasien (Muldiana et al., 2016).

Pada hasil penelitian jurnal {3} Pendidikan Petugas dibagian

pendaftaran yang lulusan D3 RMIK masih sangat sedikit sehingga

pengetahuan tentang penomoran rekam medis sangat terbatas (Ramadani, N,

2017).

Pada hasil penelitian jurnal {4} Pendidikan Petugas dibagian

pendaftaran tidak ada yang lulusan D3 Rekam medis seluruhnya

berpendidikan SMA (Gultom, Suheri Perulian. Pakpahan, 2019).

Pada hasil penelitian jurnal {5} Pendidikan Petugas dibagian

pendaftaran kebanyakan hanya berpendidikan SMA. Mayoritas pendidikan

responden adalah SMA yaitu sebanyak 4 (36,4%), D3 RMIK sebanyak 3


32

(27,3%), D3 Non RMIK sebanyak 3 (27,3%) dan S1 sebanyak 1 (9,1%)

(Kartini, S.A, 2020).

2). Pengetahuan Petugas Perekam Medis

Berdasarkan pada pencarian jurnal Literature Review ada 4

penelitian yang terkait dengan pengetahuan petugas perekam medis, yaitu :

Pada hasil penelitian jurnal {2} Petugas pendaftaran kurang

mengetahui pentingnya pemberian nomor rekam terhadap pasien dan tidak

mengetahui alur pendaftaran (Muldiana et al., 2016).

Pada hasil penelitian jurnal {3} petugas pendaftaran kurang

mengetahui tentang penomoran rekam medis dan KIUP. Pengetahuan

tentang penomoran rekam medis sangat terbatas dan petugas di unit rekam

medis juga masih terbatas. Akibatnya indikasi duplikasi nomor rekam medis

bisa terjadi (Ramadani, N, 2017).

Pada hasil penelitian jurnal {4} Petugas pendaftaran kurang

mengetahui tentang penomoran rekam medis dan tidak tersedianya KIUP.

Hal ini dikarenakan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam

pengembangan sarana dan prasarana belum ada dan kurangnya pengetahuan

petugas rekam medis tentang KIUP. Dengan tidak adanya KIUP petugas

akan kesulitan dalam melayani pasien yang tidak membawa KIB dan

petugas memberikan nomor baru kepasien, maka dari itu terjadinya duplikasi

nomor rekam medis (Gultom, Suheri Perulian. Pakpahan, 2019).


33

Pada hasil penelitian jurnal {5} Adanya pengaruh Antara

pengetahuan Perekam Medis dengan duplikasi Penomoran Rekam Medis di

Rumah Sakit. Petugas rekam medis yang berpengetahuan kurang lebih

banyak dari petugas rekam medis yang berpengetahuan baik. Pada uji

statistik tentang pengaruh petugas rekam medis dengan duplikasi penomoran

diperoleh p=0.015<0,05 sehingga Ho ditolak,artinya ada hubungan antara

pengetahuan petugas rekam medis dengan duplikasi penomoran rekam

medis (Kartini, S.A, 2020).

B. PEMBAHASAN

1. Sistem Penomoran Rekam Medis

Berdasarkan 5 penelitian yang diteliti dinyatakan bahwa sistem

penomoran rekam medis yang digunakan yaitu Unit Numbering System

(UNS). dari 5 penelitian yang diteliti oleh :

Pada hasil penelitian jurnal {1} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS) dimana setiap

pasien yang datang berkunjung mendapatkan pelayanan kesehatan, diberikan

satu nomor rekam medis dipakai selamanya (Arianti et al., 2020).

Pada hasil penelitian jurnal {2} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS). Sistem ini

merupakan pemberian nomor yang paling baik untuk efisiensi tempat


34

penyimpanan dokumen rekam medis. Ada beberapa masalah yang

ditemukan satu diantaranya adalah sering terjadi duplikasi penomoran pada

saat pendaftaran pasien dimana pasien mendapatkan nomor ganda, dan

setiap harinya sekitar 1-4 orang pasien yang mendapatkan nomor ganda

(Muldiana et al., 2016).

Pada hasil penelitian jurnal {3} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering System (UNS). Namun masih

terjadi duplikasi penomoran berkas rekam medis, dimana ditemukan nomor

rekam medis yang sama dengan identitas yang berbeda, dikarenakan kondisi

tempat penyimpanan berkas rekam medis masih belum tertata dengan rapi.

(Ramadani, N, 2017).

Pada hasil penelitian jurnal {4} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS). Ada beberapa

masalah, satu diantaranya sering terjadi duplikasi penomoran pada saat

pendaftaran pasien dimana didapatkan pasien yang mendapatkan nomor

ganda pada setiap harinya 1-2 orang pasien (Gultom, Suheri Perulian.

Pakpahan, 2019).

Pada hasil penelitian jurnal {5} bahwa penomoran rekam medis

menggunakan penomoran Unit Numbering system (UNS), satu nomor

dipakai seumur hidup setiap kali berobat (Kartini, S.A, 2020).


35

Dimana pasien diberikan satu nomor rekam medis dan dipakai

untuk selamanya setiap pasien datang berobat baik rawat jalan, rawat inap

maupun rawat darurat.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Bambang shofari

(2019) pemberian nomor rekam medis secara Unit Numbering system yaitu

setiap pasien yang datang berobat akan mendapatkan satu nomor rekam

medis pada saat pasien pertama kali datang rumah sakit dan nomor rekam

medis dipakai untuk selamanya . (Gunarti, R, 2019).

Menurut Bambang Shofari (2019) kelebihan pada Unit Numbering

system yaitu Informasi pasien dapat berkelanjutan karena semua data dan

informasi milik pasien dan pelayanan yang telah diberikan tersimpan dalam

satu folder di bawah satu nomor. Maka Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)

sebagai indeks utama pasien yang akan di simpan di tempat pendaftaran dan

Kartu Identitas Berobat (KIB) akan diberikan kepada pasien karena sangat

diperlukan serta mengurangi pekerjaan dalam mengumpulkan berkas rekam

medis yang lain untuk dipindahkan ke berkas rekam medis yang baru.

Sedangkan kekurangannya yaitu Pada saat pelayanan pendaftaran pasien

yang sudah pernah berkunjung ke rumah sakit atau sebagai pasien lama akan

lebih lama dibanding dengan cara Serial Numbering System kemudian

petugas harus lebih teliti dalam mendaftarkan pasien agar tidak terjadi

duplikasi nomor rekam medis. Adapun sistem penomoran yang dianjurkan


36

dirumah sakit yaitu sistem penomoran Unit Numbering System (Gunarti, R,

2019).

Menurut Peneliti dari Literature yang telah di lakukan Review, dari 5

penelitian menggunakan sistem penomoran Unit Numbering System (UNS).

Tetapi masih ditemukan duplikasi nomor rekam medis, dimana pasien

diberikan lebih dari satu nomor rekam medis atau satu nomor rekam medis

diberikan dua orang pasien atau lebih.

2. Faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis

1) Pendidikan Petugas Perekam Medis

Dari 5 hasil penelitian yang di lakukan review terhadap

didapatkan bahwa :

(Arianti et.al.,2020) Pendidikan Petugas dibagian pendaftaran

kebanyakan hanya berpendidikan SMA/SMK.

(Muldiana, 2016) Pendidikan Petugas dibagian pendaftaran

kebanyakan hanya berpendidikan SMA

(Ramadani, N, 2017) Pendidikan Petugas dibagian pendaftaran

yang lulusan D3 RMIK masih sangat sedikit sehingga pengetahuan

tentang penomoran rekam medis sangat terbatas

(Gultom, Suheri Perulian, Pakpahan, 2019) Pendidikan Petugas

dibagian pendaftaran tidak ada yang lulusan D3 Rekam medis seluruhnya

berpendidikan SMA
37

(Kartini, S,A, 2020) Pendidikan Petugas dibagian pendaftaran

kebanyakan hanya berpendidikan SMA.

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang dilakukan oleh

Indradi (2017) pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dengan cara

menyampaikan suatu materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk

mengubah perilaku seseorang. Untuk itu dengan melihat pendidikan

seseorang tidak ada lagi yang terjadi duplikasi nomor rekam medis

ditempat pendaftaran. Karena dibagian pendaftaran kebanyakan

petugasnya bukan lulusan D3 Rekam medis melainkan lulusan SMA.

Melalui jenjang pendidikan diharapkan seorang perekam medis dan

manajemen informasi kesehatan memiliki kompetensi sebagai berikut.

a. Profesionalisme yang luhur, etika dan legal

b. Mawas diri dan pengembangan diri

c. Komunikasi efektif

d. Manajemen data dan informasi kesehatan

e. Keterampilan klasifikasi klinis, kodefikasi penyakit dan masalah

kesehatan lainnya.

f. Aplikasi statistik kesehatan.

g. Manajemen pelayanan RMIK.


38

2) Pengetahuan petugas Perekam Medis

Ada 4 penelitian dari 5 penelitian yang ada di Literature yang

dilakukan oleh :

(Muldiana, 2016) Petugas pendaftaran kurang mengetahui

pentingnya pemberian nomor rekam terhadap pasien dan tidak

mengetahui alur pendaftaran.

(Ramadani, N, 2017) petugas pendaftaran kurang mengetahui

tentang penomoran rekam medis dan KIUP.

(Gultom, Suheri Perulian, Pakpahan, 2019) Petugas pendaftaran

kurang mengetahui tentang penomoran rekam medis dan tidak

tersedianya KIUP.

(Kartini, S,A, 2020) Adanya pengaruh Antara pengetahuan

Perekam Medis dengan duplikasi Penomoran Rekam Medis di Rumah

Sakit.

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010)

.pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah dia melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian persepsi terhadap objek. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting dalam


39

pemberian nomor rekam medis karena bisa mencegah terjadinya duplikasi

nomor rekam medis. Jika pengetahuan petugas dibagian pendaftaran

sangat kurang dalam memahami penomoran rekam medis maka dapat

menyebabkan duplikasi nomor rekam medis. Pelaksanaan pada pelatihan

di rumah sakit dapat meningkatkan pengetahuan manusia dari yang tidak

paham menjadi paham dimana pengetahuan tersebut merupakan faktor

perilaku dan faktor diluar perilaku. Pengetahuan seseorang bisa

berdasarkan aspek pengalaman kerja di rumah sakit dan pendidikan yang

bisa seseorang dapatkan dari seminar dan bimbingan teknis.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif terdapat 4 tingkatan

menurut (Angga Saputra & Haryani Octaria, 2021), yaitu :

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dia pelajari.

b. Memahami

Suatu kemampuan seseorang dalam menjelaskan secara

benar tentang apa yang dia ketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.


40

c. Aplikasi

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

d. Analisa

Kemampuan Seseorang dalam menjabarkan atau

memecahkan suatu masalah tentang suatu materi kedalam komponen-

komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut. Maksud

dari analisa pengetahuan rekam medis adalah tingkat pengetahuan

terhadap pengelolaan rekam medis belum memenuhi standar. Hal

tersebut berkaitan dengan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh

perekam medis yang masih rendah. Maka dari itu rumah sakit harus

melakukan pelatihan agar lebih paham lagi tentang pemberian nomor

rekam medis, sehingga tidak terjadi lagi duplikasi nomor rekam

medis.

Menurut peneliti dari Literature yang telah di review, bahwa

pendidikan dan pengetahuan sangat diperlukan dalam pemberian

nomor rekam medis, jika pendidikan petugas dipendaftaran hanya

berlatar belakang SMA maka bisa mengakibatkan duplikasi, karena

pengetahuannya yang kurang dalam memahami pemberian nomor

rekam medis. Beda dengan petugas yang berlatar belakang D3 RMIK

yang sudah memiliki pengetahuan yang luas tentang penomoran


41

rekam medis. Tetapi dari jurnal yang dilakukan penelitian didapatkan

masih banyak yang lulusan SMA yang bekerja di tempat pendaftaran

pasien.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sistem penomoran rekam medis yang digunakan yaitu sistem penomoran

Unit Numbering system dimana setiap pasien datang berobat kerumah sakit

akan diberikan satu nomor rekam medis dan dipakai untuk selamanya. Tetapi

masih didapatkan pasien memiliki lebih dari 1 nomor rekam medis.

2. Pendidikan petugas perekam medis yang kebanyakan lulusan SMA dan

bukan Lulusan D3 rekam medis dan informasi kesehatan sehingga

menyebabkan petugas tersebut kurang memahami tentang sistem penomoran

rekam medis.

3. Terdapat 4 penelitian yang membahas tentang petugas dibagian pendaftaran

memiliki pengetahuan yang kurang terhadap pemberian nomor rekam medis.

B. SARAN

1. Melakukan evaluasi terhadap fasilitas sumber daya manusia di rumah sakit

terutama dibagian unit rekam medis untuk meningkatkan pelaksanaan

rekam medis dibagian penerimaan pasien agar tidak terjadi lagi kesalahan

petugas saat pemberian nomor rekam medis yang dapat menyebabkan

42
42
43

duplikasi nomor rekam medis dan untuk mahasiswa rekam medis, hasil

penyusunan permasalahan ini di harapkan untuk memberikan tambahan

ilmu pengetahuan serta salah satu sumber untuk meningkatkan bacaan

dalam menekuni ilmu di bidang rekam medis dan informasi kesehatan

sehingga dapat mengetahui apa saja faktor penyebab duplikasi di rumah

sakit.

2. Sebaiknya petugas yang bekerja dibagian pendaftaran minimal ada yang

berpendidikan D3 RMIK sebagai dasar untuk mengetahui sampai

mempraktekan cara kerja dibagian pendaftaran agar petugas yang

berpendidikan SMA bisa memperhatikan cara kerja petugas yang

memiliki latar belakang D3 RMIK. Petugas rekam medis terutama

dibagian penerimaan pasien yang lulusan SMA agar mengikuti pelatihan

dan seminar tentang rekam medis sehingga kinerja petugas semakin baik

lagi dan tidak terjadi lagi yang namanya duplikasi nomor rekam medis

karena yang bekerja dibagian pendaftaran kebanyakan yang berpendidikan

SMA.

3. Petugas rekam medis yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap

pemberian nomor rekam medis diharapkan untuk menambah wawasan

secara luas sehingga lebih mengetahui lagi tentang penomoran rekam

medis.
43
44

DAFTAR PUSTAKA

Agung, O., & Retno, W. (2015). DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
TAHUN 2015.

Ali, Seha, H. N., & Susilani, A. T. (2016). Faktor Duplikasi Nomor Rekam Medis
Dengan Pendekatan Fishbone. Politeknik Kesehatan Permata Indonesia, 18–20.

Angga Saputra, A. S., & Haryani Octaria, H. O. (2021). Perbandingan Pengetahuan


Petugas Rekam Medis Untuk Pencapaian Standar Pengelolaan Rekam Medis
Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Di Rumah Sakit Bersalin Annisa
Pekanbarutahun 2019. Jurnal Rekam Medis (Medical Record Journal), 1(1), 12–
24. https://doi.org/10.25311/jrm.vol1.iss1.331

Arianti, S. D., Masyfufah, L., Sulistyoadi, S., & Wijaya, F. (2020). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Duplikasi Penomoran Berkas Rekam Medis Di Siloam
Hospitals Surabaya. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo,
6(2), 179. https://doi.org/10.29241/jmk.v6i2.388

Faktor-Faktor, A., Mempengaruhi, Y., Penomoran, D., & Muldiana, I. (2016).


Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Duplikasi Penomoran Rekam
Medis Di Rumah Sakit Atma Jaya 2016. Jurnal INOHIM, 4, 48.
https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/148

Gultom, Suheri Perulian. Pakpahan, E. W. (2019). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Duplikasi. Vol 4(2), 604–613.
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI/article/view/83

Gunarti,Rina. 2019. Manajemen rekam medis di pelayanan kesehatan. Yogyakarta


55283: Thema Publishing.
45
44

Gunarti,R & Muchtar, M. 2019r. Rekam medis & informasi kesehatan. Yogyakarta
55283: Thema Publishing.

Indradi S, Rano. 2017. Rekam Medis. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka

Karlina, D., Putri, I. A., & Santoso, D. B. (2016). Kejadian Misfile dan Duplikasi
Berkas Rekam Medis Sebagai Pemicu Ketidaksinambungan Data Rekam Medis.
Jurnal Kesehatan Vokasional, 1(1), 44. https://doi.org/10.22146/jkesvo.27477.

Kartini, S. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Duplikasi Penomoran


Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit Advent Medan. Jurnal Ilmiah Perekam
Dan Informasi Kesehatan Imelda, 5(1), 98–107.

Nuraini, N. (2018). Analisis Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Instalasi


Rekam Medis RS “ X ” Tangerang Periode April-Mei 2015. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit, 1(2), 147–158.

Pinerdi, S., Deharja, A., & Ervina, R. (2020). Evaluasi Sistem Penomoran Rekam
Medis Menggunakan Metode Focus PDCA Di RSUP Sanglah. J-REMI : Jurnal
Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(3), 347–356.

Ramadani, N. (2017). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Duplikasi Nomor Rekam


Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Tais. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan (Health Information Management), 3(1), 16–24.
https://doi.org/10.51851/jmis.vi.27

Ritonga, Z. A., & Rusanti, S. (2018). Gambaran Sistem Penyelenggaraan Rekam


Medis Di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda, 3(2), 498–509.
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI/article/view/69.

RMIK, Tim Panitia (2021) P e d o m a n penyusunan Karya Tulis Ilmiah dalam


bentuk Literature Review (LR). Stikes Panakkukang Makassar.
45
46

Sari, M., & Rudi, A. (2019). Faktor-Faktor Penyebab Duplikasi Nomor Rekam Medis
di Rumah Sakit Umum. Jurnal Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 2, 1–
6.
46

L
A
M
P
I
R
A
N
46

Lembar Konsultasi

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


47

Lembar Konsultasi

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


46

Lembar Konsultasi

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


46

Lembar Konsultasi

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


46

Lembar Konsultasi

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


46

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nurfaida, lahir di Tinabogan pada tanggal 17 Mei 2000 dari

pasangan Bapak H.Muhammad Arif (Alm) dan Ibu Hj.

Hapida. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Bertempat Tinggal di Dusun Gonggol Desa Tinabogan Kec.

Dondo Kab. Toli-Toli prov. Sulawesi Tengah.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SDN 1 Tinabogan lulus pada tahun

2012, MTS Negeri Dondo lulus pada tahun 2015, SMA Negeri 1 Dondo lulus pada

tahun 2018. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Program Studi D3 Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Panakkukang Makassar dan selesai pada tahun 2021.


25

Anda mungkin juga menyukai