Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

ANALISIS DISPARITAS PREVALENSI TUBERKULOSIS


PARU DITINJAU DARI FAKTOR BIOLOGIS,
SOSIODEMOGRAFI DAN INFORMATION
SEEKING DI PUSKESMAS SUDIANG

SITTI NUR MUSLIMAH HASMIN


NH0117143

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
AGUSTUS
2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Sitti Nur Muslimah Hasmin
NIM : NH0117143
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Analisis Disparitas Prevalensi Tuberkulosis Paru Ditinjau dari
Faktor Biologis, Sosiodemografi, dan Information Seeking di Puskesmas Sudiang.

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik Sarjana Keperawatan di STIKES Nani Hasanuddin
maupun di perguruan tinggi lain. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan daftar pustaka atau rujukan.

Apabila kemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi
tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau
pengelola program studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin dan saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai peraturan yang berlaku, termasuk
pencabutan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Makassar, Agustus 2022


Yang mengatakan,

Sitti Nur Muslimah Hasmin

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Sitti Nur Muslimah Hasmin
NIM : NH0117143
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi : Analisis Disparitas Prevalensi Tuberkulosis Paru
Ditinjau dari Faktor Biologis, Sosiodemografi, dan
Information Seeking di Puskesmas Sudiang.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan, Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar yang diselenggarakan di Makassar pada
Hari................, Tanggal..............., Bulan..............., Tahun

Tim Penguji

Pembimbing I : Dr. Hj. Suarnianti, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes (........)


NIDN. 0915107901
Pembimbing II : Nur Khalid S.Kep., Ns., MSN (........)
NIDN. 0917118802
Penguji I : Syaifuddin Zaenal SKM., S.Kep., Ns., M.Kes (........)
NIDN. 0916017901
Penguji II : Maryam Jamaluddin S.Kep.,Ns., M.Kes., M.Kep (........)
NIDN. 0931038702

Ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Sri Darmawan, SKM.,M.Kes


NIDN. 0923087703

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-nya saya dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Keperawatan, program studi sarjana Ilmu Keperawatan, STIKES Nani Hasanuddin
Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya bapak Hamin dan ibu Haslinda yang selalu
memberikan dukungan, motivasi serta nasehat kepada saya selama ini dan juga
selalu mendoakan saya setiap saat.
2. Sri Darmawan,SKM.,M.Kes selaku ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar
yang telah begitu bijaksana dalam membimbing dan mendidik Civitas
Akademika di lingkungan STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
3. Indra Dewi, S. Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan
yang telah banyak memberikan inspirasi serta motivasi kepada saya dalam
menyelesaikan pendidikan di Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
4. Dr.Hj. Suarnianti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
menyusun skripsi ini.
5. Nur Khalid S.Kep., Ns., MSN selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun skripsi
ini.
6. Syaifuddin Zainal, SKM., S.Kep.,Ns,.M.Kes selaku penasehat akademik (PA)
sekaligus penguji utama yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk membimbing dan mengarahkan saya selama berproses di kampus
STIKes Nani Hasanuddin Makassar.
7. Maryam Jamaluddin S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep selaku penguji II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
menyusun skripsi ini.

v
8. Pihak Puskesmas Sudiang yang telah membantu dalam usaha memperoleh data
yang saya perlukan.
9. Sahabat terdekat Ade Irma Suryani, Herlan, Risnah B, Amirah Mardiyah
Lestari, dan Sutrisman Dulman yang selalu ada menjadi penyemangat ,
memberi dukungan moril serta nasihat kepada penulis.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Makassar, September 2022

Penulis

vi
ABSTRAK

Sitti Nur Muslimah Hasmin, Analisis Disparitas Prevalensi Tuberkulosis Paru


Ditinjau dari Faktor Biologis, Sosiodemografi, dan Information Seeking di
Puskesmas Sudiang ( Dimbimbing Oleh Suarnianti & Nur Khalid).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru, kemudian menyerang
kesemua bagian tubuh. Infeksi biasanya terjadi 2-10 minggu. Setelah 10 minggu,
klien akan muncul manifestasi penyakit gangguan, ketidakefektifan respons imun.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis diparitas prevalensi TB paru
ditinjau dari faktor biologis (vital sign dan komorbiditas), sosiodemografi (usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) , dan information
seeking di Puskesmas Sudiang. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif.
Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien tuberkulosis yang masih dalam masa berobat sebanyak
87 orang. Jadi jumlah sampel yang diteliti sebanyak 47 orang. Penelitian yang
digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner yang berupa dokumen yang berisi
beberapa item pertanyaan/ pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator suatu
variabel. Hasil penelitian didapatkan disparitas prevalensi pada faktor biologis
berdasarkan vital sign didominasi oleh yang memiliki vital sign normal, sedangkan
disparitas prevalensi pada faktor biologis berdasarkan komorbiditas didominasi
oleh yang tidak memiliki komorbiditas. Disparitas prevalensi pada faktor
sosiodemografi berdasarkan umur didominasi oleh usia dewasa (20-60) tahun,
dengan jenis kelamin perempuan, pendidikan tinggi (DIII-S1), tidak bekerja dan
memiliki pendapatan <UMR. Dan disparitas prevalensi pada faktor information
seeking didominasi oleh yang memiliki perilaku mencari informasi yang baik.

Kata Kunci : faktor biologis; faktor information seeking ; faktor sosiodemografi

vii
ABSTRACT

Sitti Nur Muslimah Hasmin, Analysis of Pulmonary Tuberculosis Prevalence


Disparity in terms of Biological, Sociodemographic, and Information Seeking
Factors at Sudiang Health Center (Supervised by Suarnianti & Nur Khalid).

Tuberculosis (TB) is a human disease caused by Mycobacterium tuberculosis. It is


usually attacks the lungs, then attacks all parts of the body. Infection usually occurs
2-10 weeks. After 10 weeks, the client will appear manifestations of disease
disorders, ineffective immune response. The aim of this study was to determine the
parity analysis of pulmonary TB prevalence in terms of biological factors (vital
signs and comorbidities), sociodemography (age, gender, education level,
occupation, and income), and information seeking at the Sudiang Public Health
Center. This study uses a quantitative design. Sampling using probability sampling
technique. The population in this study were tuberculosis patients who were still in
the treatment period as 87 people. So the number of samples studied were 47 people.
The research used a questionnaire in the form of a document containing several
items of questions/statements made based on indicators of a variable. The results
obtained the prevalence disparity in biological factors based on vital signs is
dominated by those who have normal vital signs, while the prevalence disparities
in biological factors based on comorbidities are dominated by those who do not
have comorbidities. The prevalence disparity in sociodemographic factors based on
age is dominated by adult age (20-60) years, with female gender, higher education
(DIII-S1), not working and having income <UMR.

Keywords: biological factors; information seeking factors; sociodemographic


factors

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. ii


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel .................................................. 6
B. Kerangka Teori........................................................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 24
A. Dasar Pemikiran Variabel .......................................................................... 24
B. Kerangka Konsep ....................................................................................... 24
C. Identifikasi Variabel ................................................................................... 25
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ............................................... 25
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 28
A. Desain Penelitian........................................................................................ 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 28
D. Alat atau Instrumen Penelitian ................................................................... 30

ix
E. Uji Instrumen ............................................................................................. 31
F. Proses Pengumpulan Data .......................................................................... 31
G. Pengolahan dan Analisa Data..................................................................... 32
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 35
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 35
B. Pembahasan ................................................................................................ 41
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 45
D. Implikasi Untuk Keperawatan.................................................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 46
A. Kesimpulan ................................................................................................ 46
B. Saran........................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


Tabel 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Responden (n=47)
Tabel 5.2 Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Vital Sign (n=47)
Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Komorbiditas
Tabel 5.3
(n=47)
Tabel 5.4 Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Umur (n=47)
Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.5
(n=47)
Tabel 5.6 Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pendidikan (n=47)
Tabel 5.7 Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pekerjaan (n=47)
Tabel 5.8 Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pendapatan (n=47)
Tabel Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Faktor
Tabel 5.9
Information Seeking (n=47)

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 1 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign
Gambar 2 Penandatanganan Surat Persetujuan Responden
Gambar 3 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign
Gambar 4 Wawancara Mengenai Faktor Sosiodemografi
Gambar 5 Wawancara Faktor Information Seeking
Gambar 6 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign
Gambar 7 Meminta Persetujuan Responden
Gambar 8 Wawancara Mengenai Faktor Sosiodemografi
Gambar 9 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign
Gambar 10 Wawancara Mengenai Faktor Information Seeking
Gambar 11 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign
Gambar 12 Dokumentasi Pengukuran Vital Sign

xii
DAFTAR SINGKATAN

Istilah Singkatan dari


BTA Basil Tahan Asam
CDC Centers of Disease Control
DM Diabetes Melitus
EMB Etambutol
EPTB Extra Pulmonary Tuborculosis
FDA Food and Drugs Administration
HIV Human Immunodeficiency Virus
IM Intra Muscular
INH Isonicotinic Acid Hydrazide / Isoniazid
IV Intra Vena
LTBI Laten Tuberculosis Infection
NCTA National Consortium for Teaching Asia
NPRAM 1 Natural Resistance Associated Macrophage Protein 1
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PPOM Penyakit Paru Menahun Obstruktif
PTB Pulmonary Tuborculosis
QA Quality Assurance
SPS Sewaktu, Pagi, Sewaktu
TB Tuberkulosis
TBC Tuberculosis
TB-MDR Tuberculosis Multi Drugs Resisten
TB-XDR Tuborculosis Extensifely Drugs Resisten
TCM Tes Cepat Molekuler
WHO World Health Organization

xiii
DAFTAR ISTILAH

Aerob Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan


oksigen atau zat asam untuk pertumbuhannya yang
memerlukan zat asam dalam jumlah sedikit disebut
mikroaerofil dan jika tidak ada oksigen, bakteri akan mati.
Disparitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perbedaan / jarak.
Droplet Droplet atau tetesan merupakan air liur atau partikel lendir.
Kriteria ekslusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek penelitian
yang tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai kriteria
ekslusi maka subjek harus dikeluarkan.
Kriteria inklusi Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek
penelitian pada populasi target dan sumber.
Markofag Makrofag adalah jenis sel darah putih dari sistem imun
yang menelan dan mencerna patogen, seperti sel kanker,
mikroba, puing-puing seluler, dan zat asing.
Mycobacterium Mycobacterium tuberculosis (M. tb) adalah spesies bakteri
Tuberkulosis patogen dalam famili Mycobacteriaceae serta menjadi
penyebab dari tuberkulosis (TBC).
TBC Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
WHO Organisasi Kesehatan Dunia (bahasa Inggris: World Health
Organization, sering disingkat WHO) adalah salah satu
badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan
umum internasional.

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 Kuesioner Faktor Sosiodemografi dan Kuesioner Faktor Biologis
Lampiran 3 Kuesioner Faktor Information Seeking
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Master tabel
Lampiran 6 Hasil olah data SPSS
Lampiran 7 Surat izin pengambilan data awal dari kampus dan dinas kesehatan
Lampiiran 8 Surat izin penelitian dari kampus dan dinas kesehatan
Lampiran 9 Surat izin telah melakukan penelitian dari puskesmas
Lampiran 10 Surat etik penelitian dari P3M
Lampiran 11 Daftar riwayat hidup

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini menyerang pada saluran
pernapasan bagian bawah melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian
menyebar ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah atau
menyebar langsung ke bagian tubuh yang lain (Septian Wijaya & Hamdan,
2021).
Kehidupan telah melihat perubahan TB dari penyakit yang tidak dapat
disembuhkan menjadi penyakit yang dapat disembuhkan. Bersama dengan
munculnya HIV/AIDS (1981), dimana terjadi koinfeksi HIV dan TB yang
terkutuk dan mematikan, penyebaran TB yang resistan terhadap obat sehingga
memperburuk skenario dan menghasilkan kebangkitan TB secara global.
Bakteri yang telah menginfeksi hampir 1/3 penduduk dari populasi dunia
dengan 10% risiko mengembangkan penyakit TB seumur hidup, dimana WHO
menyatakan TB sebagai darurat global pada tahun 1993. Bakteri yang
disebabkan oleh bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis, adalah salah
satu penyakit tertua yang diketahui mempengaruhi manusia dan menjadi
penyebab utama kematian di seluruh dunia. Tuberkulosis terus menjadi
penyakit bahaya besar terhadap populasi dan menurut WHO, tuberkulosis
adalah pembunuh utama populasi manusia setelah HIV/AIDS. Dalam Veda, TB
dideskripsikan sebagai Yakshma yang berarti penyakit pemborosan ini berarti
TBC atau penyakit yang menyerupai TBC telah dijelaskan dari peradaban yang
berbeda sejak zaman dahulu. Bahkan dalam literatur Yunani, Cina dan Arab
menggambarkan TB dalam deskripsi yang sama. Mycobacterium telah ada di
bumi sejak 150 tahun yang lalu (Natarajan et al., 2020).
Menurut WHO, tuberkulosis merupakan penyebab kematian terbsesar
setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernapasan, serta merupakan
penyakit yang tergolong dalam penyakit indeksi. Dimana hal yang menjadi
penyebab meningkatnya antara lain adalah kemiskinan, meningkatnya
2

penduduk dunia, perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi, kurangnya


biaya untuk berobat, serta adanya endemik HIV terutama di Asia dan Afrika
(Suarnianti, 2018). Dari banyaknya faktor yang menjadi penyebab dari
tuberkulosis, beberapa faktor akan di bahas dalam penelitian ini. Yang pertama,
faktor biologis dimana merupakan faktor yang terdiri atas penyakit utama itu
sendiri, penyakit penyerta atau komorbiditas dan vital sign. Faktor biologis
sendiri dapat diartikan sebagai faktor kerusakan atau penyebab yang berasal
dari dalam tubuh dan atau diri sendiri. Diantara semua kasus TB,8% adalah
orang yang hidup dengan HIV. Proporsi kasus TB koinfeksi dengan HIV
tertinggi di negara-negara WHO wilayah Afrika, melebihi 50% di beberapa
bagian Afrika Selatan (WHO, 2021).
Faktor kedua yang menjadi faktor risiko adalah sosiodemografi.
Demografi didefenisikan dari Bahasa Yunani, yaitu kata demos (penduduk), dan
graphein (menulis) yang berarti karangan atau tulisan mengenai penduduk.
Sosiodemografi sendiri merupakan bagian dari ilmu demografi yang membahas
tentang karakteristik penduduk meliputi pertama, karakteristik sosial seperti
pernikahan, tingkat pendidikan (Mulyana Rosi et al., 2021). TB dapat
menyerang siapa saja dan dimana saja, tanpa memandang usia atau jenis
kelamin. Kasus tertinggi terjadi pada pria dewasa yang menyumbang 56% dari
semua kasus TB pada tahun 2020; sedangkan wanita dewasa menyumbang 33%
dan anak-anak sebesar 11%. Persentase kasus TB yang tinggi di antara laki-
laki konsisten dengan bukti dari survei prevalensi TB nasional, yang
menunjukkan bahwa TB lebih banyak menyerang laki-laki daripada
perempuan, dan kesenjangan dalam pendeteksian serta pelaporan kasus.
Tingginya kasus TB juga dilatarbelakangi oleh aspek sosial budaya seperti
kebiasaan atau adat istiadat, kepercayaan, serta stigma atau pandangan
masyarakat. Di dalam penelitian (Salsabillah, 2021) membuktikan bahwa
sebagian masyrakat beranggapan bahwa penyakit TB merupakan penyakit
keturunan dan memalukan, serta sebagian lainnya mempercayai pengobatan
tradisional.
3

Faktor ketiga yang akan dibahas adalah faktor information seeking yang
merupakan proses atau kegiatan yang mencoba untuk mendapatkan informasi
dan teknologi baik dalam konteks manusia. Menurut Donohew dan Tipton,
information seeking menjelaskan tentang pencarian, penginderaan, dan
pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial
tentang sikap.
Berdasarkan data WHO, dibandingkan dengan 2019, pada tahun terjadi
penurunan 18% dari 7,1 juta menjadi 5,8 juta. Penurunan ini terjadi bukan
karena berkurangnya secara signifikan kasus TB, melainkan adanya penyakit
pandemi yang menyerang yaitu Covid-19 yang membuat diagnosis TB
tergantikan oleh diagnosis Covid-19. Dengan adanya penyakit pandemi tersebut
membuat fenomena gunung es semakin naik. Secara geografis, pada tahun 2020
kasus TB terbanyak berada di wilayah WHO Asia Tenggara (43%), diposisi
kedua ada Afrika (25%) dan Pasifik Barat (18%), Amerika (3,0%) dan Eropa
(2,3%). Dengan pertambahan dari 30 negara dengan TB tinggi sebesar 86% dari
semua perkiraan kasus insiden di seluruh dunia, dan delapan dari negara
menyumbang setidaknya dua per tiga dari total global, masing-masing India
(26%), Cina (8,5%), Indonesia (8,4%), Filipina (6,0%), Pakistan (5,8), Nigeria
(4,6 %), Bangladesh (3,6%), dan Afrika Selatan (3,3%) (WHO, 2021).
Seperti dibahas sebelumnya, tuberkulosis dimana merupakan penyakit
infeksi meular yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainnya. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi adalah Indonesia
(Suarnianti & Angriani, 2019). Di Indonesia sendiri, jumlah kasus TB yang
ditemukan dan diobati sendiri, mengalami penurunan dalam kurun 3 tahun
terakhir, pada tahun 2019 mencapai 568.987 kasus, di tahun 2020 sebanyak
393.323 kasus dan pada tahun 2021 terlapor ada 385.295 kasus. Data yang
dikutip dari (Kemenkes & Germas, 2021), jumlah kasus tertinggi di Indonesia
berada di hampir seluruh Provinsi pulau Jawa dan beberapa provinsi di bagian
Sumatra yang berkisar 31.853-128.057 insiden pada tahun 2020 (Kemenkes &
Germas, 2021).
4

Sedangkan menurut Data laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi


Selatan tahun 2021 yang dikutip dari (SPTI TBC Komunitas, 2022) mencatat
rerdapat 31.022 estimasi kasus TB di Sulsel, dimana ada 14.808 kasus atau yang
terdiagnosis yang jika dipersentasikan hanya 47,73%. Artinya masih ada sekitar
53% yang tidak diketahui keberadaannya di tengah ancaman penularan yang
juga sangat besar.
Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan di Puskesmas
Sudiang Kec. Biring Kanaya, Kota Makassar didapatkan jumlah pasien TB
yang terhitung dalam kurun waktu satu tahun terkahir yakni 2021 – 2022
sebesar 87 orang.
Dengan demikian sebagaimana hal yang telah dijelaskan di atas terkait
tingginya kasus TB dan besarnya peran faktor risiko terhadap kasus infeksi,
maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang analisis diparitas prevalensi
TB paru ditinjau dari faktor biologis, sosiodemografi & information seeking di
Puskesmas Sudiang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu analisis diparitas prevalensi TB paru di tinjau dari faktor
biologis, sosiodemografi dan information seeking di Puskesmas Sudiang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis diparitas prevalensi TB paru ditinjau dari faktor
biologis ( komorbiditas, dan vital sign) , sosiodemografi (jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), dan information seeking di
Puskesmas Sudiang.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis diparitas prevalensi TB paru ditinjau dari faktor biologis
meliputi penyakit yang diderita, komorbiditas (penyakit penyerta), dan
vital sign di Puskesmas Sudiang.
5

b. Menganalisis diparitas prevalensi TB paru ditinjau dari faktor


sosiodemografi meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan di puskesmas Sudiang.
c. Menganalisis diparitas prevalensi TB paru ditinjau dari faktor
information seeking di Puskesmas Sudiang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain :
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan informasi yang dapat menambah pengetahuan bagi
penulis dalam mengamati masalah kesehatan yang ada.
b. Serta sebagai acuan dan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi, dan bahan evaluasi
bagi pelayanan keperawatan guna peningkatan pelayanan.
b. Sebagai bahan informasi, masukan, dan kebijakan bagi peningkatan dan
perbaikan dalam penanganan penyakit tuberculosis.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel
1. Tinjauan Umum Analisis Disparitas
Menurut Komarudin, analisis adalah aktivitas berfikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen kecil sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungan masing- masing komponen,
dan fungsi setiap komponen dalam satu keseluruhan yang terpadu.
Sedangkan menurut Wiradi analisis adalah aktifitas yang memuat kegiatan
memilah, mengurai, membedakan sesuatu yang kemudian digolongkan dan
dikelompokkan menurut kriteria tertentu lalu dicari makna dan kaitannya
masing-masing (Maryam et al., 2022).
Menurut KBBI diparitas adalah perbedaan atau jarak (KBBI, 2021).
Dalam arti lain, disparitas adalah kesenjangan. Dalam kesehatan, disparitas
berarti kesenjangan dalam kesehatan yang mencgacu pada perbedaan akses
kesehatan dan perawatan kesehatan diantara anggota populasi yang berbeda.
Kesenjangan atau ketidaksetaraan ini dapat berhubungan dengan ras, etnis,
jenis kelamin, seksualitas, , lokasi geografis, dan kategori lainnya yang
bersifat non biologis seperti sebab sosial, ekonomi, politik, dan eksternal
lainnya (HealthyPeople.gov, 2019).
Sesuai dengan penjelasaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
analisis disparitas adalah aktiftas menganalisis atau menguraikan suatu
kesenjangan atau perbedaan yang terjadi berdasarkan faktor-faktor yang
didapatkan. Dimana dalam hal ini faktor tersebut antara lain faktor biologis,
faktor sosiodemografi, dan faktor Information Seeking.
2. Tinjauan Umum Tuberkulosis Paru
a. Defenisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit manusia yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Ini terutama mempengaruhi paru-
paru, membuat penyakit paru-paru menjadi presentasi yang paling
umum. Sistem organ lain yang sering terkena termasuk sistem
7

pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem limforetikuler, kulit, sistem


saraf pusat, sistem muskuloskeletas, sistem reproduksi, dan hati
(Adigun & Singh, 2022). Tuberkulosis biasanya menyerang paru,
kemudian menyerang kesemua bagian tubuh. Infeksi biasanya terjadi 2-
10 minggu. Setelah 10 minggu, klien akan muncul manifestasi penyakit
gangguan, ketidakefektifan respons imun. Mycobacterium Tuberculosis
termasuk bakteri aerob yang sering menginfeksi jaringan yang memiliki
kandungan oksigen tinggi. Yang mana merupakan batang tahan asam
gram positif, serta dapat diidentifikasi dengan pewarnaan asam yang
secara mikroskopi disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA) (Wahdi &
Puspitosari, 2021).
b. Etiologi
TB disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin
dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan. Infeksi TB
disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Seseorang yang terkena infeksi dapat menyebabkan
partikel kecil dimana melalui batuk, bersin, atau berbicara. Kontak,
berhubungan serta beinteraksi secara intens dengan mereka yang
terinfeksi akan meningkatkan kesempatan untuk transmisi. Begitu
terhirup, maka bakteri dan organisme secara khas akan tinggal di dalam
paru-paru, namun hal ini juga dapat menginfeksi bagian tubuh lainnya.
Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan yang lainnya
seperti flu, namun penyakit ini tidak menular dengan mudah. Dimana
seseorang harus kontak atau berinteraksi dan sebagainya selama
beberapa waktu dengan orang yang telah terinfeksi. Selain itu, tidak
semua orang dengan TB dapat menularkan TB. Misalnya anak dengan
TB atau orang dengan infeksi TB yang terjadi dluat paru-paru (TB Extra
Pulmonary) tidak menyebabkan infeksi (Wahdi & Puspitosari, 2021).
8

c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit TB pada umumnya ditandai dengan, antara
lain:
1) Batuk berdahak secara terus-menerus selama dua minggu atau lebih.
2) Sesak nafas
3) Batuk darah
4) Nyeri dada
5) Badan lemah
6) Nafsu makan berkurang
7) Berat badan menurun
8) Berkeringat pada malam hari
9) Demam meriang lebih dari sebulan
d. Patofisiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah markofag, sedangkan
limfosit (Sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini
biasanya lokal, melibatkan markofag yang diaktifkan di tempat infeksi
oleh limfosit dan limkinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat). Seseorang penderita tuberculosis ketika
bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Yang kemudian menyebar melalui jalan nafas ke
alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri akan bertumpuk dan
berkembang biak. Pada saat berkembang biak dengan cara membelah
diri, terjadi infeksi yang mengakibatkan radang pada paru, dan ini
disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleksi primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi
peradangan pada paru, kenudian mengakibatkan terjadinya penurunan
jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai
oksigen. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem linfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang, korteks selebri dan
area lain dari paru-paru (Wahdi & Puspitosari, 2021).
9

e. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (2014) dalam (Riadi, 2019), tuberkulosis
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Berdasarkan lokasi anatomi
Berdasarkan lokasi anatomi, tuberkulosis dibagi menjadi dua,
yaitu :
a) Tuberkulosis paru, yaitu tuberkulosis yang terjadi pada
parenkim (jaringan) paru.
b) Tuberkulosis ekstra paru atau Extra Pulmonary Tuberculosis
(EPTB), yaitu tuberkulosis yang terjadi pada organ selain paru,
misalnya : pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing,
kulit, sendi, selaput otak, dan tulang.
2) Berdasarkan riwayat pengobatan
Berdasarkan riwayat pengobatan, tuberkulosis dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a) Pasien baru tuberkulosis, dimana pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan ( dari 28 dosis).
b) Pasien yang pernah diobati tuberkulosis, dimana pasien yang
sebelumnya permah menelan OAT selama satu bulan atau
lebih (dari 28 dosis).
c) Pasien kambuh, dimana adalah pasien tuberkulosis yang
pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat
didiagnosis tuberkulosis kembali berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteriologid atau klinis (baik karena benar-
benar kambuh atau karena reinfeksi).
d) Pasien yang diobati kembali setelah gagal, dimana pasien yang
pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
e) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat ( lost to
follow-up), dimana pasien yang pernah diobati dan dinyatakan
10

lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai


pengobatan pasien setelah putus berobat/default).
f) Lain-lain, dimana pasien yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
3) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, tuberkulosis
dibagi dua jenis, yaitu :
a) Tuberkulosis paru BTA positif, dimana sekurang-kurangnya
dua dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, yaitu:
(1) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
thorax dada menunjukkan tuberkulosis.
(2) Satu spesimen dahak SPS hasilnya positif dan biakan
kuman tuberkulosis positif.
(3) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga
spesimen dahak SPS yang pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b) Tuberkulosis BTA negatif, dimana kasus yang tidak
memenuhi defenisi pada tuberkulosis paru BTA positif.
Kriteria diagnostik tuberkulosis paru BTA negatif harus
meliputi :
(1) Paling tidak tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif.
(2) Foto thorax abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
(3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
(4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
11

f. Penatalaksanaan
1) Tuberkulosis laten
Pedoman pengobatan LTBI 2020 mencakup rejimen pengobatan
yang direkomendasikan NCTA dan CDC yang terdiri dari tiga
rejimen berbasis rifamycin pilihan dan dua rejimen monoterapi
alternatif dengan izoniasid harian. Pengobatan ini hanya
direkomendasikan untuk orang yang terinfeksi myobacterium
tuberculosis yang diduga rentan terhadap isoniazid atau rifampisin.
Rejimen isoniazid dan rifapentine tiga bulan sekali seminggu
merupakan komponen pilihan yang sangat dianjurkan untuk anak-
anak usia lebih dari dua tahun dan orang dewasa. Terdapat pilihan
lain yakni pengobatan dengan empat bulan rifampisin harian untuk
orang dewasa HIV-negatif dan anak-anak dari segala usia.
Kombinasi tiga tsoniazid dan rifampisin setiap hari adalah pilihan
pengobatan yang direkomendasikan secara kondisional untuk orang
dewasa dan anak-anak dari segala usia dan untuk pasien dengan
HIV. Dan rejimen isoniazid harian enam atau Sembilan bulan adalah
rejimen alternatif yang direkomendasikan (Adigun & Singh, 2022).
2) Pengobatan Infeksi Aktif
Pengobatan TB yang dikonfimasi membutuhkan kombinasi obat.
Terapi kombinasi selalu diindikasikan, dan monoterapi tidak boleh
digunakan untuk tuberculosis. Dalam (Adigun & Singh, 2022)
regimen yang paling umum untuk TB termasuk OAT sebagai
berikut:
a) OAT lini pertama, grup satu
(1) Isoniazid. Dewasa (maksimum) 5 mg/kg (300 mg) setiap
hari; 15 mg/kg (900 mg) sekali, dua kali atau tiga kali dalam
seminggu. Anak- anak (maksimum) ; 10-15 mg/kg (300
mg) setiap hari; 20-30 mg/kg (900 mg) dua kali seminggu,
dikonsumsi dengan tiga cara yakni tablet dalam 50 mg, 100
12

mg, dan 300 mg; sirup (50 mg/5 ml); larutan berair
(100mg/ml) untuk injeksi IV dan IM.
(2) Rifampisin. Dewasa (maksimum) 10 mg/kg (600 mg) sehari
sekali, dau kali atau tiga kali seminggu. Anak-anak
(maksimum 10-20 mg/kg (600 mg) sekali sehari atau dua
kali seminggu. Tersedia dalam bentuk kapsul 150 dan 300
mg.
(3) Rifabutin. Dewasa (maksimum) 5 mg/kg (300 mg) setiap
hari dua atau tiga kali seminggu. Ketika rifabutin digunakan
dengan efavirenz, dosis rifabutin harus ditingkatkan
menjadi 450-600 mg, baik untuk dosis setiap hari atau
sementara. Untuk dosis anak-anak (maksimum) belum
diketahui. Tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dengan
metode pemberian secara oral.
(4) Rifapetine. Dewasa (maksimum) 10 mg/kg (600 mg), sekali
seminggu (tahap lanjutan pengobatan. Obat ini tidak
disetujui untuk digunakan pada anak-anak. Tersedia dalam
bentuk tablet 150 mg.
(5) Pirazinamid. Dewasa 20-25 mg/kg/hari. Anak-anak
(maksimum) 15-20 mg/kg per hari (2,5 g); 50 mg/kg dua
kali seminggu (2,0 g). Tersedia dalam bentuk tablet 500 mg.
(6) Etambutol. Dewasa 15-20 mg/kg/hari. Anak-anak
(maksimum) 15-20 mg/kg per hari/; 50 mg/kg dua kali
seminggu (2,5 g). Obat ini dapat digunakan denga naman
pada anak-anak yang lebih besar tetapi harus digunakan
dengan hati-hati pada anak yang ketajaman penglihatannya
tidak dapat dipantau (umumnya berusia kurang dari 5 tahun.
Pada anak yang lebih kecil, EMB dapat digunakan jika ada
kekhawatiran dengan resistensi terhadap INH dan RIF.
Tersedia dalam bentuk tablet 100 dan 400 mg, untuk
pemberian oral.
13

Isoniazid dan rifampisin mengikuti rejimen empat obat


(biasanya termasuk isoniazid, rifampisin, etambutanol, dan
pirazinamid) selama dua bulan atauu enam bulan. Vitamin B6
selalu diberikan Bersama isoniazid untuk mencegah kerusakan
saraf (neuropati).
b) OAT lini kedua, golongan dua
Aminoglikosida suntik antara lain amikasin, kanamisin, dan
streptomisin. Sedangkan polipeptida suntik terdapat
kapreomisin dan viomisin.
c) OAT lini kedua, golongan tiga
Terdapat Fluoroquinolones oral dan suntik yang terdiri dari
levofloksasin, moksifloksasin, ofloksasin, gatifloksasin.
d) OAT lini kedua, golongan empat
Untuk lini ini terdapat asam para-aminosalisilat, sikloserin,
terizidone, etionamida, protonamida, tioasetazon, linezolid.
e) OAT lini ketiga, grup 5
Ini adalah obat-obatan dengan kemanjuran yang bervariasi
tetapi belum terbukti melawan TB. Mereka digunakan untuk
TB yang resisten terhadap obat total sebagai obat pilihan
terakhir, antara lain klofazimin, linezolid, amoksilin/ asam
klavulanat, imipenem/cilastatin, dan klaritosimin.
3) TB- MDR, TB-XDR
Dimana TB yang resisten terhadap banyak obat yang menjadi
semakin umum. Kombinasi obat lini pertama dan lini kedua
digunakan dalam dosis tinggi untuk mengobati dalam kondisi ini.
4) Bedaquiline
Merupakan pengobatan yang diseutujui Badan Pengawas Obat dan
Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai obat untuk TB-MDR. Ini
adalah persetujuan FDA pertama untuk obat anti-TB dalan 40 tahun.
Meskipun menunjukkan harapan yang luar biasa dalam TB ysng
14

resisten terhadap obat, biaya tetap menjadi kendala besar untuk


memberikan obat ini.
5) Pemantauan Klinis dan laboratorium
Tes fungsi hati diperlukan untuk semua pasien yang memakai
isoniazid. Pemantauan lain pada TB termasuk pemantauan retinopati
pada pasien yang menggunakan etambutol.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pada TB antara lain :
1) Pemeriksaan bakteriologi
a) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung.
b) Pemeriksaan tes cepat molekular (TCM) TB.
c) Pemeriksaan biakan.
2) Pemeriksaan penunjang lainnya
a) Pemeriksaan foto toraks.
b) Pemeriksaan histopalogi pada kasus yang dicurigai pada TBC
ekstraparu.
3) Pemeriksaan uji kepekaan obat
Tujuan dari pemeriksaan uji kepekaan obat adalah untuk mengetahui
ada tidaknya resistensi terhadap OAT. Uji kepekaan harus dilakukan
di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/ Quality
Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat nasional maupun
internasional.
4) Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan serologis tidak direkomendasikan untuk diagnosis
TBC.
5) Uji tuberkulin
Uji tuberkulin bermanfaat membantu menegakkan diagnosa pada
anak, khususnya jika riwayat kontak dengan pasien TBC tidak jelas.
Namun uji tuberkulin tidak bisa membedakan infeksi TBC dengan
sakit TBC (Alisjahbana et al., 2020).
15

h. Komplikasi
Tanpa pengobatan, tuberculosis bisa berakibat fatal. Penyakit yang aktif
yang tidak diobati biasanya menyerang paru-paru, namun bisa
menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. Dalam (Adigun &
Singh, 2022) dan (Wahdi & Puspitosari, 2021), komplikasi tuberculosis
meliputi :
1) Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kelakuan afalah
komplikasi tuberculosis yang paling umum.
2) Kerusakan sendi. Atritis tuberculosis biasanya menyerang pinggul
dan lutut.
3) Infeksi pada meningen (meningitis). Hal ini dapat menyebabkan
sakit kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi
selama berminggu-minggu.
4) Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal membantu menyaring
limbah dan kotoran dari aliran darah, ketika terjadi infeksi
tuberkulosis maka terjadi perubahan atau terganggunya fungsi.
5) Kerusakan paru- paru yang luas
6) Kerusakan ganglia simpatis serviks yang mengarah ke sindrom
Horner.
7) Penyebaran milier (TB diseminata) termasuk meningitis TB.
8) Empyema
9) Pneumotoraks.
i. Pencegahan
Dalam (Riadi, 2019), pencegahan tuberlulosis dilakukan dengan
mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian, yaitu dengan
cara sebagai berikut :
1) Memberikan imunisasi pada bayi-bayi yang lahir dengan BCG dan
diulang pada umut 12 bulan atau 16 bulan kemudian, jika
diperlukan.
2) Memberikan imunisasi keluarga yang terdekat, bila pemeriksaan
tuberculin negative.
16

3) Jangan minum susu sapi mentah, harus dimasak terlebih dahulu.


4) Memberikan penerangan pada penderita untuk menutup mulut
dengan sapu tangan jika batuk. Serta tidak meludah atau
mengeluarkan dahak di sembarang tempat. Jika memungkinkan,
pasien menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain
yang dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan
pikiran.
3. Tinjauan Umum Faktor Biologis
Faktor biologis adalah faktor yang melibatkan seluruh kegiatan atau
aktivitas krgiatan manusia yang berdampak langsung pada diri sendiri.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menimbulkan gangguan pada
saluran pernafasan. Tingginya prevalensi kasus penyakit TB tiap tahunnya
yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh berbagai faktor
(Suarnianti et al, 2021). M. Tuberculosis sering menyerang paru-paru, tetapi
dapat pula menginfeksi organ tubuh di luar paru dan menimbulkan penyakit
EPTB yang terdiri dari berbagai jenis yang dapat menyertai atau sebagai
penyerta penyakit TB paru. Penyakit penyerta lainnya yang cukup dominan
adalah DM dimana hal ini sangat terkait dengan kadar glukosa darah, yaitu
penderita DM yang kadar gula (glukosa) darahnya tidak terkendali (sama
atau lebih besar dari 200 Mg/dl) yang mengakibatkan bakteri dengan lebih
mudah untuk berkembang biak dibanding dengan penderita DM dengan
gula darah yang terkendali dan orang-orang non-DM. Dalam (Pusat
Penelitian, 2017) juga di dapatkan adanya penyakit penyerta lainnya seperti
gastritis, EPTB, PPOM, astma bronchial, bronchiektasi, pruiritis, alergi,
bronckopnemonia, hepatitis dan respirasi failure.
Tuberkulosis paru lebih banyak ditemukan hal ini berkaitan dengan
sifat dari kuman mycobacterium tuberkulosis yang bersifat aerob dimana
kuman tuberkulosis lebih menyukai jaringan yang kaya akan oksigen, selain
itu ada juga faktor genetik yaitu NRAMP1 atau Associated macrophage
protein-1 (protein transmembran), gen ini adalah protein transmembran
17

yang merupakan transpoter ion divalen yang kerjanya mengatur dan diatur
oleh konsentrasi ion intraseluler, terutama besi (Fe2+) berperan untuk
merregulasi pengaktifan markofag ( jenis sel darah putih) dan berkontribusi
terhadap pengendalian infeksi bakteri intraseluler. Seseorang dengan
polimerfisme gen NRAMP1 menunjukkan bahwa adanya hubungan dengan
kejadian tuberkulosis atau pomorfisme pada gen manusia dapat
meningkatkan risiko terjadinya tuberkulosis (Talarima et al., 2021).
Vital sign merupakan hal yang berpengaruh terhadap faktor biologis
terutama pada penyakit Tuberkulosis. Vital sign adalah metode pemeriksaan
yang berfungsi untuk mengidentifikasi abnormalitas baik yang sudah
terdiagnosis maupun yang belum terdiagnosis juga menjadi standar saat
kegawatdaruratan pada fungsi tubuh dasar yang terjadi selama perawatan.
Pemeriksaan vital sign terdiri atas tekanan darah, pernafasan suhu, nadi, dan
saturasi oksigen. Pada pemeriksaan tekanan darah normal pada orang
dewasa berkisar 120/90 mmHg. Jika tekanan darah lebih dari angka tersebut
maka akan terdiagnosis sebagai hipertensi, dan sebaliknya jika tekanan
darah kurang dari angka tersebut maka dapat didiagnosis sebagai hipotensi
yang berarti tekanan darah rendah. Pada pemeriksaan nadi, rata-rata pulsus
orang dewasa normal adalah 60-80 kali per menit. Nilai pulsus abnormal
dapat menjadi tanda dari kelainan kardiovaskular namun dapat juga
dipengaruhi oleh latihan fisik, kedaan pasien, kecemasan, obat, atau demam.
Pada pemeriksaan pernafasan atau respiratori dikatan normal pada orang
dewasa jika mencapai 8-12 siklus per menit, pada bayi 24-30 siklus per
menit, anak- anak 20-24 siklus per menit, serta remaja dan dewasa muda
berkisar 12 – 18 siklus per menit. Untuk pemeriksaan suhu, dikatakan
normal jika berkisar pada angka 36,1°C sampai dengan 37,1°C (Ratih &
Arindra, 2017).
4. Tinjauan Umum Faktor Sosiodemografi
Salah satu faktor yang menjadi faktor risiko adalah sosiodemografi.
Demografi didefenisikan dari Bahasa Yunani, yaitu kata demos (penduduk),
dan graphein (menulis) yang berarti karangan atau tulisan mengenai
18

penduduk. Sosiodemografi sendiri merupakan bagian dari ilmu demografi


yang membahas tentang karakteristik penduduk meliputi pertama,
karakteristik social seperti pernikahan, tingkat pendidikan, derajat
kesehatan dan lainnya; kedua, karakteristik ekonomi seperti status
pekerjaan, jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, jam kerja, pendapatan dan
lainnya; ketiga, karakteristik etnik sperti agama atau suku (Mulyana Rosi et
al., 2021).
Pelayanan kesehatan tidak terlepas dari keterlibatan penderita sebagai
pasien TB paru. Prevalensi TB paru yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa
faktor.Menurut (Pralambang & Setiawan, 2021) terdapat beberapa faktor
yang menjadi penyebab kejadian tuberkulosis termasuk faktor
sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan.
a. Usia
Sebagian besar prevalensi tuberculosis paru terjadi pada usia
dewasa, pra lansia dan lansia. Dapat dipahami bahwa kelompok dewasa
adalah kelompok produktif dimana lebih banyak dalam melakukan
interaksi secara sosial yang menjadikan sangat beresiko tinggi terpapar.
Pada usia ini juga dimana tingkat mobilitas dan interaksi sosial sangat
tinggi karena berbagai kegiatan pekerjaan, pendidikan, keagamaan,
hobi, olahraga, seni, organisasi, dan kerumunan lainnya (Pramono,
2021).
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dalam
jurnal (Salsabillah, 2021), dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan
karakteristik umur penderita yang dibagi dua berdasarkan usia produktif
dan non-produktif dimana usia produktif terbukti lebih rentan terpapar
oleh bakteri TB dikarenakan umur produktif merupakan umur dimana
seseorang berada pada tahap untuk bekerja dan berpergian kemana saja.
Pada usia anak-anak, resiko penularan terjadi di dalam rumah. Pada
kelompok lansia memliki keretanan tinggi dari risiko. Faktor degenerasi
mungkin menjadi penyebab menurunnya pertahanan mekanisme tubuh
19

sehingga memungkinkan penularan penyakit lebih mudah (Pramono,


2021a).
b. Jenis Kelamin
Secara demografis, TB lebih banyak ditemukan pada laki-laki
yaitu sebanyak (60.50%), dimana didapatkan prevalensi TB sebanyak
dua kali lipat pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya kesadaran laki-laki
untuk mencari pengobatan secara dini akibat persepsi “maskulinitas”
dimana laki-laki lebih jarang mengeluhkan penyakit pada fase awal,
sehingga menyebabkan temuan TB menjadi lebih lama daripada
perempuan. Selain itu, pada berbagai penyuluhan kesehatan dan
kegiatan screening, partisipasi laki-laki lebih rendah daripada wanita
(Bachtiar et al., 2021).
Dalam penelitian (Salsabillah, 2021) juga menunjukkan bahwa
penderita TB paru lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan
perempuan. Selain karena persepsi seperti yang dibahas sebelumnya,
perbedaan kebiasaan hidup laki-laki dan perempuan yang sangat
berperan terhadap peningkatan terjadinya infeksi. Seperti kebiasaan
laki-laki yang cenderung mengkonsumsi alkohol dan merokok yang
dimana hal ini dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga tubuh sangat
rentan terinfeksi.
Selain dari hal diatas faktor, terpapar laki-laki lebih tinggi
dikarenakan berat beban kerja, kurang istirahat, dan gaya hidup yang
tidak sehat. Perbedaan juga dpat dipengaruhi oleh system biologis
dimana terdapat perbedaan karena bentuk anatomis bentuk fisiologis
serta sistem hormonal yang berbeda. Perbedaan peran gender di
lingkungan social masyarakat, risiko terpapar dan akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan juga memicu prevalensi tinggi terpapar TB pada
laki-laki. Hal tersebut berdampak pada kebiasaan penderitan laki-laki
yang harus sadar akan bahaya penularan penyakit TB paru, sehingga
kebiasaan merokok ataupun alkholik dapat dikurangi ataupun dihindari
20

selama pengobatan nantinya dan menghentikan kebiasaan buruk yang


dapat mengganggu kesehatan tubuh, terutama sistem respirasi
(pernafasan) (Andayani, 2020).
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan motivasi dasar untuk mengembangkan
kemampuan serta kepribadian dalam kehidupan. Tinggi rendahnya
pendidikan masyarakat dapat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan seperti patuh dalam melaksanakan hal-hal yang dapat
mencegah penularan TB dan lain-lain (Amalia et al., 2021). Pendidikan
merupakan suatu proses pembelajaran yang bisa didapatkan secara
berkelanjutan, melalui pembelajaran dari lingkungan sekitar. Pada
penelitian (Muhammad, 2019) didapatkan bahwa terdapat hubungan
terkait tingkat pendidikan terhadap faktor risiko kejadian TB.
d. Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan pasien, pekerjaan yang
sering berpindah lokasi atau lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kesehatan para pekerjanya. Lingkungan kerja pasien memiliki santiasi
yang buruk dapat membawa dampak negatif bagi pasien karena
lingkungan yang memiliki sanitasi buruk akan menjadi tempat
perkembangbiakkan yang baik untuk bakteri. Kondisi tersebut dapat
diperparah bila responden tidak menjaga sanitasi dirinya sendiri, maka
dapat dengan mudahnya masuk ke dalam tubuh pasien (Amalia et al.,
2021).
e. Pendapatan
Permasalahan sosial dan ekonomi sudah sangat sering terdengar
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya sebuah penyakit. Selain
berpengaruh dalam keadaan tempat tinggal dengan kepadatan penduduk
yang melebihi kapasitas dan interaksi sosial, faktor ekonomi juga
berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam pemenuhan
pembiayaan masalah kesehatan yang dialami. Dan pada ekonomi atau
pendapatan yang tergolong rendah akan menjadi faktor risiko dimana
21

tidak tuntasnya pengobatan yang menjadi sumber penularan bagi yang


lain. Hal ini juga secara tidak langsung memperberat kondisi penyakit
dimana keluarga akan lebih mementingkan kebutuhan primer dibanding
pengobatan, pemenuhan gizi dan vitamin yang baik (Pramono, 2021a).
5. Tinjauan Umum Information Seeking
Information seeking merupakan proses atau kegiatan yang mencoba
untuk mendapatkan informasi dan teknologi baik dalam konteks manusia.
Menurut Donohew dan Tipton, information seeking menjelaskan tentang
pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar
dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Tingginya prevalensi TB
paru tidak terlepas dari beberapa faktor seperti information seeking.
Information seeking merupakan proses atau kegiatan yang mencoba untuk
mendapatkan informasi dan teknologi baik dalam konteks manusia.
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila
ditunjang dengan sikap yang positif. Sikap dan pengetahuan pasien juga
menentukan dalam mencegah penularan suatu penyakit. Seseorang yang
memiliki perilaku yang tidak sehat maka dengan mudah terkena penyakit.
Jika perilaku seseorang baik maka akan membawa dampak positif bagi
pencegahan penularan TB paru. Upaya untuk meningkatkan efektifitas
pelayanan kesehatan dan menjawab permasalahan - permasalahan yang
terjadi, diperlukan suatu pengetahuan sikap dan perilaku dalam
pencegahan penularan TB paru (Salsabillah, 2021).
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh dalam pencegahan dan
pengobatan sebuah penyakit. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan
teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang.
Pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu juga dapat merubah
gaya hidup (Amalia et al., 2021). Sumber informasi dapat diperoleh dari
seorang ahli pada bidangnya, media cetak seperti koran dan atau majalah,
serta media elektronik seperti televisi dan sekarang sosial media pun sudah
22

berkembang sebagai media penyebaran informasi. Dalam (Amalia et al.,


2021) didapatkan hasil penelitian dimana pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan sumber informasi, mayoritas diperoleh dari petugas kesehatan.
Kelengkapan serta pengaruh informasi yang diberikan kepada pasien akan
memberikan efek kepada pengetahuan, hal tersebut dimungkinkan karena
sebagian besar pelayanan berfokus kepada keluhan pasien, kurangnya
pengkajian terhadap pengetahuan pasien, kurangnya alokasi waktu untuk
edukasi serta terbatasnya tenaga kesehatan.
23

B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Tuberkulosis Paru

Faktor penyebab terjadinya tuberkulosis paru :


1. Faktor biologis
2. Faktor sosiodemografi
3. Informaton Seeking

Faktor Faktor Information


Faktor Biologis
Sosiodemografi Seeking

1. Usia 1.Perilaku
1.Penyakit 2. Jenis kelamin mencari
Penyerta 3. Tingkat informasi
2.Vital Sign Pendidikan 2.Sumber
4. Pekerjaan informasi
5. Pendapatan

Disparitas prevalensi tuberkulosis

Sumber : (Pralambang & Setiawan, 2021);(Talarima et al., 2021)


24

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Dasar Pemikiran Variabel
Berdasarkan yang telah dituliskan pada tujuan penelitian dan dijelaskan
pada tinjauan pustaka, maka didapatkan beberapa variabel yang akan diukur
yakni analisis diparitas prevalensi TB terkait faktor biologis (komorbiditas dan
vital sign), faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan pendapatan),dan faktor information seeking.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep disusun berdasarkan teori yang ditemukan saat
melakukan telaah jurnal dan merupakan turunan dari kerangka teori. Kerangka
konsep penelitian menujukkan hubungan terhadap konsep-konsep yang akan
diukur dan diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Adiputra et al.,
2021).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Analisis Diparitas
Prevalensi TB

Faktor Biologis Faktor Faktor Information


Sosiodemografi Seeking

1. Usia 1. Perilaku
1. Penyakit 2. Jenis kelamin mencari
Penyerta 3. Tingkat informasi
2. Vital Sign Pendidikan 2. Sumber
4. Pekerjaan informasi
5. Pendapatan
25

C. Identifikasi Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai nilai dan dapat diukur. Perbedaan
utama konsep dengan variabel adalah keterukuran. Syarat utama sebuah
variabel adalah memiliki perbedaann atau bervariasi. Variabel merupakan
karakteristik atau kualitas atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang, benda,
obyek atau situasi.kondisi yang dengan demiian variabel paling sedikit
memiliki satu nilai (Widi, 2018).
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diukur adalah disparitas
prevalensi berdasarkan faktor biologis (komorbiditas dan vital sign), faktor
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan), dan faktor information seeking.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

N Variabel Defenisi Kriteria Alat Skala


O. Operasional Objektif Ukur Ukur
Proporsi pasien Buku
yang telah di register
diagonsa oleh
Prevalensi TB
1. dokter -
paru
menderita
Tuberculosis
Paru
Umur atau usia 1) Bayi 0-1 Kuesioner Nominal
pasien dihitung tahun
sejak tanggal 2) Balita 2 –
kelahiran 5 tahun
Faktor
hingga 3) Anak-
Sosiodemografi
2. dilakukan anak 6 –
berdasarkan
penelitian yang 11 tahun
Umur
dinyatakan 4) Remaja
dalam tahun. awal 12 –
16 tahun
26

5) Remaja
akhir 17
– 25 tahun
6) Dewasa
awal 26 –
35 tahun
7) Dewasa
akhir 36 –
45 tahun
8) Lansia
awal 46 –
55 tahun
9) Lansia
akhir 56 –
65 tahun
10) Manula >
65 tahun
3. Faktor Ciri biologis 1) Laki- laki Kuesioner Nominal
Sosiodemografi yang dimiliki 2) Perempuan
berdasarkan oleh pasien
jenis kelamin berdasarkan
gender yang
dibedakan
menjadi laki-
laki dan
perempuan
4. Faktor Riwayat 1) Tinggi Kuesioner Nominal
Sosiodemografi akademik yang (DIII- SI)
berdasarkan pernah dilalui 2) Menengah
tingkat ditandai (SMA)
pendidikan dengan ijazah 3) Rendah
terakhir yang (SD-SMP)
dimiliki.
5. Faktor Aktivitas atau 1) Bekerja Kuesioner Nominal
Sosiodemografi kegiatan pokok 2) Tidak
berdasarkan keseharian bekerja
tingkat yang bernilai
pekerjaan ekonomi
27

6. Faktor Jumlah 1) Tinggi (> Kuesioner Nominal


Sosiodemografi penghasilan UMR Rp.
berdasarkan yang diperoleh 3.294.467)
tingkat dari mata 2) Rendah (<
pendapatan pencaharian UMR Rp.
dalam hitungan 3.294.467)
per bulan
7. Information Merupakan 1) Baik ≥ 3 Kuesioner Nominal
Seeking proses atau 2) Kurang
kegiatan yang baik <3
mencoba untuk
mendapatkan
informasi dan
teknologi baik
dalam konteks
manusia.
28

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menghasilkan
penemuan, yang dilakukan menggunakan prosedur statistik atau cara lain secara
kuantitatif (pengukuran) Penelitian kuantitatif memusatkan perhatian pada
gejala yang mempunyai karakteristik atau yang disebut variabel (Tersiana,
2018). Dengan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat peneltian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Sudiang.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2022.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populsasi adalah seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data
laboratorium, dan lain-lain) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik
yang ditentukan (Adiputra et al., 2021). Jumlah populasi yang ditemukan di
Puskesmas Sudiang sebanyak 87 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh
suatu populasi. Bisa juga dikatakan bahwa sampel merupakan bagian kecil
yang diambil dari anggota populasi berdasarkan prosedur yang sudah
ditentukan sehingga bisa digunakan untuk mewakili populasinya (Nurdin &
Hartati, 2019).
29

a. Penentuan besar sampel


Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus dari
Slovin, yaitu :

𝑁𝑁
𝑛𝑛 =
(1 + 𝑁𝑁. 𝑑𝑑2 )
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan

Maka,
𝑁𝑁
𝑛𝑛 =
(1 + 𝑁𝑁. 𝑑𝑑2 )
87
𝑛𝑛 =
(1 + 87. 0,12 )
87
𝑛𝑛 =
(1 + 87. 0,01)
87
𝑛𝑛 =
(1 + 0,87)
87
𝑛𝑛 =
1,87
87
𝑛𝑛 =
1,87
𝑛𝑛 = 46,524
b. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik pengambilan sampling adalah suatu cara untuk
menentukan banyaknya sampel yang terpilih dalam penelitian sehingga
dapat mewakili populasinya, baik dari aspek jumlah maupun dari
karakteristik yang dimiliki populasi (Yusuf et al., 2020). Sehingga dapat
dikatakan bahhwa penelitian ini menggunakan probability samplimg
dimana pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota. Dengan
30

menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling yang


berarti pengambilan sampel yang digunakan bila populasi mempunyai
anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proprsional (Yusuf et
al., 2020).
c. Sampling
Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi (Nurdin & Hartati, 2019). Dalam
(Adiputra et al., 2021), kelompok ini meliputi subjek yang memenuhi
kriteria pemilihan, yakni :
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
pada populasi target dan sumber. Dengan ini maka kriteria
inklusinya adalah :
a) Pasien tuberkulosis.
b) Pasien dalam masa pengoatan
c) Pasien yang bersedia menjadi responden.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari subjek penelitian yang
tidak boleh ada, dan jika subjek mempunyai kriteria ekslusi maka
subjek harus dikeluarkan. Dengan ini maka kriteria eksklusi
penelitian ini adalah :
a) Pasien tuberculosis yang dinyatakan sembuh
b) Pasien tuberculosis yang putus obat/pindah pengobatan
D. Alat atau Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Dalam penelitian ini alat atau instrument penelitian yang digunakan adalah
kuisioner atau angket yang berisikan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Tersiana, 2018) .
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yaitu kuisioner dimana
terdapat dua kuisioner yang digunakan yakni kuisioner sosiodemografi yang
31

berisikan pilihan jawaban yang telah disediakan dan kuisioner information


seeking yang berisikan enam pernyataan yang akan diisi langsung oleh peneliti
sesuai jawaban dari responden.
E. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas instrument dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti
tersebut antara lain secara validasi konten atau validasi isi, secara konstruk
atau validasi konstruk dan secara kriteria atau validasi kriteria (Yusup,
2018).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrument dapat diuji dengan beberapa uji reliabilitas antara
lain test-retest dan Internal consistency. Namun, setiap uji memiliki kriteria
instrument seperti apa yang bisa diuji dengan teknik tersebut (Yusup,
2018).
F. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang
dilakukan peneliti guna mengungkapkan atauu menjaring berbagai fenomena,
informasi atau kondisi subjek penelitian sesuai dengan focus penelitian
(Mardawani, 2020).
Pengumpulan data dapat dilakukan dlam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan, data
dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer, yaitu cerita atau catatan- catatan dari para saksi mata pada saat
peristiwa/kejadian terjadi. Sumber data sekunder, yaitu cerita atau catatan
mengenai peristiwa yang tidak disaksikan langsung oleh narasumber,
melainkan melaporkan apa yang ditulis oleh orang yang menyaksikan peristiwa
itu (Winarni, 2018).
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi, dan
triangulasi/ gabungan (Winarni, 2018).
32

Maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan kuisioner


dimana terdapat dua kuisioner yang digunakan yakni kuisioner sosiodemografi
yang berisikan pilihan jawaban yang telah disediakan dan kuisioner information
seeking yang berisikan enam pernyataan yang akan diisi langsung oleh peneliti
sesuai jawaban dari responden.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Dalam Teknik pengolahan data terdiri dari beberpa tahapan. Tahapan-
tahapan yang dilalui dalam mengolah data yaitu :
a. Pengumpulan data, pada tahapan ini kita mengumpulkan data- data
yang dibutuhkan.
b. Penyuntingan (Editing), dimana dalam Analisa data adalah kegiatan
memeriksa kelengkapan dan kejelasan pengisian instrument
pengumpulan data, seperti daftar pertanyaan yang telah dikembalikan
oleh responden
c. Pengodean (Coding), merupakan proses identifikasi dan klasifikasi
dengan memberikan symbol berupa angka pada tiap jawaban responden
berdasarkan variabel yang diteliti.
d. Tabulasi, pada tahapan ini kita melakukan data entri, menyusun, dan
menghitung data yang telah dikodekan ke dalam tabel.
2. Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dari lapangan melalui kegiatan
penelitiann, maka data yang dikumpulkan tersebut diproses dengan teknik
pengolahan dan analisis data. Secara umum analisis data penelitian terdiri
dari : analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dalam penelitian ini
menggunakan satu variabel, maka analisis data yang digunakan adalah
analisis data univariat. Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan
untuk mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variabel penelitian yang
hanya mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian. Menurut
Gunarto ,(2018) bahwa analisis univariat dilakukan jika variabel yang
dianalisis hanya satu (Hulu & Sinaga, 2019).
33

H. Etika Penelitian
Etika menjadi ukuran baik-buruknya jenis penelitian yang dilakukan.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, peneliti dituntut
menjaga perbuatan dan tindakan yang bertanggung jawab. Kode etik sendiri
merupakan acuan moral penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kemanusiaan serta tanggung jawab sosial dan ketaatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan etika sendiri yaitu mengatur perbuatan manusia (apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, membentengi manusia dari upaya melanggar
disiplin/ aturan yang berlaku, memotivasi manusia melakukan perbuatan yang
benar/baik, menumbuhkan kesadaran manusia akan makna dan konsekuensi
perbuatannya dan meneguhkan hak dan kewajiban seseorang dalam pergaulan
sosialnya.
1. Prinsip etika penelitian :
a. Menghormati harkat dan martabat manusia
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian.
c. Keadilan, yakni : semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan
baik.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
e. Apabla intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cidera atau sterss,
maka subjek dikeluarkan dari kegiatan penelitian.
2. Kode etik penelitian :
a. Pertama
1) Membaktikan diri pada pencarian kebenaran ilmiah,
2) Menjunjung sikap ilmiah
3) Kejujuran untuk terbuka diuji keandalan karya penelitiannya.
4) Keterbukaan memberi semua informasi kepada orang lain.
b. Kedua
1) Peneliti melakukan kegiatan dalam cakupan dan batas hukum yang
berlaku.
34

2) Mendahulukan kepentingan dan keselamatan semua pihak terkait


dengan penelitian.
3) Bertanggung jawab untuk tidak menyimpang dari metodologi riset.
4) Pelaksanaan penelitian mengkitu metode ilmiah yang baku.
c. Ketiga
1) Mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam pemanfaatannya.
2) Mensyukuri anugeraj yang tersedia sebagai sumber daya keilmuan.
3) Hemat dan efisien dalam penggunaan dana dan sumber daya.
4) Menjada peralatan ilmiah dan alat bantu lainnya.
5) Menjaga jalannya percobaan dari kecelakaan bahan dan gangguan
lingkungan.
(Ruhulessin & Manoppo, 2022).
35

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data yang
dilakukan di Puskesmas Sudiang pada bulan Agustus 2022, sampel yang
digunakan pada penelitian ini sebanyak 47 responden. Pengumpulan data
dengan meggunakan kuesioner yang di isi berdasarkan jawaban dari responden.
Analisa data pada penelitian ini berupa analisis disparitas prevalensi
yaitu untuk melihat hasil yang diperoleh dari pengolahan disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. Data ini akan dijasikan dalam dua bagian, yakni : 1)
Karakteristik data responden yang terdiri dari karakteristik usia responden, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan; 2) Variabel yang diukur yaitu
analisis disparitas prevalensi dari tuberkulosis paru ditinjau dari faktor biologis,
faktor sosiodemografi, dan faktor information seeking.
1. Karakteristik Umum Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karekateristik Umum Responden
(n=47)
Karakteristik Responden n %
Umur
0-1 tahun 0 0
2-5 tahun 3 6.4
12-16 tahun 0 0
17-25 tahun 11 23.4
26-35 tahun 5 10.6
36-45tahun 7 14.9
46-55tahun 10 21.3
56-65tahun 7 14.9
>65 tahun 4 8.5
Total 47 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 48.9
Perempuan 24 51.1
Total 47 100
36

Pendidikan
Tidak/belum Sekolah 3 6.4
Tinggi (S1) 22 46.8
Menengah (SMA) 19 40.4
Rendah (SD-SMP) 3 6.4
Total 47 100
Pekerjaan
Bekerja 20 42.6
Tidak Bekerja 27 57.4
Total 47 100
Pendapatan
Tidak ada 27 57.4
> UMR 15 31.9
< UMR 5 10.6
Total 47 100
Sumber Data : Data Primer

Tabel 5.1 menunjukkan hasil analisis karakteristik umum responden


berdasarkan usia umur responden yang mendominasi 17-20 tahun (23,4%).
Berdasarkan jenis kelamin dengan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 24 (52,15%) orang responden, sedangkan responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 (48,9%) orang responden.
Berdasarkan pendidikan dimana dari 47 responden didapatkan kategori
tidak/belum sekolah sebanyak 3 (6,4%) orang responden, kategori tinggi
(S1) dengan 22 (46,8%) orang responden, kategori menengah (SMA)
dengan 19 (40,4%) orang responden, dan kategori rendah (SD-SMP) dengan
3 (6,4%) orang responden. Berdasarkan karakteristik pekerjaan, yakni dari
47 responden didapatkan kategori bekerja sebanyak 20 (42,6%) orang
responden, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 27 (57,4%) orang
responden. Berdasarkan pendapatan didapatkan kategori tidak memiliki
pendapatan sebanyak 27 (57,4%) orang responden, pada ketegori > UMR
sebanyak 25 (31,9%) orang responden, dan kategori <UMR sebanyak 5
(10,6%).
37

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Biologis


Tabel 5.2 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Vital Sign
(n=47)
Vital Sign
Penderita TB Paru n % p Value
Normal 24 51.1
Tekanan Darah Abnormal 22 46.8
Total 47 100
Normal 47 100
Nadi Abnormal 0 0
Total 47 100
0,001
Normal 47 100
Suhu Abnormal 0 0
Total 47 100
Normal 47 100
Pernapasan Abnormal 0 0
Total 47 100
α = 0,005

Tabel 5.2 disparitas prevalensi berdasarkan faktor biologis (vital


sign) menunjukkan dari 47 responden, vital sign dengan tekanan darah
normal sebanyak 24 (51.1%) sedangkan responden dengan vital sign
tekanan darah abnormal sebanyak 22 (46.8%). Pada vital sign dengan nadi
normal terdapat 47 (100%) orang responden dan tidak ditemukan responden
dengan vital sign nadi abnormal. Pada vital sign nadi terdapat 47 (100%)
orang responden dan tidak ditemukan juga responden dengan vital sign nadi
abnormal. Dan pada vital sign dengan suhu normal terdapat 47 (100%)
orang responden serta tidak ditemukan responden dengan vital sign dengan
suhu abnormal. Sehingga hasil yang didapatkan disparitas prevalensi TB
paru berdasarkan faktor biologis (vital sign) didominasi oleh yang memiliki
vital sign normal.
38

Tabel 5.3 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Komorbiditas


(n=47)
Komorbiditas
Penderita TB Paru n % p Value
Ada 5 10.6
Tidak ada 42 89.4 0,001
Total 47 100
α = 0,005

Tabel 5.3 disparitas prevalensi TB Paru berdasarkan faktor biologis


pada kategori komorbiditas menunjukkan dari 47 responden, yang memiliki
komorbiditas sebanyak 5 (10.6%) orang responden, sedangkan yang tidak
memiliki komorbiditas sebanyak 42 (89.4%) orang responden. Sehingga
hasil yang didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan faktor
biologis (komorbiditas) didominasi oleh yang tidak memiliki komorbiditas.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Sosiodemografi
Tabel 5.4 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Umur (n=47)
Usia
Penderita TB Paru n % p Value
0-1 tahun 0 0
2-5 tahun 3 6.4
12-16 tahun 0 0
17-25 tahun 11 23.4
26-35 tahun 5 10.6
0,001
36-45tahun 7 14.9
46-55tahun 10 21.3
56-65tahun 7 14.9
>65 tahun 4 8.5
Total 47 100
α=0,05

Tabel 5.4 menunjukkan hasil analisis karakteristik responden


berdasarkan usia dengan usia 2-5 tahun sebanyak 3 (6,4%), usia 17-25 tahun
11 (23,4%), usia 26-35 sebanyak 5 (10,6%), usia 36-45 tahun sebanyak 7
(14,9%), usia 46-55 tahun sebanyak 10 (21,3%), usia 56-65 tahun sebanyak
7 (4,9%), usia >65 tahun sebanyak 4 (8,5%). Sehingga hasil yang
39

didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan faktor


sosiodemografi (umur) didominasi oleh usia produktif (17-25 tahun).
Tabel 5.5 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin
(n=47)
Jenis Kelamin
Penderita TB Paru n % p Value
Laki-Laki 23 48.9
Perempuan 24 51.1 0,001
Total 47 100
α = 0,05

Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin dengan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 24 (52,15%) orang responden, sedangkan responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 (48,9%) orang responden.
Sehingga hasil yang didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan
faktor sosiodemografi (umur) didominasi oleh usia produktif (17-25 tahun).
Sehingga hasil yang didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan
faktor sosiodemografi (jenis kelamin) didominasi oleh jenis kelamin
perempuan.
Tabel 5.6 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pendidikan
(n=47)

Pendidikan
Penderita TB Paru n % p Value
Tidak/belum sekolah 3 6.4
Tinggi (DIII-S1) 22 46.8
Menengah (SMA) 19 40.4 0,001
Rendah (SD-SMP) 3 6.4
Total 47 100
α = 0,05

Tabel 5.6 menunjukkan hasil analisis karakteristik responden


berdasarkan pendidikan dimana dari 47 responden didapatkan kategori (0)
tidak sekolah sebanyak 3 (6,4%) orang responden, kategori tinggi (S1)
40

dengan 22 (46,8%) orang responden, kkategori menengah (SMA) dengan


19 (40,4%) orang responden, dan kategori rendah (SD-SMP) dengan 3
(6,4%) orang responden. Sehingga hasil yang didapatkan disparitas
prevalensi TB paru berdasarkan faktor sosiodemografi (pendidikan)
didominasi oleh yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (DIII-S1).
Tabel 5.7 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pekerjaan
(n=47)
Pekerjaan
Penderita TB Paru n % p Value
Bekerja 20 42.6
Tidak Bekerja 27 57.4 0,001
Total 47 100
α = 0,05

Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis karakteristik responden


berdasarkan karakteristik pekerjaan, yakni dari 47 responden didapatkan
kategori bekerja sebanyak 20 (42,6%) orang responden, sedangkan yang
tidak bekerja sebanyak 27 (57,4%) orang responden. Sehingga hasil yang
didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan faktor
sosiodemografi (pekerjaan) didominasi oleh yang tidak memiliki pekerjaan.
Tabel 5.8 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Pendapatan
(n=47)
Pendapatan
Penderita TB Paru n % p Value
>UMR 20 42.6
<UMR 27 57.4 0,001
Total 47 100
α = 0,05

Tabel 5.8 menunjukkan hasil analisis karakteristik responden


berdasarkan pendapatan didapatkan kategori tidak memiliki pendapatan
sebanyak 27 (57,4%) orang responden, pada ketegori > UMR sebanyak 25
(31,9%) orang responden, dan kategori <UMR sebanyak 5 (10,6%).
Sehingga hasil yang didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan
41

faktor sosiodemografi (pendapatan) didominasi oleh yang memiliki


pendapatan <UMR.
4. Karakteristik Responden TB Paru Berdasarkan Faktor Information
Seeking
Tabel 5.9 Disparitas Prevalensi TB Paru Berdasarkan Information
Seeking (n=47)
Information Seeking
Penderita TB Paru n % p Value
Baik 39 83.0
Kurang Baik 8 17.0 0,001
Total 47 100
α = 0,05

Tabel 5.9 disparitas prevalensi TB paru berdasarkan faktor information


seeking menunjukkan dari 47 responden terdapat 39 (83%) orang responden
dengan pencarian informasi yang baik, sedangkan dengan pencarian
informasi kurang baik terdapat 8 (17%) orang responden. Sehingga hasil
yang didapatkan disparitas prevalensi TB paru berdasarkan faktor
information seeking didominasi oleh information seeking baik.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ditemukan bahwa disparitas prevalensi pada faktor
biologis berdasarkan vital sign didominasi oleh yang memiliki vital sign
normal yang menunjukkan dari 47 responden, vital sign dengan tekanan darah
normal sebanyak 24 (51.1%) sedangkan responden dengan vital sign tekanan
darah abnormal sebanyak 22 (46.8%). Pada vital sign dengan nadi normal
terdapat 47 (100%) orang responden dan tidak ditemukan responden dengan
vital sign nadi abnormal. Pada vital sign nadi terdapat 47 (100%) orang
responden dan tidak ditemukan juga responden dengan vital sign nadi
abnormal. Dan pada vital sign dengan suhu normal terdapat 47 (100%) orang
responden serta tidak ditemukan responden dengan vital sign dengan suhu
abnormal. Hal ini dikarenakan kebanyakan responden telah memasuki tahap
pengobatan yang berkelanjutan dan pada tahap ini responden sudah tidak
42

mengalami tanda dan gejala berat pada vital sign seperti pada saat baru
menderita tuberkulosis paru.
Pada faktor biologis berdasasrkan komorbiditas didapatkan hasil
dengan disparitas prevalensi tuberkulosis paru didominasi oleh yang tidak
memiliki komorbiditas sebanyak 42 (89.4%) orang responden. Tingginya angka
kasus bukan hanya berasal dari penyakit penyerta dimana banyak hal lain.
Dikutip dari (Juwita et al., 2022) penyebab lain tersebut diantaranya faktor
iklim, gaya hidup sehat, sosioekonomi, lingkungan. Adanya karakterisitik yang
berbeda pada setiap penderita TB juga menjadi faktor pemberat terjadinya
kenaikan angka tuberkulosis tanpa disertai penyakit penyerta (komorbiditas).
Seperti pada (Pralambang & Setiawan, 2021) dalam penelitiannya tentang
“faktor risiko kejadian tuberkulosis di indonesia” faktor yang mempengaruhi
terhadap kejadian tuberkulosis diantaranya bukan hanya berasal dari faktor
sosiodemografi saja, namun juga akibat faktor biologis.
Dalam penelitian lainnya (Pramono, 2021) yang dimana teridentifikasi
faktor yang memperberat peningkatan kasus salah satunya adalah penyakit
penyerta yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh misalnya HIV dan
DM. Dimana penderita HIV/AIDS lebih gampang untuk terinfeksi dan
terjangkit TB dibandingkan dengan yang tidak teinfeksi. HIV merupakan virus
yang mampu melemahkan kekebalan tubuh sehingga mempermudah risiko
infeksi lain termasuk TBC. Insiden dan prevalensi Tuberkulosis diantara
penderita HIV yang positif lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Secara global, penderita tuberkulosis yang mengidap HIV sebesar 56%.
Penyakit lainnya yang beresiko meningkatkan prevalensi tuberkulosis adalah
diabetes melitus yang memilii hubungan cukup signifikan. Namun perlu
ditekankan bahwa beberapa kondisi di wilayah Indonesia (khususnya tempat
penelitian ini berlangsung) bervariasi tingkat prevalensi sebagian besar
penderita tuberkulosis tidak memiliki riwayat penyakit penyerta seperti HIV
dan DM.
Berdasarkan hasil penelitian faktor sosiodemografi, penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Widyastuti et al., 2018) dalam
43

penelitiannya mengenai gambaran epidemiologi penyakit tuberkolusis paru


(Tb paru) di Kabupaten Indramayu, yang menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh antara faktor sosiodemografi dengan tingkat kejadian tuberkulosis.
Faktor penyebab (sosiodemografi) dan angka kejadian berbanding lurus
dengan fakta, dimana faktor usia sangat mempengaruhi kerentanan tingginya
angka kejadian tuberkulosis. Dimana pada penelitian ini pada faktor usia
didominasi oleh usia produktif. Pada kategori jenis kelamin, pada penelitian ini
didominasi oleh perempuan, yang berbanding terbalik dengan banyak
penelitian yang mengatakan bahwa laki-laki menjadi yang terbanyak
teridentifikasi penyakit TB. Hal ini karena adanya emansipasi wanita yang
semakin digiatkan untuk mendorong kaum perempuan untuk menyetarakan
keberadaannya dengan kaum laki-laki. Yang membuat perempuan merasa
memliki kekuatan yang setara dengan laki-laki serta berhak memiliki kapasitas
multi peran dalam kehidupan sosial kultural masyarakat.
Dikutip dalam penelitian yang dilakukan (Siti Arofah & Alam, 2019)
dimana pada era modern saat ini, perempuan juga ingin menunjukkan
esksistensinya dalam berbagai hal termasuk dalam bersosialisasi dan
melakukan pekerjaan. Namun pada kateogori pendidikan, terlihat pada hasil
penelitian, responden dengan tingkat pendidikan tinggi justru lebih banyak
46.8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan rendah. Dalam
penelitian ini dimana tingkat pendapatan dan pekerjaan serta penghasilan
menunjukkan bahwa berjalan lurus dengan fakta yang ada seperti dalam
penelitian (Kadek et al., 2022) dimana menemukan banyak kasus baru yang
banyak terjadi pada usia produktif dan tingkat pendapatan yang rendah dimana
disparitas tingkat kejadian tuberkulosis paru pada responden dengan
pendapatan >UMR lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan <UMR.
Dalam penelitian ini didapatkan disparitas prevalensi tuberkulosis paru
berdasarkan faktor information seeking didominasi oleh responden yang
memiliki information seeking baik. Dimana responden yang didominasi oleh
usia produktif cenderung mencari informasi melalui media elektronik
(handphone) dengan jaringan internet. Hal tersebut juga membantu para
44

responden dalam mengetahui hal-hal yang belum diketahui mengenai


pencegahan dan penularan yang belum dipahami. Walaupun beberapa
responden juga mengatakan bahwa informasi yang didapatkan berasal dari
tenaga kesehatan dan kader yang telah terlatih.
Pada era modern ini, setiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam mengakses berbagai macam informasi yang dibutuhkan secara online.
Hal ini terjadi berkat kecanggihan teknologi yang melahirkan adanya era media
digital. Informasi kesehatan selalu dibutuhkan karena menjadi kebutuhan
primer bagi masyarakat (Prasanti, 2018). Dalam (Gurning & Muaryani, 2020)
salah satu faktor yang berhubungan dengan penularan TB paru adalah perilaku
pencegahan. Pengetahuan memiliki kaitan dalam upaya pencegahan TB paru
pada pasien dengan patuh dalam pengobatan. Sikap yang positif terhadap
pencegahan penularan TB paru juga dapat mempengaruhi tindakan untuk
melakukan pencegahan penularan. Bagi penderita TB, meningkatkan
pengetahuan melalui informasi baik dari media cetak dan penuh tekad dalam
menuntaskan pengobatan agar penyakit TB cepat sembuh. Faktor yang
berperan penting dalam penanggulangan dan pencegahan tuberkulosis adalah
pengetahuan, sikap dan perilaku. Pada penelitian (Wanma et al., 2020)
disebutkan bahwa pada penelitian sebelumnya dimana 99% responden pernah
mendengar tentang tuberkulosis serta mengetaui tuberkulosis ialah suatu
penyait infeksi menular. Lebih lanjut penelitian ini menyebutkan responden
dominan mengetajui tuberkulosis bisa ditularkan dalam masa pengobatan.
Menurut (Astuti, 2022) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki pengetahuan cukup akan meningkatkan strategi
koping, dimana manajemen koping termasuk diantaranya mencari atau
menghindari informasi. Mencari informasi dapat dimanfaatkan sebagai strategi
untuk menigkatkan strategi koping. Namun, seseorang individu juga mungkin
terlibat dalam mencari informasi dengan tujuan menemukan informasi yang
bertentangan untuk meningkatkan strategi koping tentang hasil yang tidak
diinginkan.
45

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan prosedur ilmiah, namun demikian
masih memilki keterbatasan dimana penelitian ini menggunakan analisis
univariat, sehingga hasil penelitian ini lebih ditujukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti sehingga tidak
menjelaskan hubungan antara variabel.
D. Implikasi Untuk Keperawatan
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui analisis diparitas prevalensi
TB paru ditinjau dari faktor biologis ( komorbiditas, dan vital sign) ,
sosiodemografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan), dan information seeking di Puskesmas Sudiang. Serta dapat
dijadikan sebagai bahan masukan, informasi, dan bahan evaluasi bagi
pelayanan keperawatan guna peningkatan pelayanan. Dan sebagai bahan
informasi, masukan, dan kebijakan bagi peningkatan dan perbaikan dalam
penanganan penyakit tuberkulosis.
46

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis disparitas
prevalensi TB Paru ditinjau dari faktor biologis, sosiodemografi, dan
information seeking di wilayah kerja Puskesmas Sudiang, Kota Makassar, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Disparitas tuberkulosis paru ditinjau dari faktor biologis didominasi oleh
responden dengan vital sign normal dan tidak memliki komorbitias.
2. Disparitas tuberkulosis paru ditinjau dari faktor sosiodemografi didominasi
oleh responden dengan usia produktif (17-25 tahun), jenis kelamin
perempuan, dengan tingkat pendidikan (DIII-S1), tidak memiliki pekerjaan
dan memiliki pendapatan <UMR.
3. Disparitas tuberkulosis paru ditinjau dari faktor information seeking
didominasi oleh yang memiliki perilaku pencarian informasi baik.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat akan semakin memahami faktor-faktor
biologis, sosiodemografi, dan information seeking sebagai indikator
disparitas prevalensi TB Paru dengan mengikuti info terbaru melalui situs
atau media sosial serta aplikasi yang telah disediakan sebagai kemajuan
teknologi sehingga masyarakat dapat menjaga dan mengantisipasi serta
mengurangi angka kejadian.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam bahan
masukan informasi untuk peningkatan mengenai faktor-faktor yang
mengakibatkan meningkatnya angka kejadian tuberkulosis.
47

DAFTAR PUSTAKA

Adigun, R., & Singh, R. (2022). Tuberculosis. StatPearls Publishing, Treasure


Island (FL).
Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., & All, E. (2021).
Metodologi Penelitian Kesehatan ; p. 36). Yayasan Kita Menulis.
Alisjahbana, B., Hadisoemarto, P., Lestari, B. W., & et, al. (2020). Diagnosis dan
Pengelolaan Tuberkulosis untuk Dokter Praktik Swasta. Research Center for
Care and Control of Infectious Disease Universitas Padjadjaran.
Amalia, N. R., Basuki, D. R., Kusumawinakhyu, T., & et, al. (2021). Pengaruh
Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Pasien TB Paru di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat (BKPM) Purwokerto. Herb-Medicine Journal, 4(1), 28.
Andayani, S. (2020). Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Berdasarkan
Jenis Kelamin. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(2), 135–
140.
Astuti, D. P. (2022). Sosiodemografi Terhadap Strategi Koping Pasien Tb Paru Di
Jombang Berbasis Teori Health Belief Model. Jurnal Keperawatan,
20(8.5.2017), 2003–2005.
Bachtiar, N. A., Asriyani, S., Murtala, B., & et, al. (2021). Penyerupa dan Penyerta
Tuberkulosis Paru yang Terdiagnosis Berdasarkan Gambaran CT-scan Toraks
Pada Rumah Sakit Rujukan Tersier. Majalah Kesehatan Pharmamedika, 12(2),
45–53.
Gurning, M., & Muaryani, T. (2020). Pencegahan TB Pada Penderita TB Di RSUD
Scholoo Keyen. 1–9.
HealthyPeople.gov. (2019). Disparitites. Office of Disease Prevention And Health
Promotion.
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
SPSS DAN STATCAI ( Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan). Yayasan Kita
Menulis.
Juwita, R., Fentia, L., & Masnarivan, Y. (2022). Pemodelan Faktor Risiko Penyakit
Tuberkulosis. Jurnal Endurance, 6(1), 170–179.
48

Kadek, N., Aida, K., Ayu, D., & al, et. (2022). Karakteristik Penderita dengan
Infeksi Tuberkulosis di RSUD Sanjiwani. 2(1), 1–7.
KBBI, K. B. B. I. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi
online/daring (dalam jaringan). Digital Ocean.
Kemenkes, K. K. R. I., & Germas, G. M. H. S. (2021). dashboard-tb-indonesia-
2feb2022-01.
Mardawani. (2020). Praktis Penelitian Kualitatif Teori Dasar dan Analisis Data
dalam Perspektif Kualitatif. Deepublish.
Maryam, R., Ningsih, E. J., & Sujai, I. (2022). Jatinagara Kecamatan Jatinagara
Kabupaten Ciamis. 359–367.
Muhammad, E. Y. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Kejadian
Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 288–291.
Mulyana Rosi, R. B., Hikmawati, D., & Abdullah, N. A. (2021). Scoping Review:
Hubungan Faktor Sosiodemografi dan Perilaku dengan Kejadian Skabies.
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 3(2), 200–206.
Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metode Penelitian Sosial. Media Sahabat Cendekia.
Pralambang, S. D., & Setiawan, S. (2021). Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis di
Indonesia. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan,
2(1), 60.
Pramono, J. S. (2021a). Tinjauan Literatur : Faktor Risiko Peningkatan Angka
Insidensi Tuberkulosis. Jurnal Ilmiah Pannmed, 16(1), 106–113.
Pramono, J. S. (2021b). Tinjauan Literatur: Faktor Risiko Peningkatan Angka
Insidensi Tuberkulosis. Jurnal Ilmiah Pannmed, vol 1, 109.
Prasanti, D. (2018). Potret Media Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat Urban di
Era Digital. Jurnal Iptekkom : Jurnal Ilmu Pengetahuan & Teknologi
Informasi, 19(2), 149.
Pusat Penelitian, P. P. P. (2017). Suvei Penyakit Penyerta pada Penderits TB Paru/
Mikobakteiosis Pare Secara Retrospektif. Repositori Badan Kebijakan
Pembangunan Kesehatan.
Ratih, M., & Arindra, P. K. (2017). Vital Sign – Tekanan Darah, Nadi, Respirasi,
dan Suhu. Bedah Mulut Dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi
49

Universitas Gajah Mada.


Riadi, M. (2019). Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB).
Kajian Pustaka.Com.
Ruhulessin, J. C., & Manoppo, P. G. (2022). Advokasi Berbasis Riset (Buku Ajar
Mahasiswa Fakultas Filsafat-Teologi UKIM). PT Kanisus. Pr
Salsabillah, B. (2021). Prevelensi Penyakit TB Paru Dan Kondisi Sosial Masyarakat
Di Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalangun Tahun 2019.
Kedokteran STM, IV(II), 141–147.
Siti Arofah, A. F., & Alam, Y. T. (2019). Eksistensi Driver Ojek Online Wanita
Sebagai Bentuk Kesetaraan Gender. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(2), 171–
183.
Suarnianti et al. (2021). Pengabdian Masyarakat Tentang Pendampingan Penderita
TB Paru Beserta Keluarganya Dalam Pencegahan Penularan Penyakit.
Matappa: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(4), 518.
Suarnianti, S. (2018). Pelatihan Pencegahan Penularan Tb Bagi Kader Kesehatan
Di Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Jurnal Dedikasi Masyarakat, 2(1),
17.
Suarnianti, S., & Angriani, S. (2019). Persepsi dan Sikap Keluarga terhadap
Perilaku Keluarga dalam Mencegah Penularan TB Paru. Nursing Inside
Community, 2(1), 12–18.
Talarima, B., Lawalata, V. I., & Mantayborbir, N. B. (2021). Gambaran
Epidemiologi Deskriptif Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Dobo
Tahun 2016-2019 Bellytra Talarima. 12, 354–360.
Tersiana, A. (2018). Metode Penelitian. Anak Hebat Indonesia.
Wahdi, A., & Puspitosari, D. R. (2021). Mengenal Tuberkulosis. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 23–24.
Wanma, F. R., Putra, K. P., & Nusawakan, A. W. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Di Distrik
Meyado, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 5(2).
WHO, W. H. O. (2021). Global Tuberculosis Report 2021.
50

Widi, R. K. (2018). Menggelorakan Penelitian Pengenalan Dan Penuntun


Pelaksanaan Penelitian. Deepublish.
Widyastuti, S. D., Riyanto, R., & Fauzi, M. (2018). Gambaran Epidemiologi
Penyakit Tuberkolusis Paru (TB Paru) Di Kabupaten Indramayu. Care : Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 102.
Winarni, E. W. (2018). Teori Dan Praktik Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Ptk, R
& D. Bumi Aksara.
Yusuf, Y., Suyitno, H., Sukestiyarno, & al, et. (2020). Pengantar Dasar Statistika
Berbasis Masalah (T. Lestari (ed.)). CV. Jakad Media Publishing.
Yusup, F. (2018). Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif
Febrianawati. Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 1–23.
No. Responden : Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama/Inisial :
Umur :
Alamat :

Meyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul


“Analsis Disparitas Prevalensi TB Ditinjau Dari Faktor Biologis, Faktor
Sosiodemografi, dan Faktor Information Seeking di Puskesmas Sudiang”.
Setelah diberitahukan oleh peneliti bahwa angket ini hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Adapun segala informasi yang diberikan dijamin
kerahasiaan dan seluruh informasi yang mencantumkan identitas subjek penelitian
hanya akan digunakan untuk pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan maka
data akan dihilangkan.

Makassar, 2022

Responden
No. Responden : Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

Petunjuk: Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda checklist


pada kolom pilihan sesuai dengan yang telah saudara lakukan.
A. Faktor Sosiodemografi
Inisial :

Umur :1 Bayi, 2 Anak-anak, 3 Remaja,

:4 Dewasa, 5 Lansia

Jenis Kelamin :1 Laki-laki, 2 Perempuan

Pendidikan Terakhir : 1 Tinggi (DIII – S1), 2 Menengah (SMA),

3 Rendah (SD-SMP)

Pekerjaan :1 Bekerja, 2 Tidak bekerja

Pendapatan :1 Tinggi (> UMR), 2 Rendah (< UMR),

B. Faktor Biologis
Penyakit yang diderita :
Vital Sign : TD :
N :
S :
P :
No. Responden : Lampiran 3

KUESIONER INFORMATION SEEKING

Petunjuk: Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda checklist


pada kolom pilihan sesuai dengan yang telah saudara lakukan.

No. Pernyataan Ya Tidak

Saya membaca berbagai sumber informasi seperti buku,


1
internet untuk mengetahuinya

Lebih baik mencari informasi dengan browsing/ baca


2
buku daripada bertanya ke orang

Saya melakukan banyak cara untuk mencari informasi


3
pencegahan penularan yang belum saya ketahui.

Informasi yang saya dapatkan tidak dapat mengubah


4
perilaku saya yang berisiko tinggi tertular penyakit

Semakin saya mencari informasi, semakin banyak yang


5 belum saya ketahui untuk mengubah perilaku berisiko
tertular penyakit

6 Sulit untuk menemukan informasi yang saya butuhkan


Lampiran 4
DOKUMENTASI

Gambar 1 Pengukuran Vital Gambar 2 Penandatanganan


Sign Surat Persetujuan Responden

Gambar 3 Pengukuran Vital Gambar 4 Wawancara mengenai


Sign Faktor Sosiodemografi

Gambar 5 Wawancara Faktor Gambar 6 Pengukuran Vital


Information Seeking Sign
Gambar 7 Meminta Persetujuan Gambar 8 Wawancara mengenai
Responden faktor sosiodemografi

Gambar 9 Pengukuran Vital Gambar 10 Wawancara


Sign mengenai faktor information

Gambar 11 Pengukuran Vital Gambar 12 Pengukuran Vital


Sign Sign
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF
1 TABULASI DATA PENELITIAN
2 ANALISIS DISPARITAS PREVALENSI TUBERCULOSIS PARU
3 PUSKESMAS…............
4 TAHUN 2022
5 JENIS FAKTOR BIOLOGIS INFORMATION SEEKING
NO INISIAL PUSKESMAS USIA CODING CODING PENDIDIKAN CODING PEKERJAAN CODING PENDAPATAN CODING
6 KELAMIN TD CODING NADI CODING PERNAPASAN CODING SUHU CODING KOMORBID CODING 1 2 3 4 5 6 ∑ KATEGORI CODING
7 1 A SUDIANG 64 9 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 125/80 1 93 1 22 1 37 1 Tidak ada 2 1 0 1 1 1 0 4 Baik 1
8 2 S SUDIANG 40 7 L 1 SMA 2 BEKERJA 1 Rendah 2 130/80 1 90 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
9 3 D SUDIANG 5 2 P 2 TIDAK SEKOLAH 0 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 86/70 1 93 1 24 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 1 0 4 Baik 1
10 4 M SUDIANG 54 8 L 1 SMA 2 BEKERJA 1 Tinggi 1 120/80 1 92 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 0 1 0 1 0 3 Baik 1
11 5 E SUDIANG 26 6 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 110/70 2 80 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 3 Baik 1
12 6 S SUDIANG 61 9 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 140/90 2 88 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 1 1 0 0 0 2 Kurang Baik 2
13 7 H SUDIANG 20 5 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 120/70 2 93 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 1 0 5 Baik 1
14 8 K SUDIANG 36 7 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Rendah 2 120/80 1 92 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 1 0 5 Baik 1
15 9 M SUDIANG 55 8 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 135/90 2 91 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 0 0 4 Baik 1
16 10 A SUDIANG 69 10 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 140/90 2 92 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 1 0 1 0 0 2 Kurang Baik 2
17 11 I SUDIANG 47 8 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 130/80 1 94 1 22 1 37 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
18 12 K SUDIANG 59 9 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 120/80 1 93 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
19 13 F SUDIANG 38 7 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 120/80 1 95 1 20 1 37 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
20 14 B SUDIANG 52 8 L 1 SMP 3 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 130/80 1 84 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 0 1 1 0 0 2 Kurang Baik 2
21 15 M SUDIANG 35 6 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 140/90 2 91 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
22 16 A SUDIANG 19 5 P 2 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 90/70 2 88 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
23 17 T SUDIANG 30 6 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 110/80 2 88 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
24 18 S SUDIANG 52 8 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 140/85 2 87 1 22 1 36.5 1 DM 1 1 0 1 1 0 0 3 Baik 1
25 19 B SUDIANG 33 6 L 1 SMA 2 BEKERJA 1 Tinggi 1 122/80 1 90 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 0 0 4 Baik 1
26 20 R SUDIANG 25 5 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 125/85 1 94 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
27 21 T SUDIANG 24 5 L 1 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 120/90 1 93 1 20 1 36.5 1 HIV 1 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
28 22 H SUDIANG 24 5 P 2 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 120/80 1 92 1 22 1 36.5 1 DM 1 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
29 23 I SUDIANG 47 8 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 138/86 2 93 1 22 1 37 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
30 24 H SUDIANG 40 7 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 127/85 1 88 1 22 1 36.5 1 DM 1 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
31 25 H SUDIANG 40 7 P 2 SMA 2 BEKERJA 1 Rendah 2 139/89 2 92 1 22 1 36.5 1 DM 1 1 1 1 1 0 0 4 Baik 1
32 26 F SUDIANG 39 7 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 128/84 1 89 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 0 1 0 0 3 Baik 1
33 27 M SUDIANG 61 9 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 143/89 2 94 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 1 0 1 0 0 2 Kurang Baik 2
34 28 A SUDIANG 4 2 P 2 TIDAK SEKOLAH 0 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 95/78 1 95 1 24 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
35 29 S SUDIANG 59 9 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 138/80 2 92 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 0 1 1 0 0 2 Kurang Baik 2
36 30 B SUDIANG 46 8 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 128/83 1 90 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 0 1 0 0 4 Baik 1
37 31 A SUDIANG 49 8 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Rendah 2 130/82 1 91 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
38 32 M SUDIANG 45 8 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 120/86 1 88 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
39 33 S SUDIANG 61 9 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 140/89 2 92 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 0 0 1 0 3 Baik 1
40 34 D SUDIANG 71 10 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 140/90 2 83 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 1 1 0 0 0 2 Kurang Baik 2
41 35 A SUDIANG 2 2 L 1 TIDAK SEKOLAH 0 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 0 0 96 1 24 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
42 36 A SUDIANG 50 8 L 1 SMP 3 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 130/87 2 90 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 0 1 0 0 3 Baik 1
43 37 R SUDIANG 22 5 P 2 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 120/82 1 89 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
44 38 M SUDIANG 77 10 P 2 SMP 3 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 145/90 2 93 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 0 1 0 0 0 0 1 Kurang Baik 2
45 39 A SUDIANG 30 6 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 137/83 2 92 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 0 0 4 Baik 1
46 40 A SUDIANG 38 7 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 126/87 1 90 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 1 0 0 4 Baik 1
47 41 M SUDIANG 25 5 L 1 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 124/82 1 90 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
48 42 W SUDIANG 21 5 P 2 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 110/70 2 89 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
49 43 M SUDIANG 20 5 L 1 S1 1 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 110/70 2 86 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
50 44 H SUDIANG 64 9 P 2 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 135/82 2 90 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
51 45 S SUDIANG 24 5 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Tinggi 1 120/80 1 88 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 1 0 4 Baik 1
52 46 M SUDIANG 25 5 P 2 S1 1 BEKERJA 1 Rendah 2 128/85 1 80 1 22 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 1 1 0 0 0 3 Baik 1
53 47 M SUDIANG 66 10 L 1 SMA 2 TIDAK BEKERJA 2 tidak ada 0 138/87 2 89 1 20 1 36.5 1 Tidak ada 2 1 0 1 0 0 0 2 Kurang Baik 2
54
55 Keterangan :
56 : Self Justification
57 : Labeling
58 : Komitmen
59 : TINDAKAN PENGURANAG RISIKO PENULARAN : ENACTMENT (Information Seeking)
60 : TINDAKAN PENGURANAG RISIKO PENULARAN : ENACTMENT (Obtaining Remedies)
61 : TINDAKAN PENGURANGAN RISIKO PENULARAN : ENACTMENT (Taking Action)
Frequencies

Notes
Output Created 03-SEP-2022 08:48:05
Comments
Input Data C:
\Users\LENOVO\OneDrive\
Documents\PROPOSAL
TBA\SPSS FIX.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 47
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all
cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.01

Statistics
Umur JK Pendidikan Pekerjaan Pendapatan TD
N Valid 47 47 47 47 47 47 47
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics
SUHU RR NADI Komorbiditas nformation
N Valid 47 47 47 47 47
Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Page 1
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2-6 Tahun 3 6.4 6.4 6.4
17-25 Tahun 11 23.4 23.4 29.8
26-35 Tahun 5 10.6 10.6 40.4
36-45 Tahun 7 14.9 14.9 55.3
46-55 Tahun 10 21.3 21.3 76.6
56-65 Tahun 7 14.9 14.9 91.5
> 65 Tahun 4 8.5 8.5 100.0
Total 47 100.0 100.0

JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 23 48.9 48.9 48.9
Perempuan 24 51.1 51.1 100.0
Total 47 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 3 6.4 6.4 6.4
Tinggi (DIII-S1) 22 46.8 46.8 53.2
Menengah (SMA) 19 40.4 40.4 93.6
Rendah (SD-SMP) 3 6.4 6.4 100.0
Total 47 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 20 42.6 42.6 42.6
Tidak Bekerja 27 57.4 57.4 100.0
Total 47 100.0 100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak ada 27 57.4 57.4 57.4
>UMR 15 31.9 31.9 89.4
<UMR 5 10.6 10.6 100.0
Total 47 100.0 100.0

Page 2
TD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 1 2.1 2.1 2.1
Normal 24 51.1 51.1 53.2
Abnormal 22 46.8 46.8 100.0
Total 47 100.0 100.0

SUHU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0

RR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0

NADI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0

Komorbiditas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 5 10.6 10.6 10.6
Tidak ada 42 89.4 89.4 100.0
Total 47 100.0 100.0

nformation
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 39 83.0 83.0 83.0
Kurang baik 8 17.0 17.0 100.0
Total 47 100.0 100.0

Bootstrap

Page 3
Notes
Output Created 03-SEP-2022 08:48:51
Comments
Input Data C:
\Users\LENOVO\OneDrive\
Documents\PROPOSAL
TBA\SPSS FIX.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 47
File
Syntax BOOTSTRAP
/SAMPLING
METHOD=STRATIFIED
(STRATA=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI
Komorbiditas nformation
)
/VARIABLES
INPUT=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/CRITERIA CILEVEL=95
CITYPE=PERCENTILE
NSAMPLES=1000
/MISSING
USERMISSING=EXCLUDE
.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.06

Bootstrap Specifications
Sampling Method Stratified
Number of Samples 1000
Confidence Interval Level 95.0%
Confidence Interval Type Percentile
Strata Variables Umur, JK, Pendidikan,
Pekerjaan, Pendapatan,
TD, SUHU, RR, NADI,
Komorbiditas, nformation

Frequencies

Page 4
Notes
Output Created 03-SEP-2022 08:48:51
Comments
Input Data C:
\Users\LENOVO\OneDrive\
Documents\PROPOSAL
TBA\SPSS FIX.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 42894
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all
cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/PERCENTILES=95.0
/STATISTICS=STDDEV
RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN
MEAN MEDIAN MODE
SUM...
Resources Processor Time 00:00:03.67
Elapsed Time 00:00:07.30

Page 5
Statistics
Bootstrapa
95% Confidence Interval
Statistic Bias Std. Error Lower Upper
N Valid Umur 47 0 0 47 47
JK 47 0 0 47 47
Pendidikan 47 0 0 47 47
Pekerjaan 47 0 0 47 47
Pendapatan 47 0 0 47 47
TD 47 0 0 47 47
SUHU 47 0 0 47 47
RR 47 0 0 47 47
NADI 47 0 0 47 47
Komorbiditas 47 0 0 47 47
nformation 47 0 0 47 47
Missing Umur 0 0 0 0 0
JK 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0

Page 6
Statistics
Bootstrapa
Missing 95% Confidence Interval
Statistic Bias Std. Error Lower Upper
Pendidikan 0 0 0 0 0
Pekerjaan 0 0 0 0 0
Pendapatan 0 0 0 0 0
TD 0 0 0 0 0
SUHU 0 0 0 0 0
RR 0 0 0 0 0
NADI 0 0 0 0 0
Komorbiditas 0 0 0 0 0
nformation 0 0 0 0 0
Mean Umur 6.87 .00 .00 6.87 6.87
JK 1.51 .00 .00 1.51 1.51
Pendidikan 1.47 .00 .00 1.47 1.47
Pekerjaan 1.57 .00 .00 1.57 1.57
Pendapatan .53 .00 .00 .53 .53
TD 1.45 .00 .00 1.45 1.45
SUHU 1.00 .00 .00 1.00 1.00
RR 1.00 .00 .00 1.00 1.00
NADI 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Komorbiditas 1.89 .00 .00 1.89 1.89
nformation 1.17 .00 .00 1.17 1.17
Std. Error of Mean Umur .302
JK .074
Pendidikan .105
Pekerjaan .073
Pendapatan .100
TD .079
SUHU .000
RR .000
NADI .000
Komorbiditas .045
nformation .055
Median Umur 7.00 .00 .00 7.00 7.00
JK 2.00 .00 .00 2.00 2.00
Pendidikan 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Pekerjaan 2.00 .00 .00 2.00 2.00
Pendapatan .00 .00 .00 .00 .00
TD 1.00 .00 .00 1.00 1.00
SUHU 1.00 .00 .00 1.00 1.00
RR 1.00 .00 .00 1.00 1.00
NADI 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Komorbiditas 2.00 .00 .00 2.00 2.00
1.00 .00 .00 1.00 Page 7
1.00
Statistics
Bootstrapa
95% Confidence Interval
Statistic Bias Std. Error Lower Upper
Median nformation 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Mode Umur 5
JK 2
Pendidikan 1
Pekerjaan 2
Pendapatan 0
TD 1
SUHU 1
RR 1
NADI 1
Komorbiditas 2
nformation 1
Std. Deviation Umur 2.071 .000 .000 2.071 2.071
JK .505 .000 .000 .505 .505
Pendidikan .718 .000 .000 .718 .718
Pekerjaan .500 .000 .000 .500 .500
Pendapatan .687 .000 .000 .687 .687
TD .544 .000 .000 .544 .544
SUHU .000 .000 .000 .000 .000
RR .000 .000 .000 .000 .000
NADI .000 .000 .000 .000 .000
Komorbiditas .312 .000 .000 .312 .312
nformation .380 .000 .000 .380 .380
Range Umur 8
JK 1
Pendidikan 3
Pekerjaan 1
Pendapatan 2
TD 2
SUHU 0
RR 0
NADI 0
Komorbiditas 1
nformation 1
Minimum Umur 2
JK 1
Pendidikan 0
Pekerjaan 1
Pendapatan 0
TD 0
SUHU 1
1 Page 8
Statistics
Bootstrapa
95% Confidence Interval
Statistic Bias Std. Error Lower Upper
Minimum RR 1
NADI 1
Komorbiditas 1
nformation 1
Maximum Umur 10
JK 2
Pendidikan 3
Pekerjaan 2
Pendapatan 2
TD 2
SUHU 1
RR 1
NADI 1
Komorbiditas 2
nformation 2
Sum Umur 323
JK 71
Pendidikan 69
Pekerjaan 74
Pendapatan 25
TD 68
SUHU 47
RR 47
NADI 47
Komorbiditas 89
nformation 55
Percentiles 95 Umur 10.00 .00 .00 10.00 10.00
JK 2.00 .00 .00 2.00 2.00
Pendidikan 3.00 .00 .00 3.00 3.00
Pekerjaan 2.00 .00 .00 2.00 2.00
Pendapatan 2.00 .00 .00 2.00 2.00
TD 2.00 .00 .00 2.00 2.00
SUHU 1.00 .00 .00 1.00 1.00
RR 1.00 .00 .00 1.00 1.00
NADI 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Komorbiditas 2.00 .00 .00 2.00 2.00
nformation 2.00 .00 .00 2.00 2.00
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Frequency Table

Page 9
Umur
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid 2-6 Tahun 3 6.4 6.4 6.4 .0 .0 6.4
17-25 Tahun 11 23.4 23.4 29.8 .0 .0 23.4
26-35 Tahun 5 10.6 10.6 40.4 .0 .0 10.6
36-45 Tahun 7 14.9 14.9 55.3 .0 .0 14.9
46-55 Tahun 10 21.3 21.3 76.6 .0 .0 21.3
56-65 Tahun 7 14.9 14.9 91.5 .0 .0 14.9
> 65 Tahun 4 8.5 8.5 100.0 .0 .0 8.5
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

Umur
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid 2-6 Tahun 6.4 6.4
17-25 Tahun 23.4 23.4
26-35 Tahun 10.6 10.6
36-45 Tahun 14.9 14.9
46-55 Tahun 21.3 21.3
56-65 Tahun 14.9 14.9
> 65 Tahun 8.5 8.5
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

JK
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Laki-laki 23 48.9 48.9 48.9 .0 .0 48.9
Perempuan 24 51.1 51.1 100.0 .0 .0 51.1
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

JK
a
Bootstrap for Percent
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Laki-laki 48.9 48.9
Perempuan 51.1 51.1
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Page 10
Pendidikan
Bootstrap a...

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias
Valid 0 3 6.4 6.4 6.4 .0 .0
Tinggi (DIII-S1) 22 46.8 46.8 53.2 .0 .0
Menengah (SMA) 19 40.4 40.4 93.6 .0 .0
Rendah (SD-SMP) 3 6.4 6.4 100.0 .0 .0
Total 47 100.0 100.0 .0 .0

Pendidikan
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Std. Error Lower Upper
Valid 0 .0 6.4 6.4
Tinggi (DIII-S1) .0 46.8 46.8
Menengah (SMA) .0 40.4 40.4
Rendah (SD-SMP) .0 6.4 6.4
Total .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Pekerjaan
Bootstrap a...

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias
Valid Bekerja 20 42.6 42.6 42.6 .0 .0
Tidak Bekerja 27 57.4 57.4 100.0 .0 .0
Total 47 100.0 100.0 .0 .0

Pekerjaan
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Std. Error Lower Upper
Valid Bekerja .0 42.6 42.6
Tidak Bekerja .0 57.4 57.4
Total .0 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Page 11
Pendapatan
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid tidak ada 27 57.4 57.4 57.4 .0 .0 57.4
>UMR 15 31.9 31.9 89.4 .0 .0 31.9
<UMR 5 10.6 10.6 100.0 .0 .0 10.6
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

Pendapatan
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid tidak ada 57.4 57.4
>UMR 31.9 31.9
<UMR 10.6 10.6
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

TD
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid 0 1 2.1 2.1 2.1 .0 .0 2.1
Normal 24 51.1 51.1 53.2 .0 .0 51.1
Abnormal 22 46.8 46.8 100.0 .0 .0 46.8
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

TD
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid 0 2.1 2.1
Normal 51.1 51.1
Abnormal 46.8 46.8
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Page 12
SUHU
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0 .0 .0 100.0

SUHU
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Normal 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

RR
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0 .0 .0 100.0

RR
a
Bootstrap for Percent
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Normal 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

NADI
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Normal 47 100.0 100.0 100.0 .0 .0 100.0

NADI
a
Bootstrap for Percent
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Normal 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Page 13
Komorbiditas
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Ada 5 10.6 10.6 10.6 .0 .0 10.6
Tidak ada 42 89.4 89.4 100.0 .0 .0 89.4
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

Komorbiditas
a
Bootstrap for Percent
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Ada 10.6 10.6
Tidak ada 89.4 89.4
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

nformation
Bootstrap for Percenta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Bias Std. Error
Valid Baik 39 83.0 83.0 83.0 .0 .0 83.0
Kurang baik 8 17.0 17.0 100.0 .0 .0 17.0
Total 47 100.0 100.0 .0 .0 100.0

nformation
Bootstrap for Percenta
95% Confidence Interval
Lower Upper
Valid Baik 83.0 83.0
Kurang baik 17.0 17.0
Total 100.0 100.0
a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 1000 stratified bootstrap samples

Explore

Page 14
Notes
Output Created 03-SEP-2022 08:49:55
Comments
Input Data C:
\Users\LENOVO\OneDrive\
Documents\PROPOSAL
TBA\SPSS FIX.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 47
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values for dependent
variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on
cases with no missing
values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE
VARIABLES=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/PLOT BOXPLOT
STEMLEAF
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:03.17
Elapsed Time 00:00:05.16

Page 15
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
JK 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pendidikan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pekerjaan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pendapatan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
TD 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
SUHU 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
RR 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
NADI 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Komorbiditas 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
nformation 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 6.87 .302
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.26
Mean Upper Bound 7.48
5% Trimmed Mean 6.97
Median 7.00
Variance 4.288
Std. Deviation 2.071
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -.558 .347
Kurtosis -.011 .681
JK Mean 1.51 .074
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.36
Mean Upper Bound 1.66
5% Trimmed Mean 1.51
Median 2.00
Variance .255
Std. Deviation .505
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.044 .347
Kurtosis -2.089 .681
1.47 .105
Page 16
Descriptives
Statistic Std. Error
Pendidikan Mean 1.47 .105
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.26
Mean Upper Bound 1.68
5% Trimmed Mean 1.46
Median 1.00
Variance .515
Std. Deviation .718
Minimum 0
Maximum 3
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .116 .347
Kurtosis -.124 .681
Pekerjaan Mean 1.57 .073
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.43
Mean Upper Bound 1.72
5% Trimmed Mean 1.58
Median 2.00
Variance .250
Std. Deviation .500
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.311 .347
Kurtosis -1.990 .681
Pendapatan Mean .53 .100
95% Confidence Interval for Lower Bound .33
Mean Upper Bound .73
5% Trimmed Mean .48
Median .00
Variance .472
Std. Deviation .687
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness .932 .347
Kurtosis -.301 .681
TD Mean 1.45 .079
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.29
Mean Upper Bound 1.61
1.46
Page 17
TD
Descriptives
Statistic Std. Error
5% Trimmed Mean 1.46
Median 1.00
Variance .296
Std. Deviation .544
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.204 .347
Kurtosis -1.115 .681
SUHU Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
RR Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
NADI Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
.000
Page 18
NADI

Descriptives
Statistic Std. Error
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
Komorbiditas Mean 1.89 .045
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.80
Mean Upper Bound 1.99
5% Trimmed Mean 1.94
Median 2.00
Variance .097
Std. Deviation .312
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -2.638 .347
Kurtosis 5.179 .681
nformation Mean 1.17 .055
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.06
Mean Upper Bound 1.28
5% Trimmed Mean 1.13
Median 1.00
Variance .144
Std. Deviation .380
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 1.813 .347
Kurtosis 1.344 .681

Umur

Umur Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3.00 2 . 000
.00 3 .
.00 4 .
11.00 5 . 00000000000

Page 19
5.00 6 . 00000
7.00 7 . 0000000
10.00 8 . 0000000000
7.00 9 . 0000000
4.00 10 . 0000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

10

Umur

JK

JK Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

23.00 10 . 00000000000000000000000
.00 11 .
.00 12 .
.00 13 .
.00 14 .
.00 15 .
.00 16 .
.00 17 .
.00 18 .
.00 19 .
24.00 20 . 000000000000000000000000

Stem width: 0
Each leaf: 1 case(s)

Page 20
2.0

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

JK

Pendidikan

Pendidikan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3.00 0 . 000
.00 0 .
22.00 1 . 0000000000000000000000
.00 1 .
19.00 2 . 0000000000000000000
.00 2 .
3.00 3 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 21
3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

Pendidikan

Pekerjaan

Pekerjaan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

20.00 10 . 00000000000000000000
.00 11 .
.00 12 .
.00 13 .
.00 14 .
.00 15 .
.00 16 .
.00 17 .
.00 18 .
.00 19 .
27.00 20 . 000000000000000000000000000

Stem width: 0
Each leaf: 1 case(s)

Page 22
2.0

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

Pekerjaan

Pendapatan

Pendapatan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

27.00 0 . 000000000000000000000000000
.00 0 .
15.00 1 . 000000000000000
.00 1 .
5.00 2 . 00000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 23
2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

Pendapatan

TD

TD Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1.00 0 . 0
.00 0 .
24.00 1 . 000000000000000000000000
.00 1 .
22.00 2 . 0000000000000000000000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 24
2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

TD

SUHU

SUHU Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

47.00 1 . 00000000000000000000000000000000000000000000000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 25
1

SUHU

RR

RR Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

47.00 1 . 00000000000000000000000000000000000000000000000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 26
1

RR

NADI

NADI Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

47.00 1 . 00000000000000000000000000000000000000000000000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 27
1

NADI

Komorbiditas

Komorbiditas Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

5.00 Extremes (=<1)


.00 0 .
42.00 0 . 222222222222222222222222222222222222222222

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)

Page 28
2.0

1.8

1.6

1.4

1.2

25 2224
1.0
21

Komorbiditas

nformation

nformation Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

39.00 1 . 000000000000000000000000000000000000000
8.00 Extremes (>=2.0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)

Page 29
47 3438
2.0
29

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

nformation

Explore

Notes
Output Created 03-SEP-2022 08:50:15
Comments
Input Data C:
\Users\LENOVO\OneDrive\
Documents\PROPOSAL
TBA\SPSS FIX.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 47
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing
values for dependent
variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on
cases with no missing
values for any dependent
variable or factor used.
EXAMINE
VARIABLES=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/PLOT BOXPLOT
STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS Page 30
DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Notes
Syntax EXAMINE
VARIABLES=Umur JK
Pendidikan Pekerjaan
Pendapatan TD SUHU RR
NADI Komorbiditas
nformation
/PLOT BOXPLOT
STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS
DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:06.64
Elapsed Time 00:00:12.91

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
JK 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pendidikan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pekerjaan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Pendapatan 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
TD 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
SUHU 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
RR 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
NADI 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
Komorbiditas 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%
nformation 47 100.0% 0 0.0% 47 100.0%

Page 31
Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 6.87 .302
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.26
Mean Upper Bound 7.48
5% Trimmed Mean 6.97
Median 7.00
Variance 4.288
Std. Deviation 2.071
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -.558 .347
Kurtosis -.011 .681
JK Mean 1.51 .074
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.36
Mean Upper Bound 1.66
5% Trimmed Mean 1.51
Median 2.00
Variance .255
Std. Deviation .505
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.044 .347
Kurtosis -2.089 .681
Pendidikan Mean 1.47 .105
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.26
Mean Upper Bound 1.68
5% Trimmed Mean 1.46
Median 1.00
Variance .515
Std. Deviation .718
Minimum 0
Maximum 3
Range 3
Interquartile Range 1
Skewness .116 .347
Kurtosis -.124 .681
Pekerjaan Mean 1.57 .073
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.43
Mean Upper Bound 1.72
1.58
Page 32
Pekerjaan
Descriptives
Statistic Std. Error
5% Trimmed Mean 1.58
Median 2.00
Variance .250
Std. Deviation .500
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -.311 .347
Kurtosis -1.990 .681
Pendapatan Mean .53 .100
95% Confidence Interval for Lower Bound .33
Mean Upper Bound .73
5% Trimmed Mean .48
Median .00
Variance .472
Std. Deviation .687
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness .932 .347
Kurtosis -.301 .681
TD Mean 1.45 .079
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.29
Mean Upper Bound 1.61
5% Trimmed Mean 1.46
Median 1.00
Variance .296
Std. Deviation .544
Minimum 0
Maximum 2
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.204 .347
Kurtosis -1.115 .681
SUHU Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
.000
Page 33
SUHU

Descriptives
Statistic Std. Error
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
RR Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
NADI Mean 1.00 .000
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.00
Mean Upper Bound 1.00
5% Trimmed Mean 1.00
Median 1.00
Variance .000
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
Range 0
Interquartile Range 0
Skewness . .
Kurtosis . .
Komorbiditas Mean 1.89 .045
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.80
Mean Upper Bound 1.99
5% Trimmed Mean 1.94
Median 2.00
Variance .097
Std. Deviation .312
Minimum 1
Maximum 2
1
Page 34
Descriptives
Statistic Std. Error
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -2.638 .347
Kurtosis 5.179 .681
nformation Mean 1.17 .055
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.06
Mean Upper Bound 1.28
5% Trimmed Mean 1.13
Median 1.00
Variance .144
Std. Deviation .380
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 1.813 .347
Kurtosis 1.344 .681

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur .154 47 .007 .925 47 .005
JK .344 47 <.001 .637 47 <.001
Pendidikan .275 47 <.001 .836 47 <.001
Pekerjaan .377 47 <.001 .629 47 <.001
Pendapatan .355 47 <.001 .719 47 <.001
TD .326 47 <.001 .699 47 <.001
SUHU . 47 . . 47 .
RR . 47 . . 47 .
NADI . 47 . . 47 .
Komorbiditas .527 47 <.001 .356 47 <.001
nformation .503 47 <.001 .455 47 <.001
a. Lilliefors Significance Correction

Page 35
CamScanner
CamScanner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama ` : Sitti Nur Muslimah Hasmin
2. NIM : NH0117143
3. Tempat/tgl lahir : Baraka, 21 November 1999
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Massenrempulu-Indonesia
6. Program Studi : S1 Keperawatan
7. Alamat : Moncongloe Bulu
8. Email : nurmuslimahh@gmail.com
9. No. Hp : 081342970745
10. Nama Orang Tua
a. Bapak : Hamin S.Pd., M.AP
b. Ibu : Haslinda
B. PENDIDIKAN
1. SDN 1 Enrekang Tahun 2007 -2012
2. SMPN 1 Enrekang Tahun 2012-2014
3. SMAN 1 Enrekang Tahun 2015-2017
4. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2017- Sekarang

Anda mungkin juga menyukai