SKRIPSI
FATMAWATY
K111 14 025
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
iv
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fatmawaty
“Penamaan Penyakit Pada Anak Oleh Etnis Bugis (Studi Rapid Ethnography
di Kabupaten Sidrap)”
(xvi + 136 halaman + 4 matriks + 7 lampiran)
Salah satu keunikan etnis Bugis adalah perilakunya dalam pemberian nama
tertentu pada beberapa penyakit, tidak terkecuali penamaan penyakit pada anak
dengan menggunakan bahasa lokal (Bugis). Akibat dari penamaan tersebut, maka
seringkali tenaga medis tidak mengetahui nama penyakit tersebut secara medis
sehingga sulit memberikan diagnosa dan pengobatan secara tepat. Padahal
penanganan penyakit yang tidak tepat pada anak bisa berdampak pada masalah
kesehatan lebih lanjut, bahkan berujung pada kecacatan ataupun kematian. Angka
kematian anak pada tahun 2017 di Kabupaten Sidrap sebesar 41 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek yang melatarbelakangi
penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis di Kabupaten Sidrap. Jenis
penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan Rapid Ethnography. Pemilihan
informan menggunakan metode snowball dengan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam terhadap 7 orang dukun anak, 2 orangtua balita, 2 keluarga
balita, 2 petugas kesehatan dan 1 orang tokoh adat serta diskusi kelompok terarah
dengan 5 orang petugas kesehatan. Data dianalisis dengan “content analysis”
kemudian diinterprestasikan dan disajikan dalam bentuk narasi, matriks, dan
skema. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pemikiran dan perasaan etnis
Bugis di Kabupaten Sidrap dalam penamaan penyakit pada anak meliputi 18 nama
penyakit yang diberikan berdasarkan ciri yang nampak pada badan anak, gejala
yang ditimbulkan penyakit, dan bagian tubuh yang sakit; penyebab penyakit baik
secara naturalistik maupun personalistik; pencegahan dan pengobatan penyakit
yang dilakukan menggunakan campuran minyak, obat-obat herbal dan atau
membacakan jampi-jampi sambil dipijat. Tokoh acuan atau panutan dalam
penamaan penyakit pada anak adalah leluhur atau nenek moyang, sedangkan
acuan dalam pencegahan dan penanganan penyakit pada anak adalah dokter dan
dukun. Nilai yang terkait dengan penamaan penyakit pada anak adalah pamali,
tradisi mappallesso dan makkatenni sanro yang berlaku secara turun-temurun.
Saran bagi tenaga kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan di wilayah
Kabupaten Sidrap agar kiranya memberikan sosialisasi terkait padanan nama
penyakit oleh etnis Bugis dan melakukan kemitraan dengan pengobat tradisional
setempat, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan dan
pengobatan penyakit pada anak.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penamaan Penyakit Pada Anak Oleh Etnis
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program Strata-1
kepada kedua orangtua saya Ayahanda tercinta Drs. Abidin Ladju dan Ibunda
Utary serta seluruh keluarga atas segala dukungan moril maupun materil, serta
segala doa yang tak pernah henti untuk kesuksesan penulis. Semoga gelar Sarjana
yang penulis perjuangkan saat ini menjadi kado awal menuju sukses dan
kebahagiaan bagi keluarga di masa mendatang. Tak lupa pula terima kasih
kepada Andi Muhammad Nur Ikhsan, SH atas bantuan, motivasi dan doa yang tak
menyelesaikan studi.
Dengan tidak melupakan uluran tangan dan bantuan yang telah penulis
peroleh dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk
1. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
vi
2. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes selaku Ketua Departemen Promosi Kesehatan
3. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes dan Bapak Muhammad Arsyad Rahman, SKM,
4. Bapak Dr. Ridwan M. Thaha, MSc., Bapak Indra Dwinata, SKM, MPH, dan
Ibu Ir. Nurhayani MS, sebagai dosen penguji yang telah meluangkan
seluruh dosen Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, yang telah
Hasanuddin.
6. Seluruh staf pegawai FKM Unhas atas segala arahan dan bantuan yang
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Kak Aty dan Kak Yuli atas segala
M.Kes dan Abdul Kadir Gazali, SKM yang tidak pernah bosan memberi
vii
atas segala kebaikan dan bantuannya selama ini terutama ilmu yang
penelitian serta seluruh informan pada penelitian ini yang telah bersedia
pengalamannya.
semangat.
10. Teman-teman Srikandi Angkatan 2014 Peminatan PKIP FKM Unhas, terima
kasih atas segala kebersamaan dalam menempuh pendidikan dan meraih cita-
cita bersama, terima kasih atas segala kritik, dan saran yang sangat
semangat.
Jeneponto, Kepala Desa, dan masyarakat atas segala suka dan duka kenangan
bersama.
terlupakan.
viii
pertama kali penulis menginjakkan kaki di FKM Unhas sampai saat ini.
terlupakan.
15. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan dan perbaikannya. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara serta dapat memberi
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................................... iv
RINGKASAN ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR MATRIKS ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR ISTILAH PENYAKIT ........................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 10
A. Tinjauan Umum tentang Penamaan Penyakit pada Anak .......................... 10
B. Tinjauan Umum tentang Etnis Bugis ......................................................... 25
C. Tinjauan Umum tentang Variabel Penelitian ............................................. 34
D. Kerangka Teori........................................................................................... 40
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................... 46
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ..................................................... 46
B. Kerangka Variabel yang Diteliti ................................................................ 47
C. Definisi Konseptual .................................................................................... 47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 50
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 50
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 51
C. Penentuan Informan Penelitian .................................................................. 52
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 53
x
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 54
F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 57
G. Uji Keabsahan Data.................................................................................... 58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 60
B. Karakteristik Informan Penelitian .............................................................. 61
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 68
D. Pembahasan .............................................................................................. 106
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 134
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 135
A. Kesimpulan .............................................................................................. 135
B. Saran ......................................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR MATRIKS
Matriks 5. 1 Penamaan Penyakit pada Anak Menurut Informan Etnis Bugis ..... 80
Matriks 5. 2 Penyakit dan Penyebabnya Menurut Informan Etnis Bugis ............ 86
Matriks 5. 3 Penyakit dan Pencegahannya Menurut Informan Etnis Bugis ........ 91
Matriks 5. 4 Prinsip-Prinsip yang Dianut oleh Keluarga Masyarakat Menurut
Informan Etnis Bugis ..................................................................... 103
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR ISTILAH PENYAKIT
Padanan Penyakit
Nama Penyakit Gejala Penyakit
secara Medis
Lingkau bolong Sianosis Tubuh anak terlihat hitam
(memar/ membiru), baik mulut
dan seluruh badan.
Lingkau pute Anemia defisiensi zat Badan anak terlihat putih pucat,
besi putih seperti kain kafan, seolah-
olah tidak ada darah yang
mengalir di tubuhnya
Sawengeng Gizi kurang Gejala kurang gizi, seperti
lambat berjalan, kurus, ukuran
kepala lebih besar.
Mattuo-tuo Varisella Ruam dikulit yang berbentuk
bintik kemerahan, berisi air
ataupun bernanah.
Mattuo-tuo sarampa Rubella Ruam di kulit berbentuk bintik
merah yang gejalanya hanya 2-3
hari.
Bolokeng Influenza/pilek Hidung beringus.
Masemmeng Demam Peningkatan suhu tubuh anak.
Peddi babuwa/ Sakit perut Rasa sakit yang muncul di
Peddi wettang bagian perut anak, sensasi kram
dan tertusuk di area perut.
Benra wettang Perut kembung Perut anak membuncit atau
kembung
Serru’ matana - Mata anak membelalak, lebar,
dan melihat ke atas. Biasanya
disebabkan oleh demam tinggi.
No ise’ Thypoid Anak tidak mampu duduk
disertai demam hanya ketika
menjelang malam hari.
Sikeppo Pectus excavatum Gejala mirip asma, seperti sesak
nafas. Tulang rusuk bagian dada
menonjol.
Maridi-ridi Ikterus/jundice Menguningnya kulit pada tubuh
anak.
Turi Anak rewel dan menangis terus-
terri/Pabborengeng menerus.
Balippuru Granuloma annulare Gangguan kulit yang ditandai
dengan timbulnya ruam
melingkar yang berbentuk
benjolan kemerahan dan
jumlahnya sepasang.
xiv
Jambang-jambang Diare Encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air
besar (BAB) lebih sering
dibandingkan biasanya.
Bitokeng Cacingan Infeksi parasit yang disebabkan
oleh cacing yang ditandai
dengan wajah agak pucat, kurus
dan perut agak buncit, serta
berat badan anak tidak naik-
naik.
Asingeng - Anak rewel dikarenakan ibunya
hamil kembali dengan jarak
kehamilan cukup dekat.
Sulomettiang Hiperhidrosis Keringat berlebih yang
cenderung terjadi pada malam
hari ketika anak sedang tidur.
Kehilangan cairan tubuh
mengakibatkan anak kehilangan
kekuatan.
Sissi manukeng Epilepsi Anak mengalami kejang secara
berulang.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terkecuali penamaan penyakit pada anak. Penamaan penyakit oleh etnis Bugis
diagnosa dan pengobatan secara tepat. Padahal penanganan penyakit yang tidak
tepat pada anak bisa berdampak pada masalah kesehatan lebih lanjut, bahkan
cacing, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak sering kali
1
kejang-kejang disebabkan kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat
demam yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan
juga terdapat pada temuan Elisa (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
Gowa”, menyatakan bahwa semua jenis penyakit kulit gatal dikenal dengan
satu pintu masuk dalam memahami budaya serta konsep sehat dan sakit
oleh penyakit, dan bagian tubuh yang terkena penyakit. Dari 101 leksikon
2
penyakit laki-laki, 7 leksikon nama penyakit anak-anak, dan 83 penyakit umum
yang bisa diderita perempuan dan laki-laki pada usia anak-anak maupun usia
dewasa.
kulit dan kelamin pada masyarakat Jawa Desa Tegal Pare Kecamatan Muncar
beberapa istilah-istilah berupa kata asal, frasa, kata berimbuhan, kata majemuk,
dan berupa singkatan yang tidak hanya berasal dari bahasa Jawa, tetapi terdapat
juga bahasa Jawa Kuno, Sansekerta, Prancis, dan bahasa Latin. Selain itu,
tersebut.
digunakan pada jenis penyakit yang tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian
penyakit dan pengobatan tradisional orang Jawa yang membahas 364 leksikon
3
memaparkan tingginya animo masyarakat pergi ke dongke disebabkan dongke
mendukung hubungan timbal balik yang tidak lekang oleh zaman. Tingkah
antara lain “Cultural Care Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak Adat Tolotang”
Dani di Kabupaten Jayawijaya Papua” oleh Mabel dkk (2016) dan “Ritual
menjadi risiko serius bagi kelangsungan hidup baik wanita dan anak yang
4
belum lahir, dan larangan keluar rumah bagi ibu dan bayi baru lahir selama
tujuh hari setelah kelahiran untuk melindunginya dari kekuatan jahat yang
penyakit pada bayi oleh etnis Kebemer di Senegal Afrika, diantaranya socc
(pilek, masalah pernapasan, dan penurunan atau kenaikan suhu tubuh); seqet
(batuk akibat kelainan pada tulang rusuk); gunoor (muntah, diare, sakit perut,
dan atau perut kembung); toppum siti, kurobet, kuli (bayi lahir dengan luka
bakar disekujur tubuh); mbasset, ngapati (lesi dan bintik melepuh pada kulit);
xiboon, yamp (bayi terlahir sangat kurus); serta wex (bayi yang menangis
melihat roh). Penelitian yang dilakukan Jegede (2002) terhadap etnis Yoruba di
Nigeria juga menunjukkan beberapa nama atau istilah penyakit pada anak,
diantaranya iko eyin (batuk disertai pertumbuhan gigi); out (kedinginan); iba
(demam); igbe eyin (diare yang menyertai pertumbuhan gigi); inu dodo
“Konsep Sehat Sakit terhadap Kesehatan Ibu dan Anak pada Masyarakat Suku
dan perasaan (thoughts and feeling) yang mereka miliki. Masyarakat suku Bajo
menganggap anak yang demam biasanya disebabkan oleh Kaka. Kaka adalah
ari-ari yang dianggap sebagai saudara kembar dari adiknya. Jika Kaka tidak
5
pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan pengobatan. Keputusan
Dusun Bajo. Hal ini sejalan dengan penelitian Niang (2004), yang
Kesehatan dalam konteks budaya tidak terlepas dari nilai-nilai yang ada
dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Nilai siri’ yang berkembang dalam
wanita Bugis sehingga tidak menyusui bayinya di tempat umum dan memilih
tempat tertutup untuk menyusui bayinya (Hamzah dkk, 2007). Hal ini sejalan
bisulan) serta pemmali mangitta bale, nasaba’ bitokekki (Tidak boleh makan
6
bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor etnis. Pendapat tersebut dapat
fungsi, dan makna sesuai dengan budaya penuturnya. Bentuk, fungsi, dan
penamaan penyakit pada anak belum pernah diteliti secara khusus dan
mendalam pada etnis Bugis di Kabupaten Sidrap. Merujuk pada data sekunder
Sidrap (2017), didapatkan jumlah kesakitan menurut umur pada tahun 2016 di
Kabupaten Sidrap antara lain: demam pada neonatal 37 kasus, bayi 898 kasus,
balita 4.207 kasus; diare pada neonatal 6 kasus, bayi 610 kasus, balita 2.697
kasus; penyakit kulit alergi pada neonatal 8 kasus, bayi 294 kasus, balita 1.765
kasus; pneumonia pada neonatal 3 kasus, bayi 101 kasus, balita 206 kasus; dan
tahun 2017 sebanyak 1.286 kunjungan dan pada triwulan II sebanyak 1.002
Sidrap, 2017).
7
Berdasarkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak, maka
peneliti merasa penting untuk meneliti penamaan penyakit pada anak terutama
pada balita oleh etnis Bugis sehingga penyakit yang diderita oleh si anak dapat
B. Rumusan Masalah
Penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis memiliki kekhususan dan
di atas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Kabupaten Sidrap.
2. Tujuan Khusus
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
masyarakat.
2. Manfaat institusi:
3. Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai proses belajar bagi
Universitas Hasanuddin.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa cara atau sistem dalam memberikan nama untuk sebuah
penyakit yang biasanya digunakan oleh para penemu atau ahli kesehatan
perkembangan penyakit.
10
penyakit lambat agak tersembunyi dan berlangsung lama sampai
penyakit lain.
komplikasi penyakit.
keparahannya.
11
bahwa suatu penyakit sudah membahayakan dan dapat
b. Tambahan Awalan
1) Ana-, yaitu tidak ada atau absen. Sebagai contoh pada kondisi
darah.
perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel normal lainnya.
12
c. Tambahan Akhiran
Namun, hal ini bukan berarti tidak ada trombosit sama sekali di dalam
darah, melainkan jumlahnya yang jauh lebih sedikit dari kadar normal.
13
7) –ektasis, menunjukkan adanya proses dilatasi (pelebaran atau
tenggorokan).
kelenjar limfe.
d. Nama Eponimosa
mendefinisikan suatu peyakit terntentu. Dalam hal ini ada suatu sistem
penyakit Graves yang ditemukan oleh Sir Robert Graves dan penyakit
dengan tangan atau kaki yang bergetar atau tremor secara terus menerus.
14
psikiater Jerman Aloysius „Alois‟ Alzheimer, sejenis sindrom dengan
apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak
berkaitan dengan hewan tertentu, seperti yang terjadi pada penamaan Flu
menggunakan koding angka juga tidak dapat digunakan bagi orang awam
15
(Systematized Nomenclature of Pathology) dan SNOMED (Systematyzed
awam untuk mengetahui tentang penyakit lebih spesifik, namun hal ini
penamaan ini pun harus diiringi juga dengan pembelajaran istilah medis
sederhana.
a. Pengertian Anak
Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak adalah
Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi
16
karena dilatar belakangi dari maksud dan tujuan masing-masing undang-
undang.
tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan
dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-
5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun) (Hidayat &
Aziz, 2008).
17
a. Tahap usia 0 sampai < 2 tahun
Bayi adalah anak yang berumur dibawah satu tahun atau sebelum
mencapai hari ulang tahun yang pertama. Jadi anak yang berusia tepat
dalam kelompok balita dan atau anak balita. Bayi adalah masa anak
yang berumur 0 sampai 1 tahun. Terdapat dua masa pada bayi yaitu
18
masa neonatal usia 0-28 hari dan masa pasca neonatal 29 hari sampai
1 tahun.
lahir) sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia
0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari (Muslihatun,
2010).
sebelum mencapai hari ulang tahun yang kelima. Anak yang berusia
tepat lima tahun tidak termasuk dalam kelompok Balita tetapi sudah
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
pesat. Masa balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan
masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1
2010).
5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan
naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4
19
kali pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra
2001).
sebelum mencapai hari ulang tahun yang kelima. Anak yang berusia
kurang dari satu tahun tidak termasuk dalam kelompok Balita tetapi
lima sampai enam tahun kurang satu hari. Anak yang berusia tepat
20
6) Anak Pra Remaja
7) Anak Remaja
Bayi dan anak-anak dibawah lima tahun adalah kelompok yang rentan
terbangun sempurna. Penyakit yang paling umum pada anak antara lain:
adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
21
b. Cacar air
penyakit ini biasa dikenal dengan cacar air. Penyakit ini disebabkan
ditimbulkan dari penyakit cacar air yaitu sakit kepala, demam, kelelahan
ringan kemudian diikuti dengan munculnya ruam pada kulit dan rasa
gatal (Esson et al, 2014). Infeksi cacar air menyerang semua usia dengan
puncak insidensi pada usia 5-9 tahun. 90% pasien Varicella berusia
c. Diare
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma
diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Penyebab diare paling umum
22
d. Difteri
kelumpuhan tangan dan kaki, dan sesak napas. Difteri yang parah dapat
e. Pertusis
Pertusis yang berat terjadi pada bayi muda yang belum pernah diberi
biasanya disertai batuk dan keluar cairan hidung yang secara klinik sulit
dibedakan dari batuk dan pilek biasa. Pada minggu ke-2, timbul batuk
f. Tetanus
23
dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman
gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam
g. Campak
panas badan 380C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek
dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles dalam bahasa
Inggris. Campak, pada masa lalu dianggap sebagai suatu hal yang harus
dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar, sehingga anak yang sakit
campak tidak perlu diobati. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam
campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam
24
akan muncul dirongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru-paru,
perut atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak napas atau
tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang
Bugis. Penamaan ugi merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang
(Pelras, 1996).
merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi yang
ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari
terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio (Pelras,
1996).
klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng
25
dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis tapi proses
Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu
Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, dan Barru. Daerah
berbagai varian dan dialek. Pada masa lampau bahasa Bugis digunakan
(Rahman, 2009).
Data bahasa Bugis masih terpelihara dengan baik, karena orang Bugis
mengenal aksara yang lebih popular disebut dengan lontara. Melalui aksara
lontara itulah orang Bugis dapat mengabadikan berbagai ilmu dan kearifan
berarti daun lontar. Disebut demikian karena pada awalnya tulisan tersebut
26
dituliskan di atas daun lontar. Aksara lontara biasa pula disebut dengan
aksara sulapa eppa yang berarti persegi empat. Disebut demikian karena
bentuk dasarnya yang segi empat belah ketupat. Beberapa orang juga
pembatas tapi dapat pula bermakna huruf yang berasal dari Pallawa
(Rahman, 2006).
a. Bahasa Bissu atau biasa juga disebut bahasa to ri langiq (bahasa orang di
upacara adat)
La Galigo
Islam masuk ke Sulawesi Selatan sejak abad ke-17. Mereka dengan cepat
27
Pada zaman pra-Islam, kepercayaan orang Bugis-Makassar seperti
dewa tunggal yang disebut dengan beberapa nama, yaitu (Rahman, 2006):
moyang To Lotang berasal dari daerah Wajo. Ketika Islam diterima sebagai
agama kerajaan, seluruh rakyat tunduk dan patuh untuk menerima agama
(Rahman, 2006).
yang Maha Esa, yang mereka sebut Dewata Seuwae. Kitab suci penganut
Suku Bugis terikat oleh sistem norma dan aturan-aturan adat yang
keramat dan sakral, yang disebut panngaderreng. Sistem budaya ini menjadi
acuan bagi orang Bugis dalam kehidupan sosialnya, mulai dari kehidupan
28
keluarga sampai pada kehidupan yang lebih luas sebagai kelompok etnik
1997):
keputusan hakim tak tertulis masa lampau sampai sekarang dan membuat
29
dalam berbagai bidang kehidupan, baik kekerabatan, politik, maupun
pemerintahan.
Kelima unsur keramat di atas terjalin menjadi satu dan mewarnai alam
tertuang dalam konsep siri. Siri ialah rasa malu dan rasa kehormatan
yang berarti kondisi atau keadaaan fisik maupun rohani seseorang yang
30
Faktor intern yang menyebabkan tumbuhnya ketidakseimbangan dalam
diri manusia ialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh manusia itu
penyakit dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu penyakit dalam dan
penyakit luar. Kedua jenis penyakit tersebut biasa pula disebut lasa
menjadi dua kategori masing-masing: lasa ati (penyakit hati, jiwa dan
adanya kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu bersumber dari
terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, raga dan jiwa, lahiriah dan
batiniah. Perpaduan antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok
potensi yang dibawah sejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis,
dari empat zat alami yaitu: tanah, air, angin, api sedangkan aspek rohaniah
31
dikenal sebagai sumange (sukma). Dalam hal ini tubuh manusia dipandang
tidak lebih hanya sebagai tempat berdiam bagi sukma, untuk suatu jangka
waktu tertentu. Manakala sukma tersebut berpisah dari raganya maka sosok
2016).
melakukan ritual ini disebut sanro (Lestari, 2016). Orang yang dipercaya
besar masyarakat masih percaya kepada orang pintar. Jika obat yang
diberikan oleh para medis dirasa tidak manjur maka mereka segera pergi ke
(dukun) karena terkait adat setempat yang tidak bisa dilepaskan. Mereka
percaya khasiat jampi-jampi yang diberikan oleh sanro (dukun) jauh lebih
baik dari obat yang diberikan oleh para medis (Laksono dkk, 2016).
orang lain, baik digunakan sendiri atau dibacakan oleh sanro (dukun).
Membaca mantra berarti berniat untuk menolong orang lain dari penyakit
32
memiliki cara-cara dan media pengobatan tersendiri bergantung dari sakit
kuyang yang biasanya mengganggu anak kecil dan ibu hamil. Dengan
diikuti oleh kuyang. Media yang digunakan berupa air yang sudah
penderita.
diantaranya sakit perut, sakit gigi, sakit kepala, dan berbagai macam sakit
yang lain. Dengan mengambil air liur dari pembaca mantra kemudian
adat Tolotang masih menggunakan cara pengobatan alternatif dalam hal ini
“mabbura lomo”, yaitu meminum air yang telah dibuatkan oleh orang yang
pintar tersebut agar dibacakan doa-doa kemudian diminum oleh ibu hamil
yang akan segera melahirkan. Selain itu juga dikenal kebiasaan menyiapkan
33
air untuk diminum oleh kucing, setelah itu sisanya diminum sebagai
proses persalinan merupakan hal yang tidak pernah diketahui, ada yang
dimudahkan, ada pula yang tidak, karena itu mereka melakukan berbagai
minum dari bekas kucing, mereka percaya dapat menjadi “pabbura lomo“.
persalinan, karena kucing mudah melahirkan sebanyak tiga anak atau lebih
sekaligus, meskipun hanya seorang diri tak ada yang membantu (Marhani,
2016).
tradisional dari bahan alam di Sulawesi Selatan telah dibukukan sejak awal
abad 15. Pengobatan obat tradisional dari bahan alam tersebut dikenal
dengan sure lontara pabbura yang berisi jenis tanaman, khasiat dan cara
thoughts and feeling dibagi dalam tiga bentuk. Terdiri dari pengetahuan,
34
sikap dan kepercayaan seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek
“Konsep Sehat Sakit terhadap Kesehatan Ibu dan Anak pada Masyarakat
kiriman yang ingin berbuat jahat. Masyarakat suku Bajo juga menganggap
anak yang demam biasanya disebabkan oleh Kaka. Kaka adalah ari-ari yang
dianggap sebagai saudara kembar dari adiknya. Jika Kaka tidak diperhatikan
orang tua biasanya melakukan acara mappalupa kaka yang bertujuan agar
pada anak. Penyakit pada anak disebabkan oleh empat hal yakni: sihir dan
35
ilmu sihir (aje dan oso), dewa atau nenek moyang (orisa atau ebora),
karena mereka menganggap hal itu tidak berbahaya selama mereka masih
36
2. Tokoh Acuan atau Panutan (personal references)
Tokoh acuan atau panutan adalah orang yang dianggap penting dalam
hidup dan dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan, seperti guru, kepala
suku, tokoh masyarakat dan lain-lain. Dengan kata lain, apabila seseorang
itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung
kiai akan memberikan air yang sudah didoakan, lalu diminumkan atau
setan karena kiai merupakan tokoh agama yang menguasai ilmu agama dan
tulang, termasuk juga pijat pada bayi yang sakit saben dan oleh. Hasil
37
Afrika menjadikan pengobat tradisional yang mereka sebut sebagai
anak.
3. Nilai
terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat
emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan
apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu
penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang
(Kasmini, 2012).
berdasarkan serta berpedoman kepada nilai-nilai atau sistem nilai yang ada
dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai-nilai itu sangat banyak
salah, patut atau tidak patut. Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam
38
diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk
perempuan Bugis di Pekkae dalam menyusui bayinya tidak lepas dari Siri’.
Siri’ tidak lain adalah inti kebudayaan Bugis yang mendominasi serta
Bugis melindungi anak dari penyakit. Hal ini terkait dengan nilai normatif
masyarakat Bugis yaitu Acca dan Paccing (pintar dan bersih), bermakna
anak yang tidak sakit-sakitan dan bersih akan menjadi anak yang pandai
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Istiana (2014) yang
serta pemmali mangitta bale, nasaba’ bitokekki (tidak boleh makan ikan saja
39
masyarakat Bugis menjadikan pemmali sebagai pengendali diri dalam
bertingkah laku.
D. Kerangka Teori
pada anak oleh etnis Bugis, peneliti mengacu pada teori perilaku oleh WHO
1. Teori WHO
dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berilaku
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dunia
berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang
dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda, baik
40
hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
orang lain.
menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
pengalaman seseorang.
41
b. Tokoh Acuan atau Panutan (personal references)
guru, kepala suku, tokoh masyarakat dan lain-lain. Dengan kata lain,
apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik,
Sosial budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
seseorang.
42
Uraian tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut:
2. Etnolinguistik
ada tiga hal mengapa bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan satu sama
nama-nama yang dipakai dalam ranah tertentu dapat diketahui patokan apa
yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk membuat klasifikasi, yang berarti
itu, Putra dan Shri (1985) juga menekankan bahwa melalui bahasa, kita
43
dapat mengungkap berbagai pengetahuan baik yang tersembunyi (tacit)
dan makna pemakaian bahasa sebagai objek materi kajiannya. Bahasa yang
bentuk, kode, dan subkode yang bisa meliputi semua pemakaian bahasa
sudah digunakan secara kontekstual yang dibatasi oleh ruang dan waktu
tertentu atau bahasa itu telah berfungsi. Selanjutnya, struktur bahasa yang
44
Berikut kerangka teori dalam penelitian ini:
Makna
Sosial Budaya
- Adat istiadat
- Norma
- Nilai
- Kebiasaan
45
BAB III
KERANGKA KONSEP
anak) berdasarkan pada pemikiran dan perasaan, tokoh acuan atau panutan,
sumber daya yang tersedia, serta sosial budaya masyarakat etnis Bugis. Untuk
mengetahui bentuk kebahasaan nama penyakit pada anak maka dapat dilihat
dari pemikiran dan perasaan etnis Bugis terkait penamaan penyakit tersebut,
sementara untuk mengetahui fungsi serta makna yang terkandung dalam nama
penyakit pada anak maka dapat dilihat dari nilai budaya masyarakat etnis
Bugis. Ada banyak keunikan nilai dalam penamaan penyakit, sehingga aspek
Variabel dalam penelitian ini adalah pemikiran dan perasaan (thoughts and
feeling) etnis Bugis tentang penamaan penyakit pada anak, tokoh acuan atau
pada anak, serta nilai budaya etnis Bugis dalam pemberian nama penyakit pada
anak. Sementara variabel sumber daya tidak diteliti dalam penelitian ini karena
terhadap sejumlah kata dalam bahasa Indonesia terjadi karena beberapa hal
46
sifat khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan,
C. Definisi Konseptual
untuk bertindak atau berperilaku. Dalam penelitian ini maka akan ditelusuri
47
a. Pengetahuan
disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-
lain), pengetahuan tentang nama penyakit pada anak menurut etnis Bugis,
anak oleh etnis Bugis baik yang didapat dari pengalaman pribadi ataupun
yang melatarbelakangi serta asal mula penamaan penyakit pada anak oleh
etnis Bugis baik yang didapat dari pengalaman pribadi ataupun dari
Tokoh acuan atau panutan adalah orang yang dianggap penting dan
kehidupan, seperti orang tua, nenek moyang, guru, kepala suku, tokoh adat,
tokoh masyarakat dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan ditanya siapa
48
yang menjadi acuan atau panutan dan atau memiliki pengaruh bagi etnis
3. Nilai
dalam bertindak dan bertingkah laku. Adapun nilai yang dimaksud dalam
atau prinsip masyarakat etnis Bugis dalam penamaan penyakit pada anak.
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dari perilaku orang-orang yang diamati (Bungin, 2010;
Sugiyono, 2012).
terutama untuk memahami cara hidup kelompok manusia ditinjau dari sudut
harus sudah tahu konteks budaya dan mampu berbicara bahasa lokal. Fokus
pada satu aspek budaya saja (Marzali, 2016). Metode penilaian cepat telah
digunakan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ini telah digunakan oleh
50
Nations University, United Nations Internasional Children’s Education Fund,
peneliti merupakan bagian dari etnis Bugis dan telah mengerti bahasa lokal dan
hanya fokus pada satu aspek budaya saja yaitu penamaan penyakit pada anak
oleh etnis Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang ditinjau dari sudut pandang
masyarakatnya.
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
penduduknya adalah etnis Bugis dan masuk dalam salah satu wilayah
seperti Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Pinrang, Sinjai, dan Barru. Etnis Bugis
Sidrap memiliki ciri dan karakter yang khas, keunikan atau pandangan
51
penggolongan penyakit, antara lain: lasa massobbu (penyakit tersembunyi)
dan lasa talle (penyakit nyata) serta lasa ati (penyakit hati, jiwa, dan rohani)
(bola salju). Metode snowball merupakan teknik pengambilan data yang pada
awalnya bernilai sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan dari
maka mencari informan lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
dimintai keterangan sesuai dengan masalah yang diteliti, dan berhenti mencari
informan jika informasi yang diperoleh sudah cukup dan tidak lagi
orangtua dan keluarga yang memiliki anak berumur lima tahun ke bawah,
seterusnya.
52
pengobatan anak dari berbagai daerah di Kabupaten Sidrap, bahkan dari luar
ditentukan berdasarkan informasi alamat dukun anak serta tokoh adat yang
D. Instrumen Penelitian
analisis data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam
53
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Discusion (FGD).
atau tujuan penelitian. Materi wawancara terdiri dari: pembukaan, isi dan
diri, menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini serta meminta
penelitian ini. Isi wawancara sudah jelas, yaitu pertanyaan pokok yang
bagian akhir dari suatu wawancara. Bagian ini dihiasi dengan kalimat-
kalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya kira cukup sampai disini
54
banyak membantu saya. Bagian penutup biasanya dihiasi dengan janji
Metode Instrumen
Informan Jenis Informasi Pengumpulan Pengumpulan
Data Data
1. Pemikiran dan
perasaan tentang
penamaan
Pedoman
penyakit pada
Wawancara,
anak
Orangtua Wawancara Tape Recorder,
2. Tokoh acuan atau
Balita Mendalam Kamera
panutan dalam
Digital/HP,
penamaan
Alat Tulis
penyakit pada
anak
55
3. Nilai budaya
dalam penamaan
penyakit pada
anak
1. Pemikiran dan
perasaan tentang
penamaan
penyakit pada
anak Pedoman
2. Tokoh acuan atau Wawancara,
Keluarga panutan dalam Wawancara Tape Recorder,
Balita penamaan Mendalam Kamera
penyakit pada Digital/HP,
anak Alat Tulis
3. Nilai budaya
dalam penamaan
penyakit pada
anak
Pedoman
1. Jenis penyakit Wawancara,
pada anak Wawancara Panduan FGD,
Petugas
2. Penanganan Mendalam, Tape Recorder,
Kesehatan
penyakit pada FGD Kamera
anak Digital/HP,
Alat Tulis
1. Pemikiran dan
perasaan tentang
penamaan
penyakit pada
anak Pedoman
2. Tokoh acuan atau Wawancara,
Dukun panutan dalam Wawancara Tape Recorder,
Anak penamaan Mendalam Kamera
penyakit pada Digital/HP,
anak Alat Tulis
3. Nilai budaya
dalam penamaan
penyakit pada
anak
1. Pemikiran dan
Pedoman
perasaan tentang
Wawancara,
penamaan
Wawancara Tape Recorder,
Tokoh Adat penyakit pada
Mendalam Kamera
anak
Digital/HP,
2. Tokoh acuan atau
Alat Tulis
panutan dalam
56
penamaan
penyakit pada
anak
3. Nilai budaya
dalam penamaan
penyakit pada
anak
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dalam penelitian ini,
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan secara manual sesuai
skema. Kajian isi (content analysis) menurut Holsti adalah teknik apapun yang
kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang
sering digunakan. Artinya teknik ini adalah yang paling abstrak untuk analisis
57
verifikasi. Cara kerja atau logika analisis ini sesungguhnya sama dengan
tertentu pula. Proses inilah yang dilakukan dalam menganalisis hasil penelitian
ini.
Salah satu cara penting dan mudah dalam uji keabsahan data penelitian
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
rakyat biasa, dengan yang berpendidikan dan pejabat pemerintah atau tokoh
masyarakat.
58
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
dengan menanyakan hal yang sama pada informan yang berbeda, yakni ibu dan
keabsahan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan triangulasi metode.
59
BAB V
km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa dengan batas-batas
Pinrang
Pinrang
Klinik.
60
Kabupaten Sidrap sebagai salah satu daerah yang mayoritas
penduduknya adalah etnis Bugis dan masuk dalam salah satu wilayah
seperti Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Pinrang, Sinjai, dan Barru. Etnis Bugis
Sidrap memiliki ciri dan karakter yang khas, keunikan atau pandangan
dan lasa talle (penyakit nyata) serta lasa ati (penyakit hati, jiwa, dan rohani)
1. Karakteristik Informan
61
lapangan, tape recorder/handphone yang berfungsi untuk merekam hasil
Group Discusion (FGD) yang dimulai pada tanggal 8 Februari s/d 21 Maret
2018.
orang informan keluarga balita, 1 orang informan tokoh adat, dan 7 orang
Tabel 5. 1
Karakteristik Informan
Jenis Umur
No. Nama Alamat Ket.
Kelamin (tahun)
1. HR P 72 Amparita Dukun Anak
2. DT P 56 Kalosi Alau Dukun Anak
3. HK P 61 Lautang Benteng Dukun Anak
4. ST P 64 Majjelling Wattang Dukun Anak
5. IM P 58 Lancirang Dukun Anak
6. WR P 85 Pangkajene Dukun Anak
7. MT P 64 Bampu‟e Dukun Anak
8. HN P 27 Massepe Orangtua Balita
9. FR P 40 Allakuang Orangtua Balita
10. IN P 54 Pangkajene Keluarga Balita
11. IC P 51 Mario Keluarga Balita
12. IR P 27 Pangkajene Petugas Kesehatan
62
13. SV P 31 Kanie Petugas Kesehatan
14. HS L 53 Wattang Pulu Petugas Kesehatan
15. HH L 56 Pangkajene Petugas Kesehatan
16. HT P 35 Wesabbe Petugas Kesehatan
17. BR L 38 Wattang Pulu Petugas Kesehatan
18. NH P 28 Pangkajene Petugas Kesehatan
19. AU L 31 Saoraja Bilokka Tokoh Adat
Sumber: Data Primer, 2018.
2. Profil Informan
a. Dukun Anak
Informan dukun anak sebanyak 7 orang dengan inisial HR, DT, HK,
ST, IM, WR, dan MT. HR berusia 72 tahun dengan latar belakang
karena mendapat wahyu dari Allah SWT dan ilmu pengobatannya telah
hari Jumat mulai pada pagi hingga siang hari. Orang-orang yang
63
bertemu dengan wanita yang mengatakan jika ia membantu tetangganya
dalam persalinan maka ia dapat sembuh dari penyakitnya. Sejak saat itu
64
dukun anak karena pengetahuan tentang cara pengobatan yang
membacakan jampi-jampi.
profesi tersebut selama lebih dari 20 tahun. Selain menjadi dukun anak,
dengan peneliti.
b. Orangtua Balita
65
berdomisili di Massepe Kecamatan Tellu Limpoe. Anaknya berusia 15
agar anak pertamanya tidak diganggu dan tidak membuat anaknya sakit.
c. Keluarga Balita
66
atau memilih dukun khusus untuk anak, yang akan membantu mulai dari
d. Petugas Kesehatan
HS, HH, HT, BR, dan NH. IR dan SV merupakan informan dengan
67
merupakan pegawai di Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk & KB
e. Tokoh Adat
sebagainya.
C. Hasil Penelitian
penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu
pencegahan dan pengobatan penyakit pada anak oleh etnis Bugis baik yang
68
didapat dari pengalaman pribadi ataupun dari pengalaman orang lain.
atau yang melatarbelakangi serta asal mula penamaan penyakit pada anak
oleh etnis Bugis baik yang didapat dari pengalaman pribadi ataupun dari
antara lain:
1) Lingkau
“Penyakit anak-anak itu yang namanya lingkau ada lima macam. Ada
namanya lingkau kamummu, lingkau peca’, lingkau pute, lingkau
bolong, lingkau lembe’. Iyaro yakko lingkau kamummu kennai
anana’e nak, tegang yakko dia menangis. Kalau anak-anak lingkau
pute kennai gejalanya turu puse’na yakko wenni. Ee mabolonge yakko
jennei malotong. Malotong maneng iye timunna, aganna malotong
maneng. Lingkau lembe’e tidak ada kemauannya untuk bergerak,
loyoi. Iyatosi mapeca’e biasanya tidak bisa berdiri lehernya, tidak
bisa duduk”.
(Penyakit anak yang namanya lingkau itu terdiri dari lima macam,
antara lain lingkau kamummu, lingkau peca’, lingkau pute, lingkau
bolong, dan lingkau lembe’. Bila anak terserang penyakit lingkau
kamummu maka saat anak menangis badannya tegang. Lingkau pute
gejalanya berkeringat dimalam hari. Sementara lingkau bolong ciri-
cirinya tubuh anak terlihat hitam, baik mulut dan seluruh badan. Anak
yang terserang lingkau lembe’ seolah-olah tidak ada kemauan untuk
bergerak, sedangkan anak dengan lingkau peca’ gejalanya leher tidak
bisa tegak dan tidak bisa duduk).
(HR, Dukun Anak, 72 tahun)
69
Adapula informan yang menjawab lingkau terdiri dari dua
balita penyakit lingkau terdiri dari lingkau bolong dan lingkau pute.
wawancara berikut:
70
(Gejala sawengeng adalah anak tidak bisa jalan, ukuran kepala lebih
besar, dan kurus).
(IM, Dukun Anak, 58 tahun)
3) Mattuo-tuo (Cacar)
“Matuo-tuo itu dua macam. Ada itu yang kayak jagung, ada to yang
kayak kembang keringat. Ko itu maloppoe mabbekas tu yaseng i
mattuo-tuo barelle. Iyatosi mabiccue padami turu puse’e yasengi tuo-
tuo betteng”.
(Mattuo-tuo terdiri dari dua macam. Ada yang menyerupai jagung,
dan ada pula yang menyerupai kembang keringat. Yang besar dan
membekas itu dinamakan mattuo-tuo barelle. Sedangkan yang kecil
yang menyerupai kembang keringat dinamakan tuo-tuo betteng).
(FR, Orangtua Balita, 40 tahun)
71
Selain yang disebutkan di atas, informan lain mengatakan salah
4) Bolokeng (Influenza/Pilek)
5) Masemmeng (Demam)
72
Peningkatan suhu tubuh pada anak dapat memicu step atau kejang
73
8) Serru’ matana
9) No ise’ (Thypoid)
74
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan keluarga balita,
berikut:
berikut:
wawancara berikut:
75
“Iya mettotu anana’e engkato lerita maridi-ridi alalena to, lasa ana’
maneng asenna ero”.
(Terkadang ada anak yang tubuhnya terlihat menguning. Itu semua
termasuk dalam penyakit anak).
(HK, Dukun Anak, 61 tahun)
“Lasana totu anana’e itu turi terri. Decco ko tengah benni. Degga
mariga, terri bammi”.
(Turi terri termasuk dalam penyakit anak. Terutama saat tengah
malam, terkadang anak tiba-tiba menangis tanpa sebab).
(IN, Keluarga Balita, 54 tahun)
76
Sejalan dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan dukun anak
berikut:
77
15) Bitokeng (Cacingan)
ditandai dengan wajah agak pucat, kurus dan perut agak buncit, serta
informan berikut:
16) Asingeng
78
17) Sulomettiang (Hiperhidrosis)
berlebih, cenderung terjadi pada malam hari ketika anak sedang tidur
wawancara berikut:
“Iyatosi ko engka anana namo wettu bosi, namo lempe bosie magae,
mitti maneng to puse’na e sulomettiangi asenna ero. Nadokoi toi
ananae ko makkuiro”.
(Bila ada anak yang meskipun hujan deras namun tetap keringat
berarti menderita sulomettiang. Hal itu dapat menyebabkan anak
kurus).
(ST, Dukun Anak, 64 tahun)
berikut:
79
“Ko sissi manukeng itu piri-piri anana’ pada manu”.
(Penyakit sisi manukeng menyebabkan anak kejang-kejang seperti
ayam).
(MT, Dukun Anak, 64 tahun)
Matriks 5. 1
Penamaan Penyakit pada Anak Menurut Informan Etnis Bugis
Nama Penyakit Gejala Penyakit
Lingkau bolong Tubuh anak terlihat hitam (memar/
(Sianosis) membiru), baik mulut dan seluruh badan.
Lingkau pute (Anemia Badan anak terlihat putih pucat, putih seperti
defisiensi besi) kain kafan, seolah-olah tidak ada darah yang
mengalir di tubuhnya
Lingkau kamummu Badan anak kaku dan tegang ketika
menangis.
Lingkau peca’ Leher anak tidak bisa tegak dan tidak bisa
duduk.
Lingkau lembe’ Loyo, anak seolah-olah tidak ada kemauan
untuk bergerak.
Sawengeng (Gizi Gejala kurang gizi, seperti lambat berjalan,
kurang) kurus, ukuran kepala lebih besar.
Mattuo-tuo laleng Cacar yang tanda dan gejalanya baru muncul
setelah waktu yang lama, selain itu hanya
demam.
Mattuo-tuo saliweng Cacar yang tanda dan gejalanya nampak dari
luar seperti ruam berbentuk bintik merah
bernanah.
Mattuo-tuo barelle/ Cacar dengan tanda bintik merah bernanah
mattuo-tuo cammane’ dan bentuknya mirip jagung, setelah sembuh
biasanya akan menimbulkan bekas.
Mattuo-tuo betteng/
Cacar dengan tanda bintik merah dan
mattuo-tuo
bentuknya mirip biang keringat.
mallangkana
Mattuo-tuo tanah Cacar dengan tanda ruam berwarna hitam
seperti tanah.
Mattuo-tuo wae Cacar dengan tanda ruam berwarna bening,
besar dan berisi air (melepuh).
Sarampa (Rubella) Ruam di kulit berbentuk bintik merah yang
gejalanya hanya 2-3 hari.
Bolokeng (Influenza) Hidung beringus.
80
Masemmeng (Demam) Peningkatan suhu tubuh anak.
Peddi babuwa/ Peddi Rasa sakit yang muncul di bagian perut
wettang (Sakit perut) anak, sensasi kram dan tertusuk di area
perut.
Benra wettang (Perut
Perut anak membuncit atau kembung
kembung)
Serru’ matana Mata anak membelalak, lebar, dan melihat
ke atas. Biasanya disebabkan oleh demam
tinggi.
No ise’ (Thypoid) Anak tidak mampu duduk disertai demam
hanya ketika menjelang malam hari.
Sikeppo (Pectus Gejala mirip asma, seperti sesak nafas.
excavatum) Tulang rusuk bagian dada menonjol.
Maridi-ridi (Ikterus) Menguningnya kulit pada tubuh anak.
Turi
Anak rewel dan menangis terus-menerus.
terri/Pabborengeng
Balippuru (Granuloma Gangguan kulit yang ditandai dengan
annulare) timbulnya ruam melingkar yang berbentuk
benjolan kemerahan dan jumlahnya
sepasang.
Jambang-jambang Encernya tinja yang dikeluarkan dengan
(Diare) frekuensi buang air besar (BAB) lebih sering
dibandingkan biasanya.
Bitokeng (Cacingan) Infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing
yang ditandai dengan wajah agak pucat,
kurus dan perut agak buncit, serta berat
badan anak tidak naik-naik.
Asingeng Anak rewel dikarenakan ibunya hamil
kembali dengan jarak kehamilan cukup
dekat.
Sulomettiang Keringat berlebih yang cenderung terjadi
(Hiperhidrosis) pada malam hari ketika anak sedang tidur.
Kehilangan cairan tubuh mengakibatkan
anak kehilangan kekuatan.
Sissi manukeng
Anak mengalami kejang secara berulang.
(Epilepsi)
Sumber: Data Primer, 2018.
bahwa nama penyakit pada anak oleh etnis Bugis dikenal dengan nama
81
“Iya mappakkoro maneng, pokokna namo lettu kega yakko idi’ mo ogie
makkoro maneng ro asenna”.
(Iya sama. Pokoknya sampai manapun asalkan sesama orang Bugis
namanya sama saja).
(DT, Dukun Anak, 56 tahun)
diperoleh ada beberapa perbedaan istilah atau nama penyakit pada anak
Hal ini diperkuat oleh hasil FGD dengan petugas kesehatan yang
82
b. Pengetahuan tentang penyebab penyakit pada anak menurut etnis Bugis
bahwa penyebab penyakit pada anak menurut etnis Bugis adalah karena
kutipan berikut:
83
“Itu sabana lasa ana’ biasa faktor cuaca, ada memang juga faktor
keturunan”.
(Penyebab penyakit pada anak biasanya karena faktor cuaca dan ada pula
faktor keturunan).
(IN, Keluarga Balita, 54 tahun)
“Iye maderri nassabari ko mele nadio. Apa iyetu darae yakko elei na ko
wenni maggaroang. Jaji depa namakanja silele jokka-jokka darae
natamaini wae”.
(Penyebabnya biasa karena memandikan anak terlalu pagi. Karena saat
pagi dan malam hari pembuluh darah terbuka. Jadi membuat air masuk
ke pembuluh darah).
(IM, Dukun Anak, 85 tahun)
informan berikut:
“Ko mattampui taue natuli dio araweng, iyenaro biasa mega saki’na
anana. Tacciceng memengmi taue dio ko mattammpui”.
(Bila seseorang sedang hamil dan sering mandi sore itulah yang biasa
memicu banyak penyakit anak. Cukup sekali saja mandi saat hamil).
(IM, Dukun Anak, 58 tahun)
84
Bukan hanya itu, informan lain mengatakan penyebab penyakit pada
anak karena anak tidak pernah dipijat seperti ungkapan informan berikut:
informan berikut:
pada anak karena anak diganggu oleh ari-arinya bila tidak dibacakan
85
“Engka to biasa pada ko ipakatulu-tului okko ari-arina ko dejappi i”.
(Ada juga yang biasanya diganggu oleh ari-arinya dalam mimpi bila
tidak dijampi-jampi).
(HK, Dukun Anak, 61 tahun)
Penyakit dan penyebab penyakit pada anak oleh etnis Bugis dapat
Matriks 5. 2
Penyakit dan Penyebabnya Menurut Informan Etnis Bugis
Padanan
Nama Penyakit Penyakit Secara Penyebab Penyakit
Medis
Lingkau Sianosis Kurangnya pemeliharaan
kebersihan susu dan makanan,
anak tidak pernah dipijat.
Sawengeng Gizi Kurang Kurangnya pemeliharaan
kebersihan susu, makanan,
serta kekurangan vitamin.
Mattuo-tuo Cacar Kurangnya pemeliharaan
kebersihan badan, termasuk
kebersihan pakaian dan tempat
tinggal.
Bolokeng Influenza/pilek Faktor cuaca, kebiasaan
memandikan anak terlalu pagi,
kebiasaan mandi sore semasa
hamil.
Masemmeng Demam Faktor cuaca, teguran dari
makhluk halus, tidak
memperhatikan dinru (saudara
kembar) anak, diganggu oleh
ari-arinya.
Peddi babuwa/ Sakit perut Kurangnya pemeliharaan
Peddi wettang kebersihan susu, makanan, dan
diganggu oleh ari-arinya.
Benra wettang Perut kembung Anak terlalu kenyang.
Serru’ matana - Demam tinggi, anak pernah
terkejut.
86
Turi - Anak pernah terkejut, teguran
terri/Pabboreng dari makhluk halus, tidak
eng memperhatikan dinru (saudara
kembar) anak, diganggu oleh
ari-arinya.
Balippuru Granuloma
Angin jahat.
annulare
Jambang- Diare Tumbuhnya gigi anak, serta
jambang kurangnya pemeliharaan
kebersihan makanan, ASI
ataupun susu formula.
Asingeng - Tempatnya tergantikan (jarak
kehamilan ibu berdekatan).
Sumber: Data Primer, 2018.
Bugis
wawancara berikut:
“Ko iya ajana mupassanroi, bawani lao dottoro anana. Apa okko dottoro
engka yaseng vitamin untuk tulang, untuk otak. Makanja maneng ero”.
(Menurut saya tidak usah berobat di dukun. Bawa saja ke dokter. Karena
di dokter anak bisa mendapat vitamin untuk tulang, untuk otak, dan itu
semua bagus untuk mencegah penyakit).
(ST, Dukun Anak, 64 tahun)
untuk mencegah penyakit pada anak adalah dengan merawat anak dengan
87
baik dan memperhatikan semua kebutuhannya, berikut ungkapan
informan:
“Untuk cegah penyakit anak harus bagus carata rawat anak-anak. Harus
diperhatikan semua kebutuhannya”.
(Untuk mencegah penyakit anak, harus merawat anak dengan baik. Harus
memperhatikan semua kebutuhannya).
(HN, Orangtua Balita, 27 tahun)
berikut:
“... di cuci juga tete e kalau dari jalan baru dikasi tete anana”.
(.. juga membasuh payudara sehabis bepergian sebelum menyusui anak).
88
Bukan hanya itu, informan lain mengatakan untuk mencegah
wawancara berikut:
“Jappi-jappi manengmi je nak idi tau ogie. Apa iya yakko jajini ana’
sanro ku okko bolana bidan e upasimulang maneng mettoni rekeng yekko
bunge’ jajiwi. Ujappiangeng maneng metto ni ero bisae ganggu-ganggui
anana’e. Jaji matu pekke’ na maraja-raja ni denatu nakennai lasa
taccedde’-cedde’ anana’e”.
(Kita orang Bugis menggunakan jampi-jampi. Karena saat ana’ sanro ku
lahir di rumah bidan, langsung saya bacakan. Semua jampi-jampi saya
bacakan guna menghindarkan dari segala hal-hal yang dapat
mengganggunya. Sehingga saat besar anak tidak akan lagi menderita
penyakit).
(DT, Dukun Anak, 56 tahun)
anak adalah dengan menanam ari-ari anak dengan baik disertai ikan
wawancaranya:
berikut:
89
“Bare de naipakatulu-tului okko ari-arina le jappi-jappi. Itanriangi
okkoro ari-ari na, letaroang ni sokko sibawa loka”.
(Agar tidak diganggu oleh ari-arinya adalah dengan membacakan jampi-
jampi dan menyediakan nasi ketan serta pisang).
(HK, Dukun Anak, 61 tahun)
Penyakit dan pencegahan penyakit pada anak oleh etnis Bugis dapat
90
Matriks 5. 3
Penyakit dan Pencegahannya Menurut Informan Etnis Bugis
Padanan
Nama Penyakit Penyakit Pencegahan Penyakit
Secara Medis
Lingkau Sianosis Merawat anak dengan baik dan
memperhatikan semua
kebutuhannya
Sawengeng Gizi Kurang Memperhatikan timbangan dan
memberikan vitamin
Mattuo-tuo Cacar Imunisasi anak sesuai umurnya
Bolokeng Influenza/pilek Menghindari kebiasaan
memandikan anak terlalu pagi,
dan menghindari kebiasaan
mandi sore semasa hamil.
Masemmeng Demam Membacakan jampi-jampi dan
memakaikan panini (bangle)
pada anak, memperhatikan dinru
(saudara kembar) anak.
Peddi babuwa/ Sakit perut Ibu yang sehabis bepergian
Peddi wettang membasuh payudaranya terlebih
dahulu sebelum menyusui
anaknya dan menanam ari-ari
anak dengan baik.
Benra wettang Perut kembung Ibu yang sehabis bepergian
membasuh payudaranya terlebih
dahulu sebelum menyusui
anaknya
Serru’ matana - Membacakan jampi-jampi dan
memasangkan panini (bangle)
pada pakaian anak, menanam
ari-ari anak dengan baik
Turi - Membacakan jampi-jampi dan
terri/Pabboreng memasangkan panini (bangle)
eng pada pakaian anak, menanam
ari-ari anak dengan baik
Jambang- Granuloma Ibu yang sehabis bepergian
jambang annulare membasuh payudaranya terlebih
dahulu sebelum menyusui
anaknya.
Bitokeng Diare Menghindari pamali atau
pantangan.
Asingeng - Memandikan anak di dalam
sarung tepat di atas ibunya.
Sumber: Data Primer, 2018.
91
d. Pengetahuan tentang pengobatan penyakit pada anak menurut etnis Bugis
anak berikut:
“Saya selalu bawa anak saya berobat ke dukun. Di sana di pijit dlu, baru
dikasi minyak sama obat-obat. Banyak isinya, ada panini, bawang putih,
kunyit. Sudah 3 kali mi berobat”
(HN, Orangtua Balita, 27 tahun)
92
(Obat semacam dedaunan, jintan hitam, jintang putih mudah didapatkan
di pasar, selain itu sangat berkhasiat).
(HR, Dukun Anak, 72 tahun)
informan berikut:
“Iyero biasa ko sawengeng anana’ tuli sikolli ajena. Iyenatu idi riyolo
iburanggi lare’ sikolli-kolli. Iyenaro yala lejemmu ko jumai nappa
idiongeng. Lare’ iye malampe, iye lorong tenia ero lare’ cabu”.
(Biasanya bila anak menderita sawengeng maka kakinya berpilin. Itulah
yang menyebabkan dahulu kita mengobatinya menggunakan kangkung
berpilin. Kangkung tersebut diremas dan dimandikan pada hari Jumat.
Kangkung yang dimaksud adalah yang panjang, bukan kangkung cabut).
(ST, Dukun Anak, 64 tahun)
93
Dukun Anak Campuran Minyak
Gambar 5. 1
Skema Pengobatan Penyakit pada Anak
Menurut Kategori Informan
(Sumber: Data Primer, 2018)
94
“Kalau itu matuo-tuo itu kan dua macam. Mattuo-tuo barelle karna dia
kayak jagung, ada to yang kayak kembang keringat, mabiccue padami
turu puse’e yasengi tuo-tuo betteng. Iyaro bettenge dek tumbuhan dulu,
makabiccu ero yaseng betteng, padami benni”.
(Kalau itu penyakit mattuo-tuo kan ada dua macam. Dinamakan mattuo-
tuo barelle karena bentuknya yang mirip jagung. Adapula yang
bentuknya mirip kembang keringat, kecil sehingga dinamakan tuo-tuo
betteng. Betteng adalah nama tanaman tempo dulu, bentuknya sangat
kecil hanya seukuran benih).
(FR, Orangtua Balita, 40 tahun)
berikut:
“Yasengi turi terri apana ero anana’e turi terri bawang tea paja”.
(Dimanakan turi terri karena anak selalu menangis dan tidak mau
berhenti).
(IM, Dukun Anak, 58 tahun)
“Sissi manukeng nasaba ero anana’ piri-piri pada manu”
(Dinamakan sissi manukeng karena anak kejang-kejang seperti ayam).
(MT, Dukun Anak, 64 tahun)
dukun anak:
95
Hal ini sejalan dengan ungkapan tokoh adat melalui wawancara
2. Tokoh Acuan
Tokoh acuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup siapa yang
menjadi acuan atau panutan dalam pemberian nama penyakit pada anak
serta siapa yang menjadi acuan atau panutan dalam pemilihan pencegahan
a. Tokoh acuan atau panutan dalam pemberian nama penyakit pada anak
adalah leluhur atau nenek moyang dan nama tersebut telah berlaku secara
“Metta ni itu engka yaseng lasa ana’ idi tau ogi. Tau riyolota biasa ro
mabbere aseng makkoaro”.
(Nama penyakit pada menurut orang Bugis sudah lama ada. Leluhur kita
yang dulunya memberikan nama demikian).
(HK, Dukun Anak, 61 tahun)
“Pole okko tau riyolo ta. Iye aseng lasa ana’e riyolo mopa engka
memengni. Idi yangkalingami tomatoae jadi yisseng toni”.
(Dari leluhur kita. Nama penyakit pada anak ini sudah ada sejak dahulu.
Kami mendengarnya dari orangtua jadi kami tahu).
(AU, Tokoh Adat, 31 tahun)
96
b. Tokoh acuan atau panutan dalam pemilihan pencegahan dan pengobatan
97
wahyu/petunjuk dari Allah dan pengetahuan tentang cara pengobatan
“Sudah 3x mih ini pindah nak. Nenek dulu, sudah itu ibu, baru saya.
Baru ini kedatangannya itu obat nak bukan dipelajari, bukan di apa, ini
dari Allah. Pammase rekenna nak”.
(Sudah 3x ini menurun. Nenek dulu, kemudian ibu, dan saya.
Kedatangan pengobatan ini nak bukan dipelajari atau apa, tapi ini
datangnya dari Allah, semacam wahyu).
(HR, Dukun Anak, 72 tahun)
Ada pula informan yang mengatakan dukun anak menjadi acuan atau
pengalaman orang lain yang telah berobat di dukun anak, seperti dalam
kutipan berikut:
“Kalau saya tau itu sanro dari kakak. Anaknya juga pernah sakit begitu
dan sembuh setelah dibawa ke sana. Jadi setiap sakit anak saya dibawa
juga berobat ke sana”
(HN, Orangtua Balita, 27 tahun)
98
Selain itu, informan mengatakan dukun anak menjadi acuan atau
3. Nilai
Nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai-nilai budaya yang
99
Ada pula informan yang mengatakan pamali menggoreng makanan
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu pamali saat anak demam
berikut:
“Iye yekko turi liwe pellana, pemmali idio. Leanuangmi bawang wae
pella nappa ipakkuangengngi, supaya takkabbakka ero pellana”.
(Bila anak demam tinggi maka pantang memandikan anak. Cukup
membasuhnya dengan air hangat).
(ST, Dukun Anak, 64 tahun)
“Banyak pemmalinya dek kalau anak sakit. Salah satunya tidak boleh
dimandi kalau panas badannya”
(HN, Orangtua Balita, 27 tahun)
100
untuk menghindarkan dari hal-hal yang negatif, berikut ungkapan
informan:
adat diperoleh salah satu prinsip tertentu yang dianut oleh keluarga
anak tertentu untuk membantu ibu dan bayinya dalam proses persalinan
wawancaranya:
“Kalau orang di sini, engka yaseng makkatenni sanro yakko tamani pitu
puleng tampu’e. Jaji iyenaro matu sanrona pimmana’i. Maleangngi
jappi-jappi ana loloe bare de nakennai lasa ana”.
(Masyarakat di sini, ada namanya makkatenni sanro yakni memilih dan
menetapkan dukun anak tertentu bila usia kehamilan memasuki bulan ke-
7. Jadi dukun anak tersebutlah yang akan membantu proses persalinan.
Memberikan jampi-jampi pada anak agar tidak sakit).
(AU, Tokoh Adat, 31 tahun)
101
Sejalan dengan hal tersebut, informan lain mengatakan prinsip
dengan penamaan penyakit pada anak adalah percaya pada berkah dari
“Iyetu maderri wita prinsipna tau mabbura okko iya nak, mateppe’
rekeng barakka’na ero agagae. Jappi-jappi e rekeng. Mateppe’ makkada
tidak semua penyakit bisa disembuhkan dottoro”.
(Prinsip yang biasa saya lihat pada orang yang berobat di saya adalah
percaya pada berkah pengobatan dukun, seperti jampi-jampi. Percaya
bahwa tidak semua penyakit bisa disembuhkan oleh dokter).
(HK, Dukun Anak, 61 tahun)
“Iye itu mi tadi dinru dek. Percaya saya keluargaku ada begitu to. Kan
pitu puleng tampukku messui ero. Wae mi leyita messu. Weddengeng ero
wae e. Wenni meni napakatulu-tului ka, okko saloe monro. Nappa pas 9
bulan nappa jaji anakku. Engkana niatku yakko engka dallekku mabbola
meloka makkibbuarengngi kamara toh, iyenatu kamarae ilaleng dek”.
(Itu tadi memberikan perhatian khusus pada dinru (saudara kembar) anak
dek. Keluarga saya percaya akan adanya dinru. Saat saya hamil 7 bulan
keluar dinru tersebut, bentuknya mirip air tapi saya harus ngejan baru dia
keluar. Dan malam hari saya bermimpi, dinru itu tinggal di sungai. Baru
setelah 9 bulan anak saya lahir. Jadi setelah kejadian itu saya sudah
berniat bila ada rejeki membangun rumah akan saya buatkan kamar
khusus, nah itulah kamar yang di dalam sekarang).
(FR, Orangtua Balita, 40 tahun)
penyakit pada anak adalah mengikat ari-ari anak tepat setelah anak lahir,
102
“Asetta ero ko lepessu anana’ na de natappa ipesse’, erona
nallalelengeng maderri mate anana’ ko massaui. Tappa isiyoi lolona. Ko
de nayanu iyenaro irung maderi nalai denna. Asetta macoai ki nairo
irung”.
(Biasanya saat anak lahir dan tidak langsung mengikat ari-ari, itulah yang
biasanya menyebabkan anak tersebut meninggal. Jadi harus langsung
diikat. Bila tidak demikian, ari-ari tersebut biasanya mengambil
kakaknya. Kan anak kita lebih tua dari pada ari-arinya).
(IM, Dukun Anak, 58 tahun)
Matriks 5. 4
Prinsip-Prinsip yang Dianut oleh Keluarga Masyarakat
Menurut Informan Etnis Bugis
Masa/Periode Prinsip yang dianut
Tradisi makkatenni sanro atau memilih dan
menetapkan dukun anak tertentu untuk membantu
7 bulan
ibu dan bayinya dalam proses persalinan dan
memberikan jampi-jampi agar anak tidak sakit
Mengikat ari-ari anak tepat setelah anak lahir agar
Pasca persalinan
tidak membahayakan nyawa bayi dan ibunya
Memberikan perlakuan khusus pada dinru (saudara
Bila anak
kembar) anak, misalnya membuatkan kamar
memiliki dinru
khusus. Bila membelikan sesuatu pada anak harus
(saudara
mengutamakan dinru tersebut, baru setelah itu bisa
kembar)
dipakai oleh adiknya.
Percaya pada berkah dari pengobatan dukun anak
Bila anak sakit seperti jampi-jampi. Percaya bahwa tidak semua
penyakit bisa disembuhkan oleh dokter
Sumber: Data Primer, 2018.
ayam jantan dan betina, kelapa, serta lilin yang kemudian dibacakan doa
103
untuk keselamatan. Barang tersebut dapat digantikan dengan uang setara
“Iye wita tau lotang e ko engkai lao okko nak e, najalankan maneng
sesuai dengan adat-adatnya dulu. Seperti ada yang namanya maccera’.
Mappalleppe’i kennana. Beras 4 liter (sigantang istilahna), ayam biasa 1
jantan 1 betina, baru ada lilinnya (pesse’ pelleng ko tau lotang). Tapi ko
iya dena je ga pake makkuaro nak. Na rampung maneng meni taue
sekaligus na uangkan”.
(Saya lihat tau lotang bila selesai berobat menjalankan semua ritual
sesuai adat istiadat dulu, misalnya maccera’. Semacam membayar yang
terdiri dari beras 4 liter (sigantang), ayam biasanya 1 jantan 1 betina, lilin
atau biasa disebut pesse’ pelleng. Tapi kalau saya sudah tidak ada lagi,
dirampungkan semua sekaligus diuangkan).
(HR, Dukun Anak, 72 tahun)
kambing hanya dilakukan dahulu dan atau bila sakit yang diderita anak
104
“Iyenatu mappallesso. Maccera rekeng ero. Iniakeng i bare de nalisu
pemeng ero lasa e”.
(Itulah yang dinamakan mappallesso/maccera’. Diniatkan agar penyakit
tidak kambuh kembali).
(MT, Dukun Anak, 64 tahun)
penyakit yang diderita anak maka dapat memilih perlakuan yang tepat,
wawancara berikut:
105
Hal ini sejalan dengan ungkapan informan berikut:
berikut:
Melihat
1. Ciri-Ciri
2. Gejala Memberikan
3. Bagian Penamaan Penyakit
tubuh yang
sakit
Obat-obat Herbal
Pengobatan
Pijat
Jampi-jampi
Gambar 5. 2
Skema Alur Fungsi Penamaan Penyakit pada Anak
Menurut Informan Etnis Bugis
(Sumber: Data Primer, 2018)
D. Pembahasan
106
pertimbangan pribadi terhadap objek dan stimulus, merupakan modal awal
2010).
melatarbelakangi serta asal mula penamaan penyakit pada anak oleh etnis
Bugis baik yang didapat dari pengalaman pribadi ataupun dari pengalaman
1) Lingkau
dari lima macam, antara lain lingkau bolong, lingkau pute, lingkau
107
Penelitian yang dilakukan Maramis dkk (2014) menyebutkan bahwa
salah satu tanda dan gejala penyakit jantung bawaan (PJB) yang
suatu warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari tangan.
badan anak terlihat putih pucat pasi, seolah-olah tidak ada darah yang
jaringan perifer (Kemenkes RI & IDI, 2014). Bayi lahir dari ibu yang
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan leher anak tidak bisa
suatu kondisi yang ditandai dengan anak loyo, seolah-olah tidak ada
108
2) Sawengeng (Gizi Kurang)
seperti lambat berjalan, kurus, dan ukuran kepala lebih besar. Hal ini
2008).
3) Mattuo-tuo (Cacar)
109
Mattuo-tuo terdiri dari beberapa macam, antara lain mattuo-tuo
gejalanya baru muncul setelah waktu yang lama, selain itu hanya
perlu dilakukan pemeriksaan klinis lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan
110
Temuan lain dari lokasi penelitian adalah penyakit sarampa,
hanya 2-3 hari. Tanda dan gejala yang demikian serupa dengan tanda
tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung hanya selama 2-3
4) Bolokeng (Influenza/pilek)
pilek. Hal ini sesuai dengan keluhan influenza antara lain demam,
bersin, batuk, sakit tenggorokan, hidung meler, nyeri sendi dan badan,
5) Masemmeng (Demam)
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38o C)
111
merasakan sensasi kram dan tertusuk di area perut. Sakit perut pada
bayi dan anak, baik akut maupun kronis, sering dijumpai sehari-hari.
adanya abdomen lebih besar dari ukuran biasa pada anak (Hospital
(perut kembung).
8) Serru’ matana
112
atau kejang demam yang disertai meneteskan air liur, muntah, tubuh
9) No ise’ (Thypoid)
a) Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola
salah satunya anak sesak nafas. Tanda lain ketika anak menderita
113
Pectus excavatum juga dikenal sebagai corong dada (funnel chest)
fisik, seperti sesak napas dan nyeri dada, serta tekanan psikologis
(Harris, 2016).
„jaune‟ yang berarti kuning. Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi
yang ditandai oleh perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan
Keadaan ini merupakan tanda penting dari penyakit hati atau kelainan
Hepatitis pada anak dengan tanda mata dan kulit menguning akibat
114
12) Turi terri/Pabborengeng
dari hidupnya, bayi yang baru lahir menangis dikarenakan reaksi dari
rasa lapar, dan rasa sakit atau tidak nyaman (Brazelton, 2011).
115
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Penyebab diare paling
ditandai dengan wajah agak pucat, kurus dan perut agak buncit, serta
kurus.
16) Asingeng
116
anak. Hal ini terjadi karena anak merasa adanya perubahan sikap dan
dan rewel.
berlebih, cenderung terjadi pada malam hari ketika anak sedang tidur
gejala epilepsi.
tanpa penyebab yang jelas dengan interval serangan lebih dari 24 jam,
117
akibat lepas muatan listrik berlebihan di neuron otak. Berdasarkan
101 leksikon nama penyakit dalam bahasa Melayu dialek Sekadau yang
anak.
istilah penyakit kulit dan kelamin yang tidak hanya berasal dari bahasa
Jawa, tetapi terdapat juga bahasa Jawa Kuno, Sansekerta, Prancis, dan
istilah atau nama penyakit pada anak antara masyarakat etnis Bugis dan
118
mattuo-tuo, rubella yang mereka sebut dengan istilah sarampa, thypoid
diberikan oleh dokter. Hal ini sejalan dengan temuan Elisa (2015) dalam
semua jenis penyakit kulit gatal dikenal dengan istilah “puru-puru” oleh
sore semasa hamil, anak pernah terkejut, serta tidak pernah memijat anak.
119
dianggap karena teguran dari makhluk halus, tidak memperhatikan dinru
orang, hantu, makhluk halus dan lain-lain (Foster & Anderson, 1986).
Bugis
infeksi yang paling efektif dan murah. Imunisasi bukan saja dapat
ungkapan dr. Nia Kania, SpA., M.Kes dalam Seminar “Stimulus Tumbuh
mewujudkan tumbuh kembang yang optimal tentu saja orang tua harus
120
bayi sangat rentan terhadap penyakit. Mandi merupakan salah satu
paparan dingin pada bayi, dengan memandikan bayi terlalu pagi berisiko
para ibu terlebih dahulu harus mencuci tangan dan apabila ibu kembali
ibu hamil, dan orang sakit. Untuk melindungi anak dari gangguan
121
peniti. Panini dalam bahasa Bugis memiliki arti “menghindarkan”.
dan bayi setelah lahir dari gangguan kekuatan jahat yang mereke kenal
nandal (ramuan untuk diminum), fass atau muslaay (jimat yang diikat di
penyakit pada anak adalah menanam ari-ari anak dengan baik disertai
ikan kering, Al-Qur‟an, asam, garam, dan buku. Ikan kering berfungsi
maupun peredam bau amis pada ari-ari, serta buku bermakna agar saat
besar nanti anak menjadi cerdas. Hal ini sejalan dengan tradisi
122
Kintamani Bangli Kota Bali, yang melakukan tradisi penguburan ari-ari
disertai kelapa, penjepit, pisau, kunyit, jeruk lemon, kapur sirih, merica,
abu dapur, dan tali. Namun, penguburan yang dilakukan oleh masyarakat
Bukak yang dipercaya sebagai asal muasal manusia, yaitu dari kayu
(Lisiana, 2014).
anak dan juga ibunya. Hal ini sejalan dengan tradisi suku Banjar di
selama hamil dan bersalin ibu dan bayi terhindar dari keadaan yang dapat
membahayakan ibu dan bayi selama kehamilan dan persalinan (Lia dkk,
2016).
Selatan telah dibukukan sejak awal abad 15. Pengobatan dengan obat
tradisional dari bahan alam tersebut dikenal dengan sure lontara pabbura
123
yang berisi jenis tanaman, khasiat dan cara penggunaannya (Hamid,
2008).
dipraktikkan pada Etnik Sumba Provinsi NTT. Metode pijat atau urut
atau mantera yang diucapkan sebagai doa kesembuhan (Ipa, 2014). Hal
124
e. Pemikiran dan pertimbangan pribadi etnis Bugis tentang sebab-sebab
pada anak adalah dengan melihat ciri-ciri yang nampak badan badan
anak, gejala yang ditimbulkan penyakit, serta bagian tubuh yang sakit.
penyakit, dan bagian tubuh yang terkena penyakit (Sakinah dkk, 2016).
2. Tokoh Acuan
Tokoh acuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup siapa yang
menjadi acuan atau panutan dalam pemberian nama penyakit pada anak
serta siapa yang menjadi acuan atau panutan dalam pemilihan pencegahan
Acuan atau panutan dalam pemberian nama penyakit pada anak adalah
leluhur atau nenek moyang dan nama tersebut telah berlaku secara turun-
temurun. Hal ini sejalan dengan hasil pengkajian budaya leluhur oleh
pengobatan penyakit pada anak adalah dukun anak dan dokter. Dokter
125
menjadi acuan atau panutan dalam penanganan penyakit pada anak karena
ilmunya telah dipelajari dibangku sekolah dan kuliah. Hal ini sejalan dengan
penyakit pada anak karena dukun anak mendapat wahyu/petunjuk dari Allah
kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Iriani (2014)
ia mendapatkan izin praktik dan bekerja sama dengan bidan atau para medis
126
yang ada di desa tersebut, bahkan bekerjasama dengan dokter yang
acuan atau panutan dalam penanganan penyakit pada anak karena berdasar
pada pengalaman orang lain yang telah berobat di dukun anak. Hal ini
sejalan dengan penelitian Fanani dan Dewi (2014) tentang health belief
Alasan lain yang mendukung dukun anak menjadi acuan atau panutan
Suku Sumuri, Teluk Bintuni, Papua Barat menyebutkan bahwa sekitar 40%
127
itu bidan tetap dianggap sebagai orang luar, baik karena asalnya memang
dari luar Sumuri maupun adanya perbedaan dasar dalam praktik pelayanan
bayi juga menjadi ikatan yang kuat di antara mereka (Alesich, 2008). Secara
budaya pun pengaruh relasi kuasa antara dukun terhadap pasien masih kuat,
pengobatan tradisional dalam hal ini meminta pertolongan jasa dukun yang
3. Nilai
Nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai-nilai budaya yang
128
bertindak. Dimana orang tua mengajarkan ke anak-anaknya tentang
dalam keluarga Bugis dilakukan sejak dini kepada anak. Sejak anak
gatal pada saat anak menderita cacar diakibatkan karena reaksi dalam
tubuh.
129
b. Prinsip-prinsip tertentu yang dianut oleh keluarga masyarakat etnis Bugis
makkatenni sanro atau memilih dukun anak tertentu untuk membantu ibu
anak tidak sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian Mayasaroh (2013),
Dukun bayi yang telah dipilih akan membantu wanita pada masa
dan mengurus ibu dan bayinya serta penanganan setelah masa nifas.
penyakit pada anak adalah percaya pada berkah dari pengobatan dukun
anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Iriani (2014), masyarakat di Desa
Labela sampai saat ini masih percaya pada kepandaian seorang dukun,
dukun anak memberikan ramuan kepada ibu hamil, maka ibu merasa
130
(saudara kembar) anak. Menurut tradisi dan kepercayaan masyarakat
etnis Bugis, dinru (saudara kembar) anak merupakan makhlus halus yang
tidak terlihat dan terbagi menjadi dua macam: dinru langi (saudara
kembar yang berasal dari langit) dan dinru wae/salo (saudara kembar
yang berasal dari air atau sungai). Dinru (saudara kembar) ini dipercaya
menampakkan diri dalam wujud manusia dalam mimpi sang ibu dan
menuntut untuk diperlakukan secara khusus. Hal ini tidak sejalan dengan
kembar bayi adalah ari-ari atau plasenta. Tetapi masyarakat suku Tolaki
penyakit pada anak adalah mengikat ari-ari anak tepat setelah anak lahir.
Hal ini sejalan dengan penelitian Adang (2016) dengan judul “Tradisi
bayi keluar dari rahim ibu dengan ari-ari (plasenta), dukun memijat tali
pusar bayi kemudian diikat dengan benang yang sudah disiapkan. Setelah
131
pemotongan tali pusat. Penjepitan dan pemotongan tali pusat dilakukan
pada kala III persalinan, kemudian tali pusat diklem memakai cunam dan
ritual tertentu dalam penanganan penyakit pada anak adalah setelah anak
jantan dan betina, kelapa, serta lilin yang kemudian dibacakan doa untuk
sapi, atau kambing hanya dilakukan dahulu dan atau bila sakit yang
pada anak dapat ditransfer pada hewan, serta kesembuhan anak ditukar
tampung organ tubuh) suatu binatang, maka transfer penyakit bisa lebih
132
sudah berat/kronik. Kelinci digunakan untuk penyakit yang lebih ringan
jampi-jampi yang tepat sesuai dengan penyakit yang diderita anak. Hal
orang Jawa yang membahas 364 istilah penyakit dalam bahasa Jawa.
tepat.
133
E. Keterbatasan Penelitian
dibalik pemilihan jenis obat herbal untuk penyakit yang disebutkan, sehingga
134
BAB VI
A. Kesimpulan
ciri yang nampak pada badan anak, gejala yang ditimbulkan penyakit, dan
bagian tubuh yang sakit; penyebab penyakit baik secara naturalistik maupun
3. Nilai dari etnis Bugis di Kabupaten Sidrap dalam penamaan penyakit pada
anak adalah pamali, tradisi mappallesso dan makkatenni sanro yang berlaku
secara turun-temurun.
B. Saran
135
b. Bagi tenaga kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan di wilayah
2. Bagi Masyarakat
variabel diluar dari penelitian ini seperti sumber daya maupun aspek
sosial budaya yang lain misalkan adat istiadat, norma, ataupun kebiasaan.
136
DAFTAR PUSTAKA
Alesich, S. 2008. Dukun and Bidan: The Work of Traditional and Government
Midwives in Southeast Sulawesi. In: Ford M Parker L (eds) Women and
Work in Indonesia. London: Routledge.
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS.
Baki, N. 2005. Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Bugis (Studi tentang
Perubahan Sosial dalam Keluarga Rappang di Sulawesi Selatan). Disertasi.
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research for Education: an
Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn & Bacon.
DepKes RI, 1992. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan.
Dianne, Y & Fitria, L. 2014. Sakit Perut Berulang Pada Anak. Jurnal CDK 219
Vol. 41, No.8, hal 598-594.
Fanani, S & Dewi, T.K. 2014. Health Belief Model pada Pasien Pengobatan
Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 03, No. 1, hal 54-59.
Fatimah, S. Nurhidayah, I. Rakhmawati, W. 2008. Faktor-faktor Yang
Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita Di Kecamatan Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Vol 10, No. 18, hal 37-51.
Fuadah, N. 2016. Istilah – Istilah Penyakit Kulit dan Kelamin pada Masyarakat
Jawa di Desa Tega Pare Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi
(Tinjauan Semantik dan Etimologi). Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra. Universitas Jember, Jember.
Hamzah, A. Sukri. Jompa, H. 2007. Perilaku Menyusui Bayi pada Etnik Bugis di
Pekkae, 2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No.5 hal 195-
201.
Harjati. 2012. Konsep Sehat Sakit terhadap Kesehatan Ibu dan Anak pada
Masyarakat Suku Bajo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tesis. Pasca
Sarjana. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hidayat, A & Aziz A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Hospital Care for Children. 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. [Online].
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:rtQUt-
foNu0J:www.ichrc.org/452-difteri+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id [diakses
14 Januari 2018]
Iriani. 2014. Pola Pengasuhan Anak Pada Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara.
Jurnal Walasuji Vol 5, No.2, hal 265-276.
Istiana, I.A.D. 2012. “Pemmali” sebagai Kearifan Lokal dalam Mendidik Anak
pada Keluarga Bugis di Kelurahan Kalukuang Kecamatan Tallo Kota
Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Jegede. 2002. The Yoruba Cultural Construction of Health and Illness. Nordic
Jurnal of African Studies Vol 11, No.3, hal 322-335.
Kania, Nia. 2006. Stimulus Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
Kembang Yang Optimal. Seminar Tumbuh Kembang Anak. Bandung, 11
Maret.
Kasmini, O.W. 2012. Kontribusi Sistem Budaya dalam Pola Asuh Gizi Balita
pada Lingkungan Rentan Gizi (Studi Kasus di Desa Pecuk, Jawa Tengah).
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11, No.3, hal 240-250.
Kemenkes RI & IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan.
Harun, A. 2016. Ini Bahaya Memandikan Anak Saat Demam. Tribun Lampung,
13 Januari 2016.
Laksono, A.D., Nggeolima, R.A., & Margareth, M. 2016. Buku Seri Riset
Etnografi Kesehatan 2016: Bugis Tukak Relokasi Sanitasi. Yogyakarta: PT.
Kanisius.
Lestari, D.S. 2016. Adat Istiadat yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu dan
Bayi di Lingkungan Suku Bugis. Akademi Kebidanan Delima Persada,
Gresik.
Lia, S.S., Husaini., Ilmi, B. 2016. Kajian Budaya dan Makna Simbolis Perilaku
Ibu Hamil dan Ibu Nifas. Jurnal Berkala Kesehatan Vol 1, No,2, hal 78-87.
Maas, L.T. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak.
Kesehatannya. USU Digital Library. 2004. [diakses tanggal 13 Januari 2018].
Marhani. 2016. Cultural Care Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak Adat Tolotang.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makassar.
Mayasaroh, 2013. Peran Dukun Bayi Dalam Penanganan Kesehatan Ibu dan
Anak di Desa Bolo Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Solidarity: Jurnal
of Education, Society and Culture Vol. 2, No. 1, hal 36-44.
Mitayani. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.
Nazira, A & Devy, S.R. 2015. Pengaruh Personal Reference, Thought and
Feeling terhadap Kesehatan Reproduksi Santri Putri Pondok Pesantren X.
Jurnal Promkes, Vol. 3 No.2, halaman 229-240.
Pellegrino, E.D. 1963. Medicine, History, dan the Idea of Man. Dalam Medicine
and Society, The Annals of the American Academy of Political and Social
Science 346. J.A Clausen dan R. Straus (Editor). Hlm. 9-20.
Permendiknas RI No.58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Puspita, I.R. Suradi, R. Munasir, Z. 2007. Insidens dan Faktor Risiko Hipotermia
Akibat Memandikan pada Bayi Baru Lahir Cukup Bulan. Jurnal Sari Pediatri,
Vol. 8, No.4, hal 258-264.
Rahman, N. 2006. Cinta, Laut, dan Kekuasaan Dalam Epos La Galigo. Makassar:
La Galigo Press.
Ranuh, dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sahara, D.S. Hubungan Antara Gangguan Tidur dengan Pertumbuhan pada Anak
Usia 3-6 Tahun di Kota Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokter. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sakinah., Muzammi, A.R & Syahrani, A. 2016. Leksikon Nama Penyakit dalam
Bahasa Melayu Dialek Sekadau. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sasta
Indonesia. Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Media.
Siddalingappa, K., Murthy, S.C., Herakal, K., Kusuma, M.R. 2015. Multiple
granuloma annulare in a 2-year-old child. Indian Jurnal Dermatology Vol.
60, No.6, hal 636.
Siregar, C.D. 2006. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui
Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Sari
Pediatri Vol. 8, No. 2, hal 112-117.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Suwarba, I.G.N.M. 2011. Insidens dan Karakteristik Klinis Epilepsi pada Anak.
Sari Pediatri Vol.13, No. 2, hal:123-128.
Tyler. 1969. The Work of The Counselor. New York: Appleton Century.
Undang-undang HAM Nomor 39 tahun 1999, (Jakarta : Asa Mandiri, 2006), hal. 5
Wahyuni, A.S. 2004. Anemia Defisien Besi Pada Balita. Skripsi. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara, Medan.
WHO. 2015. WHO issues best practices for naming new human infectious
diseases. Note for the media. [Online]. Media centre.
http://www.who.int/mediacentre/news/notes/2015/naming-new-diseases/en/
[diakses 2 Januari 2018].
WHO Indonesia. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: WHO Indonesia.
Yahya, A.M. 2016. Kajian Jenis, Fungsi, dan Makna Mantra Bugis Desa Tanjung
Samalantakan (A Study Of Types, Functions, And Meanings Buginese
Mantras Of Tanjung Samalantakan Village). Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran hal 163-179.
PENJELASAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Sidrap,..................................2018
Peneliti
(Fatmawaty)
PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN
Sidrap,..................................2018
Yang menyatakan
(...................................................)
PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR INFORMAN
Sidrap,..................................2018
Yang menyatakan
(...................................................)
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)
PENAMAAN PENYAKIT PADA ANAK OLEH ETNIS BUGIS
(STUDI RAPID ETHNOGRAPHY DI KABUPATEN SIDRAP)
B. Pedoman Wawancara
1. Pemikiran dan Perasaan
a. Pengetahuan
1) Penyakit apa saja yang biasa menyerang anak usia balita? Jelaskan!
2) Apakah ada penamaan khusus oleh etnis Bugis tentang penyakit pada
anak tersebut? Jelaskan!
3) Apakah penyakit tersebut juga dikenal dengan nama demikian di
daerah lain? Jika nama penyakit tersebut berbeda di daerah lain, apa
yang membedakannya? Dan kenapa terjadi perbedaan nama?
Jelaskan!
4) Apa penyebab penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
5) Bagaimana pencegahan penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
6) Bagaimana pengobatan penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
b. Pemikiran dan Pertimbangan
1) Apa sebab-sebab atau yang melatarbelakangi pemberian nama
penyakit pada anak oleh etnis Bugis? Dan apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis?
Jelaskan!
3. Nilai
a. Nilai etnis Bugis apa yang menjadi pedoman, pegangan, atau prinsip
dalam penamaan penyakit pada anak? Jelaskan!
b. Apakah nilai tersebut berlaku secara turun-temurun? Jelaskan!
c. Apakah ada prinsip tertentu yang dianut oleh keluarga dalam penamaan
penyakit pada anak? Jelaskan!
d. Apakah ada ritual tertentu dalam penanganan penyakit pada anak?
Jelaskan!
e. Apa fungsi dibalik penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis?
Jelaskan!
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)
PENAMAAN PENYAKIT PADA ANAK OLEH ETNIS BUGIS
(STUDI RAPID ETHNOGRAPHY DI KABUPATEN SIDRAP)
B. Pedoman Wawancara
1. Pemikiran dan Perasaan
a. Pengetahuan
1) Penyakit apa saja yang biasa menyerang anak usia balita? Jelaskan!
2) Apakah ada penamaan khusus oleh etnis Bugis tentang penyakit pada
anak tersebut? Jelaskan!
3) Apakah penyakit tersebut juga dikenal dengan nama demikian di
daerah lain? Jika nama penyakit tersebut berbeda di daerah lain, apa
yang membedakannya? Dan kenapa terjadi perbedaan nama?
Jelaskan!
4) Apa penyebab penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
5) Bagaimana pencegahan penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
6) Bagaimana pengobatan penyakit pada anak tersebut? Jelaskan!
b. Pemikiran dan Pertimbangan
1) Apa sebab-sebab atau yang melatarbelakangi pemberian nama
penyakit pada anak oleh etnis Bugis? Dan apa saja yang menjadi
pertimbangan dalam penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis?
Jelaskan!
3. Nilai
a. Nilai etnis Bugis apa yang menjadi pedoman, pegangan, atau prinsip
dalam penamaan penyakit pada anak? Jelaskan!
b. Apakah nilai tersebut berlaku secara turun-temurun? Jelaskan!
c. Apakah ada prinsip tertentu yang dianut oleh keluarga dalam penamaan
penyakit pada anak? Jelaskan!
d. Apakah ada ritual tertentu dalam penanganan penyakit pada anak?
Jelaskan!
e. Apa fungsi dibalik penamaan penyakit pada anak oleh etnis Bugis?
Jelaskan!
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)
PENAMAAN PENYAKIT PADA ANAK OLEH ETNIS BUGIS
(STUDI RAPID ETHNOGRAPHY DI KABUPATEN SIDRAP)
B. Pedoman Wawancara
1. Penyakit anak apa saja yang sering diderita oleh masyarakat Bugis di daerah
ini?
2. Apakah ada perbedaan istilah atau nama penyakit pada anak antara petugas
kesehatan dengan masyarakat etnis Bugis? Apa saja itu?
3. Bila terjadi perbedaan istilah atau nama penyakit pada anak, bagaimana
etnis Bugis menangani penyakit tersebut?
Lampiran 2. Panduan FGD
PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
PENAMAAN PENYAKIT PADA ANAK OLEH ETNIS BUGIS
(STUDI RAPID ETHNOGRAPHY DI KABUPATEN SIDRAP)
1. Nama Fasilitator :
2. Waktu FGD : Tanggal......................................... Jam:........................
3. Nama Informan :
1.
2.
3.
4.
5.
Wawancara dengan informan keluarga balita Wawancara dengan informan tokoh adat
Nama : FATMAWATY
NIM : K11114025
Tempat/Tanggal Lahir : Pare Pare, 13 Agustus 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Ir. Sutami Km.8,45 Villa Mutiara Cluster Jelita 7 No.12
Makassar
HP : 085343986416
Email : fatmawaty313@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan :
1. TK Kemala Bhayangkari Belawa Wajo Tahun 2001-2002
2. SD Negeri 64 Ongkoe Wajo Tahun 2002-2003
3. SD Negeri 21 Pangsid Tahun 2003-2008
4. SMP Negeri 1 Pangsid Tahun 2008-2011
5. SMA Negeri 1 Pangsid Tahun 2011-2014
6. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (2014-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Keluarga Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
2. Anggota Divisi Litbang Forum Mahasiswa Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
(Forma PKIP) FKM Unhas Periode 2016/2017
3. Koordinator Divisi Litbang Forum Mahasiswa Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku (Forma PKIP) FKM Unhas Periode 2017/2018
Riwayat Prestasi :
1. Juara III Debat Tingkat SMP/Sederajat dalam rangka PENSI Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP Muhammadiyah Sidrap Tahun 2010
2. Juara II Lomba Mathematics Match dalam ajang Macca Expo 2010 se-Sulawesi
Selatan Tahun 2010
3. Juara I Debat Tingkat SMP/Sederajat dalam rangka PENSI Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP Muhammadiyah Sidrap Tahun 2011
4. Olimpiade Sains Nasional (OSN) SMA tingkat Provinsi Sulawesi Selatan mata
pelajaran Fisika Tahun 2013
5. Top 10 Pemilihan Duta Pangan Nusantara 2016 dalam acara National Agriculture
Innovation Festival (NAIF) 2016
6. Duta Pemudi Kabupaten Sidrap (Jong Sidrap) Tahun 2017
7. Top 5 Duta Pemudi Sulawesi Selatan dalam acara pemilihan Jong Celebes Tahun
2017