HARIANI
K021171014
HARIANI
K021171014
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Ilmu Gizi
Hariani
“Daya Terima Cookies Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Sebagai
Makanan Tambahan Ibu Menyusui”
(xv+ 84 Halaman + 17 Tabel + 10 Lampiran)
Target intervensi 1000 HPK meliputi masa kehamilan, menyusui, dan
baduta, namun hingga kini belum ada intervensi spesifik berupa PMT khusus untuk
memenuhi asupan gizi ibu menyusui. Karenanya salah satu upaya inovasi produk
PMT dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan yaitu
tepung daun katuk sebagai substitusi produk cookies sebagai PMT ibu menyusui.
Penelitian ini bertujuan menemukan produk PMT ibu menyusui yang memiliki
kandungan gizi sesuai 20% AKG yang lulus uji daya terima dengan 4 parameter uji
(warna, aroma, tekstur dan rasa) baik organoleptik dan mutu. Penelitian
observasional deskriptif observasional deskriptif dengan 4 formula cookies yaitu
dengan perbandingan tepung terigu dan tepung daun katuk F1 90%: 10%, F2 80%,
20%, F3 70% : 30%, F4 60% : 40%. Uji organoleptik dilakukan oleh 2 kelompok
panelis yaitu panelis terlatih dilakukan oleh dosen dan staff Laboratorium Kimia
Biofisik FKM Unhas dan panelis konsumen dilakukan oleh 30 orang ibu menyusui
di wilayah kerja puskesmas Sudiang. Daya terima formula diukur dengan
menggunakan score sheet dan data uji organoleptik dianalisis dengan menggunakan
SPSS uji kruskall wallis.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan formula produk PMT busui sebanyak
4 formula yang sesuai kandungan gizi 20% AKG ibu menyusui. Ke empat formula
memenuhi syarat daya terima baik oleh panelis terlatih maupun panelis konsumen.
Uji organoleptik berdasarkan parameter warna, aroma, tekstur dan rasa cookies
yang paling disukai adalah cookies formula 1 dengan jumlah 10 keping/hari.
Kata Kunci : Daun katuk, daya terima, PMT ibu menyusui, status gizi
Daftar Pustaka : 61 (1992 - 2021)
vi
KATA PENGANTAR
vii
Pada kesempatan kali ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang berperan dalam peneyelesain skripsi
ini, yakni:
1. Orang tua yaitu bajuddin dan Darming serta saudara-saudara penulis beserta
keluarga besar saya yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi,
dukungan serta pengertiannya selama mengikuti pendidikan hingga selesainya
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Aminuddin Syam, SKM., M. Kes., M. Med.Ed selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
3. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M. Kes., Sp. GK sebagai pembimbing akademik
atas segala nasehat dan motifasi yang diberikan sejak awal perkuliahan.
4. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M. Kes., Sp. GK sebagai pembimbing I dan Prof.
DR. Saifuddin Sirajuddin, MS selaku pembimbing II, serta dr. Devintha Virani,
M. Kes., Sp. GK selaku dosen pembimbing II yang sebelumnya atas bimbingan,
motivasi, dan kesabarannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M. Kes., Sp. GK selaku Ketua Program Studi Ilmu
Gizi dan seluruh dosen yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu,
namun setiap ilmu yang diberikan sungguh sangat berharga dan merupakan
bekal bagi penulis dimasa depan.
6. Bapak Dr. Burhanuddin Bahar, MS selaku penguji I dan Prof. Dr. Veni Hadju,
M.Sc., Ph. D selaku penguji II atas kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini.
7. Staff Program Studi Ilmu Gizi FKM Universitas Hasanuddin yaitu Kak rizal,
Pak Khasman, Kak Sry, Kak Mesra dan Kak Indar serta staff akademik untuk
segala bantuan dalam hal administrasi.
8. Kepala puskesmas, bagian gizi, bagian KIA, ibu kader puskesmas sudiang atas
bantuan dan kerja samanya selama proses penelitian berlangsung.
9. Saudara kembar penulis dan Sulfiah Nur sahabat yang penulis anggap saudara
senantiasa memberikan motivasi, saling menyemangati, dan selalu ada.
10. Teman seperjuangan Tim PMT yaitu Dika Juliastuti, Farida Hanum Amu,
Mutmainna Nurfadila yang sejak awal berjuang bersama dalam suka maupun
duka dalam proses penyelesaian skripsi ini.
viii
11. Teman-teman penulis dika juliastuti, Rizka Norprianti M, Ananda Fasya Z A,
Balqis, Anjuna Jemah yang selalu ada dan saling membantu dan memotivasi.
serta putri Rahmawati Nento, Ita Sajek Prayekti, Leli Pardalita, Adriana, Andi
Ainun Nurrahmi yang senantiasa mendengarkan kekhawatiran penulis.
12. Keluarga besar LD Al-’AAFIYAH, V17AMIN, REWA yang memberikan rasa
persaudaraan, kebersamaan dan saling menjaga.
13. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
penulis selalu bersemangat dalam proses penyelsai skripsi ini.
Akhir kata, saya mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan pada
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi kontribusi untuk masyarakat
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Januari 2022
Hariani
ix
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….iv
LEMBARPENGESAHAN………………………………………………………v
RINGKASAN……………………………………………………………………vi
KATA PENGANTAR … ……………………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………..…………………….x
DAFTAR TABEL ..…………………………………….…………………...…..xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..xiii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………….xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………...xv
BAB I PENDAHULUAN………………………..……………….………………1
A. Latar Belakang ………………………………………………………..……1
B. Rumusan Masalah ...…………………………………………………….….7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….………….7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….....8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………9
A. Tinjauan Umum tentang Asupan Ibu Menyusui…..……………………..9
B. Tinjauan Umum tentang Daun Katuk…...………………………..……..12
C. Tinjauan Umum tentang Cookies…….…………………………………..14
D. Tinjauan Umum tentang PMT…………………………………………...16
E. Tinjauan Umum tentang Bahan Tambahan………………………..…...18
F. Tinjauan Umum tentang Uji Organoleptik………………………….…...19
G. Kerangka Teori………………………………….………………..……….29
BAB III KERANGKA KONSEP……………………………….……………...31
A. Kerangka Konsep………………………………………….……………...31
B. Definisi Operasional…………………………………………….…………32
BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………….34
A. Jenis Penelitian……………………..…………………………….………..34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………..………34
C. Populasi dan Sampel……………………………………………..………..35
D. Panelis Penelitian..…………………………….…………………………..35
x
E. Alat dan Bahan……………………………………..……………………...36
F. Tahap Penelitian ……………………………………..……………….…...36
G. Pengumpulan Data…………..……………………………………………41
H. Pengolahan Data………………………..…………………………………41
I. Penyajian Data…………………………….……………………………….41
J. Diagram Alur Penelitian…………………………………………………..42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...43
A. Hasil………………………………………………………………………..43
B. Pembahasan………………………………………………………………..56
BAB VI PENUTUP……………………………………………………………..64
A. Kesimpulan………………………………………………………………...65
B. Saran……………………………………………………………………….65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...67
LAMPIRAN……………………………………………………………………..72
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………..84
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Tambahan Kebutuhan Asupan Gizi Ibu Menyusui …..............………10
Tabel 2.2. Kandungan Gizi Daun Katuk........................................…...…….........13
Tabel 2.3. Syarat Mutu Cookies...................................…………………………..15
Tabel 4.1. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui ………………………...……..………37
Tabel 4.2. Kebutuhan Formula Cookies Daun Katuk ...………………………....37
Tabel 5.1. Hasil Analisis Statistik Kruskall Wallis Panelis Terlatih……..………46
Tabel 5.2. Daya Terima Panelis Terlatih Berdasarkan Parameter Warna ..…..…46
Tabel 5.3. Daya Terima Panelis Terlatih Berdasarkan Parameter Aroma…….…47
Tabel 5.4. Daya Terima Panelis Terlatih Berdasarkan Parameter Tekstur……... 48
Tabel 5.5. Daya Terima Panelis Terlatih Berdasarkan Parameter Rasa …….…..48
Tabel 5.6. Hasil Analisis Statistik Kruskall Wallis Panelis Konsumen….………50
Tabel 5.7. Daya Terima Panelis Konsumen Berdasarkan Parameter Warna….…50
Tabel 5.8. Daya Terima Panelis Konsumen Berdasarkan Parameter Aroma……51
Tabel 5.9. Daya Terima Panelis Konsumen Berdasarkan Parameter Tekstur..….52
Tabel 5.10. Daya Terima Panelis Konsumen Berdasarkan Parameter Rasa...…..53
Tabel 5.11. Kandungan Gizi Formula Cookies yang Disukai ..….……………55
Tabel 5.12. Kandungan Gizi Cookies Perkeping..….……………………………55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Daun Katuk (Sauropus Androgynus) .....................................……...13
Gambar 2.2. Kerangka Teori........................................................….........….........30
Gambar 3.1. Kerangka Konsep.................................................................…....….31
Gambar 4.1. Diagram Alur penelitian ......………………………………….........42
Gambar 5.1. Cookies Tepung Daun Katuk ……………………………………45
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Persentase Rata-Rata Keseluruhan Oleh Panelis Terlatih ………… .49
Grafik 2. Persentase Rata-Rata Keseluruhan Oleh Panelis Konsumen.…………54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Uji Mutu Hedonik Panelis terlatih………..70
Lampiran 2. Data Hasil Perhitungan Uji Hedonik Panelis Konsumen…………..72
Lampiran 3. Hasil Uji Kruskal Wallis……………………………………………….74
Lampiran 4. Score Sheet mutu hedonik cookies…………………………………75
Lampiran 5. score sheet hedonik cookies………………………………………..76
Lampiran 6. Informed consent …………………………………………………..77
Lampiran 7. Izin Penelitian DPMPTS…………………………………………...78
Lampiran 8. Izin Penelitian………………………………………………………79
Lampiran 9. Proses Pembuatan Produk Cookies Tepung Daun Katuk………….80
Lampiran 10. Proses Pengujian Oleh Panelis Terlatih …………………………..81
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gizi yaitu dengan bergabung pada gerakan Scaling up Nutrition (SUN Movement)
tujuan menurunkan masalah gizi dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan
(270 hari selama kehamilan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun), adapun
intervensi gizi spesifik pada sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan adalah
dengan mendorong inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif (Kemenkes
RI, 2013)
Masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang bermula sejak saat konsepsi
hingga anak berusia 2 tahun, merupakan masa paling kritis untuk memperbaiki
perkembangan fisik dan kognitif anak, menurunkan risiko kesakitan pada bayi dan
ibu. Status gizi pada 1000 HPK akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan,
intelektual, dan produktivitas pada masa yang akan datang (USAID, 2014).
Menyusui merupakan cara pemberian makan yang diberikan oleh ibu secara
langsung kepada anaknya, sebagai proses belajar bayi menghisap keluar air susu
dari payudara dengan seefesien dan ibu belajar menyusui bayi dengan senyaman
mungkin (Nugroho dkk,2014). Ibu menyusui merupakan salah satu sasaran dalam
program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai salah satu upaya untuk
menurunkan masalah gizi khususnya pada 1000 HPK yang meliputi ibu hamil, ibu
menyusui dan anak usia 0-24 bulan. Intervensi gizi secara spesifik dalam 1000 HP
1
2
untuk ibu menyusui belum ada sedangkan untuk kebutuhan gizi ibu menyusui
sendiri lebih besar karena digunakan untuk memproduksi ASI untuk bayinya,
pemulihan kesehatan ibu dan aktivitas selama pengasuhan bayi (Djauhari, T. 2017).
Ibu hamil dengan status gizi kurang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin, penyebab utama terjadinya bayi pendek (stunting) dan meningkatkan risiko
obesitas dan penyakit degeneratif pada masa dewasa (World Bank, 2012).
menyusui yang diukur dari durasi ASI, pertumbuhan bayi dan status gizi ibu pasca
menyusui. Selain itu, status gizi ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang
kondisi gizi dan kesehatan ibu pada saat menyusui. Ibu yang menyusui dengan gizi
yang buruk umumnya memiliki produksi ASI yang lebih sedikit namun dari segi
serta energi dalam ASI merupakan sumber energi dan zat pembangun untuk
Status gizi pada ibu menyusui dapat ditentukan dengan pengukuran lndeks
Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kilogram) per tinggi badan (meter) kuadrat.
Status gizi menurut Principle of Nutritional Assessment adalah keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh beserta fungsinya. Menurut AKG 2019 diketahui ibu menyusui dengan usia
menyusui 0-6 bulan memerlukan tambahan energi 330 kkal dan 7-12 bulan 400
tambahan sebesar 16 g dengan usia menyusui 0-6 bulan dan 12 g dengan usia
menunjukkan bahwa ternyata banyak dari kelompok umur ibu menyusui dengan
konsumsi energi dan protein berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 50%
dengan konsumsi energi <70 % dari AKG dan sebanyak 33,8% dengan konsumsi
makanan tradisional “kasoami” yaitu makanan yang terbuat dari ubi kayu,
75% AKG, Hanya asupan vitamin A, Vitamin C dan Vitamin B6 yang cukup (≥80%
(40,90%) ibu menyusui tidak adekuat (adekuat jika ≥ 80%). Untuk vitamin A,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C, kalsium, zat besi dan seng
asupannya berada di bawah AKG. Ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki
pola makan dengan jenis makanan yang tidak beragam, jumlah makanan yang tidak
tentu, frekuensi dan jadwal makan yang tidak teratur. Asupan gizi dan pola makan
dan lemak sebahagian besar termasuk kategori kurang yaitu <80 AKG, asupan
kurang; energy (69%), protein (21,4%), lemak (71,4%) dan Karbohidrat (64,3%)
(Awaru, 2016). Siradjuddin juga menemukan hal yang hampir sama yaitu asupan
4
ibu menyusui sebahagian besar termasuk kategori kurang pada energy (53,3%),
Penelitian yang dilakukan Hasanah dkk, 2020 menunjukkan asupan ibu menyusui
sebahagian besar juga termasuk kategori asupan kurang yaitu; energy (80,4%),
status gizi ibu pada masa menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui,
ibu yang kurang gizi berisiko tidak berhasil menyusui 2,26 - 2,56 kali lebih besar
dibandingkan ibu dengan gizi baik (Maharani et al., 2016). Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Maharani et al., 2016 nilai rata-rata IMT ibu dan
proporsi ibu kurus pada kedua kelompok ibu berhasil menyusui dan tidak berhasil
menyusui menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Artinya, ibu pada kedua
kelompok tersebut mulai menyusui dengan status gizi yang sama. Pada kedua
kelompok tersebut terlihat bahwa semakin lama ibu menyusui, nilai IMT semakin
turun dan proporsi ibu kurus semakin bertambah. Proporsi ibu kurus pada kelompok
terdapat hubungan antara asupan gizi ibu menyusui dengan produksi ASI pada ibu
Hasil penelitian lain juga mengatakan status gizi ibu yang buruk memiliki
resiko 3,638 kali lebih besar untuk tidak dapt memberikan ASI ekslusif di
bandingkan ibu dengan status gizi yang baik. Hasil penelitian tersebut sesuai
5
dengan teori yang mengatakan status gizi ibu menyusui akan mempengaruhi
volume ASI dan komposisi pada ASI, sehingga dibutuhkan gizi yang cukup agar
kebutuhan ibu dan bayi terpenuhi dengan baik. Ibu yang bekerja, tetap wajib
yang berfokus pada 100 HPK Salah satunya program dengan sejumlah kegiatan
yang bertumpu kepada perubahan perilaku ibu dan keluarga dalam pemberian Air
Susu Ibu (ASI) dan pemberian Makanan Tambahan (MT) bagi bayi dan anak.
Namun, belum terdapat intervensi gizi khusus untuk ibu menyusui sehingga
diperlukan kreativitas dan inovasi terhadap bahan pangan. Produk makanan yang
bisa dimodifikasi adalah cookies. Beberapa produk untuk memenuhi nutrisi ibu
untuk ibu menyusui dan teh untuk ibu menyusui dibandingkan dengan produk
diatas cookies merupakan produk dengan cara pembuatan yang mudah, bahan
mudah diperoleh, tahan lama dan disukai semua kalangan. Cookies memiliki kadar
air 1-5% dan memiliki kadar lemak serta gula yang tinggi, mengandung karbohidrat,
dipilih karena cookies merupakan kudapan yang diminati masyarakat dan rata-rata
menjadi pilihan dalam memenuhi asupan gizi terutama pada ibu menyusui. Sebagai
6
produk pangan kering, cookies tergolong makanan ringan yang tidak mudah rusak
terdapat kandungan sterol. Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19%
serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A beta karotin, vitamin B dan C. Selain itu daun
katuk juga mengandung mineral antara lain kalsium (2,8%) zat besi, kalium, fosfor
dan magnesium. Daun katuk mempunyai sifat yang khas yaitu manis,
Daun katuk merupakan jenis sayuran yang kaya zat besi, provitamin A (bentuk
beta karoten), vitamin C, protein dan mineral. Daun katuk dikenal di masyarakat
sebagai sayuran pelancar ASI. Bayi yang menerima ASI dalam jumlah dan waktu
yang cukup akan mempunyai perkembangan fisik dan mental yang lebih baik serta
mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik (Santoso, U 2016).
menunjukkan pemberian daun kelor dapat berperan sebagai galaktogog melalui tiga
bentuk sediaan dengan dosis yang berbeda. Sediaan puding daun kelor dengan dosis
2x1 porsi 125 g/hari efektif sebagai galaktogog berdasarkan pengukuran berat
badan bayi. Sediaan kapsul campuran ekstrak dengan tepung daun kelor dengan
dosis 2x2 kapsul 800 mg/hari efektif sebagai galaktogog berdasarkan pengukuran
volume ASI. Sediaan kapsul ekstrak daun kelor dengan dosis 2x1 kapsul 250 g/hari
(Prayekti, 2021). Pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan
menyusui dengan dosis 3x300 mg/hari selama 15 hari mulai dari hari ke 3 setelah
dengan yang tidak diberikan (Sa’roni et al, 2004 dalam Juliastuti 2019).
Berdasarkan manfaat dari daun katuk, dan tingginya tingkat konsumsi Cookies
peneliti tertarik untuk membuat olahan berupa PMT yang mengandung daun katuk
B. Rumusan Masalah
masalah gizi pada ibu menyusui yang mengakibatkan produksi ASI kurang
lancar sehingga ibu berhenti untuk memberikan ASI terhadap bayinya. Dengan
1. Apakah cookies daun katuk dapat dijadikan sebagai PMT Ibu Menyusui?
1. Tujuan Umum
makanan tambahan ibu menyusui berupa cookies tepung daun katuk untuk
memenuhi asupan gizi ibu menyusui serta daya terima konsumen terhadap
2. Tujuan Khusus
katuk
menyusui.
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi masyarakat
menyusui dalam mengolah pangan lokal untuk memenuhi asupan gizi ibu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan pada masa menyusui, karena ibu tidak
hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya, tetapi juga memproduksi ASI untuk
bayi (Juliastuti, 2019). Status gizi ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan ASI. Ibu yang mempunyai status
gizi baik memiliki cadangan gizi yang cukup, sehingga dapat memproduksi ASI
dengan lancar dengan kandungan gizi yang cukup (Wardana dkk 2018). Menyusui
merupakan cara pemberian makan yang diberikan secara langsung oleh ibu kepada
anaknya, sebagai proses belajar bayi menghisap keluar air susu dari payudara
dengan seefesien dan ibu belajar cara menyusui bayi dengan senyaman mungkin
Status gizi ibu menyusui disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya
adalah pola makan atau asupan zat gizi ibu. Pola makan yang baik adalah pola
makan yang seimbang, memenuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun
mengalami kekurangan asupan zat gizi akibat adanya pantangan makanan tertentu
yang berkaitan dengan masalah budaya. Asupan zat gizi seseorang ditentukan oleh
kebisaan makan dan frekuensi makan. Asupan zat gizi ibu ditentukan oleh
pangan tingkat keluarga atau rumah tangga sangat ditentukan oleh kemampuan
daya beli atau pendapatan keluarga tersebut. Pada keluarga dengan tingkat
9
pendapatan rendah akan sulit menyediakan makanan yang bermutu sesuai dengan
Ibu menyusui memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan saat
tidak hamil dan lebih banyak dari kebutuhan kalori saat hamil. Angka kecukupan
gizi untuk ibu menyusui berdasarkan AKG 2019 dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut:
a. Protein hewani
Protein yang berasal dari hewan ini berfungsi sebagai sel pembangun dan
10
11
b. Protein nabati
dan memperbaiki sel-sel tubuh. Protein nabati juga mengandung serat makanan
c. Sayuran hijau
pada sayuran mencegah risiko kanker dan meningkatkan fungsi paru-paru. Sayuran
d. Kacang-kacangan
merupakan sumber vitamin, mineral dan serat yang baik (Sutomo, 2010).
pada ibu dan bayi. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak,
bayi mudah sakit dan penyakit infeksi sedangkan pada ibu menyusui salah satu
penyakit yang dialami berupa anemia gizi. Ibu dengan masalah gizi kurang tetap
mampu memproduksi ASI namun jika gizi kurang ini berlangsung berkepanjangan
dapat mempengaruhi beberapa zat gizi yang terdapat pada ASI. Kuantitas
komponen imun dalam ASI akan menurun seiring memburuknya status gizi ibu.
Asupan energi ibu menyusui yang kurang dari 1500 kalori per hari dapat
Daun katuk adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus (L) merr, famili
(Sunda), kebing dan katukan (Jawa), kerakur (Madura). Daunnya berwarna hijau
gelap yang mengandung sumber klorofil yang berguna untuk peremajaan sel dan
bermanfaat untuk sistem sirkulasi (Selvi dan Bhaskar, 2012). Katuk merupakan
beriklim Asia (Cina) dan Asia tropis (India, Sri Langka, Vietnam, Indonesia,
Malaysia, Papus nugini dan Filipina). Daun katuk merupakan alternatif pengobatan
yang potensial karena memiliki banyak vitamin dan nutrisi. Senyawa aktif yang
efektif pada kandungan daun katuk meliputi karbohidrat, protein, glikosida, saponin,
2016).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk dengan dosis 2x dan 3x
sehari memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar hormon prolaktin dalam
darah (Nurjanah et al, 2017). Pada ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun
katuk, sebanyak 70% dari ibu menyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga
ekstrak daun katuk hanya 6,7% yang mengalami kenaikan produksi ASI hingga
meningkat karena dalam daun katuk mengandung alkaloid dan sterol (Rahmanisa,
Klorofil dari daun katuk memiliki potensi sebagai alternatif pengobatan anemia
daun katuk dapat meningkatkan ferritin pada tikus meskipun perbedaan yang
dihasilkan tidak signifikan secara statistik klorofil daun katuk berpotensi dapat
Cookies merupakan kue kering yang berbentuk kecil, memiliki rasa manis,
tekstur yang kurang padat dan renyah. Cookies biasanya terbuat dari tepung terigu,
gula dan telur (Hastuti, 2012). Ciri khas cookies adalah memiliki kandungan gula
dan lemak yang tinggi serta kadar air rendah (kurang dari 5%), sehingga bertekstur
renyah apabila dikemas (Brown, 2000 dalam Rosida Dkk., 2020). Cookies
merupakan makanan ringan yang dipanggang (kue kering) yang dapat dijadikan
kalangan umur dewasa yang bercita rasa manis, gurih dan ada pula yang asin.
cookies adalah kue kering yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi,
empat jenis yaitu biskuit keras (hard biscuit), crackers, wafer, dan cookies. Biskuit
keras adalah jenis biscuit manis yang terbuat dari adonan keras, berbentuk pipih,
adonan lunak, berkadar lemak tinggi, bersifat renyah, dan bila dipatahkan
yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu bahan pengikat dan bahan pelembut. Bahan
pengikat adalah tepung, air, padatan susu, telur dan putih telur. Bahan pelembut
adalah gula, lemak, baking powder, dan kuning telur. Selain itu, bahan-bahan
penyusun cookies juga dapat dibagi menjadi bahan utama dan bahan tambahan. Di
dalam pembuatan cookies, terigu, telur, gula dan lemak merupakan bahan utama
Mutu cookies yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi yang digunakan dan
penyimpangan pada produk cookies yang dihasilkan. Proses pembuatan yang tidak
baik seperti pencampuran yang tidak merata atau pemanggangan yang yang terlalu
cepat dapat menyebabkan cookies yang tidak baik. Syarat mutu cookies di
makanan yang dibuat dengan menggunakan bahan pangan lokal yang tersedia dan
mudah diproleh oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau aau makanan hasil
memperbaiki keadaan gizi, untuk menambah energi dan zat gizi esensial
(permenkes 2011).
1. PMT-Pemulihan
pengetahuan gizi yang cukup sebagai salah satu faktor penting untuk
yang dimilikinya.
17
2. PMT-Penyuluhan
yang dilakukan oleh petugas dibantu oleh kader. Beberapa kegiatan PMT-
pokok sebagai sumber tenaga, lauk pauk sebagai zat pembangun, serta sayur
dan buah sebgai zat pengatur), penyuluhan mengenai makanan sehat dan
3. PMT-AS
bentuk jajanan/kudapan atau makanan lengkap yang aman dan bermutu beserta
memperbaiki perilaku bersih dan sehat termasuk kebiasaan makan yang sehat,
produksi setempat.
Makanan tambahan ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis
yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori kurang energi kronis
18
untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tujuan PMT ibu hamil yaitu untuk
Bahan tambahan adalah bahan atau campuran bahan alami yang bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Bahan tambahan
yang digunakan pada cookies daun katuk pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Kacang Kedelai
paling tinggi adalah protein, selain itu kacang kedelai mengandung asam lemak
esensial Omega-3, asam amino, vitamin, mineral dan phytoestrogen, maka dari
itu kacang kedelai disebut sebagai jenis kacang dengan kandungan gizi paling
2. Susu Bubuk
Susu bubuk skim adalah susu yang dibuat dengan mengurangi kadar air
dan lemak yang ada, kandungan lemak susu bubuk skim tidak lebih dari 1,5%
dan kandungan air tidak lebih dari 5%. Kandungan rendah lemak susu bubuk
protein yang cukup tinggi, laktosa dan mineral. Susu digunakan sebagai sumber
protein karena susu mengandung kasein. Susu mengandung laktosa yang dapat
19
dihasilkan. Kandungan gizi yang terdapat dalam susu bubuk berupa protein,
pada produk cookies sebagai flavor adalah kayu manis, vanila, keju, almond,
coklat, kopi, dan karamel. Flavor relatif stabil pada suhu pemanggangan, tetapi
dapat berubah drastis jika dibakar dengan api. Aroma atau bau bahan makanan
2019).
Sifat sensori adalah atribut dari suatu produk pangan yang dapat diukur
oleh panca indra manusia. Sifat sensori merupakan parameter mutu yang
penting karena sangat menentukan apakah suatu produk dapat diterima oleh
konsumen, selain aspek gizi dan fungsional produk. Analisis sifat sensori
akhir atau pengembangan produk baru. Bagi peneliti, pengetahuan tentang sifat
Pada saat ini pengujian sensori sudah mencakup semua aspek produksi
seperti:
taint, uji umur simpan dan penyiapan kualitas selama rantai pasok.
Pada prinsipnya pengujian umumnya terbagi 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji
pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test) dan uji afektif
(affective test). Uji pembedaan digunakan untuk memeriksa apakah ada perbedaan
diantara sampel yang disajikan. Uji deskripsi digunakan untuk menentukan sifat
panelis yang terlatih atau berpengalaman. Sedangkan uji afektif didasarkan pada
21
Uji diskriminatif terdiri atas dua jenis, yaitu uji difference test (uji pembedaan)
yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan diantara contoh
dan sensitifity test, yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu
sifat sensori. Diantara uji pembedaan yaitu uji pembeda pasangan, uji pembeda
segitiga, uji pembeda duo trio sedangkan untuk uji sensitivitas terdiri atas uji
treshold, yang menugaskan para penelis untuk mendeteksi level treshold suatu zat
atau untuk mengenali suatu zat pada level tresholdnya. Uji lainnya adalah uji
pelarutan (dilution test) yang mengukur dalam bentuk larutan jumlah terkecil suatu
zat dapat terdeteksi. Kedua jenis uji di atas dapat menggunakan uji pembedaan
comparation merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada
tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji
Uji pembedaan segitiga atau triangle test merupakan uji untuk mendeteksi
perbedaan yang kecil, oleh karena itu uji ini lebih peka dibandingkan dengan
uji pasangan. Dalam uji Segitiga disajikan 3 contoh sekaligus dan tidak dikenal
adanya contoh pembanding atau contoh baku. Penyajian contoh dalam uji
segitiga sedapat mungkin harus dibuat seragam agar tidak terdapat kesalahan
Uji pembeda duo trio digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang
kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku
2. Uji Deskriptif
Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana suatu atribut
menggambarkan intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga “besarnya”
penting pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai derajat atau
bahan tambahan (ingredien) atau proses yang berkaitan dengan karakteristik sensori
23
tertentu dari produk. Informasi ini dapat digunakan untuk pengembangan produk
baru, memperbaiki produk atau proses dan berguna juga untuk pengendalian mutu
rutin.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Scoring atau Skaling, Flavor Profile & Texture
Profile Test dan Qualitative Descriptive Analysis (QDA). Uji skoring dan skaling
dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoringf, angka
menurun.
aroma dan flavor produk makanan, menguraikan karakteristik tekstur makanan. Uji
ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan secara komplit suatu produk makanan,
ujinya meliputi: Orientasi sebelum melakukan uji, tahap pengujian dan tahap
3. Uji Afektif
(diterima atau ditolak), kesukaan (tingkat suka/tidak suka), pilihan (pilih satu dari
24
yang lain) terhadap produk. Metode ini terdiri uji kesukaan (uji hedonik), uji mutu
skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka” dapat mempunyai skala hedonik
seperti: amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika
tanggapan itu “tidak suka” dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan
agak suka, terdapat tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka
yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik
dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
akhir.
Berbeda dengan uji kesukaan uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau
tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik-
25
buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Karena itu beberapa ahli memasukkan
uji mutu hedonik kedalam uji hedonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari
pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat bersifat umum,
yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk/keras untuk daging,
pulen-keras untuk nasi, renyah, liat untuk mentimun. Rentangan skala hedonik
Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik.
Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang
diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik
dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
memilih satu contoh yang disukai dari dua contoh yang disajikan. Prosedurnya
sebagai berikut: Dua contoh yang diberi kode disajikan bersamaan dengan cara
penyajian yang sama, misalnya dalam bentuk ukuran, suhu dan wadah. Panelis
d. Uji Rangking
Dalam uji rangkaing diuji 3 atau lebih contoh dan panelis diminta untuk
keseluruhan atau terhadap atribut tertentu seperti warna atau flavor. Contoh
26
diberi kode dan disajikan secara seragam, dan disajikan bersamaan. Panelis
Daya terima makanan atau minuman dapat diukur dari tingkat kesukaan
seseorang yang menilainnya. Tujuan dari uji penerimaan adalah untuk mengetahui
apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat.
standar kualitasnya sulit untuk ditetapkan. Walaupun demikian ada beberapa aspek
yang dapat dinilai yaitu persepsi terhadap cita rasa makanan, nilai gizi dan higienis
Uji penerimaan meliputi uji mutu hedonik dan uji kesukaan atau uji hedonik.
Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi suka atau tidak suka,
disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya yang disebut skala hedonik.
menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik tersebut dapat dilakukan analisa
dikehendaki. Skala ini dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu
untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai
(Mutyia, 2016).
27
sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitive. Penilaian dengan
dihubungkan dengan penilaian secara objektif, analisa data menjadi lebih lebih
menilai mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-
kadang penilaian ini dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam
beberapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi ketelitian alat yang paling
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen
dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian
1. Panel Perseorangan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan
yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan
ini adalah kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih di hindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
anggota- anggotanya.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup
baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak
sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam. untuk itu panel tidak
29
terlatih biasanya dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar
G. Kerangka Teori
Asupan ibu menyusui salah satunya dipengaruhi oleh faktor sosial dan
yang memiliki banyak manfaat baik dari segi zat gizi makro, mikro serta
katuk dapat menjadi inovasi dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu. Berdasarkan
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Mutu Fisik
Bahan Pangan Daya terima
(Organoleptik)
(Formula Cookies) (PMT Cookies
Warna
F1 = 90% : 10% tepung daun
Rasa
F2 = 80% : 20% katuk)
Aroma
F3 = 70% : 30%
Tekstur
F4 = 60% : 40%
Mutu Kimia
(Kandungan Gizi)
Teknologi
(Baking- Pemanggangan)
Keamanan
Mikrobiologi
Keterangan:
: :Variabel Dependen
: Variabel Independen
: Variabel Diteliti
31
32
B. Definisi Operasional
1. Tepung Daun Katuk
a. Definisi Operasional
dengan membeli secara online yang sudah melalui proses pengeringan dan
penghalusan.
2. Baking
memanggang adonan cookies yang telah dicetak pada loyang kedalam oven
a. Definisi Operasional
terbuat dari campuran tepung daun katuk, terigu, kacang kedelai, kismis,
gula pasir, telur, susu bubuk yang di buat menjadi satu adonan kemudian
4. Daya Terima
a. Definisi Operasional
Daya terima cookies tepung daun katuk adalah hasil uji yang telah
tepung daun katuk yang di ujikan untuk menentukan formula terbaik dari ke
b. Kriteria Objektif
1) Panelis terlatih
aroma, rasa, tekstur dan warna, setelak produk dinyatakan lulus mutu
konsumen.
2) Panelis Konsumen
penelitian ini menggukan 5 skala yaitu: sangat tidak suka :1, Tidak