Anda di halaman 1dari 104

HUBUNGAN FREKUENSI SNACKING DAN

SCREEN TIME TERHADAP KEJADIAN BERAT

BADAN LEBIH PADA REMAJA DI SMPN 3

MAKASSAR

NUR AZIZAH ARIANSYAH

K021181317

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN FREKUENSI SNACKING DAN

SCREEN TIME TERHADAP KEJADIAN BERAT

BADAN LEBIH PADA REMAJA DI SMPN 3

MAKASSAR

NUR AZIZAH ARIANSYAH

K021181317

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

ii
iii
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Ilmu Gizi
Makassar, Juni 2022
Nur Azizah Ariansyah
“Hubungan Frekuensi Snacking dan Screen Time Terhadap Kejadian Berat
Badan Lebih pada Remaja”
( xii + 104 Halaman + 13 Tabel + 7 Lampiran)

Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai
sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena
peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan. Ketiga, remaja mempunyai zat gizi khusus (Kurdanti, W, 2015).
Overweight dapat terjadi oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari
makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak,
tanpa diikuti aktivitas yang cukup (Marpaung, 2015). Berdasarkan survey The
state of snacking 2020 sebanyak 60% responden indonesia mengaku lebih banyak
ngemil dari sebelumnya. Berdasarkan survey Hootsuite:Indonesia Digital Report
2021 rata-rata setiap hari waktu menggunakan internet melalui perangkat apapun
sebesar 8 jam 52 menit. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan frekuensi snacking dan screen time pada remaja tehadap status gizi
overweight.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional. Penelitian di lakukan di SMP Negeri 3 Makassar. mulai tanggal
28 Maret sampai Mei 2022. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
VII dan VIII yang berjumah 762 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 192 sampel yang terdiri dari siswa berat badan lebih (berat badan lebih
dan obesitas) dan berat badan tidak leih (berat badan kurang dan normal) dengan
teknik pengambilan sampel yaitu proportional stratified random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu timbangan digital, microtoice, dan
kuesioner penelitian. Variable frekuensi snacking menggunakan kuesioner.
Minuman dan Makanan Ringan (BSQ) dan untuk variable screen time
menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari American Academy of Pediatrics.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dan Independent T
Test.
Hasil penelitian ini mendapatkan kejadian berat badan lebih pada remaja di
SMPN 3 Makassar sebanyak (41.7%). Siswa SMPN 3 makassar memiliki
frekuensi snacking sering sebanyak (44,3%), sementara itu terkait dengan jenis
snack siswa lebih banyak mengonsumsi snack buruk dengan frekuensi sering
(72,9%) dengan snack yang paling sering di konsumsi yaitu yaitu jajanan atau
cemilan asin (seperti keripik kentang) sebanyak 60.4%. Terdapat hubungan positif
antara frekuensi snack dan jenis snack buruk dengan frekuensi snack dengan
kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022 dengan
p<0.05. Dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara durasi screen time

iv
dengan kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022
dengan p<0,05.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kejadian
berat badan lebih di SMPN3 Makassar cukup tinggi yaitu 80 responden (41,7%).
Sementara itu terkait dengan jenis snack dengan frekuensi snack siswa lebih
banyak mengonsumsi snack buruk dengan frekuensi sering (72,9%) dan
responden yang mengalami berat badan lebih memiiki rata-rata durasi screen time
574,4 menit/hari. Hasil uji statistik dengan uji Chi Square dan Independen T Tes
terdapat hubungan antara frekuensi snack, frekuensi snack dengan jenis snack
buruk dan screen time dengan kejadian berat badan lebih di SMPN 3 Makassar.
Remaja diharapkan dapat menghindari snack yang memiliki kandungan tinggi
gula, garam lemak dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun di
sekolah serta mengurangi durasi screen time dan meningkatkan aktivitas fisik
menjaga status gizi.
Kata Kunci : Frekuensi Snacking, Screen Time, Obesitas, Remaja
Daftar Pustaka : 62 (2008-2021)

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah

Subhanahu Wata‟ala atas segala nikmat, terutama nikmat keimanan, kesehatan,

waktu, beserta rahmat dan karunianya yang terus mengalir tanpa henti, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan salawat senantiasa selalu

tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam, kepada

keluarga dan sahabat Beliau, tabi‟in, At-Baut Tabi‟in, dan orang-orang yang

senantiasa berada di jalan Islam hingga saat ini.

Penulisan skripsi ini berjudul “Hubungan Frekuensi Snack dan Screen

Time Terhadap Kejadian Berat Badan Lebih Pada Remaja di SMPN 3 Makassar”

yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan strata

satu di Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Hasanuddin. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini pula penulis dengan rasa hormat

ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini yaitu kepada, :

1. Bapak Dr. Aminuddin Syam, SKM., M.Kes., M.Med.ED selaku Dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, beserta seluruh Staf

Tata Usaha yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

2. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes., Sp.GK selaku Ketua Program Studi Ilmu

Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

vi
3. Ibu Rahayu Indriasari, SKM., MPHCN., PhD selaku pembimbing akademik

sekaligus pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan

motivasi untuk terus meningkatkan akademik dari awal semester perkuliahan

hingga penyusunan skripsi hingga sekarang sampai pada tahap penulis bisa

menyelesaikan studinya. Dengan penuh rasa hormat dan terimakasih yang

sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada ibu dr. Dr. Citra Kesumasari,

M.Kes, Sp.GK selaku pembimbing II selalu memberikan bimbingan, masukan

serta arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

4. Bapak Prof Dr. Veni Hadju, MSc., PhD dan Ibu Marini Amalia Mansur,

S.GZ., M.PH selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan

dalam proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Para Staf Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama

menjalani perkuliahan.

6. Bapak Drs. Kaswadi selaku kepala sekolah SMPN 3 Makassar beserta seluruh

guru dan staf yang banyak membantu dan mengarahkan selama proses

penelitian.

7. Kepada seluruh keluarga besar FLEKS18EL 2018 yang selama ini bersama

dari awal masuk perkuliahan, yang telah banyak membantu selama proses

perkuliahan, terimakasih kenangannya selama 4 tahun terakhir.

8. Kepada tim penelitian saya Winda, Mufliha, Juli dan Jihan yang banyak

membantu dan membersamai penulis dari awal penulisan proposal sampai

tahap penyusunan skripsi.

vii
9. Kepada mama saya tercinta Arianty dan bapak saya Muhammad Ridwan, yang

selalu memberikan dukungan semangat dan uang jajan kepada penulis.

10. Kepada Faruq Muhammad yang telah banyak membantu, banyak

menyemangati, dan menemani penulis dalam proses penyusunan skripsi.

11. Kepada sahabat seperjuangan gizi Dilla, Nunung, Putri, Ica, Pia, Rini, Jihan

yang sudah bersama selama 4 tahun terakhir, banyak menghibur dan telah

banyak membantu selama proses perkuliahan sampai skripsi ini dapat selesai

dan terimaksih sudah mau banyak direpotkan oleh penulis.

12. Kepada Swiddy yang banyak memberikan dukungan dan menemani dalam

segala situasi serta selalu mendengarkan keluh kesah penulis.

13. Kepada Tiara, Sri, Anita yang selalu menyemangati penulis untuk tetap

berjuang hinggah akhir.

14. Kepada ade saya Fauzan yang selalu menelfon dan memberikan semangat,

Faizah yang selalu membuat saya bangun pagi dan mengingatkan untuk sholat

agar di mudahkan kelancaran skripsi, dan Hafizah yang selalu memberikan

semangat dan motivasi untuk penulis.

15. Yang terakhir tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada diri saya sendiri,

terimakasih sudah kuat selama ini terimakasih sudah sabar dari segala hal

yang mengejar, terimakasih sudah berusaha dan berani melewati semuanya

kadang sendiri selama empat tahun ini.

Makassar, Juni 2022

Nur Azizah Ariansyah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL .......................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
A. Tinjauan Umum Kelebihan Berat Badan pada Remaja .................................. 9
B. Tinjauan Umum Screen Time...................................................................... 17
C. Tinjauan Umum Frekuensi Snacking ........................................................... 21
D. Sintesa Penelitian ........................................................................................ 23
E. Kerangka Teori ........................................................................................... 29
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 30
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................................... 31
C. Hipotesis ..................................................................................................... .31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... .32
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... .32
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 35
D. Pengumpulan Data ....................................................................................... 38
E. Pengolahan dan Analisi Data ........................................................................ 39
F. Penyajian Data ............................................................................................ .40

ix
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .....................................................................................................................43
B. Pembahasan ................................................................................................ .55
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... .63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..........................................................................................................64
B. Saran ....................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent

Lampiran 2. Kuesioner Frekuensi Snacking

Lampiran 3. Kuesioner Screen Time

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7. Analisis SPSS

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak .................................... 13

Tabel 2.2 Tabel Sintesa Penelitian ...................................................................... 23

Tabel 4. 1 Jumlah Sampel siswa SMP kelas VII & VIII di SMPN 3 Makassar .. 25

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di SMPN 3 Makasar Tahun 2022 . 43

Tabel 5.2 Distribusi Karekteristik Orang Tua Responden di SMPN 3 Makassar


Tahun 2022 ........................................................................................ 43

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Status Gizi Responden di SMPN 3 Makassar


Tahun 2022 ........................................................................................ 44

Tabel 5.4 Gambaran Frekuensi Snacking............................................................ 45

Tabel 5.5 Gambaran Frekuensi Snacking............................................................ 45

Tabel 5.6 Gambaran Frekuensi Snacking............................................................ 45

Tabel 5.7 Gambaran Jenis Snack Baik dengan Frekuensi Snack ........................ 46

Tabel 5.8 Gambaran Jenis Snack Buruk dengan Frekuensi Snack ...................... 47

Tabel 5.9 Gambaran Screen Time ....................................................................... 47

Tabel 5.10 Gambaran Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih ............ 48

Tabel 5.11 Hubungan Frekensi Snacking dengan Kejadian Berat Badan Lebih ... 49

Tabel 5.12 Hubungan Frekensi Snacking dan Jenis Snack dengan Kejadian Berat
Badan Lebih ................................................................................... 50

Tabel 5.13 Hubungan Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih ........... 51
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 30

Gambar 4.1 Diagram Alur Penelitian ................................................................. 41

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode

kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di

usia 18 tahun. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan

hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat

cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah

perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta

perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya (Batubara, 2010).

Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai

sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena

peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan

kebiasaan makan. Ketiga remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya

kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah salah satunya terjadi karena

adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu kelompok sasaran

yang berisiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih pada remaja ditandai dengan berat

badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan

remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan

dalam jaringan lemak tubuh (Kurdanti.W, dkk. 2015).

Permasalahan gizi yang sering terjadi pada usia remaja seperti kurang

asupan energi, kegemukan atau obesitas. Masalah ini dipicu oleh berbagai

penyebab yaitu perilaku konsumsi gizi yang salah, pola makan yang salah, serta

1
2

kurangnya aktivitas fisik. Apabila kekurangan energi dapat berdampak

kepada keadaan tubuh remaja menjadi lemah dan lesu serta mudah terkena

penyakit. Dampak tersebut dapat menjadikan remaja kurang aktivitas sehingga

badan kurang bertenaga. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang ditambah asupan

energi yang berlebih dapat menyebabkan kegemukan maupun obesitas (Kurdanti

dkk, 2015).

Overweight dan obesitas dapat terjadi pada seluruh golongan usia tidak

terkecuali usia remaja dikarenakan kelompok ini berada pada fase pertumbuhan

yang cepat dan pesat (growth spurt) sehingga memerlukan zat gizi yang relatif

lebih besar jumlahnya. Ketidak seimbangan antara asupan kebutuhan atau

kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih

(Lasini, 2012). Remaja obesitas pada sepanjang hidupnya mempunyai resiko lebih

tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius seperti diabetes,

penyakit jantung, stroke, dll (Olivia, 2016).

Gizi lebih atau dikenal juga dengan kegemukan dapat dibedakan menjadi

kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Gizi lebih pada remaja ditandai

dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia dan

tingi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang

berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Aini dalam Kurdanti, 2015). Menurut

WHO obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebih akibat ketidak

seimbangan asupan energi (energy expenditure) dengan energi yang digunakan

(energy expenditure) dalam waktu lama. Untuk menentukan seseorang menderita

obesitas atau tidak, cara yang paling banyak digunakan adalah menggunakan
3

Index Massa Tubuh (IMT). IMT ditujukan dengan perhitungan kilogram per

meter kuadrat (kg/m2), berkorelasi dengan lemak yang terdapat dalam tubuh

(Hendra, C. 2016).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) obesitas di seluruh

dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980.

Prevalensi obesitas remaja pada tahun 1990 meningkat dari 4,2% menjadi 6,7%

pada tahun 2010 dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 9,1% pada tahun

2020. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi berat badan

lebih dan obesitas yaitu sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan sebesar

13,5% pada remaja usia 16-18 tahun. Prevalensi obesitas Provinsi Sulawesi

Selatan berdasarkan umur (13-15) tahun (6,3% BB lebih dan 2,6% obesitas),

terutama di Kota Makassar sebanyak 7,3% BB lebih dan 7,4% obesitas. Angka

obesitas umum masih lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai

19,1% (8,8% BB lebih dan 10,3% obesitas). Seluruh kabupaten di Kota Makassar

memiliki prevalensi obesitas umum di bawah angka nasional, sedangkan

prevalensi obesitas umum berdasarkan jenis kelamin (11,5%) yaitu pada laki-laki

lebih rendah daripada perempuan masing-masing yaitu 15,7% dan 18,4%

(Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukan bahwa masalah kelebihan berat badan

meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada kelompok remaja.

Masalah gizi pada kelompok remaja perlu mendapatkan perhatian khusus

karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh

serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa (Yolanda, 2014). Kegemukan

dapat terjadi oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan
4

sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti

aktivitas yang cukup (Marpaung, 2015). Selain makanan sumber energi tinggi,

mengkonsumsi camilan/snack juga dapat memicu kejadian overweight.

Berdasarkan survey The state of snacking 2020 sebanyak 60% responden

indonesia mengaku lebih banyak ngemil dari sebelumnya. Menurut McCrory dan

Campbell (2011) terlepas dari jenis camilan yang dikonsumsi, mengkonsumsi

makanan ringan atau camilan dalam frekuensi yang sering dapat menyebabkan

asupan makanan berlebih dan berpotensi mengalami kenaikan berat badan.

Jumlah camilan yang dikonsumsi memang cenderung lebih sedikit bila

dibandingkan dengan jumlah pada menu utama, namun frekuensi camilan yang

sering dapat menjadikan jumlah kalori yang dikonsumsi setara dengan saat

konsumsi menu utama (Mills JP et all, 2011). Kebiasaan konsumsi camilan juga

dapat menjadikan seseorang melewatkan waktu makan utama (Sanchez et all

dalam Pratiwi, 2017).

Remaja mengonsumsi sekitar 20% dari asupan energi harian mereka

sebagai camilan, dengan makanan asin dan manis menyumbang sebagian besar

kalori ngemil (Tripicchio, 2019). Snacking (kebiasaan ngemil) akan menyebabkan

tingginya asupan lemak jenuh dan total energi apabila tidak diimbangi dengan

pengurangan makanan utama. Kebiasaan konsumsi camilan dapat menjadi salah

satu penyumbang asupan energi. Pemilihan jenis makanan, waktu, dan frekuensi

konsumsi camilan menjadi sangat berpengaruh pada tingkat asupan energi dan

peningkatan berat badan (Kong A et all, 2011). Menurut Forslund et all (dalam

Pratiwi, 2017), jenis makanan camilan yang mengandung lemak dan makanan
5

manis berkontribusi dalam peningkatan asupan energi sehingga dapat

menimbulkan peningkatan berat badan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lana A’Maluna tahun 2020 menyimpulkan

bahwa 42,0% subjek mempunyai status gizi overweight, sebanyak 87% remaja

mengonsumsi snack dengan frekuensi 1-3 kali sehari, jenis snack yang

dikonsumsi 66,7% dalam bentuk makanan, dan rerata kontribusi energi, protein,

dan lemak snack yaitu masing-masing 22,6%, 19,2%, dan 25,6% dan disimpulkan

bahwa ada hubungan antara kontribusi protein snack dan kontribusi lemak snack

dengan status antropometri melalui TKE sehari. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Mellia (2015) menyatakan bahwa jenis camilan dan obesitas memiliki

hubungan yang bermakna secara statistik dan praktis, yaitu obesitas banyak di

temukan sebanyak 2 kali lebih besar pada remaja dengan konsumsi camilan

goreng dibandingkan dengan remaja yang mengkonsumsi camilan non

goreng. Terdapat perbedaan rerata berat dan asupan camilan pada remaja obesitas

dan non obesitas.

Faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada remaja adalah screen time.

Di era digital seperti sekarang ini, dapat dipastikan bahwa tidak ada anak yang

tidak terpapar gadget, televisi, video games, dan layar komputer dalam waktu

yang tinggi atau disebut screen time (Utami,2018). Menurut Bone, screen time

merupakan durasi yang digunakan untuk penggunaan alat elektronik termasuk

penggunaan komputer atau laptop, pemakaian gadget, bermain game ataupun

menonton video (Dina, 2018). Berdasarkan survey Hootsuite:Indonesia Digital

Report 2021 rata-rata setiap hari waktu menggunakan internet melalui perangkat
6

apapun sebesar 8 jam 52 menit. Screen time yang tinggi merupakan fenomena

baru yang berdampak pada timbulnya gizi lebih. Paparan layar atau screen time

secara langsung berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah karena

tergolong aktivitas sedentary. Paparan screen time dianggap berdampak terhadap

timbulnya obesitas karena di televisi jumlah paparan asupan yang berlebih salah

satunya disebabkan oleh tingginya konsumsi makanan yang kurang sehat tinggi

gula tambahan dan lemak pada makanan yang populer di kalangan remaja

(Utami,2018).

Beberapa panduan merekomendasikan durasi screen-time sebanyak ≤2

jam/hari pada anak dan remaja (Reid dkk, 2016). Rekomendasi yang ada ternyata

tidak sesuai dengan kebiasaan remaja. Tingginya screen-time viewing

menunjukkan besarnya pengaruh media elektronik dapat mempengaruhi status

gizi (Asshidiqie, 2013). Hasil penelitian yang di lakukan oleh utami 2018

ditemukan pula bahwa screen time yang lebih tinggi 1,3 kali lebih tinggi asupan

energinya. Selain itu hasil review penelitian menunjukkan bahwa aktivitas

sedentari berupa menonton TV dan screen time yang tinggi memiliki hubungan

terbalik dengan asupan buah dan sayur dan hubungan positif dengan asupan snack

dengan densitas energi tinggi, konsumsi fast-food, dan makanan yang digoreng

sehingga berkontribusi terhadap terjadinya obesitas (Utami,2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Chlaudia Mokoagouw (2017) diperoleh data

bahwa jumlah responden yang memiliki durasi screen time tinggi sebanyak 65

responden (83,3%) dengan rincian yang memiliki status gizi normal sebanyak 28

responden (35,9%), gemuk sebanyak 24 responden (30,8%) dan obesitas sebanyak


7

13 responden (16,7%). Penelitian Pramadhan (2016), menyebutkan bahwa 87,50

persen siswa sekolah temasuk dalam kategori high screen time. Anandita dkk

(2019) menunjukkan bahwa durasi penggunaan alat elektronik (gadget)

berpengaruh terhdap statsus gizi remaja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kelebihan berat badan

pada remaja dapat disebabkan oleh perilaku screen time dan konsumsi

snacking/camilan. SMP Negeri 3 Makassar, merupakan salah satu sekolah yang

berada di Kota Makassar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilihat dari data

sekunder tinggi badan dan berat badan siswa yang diperolah dari pihak sekolah di

SMP Negeri 3 Makassar, diketahui bahwa prevelensi overweight dan obesitas

menurut IMT/U dari 762 siswa adalah sebanyak 17,85% siswa oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Screen Time

dan Frekuensi Snacking terhadap kejadian berat badan lebih pada Remaja” di

SMP Negeri 3 Makassar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah frekuensi snacking dan screen time berpengaruh terhadap

kejadian berat badan lebih pada remaja?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pada penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan frekuensi snacking dan screen time terhadap kejadian

berat badan lebih pada remaja.


8

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan frekuensi snacking terhadap kejadian berat badan

lebih pada remaja di SMP Negeri 3 Makassar.

b. Untuk mengetahui hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih

pada remaja di SMP Negeri 3 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

berbagai pihak, diantaranya :

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan memberikan kontribusi

dalam ilmu pengetahuan tentang status gizi khususnya pada remaja yang

memiliki berat badan lebih.

2. Manfaat Institusi

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi penting

bagi para civitas akademika di FKM UNHAS untuk melakukan pengkajian

serta penelitian lanjutan.

3. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai referensi

bagi masyarakat dan sebagai informasi kepada peneliti lainnya dalam

menyususn suatu karya ilmiah dan pengaplikasian ilmu pengetahuan yang

diperoleh terkait dengan penelitian ini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kelebihan Berat Badan pada Remaja

1. Pengertian Kelebihan Berat Badan pada Remaja

Status gizi remaja menurut Cakrawati (2012) dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi lebih. Gizi baik apabila asupan gzi seimbang

dengan kebutuhan gizinya. Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat

(patologis) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energi dan

protein kurang selama jangka waktu tertentu. Gizi lebih merupakan keadaan

patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan (Cakrawati,2012).

Kelebihan berat badan adalah suatu keadaan dimana ditemukan penimbunan

lemak yang berlebihan di dalam tubuh seseorang. Kegemukan merupakan faktor

risiko untuk terjadinya diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung,gangguan

pernafasan, gangguan sendi dan kanker yang menyebabkan menurunnya angka

harapan hidup. Penentuan seseorang yang mengalami kegemukan dapat

menggunakan indeks masa tubuh (IMT) yaitu perbandingan berat badan dalam

kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Peningkatan IMT dapat

menyebabkan risiko tekanan darah tinggi, hipertensi, kolesterol, LDL dan HDL

kolesterol dan trigliserida. risiko penyakit menjadi penyerta peningkatan IMT,

seperti Penyakit Jantung Koroner, Stroke, penyakit kantung empedu, dan bahkan

kanker (Swinburn et al., 2004 dalam Praditasari dkk., 2018)

9
10

Overweight dan obesitas adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan

berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak.

Overweight pada remaja terjadi karena ketidak seimbangan asupan zat gizi. Pola

makan yang terjadi pada remaja saat ini yaitu pola makan tinggi energi yang

sebagian besar terdiri dari karbohidrat dan lemak. Kegemukan dapat diartikan

sebagai lebih dari 20% diatas berat badan ideal, atau lebih dari 20% lemak untuk

pria dan 30% lemak untuk wanita. Asupan energi yang tinggi akan berpengaruh

terhadap terjadinya overweight (Gharib, 2011).

Berat badan berlebih disebabkan oleh kombinasi antara asupan energi

makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik dan kerentangan genetik

(Frank, 2012). Kegemukan dinilai berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT), dan

selanjutnya berdasarkan distribusi lemak melalui rasio pinggang, perut. Seseorang

dikatan overweight jika IMT (Indeks Masa Tubuh) berada pada rentang > 25

kg/m2 (Kementrian Republik Indonesia, 2012).

Kriteria berat badan lebih dapat dilihat secara klinis dan antropometris.

Secara klinis penampilan fisik anak yang overweight mudah dikenali karena

mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi

tembam, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara

yang membesar yang mengandung jaringan lemak, perut membesar disertai

dinding perut yang berlipat- lipat (Juwaeriah, 2012).


11

2. Kebutuhan Gizi Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada

Recommended Daily Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan (AKG). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan

kronologis bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang

dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status

gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari

pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial (Arisman,

2014).

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Daily

Allowances (RDA) menurut Almatsier (2011) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi

esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi

kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan

angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah

banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk

mempertahankan status gizi adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada

patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik,

dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Almatsier,2011).

Menurut Arisman (2014) banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja

dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar remaja putra memerlukan lebih

banyak energi dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra

membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia

16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal),
12

untuk kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia18 tahun. Perhitungan ini

didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis.

Arisman (2014) menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai

penentu kebutuhan akan energi yang lebih baik. Perkiraan energi untuk remaja

putra berusia 11-18 tahun, yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan

usia yang sama, yaitu 10-19 kkal/cm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan

protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja

putra, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32 gr/cm tinggi badan.

Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 gr/cm. Makanan yang tinggi protein

biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein

memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan

kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali

Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein (Arisman, 2014).

3. Penyebab Kelebihan Berat Badan

Overweight dan obesitas dapat terjadi karena faktor makanan yang

dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas tubuh yang dilakukan

lebih sedikit sehingga makanan tersebut tidak dapat dimetabolisme di dalam

tubuh. Akibatnya makanan yang berlebihan tersebut disimpan dalam bentuk

lemak dalam tubuh yang pada akhirnya membuat ukuran tubuh menjadi terus

bertambah yang disebut overweight (Cakrawati, 2011).

Terdapat berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang

mengalami kegemukan. Faktor-faktor tersebut diantaranya pola makan, riwayat

keturunan, pola hidup, faktor psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang
13

dapat memengaruhi asupan dan pengeluaran energy (Hendra, 2016). Konsumsi

tinggi lemak dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan risiko

terjadinya kegemukan (gizi lebih dan obesitas) dan meningkatkan berat badan,

sehingga kandungan lemak pada makanan perlu diperhatikan (Widodo, 2014).

Menurut Wahyu, overweight pada remaja dapat disebabkan oleh genetic,

keturunan, pola aktivitas, dan pola makan. meliputi olah raga serta kegiatan

lainnya yang melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari

bermain, bekerja, berkendaraan aktif, mengerjakan tugas-tugas rumah dan

rekreasi. Pola makan meliputi kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, konsumsi buah

dan sayur dll (Dina, 2018).

4. Cara Penilaian Status Gizi pada Remaja

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan

gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat

objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah

tersedia (Arisman, 2010). Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua

yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi

anthropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian secara tidak langsung

meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa,

2016).

Penilaian dengan cara antropometri yaitu mengukur ukuran tubuh manusia.

Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan


14

beberapa parameter, yaitu ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur,

berat badan, tinggi baadan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,

lingkar pinggul dan tebal lemak bawah (Supariasa, 2016). Dalam penelitian ini

menggunakan dua parameter, yaitu:

a. Berat badan, berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,

lemak, air dan mineral pada tulang. Berat badan merupakan pilihan utama

karena merupakan parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan

dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan

kesehatan, menggambarkan status gizi saat ini, serta ketelitian pengukuran

tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur (Supariasa, 2016).

b. Tinggi badan, merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu

dan sekarang, jika umur tidak diketahui secara tepat. Selain itu, tinggi badan

merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menggabungkan berat

badan dan tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan ( Supariasa, 2016).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks

IMT/U (Kemenkes, 2010). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan hasil dari

pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan, seperti

pada rumus berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
15

Klasifikasi nilai ambang batas Indeks Masa Tubuh untuk remaja usia 5-18

tahun adalah :

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun

Status Gizi Ambang Batas (Z-score)

Gizi Buruk <-3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD

Gizi Baik (Normal) -2 SD sampai dengan 1 SD

Gizi Lebih (Overweight) >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

Sumber : PERMENKES RI Nomor 2 Tahun 2020


5. Dampak Berat Badan Lebih terhadap Kesehatan

Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan metabolic atau

gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan resiko kesehatan antara lain

sebagai berikut :

a. Serangan Jantung

Pengerasan pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya penumpukan lemak

terjadi 10 kali lipat yang memiliki perut buncit karena kebanyakan lemak atau

enderita obesitas sentral dibanding dengan yang normal. Penumpukan lemak

menyebabkan arteri menyempit dan berkurangnya aliran darah ke jantung

menyebabkan nyeri dada (Angina) atau serangan jantung (Stanford Health

Care, 2016)

b. Diabetes tipe 2

Pada penderita diabetes tipe 2, pankreas yang menghasilkan insulin tidak dapat

bekerja maksimal membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa karena terganggu


16

oleh kadar lemak darah yang tinggi. Asam lemak bebas menyebabkan insulin

menjadi kurang efektif dalam mengontrol gula darah menyebabkan

meningkatnya risiko diabetes tipe 2 (Omozu, 2016).

c. Hipertensi

Berat badan berlebih juga dapat menimbulkan terjadinya hipertensi secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat menyebabkan peningkatan

cardiac output karena makin besar massa tubuh makin banyak pula jumlah

darah yaang beredar sedangkan secara tidak langsung melalui perangsangan

aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin Angiotension Aldosteron System

(RAAS) oleh mediator-mediator seperti hormon, sitokinin, adipokin dsb. Salah

satunya adalah hormon aldosteron yangterkait erat dengan retensi air dan

natrium sehingga volume darah meningkat (Elmatris, et al. 2012)

d. Sleep Apnea dan Masalah pernafasan

Perut Buncit atau obesitas sentral dapat menyebabkan gangguan pernafasan

karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan

pada dinding dada hingga menekan paru-paru. Pada saat tidur, gangguan

pernapasan ini bisa terjadi sehingga menyebabkan pernafasan berhenti untuk

sementara (Obstructive Sleep Apnea) (Omozu,2016).

e. Stroke Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah yang dapat

menyebabkan pembekuan darah adalah kondisi yang mengawali banyak kasus

stroke. Aterosklerosis dipicu oleh tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,

merokok, dan kurang olahraga. Sehingga kegemukan dan perut buncit


17

dianggap sebagai faktor risiko sekunder yang dapat mengakibatkan stroke

(Omozu, 2016).

B. Tinjauan Umum Frekuensi Snacking.

Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu

makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya

dikonsumsi kurang lebih 2-3 jam diantara waktu makan utama, yaitu pada pukul

10 pagi dan pukul 4 sore. Cemilan adalah makanan yang dikonsumsi diantara dua

waktu makan, biasanya terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, lemper,

risoles, dan lain-lain ) dan cemilan kering (keripik, biskuit, stick, kue bangket dan

lain- lain) (BPOM, 2013).

Pola makan pada remaja erat kaitannya dengan kebiasaan mengonsumsi

makanan ringan. Pada umumnya, beberapa makanan ringan memiliki jumlah

kalori yang besar dengan tinggi lemak dan tinggi gula sehingga apabila

dikonsumsi terus menerus akan menjadi penyebab kegemukan. Menurut Yoon

dan Lee (2010), rata-rata asupan energi dari makanan ringan yang dikonsumsi

remaja putri obesitas 594,1 kkalatau 31,2% dari total asupan energi dibandingkan

dengan asupan energi remaja putri yang tidak obesitas yaitu 360,1 kkal atau

21,1% dari total asupan energi (Mukhlisa, 2018).

Kebiasaan mengonsumsi camilan dengan frekuensi sering memiliki

kontribusi besar dalam peningkatan massa lemak dalam tubuh. Kondisi ini

menjadi semakin buruk dengan jenis camilan yang dikonsumsi remaja biasanya

camilan dengan kandungan tinggi gula dan lemak tinggi frekuensi konsumsi

camilan maka asupan lemak juga akan meningkat. Remaja yang suka
18

mengonsumsi camilan tinggi gula dan lemak memiliki risiko lebih mengalami

obesitas. Frekuensi dan jumlah camilan memengaruhi peningkatan energi dalam

sehari. Makanan gorengan mengandung 4-14% dari total beratnya, sehingga

semakin besar berat gorengan, semakin banyak lemak yang dikonsumsi. Obesitas

banyak ditemukan dua kali lebih besar pada siswa yang suka mengonsumsi

camilan goreng dibandingkan dengan siswa yang mengonsumsi camilan non-

goreng. Jenis camilan yang digoreng dengan minyak mengandung asam lemak

jenuh. Apabila camilan ini dikonsumsi dalam jumlah besar setiap hari akan

dimetabolisme tubuh dan meningkatkan lemak dalam tubuh (Mellia, 2015).

Mengonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi seperti makanan

cepat saji, makanan yang dibakar, cemilan, permen, minuman bersoda, dan

makanan penutup memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Makanan dan

minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori, gula, dan garam yang

tinggi (Misnadiarly, 2007). Kebiasaan ngemil memungkinkan tubuh mendapatkan

energi tambahan, tanpa disadari asupan energi melebihi kebutuhan tubuh dan

akhirnya menyebabkan penumpukan lemak. Kebiasaan seperti ini juga bisa

mengakibatkan kelebihan berat badan (Pujasari, 2021)

Beberapa studi di negara barat ditemukan indikasi bahwa dengan

peningkatan kebiasaan makan snack, maka total intake energi juga meningkat.

Snack memberikan kontribusi sekitar 20-75% total intake kalori di negara-negara

barat seperti Amerika dan Inggris. Pola makan pada remaja erat kaitannya dengan

kebiasaan mengonsumsi makanan ringan. Pada umumnya, beberapa makanan

ringan memiliki jumlah kalori yang besar dengan tinggi lemak dan tinggi gula
19

sehingga apabila dikonsumsi terus menerus akan menjadi penyebab kegemukan

(Wulandari, 2016).

Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung garam dan

kalori yang tinggi juga memberikan dampak kurang baik bagi kesehatan karena

tidak memberikan rasa kenyang dan tidak memberikan zat gizi yang cukup bagi

remaja (Tarwoto dkk, 2012). Makanan dengan densitas energi tinggi identik

dengan jenis makanan yang dikonsumsi saat snacking. Snacking (kebiasaan

ngemil) akan menyebabkan tingginya asupan lemak jenuh dan total energi apabila

tidak diimbangi dengan pengurangan makanan utama. Selain itu snacking dapat

menyebabkan pola makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur

memiliki dampak merugikan pada thermogenesis, kadar lemak, dan profil insulin

(Pratiwi,2017).

Kebiasaan konsumsi snack/camilan dapat menjadi salah satu penyumbang

asupan energi. Menurut McCrory dan Campbell terlepas dari jenis camilan yang

dikonsumsi, mengkonsumsi makanan ringan atau camilan dalam frekuensi yang

sering dapat menyebabkan asupan makanan berlebih dan berpotensi mengalami

kenaikan berat badan. Jumlah camilan yang dikonsumsi memang cenderung lebih

sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pada menu utama, namun frekuensi

camilan yang sering dapat menjadikan jumlah kalori yang dikonsumsi setara

dengan saat konsumsi menu utama (Mills JP, et all, 2011).

Pemilihan jenis makanan, waktu, dan frekuensi konsumsi camilan menjadi

sangat berpengaruh pada tingkat asupan energi dan peningkatan berat badan

(Kong A, et all, 2011). Kebiasaan makan yang tidak baik seperti mengonsumsi
20

makanan jajanan tinggi lemak, kalori, dan gula dapat menyebabkan obesitas

(Wansink et al., 2013). Penelitian yang dilakukan olehh Edo (2015) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara frekuensi “ngemil” dengan kejadian overweight

pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar. Peningkatan berat badan juga dapat

dikarenakan tidak adanya pengurangan jumlah makanan yang dikonsumsi pada

saat waktu makan utama. Waktu snacking responden sebagian besar berdekatan

dengan waktu makan utama, yaitu makan siang dan makan malam/sore. Jumlah

porsi makan responden pun tidak berkurang saat makan utama walaupun beberapa

waktu sebelumnya responden sudah mengkonsumsi snack (Pratiwi,2017).

Jenis snack yang mengandung lemak dan makanan manis berkontribusi

dalam peningkatan asupan energi sehingga dapat menimbulkan peningkatan berat

badan. Camilan yang mengandung lemak, gula, dan garam yang tinggi seperti

cokelat, keripik, kue, dan pastry dapat berkontribusi pada timbulnya obesitas pada

remaja (Steiner et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Della Torre et al

(2016) yang menyelidiki pengaruh konsumsi makanan dan minuman manis

terhadap risiko obesitas dan obesitas pada anak dan remaja menunjukkan bahwa

adanya hubungan positif antara konsumsi konsumsi makanan dan minuman manis

dan risiko obesitas atau obesitas (Sitorus, 2020).

Hasil penelitian Guerrero di Spanyol menyatakan bahwa snacking

berhubungan dengan obesitas pada wanita, yaitu wanita dengan kebiasaan

snacking memiliki risiko mengalami obesitas 1,53 lebih besar bila dibandingkan

dengan laki-laki. Penelitian lain oleh Forslund, dkk yang dilakukan di Swedia
21

menyatakan bahwa makan camilan berhubungan positif dengan tingkat asupan

energi (Pratiwi 2017).

C. Tinjauan Umum Screen Time

Menurut Bone, screen time merupakan durasi yang digunakan untuk

penggunaan alat elektronik termasuk penggunaan komputer atau laptop,

pemakaian gadget, bermain game ataupun menonton video (Dina, 2018). Screen

time meliputi waktu yang dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan didepan layar

seperti menonton televisi, menggunakan komputer, laptop, handphone dan

bermain game console (Boone et al. dalam Isna, 2014:9).

Kategori screen time menurut American Academy of Pediatrict tahun 2001

terbagi menjadi dua yaitu kategori Low Screen Time (LST) kurang dari 2 jam/hari

dan kategori High Screen Time (HST) lebih besar sama dengan 2 jam/hari (Isna,

2014:9). Berdasarkan sifatnya screen time diklasifikasikan dengan screen time

interaktif (chatting, surfing internet, bermain videogames) dan screen time pasif

(menonton televisi maupun film) (Istiqomah,2017).

Remaja yang memiliki screen time lebih lama/ melebihi waktu yang

dianjurkan cenderung obesitas. Akibatnya, hanya sedikit aktivitas fisik yang

mereka lakukan. Screen time yang berlebihan akan semakin meningkatkan ketidak

seimbangan energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan tubuh. Remaja

merasa asyik screen time disertai memakan snack yang tinggi kalori maupun

lemak. Hal inilah yang berakibat pada peningkatan risiko kegemukan dan obesitas

pada remaja. Saat melakukan screen time maka remaja menjadi kurang aktif

sehingga asupan kalori yang tinggi dari makanan jajanan lama kelamaan akan
22

menyebabkan terjadinya obesitas pada anak-anak hingga dewasa. Screen time

yang lama juga dikaitkan dengan peningkatan kebiasaan konsumsi jajanan (snack)

dan soft drink tinggi gula pada kelompok usia muda (Kumala,2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Houghton et all (2015) menyebutkan salah

satu penyebab kegemukan adalah gaya hidup mahasiswa yang lebih banyak

menghabiskan waktu dengan gadget, laptop dan televisi. Menurut Anderson,

individu dengan durasi screen time lebih dari dua jam dalam sehari mempunyai

asupan serat lebih rendah dibandingkan dengan individu dengan durasi screen

time kurang dari dua jam dalam sehari. Screen time juga dapat menurunkan

aktivitas fisik individu. Menurut Jackson, seseorang yang melihat televisi terlalu

lama akan menurunkan aktivitas fisik yang dapat menyebabkan kegemukan (Dina,

2018). Peningkatan durasi screen time sejalan dengan peningkatan indeks massa

tubuh anak laki-laki maupun perempuan. Penelitian oleh Sisson et al. (2012)

menyebutkan bahwa anak yang menonton televisi lebih dari 3 jam/hari memiliki

risiko 48% mengalami obesitas (Alfinnia, 2021).

Screen time terkait dengan perilaku diet yang tidak sehat pada anak-anak,

remaja dan orang dewasa. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan

anak usia 8-16 tahun yang menonton TV (screen based activity) 4 jam/hari

memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dibanding yang menonton TV

kurang dari 2 jam/hari. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak usia 5-15

tahun yang menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari, akan memperlihatkan

gejala yang merugikan kesehatnnya dalam satu dasawarsa berikutnya, tanpa

peduli mereka gemar menonton televisi atau tidak setelah dewasa (Pangesti, 2016)
23

D. Sintesa Penelitian

Tabel 2.2 Sintesa Penelitian

No Peneliti, Judul, dan Tahun Tujuan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Waode Nurhafiza Indah Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian ini menunjukkan
Mukhlisa (2018) mengetahui hubungan asupan energi, sebagian besar subjek memiliki status gizi
konsumsi makanan ringan, dan lebih (50,8%), asupan energi lebih (60%),
“Asupan Energi dan konsumsi minuman berperisa dengan konsumsi makanan ringan berlebihan
Konsumsi Makanan Ringan kejadian gizi lebih pada remaja usia 16- (52,5%), dan konsumsi minuman berperisa
Berhubungan dengan 18 tahun di SMA Islam Al-Azhar 1 dalam jumlah baik (55,8%). Hasil uji
Kejadian Gizi Lebih Jakarta. statistik chi-square menunjukkan adanya
pada Remaja” Penelitian ini dilakukan secara hubungan antara asupan energi (p<0,05) dan
cross-sectional dengan metode konsumsi makanan ringan dengan gizi lebih
ARGIPA, 3(2): 59-66 proportionate stratified random (p<0,05). Selanjutnya, tidak ada hubungan
p-ISSN 2502-2938; e-ISSN sampling. Subjek berjumlah 120 orang, antara konsumsi minuman berperisa dengan
2579-888X yang sebagian besar adalah laki-laki. gizi lebih (p>0,05).

2 Anandita Mega Kumala Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan 72,1%
(2019) mengetahui hubungan antara durasi responden memiliki durasi penggunaan alat
penggunaan alat elektronik (gadget), elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu,
“Hubungan antara Durasi aktivitas fisik dan pola makan dengan ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas
Penggunaan Alat status gizi pada remaja usia 13-15 fisik rendah. Pola makan pada 80,3%
Elektronik (Gadget), tahun. responden sudah sesuai dengan anjuran PGS,
Aktivitas Fisik dan Pola Desain studi observasional dengan tetapi 96,7% responden tidak memenuhi
24

Makan dengan Status Gizi rancangan cross-sectional yang anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada
pada Remaja Usia 13-15 melibatkan remaja usia 13-15 tahun di responden berdasarkan Z-score IMT/U
Tahun” Kendal. Pengambilan sampel ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan
menggunakan simple random sampling kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil
Journal of Nutrition dengan 61 responden. Pedoman Gizi analisis menunjukkan terdapat hubungan
College, 8(2): 73-80 Seimbang (PGS). Analisis data antara durasi penggunaan alat elektronik
P-ISSN : 2337-6236; E- menggunakan uji Chi-Square serta (gadget), aktivitas fisik dan pola makan
ISSN : 2622-884X Fisher Exact. dengan status Gizi pada remaja usia 13-15
tahun (p<0,05).

3 Nurul Putrie utami (2018) Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian diketahui bahwa ada
mengetahui hubungan antara paparan hubungan signifikan antara screen time lebih
“Paparan Screen Time screen time dengan obesitas pada dari 2 jam/hari dengan risiko obesitas pada
Hubungannya dengan remaja SMP di Kota Yogyakarta. remaja SMP di Kota Yogyakarta (p=0,019)
Obesitas pada Remaja SMP Jenis penelitian yang digunakan dengan nilai Odds Ratio 2,6 (1,160-5,750).
di Kota Yogyakarta” observasional dengan pendekatan case Screen time yang lebih tinggi berhubungan
control study. Penelitian ini signifikan dengan tingkat asupan energi yang
Jurnal Dunia Gizi, 1(2): 71- dilaksanakan di 4 SMP di Kota lebih tinggi (p=0,037) dengan Ratio
78 Yogyakarta Sampel penelitian ini Prevalence 1,3 (1,025-1,638). Terdapat
ISSN : 2614-6479 (Online) sejumlah 120 siswa usia 12-15 tahun hubungan antara screen time dengan obesitas
yang terdiri dari 60 siswa di kelompok pada remaja.
kasus dan 60 siswa di kelompok kontrol
yang dipilih dengan metode
proportionate random sampling yang
kemudian dilakukan matching usia dan
25

jenis kelamin.

4 M. Ikhsan Amar (2021) Tujuan penelitian ini adalah Untuk Berdasarkan hasil uji chi square
mengetahui hubungan antara Frekuensi menunjukkan adanya hubungan antara
“Frequency of "Snacking", “Ngemil”, Konsumsi Junk Food, Screen konsumsi junk food (p=0,014) dan screen
Consumption of Junk Food Time Dengan Kejadian Overweight time (p=0,030) dengan kejadian overweight.
and Screen Time with the Pada Mahasiswa UPN Veteran Jakarta. sedangkan, pada frekuensi “ngemil” tidak
Incidence of Overweight in Metode dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dengan kejadian
Students” kuantitatif dan menggunakan desain overweight (p=0,093). Kesimpulan adalah
Cross Sectional Study. Sampel dalam terdapat hubungan antara konsumsi junk
JIKA, 3(1): 28-34 penelitian ini sebanyak 38 sampel food dan screen time dengan kejadian
https://doi.org/10.36590/jik dengan teknik Simple Random overweight pada remaja. tidak terdapat
a.v3i1.66 Sampling. Instrumen dalam penelitian hubungan antara frekuensi “ngemil” dengan
ini adalah menggunakan kuesioner. kejadian overweight pada remaja.

5 Mellia Silvy Irdianty Penelitian ini bertujuan untuk Remaja dengan aktivitas fisik ringan
(2016) mengetahui perbedaan aktivitas fisik memiliki peluang hampir 5 kali lebih besar
dan konsumsi camilan pada remaja mengalami obesitas dibandingkan remaja
“Aktivitas Fisik dan obesitas di daerah pedesaan dan dengan aktivitas fisik sedang (OR 4,96 (CI
Konsumsi Camilan pada perkotaan di Kabupaten Bantul. 95%:2.14 -11.63).
Remaja Obesitas di Penelitian ini menggunakan Hubungan antara jenis camilan dan
Pedesaan dan Perkotaan rancangan penelitian case control , obesitas juga memiliki hubungan yang
Kabupaten Bantul” dengan populasi remaja sekolah bermakna secara statistic dan praktis, yaitu
menengah atas (SMA) negeri di obesitas banyak di temukan sebanyak 2 kali
BKM Journal of Kabupaten Bantul. Kelompok Kasus lebih besar pada remaja dengan konsumsi
26

Community Medicine and adalah remaja yang didiagnosis obesitas camilan goreng dibandingkan dengan remaja
Public Health, 32(7): 217- pada tahap skrining, sedangkan yang mengonsumsi camilan non-goreng.
222 kelompok kontrol adalah remaja dengan Terdapat perbedaan rerata berat dan
berat badan normal. Analisis data asupan camilan pada remaja obesitas dan
menggunakan uji chi - square dan uji-t non-obesitas.
dan uji regresi logistik. Simpulan: Aktivitas fisik ringan,
frekuensi camilan tinggi, jenis camilan
gorengan, berat camilan dan asupan camilan
tinggi berpeluang lebih besar meningkatkan
obesitas remaja.

6 Syafriani (2018) Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengetahui hubungan konsumsi fast 66,2% responden mengalami kelebihan berat
“Hubungan Konsumsi Fast food dan aktivitas fisik dengan kejadian badan. Overweight lebih banyak terjadi pada
Food dan Aktivitas Fisik overweight pada siswa di SMAN 2 responden yang mengonsumsi makanan cepat
dengan Kejadian Bangkinang Kota. Jenis penelitian yang saji (56,9%) dibandingkan dengan yang
Overweight pada Siswa Di digunakan adalah penelitian kuantitatif jarang mengonsumsi makanan cepat saji
SMAN 2 Bangkinang Kota dengan desain cross sectional. (9,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Tahun 2018” Pengambilan sampel dalam ada hubungan antara konsumsi fast food
penelitian ini menggunakan stratified dengan kejadian overweight, sedangkan
PREPOTIF Jurnal random sampling dengan jumlah sampel aktivitas fisik tidak memiliki hubungan
Kesehatan Masyarakat, 65 orang. Analisis data dilakukan secara dengan kejadian overweight.
2(1): 9-18 univariat dan bivariat dengan uji chi-
square dan Fisher Exact.
27

ISSN 2623-1573 (Online)


ISSN 2623-1581 (Print)
7 Mefa Hidayatul Rohmah Penelitian ini bertujuan untuk Adanya hubungan antara kebiasaan
(2020) menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi (p<0,05). Selain
sarapan dan jajan dengan status gizi itu adanya hubungan antara kebiasaan jajan
“Hubungan Kebiasaan siswa di SMP Negeri 14 Jember. dengan status gizi (p<0,05). Sehingga dapat
Sarapan dan Jajan dengan Penelitian ini merupakan penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Sttus Gizi Remaja di kuantitatif melalui pendekatan kebiasaan sarapan dan jajan dengan status
Sekolah Menengah Pertama observasional analitik dengan desain gizi.
Neger 14 Jember” cross‒sectional. Jumlah sampel 82
siswa dengan teknik pengambilan
Ilmu Gizi Indonesia, 4(1): sampel yaitu simple random sampling.
39-50 Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri
14 Jember pada bulan Agustus 2019.
ISSN 2580-491X (Print) Data kebiasaan sarapan, kebiasaan
ISSN 2598-7844 (Online) jajan, dan pengetahuan gizi
menggunakan instrumen berupa angket,
konsumsi energi dan pola sarapan serta
makanan jajanan dengan wawancara
recall 24 jam dan food frequency
questionnaire (FFQ). Data tinggi badan
dan berat badan menggunakan
microtoise dan bathroom scale digital.
Analisis data menggunakan uji Chi
28

Square.

8 Mia Angelina Annur Fatin Tujuan penelitian ini adalah untuk Hasil penelitian menunjukan kebiasaan
(2018) mengetahui Kebiasaan Konsumsi Fast konsumsi fast food anak obesitas sebagian
Food, Menonton Televisi dan Bermain besar 4-6 kali/minggu, sedangkan tidak
Game Sebagai Faktor Resiko Obesitas. obesitas sebagian besar 1-3 kali/minggu,
“Kebiasaan Konsumsi Fast Jenis penelitian adalah penelitian masing-masing sebanyak 6 responden
Food, Menonton Televisi survey analitik dengan rancangan case (46,2%). Kebiasaan menonton televisi
dan Bermain Game sebagai control. Variabel penelitian adalah sebagian besar responden durasi > 2 jam/hari
Faktor Resiko Obesitas kebiasaan konsumsi fast food dengan yaitu 11 reponden (84,6%) anak obesitas, dan
pada Anak Usia Sekolah di pengambilan data menggunakan 8 responden (61,5%) tidak obesitas.
Sekolah Dasar Negeri Frequency Food Quetianare (FFQ), Kebiasaan bermain game sebagian besar
Klangenan 4 Cirebon” kebiasaan menonton televisi reponden dengan durasi > 2 jam/hari yaitu 8
dankebiasaan bermain game dan status reponden (61,5%) anak obesitas, dan 3
obesitas menggunakan kuesioner. responden (23,1%) tidak obesitas. Sering
Naskah Publikasi Sampel terdiri dari kelompok kasus 13 konsumsi fast food merupakan faktor risiko
Universitas dan kelompok kontrol 13. Analisis data terjadinya obesitas pada anak usia sekolah di
Muhammadiyah Semarang. menggunakan analisis univariat dan SD Negeri Klangenan 4 Cirebon. Kebiasaan
multivariat. bermain game > 2 jam/hari merupakan faktor
http://repository.unimus.ac.
risiko terjadinya obesitas pada anak usia
id
sekolah di SD Negeri Klangenan 4 Cirebon.

9 Nicole I Larson dkk (2016) Penelitian ini akan mengkaji Hasil penelitian menunjukkan bahwa
asupan makanan ringan padat energi, konsumsi makanan ringan merupakan faktor
“Adolescent Snacking jumlah total makanan ringan yang risiko untuk pola makan yang buruk, tetapi
29

Behaviors are Associated dikonsumsi, frekuensi mengkonsumsi makanan padat energi dan ngemil tidak
with Dietary Intake and makanan ringan yang disiapkan jauh konsisten berkontribusi terhadap kelebihan
Weight Status” dari rumah, dan frekuensi ngemil berat badan pada remaja AS.
sambil menonton televisi pada remaja
J Nutr, 146(7):1348-55. dan kaitanya dengan diet dan status
doi:10.3945/jn.116.230334. berat badan. Analisis data akan
dilakukan dengan menggunakan regresi
linear.
10 Intan Lisetyaningrum Penelitian ini bertujuan untuk Mayoritas dari 170 responden adalah
(2021) mendeskripsikan kebiasaan jajan, perempuan (81,2%). Sebanyak 11,2%
kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan responden mengalami obesitas dan 6,5%
“A Cross-Sectional indikator obesitas pada remaja di kelebihan berat badan. Dari 170 responden
Analysis of Snacking Jakarta. 52,4% memiliki kebiasaan jajan, 64,1%
Habits, Eating Habits, Penelitian ini menggunakan metode memiliki kebiasaan makan yang sehat, 73,5%
Physical Activity, and cross sectional dengan jumlah sampel melakukan aktivitas fisik 3 hari/minggu,
Indicators of Obesity 170 siswa kelas 10-12 SMAN di 79,4% menonton TV <3 jam/hari, dan 61,2%
Among High School Provinsi Jakarta dengan teknik bermain video game dan menghabiskan
Students in Jakarta, pengambilan sampel purposive waktu di komputer 3 jam/hari. Hasil analisis
Indonesia” sampling. bivariat menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kebiasaan
jajan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik
dengan indikator obesitas.
30

E. Kerangka Teori

Faktor genetik

Faktor Pola
lingkungan konsumsi
Asupan
Faktor social
energi
ekonomi Ketidak
seimbangan Berat badan
energi lebih
Kemudahan Keluaran
Perilaku
teknologi energi
sedentari

Gambar 2.1 Modifikasi dari livernman 2005 dan Arundhana et,al 2013
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Untuk mengetahui pengaruh screen time dan frekuensi snacking terhadap

status gizi overweight pada remaja dapat disajikan dalam kerangka konsep

sebagai berikut:

Pola konsumsi
- Frekuensi
Snacking

Berat badan lebih

Aktivitas Sedentary
- Screen time

Ket:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Ho

a) Ho : Tidak ada hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih

pada remaja.

b) Ho: Tidak ada hubungan frekuensi snacking terhadap kejadian berat

badana lebih pada remaja.

31
32

2. Hipotesis Ha

a) Ha : Ada hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih pada

remaja.

b) Ha: Ada hubungan frekuensi snacking terhadap kejadian berat badan

lebih pada remaja

C. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektiv

Menurut Sugiyono (2018: 39), variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang di lakukan penulis terdapat dua variabel, yaitu

variabel independen atau bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel

dependen atau terkait (variabel yang dipengaruhi).

1. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2017:61), variabel dependen/terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, kareana adanya variabel

bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian berat badan

lebih pada remaja. Berat badan lebih dalam penelitian ini adalah keadaan berat

badan yang melebihi berat badan normal yang dibandingkan dengan tinggi

badan menurut usia remaja, atau di nilai menggunakan indeks massa tubuh

(IMT) menurut umur . Nilai IMT dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
33

Dengan menggunakan klasifikasi nilai ambang batas Indeks Masa Tubuh

untuk remaja usia 12-14 tahun adalah

a. Gizi kurang dengan ambang batas (Z-score) -3 SD sampai dengan <-2 SD

b. Gizi normal dengan ambang batas (Z-score) -2 SD sampai dengan 1 SD

c. Gizi lebih/ overweight dengan ambang batas (Z-score) >1 SD sampai

dengan 2 SD

d. Obesitas dengan ambang batas (Z-score) > 2 SD

2. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2017:61) variabel independen (bebas) merupakan

variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbunya

variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel

independen yaitu frekuensi snacking dan screen time.

a. Frekuensi Snacking merupakan kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi

camilan di setiap harinya, dalam penelitian ini snacking yang di maksud

adalah konsumsi cemilan yang mengandung energi, gula, garam, dan lemak

yang tinggi serta sedikit/tidak mengandung vitamin dan mineral. Frekuensi

snacking akan diukur menggunakan kuesioner terbuka dengan kategori

pertanyaan mengenai jenis snack berdasarkan kandungan gizi menurut

2012-2020 Dietary Guidelines for Americans, dan frekuensi snacking yang

dikonsumsi.

1) Jenis snack berdasarkan kandungan menurut 2012-2020 Dietary

Guidelines for Americans dibagi menjadi dua yaitu:


34

a) Baik yaitu snack berupa kelompok makanan dan minuman yang

mencakup vitamin, mineral, dan zat lain yang berkontribusi dalam

memberikan efek kesehatan yang positif bagi tubuh dengan sedikit

atau tanpa lemak, tambahan gula, dan sodium.

b) Buruk yaitu snack berupa makanan dan minuman yang memiliki

kandungan lemak tinggi, gula dan sodium.

2) Frekuensi snacking dibagi menjadi dua kategori yaitu:

a) Sering yaitu konsumsi snack >1x/hari atau 2-6x/minggu.

b) Jarang yaitu konsumsi snack ≤1x/minggu atau tidak pernah

(Pujasari,2021).

b. Screen time merupakan total waktu/durasi yang digunakan untuk kegiatan

menatap layar termasuk penggunaan alat elektronik, penggunaan komputer

atau laptop, pemakaian gadget, bermain game ataupun menonton televisi/

video. Dalam penelitian ini variabel screen time di ukur menggunakan

kuesioner terbuka yang di adaptasi dari American Academy of Pediatrics

yang di ukur dalam satu hari terakhir pada hari biasa (week day) dan di isi

dalam satuan menit .


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional menggunakan

analitik dengan metode pendekatan cross sectional (hubungan dan asosiasi).

Menurut Sugiyono (2013), penelitian cross sectional merupakan penelitian

dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak

berkesinambungan dalam jangka waktu panjang). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara frekuensi snacking dan screen time dengan

kejadian berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Makassar dan direncanakan pada


bulan Maret sampai bulan Mei 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi Penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMPN 3

Makassar yang berjumlah 762 siswa. Kelas VII berjumlah 401 siswa dan kelas

VIII berjumlah 361 siswa.

2. Sample

Menurut Sugiyono (2017:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

35
36

3. Estimasi Besaran Sampel

Penentuan besaran sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus besar

sampel komparasi kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2016), yaitu sebagai

berikut:

2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 +𝑍𝛽 √𝑃1 𝑄1 +𝑃2 𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1 −𝑃2

2
1.96√2 𝑥 0.265 𝑥 0.735 +0.84√0.35 𝑥 0.65+0.18 𝑥 0.82
=( )
0.17
2
1.96√0.4 +0.84√0.4
=( )
0.17

1.96 𝑥 0.6 +0.84 𝑥 0.6 2


=( )
0.17

1.68 2
=( )
0.17

= (9.8)2
= 96.04
= 96
n1=n2 maka jumlah sampel= 96 𝑥 2 = 192

Keterangan:

𝑍𝛼 : Kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,96

𝑍𝛽 : Kesalahan tipe I sebesar 20% = 0,84

P2 : Proporsi sudah diketahui nilainya yaitu 0,18

Q2 : 1- P2 = 0,82

P1- P2 : Selisih = 0,17

P : Proporsi = (P1+P2)/2 = 0,265

Q : 1- P = 0,735

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan subjek penelitian sebanyak 192


37

4. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun metode pengambilan sampel pada tiap-tiap kelas dilakukan dengan

menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Teknik

proportional sampling merupakan pengambilan sampel dengan memperhatikan

unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Jumlah sampel tiap kelas

dihitung dengan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

192
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑉𝐼𝐼 = 𝑋 401 = 101
762

192
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑉𝐼𝐼𝐼 = 𝑋 361 = 91
762

Setelah dilakukan perhitungan untuk pengambilan sampel dari populasi

yang ada dan sampel minimum untuk masing-masing kelas yang tersebar di SMP

N 3 maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Sampel siswa SMP kelas VII & VIII di SMPN 3
Makassar

No Kelas Populasi Per- Sampel Per-


Kelas Kelas
VII SMPN 3 Makasar
1 VII.1 36 9
2 VII.2 33 8
3 VII.3 32 8
4 VII.4 34 9
5 VII.5 35 9
6 VII.6 36 9
7 VII.7 32 8
8 VII.8 31 8
9 VII.9 32 8
10 VII.10 34 9
38

11 VII.11 34 9
12 VII.12 32 8
VIII SMPN 3 Makasar
13 VIII.1 35 9
14 VIII.2 36 9
15 VIII.3 36 9
16 VIII.4 37 10
17 VIII.5 35 9
18 VIII.6 37 9
19 VIII.7 37 9
20 VIII.8 37 9
21 VIII.9 36 9
22 VIII.10 35 9

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi
a) Siswa SMP Negeri 3 Makassar kelas VII & VIII
b) Bersedia menjadi sampel penelitian dan telah menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan.
2) Kriteria ekslusi
a) Sedang izin atau sakit saat penelitian dilakukan.
b) Tidak bersedia menjadi sampel penelitian

b. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data primer. Data tersebut dikumpulkan

dengan cara menggunakan instrument sebagai berikut:

1) Timbangan Digital

Timbangan digital untuk mengukur berat badan.

2) Microtoice

Untuk mengukur tinggi badan yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.


39

3) Kuesioner

Kuesioner yang di gunakan berisi pertanyaan terkait variable

independent yang diteliti. Untuk variabel frekuensi snacking menggunakan

Kuesioner Minuman dan Makanan Ringan (BSQ), keandalan The Beverage

and Snack Questionnaire (BSQ) telah terbukti layak dalam penelitian

sebelumnya. Koefisiennya berkisar antara r=0,72 dan r=0,74 untuk

minuman dan makanan ringan, serta r=0,82 untuk buah dan sayur. Selain

itu, koefisien makanan yang dikonsumsi di sekolah adalah r=0,69 hingga

0,71 dan makanan yang dikonsumsi di luar sekolah adalah r=0,63 hingga

0,70. Koefisien validitas untuk 19 item makanan individu berkisar antara

r=0,69 hingga 0,71. Hal ini menunjukkan bahwa BSQ merupakan kuesioner

yang layak digunakan untuk mengukur variabel kebiasaan ngemil (Pujasari,

2021).

Variabel SBA (Screen Based Activity) dilihat menggunakan kuesioner

yang diadaptasi dari American Academy of Pediatrics (2011). Kuesioner

tersebut telah diuji validitas (r=0.444; N=20; signifikasi 5%) dan

realibilitasnya (α=0.540) menggunakan software SPSS 21.0 (Alfinnia,

2021).

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam proses penelitian ini dilakukan dengan

metode wawancara secara langsung kepada responden menggunakan alat bantu


40

berupa kuesioner yang telah disusun yang berisi identitas remaja, durasi screen

time dan frekuensi snacking. Sedangkan status gizi remaja diukur dengan

menggunakan pengukuran berdasarkan IMT/U dengan alat bantu penimbangan

berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan menggunakan

mikrotoice.

2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari bagian kantor sekolah yang meliputi jumlah siswa kelas VII dan VIII, berat

badan dan tinggi badan siswa yang di gunakan sebagai data observasi awal.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini akan menggunakan SPSS, yaitu dengan

mengolah data-data yang diperoleh dari lembar observasi responden. Pengolahan

data akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Coding dilakukan dengan mengubah data berbentuk seperti kalimat atau

huruf menjadi data atau angka atau bilangan bertujuan untuk memudahkan

pada saat memasukkan data (data entry).

b) Checking yaitu melakukan pemeriksaan sebelum dilakukan pengolahan data,

agar data yang diperoleh sesuai dengan data yang sudah ada.

c) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data, untuk mengetahui

kemungkinan adanya kesalahan kode atau ketidak lengkapan data.


41

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Pada

analis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam

bentuk tabel frekuensi, ukuran tedensi sentral atau grafik. Analisis univariat bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi

dari tiap variabel.

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Hubungan antara frekuensi snacking terhadap kejadian

overweight dianalisis menggunakan uji chi square dengan ketentuan apa bila P

value <0,05 maka H0 di tolak artinya ada hubungan yang signifikan antara

variable frekuensi snacking terhadap kejadian overweight pada remaja dan jika P

value >0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

variable frekuensi snacking terhadap kejadian overweight pada remaja. Adapun

variabel screen time dianalisis menggunakan uji independen t-tes untuk

mengetahui rata-rata perbedaan screen time antara status gizi normal dan status

gizi overweight obesitas yang apa bila P value <0,05 maka H0 di tolak yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara screen time dan kejadian overweight

pada remaja dan Jika P value >0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan

siknifikan antara screen time dan kejadian overweight pada remaja.


42

F. Penyajian Data

1. Naratif

Penyajian data dalam narasi atau memberikan keterangan secara tulsan.

Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari pengambilan sampel,

pelaksanaan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang berupa insformasi

dari pengumpulan data tersebut (Sugiyono, 2013).

2. Tabel

Memberikan keterangan berbentuk angka, table dalam penelitian ini

addalah master table dan table distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam

baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran.

3. Interprestasi

Interprestasi data disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudhkan

pemahaman terhadap hasil penelitian.

G. Alur Penelitian

Gambar 4. 1 Alur Penelitian

Penelitian pendahuluan

Penentuan besar sampel dan teknik


pengambilan sampel

Pengukuran antropometri dan pemberian


kuesioner screentime dan Frekuensi snacking

Pengolahan dan analisis data


43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Penelitian dilakukan di SMP Negri 3 yang terletak di Jalan Baji Gau
No. 11, Baji Mappakasunggu Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan mulai tanggal 28 Maret sampai Mei 2022. Jumlah sampel
dalam penelitian ini berjumlah 192 sampel. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan survey
analitik dengan metode cross sectional. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan aplikasi SPSS, yang terlebih dahulu
dilakukan uji analisis univariat kemudian dilanjutkan analisis uji bivariat yaitu
menggunakan uji Chi-Square dan Independent T Test. Berdasarkan hasil
penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian
sebagai berikut.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Makassar yang merupakan salah

satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terletak di Jalan Baji Gau No.11,

Baji Mappakasunggu Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia

masa pendidikan sekolah di SMPN 3 Makassar ditempuh dalam waktu tiga

tahun pelajaran, mulai dari Kelas VII sampai Kelas IX.

SMP Negeri 3 merupakan salah satu SMP di Kota Makassar didirikan atas

tanah seluas 3.615 m2, di lingkungan sekolah terdapat beberapa sekolah dan

rumah penduduk yaitu sebelah utara terdapat SMA Negeri 2 Makassar, sebelah

selatan jalan raya, sebelah barat dan sebelah timur merupakan perumahan

44
45

penduduk kelurahan Baji Mappakasunggu. Suasana didalam sekolah terlihat

bersih, asri dan padat.

SMP Negri 3 Makassar di pimpin oleh kepala sekolah bapak Drs.

Kaswadi. SMP Negri Makassar memiliki 28 ruangan kelas dengan sistem

moving class sesuai dengan mata pelajaran yang akan dipelajari dengan jumlah

siswa. Selama pandemic covid-19 siswa-siswi akan masuk sekolah secara

bergantian yaitu kelas 9 mulai dari jam 08.00-10.00, kelas 8 mulai dari jam

10.00-13.00 dan kelas 7 mulai dari jam 14.00-17.00 WITA.

SMP Negri 3 Makassar memiliki 3 kantin yang menjual beberapa

makanan seperti gorengan, mie goreng, snack dan aneka minuman serta ATK

namun selama pandemic covid-19 belum dioperasikan. Selain itu siswa juga

memiliki akses untuk jajan diluar sekolah dimana di luar sekolah terdapat

beberapa penjual makanan seperti, piscok, bakso, batagor dan terdapat

beberapa kios yang menjual aneka snack dan aneka minuman.

2. Gambaran Karakteristik Umum Responden

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas VII

dan VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil

berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sampel kelas VII adalah 101

(52.6%) dan sampel kelas VIII yaitu 91 (47.4%), diantaranya 86 (44.8%)

berjenis kelamin laki-laki dan 106 (55.2%) berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan umur sampel yang terbanyak adalah umur 13 tahun yaitu 104

(54.2%) dan yang paling sedikit adalah umur 11 tahun dan 15 tahun yaitu 1

(0.5%).
46

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di


SMP Negri 3 Makassar Tahun 2022

Karakteristik Total
Remaja N %
Kelas
VII 101 52.6
VIII 91 47.4
Umur
11 Tahun 1 0.5
12 Tahun 33 17.2
13 Tahun 104 54.2
14 Tahun 53 27.6
15 Tahun 1 0.5
Jenis Kelamin
Laki-laki 86 44.8
Perempuan 106 55.2
Total 192 100
Sumber : Data Primer, 2022

3. Gambaran Karekteristik Orang Tua Sampel

Berdasarkan tabel karakteristik orang tua responden menunjukkan


bahwa dari total 192 responden menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan
ayah adalah tamat SMA sederajat yaitu 98 (51%) dan mayoritas
pendidikan ibu adalah tamat SMA sederajat yaitu 86 (44.8%).
Berdasarkan tabel juga dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan ayah
adalah wiraswasta/pedagang yaitu 67 (34.9%) dan mayoritas pekerjaan ibu
adalah tidak bekerja 134 (69.8%).
47

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Orang Tua Responden di


SMP Negri 3 Makassar Tahun 2022

Karakteristik Total
Orang Tua n %
Pendidikan Ayah
Tidak tamat SD sederajat 1 0.5
SD sederajat 5 2.6
SMP sederajat 6 3.1
SMA sederajat 98 51
D1/D2/D3 8 4.2
Tamat PT 74 38.5
Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD sederajat 1 0.5
SD sederajat 3 1.6
SMP sederajat 13 6.8
SMA sederajat 87 45.3
D1/D2/D3 23 12.0
Tamat PT 65 33.9
Pekerjaan Ayah
ASN/TNI/Polri/BUMN/BUMD 48 25
Pegawai Swasta 46 24
Wiraswasta/Pedagang 67 34.9
Tenaga pengajar 2 1
Buruh 23 12
Tenaga kesehatan 3 1.6
Tidak bekerja 3 1.6
Pekerjaan Ibu
ASN/TNI/Polri/BUMN/BUMD 27 14.1
Pegawai Swasta 10 5.2
Wiraswasta/Pedagang 14 7.3
Tenaga pengajar 4 2.1
Tenaga kesehatan 3 1.6
Pensiunan 0 0
Lainnya 6 3.1
Tidak Bekerja 134 69.8
Total 192 100
Sumber : Data Primer, 2022
48

4. Gambaran Karakteristik Status Gizi Responden


Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada penelitian ini distribusi
karakteristik status gizi responden di dapatkan hasil bahwa jumlah
responden dengan status gizi lebih berjumlah 80 (41.7%) dengan
responden dengan status gizi lebih (overweight) yaitu 33 (17.2%) dan
status gizi obesitas (obese) yaitu 47 (24.5%), dapat dilihat juga bahwa
responen dengan status gizi tidak lebih berjumlah 112 (58.3%) dengan
status gizi kurang (thinnes) yaitu 7 (3.6%) dan responden dengan status
gizi normal yaitu 105 (54.7%).

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Status Gizi Responden di SMP


Negri 3 Makassar Tahun 2022
Total
Kategori
n %
Status Gizi Lebih
Overweight 33 17.2
Obese 47 24.5
Total 80 41.7
Status Gizi Tidak
Lebih
Thinnes 7 3.6
Normal 105 54.7
Total 112 58.3
Total 192 100
Sumber : Data Primer, 2022

5. Gambaran Frekuensi Snacking


Berdasarkan tabel 5.4 gambaran frekuensi snacking diketahui bahwa dari
total 192 orang responden terdapat 85 Orang (44.3%) yang memiliki
frekuensi snacking sering, sedangkan 107 orang (55.7%) lainnya memiliki
frekuensi snacking jarang.
49

Table 5.4 Gambaran Frekuensi Snacking


Frekuensi snacking N %
Sering
(>1x/hari atau 85 44.3
2-6x/minggu)
Jarang
(≤1x/minggu atau 107 55.7
tidak pernah)
Total 192 100
Sumber: Data Primer, 2022

Dari tabel 5.5 menunjukkan hasil gambaran frekuensi snack paling


sering dikonsumsi di konsumsi responden yaitu jajanan atau cemilan asin
(seperti keripik kentang) sebanyak 60.4%, sedangkan makanan yang
paling jarang dikonsumi adalah susu rendah lemak sebanyak 87.5%.
Table 5.5 Gambaran Frekuensi Snacking
Frekuensi
Jenis makanan dan
minuman Sering % Jarang %

Jus jeruk, jus apel dan 38 19.8 154 80.2


100% jus lainnya

Konsumsi soft drink


(seperti minuman
bersoda, minuman 80 41.7 112 58.3
berenergi,minuman
dengan perasa)

Susu rendah lemak


24 12.5 168 87.5
(low fat)

Susu biasa 83 43.2 109 56.8

Jajanan atau cemilan 116 60.4 76 39.6


asin (seperti keripik
kentang)
50

Permen, coklat, jelly 88 45.8 104 54.2

Donat, kue, cookies, 103 53.6 89 46.4


brownies

Makanan pencuci 103 53.6 89 46.4


mulut (seperti eskrim,
yogurt)

Konsumsi fast food 115 59.9 77 40.1

Sumber : Data Primer, 2022

Dari tabel 5.6 gambaran frekuensi snack dengan jenis kelamin menunjukkan
hasil frekuensi snack sering pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang
(55,3%) dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (44,7%).
Table 5.6 Gambaran Frekuensi Snack dengan Jenis Kelamin

Frekuensi Snack
Jenis Kelamin
Sering % Jarang %

Laki- laki 47 55,3 39 57,3

Perempuan 38 44,7 68 63,5

Total 85 100 107 100

Sumber: Data Primer, 2022

6. Gambaran Frekuensi Snack dengan Jenis Snack


Berdasarkan tabel 5.7 gambaran frekuensi snack dengan jenis snack baik
diketahui bahwa dari total 192 orang responden terdapat 64 Orang (33.3%)
yang mengonsumsi jenis snack baik dengan frekuensi sering, sedangkan 128
orang (66,7%) lainnya mengomsumsi jenis snack baik dengan frekuensi
jarang.
51

Tabel 5.7 Gambaran Frekuensi Snack Dengan


Jenis Snack Baik
Berat badan lebih
Jenis snack Frekuensi
Iya % Tidak %

Sering 24 30 40 35,7
Baik
Jarang 56 70 72 64,3

Total 80 100 112 100

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.8 gambaran frekuensi snack dengan jenis snack


buruk diketahui bahwa dari total 192 orang responden terdapat 140 Orang
(72,9%) yang mengonsumsi jenis snack buruk dengan frekuensi sering,
sedangkan 52 orang (27,1%) lainnya mengomsumsi jenis snack buruk dengan
frekuensi jarang.

Table 5.8 Gambaran Jenis Snack Buruk dengan


Frekuensi Snack
Berat badan lebih
Jenis snack Frekuensi
Iya % Tidak %

Sering 72 90 68 60,7
Buruk
Jarang 8 10 44 39,3

Total 80 100 112 100

Sumber: Data Primer, 2022

7. Gambaran Screen Time

Berdasarkan tabel 5.9 gambaran screen time diketahui bahwa lama


kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh sampel adalah kegiatan bermain
gadget (social media seperti twitter,instagram,facebook,tiktok) dengan total
waktu kegiatan 31.675 menit/hari dan rata-rata 164.97 menit/hari dan
52

kegiatan yang paling cepat dilakukan adalah bermain video game di play
station/xbox/nintendo dengan total waktu kegiatan 3.330 dan rata-rata 17,34
menit/hari .

Tabel 5.9 Gambaran Screen Time


Total Waktu
(Menit/Hari)
Kegiatan N
Total Mean

Menonton TV 192 15.889 82,75

Menonton video di
laptop/computer 192 9.169 47,75

Bermain game di 6.444 33,56


192
laptop/computer

Menonton video/bermain 192 25.290 131,72


game di tablet/smartphone

Bermain video game di 192 3.330 17,34


play station/xbox/Nintendo

Bermain gadget (social


media seperti twitter, 192 31.675 164,97
instagram, facebook,
tiktok)

Total 121.797 478,09

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.10 gambaran screen time dengan kejadian berat


badan lebih diketahui bahwa sampel yang mengalami berat badan lebih
memiliki rata-rata total screen time paling banyak pada kegiatan bermain
gadget dengan rata-rata 178.79 menit/hari dan paling sedikit pada kegiatan
bermain video game di play station/xbox/nintendo dengan rata-rata 29.63
menit/hari.
53

Table 5.10 Gambaran Screen Time dengan


Kejadian Berat Badan Lebih
Rata-Rata Total Waktu
(Menit/Hari)
Kegiatan Berat Badan Lebih

Ya Tidak

Menonton TV 89,94 77,63

Menonton video di 59,58 39,31


laptop/computer

Bermain game di 48,81 22,67


laptop/computer

Menonton video/bermain 167,70 106,02


game di tablet/smartphone

Bermain video game di play 29,63 8,57


station / xbox/Nintendo

Bermain gadget (social 178,79 155,11


media seperti twitter,
instagram, facebook, tiktok)

Sumber: Data Primer, 2022

8. Hubungan Frekuensi Snacking dengan Kejadian Berat Badan Lebih


Berdasarkan tabel 5.11 hubungan frekuensi snacking dengan kejadian
berat badan lebih diketahui bahwa sampel yang mengalami berat badan lebih
memiliki frekuensi sacking sering yang lebih besar dibandingkan sampel
yang tidak mengalami berat badan lebih yaitu sebanyak 48 orang (56,5%).
Hasil analisis hubungan frekuensi snacking dengan kejadian berat badan lebih
yang terjadi pada sampel menggunakan Uji Chi-Square menghasilkan nilai
ρ<0,05 yaitu 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan frekuensi snacking antara sampel yang mengalami berat badan
lebih dan sampel yang tidak mengalami berat badan lebih, sehingga dapat
54

disimpulkan bahwa terdapat hubungan frekuensi snacking dengan kejadian


berat badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
Table 5.11 Hubungan Frekuensi Snacking dengan
Kejadian Berat Badan Lebih
Berat Badan Lebih Jumlah
Frekuensi ρ*
Ya Tidak
snacking
n=80 n=112 N %
F % F %
Sering 48 56,5 37 43,5 85 100
0,000
Jarang 32 29,9 75 70,1 107 100

Sumber: Data Primer, 2022


*Uji chi-square

Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan frekuensi snacking


dan jenis snack terhadap kejadian berat badan lebih pada sampel
menggunakan uji Chi-Square menghasilkan nilai ρ > 0,05 yaitu 0,408 pada
frekuensi snack dan jenis snack baik maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak terdapat perbedaan frekuensi snack dengan jenis snack baik
antara sampel yang mengalami berat badan lebih dan sampel yang tidak
mengalami berat badan lebih, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara frekuensi snacking dan jenis snack baik dengan
kejadian berat badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
Selanjutnya hasil analisis hubungan frekuensi snacking dan jenis

snack buruk dengan kejadian berat badan lebih pada sampel menggunakan

uji Chi-Square menghasilkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 maka Ho ditolak dan

Ha diterima, artinya terdapat perbedaan frekuensi snacking dengan jenis

snack antara sampel yang mengalami berat badan lebih dan sampel yang

tidak mengalami berat badan lebih, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan frekuensi snacking dan jenis snack buruk dengan

kejadian berat badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
55

Table 5.12 Hubungan frekuensi snacking dan jenis snack dengan


kejadian berat badan lebih
Berat badan lebih Jumlah
Jenis
Frekuensi
snack Iya % Tidak % n % ρ*

Sering 24 37,5 40 62,5 64 100


Baik
Jarang 56 43,7 72 56,3 128 100 0,408

Sering 72 51,4 68 48,6 140 100


Buruk
Jarang 8 15,9 44 84,1 52 100 0,000

Sumber: Data Primer, 2022


*Uji chi-square

9. Hubungan Screen time dengan Kejadian Berat Badan Lebih


Pada penelitian ini hasil uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-
Smirnov menghasilkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000, yang berarti data hasil
penelitian ini tidak terdistribusi secara normal sehingga uji yang digunakan
untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan
dependen adalah uji nonparametrik atau uji alternatif dari Uji T Tidak
Berpasangan yaitu Uji Mann-Whitney.
Berdasarkan tabel 5.13 hubungan screen time dengan kejadian berat
badan lebih diketahui bahwa sampel yang mengalami berat badan lebih
memiliki rata-rata waktu screen time yang lebih besar dibandingkan sampel
yang tidak mengalami berat badan lebih yaitu 574,4 menit/hari. Hasil
analisis hubungan screen time dengan kejadian berat badan lebih yang
terjadi pada sampel menggunakan Uji Mann-Whitney menghasilkan nilai ρ
< 0,05 yaitu 0,003 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan rata-rata screen time antara sampel yang mengalami berat badan
lebih dan sampel yang tidak mengalami berat badan lebih, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan screen time dengan kejadian berat
badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
56

Tabel 5.13 Hubungan Screen Time dengan


Kejadian Berat Badan Lebih
Berat Badan Lebih
Ya Tidak ρ*
Variabel
n=80 n=112
Mean±SD Mean±SD
Screen Time
574.44±372,00 409.3036±326.09 0,003
(menit/hari)

Sumber: Data Primer, 2022


*Uji Mann-Whitney

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara frekuensi


snacking dan screen time dengan kejadian berat badan lebih pada remaja di
SMP Negeri 3 Makassar.
1. Gambaran Status Gizi Responden
Berdasarkan hasil pengukuran di dapatkan hasil yaitu siswa yang
mengalami berat badan lebih (overweight dan obese) yaitu 80 orang
(41.7%) dan siswa yang tidak mengalami berat badan lebih (thinnes dan
normal) yaitu 112 orang (58.3%) hal ini berarti bahwa sebagian besar
siswa di SMP 3 Makassar tidak memiliki berat badan lebih namun
perbedaan status gizi tidak berbanding terlalu jauh. Kelebihan berat badan
merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di Indonesia. Kejadian
berat badan lebih adalah suatu keadaan dimana adanya penimbunan lemak
yang berlebihan di dalam tubuh seseorang (Swinburn et al. 2004 dalam
Praditasari dkk. 2018). Penilaian status gizi dilakukan dengan pengukuran
antropometri, pengukuran dilakukan dengan mengukur berat badan dan
tinggi badan responden kemudian dicatat dan dilakukan perhitungan
status gizi.
Berbagai faktor berperan dalam terjadinya berat badan lebih, antara
lain kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan seperti asupan makan yang berlebih dan aktivitas fisik
yang rendah merupakan faktor penentu utama obesitas (Utami, 2018).
57

Dampak yang ditimbulkan overweight pada remaja remaja menjadi faktor


risiko terjadinya penyakit degeneratif penyakit kardiovaskular, diabetes,
gangguan muskuloskeletal dan kanker payudara, kanker endometrium dan
kanker usus besar. Anak dan remaja yang mengalami kegemukan
merupakan faktor risiko untuk terjadinya obesitas saat usia dewasa
(Lugina, 2021).
2. Gambaran Frekuensi Snack dengan Kejadian Berat Badan Lebih

Berdasarkan tabel 5.4 gambaran frekuensi snacking diketahui bahwa


dari total 192 orang responden terdapat 85 Orang (44.3%) yang memiliki
frekuensi snacking sering, sedangkan 107 orang (55.7%) lainnya memiliki
frekuensi snacking jarang. Frekuensi snack paling sering dikonsumsi di
konsumsi responden yaitu jajanan atau cemilan asin (seperti keripik
kentang) sebanyak 60.4%, sedangkan makanan yang paling jarang
dikonsumi adalah susu rendah lemak sebanyak 87.5%.
Hal ini menunjukan bahwa secara menyeluruh remaja menyukai
kebiasaan mengonsumsi camilan. Kebiasaan mengonsumsi camilan
dengan frekuensi sering memiliki kontribusi besar dalam peningkatan
massa lemak dalam tubuh. Kondisi ini menjadi semakin buruk dengan
jenis camilan yang di konsumsi remaja bias any camilan dengan tinggi
kandungan gula dan lemak. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukan remaja yang memiliki frekuensi konsumsi camilan
sebanyak dua hingga empat kali dalam sehari lebih beresiko mengalami
obesitas (Keast,2010).
Berdasarkan table 5.6 gambaran frekuensi snack dengan jenis kelamin
juga dapat diketahui bahwa laki-laki lebih sering mengonsumsi snack di
bandingkan dengan perempuan (55,3%). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang di lakukan oleh. Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat
membedakan pola konsumsi makan. Pertumbuhan, perkembangan, dan
massa otot individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga, menyebabkan laki-laki memiliki pola konsumsi makan lebih
banyak dibandingkan perempuan. Menurut Depkes (2008), kebutuhan gizi
58

antara laki-laki dan perempuan sangat berbeda, karena pertumbuhan dan


perkembangan laki-laki dan perempuan juga berbeda. Menurut Gibney, et
all, (2015), laki-laki cenderung menyukai makanan yang tinggi lemak,
karbohidrat, protein, gula dan alkohol (Ramonda, 2019).
3. Gambaran Jenis Snack dengan Kejadian Berat Badan Lebih

Gambaran jenis snack dengan kejadian berat badan lebih pada sampel
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sampel yang mengalami berat
badan lebih mengonsumsi jenis snack buruk dengan frekuensi sering
(37,5%) lebih banyak dibandingkan mengonsumsi jenis snack baik dengan
frekuensi sering (12,5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang
mengalami berat badan lebih, lebih sering mengonsumsi snack buruk
dibandingkan snack baik.
Dalam penelitian ini jenis snack di bedakan menjadi dua yaitu snack
baik dan snack buruk, dimana jenis makanan dan minuman yang termasuk
snack baik yaitu jus jeruk, jus apel, dan 100% jus lainnya, susu low fat,
dan susu biasa. Sedangkan untuk jenis snack buruk yaitu konsumsi soft
drink (seperti minuman bersoda, minuman berenergi, meninuman dengan
perasa), jajanan atau camilan asin (seperti kripik kentang), permen, coklat,
jelly,donat, kue cookies, brownies, makanan pencuci mulut seperti
(eskrim, dan yogurt), dan konsumsi fast food. Berdasarkan kandungan gizi
menurut dietary guidelines for americans (2012-2020) dimana snack baik
berupa kelompok makanan dan minuman yang mencangkup vitamin,
mineral dan zat lain yang berkontribusi dalam memberikan efek kesehatan
yang positif bagi tubuh dengan sedikit atau tampa lemak, tambahan gula,
dan sodium. Sedangkan snack buruk berupa makanan dan minuman yang
memiliki kandungan tinggi lemak, gula, dan sodium. Sementara itu dalam
Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) No. 41 tentang pendoman gizi
seimbang terdapat pesan umum gizi seimbang yang dianjurkan untuk
batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
Pemilihan jenis camilan yang tidak sehat dapat menyebabkan
terjadinya obesitas pada remaja. Remaja yang suka mengkonsumsi
59

camilan tinggi gula dan lemak memiliki risiko lebih mengalami obesitas.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa camilan sebagai makanan yang
tidak sehat. Camilan yang dimaksud adalah makanan yang tinggi gula,
tinggi lemak tetapi rendah serat. Makanan tersebut memberikan
sumbangan yang besar terhadap asupan kalori dan kolesterol dalam sehari
(Ezmaillzadeh, 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ezmaillzadeh and Azadbakht (2008), bahwa terdapat
hubungan antara subyek yang mengkonsumsi makanan tinggi gula dengan
kejadian obesitas. Remaja yang mengkonsumsi makanan tinggi gula dan
lemak memiliki risiko 5,74 kali mengalami obesitas (Ezmaillzadeh, 2008).
Pola konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif terhadap
kesehatan tubuh seseorang seperti mencegah atau membantu
menyembuhkan penyakit. Namun, jika pola konsumsi tidak baik seperti
konsumsi makanan jajanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi gula
yang sering disebut dengen energy dense akan berpengaruh terhadap
kejadian overweight/obesitas (Murakumi, et al.,2012 dalam Nisak, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Grimes, et al., (2013), yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara peningkatan
konsumsi Sugar-sweetenedBaverages (SSBs) dengan overweight/obesitas.
Sugar-Sweetened Baverages (SSBs) yang dimaksud disini yaitu sirup
buah, minuman perisa, cokelat, sirup, saus, dan topping (Grimes, et al,
2013).
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi asupan makan anak yang diperoleh dari konsumsi makanan
jajanan di sekolah (Martin, 2017). Ketersediaan makana yang ada di
sekolah menjadi peran penting yang mempengaruhi asupan makan anak
saat di sekolah. Tersedianya makanan jajanan yang bersifat manis,
minuman bersoda, snack yang padat energi, tinggi lemak akan
berpengaruh terhadap asupan makan anak. Anak lebih sering konsumsi
makanan tersebut dibandingkan makanan yang bergizi termasuk sayur dan
buah (Correa, et, al.,2015).
60

4. Gambaran Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih

Berdasarkan tabel 5.7 gambaran screen time diketahui bahwa lama


kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh sampel adalah kegiatan
bermain gadget (social media seperti twitter,instagram,facebook,tiktok)
dengan total waktu kegiatan 31.675 menit/hari dan rata-rata 164.97
menit/hari dan kegiatan yang paling cepat dilakukan adalah bermain video
game di play station/xbox/nintendo dengan total waktu kegiatan 3.330 dan
rata-rata 17,34 menit/hari. Dalam penelitian in sampel yang mengalami
berat badan lebih memiliki rata-rata total screen time paling banyak pada
kegiatan bermain gadget dengan rata-rata 178.79 menit/hari dan paling
sedikit pada kegiatan bermain video game di play station/xbox/nintendo
dengan rata-rata 29.63 menit/hari.

Paparan layar atau screen time secara langsung berhubungan dengan


aktivitas fisik yang rendah karenah tergolong aktivitas sedentary.
Tingginya waktu screen time seperti menggunakan video games, dan
bermain gadget dalam keseharian mampu meningkatkan aktivitas
sedentary yang menurunkan pengeluaran energi sehingga beresiko
mengalami penumpukan energi berlebih dalam tubuh dalam bentuk lemak.
Remaja merupakan populasi yang memiliki paparan screen time yang
tinggi dan memiliki resiko akan timbulnya gizi lebih dan berdampak
obesitas pada jangka panjang. Padahal remaja merupakan masa terjadinya
tumbuh kembang dimana terjadi banyak perubahan terutama secara
fisiksehinggah perlu didukung dengan status gizi yang optimal
(Utami,2018).

5. Hubungan Frekuensi Snack dengan Kejadian Berat Badan Lebih

Hasil penelitian (Tabel 5.9) menunjukkan bahwa proporsi berat badan


lebih pada remaja yang sering mengonsumsi snack (25%) dibandingkan
dengan remaja yang jarang mengkonsumsi snack (16,7%). Hasil analisis
hubungan variabel frekuensi snacking dengan kejadian berat badan lebih
61

yang terjadi pada sampel menggunakan Uji Chi-Square menghasilkan nilai


ρ < 0,05 yaitu 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan frekuensi snacking dengan kejadian
berat badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
Hasil penelitian (Tabel 5.10) menunjukan bahwa hasil analisis
hubungan variabel frekuensi snacking dan jenis snack dengan kejadian
berat badan lebih yang terjadi pada sampel menggunakan Uji Chi-Square
pada frekuensi snack dan jenis snack buruk menghasilkan nilai ρ < 0,05
yaitu 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan pada frekuensi snack
dan jenis snack baik menghasilkan nilai ρ > 0,05 yaitu 0,408 maka Ho
diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan frekuensi snack dan jenis snack buruk dengan kejadian berat
badan lebih dan tidak tidak terdapat hubungan frekuensi snack dan jenis
snack baik dengan kejadian berat badan lebih pada sampel remaja dalam
penelitian ini.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh rohma
2020 dimana Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara
kebiasaan jajan dengan status gizi remaja (p<0,05), dimana kebiasaan
jajan siswa yang tidak baik, maka status giznya juga tidak baik. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian oleh Lani 2017 bahwa ada hubungan antara
kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah yang di tandai dengan nilai
ρ 0,021. Pemilihan jajan yang tidak baik dan frekuensi membeli jajanan
berpengaruh pada asupan energi yang akan berdampak pada kejadian berat
badan lebih dikarenakan energi yang masuk lebih banyak dari pada energi
yang dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan dalam tubuh (Lani, 2017).
Frekuensi mengonsumsi makanan jajanan berpengaruh terhadap asupan
energi siswa, semakin sering siswa mengonsumsi makanan jajanan maka
semakin banyak energi yang masuk ke tubuhnya. Apabila kebiasaan jajan
siswa tidak baik maka maka status gizinya juga bias menjadi tidak baik
atau tidak normal (kurang atau lebih) (Rohma,2020).
62

Temuan penelitian oleh syah 2020 menunjukkan bahwa 32,4% siswa


mengalami obesitas. Konsumsi makanan ringan lokal yang terkait dengan
obesitas termasuk makanan berlemak (p = 0.19), makanan manis (p=
0,42), dan makanan asin ( p = 0,92). Temuan utama penelitian oleh syah
2020 ini menunjukkan bahwa siswa yang sering makan makanan
berlemak, manis, dan asin cenderung satu sampai dua kali lebih besar
untuk mengalami obesitas dibandingkan mereka yang jarang makan
makanan berlemak, manis, dan asin (Syah,2020). Makanan jajanan yang
tidak sehat memiliki dampak negatif bagi kesehatan anak diantaranya,
hygiene makanan dan penjual, kandungan bakteri yang bisa menyebabkan
penyakit infeksi, dan dapat menyebabkan terjadinya kegemukan dan
obesita (karmila, 2019). Kegemukan dan obesitas terjadi karena anak terus
mengkonsumsi makanan dan minuman jajanan berdasarkan keinginan
bukan berdasarkan kebutuhan, yang mengakibatkan anak telah memasok
kebutuhan energi melebihi kebutuhan yang seharusnya (Nasrudin,2016).
Di Indonesia, jajanan umumnya terbuat dari pangan kaya energi,
lemak jenuh, gula dan garam tetapi cenderung sedikit komposisi sayuran,
buah – buahan dan serealia. Asupan zat gizi yang berlebihan tersebut jika
tidak disertai dengan pengeluaran energi yang cukup karena rendahnya
aktiftas fisik selanjutnya akan meningkatkan risiko kegemukan pada anak
(Nuryani 2018). Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Pratiwi tahun
2017 dimana, proporsi obesitas lebih tinggi pada remaja yang sering
mengonsumsi snack (63%) di bandingkan remaja yang jarang
mengonsumsi snack (37%) dengan nilai ρ 0,004 yang menunjukan adanya
hubungan frekuensi snacking dengan obesitas. Hal ini menunjukan bahwa
secara menyeluruh remaja menyukai kebiasaaan mengonsumsi camilan.
Kebiasaan mengomsumsi camilan dengan frekuensi sering memiliki
kontribusi besar dalam peningkatan massa lemak tubuh
Makanan jajanan yang mengandung lemak tinggi, tinggi gula, dan
tinggi garam seperti cokelat, keripik, kue, dan pastry dapat berkontribusi
terjadinya overweight atau obesitas pada anak. Hal ini akan berisiko
63

terhadap kejadian penyakit degeneratif seperti hipertensi, hiperkolesterol,


stroke, atau jantung coroner (Steiner, et al., 2012). Penelitian lain
menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi makan jajanan dengan
kejadian overweight/obesitas pada anak remaja usia 11 sampai 13 tahun
(Simona, 2014). Kebiasaan konsumsi camilan dapat menjadi salah satu
penyumbang asupan energi. Menurut McCrory dan Campbell terlepas dari
jenis camilan yang dikonsumsi, mengkonsumsi makanan ringan atau
camilan dalam frekuensi yang sering dapat menyebabkan asupan makanan
berlebih dan berpotensi mengalami kenaikan berat badan (Pratiwi,2017).
Kebiasaan makan yang tidak baik seperti kelebihan makan
makanan jajanan yang tinggi lemak, tinggi gula, dan tinggi kalori serta
kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan overweight atau obesitas
pada anak (Wansink, et al., 2013). Mengonsumsi makanan dan minuman
berkalori tinggi seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar,
cemilan, permen, minuman bersoda, dan makanan penutup memiliki andil
dalam peningkatan berat badan. Makanan dan minuman seperti ini
biasanya memiliki kandungan kalori, gula, dan garam yang tinggi
(Misnadiarly, 2007).
6. Hubungan Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih

Hubungan screen time dengan kejadian berat badan lebih pada


sampel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sampel yang mengalami
berat badan lebih memiliki rata-rata screen time yang lebih besar
dibandingkan sampel yang tidak mengalami berat badan lebih dengan rata-
rata total screen time 574,44 menit/hari dengan aktivitas screen time paling
tinggi yaitu kegiatan bermain gadget 178,8 menit/hari. Hasil analisis
hubungan variabel screen time dengan kejadian berat badan lebih yang
terjadi pada sampel menggunakan Uji Mann-Whitney menghasilkan nilai ρ
< 0,05 yaitu 0,003 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan rata-rata screen time antara sampel yang mengalami berat badan
lebih dan sampel yang tidak mengalami berat badan lebih, sehingga dapat
64

disimpulkan bahwa terdapat hubungan screen time dengan kejadian berat


badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Uttari dan Sidiartha
tahun 2017, dimana rata-rata screen time per hari pada anak yang
mengalami obesitas lebih besar dibandingkan anak yang tidak mengalami
obesitas yaitu 6,76 jam per hari dengan nilai ρ yaitu 0,000 (ρ < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami obesitas lebih
banyak menghabiskan waktu screen time dibandingkan yang tidak
mengalami obesitas ( Uttari dan sidiartha, 2017). Screen time yang
berlebihan akan semakin meningkatkan ketidak seimbangan energi yang
masuk dengan energi yang dikeluarkan tubuh. Remaja biasanya
melakukan aktivitas screen time disertai memakan snack yang tinggi kalori
maupun lemak. Hal inilah yang berakibat pada peningkatan risiko
kegemukan dan obesitas pada remaja. Saat melakukan screen time maka
remaja menjadi kurang aktif sehingga asupan kalori yang tinggi dari
makanan jajanan lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya obesitas
pada anak-anak hingga dewasa (Suraya,2018).
Penelitian oleh Sisson et al. (2012) menyebutkan bahwa anak yang
menonton televisi lebih dari 3 jam/hari memiliki risiko 48% mengalami
obesitas (Alfinnia, 2021). Hasil penelitian in juga sejalan dengan
penelitian suraya tahun 2018 yang mengungkapkan adanya pengaruh
screen time terhadap obesitas pada remaja. Sebesar 70,7% remaja dengan
screen time berlebihan menderita obesitas. Remaja obesitas sering bermain
smartphone sambil mengonsumsi makanan jajanan. Jajanan yang dimakan
tinggi lemak, gula, dan garam seperti cokelat, cookies, dan
kerupuk/keripik (Surya,2018). Tanpa disadari mereka mengonsumsi
makanan jajanan tersebut melebihi kebutuhan tubuh dan menjadi
kebiasaan buruk yang terus-menerus dilakukan. Screen time yang tinggi
dapat meningkatkan risiko obesitas lebih tinggi daripada aktivitas fisik
yang kurang, karena screen time mempengaruhi obesitas melalui dua jalan,
65

yaitu membuat aktivitas fisik kurang serta membuat asupan meningkat


(Syahidah dan Wijayanti, 2017).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Andriani 2021 menunjukan
bahwa rata-rata screen time total siswa adalah 9,33 jam perhari. Screen
time merupakan gaya hidup sedentari, dimana ketika melakukan screen
time juga membutuhkan pengeluaran energi yang sangat sedikit karena
dilakukan secara duduk atau bahkan berbaring (Andriani,2021). Durasi
screen time tinggi selalu dikaitkan dengan tingkat aktifitas fisik yang
rendah. Durasi screen time yang tinggi berdampak pada kurangnya
aktifitas fisik, namun meningkatkan konsumsi karbohidrat. Sehingga,
kebiasaan menatap layar sehari-hari yang melebihi anjuran berkontribusi
dalam peningkatan IMT seseorang, terutama pada usia remaja. Remaja
dengan screen time ≥5 jam sehari memiliki kemungkinan untuk
mengonsumsi minuman manis dan hampir dua kali lebih mungkin untuk
menjadi gemuk, aktifitas fisik berkurang, dan waktu tidur yang tidak
memadai. Salah satu faktor terjadinya peningkatan status gizi adalah
aktifitas fisik. Energi yang tidak digunakan akan tersimpan sebagai lemak.
Oleh karena itu, remaja yang jarang melakukan aktifitas fisik dengan
screen time yang tinggi, cenderung menjadi gemuk (Cameron, 2016).
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pertama penelitian
ini dilakukan saat terjadinya pandemi Covid-19 sehingga proses belajar
mengajar siswa secara tatap muka dilakukan secara bergantian dan
membuat peneliti sedikit terhambat dalam proses pengumpulan data.
Kedua cara pengisian kuesioner screen time sedikit memakan waktu
karenah peneliti perlu menghitung total waktu yang di habiskan dalam
sehari.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Kejadian berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar yaitu 80
orang (41.7%) dimana hal ini menunjukkan kejadian berat badan lebih di
SMPN 3 Makassar cukup tinggi.
2. Siswa SMPN 3 Makassar yang menjadi sampel lebih banyak memiliki
frekuensi snacking jarang (55.7%), sementara itu terkait dengan jenis
snack dengan frekuensi snack siswa lebih banyak mengonsumsi snack
buruk dengan frekuensi sering( 72,9%), dengan snack yang paling sering
di konsumsi yaitu yaitu jajanan atau cemilan asin tinggi kalori (seperti
keripik kentang) (60.4%).
3. Sampel yang mengalami berat badan lebih memiiki rata-rata durasi screen
time yang signifikan lebih tinggi dibandingkan sampel yang tidak
mengalami berat badan lebih yaitu 574,4 menit/hari.
4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi snack dengan
kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022
dengan p<0.05. Dan hubungan frekuensi snack dengan kejadian berat
badan lebih hanya terlihat signifikan pada jenis snack buruk (p<0,05)
akan tetapi tidak terlihat pada jenis snack yang baik.
5. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara durasi screen time
dengan kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar
tahun 2022 dengan p<0.05.
B. Saran
1. Bagi Remaja
Sebaiknya menghindari snack yang memiliki kandungan tinggi gula,
garam lemak dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun
di sekolah, diharapkan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin,
mineral, dan zat lain yang berkontribusi dalam memberikan efek kesehatan

66
67

yang positif bagi tubuh sesuai dengan kebutuhan dan serta mengurangi
durasi screen time dan meningkatkan aktivitas fisik dengan olah raga
secara teratur dan cukup istirahat untuk menjaga status gizi agar tidak
mengalami penyakit yang serius dimasa dewasa yang akan datang.
2. Bagi Pihak Sekolah
Kepada pihak sekolah SMP Negeri 3 Makassar, agar mengawasi
lingkungan sekolah dengan memperhatikan ketersediaan makanan yang
ada di sekolah agar siswa dapat mengonsumsi jajan yang sehat. Kantin
sekolah diharapkan dapat menyediakan makanan jajanan yang sehat dan di
pantau secara berkala pada setiap sekolah. Diharapkan pihak sekolah dapat
memberikan tambahan pengetahuan secara rutin seperti mempelajari
makanan jajanan yang sehat dan bergizi. Diharapkan juga pihak sekolah
dapat memberikan penanganan screen time yang sesuai seperti membatasi
akses dalam kegiatan screen time khususnya dalam bermain gadget di
sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang hubungan frekuensi
snacking dan screen time dengan kejadian berat badan lebih, agar bisa
mengkaji lebih dalam terutama pada hal-hal yang belum terungkap pada
penelitian ini seperti membandingkan lebih jauh terkait berat badan lebih
pada beberapa SMP yang ada di Kota Makassar, perbedan frekuensi snack
antara laki-laki dan perempuan, untuk screen time hal apa yang sering di
akses remaja ketika bermain gadget dan dapat menyempurnakan hal yang
masih kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hazza M, Nada A, Hana I, Dina M, Abdulrahman O. 2011. Physical Activity,
Sedentary Behaviors and Dietary Habits among Saudi Adolescents Relative
to Age, Gender and Region. International Journal Nutritional Physical
Activity,8(140).
Almatsier, S., 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alvinnia, S., Muniroh, L., dan Atmaka, R.D. 2021. Hubungan Screen Based
Activity dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Anak Usia 10-12 Tahun.
Jurnal Amerta Nutr, 5(3):223-229
Arisman, MB. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia Konsep, Teori
dan Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC.
Arisman., 2014. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Asshidiqie H, Panunggal B. 2013. Perbedaan Jumlah Asupan Energi, Lemak,
Serat dan Natrium Berdasarkan Kategori Screen-Time Viewing pada Anak
Obesitas Usia 9-12 Tahun. Jorunal Nutr Coll, 2(3):1–8.
Batubara, Jose R.L. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).
Jurnal Sari Pediatri. 12(1).
BPOM. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman.
Cakrawati, D., dan Mustika, N.H., 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta
Cameron, J. D., dkk. 2016. The mediating role of energy intake on the
relationship between screen time behaviour and body mass index in
adolescents with obesity : The HEARTY study. 107, 437–444.
Correa, E.N., Bethsáida, DASS., Francisco, DAGV. 2015. Aspects of the built
environment associated with obesity in children and adolescents: A
narrative review. Rev. Nutr. Volume 28(3).
Dina, A, N. 2018. Hubungan Screen Ttime Dengan Indeks Massa Tubuh pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Surakarta.[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Elmatris, et all. 2012. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada
Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Majalah Kedokteran
Andalas, 36(2).
Ezmaillzadeh, A., Azadbakht, L. 2008. Major Dietary Pattern in Relation to
General Obesity and Central Adiposity Among Iranian Women. The
Journal of nutrition, 182(2): 358-363.
Frank, B. 2012. Overweight and Obesity in Women : Health Risks and
Consequences.
Gharib and Rasheed. 2011. Energy and Macronutrient Intake and Dietary Pattern
Among School Childreen in Bahrain. Nutrition Journal.
Hendra, C., Manampiring, A,E., Budiarso, S., 2016. Faktor-Faktor Risiko
Terhadap Obesitas pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik, 4(1)

Houghton, S., Hunter, SC., Rosenberg, M., et all. 2015. Virtually impossible:
limiting Australian children and adolescents daily screen based media use.
BMC Public Health. 15:5 1471-2458
Isna, 2014. Screen Time, Asupan Lemak dan Serat Serta Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor. [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor.
Juwaeriah. 2012. Gambaran Pola Konsumsi Sayur dan Buah Terhadap Kejadian
Obesitas pada Siswa SMP Islam Athira 1 Kajaolalido Makassar. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin.
Keast DR, Nicklas T a, Neil CEO. 2010. Snacking is associated with reduced risk
of overweight and reduced abdominal obesity in adolescents : National
Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES) 1999 – 2004. Am J
Clin Nutr, 92:1999–2004.
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak
Kepmenkes RI. 2010. Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010. Tentang Standart
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: 30 Desember 2010.
Kong A, Beresford SAA, Alfano CM, et all. 2011. Associations between
Snacking and Weight Loss and Nutrient Intake among Postmenopausal
Overweight-To-Obese Women in a Dietary Weight Loss Intervention.
Journal American Diet Association, 111(12): 1898-1903
Kumala, Anandita., Ani Margawati., dan Ayu Rahadiyanti. 2019. Hubungan
antara Durasi Penggunaan Alat Elektronik (Gadget), Aktivitas Fisik dan
Pola Makan dengan Status Gizi pada Remaja Usia 13-15 Tahun. Journal of
Nutrition College, 8(2): 73-80.
Kurdanti, Weni, Isti S., Nurul H. S., dkk. 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4):
170-190.
Lana A’Maluna. 2020. Hubungan Kebiasaan Snacking Dengan Status
Antropometri Pada Remaja Smp Di Kota Semarang. Undergraduate thesis,
Diponegoro University.
Lani, A., Margawati, a., Fitranti, D, Y. 2017. Hubungan Konsumsi Sarapan dan
Konsumsi Jajan Dengan Z-Score IMT/U pada Siswa Sekolah Dsar. Jurnal
of Nutrition Collage, 6(4):277-284
Lugina, W., Maywati, S., Neni, N. 2021. Hubungan Aktivitas Fisik, Asupan
Energi, dan Sarapan Pagi dengan Kejadian Overweight pada Siswa SMA
Tasik Malaya Tahun 2020. Jurnal Kesehatan komunitas Indonesia,
17(2):305-313
Marpaung, C.A., 2015. Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara Medan.
Martin, L. 2017. Evidence for environmental interventions to prevent childhood
overweight and obesity within schools. NHS Health Scotland.
Mellia, S, I., Toto, S, Mohammad, H., 2015. Aktivitas Fisik dan Konsumsi
Camilan pada Remaja Obesitas di Pedesaan dan Perkotaan Kabupaten
Bantul. BKM Journal of Community Medicine and Public Health,
32(7):217-222
Mills JP, Perry CD, and Reicks M. 2011. Eating Frequency is Associated with
Energy Intake but not Obesity in Midlife Women. Obesity, 19(3): 552-559.
Misnadiarly.2007. Obesitas:Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Jakarta Pustaka Obor Populer.
Nisak, A, J., Mahmudiono, T. 2017. Pola Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah
Dapat Meningkatkan Resiko Overweight/Obesitas Pada Anak. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(3): 311-324
Omozu. 2016. The Health Effects of Overweight and Obesity.
Pangesti, N., Gunawan, I, M, A., Julia, M., 2016. Screen Based Activity Sebagai
Faktor Risiko Kegemukan pada Anak Prasekolah di Kota Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 13(1): 34-41
Pediatri Sari. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Vol 12 [1]
Pramadhan, Y. 2016. Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi
dengan Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa SD Gadog
03 Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia. Institur Pertanian Bogor.
Pratiwi, A, P,. dan Nindya, T, S. 2017. Hubungan Konsumsi Camilan dan Durasi
Waktu Tidur dengan Obesitas di Permukiman Padat Kelurahan
Simolawang, Surabaya. Amerta Nutr, 1(3): 153-161
Pujasari, H., Kuntarti, dan Lisetya, N. 2021. A Cross-Sectional Analysis of
Snacking Habits, Eating Habits, Physical Activity, and Indicators of Obesity
Among High School Students in Jakarta, Indonesia. Journal of Public
Health Research, 10(1):2402
Reid CY, Radesky J, Christakis D, et all. 2016. Children and Adolescents and
Digital Media. Pediatrics, 138(5):1-18.
Riskesdas, 2013. Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
Simona, Bo, De, Carli, L., Venco, E., Fanzola, I., Maiandi, M De, M F., et al.
2014. Impact of Snacking Pattern on Overweight and Obesity Risk in
Cohort of 11 to 13Year Old Adolescents. Journal of Pediatric
Gastroenterology & Nutrition, Volume 59 (4):465–471.
Sitorus, C, E., Mayulu, N., Wantania, J., 2020. Hubungan Konsumsi Fast Food,
Makanan/ Minuman Manis dan Aktifitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
Dan Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine,
1(4): 10-17
Stanford Health C are. 2016. Effect of Obesity.
Steiner-Asiedu M., Jantuah, J E., Anderson, A K. 2012. The Snacking Habits in
Junior High School Students: The Nutritional Implication-A Short Report.
Asian J Med Sci, Vol. 4(1): 42-6.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I.D.N., Bakri B., Fajar I. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Suraya., dkk, 2018. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan, Aktivitas Fisik, Screen
Time dan Durasi Tidur Terhadap Obesitas pada Remaja Pengguna
Smarthphone di Madrasah Aliyah Negeri Binjai Tahun 2018. Jurnal Dunia
Gizi, 3(2): 80-87
Syahidah., Z., A., Wijayanti., H., S. 2017. Perbedaan Aktivitas Fisik, Screen Time
dan Presepsi Ibu Terhadap Kegemukan Antara Balita Gemuk dan Non-
Gemuk di Kota Semarang. Jurnal Of Nutrition College, 6(1):11-18
Torre S., Amelie K., et all. 2015. Sugar-Sweetened Beverages and Obesity Risk in
Children and Adolescents: A Systematic Analysis on How Methodological
Quality May Influence Conclusions. J Acad Nutr Diet, 116(4):638-59
Tripicchio, et al., 2019. Associations between Snacking and Weight Status among
Adolescents 12–19 Years in the United States. Nutrients, 11(7): 1486
Utammi, N, P., Purba, M, B., Huriyanti, E., 2018. Paparan Screen Time
Hubungannya dengan Obesitas Remaja SMP di Kota Yogyakarta. Junral
Dunia Gizi, 1(2): 71-78.

Uttari., D., A., Sidiartha., I., G. 2017. Hubungan Antara Screen Time dengan
Obesitas pada Anak. E- Jurnal Medika, 6(5): 1-4
Wansink, Brian, Mitsuru Shimizu, and Adam Brumberg. 2013. Association of
Nutrient-Dense Snack Combinations with Calories and Vegetable Intake.
Journal of the American Academy of Pediatrics, Vol. 131(1): 22-29.
Wicaksosno, Edo Y., 2015. Hubungan antara Frekuensi “Ngemil”, Durasi
Menonton Tv dan Durasi Bermain Games dengan Kejadian Overweight
pada Remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wulandari, S., Lestari, H., Fachlevy, A, F. 2016. Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 4 Kendari Tahun
2016. Universitas Halu Oleo.
Yolanda, A. 2014. Analisis Determinan Status Gizi Remaja SMPN 3 Kecamatan
Rembang Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2014. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya Palembang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan


penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui
tujuan dan manfaat dari penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-
benarnya dan penuh kesadaran dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Makassar, 2022

Yang menyatakan,

(............................)
Lampiran 2. Kuesioner Frekuensi Snacking

Petunjuk pengisian:

Ada beberapa pertanyaan mengenai data diri Anda. Isilah pertanyaan sesuai dengan data diri
Anda yang sebenarnya.

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Kelas :

Berat badan :

Tinggi badan :

No Hp :

Petunjuk:

1. Bagian ini menanyakan beberapa pertanyaan tentang makanan yang anda makan
dalam seminggu terakhir.
2. Ingat-ingatlah tentang apa yang anda makan selama seminggu terakhir, ketika anda
berada di sekolah dan ketika anda tidak berada di sekolah
3. Tidak berada di sekolah termasuk saat anda berada di rumah atau di restoran
4. Jawab pertanyaan dengan memberi tanda checklist (✓) pada setiap kolom jawaban
yang tersedia sesuai dengan berapa kali anda makan.
5. Jika anda tidak makan makanan ini atau minum minuman ini selama seminggu
terakhir, beri tanda “tidak pernah”

Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam


seminggu yang lalu?

(tandai salah satu)

Tidak 1 kali/ 2-4 5-6 1 kali 2-3 >4


pernah mingg kali/ kali/ /hari kali/ kali/
Jenis minuman dan Lokasi u minggu minggu hari hari
makanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Q.1 Di
sekolah
Jus jeruk,
jus apel dan Bukan
100% jus di
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?

(tandai salah satu)

Tidak 1 kali/ 2-4 5-6 1 kali 2-3 >4


pernah mingg kali/ kali/ /hari kali/ kali/
Jenis minuman dan Lokasi u minggu minggu hari hari
makanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

lainnya sekolah

Q.2 Konsumsi
soft drink
(seperti
minuman Di
bersoda, sekolah
minuman
berenergi,
minuman
dengan
perasa

Bukan
di
sekolah

Q.3 Di
sekolah

Susu rendah
lemak (Low Bukan
fat) di
sekolah

Q.4 Di
sekolah

Bukan
Susu biasa
di
sekolah
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?

(tandai salah satu)

Tidak 1 kali/ 2-4 5-6 1 kali 2-3 >4


pernah mingg kali/ kali/ /hari kali/ kali/
Jenis minuman dan Lokasi u minggu minggu hari hari
makanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Q.5 Jajanan Di
ataucamilan sekolah
asin (seperti
kripik
kentang Bukan
di
sekolah

Q.6 Permen, Di
coklat, jelly sekolah

Bukan
di
sekolah

Q.7 Di
sekolah
Donat, kue,
cookies,
brownies
Bukan
di
sekolah

Q.8 Makanan Di
pencuci sekolah
mulut
(seperti es
krim, Bukan
yogurt) di
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?

(tandai salah satu)

Tidak 1 kali/ 2-4 5-6 1 kali 2-3 >4


pernah mingg kali/ kali/ /hari kali/ kali/
Jenis minuman dan Lokasi u minggu minggu hari hari
makanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

sekolah

Q.9 Di
sekolah

Konsumsi
fast food Bukan
di
sekolah
Lampiran 3. Kuesioner Screen Time

Petunjuk :

1. Screen time yang di maksud merupakan total waktu/durasi yang digunakan untuk
kegiatan menatap layar termasuk penggunaan alat elektronik, penggunaan komputer
atau laptop, pemakaian gadget, bermain game ataupun menonton televisi/ video.
2. Ingat-ingatlah tentang lama screen time yang anda lakukan dalam satu hari terakhir
dan diisi dalam satuan menit.

Contoh cara mengisi kuesioner (jika tidak menonton di beri garis datar (-) ) :

Kegiatan 05.00- 08.00- 11.00- 14.00- 17.00- 20.00- 00.00 Total


(diisi
08.00 11.00 14.00 17.00 20.00 23.00 05.00 oleh
Diisi dalam menit peneliti)

Menonton TV 30 15 60
menit menit menit
- - - -

Berilah tanda (✓) pada gadget atau elektronik yang dimiliki :

TV Tablet Game/ alat elektronik lainnya


VCD/DVD player Komputer/laptop ……………………………
Handphone/ Smartphone PS/Xbox/Wii

Isilah tabel dibawah ini seperti contoh diatas!

Kegiatan 05.00- 08.00- 11.00- 14.00- 17.00- 20.00- 00.00 Total


(diisi
08.00 11.00 14.00 17.00 20.00 23.00 05.00 oleh

Diisi dalam menit peneliti)

Menonton TV

Menonton video di
laptop/computer

Bermain game di
laptop/computer
Menonton
video/bermain game
di tablet/smartphone

Bermain video game


di Play
station/xbox/Nintendo

Bermain gadget
(social media seperti
twitter, Instagram,
facebook; tik tok)
Lampiran . 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran. 5 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 6. Analisis Data dengan SPSS

Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelas 7 101 52.6 52.6 52.6
Kelas 8 91 47.4 47.4 100.0
Total 192 100.0 100.0

Pendidikan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak tamat SD 1 .5 .5 .5
Tamat SD sederajat 5 2.6 2.6 3.1
Tamat SMP sederajat 6 3.1 3.1 6.3
Tamat SMA sederajat 98 51.0 51.0 57.3
Tamat D1/D2/D3 8 4.2 4.2 61.5
Valid Tamat PT 74 38.5 38.5 100.0
Total 192 100.0 100.0

Pekerjaan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bekerja 3 1.6 1.6 1.6
ASN/TNI/Polri/BUMN/
48 25.0 25.0 26.6
BUMD
wiraswasta/pedagang/
67 34.9 34.9 61.5
penjual
karyawan swasta 46 24.0 24.0 85.4
Buruh 23 12.0 12.0 97.4
tenaga pengajar 2 1.0 1.0 98.4
tenaga kesehatan 3 1.6 1.6 100.0
Total 192 100.0 100.0

Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak sekolah 1 .5 .5 .5
tamat SD sederajat 3 1.6 1.6 2.1
tamat SMP sederajat 13 6.8 6.8 8.9
Valid tamat SMA sederajat 87 45.3 45.3 54.2
tamat D1/D2/D3 23 12.0 12.0 66.1
tamat PT 65 33.9 33.9 100.0
Total 192 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Ibu rumah tangga 134 69.8 69.8 69.8

ASN/TNI/Polri/BUMN/BU
27 14.1 14.1 83.9
MD
wiraswasta/pedagang/pen
14 7.3 7.3 91.1
Valid gusaha
Karyawan swasta 10 5.2 5.2 96.4

Tenaga pengajar 4 2.1 2.1 98.4

Tenaga kesehatan 3 1.6 1.6 100.0

Total 192 100.0 100.0

Gambaran Frekuensi Snack

Count

HASIL2
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack SERING 37 48 85

JARANG 75 32 107
Total 112 80 192

Frekuensi Jenis Makanan dan Minuman


Jus jeruk, Jus Apel dan 100% jus lainnya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 154 80.2 80.2 80.2
Sering 38 19.8 19.8 100.0
Total 192 100.0 100.0

Konsumsi Soft Drink


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 112 58.3 58.3 58.3
Sering 80 41.7 41.7 100.0
Total 192 100.0 100.0
Susu Rendah Lemak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 168 87.5 87.5 87.5
Sering 24 12.5 12.5 100.0
Total 192 100.0 100.0

Susu Biasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 109 56.8 56.8 56.8
Sering 83 43.2 43.2 100.0
Total 192 100.0 100.0

Jajanan atau Cemilan asin


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 76 39.6 39.6 39.6
Sering 116 60.4 60.4 100.0
Total 192 100.0 100.0

Permen Coklat Jelly


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 104 54.2 54.2 54.2
Sering 88 45.8 45.8 100.0
Total 192 100.0 100.0

Donat, kue, cookies, brownies


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 89 46.4 46.4 46.4
Sering 103 53.6 53.6 100.0
Total 192 100.0 100.0

Makanan Pencuci Mulut (eskrim, yogurt)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 89 46.4 46.4 46.4
Sering 103 53.6 53.6 100.0
Total 192 100.0 100.0

Hubungan Frekuensi Snack dengan BB Lebih * HASIL2


Konsumsi Fast Food

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 77 40.1 40.1 40.1
Sering 115 59.9 59.9 100.0
Total 192 100.0 100.0

Jenis_Kelamin * Frekuensi Snack Crosstabulation


Konsumsi Snack
SERING JARANG Total
Jenis_Kelamin L Count 47 39 86
% within Jenis_Kelamin 54.7% 45.3% 100.0%
P Count 38 68 106
% within Jenis_Kelamin 35.8% 64.2% 100.0%
Total Count 85 107 192
% within Jenis_Kelamin 44.3% 55.7% 100.0%
Frekuensi Snack dengan Jenis Snack Baik

Crosstab
HASIL
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack Baik SERING Count 40 24 64
% of Total 20.8% 12.5% 33.3%
JARANG Count 72 56 128
% of Total 37.5% 29.2% 66.7%
Total Count 112 80 192
% of Total 58.3% 41.7% 100.0%
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .686a 1 .408
Continuity Correctionb .453 1 .501
Likelihood Ratio .690 1 .406
Fisher's Exact Test .440 .251
Linear-by-Linear Association .682 1 .409
N of Valid Cases 192
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Frekuensi Snack Dengan Jenis Snack Buruk

Crosstab
HASIL
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack Buruk SERING Count 68 72 140
% of Total 35.4% 37.5% 72.9%
JARANG Count 44 8 52
% of Total 22.9% 4.2% 27.1%
Total Count 112 80 192
% of Total 58.3% 41.7% 100.0%
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 20.267a 1 .000
Continuity Correctionb 18.811 1 .000
Likelihood Ratio 22.194 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.161 1 .000
N of Valid Cases 192
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Gambaran Screen Time Dengan Kejadian Berat Badan Lebih
HASIL2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
K1 Normal 112 77.6250 90.27856 8.53052
Overweight 80 89.9375 103.52488 11.57443
K2 Normal 112 39.3125 88.67280 8.37879
Overweight 80 59.5750 88.00903 9.83971
K3 Normal 112 22.6696 47.96402 4.53217
Overweight 80 48.8125 88.06012 9.84542
K4 Normal 112 106.0179 124.19920 11.73572
Overweight 80 167.7000 184.58111 20.63680
K5 Normal 112 8.5714 26.82466 2.53469
Overweight 80 29.6250 58.29201 6.51725
K6 Normal 112 155.1071 144.30675 13.63571
Overweight 80 178.7875 164.08247 18.34498
KSUM Normal 112 409.3036 326.09397 30.81298
Overweight 80 574.4375 372.00020 41.59089
Hubungan Screen Time Terhadap BB Lebih
K1 K2 K3 K4 K5 K6
Mann-Whitney U 4190.000 3729.500 3937.000 3580.500 3070.500 4070.000
Wilcoxon W 10518.000 10057.500 10265.000 9908.500 9398.500 10398.000
Z -.766 -2.093 -1.604 -2.375 -3.713 -1.082
Asymp. Sig. (2-tailed) .444 .036 .109 .018 .000 .279

KTotal
Mann-Whitney U 3628.000
Wilcoxon W 9956.000
Z -2.952
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: HASIL2
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan
RIWAYAT HIDUP PENELTI

Nama : Nur Azizah Ariansyah


Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 21 Oktober 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Golongan Darah :B
Alamat : Griya Prima Tonasa, Blok D2, No.13
No. HP : 081240799863
Email : Azizahriansyah21@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. SD Yapis Al-Furqon (2006-2012)
2. SMPN 2 Mimika (2012-2015)
3. SMAN 1 Mimika (2015-2018)

Anda mungkin juga menyukai