MAKASSAR
K021181317
MAKASSAR
K021181317
ii
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Ilmu Gizi
Makassar, Juni 2022
Nur Azizah Ariansyah
“Hubungan Frekuensi Snacking dan Screen Time Terhadap Kejadian Berat
Badan Lebih pada Remaja”
( xii + 104 Halaman + 13 Tabel + 7 Lampiran)
Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai
sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena
peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan. Ketiga, remaja mempunyai zat gizi khusus (Kurdanti, W, 2015).
Overweight dapat terjadi oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari
makanan sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak,
tanpa diikuti aktivitas yang cukup (Marpaung, 2015). Berdasarkan survey The
state of snacking 2020 sebanyak 60% responden indonesia mengaku lebih banyak
ngemil dari sebelumnya. Berdasarkan survey Hootsuite:Indonesia Digital Report
2021 rata-rata setiap hari waktu menggunakan internet melalui perangkat apapun
sebesar 8 jam 52 menit. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan frekuensi snacking dan screen time pada remaja tehadap status gizi
overweight.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional. Penelitian di lakukan di SMP Negeri 3 Makassar. mulai tanggal
28 Maret sampai Mei 2022. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
VII dan VIII yang berjumah 762 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 192 sampel yang terdiri dari siswa berat badan lebih (berat badan lebih
dan obesitas) dan berat badan tidak leih (berat badan kurang dan normal) dengan
teknik pengambilan sampel yaitu proportional stratified random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu timbangan digital, microtoice, dan
kuesioner penelitian. Variable frekuensi snacking menggunakan kuesioner.
Minuman dan Makanan Ringan (BSQ) dan untuk variable screen time
menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari American Academy of Pediatrics.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dan Independent T
Test.
Hasil penelitian ini mendapatkan kejadian berat badan lebih pada remaja di
SMPN 3 Makassar sebanyak (41.7%). Siswa SMPN 3 makassar memiliki
frekuensi snacking sering sebanyak (44,3%), sementara itu terkait dengan jenis
snack siswa lebih banyak mengonsumsi snack buruk dengan frekuensi sering
(72,9%) dengan snack yang paling sering di konsumsi yaitu yaitu jajanan atau
cemilan asin (seperti keripik kentang) sebanyak 60.4%. Terdapat hubungan positif
antara frekuensi snack dan jenis snack buruk dengan frekuensi snack dengan
kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022 dengan
p<0.05. Dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara durasi screen time
iv
dengan kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022
dengan p<0,05.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kejadian
berat badan lebih di SMPN3 Makassar cukup tinggi yaitu 80 responden (41,7%).
Sementara itu terkait dengan jenis snack dengan frekuensi snack siswa lebih
banyak mengonsumsi snack buruk dengan frekuensi sering (72,9%) dan
responden yang mengalami berat badan lebih memiiki rata-rata durasi screen time
574,4 menit/hari. Hasil uji statistik dengan uji Chi Square dan Independen T Tes
terdapat hubungan antara frekuensi snack, frekuensi snack dengan jenis snack
buruk dan screen time dengan kejadian berat badan lebih di SMPN 3 Makassar.
Remaja diharapkan dapat menghindari snack yang memiliki kandungan tinggi
gula, garam lemak dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun di
sekolah serta mengurangi durasi screen time dan meningkatkan aktivitas fisik
menjaga status gizi.
Kata Kunci : Frekuensi Snacking, Screen Time, Obesitas, Remaja
Daftar Pustaka : 62 (2008-2021)
v
KATA PENGANTAR
waktu, beserta rahmat dan karunianya yang terus mengalir tanpa henti, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan salawat senantiasa selalu
keluarga dan sahabat Beliau, tabi‟in, At-Baut Tabi‟in, dan orang-orang yang
Time Terhadap Kejadian Berat Badan Lebih Pada Remaja di SMPN 3 Makassar”
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini pula penulis dengan rasa hormat
Tata Usaha yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti
2. Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes., Sp.GK selaku Ketua Program Studi Ilmu
vi
3. Ibu Rahayu Indriasari, SKM., MPHCN., PhD selaku pembimbing akademik
hingga penyusunan skripsi hingga sekarang sampai pada tahap penulis bisa
sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada ibu dr. Dr. Citra Kesumasari,
4. Bapak Prof Dr. Veni Hadju, MSc., PhD dan Ibu Marini Amalia Mansur,
S.GZ., M.PH selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan
5. Seluruh Dosen dan Para Staf Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas yang telah
menjalani perkuliahan.
6. Bapak Drs. Kaswadi selaku kepala sekolah SMPN 3 Makassar beserta seluruh
guru dan staf yang banyak membantu dan mengarahkan selama proses
penelitian.
7. Kepada seluruh keluarga besar FLEKS18EL 2018 yang selama ini bersama
dari awal masuk perkuliahan, yang telah banyak membantu selama proses
8. Kepada tim penelitian saya Winda, Mufliha, Juli dan Jihan yang banyak
vii
9. Kepada mama saya tercinta Arianty dan bapak saya Muhammad Ridwan, yang
11. Kepada sahabat seperjuangan gizi Dilla, Nunung, Putri, Ica, Pia, Rini, Jihan
yang sudah bersama selama 4 tahun terakhir, banyak menghibur dan telah
banyak membantu selama proses perkuliahan sampai skripsi ini dapat selesai
12. Kepada Swiddy yang banyak memberikan dukungan dan menemani dalam
13. Kepada Tiara, Sri, Anita yang selalu menyemangati penulis untuk tetap
14. Kepada ade saya Fauzan yang selalu menelfon dan memberikan semangat,
Faizah yang selalu membuat saya bangun pagi dan mengingatkan untuk sholat
15. Yang terakhir tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada diri saya sendiri,
terimakasih sudah kuat selama ini terimakasih sudah sabar dari segala hal
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .....................................................................................................................43
B. Pembahasan ................................................................................................ .55
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... .63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..........................................................................................................64
B. Saran ....................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak .................................... 13
Tabel 4. 1 Jumlah Sampel siswa SMP kelas VII & VIII di SMPN 3 Makassar .. 25
Tabel 5.7 Gambaran Jenis Snack Baik dengan Frekuensi Snack ........................ 46
Tabel 5.8 Gambaran Jenis Snack Buruk dengan Frekuensi Snack ...................... 47
Tabel 5.10 Gambaran Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih ............ 48
Tabel 5.11 Hubungan Frekensi Snacking dengan Kejadian Berat Badan Lebih ... 49
Tabel 5.12 Hubungan Frekensi Snacking dan Jenis Snack dengan Kejadian Berat
Badan Lebih ................................................................................... 50
Tabel 5.13 Hubungan Screen Time dengan Kejadian Berat Badan Lebih ........... 51
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di
usia 18 tahun. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat
cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah
Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai
sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena
kebiasaan makan. Ketiga remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya
kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah salah satunya terjadi karena
adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu kelompok sasaran
yang berisiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih pada remaja ditandai dengan berat
badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan
Permasalahan gizi yang sering terjadi pada usia remaja seperti kurang
asupan energi, kegemukan atau obesitas. Masalah ini dipicu oleh berbagai
penyebab yaitu perilaku konsumsi gizi yang salah, pola makan yang salah, serta
1
2
kepada keadaan tubuh remaja menjadi lemah dan lesu serta mudah terkena
badan kurang bertenaga. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang ditambah asupan
dkk, 2015).
Overweight dan obesitas dapat terjadi pada seluruh golongan usia tidak
terkecuali usia remaja dikarenakan kelompok ini berada pada fase pertumbuhan
yang cepat dan pesat (growth spurt) sehingga memerlukan zat gizi yang relatif
kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih
(Lasini, 2012). Remaja obesitas pada sepanjang hidupnya mempunyai resiko lebih
tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius seperti diabetes,
Gizi lebih atau dikenal juga dengan kegemukan dapat dibedakan menjadi
kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Gizi lebih pada remaja ditandai
dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia dan
tingi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang
berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Aini dalam Kurdanti, 2015). Menurut
obesitas atau tidak, cara yang paling banyak digunakan adalah menggunakan
3
Index Massa Tubuh (IMT). IMT ditujukan dengan perhitungan kilogram per
meter kuadrat (kg/m2), berkorelasi dengan lemak yang terdapat dalam tubuh
(Hendra, C. 2016).
dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980.
Prevalensi obesitas remaja pada tahun 1990 meningkat dari 4,2% menjadi 6,7%
pada tahun 2010 dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 9,1% pada tahun
2020. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi berat badan
lebih dan obesitas yaitu sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan sebesar
13,5% pada remaja usia 16-18 tahun. Prevalensi obesitas Provinsi Sulawesi
Selatan berdasarkan umur (13-15) tahun (6,3% BB lebih dan 2,6% obesitas),
terutama di Kota Makassar sebanyak 7,3% BB lebih dan 7,4% obesitas. Angka
obesitas umum masih lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai
19,1% (8,8% BB lebih dan 10,3% obesitas). Seluruh kabupaten di Kota Makassar
prevalensi obesitas umum berdasarkan jenis kelamin (11,5%) yaitu pada laki-laki
(Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukan bahwa masalah kelebihan berat badan
serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa (Yolanda, 2014). Kegemukan
dapat terjadi oleh karena kelebihan konsumsi makan yang berasal dari makanan
4
sumber energi yang tinggi, seperti kelebihan karbohidrat dan lemak, tanpa diikuti
aktivitas yang cukup (Marpaung, 2015). Selain makanan sumber energi tinggi,
indonesia mengaku lebih banyak ngemil dari sebelumnya. Menurut McCrory dan
makanan ringan atau camilan dalam frekuensi yang sering dapat menyebabkan
dibandingkan dengan jumlah pada menu utama, namun frekuensi camilan yang
sering dapat menjadikan jumlah kalori yang dikonsumsi setara dengan saat
konsumsi menu utama (Mills JP et all, 2011). Kebiasaan konsumsi camilan juga
sebagai camilan, dengan makanan asin dan manis menyumbang sebagian besar
tingginya asupan lemak jenuh dan total energi apabila tidak diimbangi dengan
satu penyumbang asupan energi. Pemilihan jenis makanan, waktu, dan frekuensi
konsumsi camilan menjadi sangat berpengaruh pada tingkat asupan energi dan
peningkatan berat badan (Kong A et all, 2011). Menurut Forslund et all (dalam
Pratiwi, 2017), jenis makanan camilan yang mengandung lemak dan makanan
5
bahwa 42,0% subjek mempunyai status gizi overweight, sebanyak 87% remaja
mengonsumsi snack dengan frekuensi 1-3 kali sehari, jenis snack yang
dikonsumsi 66,7% dalam bentuk makanan, dan rerata kontribusi energi, protein,
dan lemak snack yaitu masing-masing 22,6%, 19,2%, dan 25,6% dan disimpulkan
bahwa ada hubungan antara kontribusi protein snack dan kontribusi lemak snack
dengan status antropometri melalui TKE sehari. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Mellia (2015) menyatakan bahwa jenis camilan dan obesitas memiliki
hubungan yang bermakna secara statistik dan praktis, yaitu obesitas banyak di
temukan sebanyak 2 kali lebih besar pada remaja dengan konsumsi camilan
goreng. Terdapat perbedaan rerata berat dan asupan camilan pada remaja obesitas
Faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada remaja adalah screen time.
Di era digital seperti sekarang ini, dapat dipastikan bahwa tidak ada anak yang
tidak terpapar gadget, televisi, video games, dan layar komputer dalam waktu
yang tinggi atau disebut screen time (Utami,2018). Menurut Bone, screen time
Report 2021 rata-rata setiap hari waktu menggunakan internet melalui perangkat
6
apapun sebesar 8 jam 52 menit. Screen time yang tinggi merupakan fenomena
baru yang berdampak pada timbulnya gizi lebih. Paparan layar atau screen time
secara langsung berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah karena
timbulnya obesitas karena di televisi jumlah paparan asupan yang berlebih salah
satunya disebabkan oleh tingginya konsumsi makanan yang kurang sehat tinggi
gula tambahan dan lemak pada makanan yang populer di kalangan remaja
(Utami,2018).
jam/hari pada anak dan remaja (Reid dkk, 2016). Rekomendasi yang ada ternyata
gizi (Asshidiqie, 2013). Hasil penelitian yang di lakukan oleh utami 2018
ditemukan pula bahwa screen time yang lebih tinggi 1,3 kali lebih tinggi asupan
sedentari berupa menonton TV dan screen time yang tinggi memiliki hubungan
terbalik dengan asupan buah dan sayur dan hubungan positif dengan asupan snack
dengan densitas energi tinggi, konsumsi fast-food, dan makanan yang digoreng
bahwa jumlah responden yang memiliki durasi screen time tinggi sebanyak 65
responden (83,3%) dengan rincian yang memiliki status gizi normal sebanyak 28
persen siswa sekolah temasuk dalam kategori high screen time. Anandita dkk
pada remaja dapat disebabkan oleh perilaku screen time dan konsumsi
berada di Kota Makassar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilihat dari data
sekunder tinggi badan dan berat badan siswa yang diperolah dari pihak sekolah di
menurut IMT/U dari 762 siswa adalah sebanyak 17,85% siswa oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Screen Time
dan Frekuensi Snacking terhadap kejadian berat badan lebih pada Remaja” di
B. Rumusan masalah
ini adalah apakah frekuensi snacking dan screen time berpengaruh terhadap
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
untuk mengetahui hubungan frekuensi snacking dan screen time terhadap kejadian
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
dalam ilmu pengetahuan tentang status gizi khususnya pada remaja yang
2. Manfaat Institusi
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi penting
3. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai referensi
Status gizi remaja menurut Cakrawati (2012) dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi lebih. Gizi baik apabila asupan gzi seimbang
(patologis) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energi dan
protein kurang selama jangka waktu tertentu. Gizi lebih merupakan keadaan
menggunakan indeks masa tubuh (IMT) yaitu perbandingan berat badan dalam
kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Peningkatan IMT dapat
menyebabkan risiko tekanan darah tinggi, hipertensi, kolesterol, LDL dan HDL
seperti Penyakit Jantung Koroner, Stroke, penyakit kantung empedu, dan bahkan
9
10
berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak.
Overweight pada remaja terjadi karena ketidak seimbangan asupan zat gizi. Pola
makan yang terjadi pada remaja saat ini yaitu pola makan tinggi energi yang
sebagian besar terdiri dari karbohidrat dan lemak. Kegemukan dapat diartikan
sebagai lebih dari 20% diatas berat badan ideal, atau lebih dari 20% lemak untuk
pria dan 30% lemak untuk wanita. Asupan energi yang tinggi akan berpengaruh
(Frank, 2012). Kegemukan dinilai berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT), dan
dikatan overweight jika IMT (Indeks Masa Tubuh) berada pada rentang > 25
Kriteria berat badan lebih dapat dilihat secara klinis dan antropometris.
Secara klinis penampilan fisik anak yang overweight mudah dikenali karena
mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi
tembam, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
kronologis bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang
dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status
gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari
2014).
Allowances (RDA) menurut Almatsier (2011) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi
kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka kecukupan gizi berbeda dengan
patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, aktivitas fisik,
dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar remaja putra memerlukan lebih
banyak energi dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra
membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia
16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal),
12
untuk kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia18 tahun. Perhitungan ini
penentu kebutuhan akan energi yang lebih baik. Perkiraan energi untuk remaja
putra berusia 11-18 tahun, yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan
usia yang sama, yaitu 10-19 kkal/cm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan
protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja
putra, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32 gr/cm tinggi badan.
Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 gr/cm. Makanan yang tinggi protein
kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali
lemak dalam tubuh yang pada akhirnya membuat ukuran tubuh menjadi terus
keturunan, pola hidup, faktor psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang
13
tinggi lemak dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kegemukan (gizi lebih dan obesitas) dan meningkatkan berat badan,
keturunan, pola aktivitas, dan pola makan. meliputi olah raga serta kegiatan
lainnya yang melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari
rekreasi. Pola makan meliputi kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, konsumsi buah
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah
tersedia (Arisman, 2010). Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi
meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa,
2016).
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
beberapa parameter, yaitu ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur,
berat badan, tinggi baadan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul dan tebal lemak bawah (Supariasa, 2016). Dalam penelitian ini
a. Berat badan, berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
lemak, air dan mineral pada tulang. Berat badan merupakan pilihan utama
b. Tinggi badan, merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan sekarang, jika umur tidak diketahui secara tepat. Selain itu, tinggi badan
badan dan tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan ( Supariasa, 2016).
Gizi Anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks
IMT/U (Kemenkes, 2010). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan hasil dari
pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan, seperti
Klasifikasi nilai ambang batas Indeks Masa Tubuh untuk remaja usia 5-18
tahun adalah :
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Umur 5-18 Tahun
Obesitas >2 SD
sebagai berikut :
a. Serangan Jantung
terjadi 10 kali lipat yang memiliki perut buncit karena kebanyakan lemak atau
Care, 2016)
b. Diabetes tipe 2
Pada penderita diabetes tipe 2, pankreas yang menghasilkan insulin tidak dapat
oleh kadar lemak darah yang tinggi. Asam lemak bebas menyebabkan insulin
c. Hipertensi
cardiac output karena makin besar massa tubuh makin banyak pula jumlah
satunya adalah hormon aldosteron yangterkait erat dengan retensi air dan
pada dinding dada hingga menekan paru-paru. Pada saat tidur, gangguan
(Omozu, 2016).
Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu
makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya
dikonsumsi kurang lebih 2-3 jam diantara waktu makan utama, yaitu pada pukul
10 pagi dan pukul 4 sore. Cemilan adalah makanan yang dikonsumsi diantara dua
waktu makan, biasanya terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, lemper,
risoles, dan lain-lain ) dan cemilan kering (keripik, biskuit, stick, kue bangket dan
kalori yang besar dengan tinggi lemak dan tinggi gula sehingga apabila
dan Lee (2010), rata-rata asupan energi dari makanan ringan yang dikonsumsi
remaja putri obesitas 594,1 kkalatau 31,2% dari total asupan energi dibandingkan
dengan asupan energi remaja putri yang tidak obesitas yaitu 360,1 kkal atau
kontribusi besar dalam peningkatan massa lemak dalam tubuh. Kondisi ini
menjadi semakin buruk dengan jenis camilan yang dikonsumsi remaja biasanya
camilan dengan kandungan tinggi gula dan lemak tinggi frekuensi konsumsi
camilan maka asupan lemak juga akan meningkat. Remaja yang suka
18
mengonsumsi camilan tinggi gula dan lemak memiliki risiko lebih mengalami
semakin besar berat gorengan, semakin banyak lemak yang dikonsumsi. Obesitas
banyak ditemukan dua kali lebih besar pada siswa yang suka mengonsumsi
goreng. Jenis camilan yang digoreng dengan minyak mengandung asam lemak
jenuh. Apabila camilan ini dikonsumsi dalam jumlah besar setiap hari akan
cepat saji, makanan yang dibakar, cemilan, permen, minuman bersoda, dan
makanan penutup memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Makanan dan
minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori, gula, dan garam yang
energi tambahan, tanpa disadari asupan energi melebihi kebutuhan tubuh dan
peningkatan kebiasaan makan snack, maka total intake energi juga meningkat.
barat seperti Amerika dan Inggris. Pola makan pada remaja erat kaitannya dengan
ringan memiliki jumlah kalori yang besar dengan tinggi lemak dan tinggi gula
19
(Wulandari, 2016).
kalori yang tinggi juga memberikan dampak kurang baik bagi kesehatan karena
tidak memberikan rasa kenyang dan tidak memberikan zat gizi yang cukup bagi
remaja (Tarwoto dkk, 2012). Makanan dengan densitas energi tinggi identik
ngemil) akan menyebabkan tingginya asupan lemak jenuh dan total energi apabila
tidak diimbangi dengan pengurangan makanan utama. Selain itu snacking dapat
menyebabkan pola makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur
memiliki dampak merugikan pada thermogenesis, kadar lemak, dan profil insulin
(Pratiwi,2017).
asupan energi. Menurut McCrory dan Campbell terlepas dari jenis camilan yang
kenaikan berat badan. Jumlah camilan yang dikonsumsi memang cenderung lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pada menu utama, namun frekuensi
camilan yang sering dapat menjadikan jumlah kalori yang dikonsumsi setara
sangat berpengaruh pada tingkat asupan energi dan peningkatan berat badan
(Kong A, et all, 2011). Kebiasaan makan yang tidak baik seperti mengonsumsi
20
makanan jajanan tinggi lemak, kalori, dan gula dapat menyebabkan obesitas
(Wansink et al., 2013). Penelitian yang dilakukan olehh Edo (2015) menunjukkan
pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar. Peningkatan berat badan juga dapat
saat waktu makan utama. Waktu snacking responden sebagian besar berdekatan
dengan waktu makan utama, yaitu makan siang dan makan malam/sore. Jumlah
porsi makan responden pun tidak berkurang saat makan utama walaupun beberapa
badan. Camilan yang mengandung lemak, gula, dan garam yang tinggi seperti
cokelat, keripik, kue, dan pastry dapat berkontribusi pada timbulnya obesitas pada
remaja (Steiner et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Della Torre et al
terhadap risiko obesitas dan obesitas pada anak dan remaja menunjukkan bahwa
adanya hubungan positif antara konsumsi konsumsi makanan dan minuman manis
snacking memiliki risiko mengalami obesitas 1,53 lebih besar bila dibandingkan
dengan laki-laki. Penelitian lain oleh Forslund, dkk yang dilakukan di Swedia
21
pemakaian gadget, bermain game ataupun menonton video (Dina, 2018). Screen
terbagi menjadi dua yaitu kategori Low Screen Time (LST) kurang dari 2 jam/hari
dan kategori High Screen Time (HST) lebih besar sama dengan 2 jam/hari (Isna,
interaktif (chatting, surfing internet, bermain videogames) dan screen time pasif
Remaja yang memiliki screen time lebih lama/ melebihi waktu yang
mereka lakukan. Screen time yang berlebihan akan semakin meningkatkan ketidak
seimbangan energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan tubuh. Remaja
merasa asyik screen time disertai memakan snack yang tinggi kalori maupun
lemak. Hal inilah yang berakibat pada peningkatan risiko kegemukan dan obesitas
pada remaja. Saat melakukan screen time maka remaja menjadi kurang aktif
sehingga asupan kalori yang tinggi dari makanan jajanan lama kelamaan akan
22
yang lama juga dikaitkan dengan peningkatan kebiasaan konsumsi jajanan (snack)
dan soft drink tinggi gula pada kelompok usia muda (Kumala,2019).
satu penyebab kegemukan adalah gaya hidup mahasiswa yang lebih banyak
individu dengan durasi screen time lebih dari dua jam dalam sehari mempunyai
asupan serat lebih rendah dibandingkan dengan individu dengan durasi screen
time kurang dari dua jam dalam sehari. Screen time juga dapat menurunkan
aktivitas fisik individu. Menurut Jackson, seseorang yang melihat televisi terlalu
lama akan menurunkan aktivitas fisik yang dapat menyebabkan kegemukan (Dina,
2018). Peningkatan durasi screen time sejalan dengan peningkatan indeks massa
tubuh anak laki-laki maupun perempuan. Penelitian oleh Sisson et al. (2012)
menyebutkan bahwa anak yang menonton televisi lebih dari 3 jam/hari memiliki
Screen time terkait dengan perilaku diet yang tidak sehat pada anak-anak,
anak usia 8-16 tahun yang menonton TV (screen based activity) 4 jam/hari
memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dibanding yang menonton TV
kurang dari 2 jam/hari. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak usia 5-15
tahun yang menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari, akan memperlihatkan
peduli mereka gemar menonton televisi atau tidak setelah dewasa (Pangesti, 2016)
23
D. Sintesa Penelitian
No Peneliti, Judul, dan Tahun Tujuan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Waode Nurhafiza Indah Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian ini menunjukkan
Mukhlisa (2018) mengetahui hubungan asupan energi, sebagian besar subjek memiliki status gizi
konsumsi makanan ringan, dan lebih (50,8%), asupan energi lebih (60%),
“Asupan Energi dan konsumsi minuman berperisa dengan konsumsi makanan ringan berlebihan
Konsumsi Makanan Ringan kejadian gizi lebih pada remaja usia 16- (52,5%), dan konsumsi minuman berperisa
Berhubungan dengan 18 tahun di SMA Islam Al-Azhar 1 dalam jumlah baik (55,8%). Hasil uji
Kejadian Gizi Lebih Jakarta. statistik chi-square menunjukkan adanya
pada Remaja” Penelitian ini dilakukan secara hubungan antara asupan energi (p<0,05) dan
cross-sectional dengan metode konsumsi makanan ringan dengan gizi lebih
ARGIPA, 3(2): 59-66 proportionate stratified random (p<0,05). Selanjutnya, tidak ada hubungan
p-ISSN 2502-2938; e-ISSN sampling. Subjek berjumlah 120 orang, antara konsumsi minuman berperisa dengan
2579-888X yang sebagian besar adalah laki-laki. gizi lebih (p>0,05).
2 Anandita Mega Kumala Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan 72,1%
(2019) mengetahui hubungan antara durasi responden memiliki durasi penggunaan alat
penggunaan alat elektronik (gadget), elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu,
“Hubungan antara Durasi aktivitas fisik dan pola makan dengan ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas
Penggunaan Alat status gizi pada remaja usia 13-15 fisik rendah. Pola makan pada 80,3%
Elektronik (Gadget), tahun. responden sudah sesuai dengan anjuran PGS,
Aktivitas Fisik dan Pola Desain studi observasional dengan tetapi 96,7% responden tidak memenuhi
24
Makan dengan Status Gizi rancangan cross-sectional yang anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada
pada Remaja Usia 13-15 melibatkan remaja usia 13-15 tahun di responden berdasarkan Z-score IMT/U
Tahun” Kendal. Pengambilan sampel ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan
menggunakan simple random sampling kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil
Journal of Nutrition dengan 61 responden. Pedoman Gizi analisis menunjukkan terdapat hubungan
College, 8(2): 73-80 Seimbang (PGS). Analisis data antara durasi penggunaan alat elektronik
P-ISSN : 2337-6236; E- menggunakan uji Chi-Square serta (gadget), aktivitas fisik dan pola makan
ISSN : 2622-884X Fisher Exact. dengan status Gizi pada remaja usia 13-15
tahun (p<0,05).
3 Nurul Putrie utami (2018) Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian diketahui bahwa ada
mengetahui hubungan antara paparan hubungan signifikan antara screen time lebih
“Paparan Screen Time screen time dengan obesitas pada dari 2 jam/hari dengan risiko obesitas pada
Hubungannya dengan remaja SMP di Kota Yogyakarta. remaja SMP di Kota Yogyakarta (p=0,019)
Obesitas pada Remaja SMP Jenis penelitian yang digunakan dengan nilai Odds Ratio 2,6 (1,160-5,750).
di Kota Yogyakarta” observasional dengan pendekatan case Screen time yang lebih tinggi berhubungan
control study. Penelitian ini signifikan dengan tingkat asupan energi yang
Jurnal Dunia Gizi, 1(2): 71- dilaksanakan di 4 SMP di Kota lebih tinggi (p=0,037) dengan Ratio
78 Yogyakarta Sampel penelitian ini Prevalence 1,3 (1,025-1,638). Terdapat
ISSN : 2614-6479 (Online) sejumlah 120 siswa usia 12-15 tahun hubungan antara screen time dengan obesitas
yang terdiri dari 60 siswa di kelompok pada remaja.
kasus dan 60 siswa di kelompok kontrol
yang dipilih dengan metode
proportionate random sampling yang
kemudian dilakukan matching usia dan
25
jenis kelamin.
4 M. Ikhsan Amar (2021) Tujuan penelitian ini adalah Untuk Berdasarkan hasil uji chi square
mengetahui hubungan antara Frekuensi menunjukkan adanya hubungan antara
“Frequency of "Snacking", “Ngemil”, Konsumsi Junk Food, Screen konsumsi junk food (p=0,014) dan screen
Consumption of Junk Food Time Dengan Kejadian Overweight time (p=0,030) dengan kejadian overweight.
and Screen Time with the Pada Mahasiswa UPN Veteran Jakarta. sedangkan, pada frekuensi “ngemil” tidak
Incidence of Overweight in Metode dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dengan kejadian
Students” kuantitatif dan menggunakan desain overweight (p=0,093). Kesimpulan adalah
Cross Sectional Study. Sampel dalam terdapat hubungan antara konsumsi junk
JIKA, 3(1): 28-34 penelitian ini sebanyak 38 sampel food dan screen time dengan kejadian
https://doi.org/10.36590/jik dengan teknik Simple Random overweight pada remaja. tidak terdapat
a.v3i1.66 Sampling. Instrumen dalam penelitian hubungan antara frekuensi “ngemil” dengan
ini adalah menggunakan kuesioner. kejadian overweight pada remaja.
5 Mellia Silvy Irdianty Penelitian ini bertujuan untuk Remaja dengan aktivitas fisik ringan
(2016) mengetahui perbedaan aktivitas fisik memiliki peluang hampir 5 kali lebih besar
dan konsumsi camilan pada remaja mengalami obesitas dibandingkan remaja
“Aktivitas Fisik dan obesitas di daerah pedesaan dan dengan aktivitas fisik sedang (OR 4,96 (CI
Konsumsi Camilan pada perkotaan di Kabupaten Bantul. 95%:2.14 -11.63).
Remaja Obesitas di Penelitian ini menggunakan Hubungan antara jenis camilan dan
Pedesaan dan Perkotaan rancangan penelitian case control , obesitas juga memiliki hubungan yang
Kabupaten Bantul” dengan populasi remaja sekolah bermakna secara statistic dan praktis, yaitu
menengah atas (SMA) negeri di obesitas banyak di temukan sebanyak 2 kali
BKM Journal of Kabupaten Bantul. Kelompok Kasus lebih besar pada remaja dengan konsumsi
26
Community Medicine and adalah remaja yang didiagnosis obesitas camilan goreng dibandingkan dengan remaja
Public Health, 32(7): 217- pada tahap skrining, sedangkan yang mengonsumsi camilan non-goreng.
222 kelompok kontrol adalah remaja dengan Terdapat perbedaan rerata berat dan
berat badan normal. Analisis data asupan camilan pada remaja obesitas dan
menggunakan uji chi - square dan uji-t non-obesitas.
dan uji regresi logistik. Simpulan: Aktivitas fisik ringan,
frekuensi camilan tinggi, jenis camilan
gorengan, berat camilan dan asupan camilan
tinggi berpeluang lebih besar meningkatkan
obesitas remaja.
6 Syafriani (2018) Penelitian ini bertujuan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengetahui hubungan konsumsi fast 66,2% responden mengalami kelebihan berat
“Hubungan Konsumsi Fast food dan aktivitas fisik dengan kejadian badan. Overweight lebih banyak terjadi pada
Food dan Aktivitas Fisik overweight pada siswa di SMAN 2 responden yang mengonsumsi makanan cepat
dengan Kejadian Bangkinang Kota. Jenis penelitian yang saji (56,9%) dibandingkan dengan yang
Overweight pada Siswa Di digunakan adalah penelitian kuantitatif jarang mengonsumsi makanan cepat saji
SMAN 2 Bangkinang Kota dengan desain cross sectional. (9,2%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Tahun 2018” Pengambilan sampel dalam ada hubungan antara konsumsi fast food
penelitian ini menggunakan stratified dengan kejadian overweight, sedangkan
PREPOTIF Jurnal random sampling dengan jumlah sampel aktivitas fisik tidak memiliki hubungan
Kesehatan Masyarakat, 65 orang. Analisis data dilakukan secara dengan kejadian overweight.
2(1): 9-18 univariat dan bivariat dengan uji chi-
square dan Fisher Exact.
27
Square.
8 Mia Angelina Annur Fatin Tujuan penelitian ini adalah untuk Hasil penelitian menunjukan kebiasaan
(2018) mengetahui Kebiasaan Konsumsi Fast konsumsi fast food anak obesitas sebagian
Food, Menonton Televisi dan Bermain besar 4-6 kali/minggu, sedangkan tidak
Game Sebagai Faktor Resiko Obesitas. obesitas sebagian besar 1-3 kali/minggu,
“Kebiasaan Konsumsi Fast Jenis penelitian adalah penelitian masing-masing sebanyak 6 responden
Food, Menonton Televisi survey analitik dengan rancangan case (46,2%). Kebiasaan menonton televisi
dan Bermain Game sebagai control. Variabel penelitian adalah sebagian besar responden durasi > 2 jam/hari
Faktor Resiko Obesitas kebiasaan konsumsi fast food dengan yaitu 11 reponden (84,6%) anak obesitas, dan
pada Anak Usia Sekolah di pengambilan data menggunakan 8 responden (61,5%) tidak obesitas.
Sekolah Dasar Negeri Frequency Food Quetianare (FFQ), Kebiasaan bermain game sebagian besar
Klangenan 4 Cirebon” kebiasaan menonton televisi reponden dengan durasi > 2 jam/hari yaitu 8
dankebiasaan bermain game dan status reponden (61,5%) anak obesitas, dan 3
obesitas menggunakan kuesioner. responden (23,1%) tidak obesitas. Sering
Naskah Publikasi Sampel terdiri dari kelompok kasus 13 konsumsi fast food merupakan faktor risiko
Universitas dan kelompok kontrol 13. Analisis data terjadinya obesitas pada anak usia sekolah di
Muhammadiyah Semarang. menggunakan analisis univariat dan SD Negeri Klangenan 4 Cirebon. Kebiasaan
multivariat. bermain game > 2 jam/hari merupakan faktor
http://repository.unimus.ac.
risiko terjadinya obesitas pada anak usia
id
sekolah di SD Negeri Klangenan 4 Cirebon.
9 Nicole I Larson dkk (2016) Penelitian ini akan mengkaji Hasil penelitian menunjukkan bahwa
asupan makanan ringan padat energi, konsumsi makanan ringan merupakan faktor
“Adolescent Snacking jumlah total makanan ringan yang risiko untuk pola makan yang buruk, tetapi
29
Behaviors are Associated dikonsumsi, frekuensi mengkonsumsi makanan padat energi dan ngemil tidak
with Dietary Intake and makanan ringan yang disiapkan jauh konsisten berkontribusi terhadap kelebihan
Weight Status” dari rumah, dan frekuensi ngemil berat badan pada remaja AS.
sambil menonton televisi pada remaja
J Nutr, 146(7):1348-55. dan kaitanya dengan diet dan status
doi:10.3945/jn.116.230334. berat badan. Analisis data akan
dilakukan dengan menggunakan regresi
linear.
10 Intan Lisetyaningrum Penelitian ini bertujuan untuk Mayoritas dari 170 responden adalah
(2021) mendeskripsikan kebiasaan jajan, perempuan (81,2%). Sebanyak 11,2%
kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan responden mengalami obesitas dan 6,5%
“A Cross-Sectional indikator obesitas pada remaja di kelebihan berat badan. Dari 170 responden
Analysis of Snacking Jakarta. 52,4% memiliki kebiasaan jajan, 64,1%
Habits, Eating Habits, Penelitian ini menggunakan metode memiliki kebiasaan makan yang sehat, 73,5%
Physical Activity, and cross sectional dengan jumlah sampel melakukan aktivitas fisik 3 hari/minggu,
Indicators of Obesity 170 siswa kelas 10-12 SMAN di 79,4% menonton TV <3 jam/hari, dan 61,2%
Among High School Provinsi Jakarta dengan teknik bermain video game dan menghabiskan
Students in Jakarta, pengambilan sampel purposive waktu di komputer 3 jam/hari. Hasil analisis
Indonesia” sampling. bivariat menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kebiasaan
jajan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik
dengan indikator obesitas.
30
E. Kerangka Teori
Faktor genetik
Faktor Pola
lingkungan konsumsi
Asupan
Faktor social
energi
ekonomi Ketidak
seimbangan Berat badan
energi lebih
Kemudahan Keluaran
Perilaku
teknologi energi
sedentari
Gambar 2.1 Modifikasi dari livernman 2005 dan Arundhana et,al 2013
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Untuk mengetahui pengaruh screen time dan frekuensi snacking terhadap
status gizi overweight pada remaja dapat disajikan dalam kerangka konsep
sebagai berikut:
Pola konsumsi
- Frekuensi
Snacking
Aktivitas Sedentary
- Screen time
Ket:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
B. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Ho
a) Ho : Tidak ada hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih
pada remaja.
31
32
2. Hipotesis Ha
a) Ha : Ada hubungan screen time terhadap kejadian berat badan lebih pada
remaja.
Menurut Sugiyono (2018: 39), variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang di lakukan penulis terdapat dua variabel, yaitu
1. Variabel Dependen
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, kareana adanya variabel
bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian berat badan
lebih pada remaja. Berat badan lebih dalam penelitian ini adalah keadaan berat
badan yang melebihi berat badan normal yang dibandingkan dengan tinggi
badan menurut usia remaja, atau di nilai menggunakan indeks massa tubuh
dengan 2 SD
2. Variabel Independen
adalah konsumsi cemilan yang mengandung energi, gula, garam, dan lemak
dikonsumsi.
(Pujasari,2021).
yang di ukur dalam satu hari terakhir pada hari biasa (week day) dan di isi
B. Lokasi Penelitian
1. Populasi
Populasi Penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMPN 3
Makassar yang berjumlah 762 siswa. Kelas VII berjumlah 401 siswa dan kelas
2. Sample
35
36
Penentuan besaran sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus besar
berikut:
2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 +𝑍𝛽 √𝑃1 𝑄1 +𝑃2 𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1 −𝑃2
2
1.96√2 𝑥 0.265 𝑥 0.735 +0.84√0.35 𝑥 0.65+0.18 𝑥 0.82
=( )
0.17
2
1.96√0.4 +0.84√0.4
=( )
0.17
1.68 2
=( )
0.17
= (9.8)2
= 96.04
= 96
n1=n2 maka jumlah sampel= 96 𝑥 2 = 192
Keterangan:
Q2 : 1- P2 = 0,82
Q : 1- P = 0,735
unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Jumlah sampel tiap kelas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
192
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑉𝐼𝐼 = 𝑋 401 = 101
762
192
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑉𝐼𝐼𝐼 = 𝑋 361 = 91
762
yang ada dan sampel minimum untuk masing-masing kelas yang tersebar di SMP
Tabel 4.1 Jumlah Sampel siswa SMP kelas VII & VIII di SMPN 3
Makassar
11 VII.11 34 9
12 VII.12 32 8
VIII SMPN 3 Makasar
13 VIII.1 35 9
14 VIII.2 36 9
15 VIII.3 36 9
16 VIII.4 37 10
17 VIII.5 35 9
18 VIII.6 37 9
19 VIII.7 37 9
20 VIII.8 37 9
21 VIII.9 36 9
22 VIII.10 35 9
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
a) Siswa SMP Negeri 3 Makassar kelas VII & VIII
b) Bersedia menjadi sampel penelitian dan telah menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan.
2) Kriteria ekslusi
a) Sedang izin atau sakit saat penelitian dilakukan.
b) Tidak bersedia menjadi sampel penelitian
b. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data primer. Data tersebut dikumpulkan
1) Timbangan Digital
2) Microtoice
3) Kuesioner
minuman dan makanan ringan, serta r=0,82 untuk buah dan sayur. Selain
0,71 dan makanan yang dikonsumsi di luar sekolah adalah r=0,63 hingga
r=0,69 hingga 0,71. Hal ini menunjukkan bahwa BSQ merupakan kuesioner
2021).
2021).
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
berupa kuesioner yang telah disusun yang berisi identitas remaja, durasi screen
time dan frekuensi snacking. Sedangkan status gizi remaja diukur dengan
mikrotoice.
2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari bagian kantor sekolah yang meliputi jumlah siswa kelas VII dan VIII, berat
badan dan tinggi badan siswa yang di gunakan sebagai data observasi awal.
1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini akan menggunakan SPSS, yaitu dengan
huruf menjadi data atau angka atau bilangan bertujuan untuk memudahkan
agar data yang diperoleh sesuai dengan data yang sudah ada.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Pada
analis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi, ukuran tedensi sentral atau grafik. Analisis univariat bertujuan
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi
overweight dianalisis menggunakan uji chi square dengan ketentuan apa bila P
value <0,05 maka H0 di tolak artinya ada hubungan yang signifikan antara
variable frekuensi snacking terhadap kejadian overweight pada remaja dan jika P
value >0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
mengetahui rata-rata perbedaan screen time antara status gizi normal dan status
gizi overweight obesitas yang apa bila P value <0,05 maka H0 di tolak yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara screen time dan kejadian overweight
pada remaja dan Jika P value >0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan
F. Penyajian Data
1. Naratif
pelaksanaan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang berupa insformasi
2. Tabel
addalah master table dan table distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam
baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran.
3. Interprestasi
G. Alur Penelitian
Penelitian pendahuluan
A. Hasil
Penelitian dilakukan di SMP Negri 3 yang terletak di Jalan Baji Gau
No. 11, Baji Mappakasunggu Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan mulai tanggal 28 Maret sampai Mei 2022. Jumlah sampel
dalam penelitian ini berjumlah 192 sampel. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan survey
analitik dengan metode cross sectional. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan aplikasi SPSS, yang terlebih dahulu
dilakukan uji analisis univariat kemudian dilanjutkan analisis uji bivariat yaitu
menggunakan uji Chi-Square dan Independent T Test. Berdasarkan hasil
penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian
sebagai berikut.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
satu Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terletak di Jalan Baji Gau No.11,
SMP Negeri 3 merupakan salah satu SMP di Kota Makassar didirikan atas
tanah seluas 3.615 m2, di lingkungan sekolah terdapat beberapa sekolah dan
rumah penduduk yaitu sebelah utara terdapat SMA Negeri 2 Makassar, sebelah
selatan jalan raya, sebelah barat dan sebelah timur merupakan perumahan
44
45
moving class sesuai dengan mata pelajaran yang akan dipelajari dengan jumlah
bergantian yaitu kelas 9 mulai dari jam 08.00-10.00, kelas 8 mulai dari jam
makanan seperti gorengan, mie goreng, snack dan aneka minuman serta ATK
namun selama pandemic covid-19 belum dioperasikan. Selain itu siswa juga
memiliki akses untuk jajan diluar sekolah dimana di luar sekolah terdapat
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas VII
dan VIII yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil
berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sampel kelas VII adalah 101
Berdasarkan umur sampel yang terbanyak adalah umur 13 tahun yaitu 104
(54.2%) dan yang paling sedikit adalah umur 11 tahun dan 15 tahun yaitu 1
(0.5%).
46
Karakteristik Total
Remaja N %
Kelas
VII 101 52.6
VIII 91 47.4
Umur
11 Tahun 1 0.5
12 Tahun 33 17.2
13 Tahun 104 54.2
14 Tahun 53 27.6
15 Tahun 1 0.5
Jenis Kelamin
Laki-laki 86 44.8
Perempuan 106 55.2
Total 192 100
Sumber : Data Primer, 2022
Karakteristik Total
Orang Tua n %
Pendidikan Ayah
Tidak tamat SD sederajat 1 0.5
SD sederajat 5 2.6
SMP sederajat 6 3.1
SMA sederajat 98 51
D1/D2/D3 8 4.2
Tamat PT 74 38.5
Pendidikan Ibu
Tidak tamat SD sederajat 1 0.5
SD sederajat 3 1.6
SMP sederajat 13 6.8
SMA sederajat 87 45.3
D1/D2/D3 23 12.0
Tamat PT 65 33.9
Pekerjaan Ayah
ASN/TNI/Polri/BUMN/BUMD 48 25
Pegawai Swasta 46 24
Wiraswasta/Pedagang 67 34.9
Tenaga pengajar 2 1
Buruh 23 12
Tenaga kesehatan 3 1.6
Tidak bekerja 3 1.6
Pekerjaan Ibu
ASN/TNI/Polri/BUMN/BUMD 27 14.1
Pegawai Swasta 10 5.2
Wiraswasta/Pedagang 14 7.3
Tenaga pengajar 4 2.1
Tenaga kesehatan 3 1.6
Pensiunan 0 0
Lainnya 6 3.1
Tidak Bekerja 134 69.8
Total 192 100
Sumber : Data Primer, 2022
48
Dari tabel 5.6 gambaran frekuensi snack dengan jenis kelamin menunjukkan
hasil frekuensi snack sering pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 47 orang
(55,3%) dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (44,7%).
Table 5.6 Gambaran Frekuensi Snack dengan Jenis Kelamin
Frekuensi Snack
Jenis Kelamin
Sering % Jarang %
Sering 24 30 40 35,7
Baik
Jarang 56 70 72 64,3
Sering 72 90 68 60,7
Buruk
Jarang 8 10 44 39,3
kegiatan yang paling cepat dilakukan adalah bermain video game di play
station/xbox/nintendo dengan total waktu kegiatan 3.330 dan rata-rata 17,34
menit/hari .
Menonton video di
laptop/computer 192 9.169 47,75
Ya Tidak
snack buruk dengan kejadian berat badan lebih pada sampel menggunakan
uji Chi-Square menghasilkan nilai ρ < 0,05 yaitu 0,000 maka Ho ditolak dan
snack antara sampel yang mengalami berat badan lebih dan sampel yang
kejadian berat badan lebih pada sampel remaja dalam penelitian ini.
55
B. Pembahasan
Gambaran jenis snack dengan kejadian berat badan lebih pada sampel
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sampel yang mengalami berat
badan lebih mengonsumsi jenis snack buruk dengan frekuensi sering
(37,5%) lebih banyak dibandingkan mengonsumsi jenis snack baik dengan
frekuensi sering (12,5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang
mengalami berat badan lebih, lebih sering mengonsumsi snack buruk
dibandingkan snack baik.
Dalam penelitian ini jenis snack di bedakan menjadi dua yaitu snack
baik dan snack buruk, dimana jenis makanan dan minuman yang termasuk
snack baik yaitu jus jeruk, jus apel, dan 100% jus lainnya, susu low fat,
dan susu biasa. Sedangkan untuk jenis snack buruk yaitu konsumsi soft
drink (seperti minuman bersoda, minuman berenergi, meninuman dengan
perasa), jajanan atau camilan asin (seperti kripik kentang), permen, coklat,
jelly,donat, kue cookies, brownies, makanan pencuci mulut seperti
(eskrim, dan yogurt), dan konsumsi fast food. Berdasarkan kandungan gizi
menurut dietary guidelines for americans (2012-2020) dimana snack baik
berupa kelompok makanan dan minuman yang mencangkup vitamin,
mineral dan zat lain yang berkontribusi dalam memberikan efek kesehatan
yang positif bagi tubuh dengan sedikit atau tampa lemak, tambahan gula,
dan sodium. Sedangkan snack buruk berupa makanan dan minuman yang
memiliki kandungan tinggi lemak, gula, dan sodium. Sementara itu dalam
Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) No. 41 tentang pendoman gizi
seimbang terdapat pesan umum gizi seimbang yang dianjurkan untuk
batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
Pemilihan jenis camilan yang tidak sehat dapat menyebabkan
terjadinya obesitas pada remaja. Remaja yang suka mengkonsumsi
59
camilan tinggi gula dan lemak memiliki risiko lebih mengalami obesitas.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa camilan sebagai makanan yang
tidak sehat. Camilan yang dimaksud adalah makanan yang tinggi gula,
tinggi lemak tetapi rendah serat. Makanan tersebut memberikan
sumbangan yang besar terhadap asupan kalori dan kolesterol dalam sehari
(Ezmaillzadeh, 2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ezmaillzadeh and Azadbakht (2008), bahwa terdapat
hubungan antara subyek yang mengkonsumsi makanan tinggi gula dengan
kejadian obesitas. Remaja yang mengkonsumsi makanan tinggi gula dan
lemak memiliki risiko 5,74 kali mengalami obesitas (Ezmaillzadeh, 2008).
Pola konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif terhadap
kesehatan tubuh seseorang seperti mencegah atau membantu
menyembuhkan penyakit. Namun, jika pola konsumsi tidak baik seperti
konsumsi makanan jajanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi gula
yang sering disebut dengen energy dense akan berpengaruh terhadap
kejadian overweight/obesitas (Murakumi, et al.,2012 dalam Nisak, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Grimes, et al., (2013), yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara peningkatan
konsumsi Sugar-sweetenedBaverages (SSBs) dengan overweight/obesitas.
Sugar-Sweetened Baverages (SSBs) yang dimaksud disini yaitu sirup
buah, minuman perisa, cokelat, sirup, saus, dan topping (Grimes, et al,
2013).
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi asupan makan anak yang diperoleh dari konsumsi makanan
jajanan di sekolah (Martin, 2017). Ketersediaan makana yang ada di
sekolah menjadi peran penting yang mempengaruhi asupan makan anak
saat di sekolah. Tersedianya makanan jajanan yang bersifat manis,
minuman bersoda, snack yang padat energi, tinggi lemak akan
berpengaruh terhadap asupan makan anak. Anak lebih sering konsumsi
makanan tersebut dibandingkan makanan yang bergizi termasuk sayur dan
buah (Correa, et, al.,2015).
60
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Kejadian berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar yaitu 80
orang (41.7%) dimana hal ini menunjukkan kejadian berat badan lebih di
SMPN 3 Makassar cukup tinggi.
2. Siswa SMPN 3 Makassar yang menjadi sampel lebih banyak memiliki
frekuensi snacking jarang (55.7%), sementara itu terkait dengan jenis
snack dengan frekuensi snack siswa lebih banyak mengonsumsi snack
buruk dengan frekuensi sering( 72,9%), dengan snack yang paling sering
di konsumsi yaitu yaitu jajanan atau cemilan asin tinggi kalori (seperti
keripik kentang) (60.4%).
3. Sampel yang mengalami berat badan lebih memiiki rata-rata durasi screen
time yang signifikan lebih tinggi dibandingkan sampel yang tidak
mengalami berat badan lebih yaitu 574,4 menit/hari.
4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi snack dengan
kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar tahun 2022
dengan p<0.05. Dan hubungan frekuensi snack dengan kejadian berat
badan lebih hanya terlihat signifikan pada jenis snack buruk (p<0,05)
akan tetapi tidak terlihat pada jenis snack yang baik.
5. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara durasi screen time
dengan kejadiaan berat badan lebih pada remaja di SMPN 3 Makassar
tahun 2022 dengan p<0.05.
B. Saran
1. Bagi Remaja
Sebaiknya menghindari snack yang memiliki kandungan tinggi gula,
garam lemak dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun
di sekolah, diharapkan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin,
mineral, dan zat lain yang berkontribusi dalam memberikan efek kesehatan
66
67
yang positif bagi tubuh sesuai dengan kebutuhan dan serta mengurangi
durasi screen time dan meningkatkan aktivitas fisik dengan olah raga
secara teratur dan cukup istirahat untuk menjaga status gizi agar tidak
mengalami penyakit yang serius dimasa dewasa yang akan datang.
2. Bagi Pihak Sekolah
Kepada pihak sekolah SMP Negeri 3 Makassar, agar mengawasi
lingkungan sekolah dengan memperhatikan ketersediaan makanan yang
ada di sekolah agar siswa dapat mengonsumsi jajan yang sehat. Kantin
sekolah diharapkan dapat menyediakan makanan jajanan yang sehat dan di
pantau secara berkala pada setiap sekolah. Diharapkan pihak sekolah dapat
memberikan tambahan pengetahuan secara rutin seperti mempelajari
makanan jajanan yang sehat dan bergizi. Diharapkan juga pihak sekolah
dapat memberikan penanganan screen time yang sesuai seperti membatasi
akses dalam kegiatan screen time khususnya dalam bermain gadget di
sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang hubungan frekuensi
snacking dan screen time dengan kejadian berat badan lebih, agar bisa
mengkaji lebih dalam terutama pada hal-hal yang belum terungkap pada
penelitian ini seperti membandingkan lebih jauh terkait berat badan lebih
pada beberapa SMP yang ada di Kota Makassar, perbedan frekuensi snack
antara laki-laki dan perempuan, untuk screen time hal apa yang sering di
akses remaja ketika bermain gadget dan dapat menyempurnakan hal yang
masih kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hazza M, Nada A, Hana I, Dina M, Abdulrahman O. 2011. Physical Activity,
Sedentary Behaviors and Dietary Habits among Saudi Adolescents Relative
to Age, Gender and Region. International Journal Nutritional Physical
Activity,8(140).
Almatsier, S., 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alvinnia, S., Muniroh, L., dan Atmaka, R.D. 2021. Hubungan Screen Based
Activity dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Anak Usia 10-12 Tahun.
Jurnal Amerta Nutr, 5(3):223-229
Arisman, MB. 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia Konsep, Teori
dan Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC.
Arisman., 2014. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Asshidiqie H, Panunggal B. 2013. Perbedaan Jumlah Asupan Energi, Lemak,
Serat dan Natrium Berdasarkan Kategori Screen-Time Viewing pada Anak
Obesitas Usia 9-12 Tahun. Jorunal Nutr Coll, 2(3):1–8.
Batubara, Jose R.L. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).
Jurnal Sari Pediatri. 12(1).
BPOM. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman.
Cakrawati, D., dan Mustika, N.H., 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Bandung: Alfabeta
Cameron, J. D., dkk. 2016. The mediating role of energy intake on the
relationship between screen time behaviour and body mass index in
adolescents with obesity : The HEARTY study. 107, 437–444.
Correa, E.N., Bethsáida, DASS., Francisco, DAGV. 2015. Aspects of the built
environment associated with obesity in children and adolescents: A
narrative review. Rev. Nutr. Volume 28(3).
Dina, A, N. 2018. Hubungan Screen Ttime Dengan Indeks Massa Tubuh pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Surakarta.[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Elmatris, et all. 2012. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada
Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Majalah Kedokteran
Andalas, 36(2).
Ezmaillzadeh, A., Azadbakht, L. 2008. Major Dietary Pattern in Relation to
General Obesity and Central Adiposity Among Iranian Women. The
Journal of nutrition, 182(2): 358-363.
Frank, B. 2012. Overweight and Obesity in Women : Health Risks and
Consequences.
Gharib and Rasheed. 2011. Energy and Macronutrient Intake and Dietary Pattern
Among School Childreen in Bahrain. Nutrition Journal.
Hendra, C., Manampiring, A,E., Budiarso, S., 2016. Faktor-Faktor Risiko
Terhadap Obesitas pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik, 4(1)
Houghton, S., Hunter, SC., Rosenberg, M., et all. 2015. Virtually impossible:
limiting Australian children and adolescents daily screen based media use.
BMC Public Health. 15:5 1471-2458
Isna, 2014. Screen Time, Asupan Lemak dan Serat Serta Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor. [Skripsi]. Institute Pertanian Bogor.
Juwaeriah. 2012. Gambaran Pola Konsumsi Sayur dan Buah Terhadap Kejadian
Obesitas pada Siswa SMP Islam Athira 1 Kajaolalido Makassar. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin.
Keast DR, Nicklas T a, Neil CEO. 2010. Snacking is associated with reduced risk
of overweight and reduced abdominal obesity in adolescents : National
Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES) 1999 – 2004. Am J
Clin Nutr, 92:1999–2004.
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak
Kepmenkes RI. 2010. Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010. Tentang Standart
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: 30 Desember 2010.
Kong A, Beresford SAA, Alfano CM, et all. 2011. Associations between
Snacking and Weight Loss and Nutrient Intake among Postmenopausal
Overweight-To-Obese Women in a Dietary Weight Loss Intervention.
Journal American Diet Association, 111(12): 1898-1903
Kumala, Anandita., Ani Margawati., dan Ayu Rahadiyanti. 2019. Hubungan
antara Durasi Penggunaan Alat Elektronik (Gadget), Aktivitas Fisik dan
Pola Makan dengan Status Gizi pada Remaja Usia 13-15 Tahun. Journal of
Nutrition College, 8(2): 73-80.
Kurdanti, Weni, Isti S., Nurul H. S., dkk. 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4):
170-190.
Lana A’Maluna. 2020. Hubungan Kebiasaan Snacking Dengan Status
Antropometri Pada Remaja Smp Di Kota Semarang. Undergraduate thesis,
Diponegoro University.
Lani, A., Margawati, a., Fitranti, D, Y. 2017. Hubungan Konsumsi Sarapan dan
Konsumsi Jajan Dengan Z-Score IMT/U pada Siswa Sekolah Dsar. Jurnal
of Nutrition Collage, 6(4):277-284
Lugina, W., Maywati, S., Neni, N. 2021. Hubungan Aktivitas Fisik, Asupan
Energi, dan Sarapan Pagi dengan Kejadian Overweight pada Siswa SMA
Tasik Malaya Tahun 2020. Jurnal Kesehatan komunitas Indonesia,
17(2):305-313
Marpaung, C.A., 2015. Hubungan Pengetahuan, Pola Makan, dan Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. [Skripsi]. Universitas
Sumatera Utara Medan.
Martin, L. 2017. Evidence for environmental interventions to prevent childhood
overweight and obesity within schools. NHS Health Scotland.
Mellia, S, I., Toto, S, Mohammad, H., 2015. Aktivitas Fisik dan Konsumsi
Camilan pada Remaja Obesitas di Pedesaan dan Perkotaan Kabupaten
Bantul. BKM Journal of Community Medicine and Public Health,
32(7):217-222
Mills JP, Perry CD, and Reicks M. 2011. Eating Frequency is Associated with
Energy Intake but not Obesity in Midlife Women. Obesity, 19(3): 552-559.
Misnadiarly.2007. Obesitas:Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Jakarta Pustaka Obor Populer.
Nisak, A, J., Mahmudiono, T. 2017. Pola Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah
Dapat Meningkatkan Resiko Overweight/Obesitas Pada Anak. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(3): 311-324
Omozu. 2016. The Health Effects of Overweight and Obesity.
Pangesti, N., Gunawan, I, M, A., Julia, M., 2016. Screen Based Activity Sebagai
Faktor Risiko Kegemukan pada Anak Prasekolah di Kota Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 13(1): 34-41
Pediatri Sari. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Vol 12 [1]
Pramadhan, Y. 2016. Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi
dengan Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa SD Gadog
03 Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia. Institur Pertanian Bogor.
Pratiwi, A, P,. dan Nindya, T, S. 2017. Hubungan Konsumsi Camilan dan Durasi
Waktu Tidur dengan Obesitas di Permukiman Padat Kelurahan
Simolawang, Surabaya. Amerta Nutr, 1(3): 153-161
Pujasari, H., Kuntarti, dan Lisetya, N. 2021. A Cross-Sectional Analysis of
Snacking Habits, Eating Habits, Physical Activity, and Indicators of Obesity
Among High School Students in Jakarta, Indonesia. Journal of Public
Health Research, 10(1):2402
Reid CY, Radesky J, Christakis D, et all. 2016. Children and Adolescents and
Digital Media. Pediatrics, 138(5):1-18.
Riskesdas, 2013. Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
Simona, Bo, De, Carli, L., Venco, E., Fanzola, I., Maiandi, M De, M F., et al.
2014. Impact of Snacking Pattern on Overweight and Obesity Risk in
Cohort of 11 to 13Year Old Adolescents. Journal of Pediatric
Gastroenterology & Nutrition, Volume 59 (4):465–471.
Sitorus, C, E., Mayulu, N., Wantania, J., 2020. Hubungan Konsumsi Fast Food,
Makanan/ Minuman Manis dan Aktifitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
Dan Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine,
1(4): 10-17
Stanford Health C are. 2016. Effect of Obesity.
Steiner-Asiedu M., Jantuah, J E., Anderson, A K. 2012. The Snacking Habits in
Junior High School Students: The Nutritional Implication-A Short Report.
Asian J Med Sci, Vol. 4(1): 42-6.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I.D.N., Bakri B., Fajar I. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Suraya., dkk, 2018. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan, Aktivitas Fisik, Screen
Time dan Durasi Tidur Terhadap Obesitas pada Remaja Pengguna
Smarthphone di Madrasah Aliyah Negeri Binjai Tahun 2018. Jurnal Dunia
Gizi, 3(2): 80-87
Syahidah., Z., A., Wijayanti., H., S. 2017. Perbedaan Aktivitas Fisik, Screen Time
dan Presepsi Ibu Terhadap Kegemukan Antara Balita Gemuk dan Non-
Gemuk di Kota Semarang. Jurnal Of Nutrition College, 6(1):11-18
Torre S., Amelie K., et all. 2015. Sugar-Sweetened Beverages and Obesity Risk in
Children and Adolescents: A Systematic Analysis on How Methodological
Quality May Influence Conclusions. J Acad Nutr Diet, 116(4):638-59
Tripicchio, et al., 2019. Associations between Snacking and Weight Status among
Adolescents 12–19 Years in the United States. Nutrients, 11(7): 1486
Utammi, N, P., Purba, M, B., Huriyanti, E., 2018. Paparan Screen Time
Hubungannya dengan Obesitas Remaja SMP di Kota Yogyakarta. Junral
Dunia Gizi, 1(2): 71-78.
Uttari., D., A., Sidiartha., I., G. 2017. Hubungan Antara Screen Time dengan
Obesitas pada Anak. E- Jurnal Medika, 6(5): 1-4
Wansink, Brian, Mitsuru Shimizu, and Adam Brumberg. 2013. Association of
Nutrient-Dense Snack Combinations with Calories and Vegetable Intake.
Journal of the American Academy of Pediatrics, Vol. 131(1): 22-29.
Wicaksosno, Edo Y., 2015. Hubungan antara Frekuensi “Ngemil”, Durasi
Menonton Tv dan Durasi Bermain Games dengan Kejadian Overweight
pada Remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wulandari, S., Lestari, H., Fachlevy, A, F. 2016. Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMA Negeri 4 Kendari Tahun
2016. Universitas Halu Oleo.
Yolanda, A. 2014. Analisis Determinan Status Gizi Remaja SMPN 3 Kecamatan
Rembang Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2014. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya Palembang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nama :
Umur :
Alamat :
Makassar, 2022
Yang menyatakan,
(............................)
Lampiran 2. Kuesioner Frekuensi Snacking
Petunjuk pengisian:
Ada beberapa pertanyaan mengenai data diri Anda. Isilah pertanyaan sesuai dengan data diri
Anda yang sebenarnya.
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Kelas :
Berat badan :
Tinggi badan :
No Hp :
Petunjuk:
1. Bagian ini menanyakan beberapa pertanyaan tentang makanan yang anda makan
dalam seminggu terakhir.
2. Ingat-ingatlah tentang apa yang anda makan selama seminggu terakhir, ketika anda
berada di sekolah dan ketika anda tidak berada di sekolah
3. Tidak berada di sekolah termasuk saat anda berada di rumah atau di restoran
4. Jawab pertanyaan dengan memberi tanda checklist (✓) pada setiap kolom jawaban
yang tersedia sesuai dengan berapa kali anda makan.
5. Jika anda tidak makan makanan ini atau minum minuman ini selama seminggu
terakhir, beri tanda “tidak pernah”
Q.1 Di
sekolah
Jus jeruk,
jus apel dan Bukan
100% jus di
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?
lainnya sekolah
Q.2 Konsumsi
soft drink
(seperti
minuman Di
bersoda, sekolah
minuman
berenergi,
minuman
dengan
perasa
Bukan
di
sekolah
Q.3 Di
sekolah
Susu rendah
lemak (Low Bukan
fat) di
sekolah
Q.4 Di
sekolah
Bukan
Susu biasa
di
sekolah
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?
Q.5 Jajanan Di
ataucamilan sekolah
asin (seperti
kripik
kentang Bukan
di
sekolah
Q.6 Permen, Di
coklat, jelly sekolah
Bukan
di
sekolah
Q.7 Di
sekolah
Donat, kue,
cookies,
brownies
Bukan
di
sekolah
Q.8 Makanan Di
pencuci sekolah
mulut
(seperti es
krim, Bukan
yogurt) di
Seberapa sering Anda minum dan makan ini dalam
seminggu yang lalu?
sekolah
Q.9 Di
sekolah
Konsumsi
fast food Bukan
di
sekolah
Lampiran 3. Kuesioner Screen Time
Petunjuk :
1. Screen time yang di maksud merupakan total waktu/durasi yang digunakan untuk
kegiatan menatap layar termasuk penggunaan alat elektronik, penggunaan komputer
atau laptop, pemakaian gadget, bermain game ataupun menonton televisi/ video.
2. Ingat-ingatlah tentang lama screen time yang anda lakukan dalam satu hari terakhir
dan diisi dalam satuan menit.
Contoh cara mengisi kuesioner (jika tidak menonton di beri garis datar (-) ) :
Menonton TV 30 15 60
menit menit menit
- - - -
Menonton TV
Menonton video di
laptop/computer
Bermain game di
laptop/computer
Menonton
video/bermain game
di tablet/smartphone
Bermain gadget
(social media seperti
twitter, Instagram,
facebook; tik tok)
Lampiran . 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran. 5 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 6. Analisis Data dengan SPSS
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelas 7 101 52.6 52.6 52.6
Kelas 8 91 47.4 47.4 100.0
Total 192 100.0 100.0
Pendidikan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak tamat SD 1 .5 .5 .5
Tamat SD sederajat 5 2.6 2.6 3.1
Tamat SMP sederajat 6 3.1 3.1 6.3
Tamat SMA sederajat 98 51.0 51.0 57.3
Tamat D1/D2/D3 8 4.2 4.2 61.5
Valid Tamat PT 74 38.5 38.5 100.0
Total 192 100.0 100.0
Pekerjaan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bekerja 3 1.6 1.6 1.6
ASN/TNI/Polri/BUMN/
48 25.0 25.0 26.6
BUMD
wiraswasta/pedagang/
67 34.9 34.9 61.5
penjual
karyawan swasta 46 24.0 24.0 85.4
Buruh 23 12.0 12.0 97.4
tenaga pengajar 2 1.0 1.0 98.4
tenaga kesehatan 3 1.6 1.6 100.0
Total 192 100.0 100.0
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak sekolah 1 .5 .5 .5
tamat SD sederajat 3 1.6 1.6 2.1
tamat SMP sederajat 13 6.8 6.8 8.9
Valid tamat SMA sederajat 87 45.3 45.3 54.2
tamat D1/D2/D3 23 12.0 12.0 66.1
tamat PT 65 33.9 33.9 100.0
Total 192 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Ibu rumah tangga 134 69.8 69.8 69.8
ASN/TNI/Polri/BUMN/BU
27 14.1 14.1 83.9
MD
wiraswasta/pedagang/pen
14 7.3 7.3 91.1
Valid gusaha
Karyawan swasta 10 5.2 5.2 96.4
Count
HASIL2
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack SERING 37 48 85
JARANG 75 32 107
Total 112 80 192
Susu Biasa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 109 56.8 56.8 56.8
Sering 83 43.2 43.2 100.0
Total 192 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 77 40.1 40.1 40.1
Sering 115 59.9 59.9 100.0
Total 192 100.0 100.0
Crosstab
HASIL
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack Baik SERING Count 40 24 64
% of Total 20.8% 12.5% 33.3%
JARANG Count 72 56 128
% of Total 37.5% 29.2% 66.7%
Total Count 112 80 192
% of Total 58.3% 41.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .686a 1 .408
Continuity Correctionb .453 1 .501
Likelihood Ratio .690 1 .406
Fisher's Exact Test .440 .251
Linear-by-Linear Association .682 1 .409
N of Valid Cases 192
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Frekuensi Snack Dengan Jenis Snack Buruk
Crosstab
HASIL
Normal Overweight Total
Konsumsi Snack Buruk SERING Count 68 72 140
% of Total 35.4% 37.5% 72.9%
JARANG Count 44 8 52
% of Total 22.9% 4.2% 27.1%
Total Count 112 80 192
% of Total 58.3% 41.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 20.267a 1 .000
Continuity Correctionb 18.811 1 .000
Likelihood Ratio 22.194 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.161 1 .000
N of Valid Cases 192
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Gambaran Screen Time Dengan Kejadian Berat Badan Lebih
HASIL2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
K1 Normal 112 77.6250 90.27856 8.53052
Overweight 80 89.9375 103.52488 11.57443
K2 Normal 112 39.3125 88.67280 8.37879
Overweight 80 59.5750 88.00903 9.83971
K3 Normal 112 22.6696 47.96402 4.53217
Overweight 80 48.8125 88.06012 9.84542
K4 Normal 112 106.0179 124.19920 11.73572
Overweight 80 167.7000 184.58111 20.63680
K5 Normal 112 8.5714 26.82466 2.53469
Overweight 80 29.6250 58.29201 6.51725
K6 Normal 112 155.1071 144.30675 13.63571
Overweight 80 178.7875 164.08247 18.34498
KSUM Normal 112 409.3036 326.09397 30.81298
Overweight 80 574.4375 372.00020 41.59089
Hubungan Screen Time Terhadap BB Lebih
K1 K2 K3 K4 K5 K6
Mann-Whitney U 4190.000 3729.500 3937.000 3580.500 3070.500 4070.000
Wilcoxon W 10518.000 10057.500 10265.000 9908.500 9398.500 10398.000
Z -.766 -2.093 -1.604 -2.375 -3.713 -1.082
Asymp. Sig. (2-tailed) .444 .036 .109 .018 .000 .279
KTotal
Mann-Whitney U 3628.000
Wilcoxon W 9956.000
Z -2.952
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Grouping Variable: HASIL2
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan
RIWAYAT HIDUP PENELTI