Anda di halaman 1dari 25

FISTULA DAN SEPSIS

 Sepsis : kondisi medis serius di mana


terjadi peradangan di seluruh tubuh yang
disebabkan oleh infeksi
 Sepsis adl penyakit yg mengancam
kehidupan yg dpt terjadi ketika seluruh
tubuh bereaksi terhadap infeksi
 Kehadiran banyak bakteri di dlm darah,
yg membagi secara aktif, dpt
menyebabkan shock, depresi jantung,
kelainan metabolisme
YANG BERESIKO SEPSIS
 Bayi, anak2 yg sangat muda, orang tua
 Orang2 dgn luka bakar yg luas

 Org yg dirawat di RS dg penyakit serius

 Setelah operasi besar atau karena kecelakaan


besar
 Setelah operasi atau aborsi ilegal

 Pelaku alkohol

 Org2 dg sistem kekebalan yg lemah (aids, dm,

kemoterapi)
 Sepsis berbeda dgn septikemia
 Septikemia hanya menyerang darah

 Sepsis darah dan seluruh organ tubuh

 Septikemia dapat memicu sepsis


Faktor Pemicu
 Berbagai infeksi yg tdk ditangani dg benar
dpt berujung sepsis, mis. Infeksi paru-paru/
pneumonia, radang usus buntu, infeksi saluran
kemih, meningitis.
 Gejala : demam, menggigil, detak jantung
serta napas yg cepat, dapat menjadi syok
septik dg gejala :
- tekanan darah yg tiba2 menurun drastis
- kulit yg pucat dan dingin
- mual dan muntah
Diagnosis sepsis
 Pemeriksaan :
Tes darah dan urin, biopsi luka, tes sampel
tinja, tes dahak, rontgen dada, CT scan
Penanganan :
- Antibiotik

- Infus utk mengganti cairan tubuh

- Oksigen jk kadar oksigen dl darah rendah


FISTULA
ENTEROKUTAN
Defenisi :
 Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku
antara dua organ berongga internal atau antara
organ internal dengan tubuh bagian luar
 Petikan yang abnormal kebocoran isi perut atau
usus (usus besar atau kecil) ke organ lain,
biasanya bagian dari usus (entero-enteral) atau
kulit (enterocutaneous)
 Hubungan yg abnormal antara suatu saluran dg
saluran lain, atau antara suatu saluran dg dunia
luar melalui kulit
Menurut penyebab :

 Fistula bawaan seperti fistula


omfalamesenterikus
 Fistula dapatan yg dapat disebabkan oleh
radang spt fistula perianal pada morbus
chron, cedera terutama karena trauma
tajam, keganasan pada usus dan dapat
iatrogenik akibat operasi
 Kebanyakan fistula enterokutan timbul setelah
operasi sbg komplikasi prosedur bedah
dimana dokter bedah menjumpai banyak
perlengketan, penyakit radang usus, atau
trauma radiasi pada usus.
Diagnosis
 Diagnosis dpt dibuat dgn meminta penderita
menelan norit dg jumlah tertentu dan diamati
sampai keluarnya warna hitam norit
 Setelah jelas fistula, maka ditentukan letak
fistula, apakah di usus halus (tinggi) atau distal
(rendah)
 Fistula tinggi maka keadaan penderita lebih
cepat memburuk sebab banyaknya output
cairan dan elektrolit
Gejala :
 Demam
 Rasa sakit dibagian abdomen sesudah operasi

 Isi usus bocor dan keluar melalui sayatan


abdomen
 Kalau drainase kurang sempurna dpt
mengakibatkan sepsis yg berkelanjutan
 Ekskoriasi kulit karena terkena getah usus

 Kehilangan cairan dan elektrolit

 Penuruna BB dgn cepat


Klasifikasi :
 Low out put : <200 ml/24 jam
 Moderate out put : 200-500 ml/24 jam
 High out put : >500 ml/24 jam
Komplikasi :
Sepsis dan hipovolemia yang dapat
mengakibatkan kematian pada tahap
dini. Sedangkan kematian pada tahap
lanjut diakibatkan karena malnutrisi,
dehidrasi, masalah kulit dan keracunan
darah
Pengobatan :
 Cairan dan Elektrolit
Pengeluaran cairan diukur sekali dl sehari
 Pengontrolan drainase fistula utk mengurangi
ekskoriasi kulit
 Pengobatan sepsis
adanya abses harus dicari dan didrainase
 Nutrisi
 Operasi
 Prognosis
80-90% dpt sembuh, penyebab kematian adalah
sepsis
Terapi Nutrisi
 Pasien membutuhkan terapi nutrisi adekuat
 57-79% pasien mengalami penurunan BB sejak

hari ketiga perawatan


 Dukungan nutrisi dalam bentuk nutrisi oral dan

parenteral
 Pemberian dukungan nutrisi yg baik akan
menekan angka mortalitas dari 40% menjadi
20%
Terapi Nutrisi
 Tujuan :
Meningkatkan/mempertahankan st. Gizi px
mempercepat penyembuhan luka
mengganti cairan 7 elektrolit yg hilang
memberikan makanan sesuai kebutuhan
 Syarat :
TETP
Tinggi albumin, Zn, Vit. C dan Vit. A
Bentuk makanan sesuai kondisi px
menghindari makanan yg bergas & merangsang
Pemberian makanan bertahap
kebutuhan cairan sesuai keluaran
Kebutuhan Gizi pada px bedah:
 Basal Metabolic Rate (BMR)
kebutuhan metabolik terendah (basal) . Kondisi ini sering
tdk digunakan di klinik
 Resting Metabolik Expenditure (RME)
pengukuran pd px puasa yg sedang istirahat. 5-10%
lebih tinggi daripada BMR
 Diet Induced Thermogenesis (DIT)
energi yg dipakai dlm asimilasi nutrien, baik diberikan
enteral ataupun parenteral. Dalam ilmu bedah bila
dukungan nutrisi diberikan kontinyu sbg campuran
seimbang, DIT dihitung dgn mengalikan RME dengan 0,1
 Activity Energy Expenditure (AEE)
tergantung jumlah kerja fisik, mulai dari 500 kcal/hr
pada org yg banyak duduk sampai 3000 kcal/hr
pada buruh kasar. Pada px bedah yg bisa bangun
dan berjalan keliling bangsal dihitung dg
mengalikan RME dengan 0,3
 Stress Factor (SF)
penyakit bedah biasanya meninggikan laju
metabolisme dgn faktor 5-10% utk pembedahan yg
tdk berkomplikasi, sampai lebih 100% utk luka
bakar luas
Stress Factor :

Status Pasien RME dikalikan dengan


Trauma tulang 0,3
Pasca operasi elektif 0,1
Sepsis intra abdomen 0,3-0,5
Trauma kepala 0,6
Sepsis serius (pasien 0,4-0,6
ICU dgn trauma)
Luka bakar besar Sampai 1
Pengukuran Kebutuhan Energi Total di Klinik

 Asumsi semua pasien bedah perlu


40 kcal/kg/hari
 Menambahkan faktor-faktor utk DIT, AEE dan SF dgn
persamaan Harris Benedict :
RME (♂) = 66 +(13,7 x BB kg) + (5 x TB cm) – (6,8
x U th)
RME (♀) = 656 +(9,6 x BB kg) + (1,7 x TB cm) – (4,7
x U th)
TEE = RME + SF + DIT + AEE
 Kebutuhan Protein :
Utk Rumatan : berikan 1,0-1,5 gr/kgBB/hr
Utk Replesi : berikan 1,5-2 gr/kgBB/hr
Utk dgn kehilangan berlebihan berikan
2-2,5 gr/kgBB/hr
 Kebutuhan Lemak
1-2 gr/kgBB/hr : ALE 4%/hr
Kasus :
 Ibu JK, berusia 40 tahun dengan TB 160 cm, BB awal
70 kg. Penderita sejak 1 tahun yg lalu mengalami
perdarahan yg lebih banyak setiap menstruasi,
terakhir mengalami perdarahan yg lebih banyak
dan lebih lama. Seminggu yl os mengalami sakit pd
seluruh perut, MRS dg diagnosa awal Tuba Ovarial
Abses.
Sehari MRS os menjalani operasi laparatomy dg
diagnosa prabedah Ca. Corpus uteri grade III. Hasil
PA tdk terdapat keganasan
Dari hasil laporan operasi dilakukan insisi mid line
sepanjang 20 cm dan didapat perlekatan ileum
buli-buli, uterus dan dinding posterior, di dapat
PUS ±200 ml, massa tumor dan perforasi ileum
dgn diameter 2 cm.
Os setelah operasi dipuasakan selama 5 hari dan
diberi infus dextrose 5%. 6 hari setelah operasi,
luka operasi mengalami infeksi, dilakukan test
norit dan positif mengalami fistula enterokutan.
 Hasil laboratorium :
Hb 10,2 gr/dl
Hitung lekosit 19700
LED 42
Hitung trombosit 332000
Creatinin 1,7
Albumin 3,1
Globulin 4,0
GDP 80

Anda mungkin juga menyukai