(HACCP)
“TELUR BALADO”
TANGGAL 23 - 24 OKTOBER 2017
Disusun Oleh :
JURUSAN GIZI
2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
198210072006041007
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) “Telur Balado” di Unit Produksi Makanan
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo tanggal 25-26 Oktober
2017.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum....................................................................................................2
2. Tujuan Khusus....................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................................2
1. Bagi Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.....................2
2. Bagi Mahasiswa.................................................................................................2
3. Bagi Konsumen (Pasien) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo............................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
A. Pengertian HACCP................................................................................................4
B. Tujuan HACCP......................................................................................................5
E. Bahan Baku Daging Balado.................................................................................12
BAB III............................................................................................................................29
METODOLOGI...............................................................................................................29
A. Ruang Lingkup.....................................................................................................29
B. Jenis Data.............................................................................................................29
C. Cara Pengumpulan Data...................................................................................29
A. Hasil Pengamatan.................................................................................................30
B. Pembahasan..........................................................................................................54
BAB V.............................................................................................................................56
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................56
A. Kesimpulan..........................................................................................................56
B. Saran....................................................................................................................56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit Produksi Makanan RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo merupakan salah
satu penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat inap.
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini dilaksanakan untuk menyediakan
makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima
oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (PGRS,2013).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa,
tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan tersehut. Salah satu cara pengawasan mutu
makanan yaitu dengan menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP), sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya untuk
dikonsumsi.
HACCP adalah suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai tingkat
bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam
pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan dan pengendalian proses dari
pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara pengawasan
tradisional (Suklan, 1998 dalam Sudarmadji,2005). Tujuan dari penerapan HACCP
dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga
dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna
memenuhi tututan konsumen. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua kegiatan
yang dimulai dari penanganan dan pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan,
penyimpanan dan penyajian makanan matang.
Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh bagian Unit Produksi
Makanan RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo sebagai menu biasa bagi pasien
adalah Telur Balado (diberikanpada siklus menu ke 3 untuk menu makan siang
kelas I, II dan III). Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP
mengingat bahan bakunya berupa telur ayam yang rentan terhadap bahaya biologi,
fisik, dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat
timbul pada saat penerimaan
1
atau persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan tidak sesuai
standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang lain dan kebersihan alat pada
waktu digunakan. Oleh karena itu, untuk menerapkan HACCP kami mencoba
melakukan pengamatan mengenai "Pengawasan Mutu Makanan (HACCP) pada
Lauk Telur Balado”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pengawasan mutu makanan (lauk telur
balado) sesuai tahapan proses penyelenggaraan makanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu membuat diagram alir proses produksi telur balado
b. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu bahan baku telur balado
c. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap persiapan bahan
telur balado
d. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap
penyimpanan telur balado
e. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap pengolahan telur
balado
f. Mahasiswa mampu melakukan pengawasan mutu tahap
pendistribusian telur balado
C. Manfaat
1. Bagi Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang disajikan dan dapat
mengatasi atau mengurangi penyimpangan-penyimpangan kualitas dan
keamanan makanan yang ada.
2. Bagi Mahasiswa
Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh dan menambah pengalaman dalam melakukan pengawasan mutu
produksi makanan.
3. Bagi Konsumen (Pasien) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Mendapat makanan yang aman untuk dikonsumsi sehingga terhindar dari
keracunan dan melindungi hak konsumen untuk mendapat produk yang
berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HACCP
HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan system
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian
besar pengujian produk akhir. HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan
dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani
dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia.
HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan
untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive)
yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman
bagi konsumen. Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik
pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada
mengandalkan kepada pengujian produk akhir.
Menurut Codex Alimentarius Commission 1997, HACCP adalah suatu sistem
yangnmengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya- bahaya yang
signifikan dalam keamanan pangan. HACCP menjadi begitu penting sebagai suatu
komponen dari cara-cara berproduksi pangan secara komersil, misalnya di bidang
pertanian dan produksi.
Keberhasilan dalam penerapan HACCP membutuhkan tanggung jawab penuh
dan keterlibatan manajemen serta tenaga kerja. Keberhasilan penerapan HACCP
juga membutuhkan pendekatan tim, tim ini harus terdiri dari tenaga ahli yang tepat.
B. Tujuan HACCP
Tujuan utama sistem HACCP sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan
baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi massal dan didistribusikan untuk
mengetahui potensi bahaya-bahaya yang ada yang berhubungan dengan jenis bahan
pangan yang akan diolah demi terciptanya makanan yang sehat untuk konsumen.
Menurut Winarno (2004), tujuan beberapa. industri menggunakan sistem HACCP
diantaranya:
a. Hazard Biologis
Hazard seperti ini muncul dalam bentuk mikroorganisme patogen yang
dapat memberikan pengaruh langsung, akibat tumbuh dalam atau
mengkontaminasi makanan yang kemudian tertelan, maupun tidak langsung
akibat memproduksi racun (keracunan makanan/food poisoning), menyebabkan
penyakit infeksi atau infestasi. Misalnya : E. coli pathogenik, Listeria
monocytogenes, Bacillus sp., Clostridium sp., Virus hepatitis A, dan lain – lain.
Mikroorganisme memiliki kebutuhan dasar yang berhubungan dengan:
- Suhu optimum pertumbuhan
- Kelembaban
- Asiditas optimum
- Sumber makanan
Karena jika tumbuh dalam kondisi yang tepat mikroorganisme akan
menimbulkan masalah. Tindakan pengendalian dan pencegahan harus
difokuskan disekitar pemusnahan kebutuhan dasar ini.
Tim HACCP akan membandingkan informasi yang dikumpulkan selama
tahap deskripsi produk dengan kondisi pertumbuhan yang dilakukan oleh
mikroorganisme patogen. Kemampuan untuk menafsirkan data mikrobiologi
semacam ini memang penting untuk produk yang sensitif terhadap kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba.
b. Hazard Kimiawi
Kontaminasi zat kimia pada bahan makanan dapat terjadi melalui
ingredient, saat produksi atau selama distribusi/penyimpanan, dan dampaknya
pada konsumen bisa berupa dampak jangka panjang (misalnya karsinogenik),
jangka pendek (misalnya reaksi alergi) atau dampak teratogenik (misalnya BSE
pada hewan).
Beberapa contoh kontaminasi zat kimia antara lain :
- Pada bahan mentah : Pestisida/herbisida, racun (alami atau dihasilkan oleh
mikroba), alergen, antibiotic, residu hormon, dan logam berat
- Selama proses : Agen pembersih, pelumas, zat pendingin, zat kimia
pengendali hama, toksin, alergen
- Dari kemasan : Bahan plastik dan zat aditif, tinta, zat perekat, peluruhan
logam dari kaleng
Berdasarkan bentuk senyawanya bahaya kimia dalam system HACCP
telah membedakan bahaya kimia tersebut, yaitu anorganik dan organik.
- Bahaya kimia inorganic : metal, dan senyawa-senyawa seperti
merkuri, copper, iron oxide, lead sulphate, zinc
phosphate; asam inorganik seperti asam sulfur,
asam hidroklorik, asam nitric; alkalis
inorganik seperti sodium hydroxide, potassium
hydroxide; non metal seperti carbon,
sulphur,nitrogen, chlorine, bromine, hydrogen;
dan gas-gas inorganic seperti CO,CO2,
Ammonia, H2S.
- Bahaya Kimia organic : Pada umumnya kimia organik adalah
senyawa- senyawa yang terdiri dari satu atau
lebih atom karbon. Kimia organik yang hanya
terdiri dari atom carbon dan hydrogen disebut
hidrokarbon.
Senyawa organik dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsinya yang berikatan dengan
rantai karbon.
Tim HACCP perlu mengkaji ulang setiap zat kimia toksik yang ada pada
bangunan juga mempertimbangkan semua kontaminasi potensial dalam bahan
mentah atau kemasan.
c. Hazard Fisik
Hazard fisik merupakan zat atau benda asing yang dapat mengkontaminasi
bahan makanan kapan saja selama berlangsungnya
produksi. Kajian HACCP dapat mengidentifikasi semua zat asing potensial dan
kajian tersebut dapat diperluas untuk mencakup permasalahan mutu dan
legalitas, tetapi pengendalian di bidang itu harus dipisahkan dengan tegas dari
tindakan yang memang sangat menentukan di dalam keamanan makanan.
Zat asing dapat dipandang sebagai hazard pada keamanan makanan jika
zat tersebut masuk dalam kategori sebagai berikut.
- Sesuatu yang tajam dan menyebabkan nyeri dan cedera (misalnya
serpihan kayu, pecahan gelas)
- Sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang parah (misalnya
logam, batu)
- Sesuatu yang dapat menyebabkan tersedak (misalnya tulang atau plastik)
Alasan lain untuk mengatasi kontaminasi zat asing adalah bahwa zat
dapat bertindak sebagai sarana untuk kontaminasi silang mikrobiologi.
Contohnya adalah keberadaan lalat dalam kue krim yang baru matang. Disini
hazard muncul akibat perpindahan mikroorganisme patogen dari lalat ke dalam
kue, bukan lalat itu sendiri yang menjadi hazard.
Berikut ini sumber informasi yang dapat sangat berguna saat melakukan
analisis hazard dalam ketiga kelompok diatas.
- Informasi yang diterbitkan dalam buku, jurnal ilmiah, dan internet
- Konsultan/ spesialis
- Lembaga penelitian
- Pemasok/pelanggan
Semua informasi harus dikaji dan dievaluasi secara menyeluruh
sebelum membuat kesimpulan.
1. Telur Ayam
Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi, mudah diolah, dan harga
relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Dalam
satu butir telur dengan ukuran yang besar dapat
mengandung kolesterol sampai 186 mg, yang semuanya terdapat dalam kuning
telur serta terdapati 1/3 asam lemak jenuh dan 2/3 asam lemak tak jenuh didalam
telur . selain itu, telur adalah sumber protein penting karena mengandung 8 asam
amino esensial dan mempunyai daya cerna yang tinggi.
Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Telur Ayam Segar
Telur yang dicuci dengan air bersih sebelum disimpan dalam lemari
pendingin/kulkas, akan tetap baik sampai sekitar 14 hari.
Simpanlah telur pada tempat yang bersih, ventilasi cukup dengan
suhu di bawah 15oC dan kelembaban 75% - 90%
Telur sebaiknya disimpan pada baki telur (egg tray) yang bersih dan
telur yang baik disimpan terpisah dengan telur yang rusak.
Pemasakan telur harus dilakukan dengan benar agar terhindar dari
kontaminasi selama pengolahan, pemasakan telur yang baik
diantaranya dapat dilakukan dengan cara :
pemasakan telur sebaiknya dilakukan secara sempurna pada suhu
minimum 85oC selama minimum satu menit.
Hindari mengonsumsi telur dalam keadaan mentah.
Apabila direbus (setengah matang) harus pada suhu minimal 70o C.
a. Persyaratan Mutu Telur Ayam (SNI 3926 : 2008)
1) Mutu fisik
Tingkatan mutu telur ayam secara fisik dapat dilihat pada tabel di
berikut ini
1. Bawang merah
Bawang merah merupakan tanaman famili Liliaceae yang terdiri dari
lebih dari 500 spesies. Komponen sulfur yang paling banyak terkandung dalam
tanaman bawang adalah dari kelompok allyl, sehingga bawang dinamakan
Allium. Diduga tanaman ini berasal dari Asia Tengah, Barat dan Mediterania
yang kemudian diusahakan secara luas di daerah- daerah Asia yang beriklim
tropis.
Bawang merah mempunyai daun agak bulat, lurus memanjang, berlubang
pada bagian tengahnya seperti pipa dan memiliki umbi yang tersusun atas
lapisan-lapisan pelepah daun yang bervariasi bentuk, ukuran dan warnanya untuk
masing-masing varietasnya.
Kandungan bahan kering dalam bawang merah dan bawang bombay
sekitar 10 –15 persen. Kandungan kadar gula (berat kering) adalah 41.5 – 74
persen, gula pereduksi 12 – 23 persen dan phenol 1.8 –
3.0 persen. Semakin merah warna bawang semakin tinggi kadar phenol.
Tabel 2.4 Kandungan zat gizi dalam 100 gram bawang merah
No. Kandungan satuan Berat
1 Air G 81
2 Kalori kkal 67
3 Protein G 1,9
4 Lemak G 0,3
5 Karbohidrat G 15
6 Serat G 0,7
7 Kalsium mg 36
8 Fosfor mg 45
9 Besi mg 0,8
10 Beta carotene ug Kelumit
11 Tiamin mg 0,04
Tabel 2.6 Kandungan zat gizi dalam 100 gram bawang putih
Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II
Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam
Tingkat ketuaan Tua Tua
Kekompakan siung Kompak Kurang kompak
Kebernasan siung Bernas Kurang bernas
Kekeringan Kering simpan Kering simpan
Sempurna menutup Kurang sempurna
Kulit luar pembungkus umbi
umbi menutup umbi
Diameter (cm) Min. 3,0 Min. 2,5
Kerusakan (% bobot/-bobot) Maks. 5 Maks. 8
Busuk (% bobot/-bobot) Maks. 1 Maks. 2
Kotoran (% bobot/-bobot) Tidak ada Tidak ada
3. Cabai Merah
Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tanaman yang termasuk ke dalam
keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang
dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide).
Tanaman cabai pada mulanya diketahui berasal dari Meksiko, dan
menyebar di negara-negara sekitarnya di Amerika Selatan dan Amerika Tengah
pada sekitar abad ke-8. Dari Benua Amerika kemudian menyebar ke benua Eropa
diperkirakan pada sekitar abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah menyebar ke
berbagai negara tropik terutama di benua Asia, dan Afrika (Tim Bina Karya Tani,
2009).
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin
diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin A, B, dan
Vitamin C
Tabel 2.8 Kandungan zat gizi dalam 100 gram cabai merah
4. Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah tumbuhan dari
keluarga Solanaceae, yang pada mulanya banyak tumbuh di Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Dilihat dari masa
pertumbuhannya, tomat merupakan tumbuhan dengan siklus hidup singkat, yakni
tidak hanya dapat hidup tidak lebih dari 1 tahun (Duriat, 1997).
Varietas tomat yang ada di Indonesia adalah varietas Intan, Ratna,
Berlian, Mutiara, Mirah, Opal, Zamrud, Moneymaker, Precious F1 hybrid (TW-
375), varietas Farmers 209 F1 hybrid (TW-369), Sugar Pearl F1 hybrid (TW-373)
dan masih banyak varietas lainnya. Penamaan tersebut merupakan penamaan
yang resmi dikeluarkan pemerintah, sedangkan nama-nama lain yang sering
dipakai dalam perdagangan diantaranya adalah tomat biasa, tomat apel, tomat
kentang, dan tomat keriting (Setiawan, 1994).
Definisi tomat segar menurut SNI 01-3162-1992 adalah buah dari
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dalam keadaan utuh, segar
dan bersih. Kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila terdapat
keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat pipih,
lonjong dan beralur) dan warna kulit buah. Buah tomat dinyatakan tua apabila
buah tomat telah mencapai tingkat perkembangan fisiologi yang menjamin proses
pematangan yang sempurna, dan isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi
bahan yang mempunyai konsistensi/kekentalan serupa jeli dan biji-biji telah
mencapai tingkat perkembangan yang sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu
matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh
dengan tekstur daging yang lunak dan dianggap telah lewat waktu
pemasarannya.
5. Gula pasir
Gula pasir adalah jenis gula yang berbentuk butiran kecil seperti pasir.
Warnanya putih kecoklatan. Gula jenis ini paling banyak digunakan untuk
konsumsi sehari-hari. Karena bentuknya yang berupa butiran kecil, gula pasir
mudah larut dalam makanan dan minuman sehingga mudah digunakan.
6. Garam
Garam beryodium adalah garam konsumsi yang ditambah dengan
senyawa yodium. Jumlah yodium yang dihitung sebagai kalium iodat (KIO3)
tidak kurang dari 30 mg/kg. Sumber yodium lain yang dapat ditambahkan selain
kalium iodat ((KIO3) adalah kalium iodida (KI), natrium iodida atau natrium
iodat (NaO3). Karakteristik dasarnya adalah kadar natrium klorida (NaCl) tidak
kurang dari 94,7% dan kadar air tidak lebih dari 7%.
a. Persyaratan Mutu Garam Beryodium (SNI 3556 : 2010)
Persyaratan mutu garam beryodium yang aman dikonsumsi akan
dijelaskan pada tabel di bawah berikut ini.
Tabel 2.13 Syarat Mutu Garam Konsumsi Beryodium
7. Penyedap makanan
Suatu makanan mempunyai rasa asin,manis,asam atau pahit dengan
aroma yang khas,sehingga dapat dikatakan bahwa rasa sedap (flavor) merupakan
gabungan dari perasaan yang terdapat dalam mulut termasuk mouth feel. Mouth
feel saat makan adalah perasaan kasar-licin, lunak-liat, ataupun cair-kental.
Bahan penyedap secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Bahan penyedap alami, seperti bumbu/herba, minyak essensial dan
turunannya, oleoresin, penyedap sari buah, isolat penyedap, dan ekstrak
tanaman atau hewan.
2. Bahan penyedap sintesis atau penyedap artificial. Penyedap jenis ini
merupakan komponen atau zat-zat yang dibuat menyerupai flavor penyedap
alami. Penyedap ini dapat dibuat dari bahan penyedap (flavor) yang berasal
dari gabungan penyedap alami atau komponen penyedap itu sendiri.
Penyedap makanan buatan atau yang dalam MSG (Monosodium
Glutamate) adalah bahan yang digunakan untuk menyedapkan makanan supaya
terasa gurih dan lebih terasa di lidah.MSG juga kita kenal dengan sebutan
Vetsin atau Micin yang rumus kimianya HCOCPCH (NH2) 2 COO-NA hasil
campuran asam glutamat dan natrium Hidruksid.
Berdasarkan Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
(JECFA) tahun 1987, MSG dimasukkan ke dalam kategori
Acceptable Daily Intake (ADI) not specified, artinya MSG dapat digunakan
secukupnya yang diatur sesuai dengan cara produksi pangan yang baik. Jumlah
bahan tambahan makanan ini dikonversikan per kg berat badan yang juga
dikonsumsi setiap hari seumur hidup tidak akan memberikan risiko bagi
kesehatan. Meskipun demikian, MSG tidak diperkenankan untuk dikonsumsikan
kepada bayi berumur kurang dari 12 minggu (3 bulan).
9. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang
meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990.) Syarat – Syarat air bersih menurut Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990 :
1. Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah
25oC ± 3oC.
2. Syarat-syarat Kimia. Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia
dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain
adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif,
kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn),
chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis. Air bersih tidak boleh
mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan.
Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli
atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis. Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air
bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
BAB III
METODOLOGI
A. Ruang Lingkup
Analisis bahaya dan pengawasan titik kritis (HACCP) telur balado ini
dilakukan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 13 – 14 Oktober 2017. Pelaksanaan
pengamatan dilakukan di Unit Produksi Makanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
yang meliputi :
1) Ruang Penerimaan Bahan Makanan
2) Ruang Penyimpanan Gudang Kering
3) Ruang Penyimpanan dan Persiapan Bumbu
4) Ruang Penyimpanan Lauk Hewani
5) Ruang Pengolahan Makanan Kelas I,II,III (Dapur Umum)
6) Ruang Distribusi Makanan
B. Jenis Data
Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
dari tahap awal penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan bahan,
pengolahan telur balado hingga tahap akhir distribusi. Data sekunder diperoleh
melalui wawancara langsung kepada petugas pelaksana mulai dari tahap awal hingga
akhir proses distribusi.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dalam melakukan pengawasan mutu makanan menggunakan HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Point) hal pertama yang harus dilakukan yaitu
membuat lembar kerja (worksheet) yang berhubungan dengan deskripsi produk,
karakteristik bahan baku, analisis bahaya (hazard) bahan baku, analisis bahaya
proses dan rencana kegiatan terhadap proses produksi makanan. Lembar kerja yang
telah dibuat akan digunakan sebagai alat pengawasan mutu dalam produksi
makanan.
Pengawasan mutu yang telah kami lakukan di Unit Produksi Makanan
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yaitu pengawasan terhadap produk telur balado
dilakukan dengan cara mengamati setiap proses, dimulai dari persiapan hingga
pemasakan salah satunya yaitu melihat pengupasan telur yang termasuk CCP dan
mencatat hasil pengamatan dan temuan dalam proses produksi telur balado.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam penerapan HACCP Telur Balado.
1. Pembentukan Tim
Tim kami yang telah ditentukan terdiri dari tiga orang sebagai pelaksana
pengawasan mutu produk telur balado di Dapur Umum RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Penentuan tim dilakukan oleh pihak manajemen Unit
Produksi Makanan (UPM) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, yang terdiri
dari
Ketua Tim : Enziana Maharani
Anggota : Innelina Purnamasari dan Irhamna Fauziah
2. Deskripsi Produk
Dalam langkah deskripsi produk kegiatan yang kami lakukan yaitu
mendeskripsikan produk, proses, informasi gizi dan komposisi,
karakteristik keamanan pangan, umur simpan, kondisi penyimpanan,
metode distribusi, rencana penggunaan, dan target pengguna. Tabel 4.1
merupakan deskripsi produk telur balado yang telah kami buat.
3. Identifikasi Tujuan Penggunaan Produk
Produk telur balado ditunjukan untuk pasien rawat inap yang diberikan diet
makanan biasa untuk pasien dewasa kelas I,II, dan III.
4. Penyusunan Diagram Alir
Diagram alir yang dibuat dimulai dari penerimaan bahan baku sampai
penyajian ke pasien. Gambar 4.1 merupakan diagram alir proses pembuatan
telur balado.
5. Verifikasi Diagram Alir
Diagram alir telah diverifikasi dengan mengamati dan menanyakan kepada
panitia penerimaan, pramugudang, juru masak, pramusaji mengenai proses
pembuatan telur balado. Gambar 4.2 merupakan verifikasi diagram alir
proses pembuatan telur balado.
6. Analisis Bahaya
Analisis bahaya yang telah dibuat yaitu analisis bahaya bahan baku dan
analisis proses. Tabel 4.2 akan menjelaskan tentang analisis bahaya bahan
baku dan tabel 4.3 akan menjelaskan tentang analisis bahaya proses.
Dalam analisis bahaya bahan baku dan analisis bahaya proses juga telah
ditetapkan critical control point.
7. Penetapan Critical Control Point (CCP)
Menentukan CCP bahan baku yang terdiri dari dua pertanyaan dan CCP
proses menggunakan pohon keputusan yang terdiri dari empat pertanyaan.
Setiap proses yang merupakan CCP diberikan kode CCP.
8. Penetapan Critical Limit (CL)
Critical limit ditentukan berdasarkan batas keamanan pangan (acceptable
level in end product) sesuai standar atau batas yang diharapkan. Critical
limit harus dibuat untuk setiap bahan dan setiap proses.
9. Prosedur Pemantauan CCP
Dalam langkah ini kegiatan yang kami lakukan yaitu membuat rencana
pemantauan CCP yang terdiri dari aspek hal yang dipantau, waktu, tempat,
cara, dan petugas pemantauan.
10. Penetapan Tindakan Koreksi
Dalam langkah ini kami membuat rencana tindakan koreksi yang terdiri
dari kegiatan koreksi langsung dan tindakan koreksi. Tabel
4.5 merupakan tabel rencana CCP (CCP Plan) tertulis yang
mencakup proses yang termasuk CCP, CL, pemantauan, tindakan koreksi,
tanggung jawab dan wewenang, dokumen, verifikasi, dan validasi.
11. Verifikasi Program HACCP
Dalam langkah ini kegiatan yang kami lakukan yaitu mengikuti proses
yang merupakan CCP pada produksi telur balado dan menerapkan rencana
CCP (CCP Plan) yang telah dibuat.
12. Perekaman Data dan Dokumentasi
Dokumentasi kegiatan verifikasi program HACCP telah tercatat pada
formulir pemantauan suhu yang ada di setiap unit produksi makanan dan
laporan harian mengenai kejadian pada produksi telur balado.
Tabel 4.1 Deskripsi Produk Telur Balado
Produk yang berbahan dasar telur dengan bumbu yang terdiri dari cabe merah,
tomat, bawang merah iris, bawang putih iris, gula, penyedap rasa dan garam.
Deskripsi Produk Diolah dengan cara digoreng dan ditumis menggunakan minyak goreng kelapa
sawit
komposisi : telur, bawang merah, bawang putih, cabe merah, tomat, gula,
garam,penyedap makanan, air, dan minyak. Nilai gizi 1 butir telur balado :
Pasien rawat inap kelas reguler ( I, II, dan III) dengan usia lebih dari 18 tahun
Target Pengguna (dewasa) dan diberikan untuk diet makanan biasa
Tabel 4.2 Karakteristik Bahan Baku
Informasi pada Metode
Karakteristik label (berkaitan distribusi
Nama Deskripsi Informasi Keamanan Supplier
dengan food
Metode Umur Kondisi
No bahan bahan gizi & Pangan Kemasan safety, instruksi
produksi simpan penyimpanan
baku baku Komposisi (biologi, penanganan,
(nama &
kimia, fisik) preparasi,
kegunaan) lokasi)
1 telur segar, kulit satu butir Biologi : peternak dalam pada suhu mengggunakan tidak ada Mobil box
bersih, telur Escherichia an suhu chiller (4 - krat plastik tertutup PT. Anugrah
warna mengandu ng coli, 1 x 10¹ chiller 10°C) dengan (datang dgn Aji Lokasi :
kulit 75 kkal koloni/g 14 hari. kelembapan 60 pack plastik isi Pamulang
coklat, energi 7 g Salmonella sp - 70% 30 butir) Tanggerang
berat protein, negatif Selatan
minmal @ Fisik : noda
60 g/btr, dan kotoran
15 - 16 ayam Kimia
btr/kg :
pengirima alergen (SNI
n 3926:2008)
mengggun
akan krat
plastik
(datang
dgn pack
plastik isi
30 butir)
2 bawang segar, kalsium Biologi : pertanian dalam suhu chiller (4 kemasan tidak ada Mobil box
merah bersih, dan fosfor Kapang maks. 2 suhu - 10°C) plastik tertutup CV. Charly
tua, tidak x 104 chiller 5 transparan Kirana
busuk, koloni/g - 8 hari Persada
dalam Fisik : Lokasi :
kemasan N/I Kimia Cakung
plastik : Jakarta Timur
- Tidak ada
34
pestisida
(SNI 3159 :
2013)
Informasi pada Metode
Karakteristik label (berkaitan distribusi
Nama Deskripsi Informasi Keamanan dengan food Supplier
Metode Umur Kondisi
No bahan bahan gizi & Pangan Kemasan safety, instruksi
produksi simpan penyimpanan
baku baku Komposisi (biologi, penanganan,
kimia, fisik) preparasi, (nama &
kegunaan) lokasi)
3 bawang kering,ber antioksidan Biologi : pertanian dalam suhu chiller (4 kemasan tidak ada Mobil box
putih sih, tua, - Kapang suhu - 10°C) plastik tertutup CV. Charly
tidak (Aspergillus chiller 5 transparan Kirana Persada
busuk, niger)maks. 2 - 8 hari Lokasi :
dalam x 104 koloni/g Cakung
kemasan Fisik : N/I Jakarta Timur
plastik Kimia :
- Tidak
mengandung
pestisida (SNI
3160 :
2013)
4 tomat segar, vitamin A Biologi : pertanian dalam suhu chiller (4 kemasan tidak ada Mobil box
bersih, busuk 1% dari suhu - 10°C) plastik tertutup CV. Charly
tidak bobot chiller 5 transparan Kirana Persada
berulat, Fisik : N/I - 8 hari Lokasi :
masak Kimia : N/I Cakung
merata, (SNI 01-3162- Jakarta Timur
jumlah 10 1992)
per kg
5 cabe segar, vitamin C Biologi : pertanian dalam suhu chiller (4 kemasan tidak ada Mobil box
merah bersih, - Coliform suhu - 10°C) plastik tertutup CV. Charly
besar tidak maks. 100/g chiller 5 transparan Kirana
berulat, Fisik : N/I - 8 hari Persada
merah Kimia : Lokasi :
merata,tid - Tidak Cakung
ak busuk, mengandung Jakarta Timur
berat 12 - pestisida (SNI
15 4480 : 1998)
buah/ons,
tanpa
batang
Informasi pada Metode
Karakteristik label (berkaitan distribusi
Nama Deskripsi Informasi Keamanan dengan food Supplier
Metode Umur Kondisi
No bahan bahan gizi & Pangan Kemasan safety, instruksi
produksi simpan penyimpanan
baku baku Komposisi (biologi, penanganan,
kimia, fisik) preparasi, (nama &
kegunaan) lokasi)
6 gula kering, dalam 13 g Biologi : pabrik suhu suhu ruang kemasan Nama produk, Mobil box
pasir bersih, gula terdapat kapang dan ruang (penyimpanan plastik merk dagang, no. tertutup CV.Rizky
murni, 12 g khamir maks (penyim kering) BPOM,berat Abadi Lokasi
lokal, 1 kg Karbohidrat 1 x 102 panan 20-25°C perkemasan, : Harapan
per koloni/g kering) dengan tanggal produksi, Jaya Bekasi
bungkus, Fisik : 20-25°C kemasan tanggal kadaluarsa,
kemasan N/I Kimia tertutup sertifikat Halal
tidak rusak :
dan gula - Timbal (Pb)
tidak maks 2 mg/kg
hancur, - Tembaga
merek (Cu) maks 2
"Gulaku" mg/kg -
Arsen (As)
maks 1 mg/kg
(SNI
3140.3:2010)
7 garam kering, yodium Biologi : pabrik suhu suhu ruang kemasan Nama produk, Mobil box
bersih, N/I Fisik : ruang (penyimpanan plastik merk dagang, tertutup CV.Rizky
berat @0,5 N/I Kimia : (penyim kering) no.BPOM,berat Abadi Lokasi
kg - Timbal : panan 20-25°C per kemasan, : Harapan
perbungku maks.10 kering) dengan kandungan Jaya Bekasi
s, mg/kg 20-25°C kemasan iodium, tanggal
beryodium - Tembaga : tertutup kadaluarsa
ex PN, ada maks. 10
kadaluars mg/kg
a - Raksa :
maks. 0,1
mg/kg
- Arsen :
maks.0,1
mg/kg
(SNI 3556 :
2010)
Informasi pada
Karakteristik label (berkaitan Supplier
Nama Deskripsi Informasi Keamanan dengan food
Metode Umur Kondisi
No bahan bahan gizi & Pangan Kemasan safety, instruksi Metode
produksi simpan penyimpanan
baku baku Komposisi (biologi, penanganan, distribusi (nama &
kimia, fisik) preparasi, lokasi)
kegunaan)
8 penyedap isi 50 gram Biologi pabrik suhu suhu ruang kemasan Nama produk, Mobil box
rasa per :Kapang dan ruang dengan plastik merk dagang, no. tertutup CV.Rizky
bungkus, khamir maks 2 (penyim kemasan BPOM,berat Abadi Lokasi
kualitas x 102 koloni/g panan tertutup perkemasan, : Harapan
baik, Fisik : N/I kering) tanggal produksi, Jaya Bekasi
produk PT Kimia : N/I 20-25°C tanggal kadaluarsa,
Ajinomoto (SNI 01-0222- sertifikat Halal
1995)
9 minyak minyak dalam 10 g Biologi : pabrik suhu suhu ruang kemasan botol Nama produk, Mobil box
kelapa minyak N/I Fisik : ruang (penyimpanan plastik merk dagang, no. tertutup CV.Rizky
sawit, terdapat 5 g N/I Kimia : (penyim kering) BPOM,berat Abadi Lokasi
tidak lemak - Besi : maks panan 20-25°C perkemasan, : Harapan
tengik, 1,5 mg/kg kering) dengan tanggal produksi, Jaya Bekasi
dalam - Tembaga : 20-25°C kemasan tanggal kadaluarsa,
kemasan maks. 0,1 tertutup sertifikat Halal
botol, isi mg/kg
@2 - Raksa :
liter/btl maks. 0,1
atau @ 1 mg/kg
liter/botol, - Timbal :
asli maks. 40
mg/kg
- Timah :
maks.0,005
mg/kg
- Seng : maks.
40 mg/kg
- Arsen :
maks. 0,1
%b/b
(SNI 3741 :
2013)
Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Telur Balado
Bahan Baku
Telur Ayam Bawang Merah Kupas Gula Pasir Tomat Merah Minyak Goreng
2. Penyimpanan
2.1 Suhu Ruang 2.2 Chiller T = 4 – 10oC
T = 20 - 25oC ,Kelembapan = 60-80
3. Persiapan
3.1 Pencucian 3.2 Penimbangan Bumbu 3.3 Pemotongan Bumbu
4. Pengolahan
4.1 Perebusan Telur 4.2 Pengupasan Telur 4.3 Penggorengan Telur
6. Distribusi
6.1 Sentralisasi 6.2 Desentralisasi
Penyajian ke pasien
39
l 4.3 Analisis Bahaya Bahan Baku
1 telur noda dan banyak noda dan penyortiran bahan sesuai dengan Not
fisik bahan baku Ya Ya
kotoran sedikit kotor spesifikasi CCP
bertanya kepada pasien, memisahkan
saat penyimpanan gudang kering,
Not
kimia alergen bahan baku apabila dalam satu lemari letakkan Ya Ya
CCP
bahan alergen di
posisi bawah
Kapang Not
biologi bahan baku maks 2x 104 koloni/g tempat dan suhu penyimpanan Ya Ya
CCP
bawang
2
merah kontaminasi penyortiran bahan sesuai dengan Not
Fisik Kotoran tidak ada kotoran Ya Ya
lingkungan spesifikasi CCP
kimia N/I
Kapang
Not
biologi (Aspergillus bahan baku maks. 2 x 104 koloni/g tempat dan suhu penyimpanan Ya Ya
CCP
niger)
bawang
3 kontaminasi penyortiran bahan sesuai dengan Not
putih Fisik kotor tidak ada kotoran Ya Ya
lingkungan spesifikasi CCP
kimia N/I
40
Hazard Identification Decision Tree
Acceptable Level
Bahan Source (bahan CCP/
No. in end product (batas Control Measures
Baku baku/kontaminas Not
Category Hazard yg dapat diterima) Q1 Q2
i suplier) CCP
penyortiran sesuai dengan Not
biologi Busuk Bahan baku maks 1% dari bobot Ya Ya
spesifikasi CCP
4 tomat
Fisik N/I
kimia N/I
Coliform Not
biologi bahan baku maks. 100/g tempat dan suhu penyimpanan Ya Ya
CCP
cabe
5
Merah bahan baku, Not
penyortiran bahan sesuai dengan
Fisik kotor kontaminasi 5% dari bobot Ya Ya CCP
spesifikasi
lingkungan
kimia N/I
kapang dan Not
biologi bahan baku maks 1 x 102 koloni/g tempat dan suhu penyimpanan Ya Ya
khamir CCP
6 gula pasir
fisik N/I
Timbal (Pb) 2 mg/kg
Not
kimia Tembaga (Cu) Bahan baku 2 mg/kg Disertai Sertifikat CoA Ya Ya
CCP
Arsen (As) 1 mg/kg
biologi N/I
biologi N/I
fisik N/I
minyak Besi : maks 1,5 mg/kg
Tembaga : maks. 0,1
9 kelapa
mg/kg
sawit besi, tembaga,
Raksa : maks. 0,1 mg/kg pada saat pengolahan di pabrik Not
Kimia raksa, timbal, bahan baku ya tidak
Timbal : maks. 40 mg/kg bahan kimia diminimalisir CCP
timah, arsen
Timah : maks.0,005 mg/kg
Seng : maks. 40 mg/kg
Arsen : maks. 0,1 %b/b
Tabel 4.4 Analisis Bahaya Proses
Acceptable
Hazard Identification Decision Tree
Level
No. Process Step
in end Control Measures CCP/ Not
Category Hazard Source Q1 Q2 Q3 Q4
product CCP
1 Penerimaan bahan baku
bahan baku Not CCP
diterima dalam penerimaan sesuai
fisik Kotoran bahan baku Y N N
keadaan bersih spesifikasi
penyimpana CCP
n dalam suhu
penyimpanan suhu suhu 4-10˚C disimpan
dan
2.2 chiller biologi Mikroba suhu 4-10˚C pada suhu dan tempat Y Y
kelembapan
yang sesuai
yang kurang
baik
Not CCP
kimia N/I N/I N/I N/I
3 Persiapan
fisik N/I N/I N/I N/I Not CCP
Not CCP
kimia N/I N/I N/I N/I
Not CCP
Fisik N/I N/I N/I N/I
Not CCP
biologi N/I N/I N/I N/I
pemotongan bumbu adanya Not CCP
3.3 persiapan yang
perubahan ketidaktepat tidak timbulnya
dilakukan sesuai
kimia kimia an alat penyimpangan Y N Y Y
dengan prosedur
dalam pemasakan kimia
perlakuan
makanan
fisik N/I N/I N/I N/I Not CCP
Decision Tree
Hazard Identification Acceptable
Level
No. Process Step
in end Control Measures
product
CCP/
Category Hazard Source Q1 Q2 Q3 Q4 Not CCP
Not CCP
biologi N/I N/I N/I N/I
Not CCP
kimia N/I N/I N/I N/I
adanya Not CCP
tidak terdapat
benda
penjamah benda asing penggunaan APD
distribusi fisik asing Y N Y Y
makanan dalam sesuai prosedur
6 sentralisasi (rambut,
makanan
kuku)
Not CCP
biologi N/I N/I N/I N/I
tidak ada busa Not CCP
cairan pembersih dari cairan alat makan sudah
kimia Y N Y Y
kimia alat cuci pembersih alat dibilas hingga bersih
makan
Gambar 4.2 Konfirmasi Diagram Alir Proses PembuatanTelur Balado
Bahan Baku
Telur Ayam Bawang Merah Kupas Gula Pasir Tomat Merah Minyak Goreng
3. Persiapan
3.1 Pencucian 3.2 Penimbangan Bumbu 3.3 Pemotongan Bumbu
CCP 3
CCP 4
4. Pengolahan
4.2 Pengupasan Telur 4.3 Penggorengan Telur
4.1 Perebusan Telur
6. Distribusi
6.1 Sentralisasi 6.2 Desentralisasi
Penyajian ke pasien
49
Tabel 4. 5 CCP Plan
Bahaya
Tanggung
yang Tindakan Critical Koreksi Tindakan Dokumen
CCP Pengendalian
Pemantauan Jawab dan Verifikasi Validasi
dikendali Limit Langsung Koreksi / Catatan
Wewenang
kan
Penyimpa Pengecekan Suhu Apa : Merubah Menelusuri Diperiksa : Form Pengecekan Pengumpulan data
nan suhu suhu ruang 20- pengecekan suhu yang penyebab pramugudang Pemantau form normal
ruang sebanyak 2 25˚C, suhu ada apabila suhu tidak an suhu di
kali sehari tidak sesuai sesuai Koreksi gudang Pemantauan
(jam 8 dan Dimana : dengan standar dan langsung : bahan suhu oleh
jam 13) bahan cara melakukan pramugudang makanan pramugudan
makanan menjaga tindakan g dan
diverifikasi
kering suhu dan perbaikan Tindakan oleh tim
melapor koreksi : keamanan
Kapan : pengawas pramugudang pangan setiap
pagi hari harinya
sebelum Diverifikasi :
menggunakan Ketua Tim
2.1 bahan makanan Keamanan
jam 8 dan siang
Pangan
hari jam 13
Siapa :
pramugudang
Bagaimana :
melihat suhu
yang tertera
pada alat
pengukur
suhu
50
Bahaya
Tanggung
yang Tindakan Critical Koreksi Tindakan Dokumen
CCP Pemantauan Jawab dan Verifikasi Validasi
dikendali Pengendalian Limit Langsung Koreksi / Catatan
Wewenang
kan
Penyimpa Pengecekan Suhu Apa : Merubah Menelusuri Diperiksa : Form Pengecekan Pengumpulan data
nan suhu suhu chiller pengecekan suhu yang penyebab pramugudang pemantaua n form normal
chiller sebanyak 2 4-10˚C suhu ada apabila suhu suhu di
kali sehari tidak sesuai penyimpan Koreksi gudang Pemantauan
langsung : bahan suhu oleh
(jam 8 dan Dimana : dengan an chiller
pramugudang makanan pramugudan
jam 13) gudang cara tidak sesuai Tindakan
sayuran dan menjaga standar dan g dan
koreksi : diverifikasi
bahan suhu dan melakukan pramugudang oleh tim
makanan melapor tindakan keamanan
kering pengawas perbaikan Diverifikasi : pangan setiap
Ketua Tim harinya
Kapan : Keamanan
pagi hari Pangan
2.2 sebelum
menggunakan
bahan makanan
jam 8 dan siang
hari jam 13
Siapa :
pramugudang
Bagaimana :
melihat suhu
yang tertera
pada alat
pengukur
suhu
Bahaya
Tanggung
yang Tindakan Critical Koreksi Tindakan Dokumen
CCP Pemantauan Jawab dan Verifikasi Validasi
dikendali Pengendalian Limit Langsung Koreksi / Catatan
Wewenang
kan
4.3 Penggore Pengecekan Suhu Apa : Melapor ke Menelusuri Diperiksa : Form Pengecekan Pengumpulan data
ngan telur suhu 140 - suhu pengawas penyebab juru masak pencatatan form
190 ˚C penggorenga n suhu tidak suhu
Koreksi Pemantauan
sesuai langsung :
Dimana : suhu oleh
standar juru masak
ruang pramugudan
pengolahan Tindakan g dan
koreksi : juru diverifikasi
Kapan : masak oleh tim
saat keamanan
pengolahan Diverifikasi : pangan
siapa : juru Ketua Tim setiap
masak Keamanan harinya
Pangan
Bagaimana :
mengukur
suhu dengan
termometer
minyak
Bahaya
Tanggung
yang Tindakan Critical Koreksi Tindakan Dokumen
CCP Pemantauan Jawab dan Verifikasi Validasi
dikendali Pengendalian Limit Langsung Koreksi / Catatan
Wewenang
kan
4.4 Penumisa Pengecekan Suhu 60 Apa : Melapor ke Menelusuri Diperiksa : Form Pengecekan Pengumpulan data
n bumbu suhu - 80 ˚C suhu pengawas penyebab juru masak pencatata form
penumisan suhu tidak n suhu
sesuai Koreksi Pemantaua n
Dimana : langsung : suhu oleh
standar
ruang juru masak pramuguda
pengolahan ng dan
Tindakan
diverifikasi
Kapan : koreksi :
saat oleh tim
juru masak
pengolahan keamanan
Diverifikasi : pangan
Siapa : Ketua Tim setiap
juru masak harinya
Keamanan
Bagaimana Pangan
: mengukur
suhu dengan
termometer
minyak
B. Pembahasan
Bagian yang menjadi CCP dalam proses pengolahan telur balado adalah
penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu chiller, penggorengan telur, dan
penumisan bumbu . Penyimpanan suhu ruang adalah CCP karena jika suhu ruang
yang ada tidak sesuai dapat meningkatkan naiknya atau menurunkan kelembapan
yang menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan. Penyimpanan
suhu chiller adalah CCP karena jika suhu chiller yang ada tidak sesuai dapat
menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan. Penggorengan telur
adalah CCP karena jika suhu minyak tidak sesuai dapat menyebabkan timbulnya
mikrobiologi yang tidak diinginkan dan merusak protein yang terdapat dalam
telur. Penumisan Bumbu adalah CCP karena jika suhu penumisan tidak sesuai
dapat menyebabkan timbulnya mikrobiologi yang tidak diinginkan.
Pada saat penerimaan telur, masih ada beberapa telur yang terdapat
kotoran ayam yang menempel pada kulit telur.
2. Penyimpanan
Tidak ada penyimpangan suhu pada chiller telur, sayur dan buah. Ruang
gudang kering pada 25 Oktober 2017, suhu ruang pada gudang kering pada
jam 08:00 adalah 21,0ºC dengan kelembapan 64%. Suhu pada gudang kering
terbilang lebih rendah dari standar pada saat pengamatan hal ini bisa
dikarenakan karena gudang kering baru dibuka sehingga suhu masih terbilang
rendah.
3. Persiapan
Pada tahap persiapan, bumbu yang akan digunakan ditimbang sesuai
dengan kebutuhan dan dihaluskan satu hari sebelum proses pemasakan lalu
disimpan dalam chiller dengan suhu 4-10˚C. Akan tetapi pada saat dilakukan
pengamatan ada beberapa petugas yang tidak menggunakan talenan dan pisau
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan UPM.
54
4. Pengolahan
5. Pendistribusian
Ketika telur balado matang (pukul 10:00), tidak langsung di wrapping
tapi dibiarkan terbuka di ruang pengolahan hingga saat pemorsian dilakukan
(pukul 10:45), hal ini dapat menyebabkan masuknya benda asing (debu dan
kotoran) ke dalam telur balado, Pada saat pendistribusian makanan di UPM
juru masak dan pramusaji tidak menggunakan APD lengkap, yaitu tidak
menggunakan masker, dan sarung tangan. Suhu troli makanan yang
digunakan untuk mendistribusikan makanan dari dapur ke ruang pasien
memliki suhu 70ºC
Karena keterbatasan peneliti, kami tidak melakukan pengamatan selanjutnya
pada proses pendistribusian ke gedung A dan ke ruang pasien.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada menu telur balado di
siklus menu hari ke III, bagian yang menjadi CCP dalam proses pembuatan telur
balado yaitu pada proses penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu chiller,
penggorengan telur, dan penumisan bumbu
b. Pada diagram alir proses produksi telur balado terdapat CCP yaitu pembuatan
telur balado yaitu pada proses penyimpanan suhu ruang, penyimpanan suhu
chiller, penggorengan telur, dan penumisan bumbu
b. pengawasan mutu bahan baku telur balado tidak terdapat bahan baku yang
menjadi CCP
c. Pada pengawasan mutu tahap persiapan bahan telur balado beberapa petugas
persiapan tidak menggunakan talenan dan pisau sesuai ketentuan yang
ditetapkan
d. pada pengawasan mutu tahap penyimpanan telur balado, suhu penyimpanan di
chiller menjadi CCP dikarenakan pengontrol suhu chiller saat itu sedang rusak
sehingga suhu tidak dalam standar 4-10˚C
e. pada pengawasan mutu tahap pengolahan telur balado, proses yang menjadi
CCP adalah penggorengan telur dan penumisan bumbu karena dibutuhkan suhu
60-80˚C untuk memastikan bakteri yang terdapat pada bahan baku sudah mati
f. pada pengawasan mutu tahap pendistribusian telur balado masih ada pramusaji
yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan lengkap dan tepat
B. Saran
1. Rumah Sakit
Berdasarkan hasil kegiatan HACCP, kami menyarankan
1. Melakukan pencatatan dan monitoring suhu secara berkala pada chiller telur,
sayur dan buah, serta ruang kering.
2. Memantau kepatuhan penggunaan APD lengkap(celemek, penutup kepala,
sarung tangan, dan masker) secara tepat pada penjamah makanan (juru
masak dan pramusaji)
3. Meningkatkan ketelitian juru masak dalam proses pengupasan kulit telur.
4. Memberikan materi penyuluhan sederhana terkait CCP atau Food Safety
untuk penjamah makanan (juru masak dan pramusaji)
2. Mahasiswa
1. Setiap tim HACCP perlu memahami dengan baik teori – teori yang berkaitan
dengan HACCP sehingga dapat menerapkan HACCP dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990
Sektretariat Jenderal Kementerian Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri
Minyak Kelapa Sawit. Jakarta.
SNI 3741 : 2013
SNI 3556 : 2010
SNI 3140.3:2010
SNI 01-3162-1992
SNI 4480 : 1998
SNI 3160 : 201
SNI 3159 : 2013
SNI 3926 : 2008
SNI 01-4852-1998
SNI 01-0222-1995
Pedoman PGRS, 2013,Jakarta. Kementrian Kesehatan Nurliana.
2004. hazard analysis critical control point. IPB.
Amrulloh, Rizky. 2012., Analisis Penerapan Sistem Keamanan Pangan
Dengan Pendekatan Prinsip Haccp Pada Beberapa Katering Terpilih Di Kota
Depok Jawa Barat Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia
Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. JURNAL
KESEHATAN LINGKUNGAN VOL.1
eBookPangan.com,2006
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Telur Sumber Makanan Bergizi.
Sekilas tentang Cabai, 2009, Mrdsn; Universitas Sumatra Utrara Gula
Pasir , Gula Batu , dan Gula Merah
Junaroh,2015,
Meiliansari. 2013. Gambaran Garam Beryodium Pada Berbagai Merek Garam
di Pasar Ciputat. Jakarta: UIN
Departemen Perindustria. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit
Sekretariat. Jakarta: Sekretariat Jendral
58