ARTHRITIS + HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA
MEDAN
DISUSUN OLEH :
P01031216048
Program Studi : D IV
Mengetahui , Menyetujui ,
1. BAB I ...............................................................................................................
2. BAB II
a. Gambaran umum penyakit ....................................................................
b. Etiologi .................................................................................................
c. Patofisiologi ...........................................................................................
d. Penanganan medis ...............................................................................
e. Intervensi gizi / penatalaksanaan diet ...................................................
3. BAB III
a. Rencana dan intervensi asuhan gizi .....................................................
b. Assesment ............................................................................................
c. Asupan nutrisi pasien di RSU Bunda Thamrin ......................................
d. Intervensi asuhan gizi dan implementasi ..............................................
4. BAB IV
a. Hasil asuhan gizi ...................................................................................
b. Hasil pemeriksaan biokimia ..................................................................
c. Hasil asupan energi ..............................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
Daftar tabel
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hiperglikemia berasal dari kata “hiper” yang artinya tinggi, “gli” artinya glukosa, dan “emia”
artinya darah. Seperti yang sudah sedikit diulas di atas, hiperglikemia adalah kondisi
abnormal di mana gula darah tinggi berada di atas level normalnya.
Tubuh membutuhkan gula tersebut untuk menjaga fungsinya. Sel-sel tubuh nantinya akan
mendapatkan energi juga dari gula yang masuk ke dalam tubuh ini. Namun, ada kondisi
tertentu yang justru memiliki gula darah dalam tubuh terlalu banyak di darah atau disebut
hipergikemia. Kadar gula darah puasa normalnya berkisar <126 mg/dL, sedangkan kadar gula
darah postprandial atau tanpa puasa normalnya <200 mg/dL ke bawah. Kondisi hiperglikemia
dapat ditandai dengan terjadinya:
Apabila diketahui segera gejala-gejalanya, kadar gula darah yang tinggi dapat dicegah
sebelum menjadi semakin parah.
Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes melitus. Ada beberapa kondisi medis lain yang juga
dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi memang, penyebab paling umum kadar gula tinggi di
atas normal yang banyak ditemukan adalah terkait dengan penyakit diabetes melitus.
Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes melitus. Ada beberapa kondisi medis lain
yang juga dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi memang, penyebab paling umum
kadar gula tinggi di atas normal yang banyak ditemukan adalah terkait dengan penyakit
diabetes melitus.
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan masalah lainnya pada tubuh. Dilansir dari website Kementerian
Kesehatan RI, hiperglikemia dapat memperburuk gangguan kesehatan seperti gastroparesis,
disfungsi ereksi dan juga infeksi jamur pada vagina.
Hiperglikemia ringan biasanya tidak memerlukan penanganan medis khusus. Orang dengan
kasus hiperglikemia ringan sering kali dapat menurunkan kadar gula darahnya sendiri melalui
pola hidup sehat.
Pastikan Anda aktif bergerak. Melakukan aktivitas fisik adalah cara terbaik dan paling efektif
untuk menjaga kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat diturunkan dengan
aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari.
Selain itu, aturlah asupan karbohidrat Anda dan cegah konsumsi makanan yang menyebabkan
kenaikan gula darah yang tinggi. Konsultasikan dengan ahli gizi terkait panduan makan
khusus untuk kebutuhan Anda. Jangan lupa juga untuk mengontrol kadar gula darah Anda
secara berkala untuk memantaunya.
Untuk memastikan bahwa Anda sudah melakukan perubahan pola hidup sehat yang benar,
konsultasikan juga dengan dokter yang menangani kasus Anda.
Dalam kasus yang lebih berat, penanganannya tergantung dengan apa penyebab dari
hiperglikemia itu sendiri. Jika memang karena diabetes melitus, maka akan ditangani dengan
suntik insulin, pengaturan makanan atau diet diabetes melitrus dan pengobatan lainnya untuk
diabetes melitus.
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik(metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan diet tinggipurin dan minuman beralkohol. Penimbunan
kristalmonosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunakmerupakan pemicu utama
terjadinya keradangan atauinflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin, 2006).
Artritisgout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoartritisdan kelompok
rematik luar sendi (gangguan pada komponenpenunjang sendi, peradangan,
penggunaan berlebihan)(Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu kualitas
hiduppenderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah(hiperurisemia)
merupakan faktor utama terjadinya artritisgout (Roddy dan Doherty, 2010). Masalah
akan timbul jikaterbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU) pada sendi-sendi dan
jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk sepertijarum ini mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjutakan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai
seranganartritis gout (Carter, 2006).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan intervensi dan merencanakan menu makan pasien selama 3 hari
sesuai dengan syarat dan ketentuan diet pasien dan disesuaikan dengan
perhitungan kebutuhan pasien dan sesuai dengan diet dari rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a) Menghitung kebutuhan gizi pasien per hari
b) Merencanakan menu pasien sesuai kebutuhan
c) Nilai perkembangan asupan makan pasien
d) Dan memamtau nilai lab yang bermasalah
C. Manfaat
a) Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu melaksanakan NCP ( Nutrition Care Process) atau
proses asuhan gizi yang berupa assesment gizi , diagnosis gizi,
intervensi dan implementasi gizi, monitoring dan evaluasi pada pasien
Mehasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan standar menu penyakit gastritis
b) Bagi pasien
Mempercepat proses penyembuhan pasien karena di sesuaikan
dengan perhitungan kebutuhan pasien, syarat dan ketentuan diet pada
pasien
Menambah pengetahuan pasien tentang diet penyakit yang dialami
pasien melalui pemberian konsultasi kepada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2017). Gastritis atau lebih
dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
a. Hiperglikemia akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan .
Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis erosif
kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala yang
sama. Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik
(Wibowo, 2017).
b. Hiperglikemia kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi
(Wibowo, 2017). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi
dan gastritis hipertropi :
Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa
Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa.
Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief
Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
b) Gout arthritis
B. ETIOLOGI
a) hiperglikemia
Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan
makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin,
2015). Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat dan digitalis bersifat
mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2016).
Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.
Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan
sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung. Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang diproduksi di
dinding lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung dari faktor yang
dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung, pepsin, asam empedu,
enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori, OAINS, alkohol dan radikal bebas
(Greenberg, 2012).
Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi
dan non infeksi (Muttaqin, 2014) :
1. Gastritis infeksi
2. Gastritis non-infeksi
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis
dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder dari terapi
obat-obatan.
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri radiasi
pada lambung .
b) Gout arthritis
Etiologi Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah
merah dalam sirkulasi.
Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim
pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan
radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif mukosa
gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan
subepitelial (Pangestu, 2015). Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama
adalah berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang
fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen.
Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya
meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH,
dan membuat ikatan antar sel (Kumar, 2013). Lapisan pertahanan ketiga adalah
aliran darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah
mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2015). Endotoksin bakteri
setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan
agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab
gastritis akut.
b) Anemia
Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum,
penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi
diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke
tempat penyimpanan di jaringan. Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang
melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul
dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau
eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel
darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun
sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 2015).
D. PENANGANAN MEDIS
a) Gastritis
Gastritis akut
a. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi yang
dianjurkan
c. Bila gejala menetap, cairan perlu di berikan secara parentral
d. Bila pendarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemorargi
saluran gastrointestinal
e. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemonencer atau cuka encer
f. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gengrene
atau perfonasi
g. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus
Gastritis kronis
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien , diet makanan lunak
diberikan sedikit tapi sering
b. Mengurangi stress
c. Helicobacter pylori diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasikin ¼ ,
amoksissi lin) dan gram bismuth ( Pepto – Bismol )
b) Anemia
Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
o Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
o Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
o biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan
besi oral.
o Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
o Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau
infus
c. Pengobatan Lain
o Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari
protein hewani , Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
o Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan
(untuk menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
Anemia pada penyakit kronik
Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga
pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi
berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
Anemia sideroblastik
Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian
vit B6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi
mengandung 200-250 mg besi.
Thalasemia
Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi,
sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi.
Tujuan Intervensi :
BB : 50 Kg
TB : 155 Cm
BMI : 20.81 (Normal )
TEE = BEE x AF x SF
= 1774 x 1,1 x 1,2
= 2341 kkal
4
Syarat Diet :
Rencana Konseling :
Menjelaskan pengertian Gastritis akut dan faktor risiko Gastritis akut.
Menjelaskan teknik memasak yang baik yang tidak memperberat kerja lambung
pada saat gastritis akut.
Menjelaskan porsi makan yang sesuai dengan PUGS
Menjelaskan jadwal makan klien
Memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi, porsi yang tepat
dan tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu merangsang.
Monitoring Gizi :
Asupan energy
Berat Badan
Asupan karbohidrat
Asupan protein
Asupan lemak
Peningkatan pemahaman tentang pola makan gizi seimbang.
Evaluasi Gizi :
Asupan energi meningkat mendekati normal.
Berat badan mendekati berat badan ideal.
Asupan karbohidrat secara bertahap meningkat
Asupan protein secara bertahap berkurang mendekati kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan lemak berkurang dilihat dari perubahan teknik memasak dari yang digoreng
sekarang dikukus dan direbus dan tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu
pedas.
Perubahan pola makan menjadi pola makan gizi seimbang.
b). Anemia
ASSESMENT GIZI
No . RM : 182954
Usia : 81 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen
BB : 50 kg
TB : 155 Cm
Keluhan :
Pasien merasa lemas sejak seminggu SMRS , makan sedikit karena nafsu makan
menurun, nyeri pada perut bagian ulu hati sejak 1 minggu SMRS , mual, muntah dan
merasa pusing, setiap kali makan perut terasa sakit
Note : setiap 2 jam sekali, pasien minum susu ensure / 200 cc / 6 sendok takar.
Hasil Laboratorium
a) Hasil Lab : 06/11/2019
Perhitungan Kebutuhan
BB : 50 Kg
TB : 155 Cm
BMI : 20.81 (Normal )
TEE = BEE x AF x SF
= 1774 x 1,1 x 1,2
= 2341 kkal
Tabel 1.5 Hasil recall makanan pasien selama 3 hari di RSU Bunda Thamrin
Monitoring Evaluasi
Hb Hb mencapai nilai normal dengan
mengonsumsi makanan yang tinggi
zat besi
Antropometri Mencapai berat badan yang ideal /
normal
Pengetahuan Menambah pengetahuan pasien
mengenai pola makan dan hidup
yang sehat
Fisik / Klinis Mengatasi badan yang lemas dan
kepala yang terasa pusing setiap hari
dikarenakan Hb yang terlalu rendah
Tabel 2.3 jenis makanan yang dianjurkan dan dibatasi oleh pasien
3. Intrevensi Gizi
A. Tujuan Intervensi :
7. Hindari makanan berlemak tinggi, terlalu manis, makanan terlalu pedas, terlalu
asam, mengandung gas, terlalu panas/dingin, berbumbu tajam dan sayuran mentah.
8. Bentuk makanan M2 / Bubur
9. Hindari teknik memasak dengan cara digoreng, sebaiknya direbus, dikukus, ditim,
atau dipanggang/bakar.
10. Hindari pemberian obat/suplemen yang bersifat asam dan merangsang
keluarnya asam lam bung : vitamin C, Zat besi, asam salisilat, acetosal,
kortikosteroid dan obat-obat anti rematik.
C. Jenis Diet
Tabel 2.4 Rencana pemberian diet
1. Biokimia
Bahwa dari hasil nilai biokimia , nilai Hb pada tanggal 06 november adalah 3.2 g/dL,
dan terjadi kenaikan pada tanggal 08 november menjadi 7.5 g/dl. Eritrosit pada
tanggal 06 november 1.35 jt/mm3 dan naik menjadi 2.85 jt/mm3. Dan kreatinin dari 0.9
mg/dl menjadi 1.2 mg/dl.
8
7
6
5
4 06-Nov
3 08-Nov
2
1
0
hb eritrosit kreatinin
b) Leukosit
Bahwa dari hasil biokimia , pemeriksaan leukosit tang dilakukanpada tanggal 06/11
ialah 13.000 , dan dilakukan pemeriksa kembali pada tanggal 08/11 menjadi 10.400.
leukosit
14,000
12,000
10,000 leukosit
8,000
6,000
4,000
2,000
0
c) Ureum dan KGD
Bahwa dari hasil pemeriksaan biokimia yang telah dilakukan , pada tanggal 06/11
nilai ureum pasien adalah 65, dan pada tanggal 08/11 menjadi 55.
180
160
140
120
100 ureum
80 KGD
60
40
20
0
d) Trombosit
Bahwa dari pemeriksaan biokimia yang dilakukan pada tanggal 06/11, nilai trombosit
pasien 405.000 dan pada tanggal 08/11 nilai trombosit turun menjadi 349.000.
410,000
400,000
390,000
380,000
370,000 06-Nov
360,000 08-Nov
350,000
340,000
330,000
320,000
2. Asupan Energi
Bahwa dari intervensi dan konseling/ pemberian edukasi yang telah dilakukan
kepada pasien, terdapat perubahan yang terjadi dari hasil asupan makan pasien di
rumah sakit. Terlihat peningkatan dalam asupan energi yang dikonsumsi pasien ,
pada tanggal 07/11 energi 1283.2 kkal , 08/11 energi 1563.8 kkal dan pada tanggal
09/11 menjadi 1632.7 kkal. Protein : 79 gr, 101.7 gr dan 102.9 gr. Lemak : 40.7 gr,
49.8 gr dan 52.3 gr. Dan karbohidrat : 147.3 gr , 173.9 gr dan 182,3 gr. Hal ini
menunjukkan bahwa asupan makan pasien dari hari pertama sampai hari ketiga
menjadi lebih baik.
1800
1600
1400
1200
1000 07-Nov
800 08-Nov
09-Nov
600
400
200
0
energi protein lemak karbohidrat
3. Klinik/ fisik
Pemahaman pasien mengenai asupan makan dan pola akan yang sehat terlihat dari
asupan makan pasien yang semakin membaik dari hari pertama sampai hari ketiga.
Peningkatan asupan makan pasien menunjukkan bahwa pemahaman pasien
tentang pola makan dan gizi seimbang menjadi lebih baik.
LAMPIRAN
1. Nasi
lembik
2. Ikan nila
3. Telur
Malam ( rebus
Sisa :
07/11/2 4. Sayur
019) labu
siam
5. Sup mie
+ ayam
6. Pepaya
2 Pagi 1. Bubur
( 08/11/ ayam
2019) wortel
- bubur
- wortel
- seledri
- ayam
2. Telur
bulat
Sisa :
Siang
( 08/11/
2019)
1. bubur
2. ikan dori fillet
3. sup jamur
4. sayur labu
siam wortel
5. pisang
Malam ( 1. Bubur
08/11/2 2. Labu
019) siam
3. Sup
kulit
tahu +
ayam
4. Ikan nila
5. Telur
rebus
6. Semang
ka
Sisa :
3 Pagi
(09/11/
2019)
Bubur ayam
- wortel
- ayam
- seledri
- bubur
Siang 1. Bubur
(09/11/ 2. Sup
2019) - wortel
-
macaro
ni
- jagung
3. Putih
telur
4. Fillet
ikan
dori
Pepaya Sisa :
Malam
(09/11/
2019)
Bubur + ikan
bakar + telur
rebus + sayur
labu siam +
soup kentang
wortel +
semangka
BAB V
1. KESIMPULAN
Dan pada keadaan fisk/klinis , pasien sudah merasa lebih baik walau masih
merasa pusing yang di karenakan nilai Hb yang masih rendah walau mengalami
peningkatan dari nilai sebelumnya. Tetapi daya terima pasien terhadap diet rumah
sakit baik.
2. SARAN
Dari kegiatan edukasi yang telah dilakukan kepada pasien, diharapkan pasien dapat
menerapkan pola hidup sehat sesuai syarat dan ketentuan diet berdasarkan
penyakit pasien melalui edukasi yang telah diberikan.