Anda di halaman 1dari 35

INTERVENSI PENYAKIT HIPERGLIKEMIA STATE + GOUT

ARTHRITIS + HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA
MEDAN

DISUSUN OLEH :

DESY MARIA BUTAR BUTAR

P01031216048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN GIZI
2019/2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Management


Asuhan Gizi Klinik ( MAGK) Intervensi Penyakit
Hiperglikemia State + Gout Arthritis + Hipertensi Di Rumah
Sakit Umum Royal Prima Medan

Nama Mahasiswa : Desy Maria Butar Butar (P01031216048)

Program Studi : D IV

Institusi : Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi

Telah Diperiksa dan disetujui pada tanggal : ( / / )

Mengetahui , Menyetujui ,

Dosen Pembimbing MAGK Pembimbing PKL MAGK

( Khairani , Amd.Gz ) ( Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes)


Daftar Isi

1. BAB I ...............................................................................................................
2. BAB II
a. Gambaran umum penyakit ....................................................................
b. Etiologi .................................................................................................
c. Patofisiologi ...........................................................................................
d. Penanganan medis ...............................................................................
e. Intervensi gizi / penatalaksanaan diet ...................................................
3. BAB III
a. Rencana dan intervensi asuhan gizi .....................................................
b. Assesment ............................................................................................
c. Asupan nutrisi pasien di RSU Bunda Thamrin ......................................
d. Intervensi asuhan gizi dan implementasi ..............................................
4. BAB IV
a. Hasil asuhan gizi ...................................................................................
b. Hasil pemeriksaan biokimia ..................................................................
c. Hasil asupan energi ..............................................................................

LAMPIRAN .......................................................................................................
Daftar tabel

1. Tabel 1.1 ( Batasan kadar hamoglobin anemia berdasarkan usia ....................

2. Tabel 1.2 ( Intervensi gizi pada pasien anemia )................................................

3. Tabel 1.3 ( Hasil pemeriksaan biokimia sebelum pemberian edukasi).............

4. Tabel 1.4 ( Hasil pemeriksaan biokimia setelah pemberian edukasi )..............

5. Tabel 1.5 (Hasil recall makanan pasien )..........................................................

6. Tabel 2.1 ( Monitoring dan evaluasi).................................................................

7. Tabel 2.2 ( Materi/edukasi yang disampaikan kepada pasien).........................

8. Tabel 2.3 ( Jenis makanan yang dianjurkan dan dibatasi)................................

9. Tabel 2.4 ( Rencana pemberian diet)...............................................................

10. Tabel 2.5 ( Lampiran foto makanan pasien).....................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hiperglikemia berasal dari kata “hiper” yang artinya tinggi, “gli” artinya glukosa, dan “emia”
artinya darah. Seperti yang sudah sedikit diulas di atas, hiperglikemia adalah kondisi
abnormal di mana gula darah tinggi berada di atas level normalnya.

Tubuh membutuhkan gula tersebut untuk menjaga fungsinya. Sel-sel tubuh nantinya akan
mendapatkan energi juga dari gula yang masuk ke dalam tubuh ini. Namun, ada kondisi
tertentu yang justru memiliki gula darah dalam tubuh terlalu banyak di darah atau disebut
hipergikemia. Kadar gula darah puasa normalnya berkisar <126 mg/dL, sedangkan kadar gula
darah postprandial atau tanpa puasa normalnya <200 mg/dL ke bawah. Kondisi hiperglikemia
dapat ditandai dengan terjadinya:

 Poliuria (sering buang air kecil)


 Polidipsia (selalu merasa haus)
 Polifagia (rasa lapar yang berlebih)
 Kelelahan yang parah
 Pandangan kabur

Apabila diketahui segera gejala-gejalanya, kadar gula darah yang tinggi dapat dicegah
sebelum menjadi semakin parah.

Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes melitus. Ada beberapa kondisi medis lain yang juga
dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi memang, penyebab paling umum kadar gula tinggi di
atas normal yang banyak ditemukan adalah terkait dengan penyakit diabetes melitus.

Hiperglikemia tidak selalu berhubungan diabetes melitus. Ada beberapa kondisi medis lain
yang juga dapat menyebabkan kadar gula tinggi, tetapi memang, penyebab paling umum
kadar gula tinggi di atas normal yang banyak ditemukan adalah terkait dengan penyakit
diabetes melitus.

Kondisi lainnya yang juga bisa menyebabkan hiperglikemia adalah:

 Pankreatitis, yakni kondisi terjadinya peradangan pada pankreas


 Kanker pankreas
 Hipertiroidisme, kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif.
 Cushing’s syndrome, terjadinya peningkatan kortisol darah
 Tumor yang menghasilkan hormon tertentu. Contohnya: glucagonoma,
pheochromocytoma. Glucagonoma adalah sebuah tumor yang terjadi di pankreas.
Keberadaan tumor ini akan membuat produksi hormon glukoagon terlalu banyak.
Hormon glukagon di dalam tubuh berfungsi mengubah gula otot (glikogen) menjadi
gula darah. Pheochromocytoma adalah tumor yang terbentuk di sel kelenjar adrenal.
50% orang dengan kondisi ini mengalami hiperglikemia. Sebab, terjadi
ketidakseimbangan produksi hormon epinefrin dan norepinefrin. Pheochromocytoma
kebanyakan memproduksi norepinefrin lebih banyak dalam tubuh.
 Kondisi stres yang parah, seperti saat terjadinya serangan jantung, stroke, trauma, atau
beberapa penyakit parah lainnya yang secara sementara membuat kondisi gula darah
tubuh menjadi hiperglikemia
 Efek dari pengobatan tertentu, seperti menggunakan prednisone, estrogen, beta-
blocker, glucagon, kontrasepsi oral, phenothiazines dapat meningkatkan peningkatan
gula darah.
 Mengonsumsi banyak sekali karbohidrat dari jumlah biasanya
 Dalam keadaan sangat pasif tidak banyak bergerak
 Mengalami infeksi
 Tidak mendapatkan jumlah dosis obat penurunan gula darah yang sesuai.

Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan masalah lainnya pada tubuh. Dilansir dari website Kementerian
Kesehatan RI, hiperglikemia dapat memperburuk gangguan kesehatan seperti gastroparesis,
disfungsi ereksi dan juga infeksi jamur pada vagina.

Komplikasi lainnya yang dapat terjadi dalam jangka panjang adalah:

 Kerusakan saraf atau neuropati


 Kerusakan ginjal atau nefropati
 Gagal ginjal
 Penyakit kardiovaskular
 Penyakit mata atau retinopati
 Permasalahan di kaki karena kerusakan saraf dan aliran darah ke bagian kaki yang
tidak lancar

Hiperglikemia ringan biasanya tidak memerlukan penanganan medis khusus. Orang dengan
kasus hiperglikemia ringan sering kali dapat menurunkan kadar gula darahnya sendiri melalui
pola hidup sehat.

Pastikan Anda aktif bergerak. Melakukan aktivitas fisik adalah cara terbaik dan paling efektif
untuk menjaga kadar gula darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat diturunkan dengan
aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari.

Selain itu, aturlah asupan karbohidrat Anda dan cegah konsumsi makanan yang menyebabkan
kenaikan gula darah yang tinggi. Konsultasikan dengan ahli gizi terkait panduan makan
khusus untuk kebutuhan Anda. Jangan lupa juga untuk mengontrol kadar gula darah Anda
secara berkala untuk memantaunya.

Untuk memastikan bahwa Anda sudah melakukan perubahan pola hidup sehat yang benar,
konsultasikan juga dengan dokter yang menangani kasus Anda.

Dalam kasus yang lebih berat, penanganannya tergantung dengan apa penyebab dari
hiperglikemia itu sendiri. Jika memang karena diabetes melitus, maka akan ditangani dengan
suntik insulin, pengaturan makanan atau diet diabetes melitrus dan pengobatan lainnya untuk
diabetes melitus.
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik(metabolic syndrom) yang
terkait dengan pola makan diet tinggipurin dan minuman beralkohol. Penimbunan
kristalmonosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunakmerupakan pemicu utama
terjadinya keradangan atauinflamasi pada gout artritis (Nuki dan Simkin, 2006).
Artritisgout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoartritisdan kelompok
rematik luar sendi (gangguan pada komponenpenunjang sendi, peradangan,
penggunaan berlebihan)(Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu kualitas
hiduppenderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah(hiperurisemia)
merupakan faktor utama terjadinya artritisgout (Roddy dan Doherty, 2010). Masalah
akan timbul jikaterbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU) pada sendi-sendi dan
jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk sepertijarum ini mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjutakan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai
seranganartritis gout (Carter, 2006).

di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang artritis gout.


Berdasarkan laporan Dinas KesehatanPropinsi Jawa Tengah, jumlah kasus artritis gout
dari tahunke tahun mengalami peningkatan di bandingkan dengankasus penyakit tidak
menular lainnya. Pada tahun 2007jumlah kasus artritis gout di Tegal sebesar 5,7%
meningkatmenjadi 8,7% pada tahun 2008, dari data rekam medik diRSU Kardinah
selama tahun 2008 tercatat 1068 penderitabaik rawat inap maupun penderita rawat
jalan yang melakukanpemeriksaan kadar asam urat 40% di antaranya
menderitahiperurisemia (Purwaningsih, 2009).

Hasil survei WHO-ILAR Copcord (World Health Orga-nization–International League of


Associations for RheumatologyCommunity Oriented Program for Control of
RheumaticDisease)di pedesaan Sulawesi Utara dan Manado menemukanhubungan asam
urat menahun dengan pola konsumsi dangaya hidup, diantaranya konsumsi alkohol dan
kebiasaanmakan makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum

obat jenis diuretika (hidroklorotiazide), yaitu obat untukmenurunkan tekanan


darah tinggi dapat meningkatkan kadarasam urat serum (Muniroh et al,
2010).Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup mod-ern merupakan pemicu
utama artritis gout (Saag dan Choi,2006). Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai
latarbelakang penyebab primer, sehingga memerlukanpengendalian kadar asam urat
jangka panjang. Perlukomunikasi yang baik dengan penderita untuk mencapaitujuan
terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dandiet rendah purin yang baik.
Pencegahan lainnya berupapenurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat
badan(Hidayat, 2009).Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahuiperkembangan
artritis gout meliputi epidemiologi, faktorresiko, patogenesis, manifestasi klinis
penatalaksanaan, dankomplikasi prognosis serta perkembangan penyakit
tersebut.Diharapkan dengan mengetahuinya dapat meningkatkankualitas derajat
kesehatan masyarakat, terutama berkaitandengan artritis gout. Kemudian dapat
menjadi salah satutinjauan pustaka dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan intervensi dan merencanakan menu makan pasien selama 3 hari
sesuai dengan syarat dan ketentuan diet pasien dan disesuaikan dengan
perhitungan kebutuhan pasien dan sesuai dengan diet dari rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a) Menghitung kebutuhan gizi pasien per hari
b) Merencanakan menu pasien sesuai kebutuhan
c) Nilai perkembangan asupan makan pasien
d) Dan memamtau nilai lab yang bermasalah

C. Manfaat
a) Bagi mahasiswa
 Mahasiswa mampu melaksanakan NCP ( Nutrition Care Process) atau
proses asuhan gizi yang berupa assesment gizi , diagnosis gizi,
intervensi dan implementasi gizi, monitoring dan evaluasi pada pasien
 Mehasiswa mampu merencanakan dan menyusun menu sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan standar menu penyakit gastritis
b) Bagi pasien
 Mempercepat proses penyembuhan pasien karena di sesuaikan
dengan perhitungan kebutuhan pasien, syarat dan ketentuan diet pada
pasien
 Menambah pengetahuan pasien tentang diet penyakit yang dialami
pasien melalui pemberian konsultasi kepada pasien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM PENYAKIT


a) Hiperglikemia

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2017). Gastritis atau lebih
dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung


yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu
gastritis akut dan kronik . Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil
foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo, 2017).

Klasifikasi Klasifikasi gastritis (Mansjoer, 2014)

a. Hiperglikemia akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan .
Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis erosif
kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala yang
sama. Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik
(Wibowo, 2017).
b. Hiperglikemia kronis
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi
(Wibowo, 2017). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi
dan gastritis hipertropi :
 Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa
 Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa.
Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief
 Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
b) Gout arthritis

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein


pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal
hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian
tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada
anemia.

Tabel 1.1 : Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia

B. ETIOLOGI
a) hiperglikemia
 Gastritis akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan
makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin,
2015). Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat dan digitalis bersifat
mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2016).

Hal tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara


mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal tersebut
terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti


whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan.
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun dapat
pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci,
Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis.

Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Sitomegalovirus.


Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk
penyebab dari gastritis . Gatritis dapat terjadi pada kondisi refluks garam empedu
(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil
ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.
Terjadinya iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons
peradangan pada mukosa lambung. Penyebab gastritis akut adalah stres fisik dan
makanan, minuman.

Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.
Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan
sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung. Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang diproduksi di
dinding lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung dari faktor yang
dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung, pepsin, asam empedu,
enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori, OAINS, alkohol dan radikal bebas
(Greenberg, 2012).

 Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi
dan non infeksi (Muttaqin, 2014) :

1. Gastritis infeksi

Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab


utama dari gastritis kronik. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat
ini Infeksi Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya
gastritis. Infeksi lain yang dapat menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter
heilmannii, Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus .

2. Gastritis non-infeksi

1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang


sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik
yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12. Kekurangan
vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson, 2014).

2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis
dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.

3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder dari terapi
obat-obatan.

4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai


penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan
kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik pada masa
anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma
cell granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang
berhubungan dengan kanker lambung .

5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri radiasi
pada lambung .

b) Gout arthritis
Etiologi Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

 Gangguan pembentukan eritrosit


Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi
tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino,
serta gangguan pada sumsum tulang.

 Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah
merah dalam sirkulasi.

 Hemolisis Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.


C. PATOFISIOLOGI
a) Hiperglikemia

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat


jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif) pada
mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau penurunan
kapasitas defensif mukosa.

Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim
pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan
radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif mukosa
gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan
subepitelial (Pangestu, 2015). Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama
adalah berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang
fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen.

Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya
meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH,
dan membuat ikatan antar sel (Kumar, 2013). Lapisan pertahanan ketiga adalah
aliran darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah
mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2015). Endotoksin bakteri
setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan
agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab
gastritis akut.

Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan


lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga
terlibat, misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid, steroid,
dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui
mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan
aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen
tersebut bila diminum secara terpisah.

b) Anemia

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,


hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan
serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut
diserap oleh lebih banyak.

Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum,
penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi
diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke
tempat penyimpanan di jaringan. Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang
melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul
dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau
eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel
darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun
sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 2015).

D. PENANGANAN MEDIS
a) Gastritis

Pada gastritis penatalaksanaan nya dilakukan dengan cara :

 Gastritis akut
a. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi yang
dianjurkan
c. Bila gejala menetap, cairan perlu di berikan secara parentral
d. Bila pendarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemorargi
saluran gastrointestinal
e. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemonencer atau cuka encer
f. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gengrene
atau perfonasi
g. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus
 Gastritis kronis
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien , diet makanan lunak
diberikan sedikit tapi sering
b. Mengurangi stress
c. Helicobacter pylori diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasikin ¼ ,
amoksissi lin) dan gram bismuth ( Pepto – Bismol )
b) Anemia
 Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
o Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
o Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
o biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan
besi oral.
o Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
o Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau
infus
c. Pengobatan Lain
o Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari
protein hewani , Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
o Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan
(untuk menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
 Anemia pada penyakit kronik
Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga
pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi
berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
 Anemia sideroblastik
Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian
vit B6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi
mengandung 200-250 mg besi.
 Thalasemia
Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi,
sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi.

E. Intervensi Gizi / Penatalaksanaan Gizi


a) Gastritis

Tujuan Intervensi :

1. Meningkatkan asupan energi.


2. Mempertahankan berat badan ideal dan status gizi normal.
3. Meningkatkan asupan karbohidrat
4. Menurunkan asupan protein
5. Menurunkan asupan lemak yang menyebabkan sekresi asam lambung yang
berlebihan.
6. Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk menjalankan pola
makan dengan asupan gizi seimbang dan makanan yang lebih bervariasi.

7. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia

8.  Meningkatkan asupan makanan sumber sehingga tidak terjadi anemia

9.  Mengidentifikasi makanan yang menimbulkan keluhan

10. Memenuhi kebutuhan cairan


Perhitungan Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi :
Perhitungan Kebutuhan Energi:

 BB : 50 Kg
 TB : 155 Cm
 BMI : 20.81 (Normal )

BBI = (TB- 100) - 10% ( TB-100)


BBI = (155 - 100) – 6.7
BBI = 49.5 Kg

BEE = 655 + (9,6 x BBI) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)


BEE = 655 + (9,6 x 49.5 ) + (1,7 x 155 ) – (4,7 x 81)

BEE = 655 + 475,2 + 263.5 + 380.7


BEE = 1774 kkal

TEE = BEE x AF x SF
= 1774 x 1,1 x 1,2
= 2341 kkal

Perhitungan Zat Gizi Makro :

 Lemak : 15 % x 2341 = 351.15= 39 gr

 Protein : 15 % x 2341 = 351.15 = 87.78 gr

 Karbohidrat : 60% x 2341 = 1404 = 351.15 gr

4
Syarat Diet :

1. Energi sesuai kebutuhan dan kemampuan klien untuk menerimanya.


2. Karbohidrat dan protein diberikan cukup
3. Lemak rendah yaitu 10-15% dari total kebutuhan energy yang ditingkatkan
secara bertahap hingga memenuhi kebutuhan dan mengutamakan lemak tidak
jenuh.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap
karena dapat memperberat kerja lambung.
5. Porsi kecil dengan frekuensi sering, mudah cerna, pemberian secara perlahan
dilingkungan tenang.
6. Cairan cukup.
7. Hindari makanan berlemak tinggi, terlalu manis, makanan terlalu pedas, terlalu
asam, mengandung gas, terlalu panas/dingin, berbumbu tajam dan sayuran mentah.
8. Bentuk makanan M2 / Bubur
9. Hindari teknik memasak dengan cara digoreng, sebaiknya direbus, dikukus, ditim,
atau dipanggang/bakar.
10. Hindari pemberian obat/suplemen yang bersifat asam dan merangsang
keluarnya asam lam bung : vitamin C, Zat besi, asam salisilat, acetosal,
kortikosteroid dan obat-obat anti rematik.

Rencana Konseling :
Menjelaskan pengertian Gastritis akut dan faktor risiko Gastritis akut.
Menjelaskan teknik memasak yang baik yang tidak memperberat kerja lambung
pada saat gastritis akut.
Menjelaskan porsi makan yang sesuai dengan PUGS
Menjelaskan jadwal makan klien
Memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi, porsi yang tepat
dan tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu merangsang.

Monitoring Gizi :
Asupan energy
Berat Badan
Asupan karbohidrat
Asupan protein
Asupan lemak
Peningkatan pemahaman tentang pola makan gizi seimbang.

Evaluasi Gizi :
Asupan energi meningkat mendekati normal.
Berat badan mendekati berat badan ideal.
Asupan karbohidrat secara bertahap meningkat
Asupan protein secara bertahap berkurang mendekati kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan lemak berkurang dilihat dari perubahan teknik memasak dari yang digoreng
sekarang dikukus dan direbus dan tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu
pedas.
Perubahan pola makan menjadi pola makan gizi seimbang.
b). Anemia

Tabel 1.2 intervensi gizi pasien anemia

Tujuan Prinsip/ Syarat Diet

1. Meningkatkan asupan makanan 1. Energi sesuai kebutuhan


sumber Fe sehingga tidak terjadi
anemia 2. Protein tinggi 1,5 gr/kg BB
3. Lemak sedang diberikan 25 %
2. Mencapai dan mempertahankan 4. Karhohidrat sesuai kebutuhan
tekanan darah normal 5. Vitamin dan mineral terutama
pemberian Fe, asam folat, dan vit
3. Mencapai dan mempertahankan BB B12 serta vit C
dan setatus gizi yang optimal sehingga
tidak terjadi malnutrisi 6. Pemberian makan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien
4. Memperbaiki pola makan yang salah

5. Mengurangi/ mencegah timbulnya


factor resiko lain/ penyakit baru pada
saat kehamilan/ setelah melahirkan
BAB III

PERENCANAAN DAN INTERVENSI ASUHAN GIZI

ASSESMENT GIZI

Nama : Helmina Simanjuntak

No . RM : 182954

Tgl Lahir : 19 November 1937

Usia : 81 tahun

Alamat : Jl. Setia Budi Gg.Sehati No. 13 Medan

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Kristen

BB : 50 kg

TB : 155 Cm

BMI : 20.81 ( Normal)

Keluhan :

Pasien merasa lemas sejak seminggu SMRS , makan sedikit karena nafsu makan
menurun, nyeri pada perut bagian ulu hati sejak 1 minggu SMRS , mual, muntah dan
merasa pusing, setiap kali makan perut terasa sakit

RPT : Kolik Abdomen

RPO : Tidak ada

DIAGNOSA : Anemia + Gastritis

TERAPI : inj. Ketorolac , inj. Ondansetron 4 mg

TINDAKAN : IVFD nacl 0.9 % 20 gtt/i

DIET RS : M2 TKTP 1250 kkal

 Riwayat makan : Dulu os memang tidak banyak makan dan pilih-pilih


makanan. Os suka makanan yang di rebus dan ditumis. Os suka makan ikan
dan telur
 Makanan yang tidak disukai : makanan bersantan, ayam goreng, daging
merah, makanan lemak , makanan bergas dan minyak

Note : setiap 2 jam sekali, pasien minum susu ensure / 200 cc / 6 sendok takar.
 Hasil Laboratorium
a) Hasil Lab : 06/11/2019

Tabel 1.3 . hasil laboratorium sebelum dilakukan edukasi

Indikator Hasil Normal


Hb 3.2 g/dL 12-16 g/Dl
Leukosit 13.000/mm3 4000-11.000/mm3
Trombosit 405.000 / uL 181.000-521.000 / uL
Eritrosit 1.35 jt/mm3 4.50 – 6.50 jt/mm3
Ureum 65 mg/dL <50 mg/dl
Kreatinin 0.9 mg/dL 0.6-1.2 mg/dl
KGD 154 mg/dL <140 mg/dl

b) Hasil Lab : 08/11/2019

Tabel 1.4 . Hasil laboratorium setelah dilakukan edukasi

Indikator Hasil Normal


Hb 7.5 g/dL 12-16 g/dL
Leukosit 10.440/mm3 4000-11.000/mm3
Trombosit 349 .000 / uL 181.000-521.000 / uL
Eritrosit 2.85 jt/mm3 4.50 – 6.50 jt/mm3
Ureum 55 mg/dl <50 mg/dl
Kreatinin 1.2 mg/dl 0.6-1.2 mg/dl
KGD 145 mg/dl <140 mg/dl

 Perhitungan Kebutuhan

Perhitungan Kebutuhan Energi:

 BB : 50 Kg
 TB : 155 Cm
 BMI : 20.81 (Normal )

BBI = (TB- 100) - 10% ( TB-100)


BBI = (155 - 100) – 6.7
BBI = 49.5 Kg

BEE = 655 + (9,6 x BBI) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)


BEE = 655 + (9,6 x 49.5 ) + (1,7 x 155 ) – (4,7 x 81)

BEE = 655 + 475,2 + 263.5 + 380.7


BEE = 1774 kkal

TEE = BEE x AF x SF
= 1774 x 1,1 x 1,2
= 2341 kkal

Perhitungan Zat Gizi Makro :

 Lemak : 15 % x 2341 = 351.15= 39 gr

 Protein : 15 % x 2341 = 351.15 = 87.78 gr

 Karbohidrat : 60% x 2341 = 1404 = 351.15 gr

Asupan Nutrisi pasien di RS Bunda Thamrin :

Tabel 1.5 Hasil recall makanan pasien selama 3 hari di RSU Bunda Thamrin

No Waktu Hidangan Berat Sisa Dikonsumsi


1 Hari – 1 Pagi ( bubur ayam)
Bubur 100 gr 80 gr 20 gr
Sawi 5 gr 5 -
Wortel 10 gr 10 -
Telur rebus 60 gr 8 61 gr
Siang
Nasi lembik 110 gr 90 gr 20 gr
Ikan kembung 125 gr 30 gr 95 gr
Tumis tauge 5 gr 5 gr -
Tahu 20 gr 20 gr -
Sup jamur 10 gr 10 gr -
Gambas 5 gr 5 gr -
Semangka 100 gr - 100 gr
Malam
Nasi lembik 100 gr 23 gr 77gr
Ikan nila 80 gr 17 gr 63 gr
Sup
Mie 20 gr 7 gr 13 gr
Ayam 5 gr - 5 gr
Kentang 5 gr - 5 gr
Wortel 5 gr - 5 gr
Sayur
Labu siam 20 gr 20 gr -
Wortel 5 gr - 5 gr
Pepaya 100 gr - 100 gr
Susu 160 gr - 160 gr
Pasien minum susu / 2
jam (4x)
 Energy : 1283.2 Kkal
 Karbohidrat : 147.3 gr
 Protein : 79 gr
 Lemak : 40.7 gr
Pada hari pertama melakukan intervensi , pasien mengeluh tidak
nafsu makan dan badan lemas. Os juga mengeluh sakit di ulu hati
saat makan, dan meminta makanan diganti dengan bubur. Dari
hasil recall hari – 1 bahwa asupan yang dikonsumsi pasien hanya
54.81 % dari kebutuhan pasien.
2 Hari – 2 Pagi ( bubur ayam)
Bubur 100 gr 22 gr 78 gr
Ayam 5 gr 5 -
Wortel 6 gr 10 -
Seledri 3 gr - 3 gr
Telur rebus 67 gr 11 gr 56 gr
Siang
Bubur 137 gr 15 gr 122 gr
Ikan dori fillet 107 gr - 107 gr
Sup
Jamur 21 gr 16 gr 5 gr
Kentang 14 gr - 14 gr
Sayur
Labu siam 18 gr 6 gr 12 gr
Wortel 6 gr - 6 gr
Pisang 72 gr - 72 gr
Malam
Bubur 127 gr - 127 gr
Labu kuning 15 gr - 15 gr
Sup
Kulit tahu 37 gr 15 gr 22 gr
Kentang 10 gr - 10 gr
Ikan nila 102 gr - 102 gr
Telur rebus 69 gr - 69 gr
Pepaya 89 gr - 89 gr
Susu 120 gr - 120 gr
Pasien minum susu / 2
jam ( 4 x )
 Energy : 1563.8 Kkal
 Karbohidrat : 173.9 gr
 Protein : 101.7 gr
 Lemak : 49.8 gr
Pada hari kedua melakukan intervensi ,dan setelah makanan
pasien diganti dengan bubur os lebih bisa makan lebih banyak
bahkan menghabiskan diet dari rumah sakit walau sedikit demi
sedikit. Os juga merasa ulu hati berkurang saat makan karena
bentuk makanan yang lebih halus dari sebelumnya. Tetapi os tetap
merasa lemas dan pusing dikarenakan Hb yang sangat rendah.
Pada intervensi kedua , asupan makan pasien lebih baik dari
sebelumnya walaupun sumbangan energy lebih banyak dari susu
ensure yang dikonsumsi pasien. Asupan nutrisi pasien di hari-2
ialah 66.8 % dari kebutuhan yang dianjurkan.

Pagi ( bubur ayam)


Bubur 118 gr 37 gr 81 gr
Ayam 5 gr - 5 gr
Wortel 7 gr - 7 gr
Seledri 3 gr - 3 gr
Telur rebus 69 gr - 69 gr
Siang
Bubur 137 gr 15 gr 122 gr
Ikan dori fillet 106 gr - 106 gr
Sup
Wortel 9 gr - 9 gr
Macaroni 5 gr - 5 gr
Jagung 5 gr - 5 gr
Putih telur 47 gr - 47 gr
Pepaya 89 gr - 89 gr
Malam
Bubur 124 gr 15 gr 109 gr
Ikan bakar 109 gr 47 gr 62 gr
Sup
3 Hari – 3
Kentang 6 gr - 6 gr
Wortel 3 gr - 3 gr
Sayur
Wortel 5 gr - 5 gr
Sayur
Labu siam 22 gr 8 gr 14 gr
Kacang panjang 5 gr - 5 gr
Melinjo 5 gr 5 gr -
Susu 200 gr - 200 gr
Pasien minum susu / 2
jam (5 x)
 Energy : 1632.7 Kkal
 Karbohidrat : 182.3 gr
 Protein : 102.9 gr
 Lemak : 52.3 gr
Pada hari ketiga melakukan intervensi , pasien masih mengeluh
pusing dan lemas. Namun nafsu makan sudah membaik dan mau
menghabiskan diet dari rumah sakit. Asupan pasien pada hari
ketiga ialah 69.74 % dari kebutuhan yang di anjurkan.
Monitoring dan evaluasi

Tabel 2.1 . monitoring dan evaluasi

Monitoring Evaluasi
Hb Hb mencapai nilai normal dengan
mengonsumsi makanan yang tinggi
zat besi
Antropometri Mencapai berat badan yang ideal /
normal
Pengetahuan Menambah pengetahuan pasien
mengenai pola makan dan hidup
yang sehat
Fisik / Klinis Mengatasi badan yang lemas dan
kepala yang terasa pusing setiap hari
dikarenakan Hb yang terlalu rendah

 Intervensi Asuhan Gizi dan Implementasi Gizi

1. Memberkan Edukasi / Konseling

Tabel 2.2. materi / edukasi yang di sampaikan pada pasien

No Hari / tanggal Konseling Keluhan Pasien


1. Pengenalan diri dan
penyampaian diri kepada pasien
2. Bertanya kepada pasien 1. Pasien mengeluh tidak
tentang pola makan , kebiasaan nafsu makan sama
makan serta makanan apa saja sekali danhanya
yang disukai maupun tidak di menghabiskan 2
sukai oleh pasien sendok makan dari
Kamis , 07
3. Menjelaskan kepada pasien diet yang diberikan
1 November 2019
apa itu Gastritis dan anemia oleh rumah sakit
(17:40 – 17:57)
dengan menggunakan bahasa 2. Os mengeluh saat
yang mudah di mengerti oleh makan dengan nasi
pasien lembik atau MBL , os
4. Bertanya kepada pasien merasa nyeri di ulu
tentang diet yang diberikan oleh hati
rumah sakit , apakah bisa di
terima atau tidak.
2 Jumat , 08 1. Bertanya kepada pasien 1. Pasien masih merasa
November 2019 tentang daya terima makan pusing dan lemas karena
(09:28 – 09:41) pasien terhadap diet dari rumah Hb yang masih sangat
sakit rendah
2. menjelaskan kepada pasien 2. namun pasien sudah
tentang syarat diet penyakit mulai memiliki nafsu
Gastritis + Anemia kepada pasien makan dan daya terima
3. Memberi edukasi kepada terhadap makanan dari
pasien dalam mengonsumsi diet rumah sakit sudah ada
dalam porsi kecil tapi sering dilihat dari sisa diet
4. Membatasi makanan yang
merangsang seperti cabai dan
bumbu tajam lainnya
5. Menganjurkan pasien untuk
makan makanan yang tinggi zat pasien
besi untuk menaikkan Hb pasien 3. pasien tidak suka diet
yang sangat jauh di bawah ayam dan makanan yang
normal berlemak
Jumat , 08 1. bertanya kepada pasien pasien masih merasa
November 2019 tentang nafsu makan pasien pusing dan lemas
( 14:58 – 15:04) 2. bertanya tentang fisik pasien
1. memberi edukasi kepada
pasien dan keluarga hubungan 1. nafsu makan pasien
Sabtu , 09 gastritis dan anemia lebih baik
November 2019 2. memberi edukasi pada pasien 2. diet mulai di habiskan
3
(11:47 – 12:03) pola hidup sehat dan pemilihan 3. namun pasien masih
jenis makanan menurut diagnosa merasa lemas , tetapi
penyakit pasien pusing sudah berkurang

2. Makanan yang dibatasi dan di anjurkan

Tabel 2.3 jenis makanan yang dianjurkan dan dibatasi oleh pasien

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Beras bubur atau di tim : Beras ketan, beras
kentang di pure , kamaroni tumbuk ,roti whole wheat ,
di rebus , roti panggang , jagung, ubi, singkong,
biskuit, krekes, mi, bihun , tales, cake, dodol, dan
tepung-tepungan yang berbagai kue yang terlalu
dibuat bubur atau puding manis dan berlemak tinggi
Sumber protein hewani Daging sapi empuk, hati, Daging, ayam yang
ikan, ayam di giling atau di diawetkan, makanan
cincangdan direbus, dengan pengolahan di
disemur, ditim, goreng, daging babi, telur
dipanggang, telur ayam di yang di ceplok atau
rebus , di dadar, ditim, di digoreng
ceplok air, dan dicampr
dalam makanan, serta
susu ( rendah laktosa)
Sumber protein nabati Tahu, tempe direbus Tahu tempe yang di
ditim , ditumis, kacang goreng, kacang tanah,
hijau rebus dan di kacang merah, kacang
haluskan tolo
Sayuran Sayuran yang tidak Sayuran mentah, sayuran
banyak serat dan tidak berserta tinggi dan
mengandung gas , seperti menimbulkan gas seperti
bayam, bit, labu kuning, daun singkong , kacang
labu siam, wortel, tomat panjang, kol, lobak, sawi
rebus dan asparagus
Buah – buahan Pepaya, pisang, jeruk Buah yang tidak tinggi
manis, sari buah seperti serta dan dapat
pir, peach menimbulkan gas seperti
jambu biji, babas, apel,
kedondong, durian ,
nangka, dan bauh yang di
keringkan
Lemak Margarin dan mentega : Lemak hewan, dan santan
untuk menumis dab kental
santan encer
Minuman Sirup dan teh Minuman yang
mengandung soda dan
alkohol , kopi dan ice
cream
Bumbu Gula, garam, vetsin, kunci, Lombok, bawang, cabai
kencur, jahe, kunyit, (jumlah banyak ) , merica,
terasi , laos, salam dan cuka dan sebagainya yang
sereh tajam

3. Intrevensi Gizi

A. Tujuan Intervensi :

1. Meningkatkan asupan energi.


2. Mempertahankan berat badan ideal dan status gizi normal.
3. Meningkatkan asupan karbohidrat
4. Menurunkan asupan protein
5. Menurunkan asupan lemak yang menyebabkan sekresi asam lambung yang
berlebihan.
6. Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk menjalankan pola
makan dengan asupan gizi seimbang dan makanan yang lebih bervariasi.
7. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia
8.  Meningkatkan asupan makanan sumber sehingga tidak terjadi anemia
9.  Mengidentifikasi makanan yang menimbulkan keluhan
10. Memenuhi kebutuhan cairan
B. Syarat diet :
1. Energi sesuai kebutuhan dan kemampuan klien untuk menerimanya.
2. Karbohidrat dan protein diberikan cukup , sesuai kemampuan pasien untuk
menermanya
3. Lemak rendah yaitu 10-15% dari total kebutuhan energy yang ditingkatkan
secara bertahap hingga memenuhi kebutuhan dan mengutamakan lemak tidak
jenuh.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap
karena dapat memperberat kerja lambung.
5. Porsi kecil dengan frekuensi sering, mudah cerna, pemberian secara perlahan
dilingkungan tenang.
6. Cairan cukup.

7. Hindari makanan berlemak tinggi, terlalu manis, makanan terlalu pedas, terlalu
asam, mengandung gas, terlalu panas/dingin, berbumbu tajam dan sayuran mentah.
8. Bentuk makanan M2 / Bubur
9. Hindari teknik memasak dengan cara digoreng, sebaiknya direbus, dikukus, ditim,
atau dipanggang/bakar.
10. Hindari pemberian obat/suplemen yang bersifat asam dan merangsang
keluarnya asam lam bung : vitamin C, Zat besi, asam salisilat, acetosal,
kortikosteroid dan obat-obat anti rematik.
C. Jenis Diet
Tabel 2.4 Rencana pemberian diet

Jenis diet Diet Lambung II


Karena diet lambung II diberikan kepada pasien dengan
ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis
ringan.
Bentuk makanan Lunak / bubur , diberikan dalam porsi kecil serta diberikan
berupa 3 kali makanan pokok dan 2-3 kali selingan.
Makanan cukup energi, protein, vitamin C , tetapi kurang
tiamin.
Contoh menu sehari a) Pagi
Bubur nasi / nasi tim
Ayam cincang / dihaluskan
Telur ceplok air
Setup wortel
b) Snack pagi
Puding maizena + saus buah naga
c) Siang
Bubur nasi / nasi tim
Semur daging giling
Setup bayam + tempe
Jus pepaya
d) Snack sore
Roti bakar + orak arik telur
e) Malam
Bubur nasi / nasi tim
Sup ayam giling + tahu
Tumis labu siam + tomat
Pisang
BAB IV

HASIL ASUHAN GIZI (MONITORING DAN EVALUASI )

1. Biokimia

Setelah dilakukan intervensi dengan memberikan edukasi melalui konseling selama


3 hari, terdapat perubahan nilai lab pasien seperti berikut :

a) Hemoglobin , Eritrosit dan Kreatinin

Bahwa dari hasil nilai biokimia , nilai Hb pada tanggal 06 november adalah 3.2 g/dL,
dan terjadi kenaikan pada tanggal 08 november menjadi 7.5 g/dl. Eritrosit pada
tanggal 06 november 1.35 jt/mm3 dan naik menjadi 2.85 jt/mm3. Dan kreatinin dari 0.9
mg/dl menjadi 1.2 mg/dl.

8
7
6
5
4 06-Nov
3 08-Nov
2
1
0
hb eritrosit kreatinin

b) Leukosit

Bahwa dari hasil biokimia , pemeriksaan leukosit tang dilakukanpada tanggal 06/11
ialah 13.000 , dan dilakukan pemeriksa kembali pada tanggal 08/11 menjadi 10.400.

leukosit
14,000
12,000
10,000 leukosit
8,000
6,000
4,000
2,000
0
c) Ureum dan KGD

Bahwa dari hasil pemeriksaan biokimia yang telah dilakukan , pada tanggal 06/11
nilai ureum pasien adalah 65, dan pada tanggal 08/11 menjadi 55.

180
160
140
120
100 ureum
80 KGD
60
40
20
0

d) Trombosit

Bahwa dari pemeriksaan biokimia yang dilakukan pada tanggal 06/11, nilai trombosit
pasien 405.000 dan pada tanggal 08/11 nilai trombosit turun menjadi 349.000.

410,000
400,000
390,000
380,000
370,000 06-Nov
360,000 08-Nov
350,000
340,000
330,000
320,000

2. Asupan Energi

Bahwa dari intervensi dan konseling/ pemberian edukasi yang telah dilakukan
kepada pasien, terdapat perubahan yang terjadi dari hasil asupan makan pasien di
rumah sakit. Terlihat peningkatan dalam asupan energi yang dikonsumsi pasien ,
pada tanggal 07/11 energi 1283.2 kkal , 08/11 energi 1563.8 kkal dan pada tanggal
09/11 menjadi 1632.7 kkal. Protein : 79 gr, 101.7 gr dan 102.9 gr. Lemak : 40.7 gr,
49.8 gr dan 52.3 gr. Dan karbohidrat : 147.3 gr , 173.9 gr dan 182,3 gr. Hal ini
menunjukkan bahwa asupan makan pasien dari hari pertama sampai hari ketiga
menjadi lebih baik.
1800

1600

1400

1200

1000 07-Nov
800 08-Nov
09-Nov
600

400

200

0
energi protein lemak karbohidrat

3. Klinik/ fisik

No Hari / Tanggal Klinis / fisik pasien


1 Rabu , 06/11/2019 Pasien datang ke rumat sakit dengan keadaan sangat
lemas dan pusing di kepala
2 Kamis , 07/11/2019 Pasien masih merasa lemas dan tidak mempunyai
nafsu makan. Diet hanya dimakan 1-2 sendok saja
3 Jumat , 08/11/2019 Nafsu makan membaik , diet dari rs sudah di habis kan
< ½ dan pusing di kepala sudah sedikit bekurang. Nilai
lab juga menunjukkan nilai Hb pasien naik
4 Sabtu , 09/11/2019 Nafsu makan membaik, diet bahkan dihabiskan dan
pusing sudah berkurang.

4. Pemahaman tentang pola makan dan gizi seimbang

Pemahaman pasien mengenai asupan makan dan pola akan yang sehat terlihat dari
asupan makan pasien yang semakin membaik dari hari pertama sampai hari ketiga.
Peningkatan asupan makan pasien menunjukkan bahwa pemahaman pasien
tentang pola makan dan gizi seimbang menjadi lebih baik.
LAMPIRAN

1. Hasil recall 24 jam x 3 hari

Tabel 2.5 lampiran foto makanan pasien

NO WAKTU NAMA LAMPIRAN


HIDANGAN
1

1. Nasi
lembik
2. Ikan nila
3. Telur
Malam ( rebus
Sisa :
07/11/2 4. Sayur
019) labu
siam
5. Sup mie
+ ayam
6. Pepaya

2 Pagi 1. Bubur
( 08/11/ ayam
2019) wortel
- bubur
- wortel
- seledri
- ayam
2. Telur
bulat
Sisa :

Siang
( 08/11/
2019)

1. bubur
2. ikan dori fillet
3. sup jamur
4. sayur labu
siam wortel
5. pisang

Malam ( 1. Bubur
08/11/2 2. Labu
019) siam
3. Sup
kulit
tahu +
ayam
4. Ikan nila
5. Telur
rebus
6. Semang
ka
Sisa :

3 Pagi
(09/11/
2019)

Bubur ayam
- wortel
- ayam
- seledri
- bubur

Siang 1. Bubur
(09/11/ 2. Sup
2019) - wortel
-
macaro
ni
- jagung
3. Putih
telur
4. Fillet
ikan
dori
Pepaya Sisa :
Malam
(09/11/
2019)

Bubur + ikan
bakar + telur
rebus + sayur
labu siam +
soup kentang
wortel +
semangka
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari kegiatan intervensi yang telah dilakukan, bahwa terdapat perubahan


perilaku oleh pasien terhadap konseling/ edukasi yang telah di sampaikan. Dilihat
dari nilai laboratorium yang mendekati normal, seperti Hb dan Leukosit serta
Eritrosit. Dan asupan makan pasien yang menunjukkan peningkatan jumlah intake.

Dan sebelum mendapatkan edukasi/konseling , pasien mengalami penurunan


nafsu makan bahkan hanya menghabiskan 2 sendok makan diet yang di berikan.
Setelah dilakukan nya konseling pada hari pertama jumlah asupan pasien ialah
54.81 % dari kebutuhan , hari kedua 66.8 % dan pada hari ketiga asupan pasen
menjadi 69.74% .

Dan pada keadaan fisk/klinis , pasien sudah merasa lebih baik walau masih
merasa pusing yang di karenakan nilai Hb yang masih rendah walau mengalami
peningkatan dari nilai sebelumnya. Tetapi daya terima pasien terhadap diet rumah
sakit baik.

2. SARAN

Dari kegiatan edukasi yang telah dilakukan kepada pasien, diharapkan pasien dapat
menerapkan pola hidup sehat sesuai syarat dan ketentuan diet berdasarkan
penyakit pasien melalui edukasi yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai