Anda di halaman 1dari 53

TUGAS ASKEP DM KOMPLIKASI AKUT (HIPERGLIKEMIA)

NAMA : LEGIANTI
NIM : PO.71.4.201.17.1.026
KELAS : D.IV A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


DIV KEPERAWATAN
2020
LOGBOOK

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI AKUT (HIPERGLIKEMI)

Tujuan :
Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
akut (hiperglikemi) secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data
obyektif pada kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hiperglikemi)
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara
individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri

Kasus 1

Ny. ZA, Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix 12-15U. Klien
mengeluh mual, badan lemah, nafas sesak dan buang air kecil terus. Hasil laboratorium
menunjukkan GDS
= 628 mg/dL, A1c = 9,7%; Keton = 0.7.

Aktifitas 1
Identifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus tipe dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri

Kata kunci :
 Ny. ZA menderita DM sejak 10 tahun.
 Terapi Novomix 12-15 U.
 Mengeluh mual,badan lemah, nafas sesak buang air kecil terus.
 Hasil laboratorium GDS=628 mg/dl, A1c= 9,7 % ; Keton= 0,7.
Aktivitas 2

Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus

DO :
- Terapi Novomix 12-15 U
- GDS = 628 mg/dl, A1c = 9,7 %; Keton = 0,7.

DS :
- Menderita DM sejak 10 tahun.
- Klien mengeluh mual, badan lemah, nafas sesak dan buang air kecil terus.

Masalah Keperawatan :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (Hiperglikemia)
2. Keletihan
3. Resiko perifer tidak efektif

Aktifitas 3
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok

Masalah Keperawatan :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (Hiperglikemia)
2. Keletihan
3. Resiko perifer tidak efektif

Aktifitas 4
Identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi)
Berikut ini faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus :
1. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit.
Yang bisa dilakukan untuk seseorang agar bisa terhindar dari penyakit diabetes
melitus adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.
2. Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap
hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap
insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-
banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
3. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Makanan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi
untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi konsumsi
kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
4. Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak
konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang
teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko
untuk Anda terserang penyakit diabetes melitus.
5. Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan memberikan
efek negatif yang tidak ringan. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai
penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis
obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa
merusak pankreas.
Berdasarkan etiologi dari diabetes melitus, faktor yang menyebabkan keadaan
hiperglikemi mungkin diantaranya penurunan sekresi insulin secara relative atau absolut,
penghambatan glikolisis dan peningkatan dari produksi glukosa di dalam tubuh (Power,
2008).
Pada penderita diabetes, hiperglikemia dapat disebabkan oleh beberapa hal ini:
 Sedang stres.
 Mengalami infeksi.
 Tidak melakukan olahraga.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya, steroid.
 Lupa minum obat penurun gula darah atau menyuntikkan insulin.
 Terlalu banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat.
 Melakukan aktivitas fisik terlalu berat, terutama saat kadar gula darah tinggi dan
tingkat insulin rendah.

Aktivitas 5
Diskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok
Berikut ini faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus :
1. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk
seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit.
Yang bisa dilakukan untuk seseorang agar bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus
adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.
2. Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon
insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin.
Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-
banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
3. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Makanan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi
untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi konsumsi kolestorol
Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
4. Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak
konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang
teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko
untuk Anda terserang penyakit diabetes melitus.
5. Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan memberikan efek
negatif yang tidak ringan. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai
penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis
obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa merusak
pankreas.
Berdasarkan etiologi dari diabetes melitus, faktor yang menyebabkan keadaan hiperglikemi
mungkin diantaranya penurunan sekresi insulin secara relative atau absolut, penghambatan
glikolisis dan peningkatan dari produksi glukosa di dalam tubuh (Power, 2008).
Pada penderita diabetes, hiperglikemia dapat disebabkan oleh beberapa hal ini:
 Sedang stres.
 Mengalami infeksi.
 Tidak melakukan olahraga.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya, steroid.
 Lupa minum obat penurun gula darah atau menyuntikkan insulin.
 Terlalu banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat.
 Melakukan aktivitas fisik terlalu berat, terutama saat kadar gula darah tinggi dan
tingkat insulin rendah.

Aktifitas 6

Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri

A. Etiologi dan Patofisiologi


1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,
diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi pasien diabetes.
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-
sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang
disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella,
CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau
Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.
Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai
DM Tipe 1. Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada pasien
DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada pasien DM Tipe 1 ditemukan sekresi
glukagon yang berlebihan oleh sel- s. Secara normal, hiperglikemia akan
menurunkan sekresi glukagon, namun pada pasien DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi,
sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal ini
memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah
cepatnya pasien DM Tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapat
terapi insulin. Salah satu masalah jangka panjang pada pasien DM Tipe 1 adalah
rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap
hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat
berakibat fatal pada pasien DM Tipe 1 yang sedang mendapat terapi insulin.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak pasiennya
dibandingkan dengan DM Tipe 1. Pasien DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari
keseluruhan populasi pasien diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi
akhir-akhir ini pasien DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya
meningkat. Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan.Obesitas atau kegemukan merupakan salah
satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan
bahwa ada hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas
dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2.Berbeda
dengan DM Tipe 1, pada pasien DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal,
umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping
kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai “Resistensi Insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang
gerak (sedentary), dan penuaan. Disamping resistensi insulin, pada pasien DM Tipe
2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang
berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara
otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan demikian defisiensi
fungsi insulin pada pasien DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh
sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi pemberian
insulin.

B. Komplikasi Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang
parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia
dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-
gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada
vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis =
DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian.
Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.

C. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan Penatalaksanaan DM
1. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa
nyaman dan sehat.
2. Jangka panjang: mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun
neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
3. Cara: menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin. Mengingat mekanisme dasar
kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor genetik, tekanan darah, resistensi
insulin dan insufisiensi sel beta pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki
kelainan dasar yang dapat dikoreksiharus tercermin pada langkah penatalaksanaan.
4. Kegiatan: mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan mandiridan
melakukan promosi perubahan perilaku.

D. Pilar utama penatalaksanaan DM


Empat pilar penatalaksanaan DM meliputi:
1. Edukasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat-obatan
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan
latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar
glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan,
baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau
suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,
misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat
digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan
kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah
mendapat pelatihan khusus untuk itu.

E. Edukasi Diabetes Mellitus


Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode dimana telah terbentuk
kokoh pola gaya hidup dan perilaku. Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal
membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang
berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku,
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang
berkenaan dengan:
1. Makan makanan sehat
2. Kegiatan jasmani secara teratur
3. Menggunakan obat diabete secara aman dan teratur
4. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai
informasi yang ada
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
6. Mengelola diabetes dengan tepat
7. Mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan ketrampilan
8. Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian
masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir
sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,
dokumentasi, dan evaluasi.
Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu menyusun diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri
2. Mampu mendiskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepahaman kelompok
3. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi akut (hiperglikemi)secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hiperglikemia d/d kadar glukosa dalam darah
tinggi ( GDS : 628 mg/dL )
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d badan lemah
3. Risiko perfusi perifer tidak eektif d/d hiperglikemia

Aktifitas 2
Diskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hiperglikemia d/d kadar glukosa dalam darah
tinggi ( GDS : 628 mg/dL )
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d badan lemah
3. Risiko perfusi perifer tidak eektif d/d hiperglikemia

Aktifitas 3
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe I tanpa komplikasi secara
mandiri
A. Etiologi dan Patofisiologi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,
diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi pasien diabetes.
Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-
sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang
disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella,
CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau
Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin.
Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai
DM Tipe 1. Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada pasien
DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada pasien DM Tipe 1 ditemukan sekresi
glukagon yang berlebihan oleh sel- s. Secara normal, hiperglikemia akan
menurunkan sekresi glukagon, namun pada pasien DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi,
sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal ini
memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah
cepatnya pasien DM Tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak
mendapat terapi insulin. Salah satu masalah jangka panjang pada pasien DM Tipe 1
adalah rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon
terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang
dapat berakibat fatal pada pasien DM Tipe 1 yang sedang mendapat terapi insulin.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak pasiennya
dibandingkan dengan DM Tipe 1. Pasien DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari
keseluruhan populasi pasien diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi
akhir-akhir ini pasien DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya
meningkat. Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan.Obesitas atau kegemukan merupakan salah
satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan
bahwa ada hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas
dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2.Berbeda
dengan DM Tipe 1, pada pasien DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal,
umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping
kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan
disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut
sebagai “Resistensi Insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup
kurang gerak (sedentary), dan penuaan. Disamping resistensi insulin, pada pasien
DM Tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa
hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β
Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan
demikian defisiensi fungsi insulin pada pasien DM Tipe 2 hanya bersifat relatif,
tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan
terapi pemberian insulin.

B. Komplikasi Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang
parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia
dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-
gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada
vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis =
DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian.
Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.

C. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan Penatalaksanaan DM
1. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa
nyaman dan sehat.
2. Jangka panjang: mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun
neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
3. Cara: menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin. Mengingat mekanisme dasar
kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor genetik, tekanan darah, resistensi
insulin dan insufisiensi sel beta pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki
kelainan dasar yang dapat dikoreksiharus tercermin pada langkah penatalaksanaan.
4. Kegiatan: mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan mandiridan
melakukan promosi perubahan perilaku.

D. Pilar utama penatalaksanaan DM


Empat pilar penatalaksanaan DM meliputi:
1. Edukasi
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Obat-obatan
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan
latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar
glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan,
baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau
suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,
misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat
digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan
kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah
mendapat pelatihan khusus untuk itu.

E. Edukasi Diabetes Mellitus


Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode dimana telah terbentuk
kokoh pola gaya hidup dan perilaku. Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal
membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang
berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku,
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan motivasi yang
berkenaan dengan:
1. Makan makanan sehat
2. Kegiatan jasmani secara teratur
3. Menggunakan obat diabete secara aman dan teratur
4. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan berbagai
informasi yang ada
5. Melakukan perawatan kaki secara berkala
6. Mengelola diabetes dengan tepat
7. Mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan ketrampilan
8. Dapat mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian
masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir
sama dengan proses edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,
dokumentasi, dan evaluasi.
Pertemuan hari III
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu menyusun rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mampu membuat tujuan/kritereria hasil perencanaan sesuai dengan diagnosis
yang telah dimunculkan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pengkajian fokus terhadap masalah tersebut
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan untuk
pasien/keluarga terhadap masalah tersebut
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan kolaborasi terhadap masalah tersebut
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan aktifitas lain yang menunjang pemecahan
masalah tersebut
2. Mampu berdiskusi kelompok tentang rencana keperawatan pada kasus diabetes
melitus dengan komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara
individu/mandiri
3. Mampu menyusun catatan perkembangan pada kasus diabetes dengan komplikasi
akut (hiperglikemi) secara mandiri
4. Mampu mendiskusikan tentang catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara
individu/mandiri untuk mencapai kesepahaman kelompok
5. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri

Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri

Dx 1
Ketidakstabilan kadar glukosa darah : Hiperglikemia

Manajemen Hiperglikemia
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab Hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejala Hiperglikemia
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala Hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes (insulin dan obat oral)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin dan keluarga cara mengelola obat
 Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek samping
 Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek samping obat
Dx 2
Keletihan

Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif / aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Edukasi aktivitas/Istirahat
Edukasi
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misalnya kelelahan karena
aktifitas)

Dx 3
Risiko perfusi perifer tidak efektif d/d hiperglikemia

Manajemen Hiperglikemia
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab Hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejala Hiperglikemia
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala Hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes (insulin dan obat oral)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin dan keluarga cara mengelola obat
 Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek samping
 Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek samping obat
Aktifitas 2
Diskusikan rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok

Dx 1
Ketidakstabilan kadar glukosa darah : Hiperglikemia

Manajemen Hiperglikemia
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab Hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejala Hiperglikemia
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala Hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes (insulin dan obat oral)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin dan keluarga cara mengelola obat
 Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek samping
 Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek samping obat

Dx 2
Keletihan

Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif / aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Edukasi aktivitas/Istirahat
Edukasi
 Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misalnya kelelahan karena
aktifitas)

Dx 3
Risiko perfusi perifer tidak efektif d/d hiperglikemia

Manajemen Hiperglikemia
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab Hiperglikemia
 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejala Hiperglikemia
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala Hiperglikemia tetap ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
 Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes (insulin dan obat oral)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin dan keluarga cara mengelola obat
 Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek samping
 Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi efek samping obat
Aktifitas 3
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hiperglikemia d/d kadar glukosa dalam darah tinggi ( GDS : 628
mg/dL )
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan penyebab S :
Hiperglikemia  Klien mengeluh mual
2. Identifikasi situasi yang  Klien megeluh badan lemas
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengeluh buang air kecil
meningkat terus menerus
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 550 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00

1. Berikan asupan cairan oral


A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
2. Konsultasi dengan medis jika tanda
Darah
dan gejala Hiperglikemia tetap ada
P : Lanjutkan intervensi
atau memburuk
Jam 12.00

1. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
2. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
5. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan sudah tidak
2. Identifikasi situasi yang mual lagi
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengatakan perasaan
meningkat lelahnya mulai berkurang
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 280 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
1. Berikan asupan cairan oral Darah
2. Konsultasi dengan medis
jika P : Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00

1. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
2. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
5. Kolaborasi pemberian insulin

Diagnosa Keperawatan 2 : Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d badan lemah


Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh S :

yang mengakibatkan kelelahan  Klien mengeluh badan lemas.


2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional O:
3. Monitor pola dan jam tidur
 Klien nampak lemas
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama A : Keletihan

melakukan aktifitas P : Lanjutkan Intervensi

Jam 11.00

1. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
1. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00

2. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
5. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh S :

yang mengakibatkan kelelahan  Klien mengatakan perasaan


2. Monitor kelelahan fisik dan lelahnya mulai berkurang
emosional O:
3. Monitor pola dan jam tidur
 Klien nampak mulai beraktivitas
4. Monitor lokasi dan
secara perlahan.
ketidaknyamanan selama
A : Keletihan
melakukan aktifitas
P : Lanjutkan Intervensi
Jam 11.00

1. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
4. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00

1. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
2. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
Dx.3 : Risiko perfusi perifer tidak efektif d/d hiperglikemia
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 5. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengeluh mual
6. Identifikasi situasi yang  Klien megeluh badan lemas
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengeluh buang air kecil
meningkat terus menerus
7. Monitor kadar glukosa darah O:
8. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 550 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00

3. Berikan asupan cairan oral


A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
4. Konsultasi dengan medis jika tanda
Darah
dan gejala Hiperglikemia tetap ada
P : Lanjutkan intervensi
atau memburuk
Jam 12.00

6. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
7. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
8. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
9. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
10. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 5. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan sudah tidak
6. Identifikasi situasi yang mual lagi
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengatakan perasaan
meningkat lelahnya mulai berkurang
7. Monitor kadar glukosa darah O:
8. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 280 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
3. Berikan asupan cairan oral Darah
4. Konsultasi dengan medis
jika P : Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00

6. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
7. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
8. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
9. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
10. Kolaborasi pemberian insulin
Aktifitas 4
Diskusikan catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hiperglikemia d/d kadar glukosa dalam darah tinggi ( GDS : 628
mg/dL )
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengeluh mual
2. Identifikasi situasi yang  Klien megeluh badan lemas
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengeluh buang air kecil
meningkat terus menerus
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 550 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00

5. Berikan asupan cairan oral


A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
6. Konsultasi dengan medis jika tanda
Darah
dan gejala Hiperglikemia tetap ada
P : Lanjutkan intervensi
atau memburuk
Jam 12.00

7. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan sudah tidak
2. Identifikasi situasi yang mual lagi
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengatakan perasaan
meningkat lelahnya mulai berkurang
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 280 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
5. Berikan asupan cairan oral Darah
6. Konsultasi dengan medis
jika P : Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00

7. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin

Diagnosa Keperawatan 2 : Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d badan lemah


Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh S :
yang mengakibatkan kelelahan  Klien mengeluh badan lemas.
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional O:
3. Monitor pola dan jam tidur
 Klien nampak lemas
4. Monitor lokasi dan
A : Keletihan
ketidaknyamanan selama
P : Lanjutkan Intervensi
melakukan aktifitas
Jam 11.00

5. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
6. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
8. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00

9. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
12. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh S :

yang mengakibatkan kelelahan  Klien mengatakan perasaan


2. Monitor kelelahan fisik dan lelahnya mulai berkurang
emosional O:
3. Monitor pola dan jam tidur
 Klien nampak mulai beraktivitas
4. Monitor lokasi dan
secara perlahan.
ketidaknyamanan selama
A : Keletihan
melakukan aktifitas
P : Lanjutkan Intervensi
Jam 11.00

5. Sediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
6. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
8. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00

9. Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
12. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
13.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
Dx.3 : Risiko perfusi perifer tidak efektif d/d hiperglikemia
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi
Senin, Jam 10.00 Jam 14.00
01 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengeluh mual
2. Identifikasi situasi yang  Klien megeluh badan lemas
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengeluh buang air kecil
meningkat terus menerus
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 550 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00

5. Berikan asupan cairan oral


A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
6. Konsultasi dengan medis jika tanda
Darah
dan gejala Hiperglikemia tetap ada
P : Lanjutkan intervensi
atau memburuk
Jam 12.00

7. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, Jam 10.00 Jam 14.00
02 Maret 2021 1. Identifikasi kemungkinan S :
penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan sudah tidak
2. Identifikasi situasi yang mual lagi
menyebabkan kebutuhan insulin  Klien mengatakan perasaan
meningkat lelahnya mulai berkurang
3. Monitor kadar glukosa darah O:
4. Monitor tanda dan gejala
 GDS : 280 mg/dl
Hiperglikemia
 Terapi Novomix 12-15 U
Jam 11.00
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa
5. Berikan asupan cairan oral Darah
6. Konsultasi dengan medis
jika P : Lanjutkan Intervensi
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00

7. Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Aktifitas 5
Buatlah dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut
(hiperglikemi) secara mandiri

PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. ZA
b. Keluhan Utama : Mual, badan lemah, nafas sesak dan buang air kecil terus

c. Riwayat Keluhan Utama : Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15U. Klien mengeluh mual, badan lemah, nafas sesak dan buang air kecil terus.
Hasil laboratorium menunjukkan GDS = 628 mg/dL, A1c = 9,7%; Keton = 0.7.

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

DS: DO:

 Klien mengatakan menderita DM  GDS : 628 mg/dl


sejak 10 tahun  A1C = 9,7%
 Klien mengatakan mual, badan  Keton = 0,7
lemah, nafas sesak dan sering buang  Terapi Novomix 12-15U
air kecil  Tidak terdapat luka pada kaki

ANALISA DATA

DATA MASALAH

DS: Ketidakstabilan kadar glukosa darah


 Klien mengatakan menderita DM
sejak 10 tahun
 Klien mengatakan sering buang air
kecil
DO:

 GDS : 628 mg/dl


 A1C = 9,7%
 Keton = 0,7
 Terapi Novomix 12-15U
 Tidak terdapat luka pada kaki
DS:

 Klien mengeluh mual dan badan


lemah
DO:

 GDS : 628 mg/dl Keletihan

 A1C = 9,7%
 Keton = 0,7
 Terapi Novomix 12-15U
 Tidak terdapat luka pada kaki
DS:

 Klien mengatakan menderita DM


sejak 10 tahun
 Klien mengatakan mual, badan
lemah, nafas sesak dan sering buang
air kecil
Resiko Perifer Tidak Efektif
DO:

 GDS : 628 mg/dl


 A1C = 9,7%
 Keton = 0,7
 Terapi Novomix 12-15U
 Tidak terdapat luka pada kaki

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d Hiperglikemia d/d kadar glukosa darah
tinggi (GDS: 628 mg/dl)
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d badan lemah
3. Resiko perfusi perifer tidak efektid d/d hiperglikemia)
PENGKAJIAN
a. Identitas Klien

Nama : Tn. S
Usia : 60 tahun
b. Keluhan Utama : Cepat lelah
c. Riwayat Keluhan Utama : Tn. S menderita DM sejak 3 tahun yang lalu pada
saat pemeriksaan kesehatan berangkat haji. Klien mengatakan tidak memiliki
komplikasi, tidak terdapat luka pada kaki. Klien hanya merasa kadang kurang enak
badan dan cepat lelah. Kadar glukosa darah klien saat ini 150 mg/dl, klien selalu
kontrol rutin di Poli Diabet untuk mengevaluasi kadar glukosa darah dan klien
selalu mengonsumsi glibenklamid

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

DS: DO:
 Klien mengatakan saat ini  GDS : 150mg/dl
melakukan kontrol rutin untuk  Mengkonsumsi Glibenklamid
mengevaluasi kadar glukosa darah  Tidak terdapat luka pada kaki
 Klien merasa kadang kurang enak
badan dan cepat lelah
 Klien mengatakan menderita DM
sejak 3 tahun yang lalu
 Klien mengatakan tidak memiliki
komplikasi.

ANALISA DATA
DATA MASALAH

DS: Ketidakstabilan kadar glukosa darah


 Klien mengatakan saat ini
melakukan kontrol rutin untuk
mengevaluasi kadar glukosa darah
 Klien merasa kadang kurang enak
badan dan cepat lelah
 Klien mengatakan menderita DM
sejak 3 tahun yang lalu
DO:
 GDS : 150mg/dl
 Mengkonsumsi Glibenklamid

DS:
 Klien merasa kadang kurang enak
badan dan cepat lelah
DO: Keletihan
 GDS : 150mg/dl
 Mengkonsumsi Glibenklamid

DS:
 Klien merasa kadang kurang enak
badan dan cepat lelah
 Klien mengatakan menderita DM Resiko Infeksi

sejak 3 tahun yang lalu


DO:
 GDS : 150mg/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d Hiperglikemia d/d GDS: 628 mg/dl
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis d/d merasa kurang enak badan dan cepat lelah
3. Resiko infeksi d/d penyakit kronis (diabetes mellitus)

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan asuhan Manajemen hiperglikemi


kadar glukosa keperawatan selama 2 x 24  Observasi
darah b/d jam diharapkan kestabilan 1. Identifikasi kemungkinan
Hiperglikemia kadar glukosa darah penyebab hiperglikemia
d/d GDS: 628 meningkat. Dengan KH: 2. Identifikasi situasi yang
mg/dl  Kadar glukosa menyebabkan kebutuhan
dalam darah insulin meningkat
membaik 3. Monitor kadar glukosa
 Lelah menurun darah
4. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
5. Monitor input dan output
cairan
 Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
 Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes (insulin dan obat
oral)
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Ajarkan cara menangani
atau mengurangi efek
samping
3. Anjurkan menghubungi
petugas kesehatan jika
terjadi efek samping obat
2. Keletihan b/d Setelah dilakukan asuhan Keletihan
kondisi keperawatan selama 2 x 24  Observasi
fisiologis d/d jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi gangguan
badan lemah keletihan membaik. fungsi tubuh yang
Dengan KH: mengakibatkan kelelahan
 Verbalisasi 2. Monitor kelelahan fisik
kepulihan energi dan emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam
 Tenaga meningkat tidur
 Verbalisasi lelah 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
 Lesu menurun melakukan aktivitas
 Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif/aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
 Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
 Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Edukasi aktivitas/istirahat
 Edukasi
1. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
(misalnya kelelahan
karena aktivitas)
3. Resiko perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen hiperglikemi
perifer tidak keperawatan selama 2 x 24  Observasi
efektif d/d jam diharapkan perfusi 1. Identifikasi kemungkinan
hiperglikemia perifer meningkat dengan penyebab hiperglikemia
kriteria hasil: 2. Identifikasi situasi yang
a. Akral membaik menyebabkan kebutuhan
b. Turgor kulit membaik insulin meningkat
3. Monitor kadar glukosa
darah
4. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
5. Monitor input dan output
cairan
 Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
 Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes (insulin dan obat
oral)
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Ajarkan cara menangani
atau mengurangi efek
samping
3. Anjurkan menghubungi
petugas kesehatan jika
terjadi efek samping obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Senin, Ketidakstabilan kadar Jam 10.00 Jam 14.00


1 Maret 2021 glukosa darah b/d 1. Identifikasi kemungkinan S :
Hiperglikemia d/d penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan merasa mual, bdan
GDS: 628 mg/dl 2. Identifikasi situasi yang lemah, dan sering buang air kecil
menyebabkan kebutuhan insulin O :
meningkat  GDS : 628 mg/dl
3. Monitor kadar glukosa darah  A1C = 9,7%
4. Monitor tanda dan gejala  Keton = 0,7
Hiperglikemia  Terapi Novomix 12-15U
Jam 11.00
 Klien nampak belum mengikuti
5. Berikan asupan cairan oral
anjuran yang telah diberikan.
6. Konsultasi dengan medis jika
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
tanda dan gejala Hiperglikemia
P : Lanjutkan intervensi
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, 2 Maret 2021 Ketidakstabilan kadar Jam 10.00 Jam 14.00
glukosa darah b/d 1. Identifikasi kemungkinan S :
Hiperglikemia d/d penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan mulai mampu
GDS: 150 mg/dl 2. Identifikasi situasi yang menerima semua informasi yang telah
menyebabkan kebutuhan insulin diberikan.
meningkat  Klien mengatakan perasaan lelahnya
3. Monitor kadar glukosa darah mulai berkurang
4. Monitor tanda dan gejala O : Klien nampak sudah memahami
Hiperglikemia beberapa informasi yang telah diberikan.
Jam 11.00 A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
5. Berikan asupan cairan oral P : Lanjutkan Intervensi
6. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin

Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Senin, 1 Maret 2021 Keletihan b/d kondisi Jam 10.00 Jam 14.00
fisiologis d/d badan 1. Identifikasi gangguan fungsi S :
lemah tubuh yang mengakibatkan  Klien merasa mual dan bada lemah
kelelahan  Klien mengatakan belum mengikuti
2. Monitor kelelahan fisik dan anjuran yang diberikan oleh perawat.
emosional O:
3. Monitor pola dan jam tidur  Klien nampak belum mengikuti anjuran
4. Monitor lokasi dan yang telah diberikan.
ketidaknyamanan selama A : Keletihan
melakukan aktifitas P : Lanjutkan Intervensi
Jam 11.00
5. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
6. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
8. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00
9. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
12. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
13. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Selasa, 2 Maret 2021 Keletihan b/d kondisi Jam 10.00 Jam 14.00
fisiologis d/d badan 1. Identifikasi gangguan fungsi S :
lemah tubuh yang mengakibatkan  Klien mengatakan perasaan lelahnya
kelelahan mulai berkurang.
2. Monitor kelelahan fisik dan  Klien mengatakan mulai mengikuti
emosional anjuran yang diberikan oleh perawat.
3. Monitor pola dan jam tidur O:
4. Monitor lokasi dan  Klien nampak mulai mengikuti anjuran
ketidaknyamanan selama yang telah diberikan.
melakukan aktifitas A : Keletihan
Jam 11.00 P : Lanjutkan Intervensi
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
4. Anjurkan tirah baring
Jam 12.00
5. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
6. Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
7. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
8. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (misalnya
kelelahan karena aktifitas)
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan

Senin, 1 Maret 2021 Resiko perfusi perifer Jam 10.00 Jam 14.00
tidak efektif d/d 1. Identifikasi kemungkinan S :
hiperglikemia penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan merasa mual, bdan
2. Identifikasi situasi yang lemah, dan sering buang air kecil
menyebabkan kebutuhan insulin O :
meningkat  GDS : 628 mg/dl
3. Monitor kadar glukosa darah  A1C = 9,7%
4. Monitor tanda dan gejala  Keton = 0,7
Hiperglikemia  Terapi Novomix 12-15U
Jam 11.00
 Klien nampak belum mengikuti anjuran
5. Berikan asupan cairan oral
yang telah diberikan.
6. Konsultasi dengan medis jika
A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
tanda dan gejala Hiperglikemia
P : Lanjutkan intervensi
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Selasa, 2 Maret Ketidakstabilan kadar Jam 10.00 Jam 14.00
2021 glukosa darah b/d 1. Identifikasi kemungkinan S :
Hiperglikemia d/d penyebab Hiperglikemia  Klien mengatakan mulai mampu
GDS: 150 mg/dl 2. Identifikasi situasi yang menerima semua informasi yang telah
menyebabkan kebutuhan insulin diberikan.
meningkat  Klien mengatakan perasaan lelahnya
3. Monitor kadar glukosa darah mulai berkurang
4. Monitor tanda dan gejala O : Klien nampak sudah memahami
Hiperglikemia beberapa informasi yang telah diberikan.
Jam 11.00 A : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
5. Berikan asupan cairan oral P : Lanjutkan Intervensi
6. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala Hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Jam 12.00
7. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl.
8. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
10. Ajarkan pengelolaan diabetes
(insulin dan obat oral)
11. Kolaborasi pemberian insulin
Informasi pada bagian ini :
Pernyataan Tanda chek Pernyataan Tanda chek (√)
(√)
Sangat sedikit Tidak relevan
dengan praktik
klinik
Sesuai Membosankan
Terlalu banyak Kurang menarik
Terlalu sederhana Sangat menarik
Kurang komplek Terlalu teoritis
Terlalu komplek Teori tepat untuk saya
Relevan dengan praktik Teori tidak cukup
klinik

Pengetahuan yang saya peroleh meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan


asuhan
keperawatan pada penderita DM (berikan tanda √ pada kotak yang disediakan) :
 Ya, pasti
 Mungkin
 Tidak

Apa saran saudara untuk meningkatkan isi dari bab ini ?


.................................................................................................................................................
.........
.................................................................................................................................................
.........
.................................................................................................................................................
.........
......................................................................................................

Nama mahasiswa : AINUN PUTRI ASNIAR

NIM : PO.714.201.17.1.058

Tanda tangan :

Anda mungkin juga menyukai