Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LEGIANTI
PO7120421019

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
A. KONSEP TEORI

1. DEFINISI
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu
kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini
mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah
oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya
jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang
mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume
pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Muttaqin, 2009). Anemia
merupakan kondisi di mana kurangnnya konsentrasi sel darah merah atau menurunnya
kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar tersebut banyak
dijumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau perdarahan (Thibodeau, 2012).
Dari ketiga pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar HB dalam tubuh dibawah batas normal karena dipengaruhi oleh
berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.

2. ETIOLOGI

Menurut Ani (2016), anemia gizi besi dapat terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
b. Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal dari
hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
c. Makanan nabti (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran hijau tua, yang walaupun
kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap baik oleh usus.
Menurut Sugeng Jitowiyono (2018), pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia
yang ada : kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolysis), dan
penurunan produksi sel darah merah. Masing-masing penyebab ini mencakup sejumlah
kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat . Etiologi genetic meliputi :
a. Hemoglobinopati
b. Thalassemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongeenital
f. Penyakit Rh null

3. MANIFESTASI KLINIK

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala yang


berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia, kronisital
anemia, kebutuhan metabolic pasien, gangguan fisik (misalnya penyakit jantung atau
paru), serta gambaran umum dari kondisi yang menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah gejalanya.
Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan signifikan terhadap kehidupan
mereka cenderung memiliki gejala yang lebih tinggi daripada orang yang lebih banyak
duduk. Beberapa anemia oleh sebagai kelainan lain yang tidak diakibatkan oleh anemia
namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit tertentu (Sugeng Jitowiyono, 2018).

Menurut (Handayani & Haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
a. Gejala umum pada anemia
Gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum anemia merupakan
gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
di bawah nilai normal. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut organ yang
terkena:
1) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat
beraktivitas, gagal jantung
2) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang,
kelemahan otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada akstermitas
3) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
4) Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
b. Gejala khas masing - masing anemia
Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah:
1) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
3) Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
4) Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.

4. PATOFISIOLOGI

Anemia menurut (Wijaya & Putri 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum-
sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolysis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah
merah yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah mrah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses
ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagostikakan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
dekstruksi sel darah merah (hemolysis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1 mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5
mg/dL akan mengakibatkan interik pada sclera.

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga


kelompok (Handayani.,Haribowo. 2008) :
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang
dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara
lain:
1) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
2) Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan.
3) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
4) Autoimun
5) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.
c. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan
yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat
gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran
pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal
OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.
5. PATHWAY KEPERAWATAN

Perdarahan Eritrosit Depresi sumsum


pasif prematur Defisiensi besi, tulang kongenital
B12, asam folat atau akibat obat-
obatan

Kehilangan Umur eritrosit Kekurangan


banyak darah pendek akibat bahan baku
penghancuran pembuat sel Pembentukan sel
sel darah merah darah merah hemopoetik
terhenti atau
Transfusi berkurang
darah

Anemia (Hb menurun


Resiko Infeksi
<10 g/dL)
Ansietas

Gastrointestinal Kardiovaskuler

Gangguan absorbsi nutrient Pengurangan aliran darah


Defisit nutrisi
yang diperlukan untuk dan komponennya ke organ
pembentukan sel darah merah tubuh yang kurang vital
(anggota gerak),
penambahan aliran darah ke
Intoleransi
otak dan jantung
Aktifitas
Pengiriman oksigen dan
nutrient ke sel
berkurang Pengiriman oksigen
dan nutrient ke sel
Takikardi, TD menurun, berkurang
pengisian kapiler lambat,
Penurunan BB,
ekstremitas dingin, palpitasi
Kelemahan
Perubahan Perfusi
Jaringan
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono,2018) yang dapat dilakukan
pada pasien anemia adalah sebgai berikut :
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotic diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila da)
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dL)
b. Kadar Ht menurun (normal 37-41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastic)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan
perawatan tidak terlepas dari pedekatan dengan proses keperawatan yaitu suatu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien
sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal,
membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari dengan melalui langkah – langkah yaitu
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang
berkesinambungan.
Menurut (Sugeng Jitowiyono,2018), berikut tinjauan teoritas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Anemia.
a. Identitas klien dan keluarga
Identitas pasien, meliputi : Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia
umumnya adalah dewasa, Jenis Kelamin : biasa nya yang dominan terkena
Anemia adalah perempuan, Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan,
Tanggal Masuk, No. Register, Diagnosa medis, dan alamat. Penanggung jawab,
meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
pasien.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing, lemah, mual dan muntah, badan terasa letih, pucat, akral
dingin.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan
dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang
dan berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
5) Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
6) Apakah pernah menderita penyakit malaria
7) Apakah pernah mengalami pembesaran limfe
8) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti
kanker payudara, leukimia, dan multipel myeloma
9) Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran dengan
radiasi
10) Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan
hati.
11) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.
12) Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin
B12 asam folat, vitamin C dan besi.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi, dan
penurunan kesadaran. Keletihan, kelemahan, malaise umum, Kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak, Klien mengatakan bahwa ia depresi, Sakit
kepala, Nyeri mulut & lidah, Kesulitan menelan, Dyspepsia, anoreksia, Klien
mengatakan BB menurun, Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi,
Penurunan penglihatan, Kemampuan untuk beraktifitas menurun
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
3) Keluarga adalah vegetarian berat.
4) Social ekonomi keluarga yang rendah.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai
lemah, suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi
sklera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan
refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar
dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi,
lidah kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama
nafas tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan
bias dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum
dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang. Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku
mudah patah dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan
aktifitas
15) Persyarafan
 Nervus I (Olfaktorius) : Suruh klien menutup mata dan menutuo
salah satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)
 Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa
diskus optikus, penglihatan perifer.
 Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika
terbuka, suruh klien mengikuti cahaya
 Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien menggerakan mata kearah
bawah dan kearah dalam.
 Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang
ketika klien merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area
dekat pipi disentuh) dekati dari samping, sentuh bagiang mata
yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk
menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
 Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien untuk
menggerakan mata secara lateral.
 Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi larutan manis (gula), asam (lemon). Kaji fungsi
motorik dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan klien untuk
mengidentifikasi rasa pada lidah.
 Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong
spatel pada lidah ke posterior faring untuk menentukan refleks
muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
 Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar kepala kesamping
dengan melawan tahanan, minta klien untuk mengangkat bahunya
kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk melawannya.
 Nervus XII (Hipoglasus) : Minta klien untuk mengeluarkan
lidahnya,periksa deviasi garis tengah, dengarkan kemampuan
anak untuk mengucapkan ‘R
h. Pemeriksaa penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal,
orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, perkarangan,
pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
Data psikologis
a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(penurunan hemoglobin)
e. Ansietas berhubungan dengan kelemahan
3. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan asuhan Perawatan sirkulasi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan dengan
perfusi perifer meningkat dengan kriteria 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
penurunan konsentrasi hasil : perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
1. Denyut nadi perifer meningkat suhu, ankle brachial index)
hemoglobin
2. Penyembuhan luka meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
3. Sensasi menurun sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
4. Warna kulit pucat menurun tua, hipertensi dan kadar kolesterol
5. Akral membaik tinggi)
6. Turgor kulit membaik 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
7. Tekanan darah sistolik membaik bengkak pada ekstremitas
8. Tekanan darah diastolic membaik Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Ajurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin anjurkan
mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
3. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah , antikoagulan, dan
penurun kolesterol jika perlu
4. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara terature
5. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
6. Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat (mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
7. Anjurkan program rehabilitasi vascular
8. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. Rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega 3)
9. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang dilaporkan (mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi
dengan kurangnya asupan
status nutrisi membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
makanan 1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasialergi dan intoleransi
meningkat makanan
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
3. Kekuatan otot menelan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
4. Berat badan membaik nutrient
5. Frekuensi makan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
6. Nafsu makan membaik nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makanan,
jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalorori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri antimetik, jika
perlu)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrieny yang diperlukan, jika perlu
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Energi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Obsevasi
berhubungan dengan
toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan hasil : mengakibatkan kelelahan
1. Kemudahan dalam melakukan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas sehari-hari meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Keluhan lelah menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
3. Perasaan lemah menurun selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan /
atau aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

4 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi
dengan ketidakadekuatan
tingkat infeksi menurun dengan kriteria 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokan
pertahanan tubuh sekunder hasil : dan sistemik
1. Nafsu makan meningkat Terapeutik
(penurunan hemoglobin)
2. Demam menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
4. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tandan dan gekjala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Observasi
dengan kelemahan
tingkat ansietas menurun dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
hasil : (mis. Kondisi, waktu, dan stressor)
1. Perilaku gelisah menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
2. Perilaku tegang menurun keputusan
3. Keluhan pusing menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
4. Pucat menurun non verbal)
Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara actual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melekukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih pemggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
4. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah realisasi secara tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data
yang baru (Arif Muttaqin, 2009).

5. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien


(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Menurut (Arif Muttaqin, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng Jitowiyono, (2018). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan system
hematologi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Brunner & Suddarth, (2015). Buku ajar keperawatan medical bedah Edisi 12 Volume 1. Jakarta
: EGC
Wijaya, A,S,. & Putri, Y.M (2013). Keperawatan Medikal bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindaka
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai