Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA GRAVIS

Disusun oleh:
Ega Anjani (KHGC18016)
4A S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARSA HUSADA GARUT
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA GRAVIS

A. DEFINISI
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011
menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah
yang cukup(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah istilah
yang menunjukkan hitungan sel darah merah dan kadar hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak
merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologi yang
mendasari (Wijaya & Putri, 2013).
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014).
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal
tersebut dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan
hemoglobin (Hb) dalam darah. (Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009)
Jadi anemia adalah keadaan kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan
tambahan umumnya melalui transfusi. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

B. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti :
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)\
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah

C. FISIOLOGI
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi
transportasi oksigen, karbohidrat, metabolik, mengatur keseimbangan asam dan basa,
mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi, membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan
hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar kesasaran (Syaifuddin, A,
2016).
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna
merah ini keadaannya tidak tetap, tergantung banyaknya oksigen dan karbondioksida
didalamnya. Darah dalam tubuh karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah
berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila ada diluar pembuluh
darah akan membeku. Pembekuanini dapat dicegah dengan mencampurkan sedikit
sitras natrikus atau anti pembeku darah. Keadaan ini sangat berguna apabila darah
tersebut diperlukan untuk transfusi darah (Syaifuddin, A, 2016).

Fungsi darah secara umum menurut (Syaifuddin, A, 2016) yaitu :


1. Sebagai alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk fungsi
metabolisme:
a. Respirasi: gas oksigen dan karbondioksida dibawa oleh hemoglobin dalam sel
darah merah dan plasma darah kemudian terjadi pertukaran gas diparu.
b. Nutrisi zat gizi yang diabsorpsi dari usus, dibawa plasma ke hati dan jaringan-
jaringan tubuh, dan digunakan untuk metabolisme.
c. Mempertahankan air, elektrolit, keseimbangan asam basa, dan berperan dalam
homeostasis.
d. Sekresi hasil metabolisme dibawa plasma keluar tubuh oleh ginjal.
e. Regulasi metabolisme: hormon dan enzim mempunyai efek dalam aktivitas
metabolisme sel dibawa dalam plasma.
2. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang merupakan fungsi dari sel
darah putih.
3. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan : proteksi terhadap respon peradangan
lokal karena cedera jaringan. Pencegahan perdarahan merupakan fungsi trombosit
karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik (mempercepat pelarutan thrombin)
yang ada dalam plasma .
4. Memepertahankan temperature tubuh: darah membawa panas dan bersirkulasi
keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk
panas.

(Syaifuddin, A, 2016)

Bagian-bagian darah menurut (Syaifuddin, A, 2016) meliputi :


1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium, dan zat besi)
4. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino)

Darah terdiri dari dua bagian darah yaitu :


1. Sel-sel darah ada tiga macam yaitu :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram binokav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2
mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin yang
memberinya warna merah.
b. Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar
(granula). Jenisnya adalah eosinophil, basophil, dan netrofil.
2) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya
adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.
c. Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
2. Plasma darah Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.

D. PATOFISIOLOGI
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi),
hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
a. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
b. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
Pathway

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain :
1. Penurunan kinerja fisik,
2. gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
3. anorexia (badan kurus kerempeng),
4. pica,
5. perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. S
ering pula terjadi :
1. abnormalitas pertumbuhan,
2. gangguan fungsi epitel, dan
3. berkurangnya keasaman lambung.
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lunglai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung
(Sjaifoellah, 1998)
F. KEMUNGKINAN DATA FOKUS
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggung jawab2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien anemia gravis, misalnya lemah,
letih, lesu, lelah, lunglai.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji penyebab keluhan yang dirasakan oleh pasien , faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit ini muncul, serta kaji perjalanan penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh pasien anemia gravis, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan
tentang riwayat alergi.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, dan penyakit kronis lainnya.
e. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasienanemia gravis, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
anemia gravis.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau
tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien intoksikasi metanol,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien intoksikasi metanol dengan
orang lain.
f. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami anemia gravis yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
g. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
h. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
i. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien anemia gravis saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.

G. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)
TTV : TD :Biasanya menurun
N :Biasana meningkat
P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat

Pemeriksaan fisik head to toe


1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak
dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, ada tidak adanya luka/lesi,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen / tidak
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus nya
9) Ekstremitas/ muskoluskletal apakah terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
dan bawah pasien anemia gravis,apakah ada luka atau lesi pada ekstremitas
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya luka atau lesi.
11) Integumen : mukosa pucat, kering dan kulit kering
12) punggung : kesimetrisan punggung, warna kulit, dan kebersihan.

H. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia terdiri dari : pengobatan
(Bakta, 2006).
1. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks eritrosit, dan
apusandarah tepi).
2. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit, trombosit, retikulosit, dan
lajuendap darah).
3. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus sesuai jenis anemia. Selain
itu, diperlukan pulaa pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal
hati, faal ginjal, atau faal tiroid.

Tahap diagnosis anemia terdiri dari


1. menentukan adanya anemia
2. menentukan jenis anemia,
3. menentukan etiologi anemia, dan
4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil
pengobatan (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya
perti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan anemia sideroblastik.
Perbedaan yang ditemukan diantaranya seperti derajat anemia, (Bakta,
2006)
a) Jumlah darah lengkap(JDL) : Hemoglobin& Hematokrit menurun
b) Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik), mikrositik
dengan eritosit hipokromik, peningkatan, pansiitopenia (aplastik)
c) Jumlah retikulosit bervariasi :menurun, meningkat (hemolisis)
d) Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna & bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia)
e) Laju endap darah : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi
f) Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa anemia
g) Tes kerapuhan eritrosit : Menurun
h) Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
i) Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal/tinggi (hemolitik)
j) Hemoglobinelektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
k) Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (hemolitik)
l) Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia
m) Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik
n) Masa perdarahan : memenjang (aplastik)
o) Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urin
p) Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut/kronis.
q) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak adanya asam
hidrokolorik bebas.
r) Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
s) Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdaraha
Gastro Intestina

I. KEMUNGKINAN DIAGNOSA YANG MUNCUL


1. Perfusi perifer tidak efektif behubungan dengan penurunan fungsi hemoglobin
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Resiko jatuh berhubungan dengan anemia
5. Ketidak seimbangan nutrisi behubungan dengan inadekuat intake makanan
6. Gangguan pertukaran gas behubungan dengan ventilasi perfusi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut SDKI, SLKI, SIKI
n DX KEP TUJIAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
o KRITERIA HASIL
1 SDKI SLKI SIKI
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktivitas b. d intervensi selama 3 x 1. identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbanga 24 jam, maka tubuh yang mengakibatkan
n antara suplai dan toleransi aktivitas kelelahan
kebutuhan oksigen meningkat, dengan 2. monitor kelelahan fisik dan
ditandai dengan kriteria hasil: emosional
pasien mengeluh a. Frekuensi nadi 3. sediakan lingkungan nyaman
lelah, sesak nafas menurun dan rendah stimulus
saat/setelah b. Keluhan lelah 4. lakukan Latihan rentang gerak
aktivitas, merasa menurun pasif dan aktif
tidak nyaman c. Dispnea saat 5. anjurkan tirah baring
setelah aktivitas aktivitas 6. ajarkan strategi koping unruk
dan merasa lemah, menurun mengurangi kelelahan
tampak frekuensi d. Dispnea setelah 7. kolaborasi dengan ahli gizi
jantung meningkat aktivitas tentang cara meningkatkan
>20% dari kondisi menurun asupan pakanan
istirahat, tekanan e. Perasaan lemah Rehabilitasi Jantung
darah berubah menurun 1. Monitor tingkat toleransi
>20% dari kondisi f. Aritmia saat aktivitas
istirahat, aktivitas 2. Periksa kontraindikasi latihan
gambaran EKG menurun (takikardia >120 x/menit,
menunjukkan g. Aritmia setelah TDS >180 mmHg, TDD >110
aritmia aktivitas mmHg, hipotensi ortostatik
saat/setelah menurun >20 mmHg, angina, dispnea,
aktivitas, h. Sianosis gambaran EKG iskemia, blok
gambaran EKG menurun atrioventrikuler derajat 2 dan
menunjukkan i. Tekanan darah 3, takikardia ventrikel)
iskemia, dan membaik 3. Fasilitasi pasien menjalani
sianosis. j. EKG iskemia fase 1 (inpatient)
membaik. 4. Anjurkan menjalani latihan
sesuai toleransi.
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (SIKI, I.02079
tidak efektif Tindakan hal: 345)
berhubungan keperawatan selama Observasi
dengan 3x24 jam aliran 1. Periksa sirkulasi perifer
hiperglikemia, darah pembuluh 2. Identifikasi faktor resiko
penurunan darah berangsur- 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
konsentrasi angsur bersifat atau bengkak pada ekstremitas
hemoglobin, adekuat dengan Terapeutik
peningkatan kriteria hasil sebagai 1. Hindari pemasangan infus atau
tekanan darah, berikut: pengambilan darah di area
kekurangan  Denyut nadi keterbatasan perfusi 2. Lakukan
volume cairan, meningkat pengukuran tekanan darah pada
penurunan aliran  turgor kulit ekstremitas dengan keterbatasan
arteri dan/ vena, membaik perfusi 3. Hindari pemasangan dan
kurang terpapar  warna kulit penekanan torniquet pada area yang
informasi tentang pucat cedera
factor pemberat , menurun 4. Lakukan pencegahan infeksi
kurang terpapar  penyembuha 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
informasi tentang n luka 6. Lakukan hidrasi Edukasi
proses penyakit, meningkat 1. Anjurkan berhenti merokok
kurang aktifiras  kelemahan 2. Anjurkan berolahraga rutin
fisik. otot menurun 3. Anjurkan mengecek air mandi
 nyeri untuk menghindari kulit terbakar
ekstremitas 4. Anjurkan penggunaan obat
menurun penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu
 edema perifer
5. Anjurkan meminum obat
menurun
pengontrol tekanan darah secara
 kram otot
teratur 6. Anjurkan menghindari obat
menurun
penyekat beta
 tekanan darah 7. Anjurkan melakukan perawatan
sistolik kulit yang tepat
membaik 8. Anjurkan program
 tekanan darah Pemberian obat intravena
diastolic 1. identifikasi kemungkinan
membaik alergi interaksi dan
 indra angkle kontraindikasi obat
brachial 2. monitor efek samping
membaik toksisitas dan interaksi obat
3. lakukan prinsip 6 benar
4. tempelkan label keterangan
nama obat dan dosis pada
wadah cairan IV
5. jelaskan jenis obat alas an
pemberian tindakahn yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian
6. jelaskan factor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektivitas obat
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
berhubungan tindakan
dengan ketidak keperawatan selama Observasi
mampuan menelan 3x24 jam kebutuhan
makanan, mandiri klien 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan terpenuhi dengan 2. Identifikasi alergi dan
mencerna kriteria intoleransi makanan
makanan,  porsi makan 3. Identifikasi makanan
ketidakmampuan yang yang disukai
mengabsorbsi dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan
nutrien, meningkat kalori dan jenis nutrient
peningkatan  kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya
kebutuhan mengunyah penggunaan selang
metabolisme, meningkat nasogastric
factor ekonomi,  kekuatan otot 6. Monitor asupan makanan
factor psikologis. mengunyah 7. Monitor berat badan
meningkat 8. Monitor hasil
 perasaan pemeriksaan
cepat laboratorium
kenyang
menurun Terapeutik
 nyeri
abdomen 1. Lakukan oral hygiene
menurun sebelum makan, jika
 sariawan perlu
menurun 2. Fasilitasi menentukan
 rambut pedoman diet (mis.
rontok Piramida makanan)
menurun 3. Sajikan makanan
secara menarik dan
 diare
suhu yang sesuai
menurun
4. Berikan makan tinggi
 berat badan
serat untuk mencegah
membaik
konstipasi
 bising usus 5. Berikan makanan
membaik tinggi kalori dan tinggi
 nafsu makan protein
membaik 6. Berikan suplemen
 membrane makanan, jika perlu
mukosa 7. Hentikan pemberian
membaik makan melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU

2. PROMOSI BERAT BADAN

Observasi

1. Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB kurang
2. Monitor adanya mual
dan muntah
3. Monitor jumlah
kalorimyang
dikomsumsi sehari-
hari
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum

Terapeutik

2. Berikan perawatan mulut


sebelum pemberian makan,
jika perlu
3. Sediakan makan yang tepat
sesuai kondisi pasien( mis.
Makanan dengan tekstur
halus, makanan yang
diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi)
4. Hidangkan makan secara
menarik
5. Berikan suplemen, jika perlu
6. Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai

Edukasi

1. Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap
terjangkau
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2349/3/BAB%20II.pdf
https://id.scribd.com/document/248448707/Pathway-Anemia
https://id.scribd.com/document/438439823/Lp-Anemia-Gravis-Fix
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/671/Anggia
%20Dewani%20Prasasti-1-63.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://repo.stikesperintis.ac.id/122/1/02%20ANDI%20SAPUTRA.pdf
BUKU SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai