Oleh:
HB berkurang
Anemia
Hipoksia
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
Mekanisme
anaerob
ATP berkurang
Defisit Nutrisi
6. Klasifikasi
Menurut NACC (2009) dalam Permatasari (2016) berikut merupakan
klasifikasi dari anemia :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena
kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam
darah berkurang karena pembentukan sel darah merah terganggu,
akibatnya ukuran sel darah merah menjadi kecil (microcytic),
kandungan hemoglobin menjadi rendah (hypochromic). Semakin berat
kekurangan zat besi dalam darah, makan semakin berat pula tingkat
anemia yang diderita.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik. Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah
merah tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya
sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah asam folat dan atau
vitamin B12 kurang di dalam tubuh. Kedua zat tersebut diperlukan
dalam pembentukan nucleoprotein untuk proses pematangan sel darah
merah dalam sumsum tulang.
c. Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala
seperti anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada
sistem alat pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel-
sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisi pada
dinding sel jaringan saraf juga berubah. Dikhawatirkan, akan
mengalami gangguan kejiwaan.
d. Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan
anemia gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum
besinya normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis
(pembentukan) hemoglobin.
7. Gejala Klinis
a. Anemia ringan
Anemia ringan dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala,
karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan
berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh.
Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi
anemia secara perlahan terus-menerus (kronis), tubuh dapat
beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak
ada gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Menurut
Proverawati, A (2011) gejala anemia diantaranya :
1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat
b. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang
(Proverawati, A, 2011) diantaranya :
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan
berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika
anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi pernafasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kelelahan atau kekurangan energy
7) Kesemutan
8) Daya konsentrasi rendah
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik anemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu:
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dalam penyakit anemia
pada anak adalah sebagai berikut :
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan (b/d) hiperglikemia,
penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah,
kekurangan volume cairan, penurunan aliran arteri dan atau vena,
kurang terpapar informasi tentang faktor pemberan (mis. merokok,
gaya hidup menoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas),
kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
mellitus, hyperlipidemia), kurang aktivitas fisik dibuktikan dengan
(d/d) pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten), edema,
penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial < 0,90, bruit femoral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan (b/d) ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan
imobilitas, gaya hidup menoton dibuktikan dengan (d/d) mengeluh
lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat, dyspnea
saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa
lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukkan iskemia, sianosis
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan (b/d) ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor
ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis.
stress, keengganan untuk makan), berat badan menuru minimal 10% di
bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot
pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan (b/d) gangguan
musculoskeletal, gangguan neuromuscular, kelemahan, gangguan
psikologis dana tau psikotik, penurunan motivasi/minat dibuktikan
dengan (d/d) menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang
e. Konstipasi berhubungan dengan (b/d) fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakadekuatan pertumbuhan gigi, ketidakcukupan
diet, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan,
aganglionik (mis. penyakit hircsprung), kelemahan otot abdomen),
psikologis (konfusi, depresi, gangguan emosional), situasional
(perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan),
ketidakadekuatan toileting, aktivitas fisik harian kurang dari yang
dianjurkan, penyalahgunaan laksatif, efek agen farmakologis,
ketidakteraturan kebiasaan defekasi, kebiasaan menahan dorongan
defekasi, perubahan lingkungan dibuktikan dengan (d/d) defekasi
kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses
keras, peristaltic usus menurun, mengejan saat defekasi, distensi
abdomen, kelemahan umum, teraba massa pada rektal
f. Risiko cedera berhubungan dengan (b/d) faktor eksternal (terpapar
pantogen, terpapar zat kimia toksik, terpapar agen nosocomial,
ketdakamanan transportasi), faktor internal (ketidaknormalan profil
darah, perubahan orientasi afektif, perubahan sensasi, disfungsi
autoimun, disfungsi biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh, malnutrisi, perubahan fungsi psikomotor, perubahan
fungsi kognitif
g. Risiko infeksi berhubungan dengan (b/d) penyakit kronis (mis.
diabetes mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan
pemaparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltic, kerusakan integritas
kulit, perubahan sensasi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah
lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, suresi respon inflamasi, vaksinasi tidak
adekuat)
3. Perencanaan
NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (SIKI)
(SLKI)
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi
efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
perfusi tidak efektif nadi perifer, edema, pengisian
teratasi dengan kriteria kapiler, warna, suhu, ankle
hasil : brachial index)
1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor risiko
meningkat gangguan sirkulasi (mis.
2. Warna kulit pucat
diabetes, perokok, orang tua,
menurun
3. Pengisian kapiler hipertensi dan kadar kolesterol
membaik tinggi
4. Akral membaik
3. Monitor panas, kemerahan,
5. Turgor kulit membaik
6. Tekanan darah sistolik nyeri, atau bengkak pada
membaik ekstremitas
7. Tekanan darah
Terapeutik
diastolik membaik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh minyak
ikan omega 3)
2. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
4. Monitor kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dana tau
tidur
Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
2. Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan atau
mengakomodasi aktivitas yang
dipilih
2. Fasilitasi aktivitas rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri sesuai
kebutuhan
3. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual dan
kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Manajemen Lingkungan
Observasi
1. Identifikasi keamanan dan
kenyamanan lingkungan
Terapeutik
1. Atur posisi furniture dengan
rapid an terjangkau
2. Atur suhu lingkungan yang
sesai
3. Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang besih dan
nyaman
4. Izinkan keluarga untuk tinggal
mendampingi pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang upaya pencegahan
infeksi
Edukasi Diet
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ni dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
1. Persiapkan materi, media dan
alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45o) 20-
30 menit setelah makan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu
Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
(mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya,
mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-obatan atau
pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan berat
badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar berlebihan, luka
sulit sembuh, dan pendarahan)
4. Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah patah)
5. Identifikasi pola makan (mis.
Kesukaan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi motorik
wajah, refleks menelan)
7. Identifikasi kelainan rongga
mulut (mis. Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka)
8. Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. Diare, darah, lendir, dan
eleminasi tidak teratur)
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol, albumin
serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, dan
elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik tubuh
(mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang dan
ukuran lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Gangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan secara
rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik (termasuk
olahraga) yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
Pencegahan Jatuh
Observasi
0. Identifikasi faktor risiko jatuh
(mis. usia >65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran,
defisit kognitif, hipotensi
ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
1. Identifikasi risiko jatuh
setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan
institusi
2. Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan riiko jatuh
3. Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis.Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale) jika perlu
4. Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrall tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
2. Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meingkatkan
keseimbangan saat berdiri
3. Ajurkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil
perawat
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien atau klien dengan mengacu pada rencana keperawatan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi merupakan tahap ke
empat dari proses keperawatan yang di mulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Tindakan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi.
5. Evaluasi
Masalah keperawatan yang akan ditemukan pada pasien dengan
penyakit anemia dikatakan tercapai apabila memenuhi evaluasi hasil
sebagai berikut :
a. Denyut nadi perifer meningkat
b. Warna kulit pucat menurun
c. Pengisian kapiler membaik
d. Akral membaik
e. Turgor kulit membaik
f. Tekanan darah sistolik membaik
g. Tekanan darah diastolik membaik
h. Frekuensi nadi meningkat
i. Saturasi oksigen meningkat
j. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
k. Keluhan lelah menurun
l. Dispnea saat aktivitas menurun
m. Dispnea setelah aktivitas menurunTekanan darah membaik
n. Frekuensi napas membaik
o. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
p. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
q. Berat badan membaik
r. Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
s. Frekuensi makan membaik
t. Nafsu makan membaik
u. Kemampuan mandi meningkat
v. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
w. Kemampuan makan meningkat
x. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
y. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
z. Minat melakukan perawatan diri meningkat
aa. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
bb. Mempertahankan kebersihan mulut meningkat
cc. Kontrol pengeluaran feses meningkat
dd. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
ee. Mengejan saat defekasi menurun
ff. Konsistensi feses membaik
gg. Frekuensi defekasi membaik
hh. Peristaltik usus membaik
ii. Kejadian cedea menurun
jj. Luka atau lecet menurun
kk. Demam menurun
ll. Kemerahan menurun
mm. Nyeri menurun
nn. Bengkak menurun
oo. Kadar sel darah putih membaik
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien mengatakan dalam masa kehamilan tidak ada masalah dengan
kadungannya, ibu mengandung selama 9 bulan dan lahir secara
normal/spontan dan dibantu oleh tenaga medis (dokter dan bidan). Berat anak
saat lahir yaitu 3000 gram dan panjang badan 50 cm.
Status pertumbuhan An. A :
BB/U = P5
TB/U = P10-P25
Status gizi menurut Waterlow : 75,8% (gizi kurang)
BBI anak usia 7-12 tahun :
Usia (dalam tahun) x 7 – 5
2
BBI An. A (dengan usia 9 tahun 9 bulan) :
9x7–5
2
= 58/2
BBI An A = 29 kg
Status Gizi menurut Waterlowe :
BB/TB% = BB aktual x 100%
BB baku untuk TB aktual
= 22 kg x 100%
29 kg
= 75,8% (Gizi Kurang)
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DENVER II dan
lampirkan)
a. Sosial
Pasien (An.A) berstatus anak dalam keluarga dan dirawat oleh orang
tuanya, hubungan pasien dengan teman sebaya dan lingkungan rumah juga
baik
b. Motorik halus
Anak mampu mengamati dan menulis dengan baik
c. Bahasa
Anak mampu memberikan respon terhadap suara (pada saat diajak
berbincang), mampu mengikuti perintah dan berbicara dengan spontan
d. Motorik kasar
Anak mampu duduk, berdiri, berjalan dan berlari namun karena menderita
anemia, anak sering merasa kelelahan dan berjongkok apabila berjalan
cukup jauh
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
An. A adalah anak ketiga dari Ny. N dan Tn. P dan memiliki 2 orang anak, di
dalam keluarganya tidak ada penyakit keturunan, penyakit menular dan menderita
penyakit sama dengan yang dialami oleh An.A, nenek An. A meninggal karena
usia.
k. Ekstrimitas
Esktremitas atas
Inspeksi : Pergerakan terkoordinasi, warna kulit pucat, tangan kiri
terpasang IV FD
Palpasi : Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan, CRT >3 detik,
nadi teraba kurang kuat, turgor kulit lembek, akral teraba dingin
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Pergerakan terkoordinasi, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat edema, CRT >3 detik, akral teraba dingin
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 4 yaitu mampu melawan
gravitasi dan sedikit tahanan
l. Neurologi
(N I sampai dengan N XII normal dengan uraian sebagai berikut) :
N I : pasien mampu membedakan bau parfum dengan bau obat
NII : visus 6/6, lapang pandang mampu melihat jari pemeriksa hingga
kurang lebih 30o dari samping pemeriksa
N III, IV, VI : gerakan bola mata normal tidak ada isochordan anisochor
N V : Motorik yaitu mampu mengatupkan gigi, sensorik refleks kornea
baik
N VIII : mampu mendengar jam tangan pemeriksa hingga jarak 30 cm
N IX : refleks menelan baik
N X : gerakan palatum normal bergerak
N XI : pasien dapat mengangkat bahu dan memalingkan kepalanya ke sisi
yang ditahan pemeriksa
N XII : pasien mampu menggerakkan lidahnya dari satu sisi ke sisi yang
lain
Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
4. Monitor kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dana tau
tidur
Edukasi Diet
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ni dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
1. Persiapkan materi, media dan
alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45o) 20-
30 menit setelah makan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu
Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
(mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya,
mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-obatan atau
pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan berat
badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar berlebihan, luka
sulit sembuh, dan pendarahan)
4. Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah patah)
5. Identifikasi pola makan (mis.
Kesukaan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi motorik
wajah, refleks menelan)
7. Identifikasi kelainan rongga
mulut (mis. Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka)
8. Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. Diare, darah, lendir, dan
eleminasi tidak teratur)
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol, albumin
serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, dan
elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik tubuh
(mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang dan
ukuran lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Gangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan secara
rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik (termasuk
olahraga) yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
XVI. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal/ No. Implementasi Respon Nama/TTD
Jam Dx
Senin/19 April 1 - Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi DS : Riska
2021 perifer, edema, pengisian kapiler, - Pasien mengatakan merasa lemas
08.30 Wita warna, suhu, ankle brachial index) DO :
- Mengkaji KU dan memeriksa tanda- - Pasien tampak lemah
tanda vital pasien - Nadi teraba lemah atau sulit diraba,
warna kulit pucat
- Konjungtiva pucat, mukosa bibir kering
dan bibir tampak pucat
- Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD = 100/70 mmHg, nadi = 120x/menit,
RR = 22x/menit, suhu = 36,3oC
Permatasari, Wahyu Mahar. 2016, Hubungan Antara Status Gizi, Siklus Dan
Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja 50 Putri Di SMA
Negeri 3 Surabaya, skripsi, Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas
Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya.
Briawan, D. (2014). Anemia: Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veretamala, A. (2017). Gizi Anak Dan Remaja.
Depok: Rajagrafindo Persada