Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Oleh:

DESAK NYOMAN RISKA KRISMAYANTI


NIM: 20.901.2550
KELOMPOK 16

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health(NIH)
Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini
dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari
proses penyakit bukan penyakit itu sendiri (Proverawati, A, 2011)
2. Epidemiologi
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21.7% dengan penderita anemia berumur 5-14
tahun (Kemenkes RI, 2013). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia balita sebesar 40,5%,
3. Penyebab
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi,
infeksi atau ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia
yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang
cukup banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah
berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang
mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan
darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon
dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul
pada anak-anak dan remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang
memproduksi butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal
ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu.
Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi
karena sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan
tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini bermacam-
macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia (Adriani &
Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda
Veretamala (2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja
penyebab anemia antara lain :
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada
usia antara 14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun
kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi
penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk
memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki.
Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu
tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat
besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti
kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi.Itulah sebabnya
kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang
berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja Masih
Adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia
Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang
dialami remaja perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan
memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi
besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki
pilihan dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih
luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
perkotaan (20,6%).
f. Status Gizi
Ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia
1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut
juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan
Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan
faktor protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut.
Pada beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka
yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.
4. Patofisiologi
Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari terjadinya anemia
sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui beberapa
tahap :
a. Tahap I
Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot
ion), tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan
konsentrasi besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar
ferritin berkurang.
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang
diikuti dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi)
transferrin. Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih
ringan sekali dan bersifat normokrom normositik.Dalam tahap ini
terjadi eritropoesis yang kekurangan zat besi (iron deficient
erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah
nyata dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV Hemoglobin (Hb) rendah sekali.
Sumsum tulang tidak mengandung lagi cadangan besi, kadar besi
plasma (SI) berkurang. Jenuh transferrin turun dan eritrosit jelas
bentuknya hipokrom mikrositik. Pada stadium ini kekurangan besi
telah mencapai jaringan-jaringan.Gejala klinisnya sudah nyata (Yuni,
2015).
5. Pathway

Defisiensi B12, Kegagalan produksi SDM oleh Desturksi Perdarahan/hemofilia


asam folat, besi sumsum tulang SDM berlebih
Penurunan SDM

HB berkurang

Anemia

Suplai O2 dan nutrisi


ke jaringan

Hipoksia
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
Mekanisme
anaerob

ATP berkurang

Kelelahan Energi untuk membentuk


antibody berkurang

Intoleransi Risiko Infeksi


Aktivitas

Defisit Nutrisi

6. Klasifikasi
Menurut NACC (2009) dalam Permatasari (2016) berikut merupakan
klasifikasi dari anemia :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena
kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam
darah berkurang karena pembentukan sel darah merah terganggu,
akibatnya ukuran sel darah merah menjadi kecil (microcytic),
kandungan hemoglobin menjadi rendah (hypochromic). Semakin berat
kekurangan zat besi dalam darah, makan semakin berat pula tingkat
anemia yang diderita.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik. Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah
merah tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya
sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah asam folat dan atau
vitamin B12 kurang di dalam tubuh. Kedua zat tersebut diperlukan
dalam pembentukan nucleoprotein untuk proses pematangan sel darah
merah dalam sumsum tulang.
c. Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala
seperti anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada
sistem alat pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel-
sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisi pada
dinding sel jaringan saraf juga berubah. Dikhawatirkan, akan
mengalami gangguan kejiwaan.
d. Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan
anemia gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum
besinya normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis
(pembentukan) hemoglobin.

7. Gejala Klinis
a. Anemia ringan
Anemia ringan dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala,
karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan
berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh.
Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi
anemia secara perlahan terus-menerus (kronis), tubuh dapat
beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak
ada gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Menurut
Proverawati, A (2011) gejala anemia diantaranya :
1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat
b. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang
(Proverawati, A, 2011) diantaranya :
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan
berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika
anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi pernafasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kelelahan atau kekurangan energy
7) Kesemutan
8) Daya konsentrasi rendah

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik anemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) yaitu:

a. Tanda-tanda anemia umum :


1) Pucat
2) Takhikardi
3) Pulpus celer
4) Suara pembuluh darah spontan
5) Bising karotis
6) Bising sistolik anorganik
7) Pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia :
1) Defisiensi besi: spoon nail, glossitis
2) Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
3) Hemolitik: ikterus, splenomegaly
4) Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Nurarif & Kusuma (2015, hal. 37)
terdiri dari beberapa pemeriksaan diagnostik:
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia
dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah
tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hematopoiesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini :
a) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin,
feritin serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain raction,
FISH= fluorescence in situ hybrization)
f. Therapy
1. Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dpsis
5mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/KgBB setelah makan dibagi
dalam 2 dosis. Diberikan sampai 2-3 bulan sejak HB kembali
normal
2. Pemberian Vitamin C 2x50mg/hari untuk meningkatkan absorbsi
besi
3. Pemberian asam folat 2x5-10mg/hari untuk meningkatkan aktifitas
eritropoiesis (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013)
g. Dampak
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,
terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah,
remaja, ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja. Menurtut (Fikawati,
Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai beritkut :
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan
terhadap penyakit infeksi dan meningkatnya kerentanan mengalami
keracunan. Pada populasi yang mengalami kekurangan zat besi,
kematian akibat penyakit infeksi meningkat karena kurangnya zat
besi berdampak pada system imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan
juga menyebabkan kelelahan .
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan
kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko
kematian ibu dan bayi perinatal. Selama kehamilan, anemia
diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan dan kematian.Anemia
tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko kematian ibu.Untuk
janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat meningkatkan
risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta
anemia pada bayi nantinya.
h. Pencegahan dan Penanggulangan
Menurut Zulaekah (2012), ada beberapa upaya yang dilakukan untuk
mengatasi anemia, diantara nya :
a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Untuk meningkatkan asupan makanan sumber zat besi yaitu
dengan pola makan yang bergizi dan seimbang, yang terdiri dari aneka
ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya akan zat
besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan AKG,
contohnya adalah hati, ikan, daging dan ungags. Begitu juga dengan
sumber pangan nabati yang kaya akan zat besi (besi non-heme),
walaupun penyerapan lebih rendah dibandingkan dengan hewani.
Contoh pangan sumber nabati adalah sayuran yang berwarna hijau tua
dan kacang-kacangan. Namun untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dari sumber nabati perlu mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi
dapat dihambat oleh zat lain, seperti tannin, fosfor, serat, kalsium, dan
fitat.
b. Suplementasi zat besi
Suplementasi zat besi sangat perlu dikonsumsi oleh penderita
anemia, karena ketika keadaan dimana zat besi dari makanan tidak
mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, maka dapat diperoleh dari
suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin
selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan simpanan
zat besi didalam tubuh. Suplementasi Tablet Tambahan Darah (TTD)
pada remaja dan WUS adalah salah satu upaya pemerintah di
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan asupan zat besi. Dengan
pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan
mampu meningkatkan cadangan besi di dalam tubuh.
c. Hindari minum kopi, teh, atau susu sehabis makan karena hal tersebut
dapat mengganggu proses penyerapan zat besi dalam tubuh.
d. Transfusi darah.
Tambahan darah sesuai dengan kebutuhan akan cepat mengembalikan
jumlah sel darah merah dalam kondisi normal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan menurut (Sugeng Jitowiyono,2018).
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan, alamat
b. Keluhan utama
Biasanya kien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanya gejala gelisah,
diaphoresis, takikardi, dan penurunan kesadaran.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Prenatal: apakah selama hamil ibu memiliki kebiasaan merokok
dan minum-minuman keras
2) Intranasal : lama persalinan, kondisi anak saat persalinan,
komplikasi persalinan, terapi yang diberikan, cara melahirkan, dan
tempat melahirkan
3) Postnatal : Keadaan anak setelah dilahirkan (usaha nafas,
kebutuhan resusitasi APGAR score, tangisan bayi, obat-obatan
yang diberikan setelah lahir, ada tidaknya trauma lahir, ada
tidaknya narcosis dan keluarnya urin/BAB
4) Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti anemia
5) Riwayat hospitalisasi (injury/kecelakaan dan alergi)
6) Riwayat imunisasi
e. Riwayat pertumbuhan
f. Tingkat perkembangan
Yang dikaji dalam tingkat perkembangan adalah mulai dari
perkembangan sosial anak, motoric halus, bahasa dan motoric kasar
anak
g. Riwayat sosial
Bagaimanakah hubungan anak dengan anggota keluarga dan
bagaimanakah hubungan anak degan teman sebayanya
h. Riwayat kesehatan keluarga
1) Sosial ekonomi
2) Lingkungan rumah
3) Riwayat anemia dalam keluarga
4) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung hepatitis, DM,
asma, penyakit-penyakit infesi saluran pernapasan.
5) Genogram
i. Pola kesehatan
1) Pemelliharaan dan persepsi kesehatan
2) Nutrisi (makanan dan cairan)
3) Aktifitas
4) Tidur dan istirahat
5) Eliminasi
6) Pola hubungan
7) Kognitif
8) Konsep diri
9) Seksual
10) Nilai
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
Apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran :
Apakah klien tampak compas mentis kooperatif sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda-tanda vital :
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan faktor pada
sebagian besar gangguan hematologic, namun takikardia dan
takipnea mungkin harus diperlukan
4) TB dan BB
5) Kulit :
Apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapat perdarahan dibawah kulit. Pada pasien anemia biasanya
ditemukan kulit pucat, kemerahan, icterus, purpura, petekie,
ekimosis, tanda-tanda pruritus (tanda garukan), sianosis atau warna
kecoklatan akan mungkin terlihat
6) Mata
Apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi
sclera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil,
palpebral dan reflek cahaya. Pada pasien anemia mungkin akan
terlihat sklera ikterik, konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau
pandangan kabur
7) Hidung
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar
dari hidung, atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga
Apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran.
9) Mulut
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi,
lidah kering, bibir pecah-pecah, atau perdarahan. Pada pasien
anemia mungkin ditemukan mukosa dan gusi yang pucat
10) Leher :
Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis. Limfadenopati
atau nyeri tekan pada nodus limpe dapat dipalpasi
11) Thoraks :
Periksa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat atau irama
napas tidak teratur. Pada jantung mungkin akan terdengar murmur
dan terdapat suara napas tambahan apabila terjadi gagal jantng
kongesti
12) Abdomen :
Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias
di bawah normal.Pada pasien anemia mungkin ditemukan rasa
nyeri tekan pada abdomen, hepatomegaly atau splenomegali dapat
dipalpasi
13) Genetalia :
Pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam skrotum dan
pada perempuan apakah labia minora tertutup labia mayora. Darah
dalam urine dan perdarahan menstruasi yang berlebihan atau
abnormal mungkin terlihat
14) Ekstremitas
Apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang.
Pembengkakan sendi mungkin terlihat

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dalam penyakit anemia
pada anak adalah sebagai berikut :
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan (b/d) hiperglikemia,
penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah,
kekurangan volume cairan, penurunan aliran arteri dan atau vena,
kurang terpapar informasi tentang faktor pemberan (mis. merokok,
gaya hidup menoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas),
kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes
mellitus, hyperlipidemia), kurang aktivitas fisik dibuktikan dengan
(d/d) pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten), edema,
penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial < 0,90, bruit femoral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan (b/d) ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan
imobilitas, gaya hidup menoton dibuktikan dengan (d/d) mengeluh
lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat, dyspnea
saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa
lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukkan iskemia, sianosis
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan (b/d) ketidakmampuan menelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor
ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis.
stress, keengganan untuk makan), berat badan menuru minimal 10% di
bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot
pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan (b/d) gangguan
musculoskeletal, gangguan neuromuscular, kelemahan, gangguan
psikologis dana tau psikotik, penurunan motivasi/minat dibuktikan
dengan (d/d) menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,
minat melakukan perawatan diri kurang
e. Konstipasi berhubungan dengan (b/d) fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakadekuatan pertumbuhan gigi, ketidakcukupan
diet, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan,
aganglionik (mis. penyakit hircsprung), kelemahan otot abdomen),
psikologis (konfusi, depresi, gangguan emosional), situasional
(perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan),
ketidakadekuatan toileting, aktivitas fisik harian kurang dari yang
dianjurkan, penyalahgunaan laksatif, efek agen farmakologis,
ketidakteraturan kebiasaan defekasi, kebiasaan menahan dorongan
defekasi, perubahan lingkungan dibuktikan dengan (d/d) defekasi
kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses
keras, peristaltic usus menurun, mengejan saat defekasi, distensi
abdomen, kelemahan umum, teraba massa pada rektal
f. Risiko cedera berhubungan dengan (b/d) faktor eksternal (terpapar
pantogen, terpapar zat kimia toksik, terpapar agen nosocomial,
ketdakamanan transportasi), faktor internal (ketidaknormalan profil
darah, perubahan orientasi afektif, perubahan sensasi, disfungsi
autoimun, disfungsi biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh, malnutrisi, perubahan fungsi psikomotor, perubahan
fungsi kognitif
g. Risiko infeksi berhubungan dengan (b/d) penyakit kronis (mis.
diabetes mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan
pemaparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltic, kerusakan integritas
kulit, perubahan sensasi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah
lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin,
imunosupresi, leukopenia, suresi respon inflamasi, vaksinasi tidak
adekuat)
3. Perencanaan
NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (SIKI)
(SLKI)
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan  Perawatan Sirkulasi
efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
perfusi tidak efektif nadi perifer, edema, pengisian
teratasi dengan kriteria kapiler, warna, suhu, ankle
hasil : brachial index)
1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor risiko
meningkat gangguan sirkulasi (mis.
2. Warna kulit pucat
diabetes, perokok, orang tua,
menurun
3. Pengisian kapiler hipertensi dan kadar kolesterol
membaik tinggi
4. Akral membaik
3. Monitor panas, kemerahan,
5. Turgor kulit membaik
6. Tekanan darah sistolik nyeri, atau bengkak pada
membaik ekstremitas
7. Tekanan darah
Terapeutik
diastolik membaik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh minyak
ikan omega 3)
2. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

 Manajemen Sensasi Perifer


Observasi
1. Monitor terjadinya paresthesia,
jika perlu
2. Monitor perubahan kulit
Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan sepatu
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

 Edukasi Proses Penyakit


Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan faktor
risiko penyakit
2. Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
4. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
6. Informasikan kondisi pasien
saat ini
7. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa

 Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
4. Monitor kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dana tau
tidur

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Energi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi
intoleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
teratasi dengan kriteria kelelahan
hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidu
2. Saturasi oksigen
4. Monitor lokasi dan
meningkat
3. Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat
Terapeutik
4. Keluhan lelah menurun
5. Dispnea saat aktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman
menurun dan rendah stimulus (mis.
6. Dispnea setelah
cahaya, suara, kunjungan)
aktivitas menurun
2. Lakukan latihan rentang gerak
7. Tekanan darah aktif dan pasif
membaik 3. Berikan aktivitas distraksi yang
8. Frekuensi napas
menenangkan
membaik
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

 Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
2. Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik
1. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan atau
mengakomodasi aktivitas yang
dipilih
2. Fasilitasi aktivitas rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri sesuai
kebutuhan
3. Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual dan
kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai

 Manajemen Lingkungan
Observasi
1. Identifikasi keamanan dan
kenyamanan lingkungan
Terapeutik
1. Atur posisi furniture dengan
rapid an terjangkau
2. Atur suhu lingkungan yang
sesai
3. Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang besih dan
nyaman
4. Izinkan keluarga untuk tinggal
mendampingi pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang upaya pencegahan
infeksi

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Nutrisi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan defisit 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi teratasi dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
2. Pengetahuan tentang 4. Monitor asupan makanan
pilihan makanan yang 5. Monitor berat badan
sehat meningkat Terapeutik
3. Berat badan membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum
4. Indeks Masa Tubuh makan, jika perlu
(IMT) membaik 2. Berikan makanan tingi serat
5. Frekuensi makan 3. Berikan makanan tinggi kalori
membaik dan tinggi protein
6. Nafsu makan membaik 4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
5. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misal pereda nyeri, antimetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

 Edukasi Diet
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ni dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
1. Persiapkan materi, media dan
alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45o) 20-
30 menit setelah makan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

 Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
(mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya,
mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-obatan atau
pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan berat
badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar berlebihan, luka
sulit sembuh, dan pendarahan)
4. Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah patah)
5. Identifikasi pola makan (mis.
Kesukaan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi motorik
wajah, refleks menelan)
7. Identifikasi kelainan rongga
mulut (mis. Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka)
8. Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. Diare, darah, lendir, dan
eleminasi tidak teratur)
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol, albumin
serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, dan
elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik tubuh
(mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang dan
ukuran lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

 Manajemen Gangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan secara
rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik (termasuk
olahraga) yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

4 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan  Dukungan Perawatan Diri


diri keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan perfusi 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
defisit perawatan diri perawatan diri
teratasi dengan kriteria 2. Monitor tingkat kemandirian
hasil : 3. Identifikasi kebutuhan alat
1. Kemampuan mandi bantu kebersihan diri :
meningkat berpakaian, berhias dan makan
2. Kemampuan Terapeutik
mengenakan pakaian 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat terapeutik (mis. suasana
3. Kemampuan makan hangat, rileks, privasi)
meningkat 2. Siapkan keperluan pribadi
4. Kemampuan ke toilet (mis. parfum, sikat gigi, dan
(BAB/BAK) sabun mandi)
meningkat 3. Dampingi dalam melakukan
5. Verbalisasi keinginan perawatan diri sampai mandiri
melakukan perawatan 4. Fasilitasi kemandirian, bantu
diri meningkat jika tidak mampu melakukan
6. Minat melakukan perawatan diri
perawatan diri 5. Jadwalkan rutinitas perawatan
meningkat diri
7. Mempertahankan Edukasi
kebersihan diri 1. Anjurkan melakukan
meningkat perawatan diri secara konsisten
8. Mempertahankan sesuai kemampuan
kebersihan mulut
meningkat

5 Konstipasi Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Konstipasi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan konstipasi 1. Periksa tanda dan gejala
teratasi dengan kriteria konstipasi
hasil : 2. Periksa pergerakan usus,
1. Kontrol pengeluaran karakteristik feses (konsistensi,
feses meningkat bentuk, volume, dan warna)
2. Keluhan defekasi lama 3. Identifikasi faktor risiko
dan sulit menurun konstipasi (mis. obat-obatan,
3. Mengejan saat tirah baring, dan diet rendah
defekasi menurun serat)
4. Konsistensi feses 4. Monitor tanda da gejala rupture
membaik usus dana tau peritonitis
5. Frekuensi defekasi Terapeutik
membaik 1. Anjurkan diet tinggi serat
6. Peristaltik usus 2. Lakukan masas abdomen, jika
membaik perlu
3. Lakukan evakuasi feses secara
manual, jika perlu
4. Berikan enema atau irigasi, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan
cairam, jika tidak ada
kontraindikasi
3. Latih buang air besar secara
teratur
4. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

6 Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan  Pencegahan Cedera


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan risiko 1. Identifikasi area lingkungan
cedera tidak menjadi yang berpotensi menyebabkan
actual dengan kriteria cedera
hasil : 2. Identifikasi obat yang
1. Kejadian cedea berpotensi menyebabkan
menurun cedera
2. Luka atau lecet Terapeutik
menurun 1. Sediakan pencahayaan yang
memadai
2. Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis. penggunaan
telepon, tempat tidur,
penerangan ruangan dan lokasi
kamar mandi)
3. Pastikan bel panggilan atau
telepon mudah dijangkau
4. Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
5. Pertahankan posisi tempat tidur
di posisi terendah saat
digunakan
6. Pastikan roda tempat tidur atau
kursi roda dalam kondisi
terkunci
7. Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan kesehatan
8. Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mis. tongkat atau alat bantu
jalan)
9. Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri

 Pencegahan Jatuh
Observasi
0. Identifikasi faktor risiko jatuh
(mis. usia >65 tahun,
penurunan tingkat kesadaran,
defisit kognitif, hipotensi
ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan
penglihatan, neuropati)
1. Identifikasi risiko jatuh
setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan
institusi
2. Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan riiko jatuh
3. Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis.Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale) jika perlu
4. Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrall tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
2. Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meingkatkan
keseimbangan saat berdiri
3. Ajurkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil
perawat

7 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan  Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan risiko 0. Monitor tanda dan gejala
infeksi tidak menjadi infeksi
actual dengan kriteria Terapeutik
hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun 2. Berikan perawatan kulit pada
2. Kemerahan menurun area edema
3. Nyeri menurun
3. Cuci tangan sebelum dan
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih sesudah kontak dengan pasien
membaik dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien atau klien dengan mengacu pada rencana keperawatan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi merupakan tahap ke
empat dari proses keperawatan yang di mulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Tindakan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi.
5. Evaluasi
Masalah keperawatan yang akan ditemukan pada pasien dengan
penyakit anemia dikatakan tercapai apabila memenuhi evaluasi hasil
sebagai berikut :
a. Denyut nadi perifer meningkat
b. Warna kulit pucat menurun
c. Pengisian kapiler membaik
d. Akral membaik
e. Turgor kulit membaik
f. Tekanan darah sistolik membaik
g. Tekanan darah diastolik membaik
h. Frekuensi nadi meningkat
i. Saturasi oksigen meningkat
j. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
k. Keluhan lelah menurun
l. Dispnea saat aktivitas menurun
m. Dispnea setelah aktivitas menurunTekanan darah membaik
n. Frekuensi napas membaik
o. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
p. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
q. Berat badan membaik
r. Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
s. Frekuensi makan membaik
t. Nafsu makan membaik
u. Kemampuan mandi meningkat
v. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat
w. Kemampuan makan meningkat
x. Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat
y. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
z. Minat melakukan perawatan diri meningkat
aa. Mempertahankan kebersihan diri meningkat
bb. Mempertahankan kebersihan mulut meningkat
cc. Kontrol pengeluaran feses meningkat
dd. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
ee. Mengejan saat defekasi menurun
ff. Konsistensi feses membaik
gg. Frekuensi defekasi membaik
hh. Peristaltik usus membaik
ii. Kejadian cedea menurun
jj. Luka atau lecet menurun
kk. Demam menurun
ll. Kemerahan menurun
mm. Nyeri menurun
nn. Bengkak menurun
oo. Kadar sel darah putih membaik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN ANEMIA


DI RUANG ABIMANYU RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 19 APRIL – 22 APRIL 2021

Nama Mahasiswa : Desak Nyoman Riska Krismayanti


NIM : 209012550
Tempat Praktek : Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Gianyar
Tanggal : Pengkajian : 19 April 2021
Praktik : 19 April – 08 Mei 2021
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
No Rekam Medis : 670435
Tanggal lahir : 01/07/2011
Umur : 9 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Bali/Indonesia
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia
Agama : Hindu
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Ny. N
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMA
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Swasta
Alamat/ no telp : 081xxxxxxxxx

Tanggal MRS : 17 April 2021


Diagnosa medis : Anemia Sedang Hipokromik Mikrositer e.c
Thalasemia + Susp Hemochromatosis

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan merasa lemas dan lelah
III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Pasien dibawa ke UGD RSUD Sanjiwani Gianyar tanggal 17 April 2021 oleh
orang tuanya karena pasien terlihat sangat pucat dan lemas serta demam,
setelah diperiksa didapatkan hasil laboratorium pasien menunjukkan
terjadinya penurunan hemoglobin 6,6 g/dl (normal : 11,0-16,0 g/dl), MCV
51,4 fl (normal : 80,0-100,0 fl), HCT 22,2 % (normal : 35,0-49,0%), MCH
15,3 pg (normal : 27,0-34,0 pg) dan MCHC 29,7 g/dl (normal : 32,0-36,0 g/dl)
serta suhu tubuh pasien 38oC. Pasien dianjurkan untuk rawat inap dan dirawat
di Ruang Abimanyu. Pengkajian dilakukan tanggal 19 April 2021 pukul 09.00
Wita, didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : HR = 120x/menit, RR
= 22 x/menit, suhu = 36,3oC, pasien mengatakan masih merasa lemas, lelah
dan tidak nafsu makan.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : (ya/ tidak)
Ibu minum minuman keras : (ya/ tidak)
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : ±6-7 jam
• Saat persalinan : prematur/ matur/ serotinus
• Komplikasi persalinan :-
• Terapi yang diberikan : -
• Cara melahirkan : Pervaginam normal (√)
Dengan vakum ekstraksi ( ) Operasi caesar ( )
Lainnya ....................
• Tempat melahirkan : Rumah Sakit (√) Rumah Bersalin (
)
Rumah ( ) Lainnya ......................
Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan ( ) Tanpa bantuan (√)
• Kebutuhan resusitasi : -
• Apgar skor :9
• Bayi langsung menangis : ya/ tidak
• Tangisan bayi :kuat/lemah/ lainnya
(sebutkan).......................
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir :
• Trauma lahir : Ada ( ) Tidak (√)
• Narkosis : Ada ( ) Tidak (√)
• Keluarnya urin/ BAB : Ada ( ) Tidak (√)
c. Penyakit yang pernah diderita : -
d. Hospitalisasi : Januari 2020 karena penyakit yang
sama
e. Operasi : tidak ada
f. Injuri/ kecelakaan : tidak pernah
g. Alergi : tidak ada
h. Imunisasi : lengkap

V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Ibu pasien mengatakan dalam masa kehamilan tidak ada masalah dengan
kadungannya, ibu mengandung selama 9 bulan dan lahir secara
normal/spontan dan dibantu oleh tenaga medis (dokter dan bidan). Berat anak
saat lahir yaitu 3000 gram dan panjang badan 50 cm.
Status pertumbuhan An. A :
BB/U = P5
TB/U = P10-P25
Status gizi menurut Waterlow : 75,8% (gizi kurang)
BBI anak usia 7-12 tahun :
Usia (dalam tahun) x 7 – 5
2
BBI An. A (dengan usia 9 tahun 9 bulan) :
9x7–5
2
= 58/2
BBI An A = 29 kg
Status Gizi menurut Waterlowe :
BB/TB% = BB aktual x 100%
BB baku untuk TB aktual
= 22 kg x 100%
29 kg
= 75,8% (Gizi Kurang)
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DENVER II dan
lampirkan)
a. Sosial
Pasien (An.A) berstatus anak dalam keluarga dan dirawat oleh orang
tuanya, hubungan pasien dengan teman sebaya dan lingkungan rumah juga
baik
b. Motorik halus
Anak mampu mengamati dan menulis dengan baik
c. Bahasa
Anak mampu memberikan respon terhadap suara (pada saat diajak
berbincang), mampu mengikuti perintah dan berbicara dengan spontan
d. Motorik kasar
Anak mampu duduk, berdiri, berjalan dan berlari namun karena menderita
anemia, anak sering merasa kelelahan dan berjongkok apabila berjalan
cukup jauh

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. Hubungan dengan anggota keluarga :
Orang tua pasien mengatakan jika anaknya memiliki hubungan yang baik
dengan keluarganya serta saudara-saudaranya
b. Hubungan dengan teman sebaya :
Pasien mengatakan punya banyak teman di sekolah dan sering bermain
dengan tetangga (anak yang seumuran)

VIII. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi :
Ibu pasien mengatakan jika kebutuhannya dapat tercukupi dengan baik
b. Lingkungan rumah :
Ibu pasien mengatakan jika An.A tinggal bersama dengan kedua orang tua
serta kakak-kakaknya, penduduk di sekitar lingkungannya cukup padat,
rumah dekat dengan jalan raya dan ventilasi serta penerangan di rumahnya
baik.
c. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
yang sama dengan yang dialami pasien, tidak ada penyakit keturunan
seperti DM, hipertensi dan tidak ada riwayat penyakit menular seperti
TBC, hepatitis dan lain sebagainya
d. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal
: Pasien
An. A adalah anak ketiga dari Ny. N dan Tn. P dan memiliki 2 orang anak, di
dalam keluarganya tidak ada penyakit keturunan, penyakit menular dan menderita
penyakit sama dengan yang dialami oleh An.A, nenek An. A meninggal karena
usia.

IX. POLA KESEHATAN


a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Ibu pasien mengatakan kesehatan sangatlah penting dan jika ada anggota
keluarga yang sakit, maka akan langsung diperiksakan ke tenaga kesehatan
(puskesmas atau rumah sakit)
b. Nutrisi (makanan dan cairan) :
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa makan 3x sehari sebelum sakit dengan lauk pauk
dan sayur dengan tambahan susu di pagi hari, makanan kesukaan pasien
adalah makanan berkuah, ayam goreng dengan. Minum ±6 gelas sehari
Selama sakit :
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan merasa cepat kenyang setelah
makan. Makan 3x dengan porsi yang hanya mampu dihabiskan 1/3 sampai
½ porsi dan minum ±4 gelas
c. Aktifitas :
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa membantu ibunya dalam membersihkan rumah
(mencuci piring dan menyapu) serta membantu ibunya dalam mebanten
saiban (persembahan dalam agama Hindu)
Selama sakit :
Pasien mengatakan selama sakit hanya mampu membantu orang tuanya
dalam beraktivitas ringan seperti mencuci piring karena pasien
mengatakan cepat merasa lelah apabila melakukan pekerjaan yang berat,
dan selama di rumah sakit pasien hanya beraktivitas dari tempat tidur dan
terkadang duduk di kursi karena merasa lemas
d. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan biasa tidur siang ±1 jam pada siang hari, dan
malam harinya tidur selama kurang lebih ±8 jam dari pukul 22.00 wita
sampai pukul 06.00 wita
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan selama sakit tidur dari pukul 21.00 atau 22.00 wita
sampai dengan 06.00 wita namun terbangun beberapa kali karena ingin
buang air kecil
e. Eliminasi :
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa buang air besar (BAB) 1x sehari dengan
konsistensi lembek dan warna kekuningan, buang air kecil (BAK)
sebanyak 4-5x sehari dengan warna kuning jernih
Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan jika anaknya BAB 2 hari sekali dengan konsistensi
padat warna kekuningan, BAK sebanyak 2-3x dengan warna kuning
f. Pola hubungan :
Ibu pasien mengatakan jika anaknya lebih dekat dengan ibu, namun juga
memiliki hubungan yang baik dengan ayahm kakak-kakak serta anggota
keluarga yang lainnya
g. Kognitif :
Ibu pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dialami
anaknya karena sebelumnya anak sudah pernah dirawat di rumah sakit
yang sama dengan penyakit yang sama pada tahun lalu.
h. Konsep diri : -
i. Seksual :
Pasien mengetahui identitas dirinya berjenis kelamin perempuan. Tidak
terdapat masalah dalam sistem reproduksi anak
j. Nilai :
Ibu dan pasien mengatakan beragama Hindu dan biasa melakukan
persembahyangan 1x sehari pada sore menjelang malam hari.

X. PEMERIKSAAN FISIK (inspeksi – auskultasi)


a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg Nadi : 120x/menit RR: 22x/menit
BB : 22 kg TB : 127 cm Suhu : 36,3 o C
BBI : 29 kg Status Gizi : 75,8% (Gizi kurang)
b. Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala normocephali, rambut berwarna hitam dan tumbuh merata,
tidak ditemukan lesi
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi :
Mata kanan dan kiri simetris, gerakan bola mata terkoordinasi, tidak ada
kelainan pada kelopak mata, pertumbuhan rambut pada kelopak mata
merata, konjungtiva pucat dan anemis, sklera tidak icterik, r.pupil +/+
isokor
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan
d. Telinga
Inspeksi :
Bentuk simetris, keadaan daun telinga baik, tidak terdapat serumen
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan dan mampu mendengar
suara jam tangan pemeriksa terdekat hingga jarak 30 cm
e. Hidung
Inspesksi :
Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak tampak sekret, tidak
terpasang NGT dan oksigen, normosmia, deformitas (-)
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi :
Sudut bibir tidak turun, mukosa bibir kering, bibir pucat, tidak ada
stomatisis, tidak ada pembesaran tonsil
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan
g. Leher
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis
(JVP), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Dinding thorax simetris saat statis atau dinamis, tidak terdapat
retraksi otot dinding dada
Palpasi : tidak ada lesi dan nyeri tekan
Perkusi : terdengar sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis
Perkusi : Batas jantung-paru dalam batas normal, suara sonor
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, mur-mur (-)
i. Abdomen :
Inspeksi : tidak terdapat masa, ascites (-), distensi abdomen (-)
Auskultasi : peristaltik normal, bising usus 18x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat masa yang abnormal
Perkusi : Suara timpani
j. Genetalia
Tidak terkaji

k. Ekstrimitas
Esktremitas atas
Inspeksi : Pergerakan terkoordinasi, warna kulit pucat, tangan kiri
terpasang IV FD
Palpasi : Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan, CRT >3 detik,
nadi teraba kurang kuat, turgor kulit lembek, akral teraba dingin
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Pergerakan terkoordinasi, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak terdapat edema, CRT >3 detik, akral teraba dingin
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 4 yaitu mampu melawan
gravitasi dan sedikit tahanan
l. Neurologi
(N I sampai dengan N XII normal dengan uraian sebagai berikut) :
N I : pasien mampu membedakan bau parfum dengan bau obat
NII : visus 6/6, lapang pandang mampu melihat jari pemeriksa hingga
kurang lebih 30o dari samping pemeriksa
N III, IV, VI : gerakan bola mata normal tidak ada isochordan anisochor
N V : Motorik yaitu mampu mengatupkan gigi, sensorik refleks kornea
baik
N VIII : mampu mendengar jam tangan pemeriksa hingga jarak 30 cm
N IX : refleks menelan baik
N X : gerakan palatum normal bergerak
N XI : pasien dapat mengangkat bahu dan memalingkan kepalanya ke sisi
yang ditahan pemeriksa
N XII : pasien mampu menggerakkan lidahnya dari satu sisi ke sisi yang
lain

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


Parameter Rentang normal Satuan Klien
PCT 0,016-0,282 % 0,132
Bas% 0,0-3,0 % 1,0
MCV 80,0-100,0 fL 51,4
PDW 9,0-17,0 fL 13,7
Lym# 1,20-5,80 10^3/uL 2,19
RDW-CV 11,0-16,0 % 35,7
Neu# 1,80-8,00 10^3/uL 6,20
Bas# 0,00-0,20 10^3/uL 0,09
Hematokrit 35,0-49,0 % 22,2
MPV 6,5-12,0 fL 7,8
Trombosit 150-450 10^3/uL 170
HGB 11,0-16,0 g/dL 6,6
RDW-SD 35,0-56,0 fL 73,7
Neu% 25,0-70,0 % 67,4
Eritrosit 3,50-5,50 10^6/uL 4,31
Eos# 0,00-0,50 10^3/uL 0,01
Leukosit (WBC) 4,00-12,00 10^3/uL 9,19
Eos% 0,0-8,0 % 0,2
Mon# 0,12-1,20 10^3/uL 0,70
Mon% 0,0-9,0 % 7,5
MCH 27,0-34,0 pg 15,3
Lym% 20,0-65,0 % 23,9
MCHC 32,0-36,0 g/dL 29,7

XII. TERAPI YANG DIPEROLEH


Nama obat Dosis Rute Indikasi
Asam Folat 1x1 tab PO Membentuk sel darah merah
Lar. Karbohidrat + 10 tpm IV Menggantikan cairan dan kalori
elektrolit (1/2NS) atau gula yang dibutuhkan
Furosemid inj 10 mg IV/set Untuk mencegah terjadinya
overload cairan di system
peredaran darah atau edem pulmo
saat dilakukan transfuse darah
Paracetamol 1x220 IV/set Menurunkan demam dan sebagai
mg pereda nyeri
Nacl 0,9% infus 20 tpm IV Memenuhi cairan dalam sel tubuh

XIII. ANALISIS DATA


SIGN & SYMPTON ETIOLOGI PROBLEM
DS : Defisiensi B12, asam Perfusi Perifer Tidak
- Pasien mengatakan folat, besi Efektif
merasa lemas
DO : Penurunan SDM
- KU pasien tampak
lemah HB berkurang
- Tampak pengisian
kapiler (CRT) >3 detik Anemia
- Nadi tampak sulit
teraba (lemah) Suplai O2 dan nutrisi
- Warna kulit pasien ke jaringan menurun
tampak pucat
- Turgor kulit pasien SSP
lembek dan akral teraba
dingin
- HB pasien : 6,6 g/dL

DS : Defisiensi B12, asam Defisit Nutrisi


- Pasien mengatakan folat, besi
merasa tidak nafsu
makan dan terkadang Penurunan SDM
merasa mual
- Pasien mengatakan HB berkurang
merasa cepat kenyang
DO : Anemia
- Pasien tampak lemas
- Mukosa bibir pasien Suplai O2 dan nutrisi
kering dan bibir tampak ke jaringan menurun
pucat
- Makanan pasien Penurunan Kerja
tampak hanya habis 1/3 Gastrointestinal
porsi dari porsi yang
telah disediakan oleh Kerja lambung
ahli gizi menurun
- Pasien tampak
mengalami gizi kurang Asam lambung
dengan BB : 22 kg, meningkat
BBI : 29 kg, status
gizi : 75,8% Tidak nafsu makan
(Interpretasi Gizi
Kurang menurut Intake nutrisi
Waterlowe) menurun (Anoreksia)

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


MASALAH
1. Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan (b/d) penurunan konsentrasi hemoglobin dibuktikan
dengan (d/d) pasien mengatakan merasa lemas, K/U pasien tampak lemah,
pengisian kapiler (CRT) >3 detik, nadi teraba kurang kuat atau sulit teraba,
warna kulit pasien tampak pucat, turgor kulit lembek, akral teraba dingin
dan kadar hemoglobin pasien 6,6 g/dL.
2. Defisit nutrisi berhubungan
dengan (b/d) ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan dengan
(d/d) pasien mengatakan tidak nafsu makan dan terkadang merasa mual,
pasien mengatakan merasa cepat kenyang, pasien tampak lemas, mukosa
bibir pasien kering dan bibir tampak pucat, makanan pasien tampah hanya
habis 1/3 porsi dari porsi yang telah disediakan oleh ahli gizi, pasien
tampak mengalami gizi kurang dengan BB : 22 kg, BBI : 29 kg, status gizi
75,8% (Interpretasi Gizi Kurang menurut Waterlowe)

XV. RENCANA KEPERAWATAN


NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (SIKI)
(SLKI)
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan  Perawatan Sirkulasi
efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
perfusi tidak efektif nadi perifer, edema, pengisian
teratasi dengan kriteria kapiler, warna, suhu, ankle
hasil : brachial index)
1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor risiko
meningkat gangguan sirkulasi (mis.
2. Warna kulit pucat diabetes, perokok, orang tua,
menurun
hipertensi dan kadar kolesterol
3. Pengisian kapiler
membaik tinggi
4. Akral membaik 3. Monitor panas, kemerahan,
5. Turgor kulit membaik
nyeri, atau bengkak pada
6. Tekanan darah sistolik
membaik ekstremitas
7. Tekanan darah Terapeutik
diastolik membaik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh minyak
ikan omega 3)
2. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

 Manajemen Sensasi Perifer


Observasi
1. Monitor terjadinya paresthesia,
jika perlu
2. Monitor perubahan kulit
Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan sepatu
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

 Edukasi Proses Penyakit


Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan faktor
risiko penyakit
2. Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
4. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
6. Informasikan kondisi pasien
saat ini
7. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa

 Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
4. Monitor kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dana tau
tidur

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Nutrisi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan defisit 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi teratasi dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang 3. Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
2. Pengetahuan tentang 4. Monitor asupan makanan
pilihan makanan yang 5. Monitor berat badan
sehat meningkat Terapeutik
3. Berat badan membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum
4. Indeks Masa Tubuh makan, jika perlu
(IMT) membaik 2. Berikan makanan tingi serat
5. Frekuensi makan 3. Berikan makanan tinggi kalori
membaik dan tinggi protein
6. Nafsu makan membaik 4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
5. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misal pereda nyeri, antimetik),
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

 Edukasi Diet
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola
makan saat ni dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
1. Persiapkan materi, media dan
alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler (30-45o) 20-
30 menit setelah makan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

 Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
(mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya,
mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-obatan atau
pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan berat
badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar berlebihan, luka
sulit sembuh, dan pendarahan)
4. Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah patah)
5. Identifikasi pola makan (mis.
Kesukaan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi motorik
wajah, refleks menelan)
7. Identifikasi kelainan rongga
mulut (mis. Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka)
8. Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. Diare, darah, lendir, dan
eleminasi tidak teratur)
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol, albumin
serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, dan
elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik tubuh
(mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang dan
ukuran lipatan kulit)

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

 Manajemen Gangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan secara
rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik (termasuk
olahraga) yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
XVI. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal/ No. Implementasi Respon Nama/TTD
Jam Dx
Senin/19 April 1 - Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi DS : Riska
2021 perifer, edema, pengisian kapiler, - Pasien mengatakan merasa lemas
08.30 Wita warna, suhu, ankle brachial index) DO :
- Mengkaji KU dan memeriksa tanda- - Pasien tampak lemah
tanda vital pasien - Nadi teraba lemah atau sulit diraba,
warna kulit pucat
- Konjungtiva pucat, mukosa bibir kering
dan bibir tampak pucat
- Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD = 100/70 mmHg, nadi = 120x/menit,
RR = 22x/menit, suhu = 36,3oC

09.00 Wita 2 - Mengidentifikasi status nutrisi pasien DS : Riska


- Menimbang berat badan pasien - Pasien mengatakan bisa berdiri dan
bersedia untuk dilakukan penimbangan
berat badan
DO :
- BB pasien 22 kg, BBI sesuai usia pasien
29 kg, Status gizi pasien 75,8% (gizi
kurang)

10.00 Wita - Memberikan pasien transfuse darah DS : Riska


1 kolf - Pasien mengatakan tidak merasa gatal
dan panas, hanya saja merasa sedikit
kesemutan pada tangan yang diberikan
transfusi
DO :
- Tidak ada tanda-tanda syok, darah
masuk dengan lancar
10.30 Wita 1 - Mengidentifikasi faktor risiko DS : Riska
gangguan sirkulasi (mis. diabetes, - Ibu pasien mengatakan jika anaknya
perokok, orang tua, hipertensi dan diketahui mengalami anemia sejak
kadar kolesterol tinggi Januari 2020 dan dirawat di rumah sakit
- Memonitor panas, kemerahan, nyeri, yang sama serta dilakukan transfuse
atau bengkak pada ekstremitas darah
DO :
- Tidak terdapat edema pada ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah pasien
- Akral pasien teraba dingin

11.00 Wita 1, 2 - Memonitor asupan makan pasien DS : Riska


- Mengidentifikasi alergi dan - Pasien mengatakan tidak nafsu makan
intoleransi makanan dan merasa mual
- Mengidentifikasi makanan yang - Ibu pasien mengatakan jika anaknya
disukai tidak mempunyai alergi makanan dan
- Menganjurkan program diet untuk biasanya di rumah senang makan
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah makanan yang berkuah, dan menu
lemak jenuh minyak ikan omega 3) favorit An. A adalah ayam goreng
- Ibu pasien mengatakan akan lebih
memperhatikan asupan makanan
putrinya sepulang dari rumah sakit.
DO :
- Makanan pagi yang disediakan oleh ahli
gizi hanya tampak dihabiskan 1/3 porsi
oleh pasien
- Ibu pasien tampak antusias dan
kooperatif

13.00 Wita 1,2 - Memonitor terjadinya paresthesia DS : Riska


- Memonitor hasil laboratorium (mis. - Pasien mengatakan tidak merasa
Kadar kolesterol, albumin serum, kesemutan pada tangan atau kakinya
transferrin, kreatinin, hemoglobin, DO :
hematokrit, dan elektrolit darah - Hasil laboratorium : HB = 6,6g/Dl

13.20 Wita 1,2 - Mengidentifikasi kelainan pada kulit DS : Riska


- Mengidentifikasi kelainan pada - Ibu pasien mengatakan jika anaknya
rambut mengalami luka seperti luka lecet atau
- Mengidentifikasi kemampuan lebam maka akan sulit sembuh
menelan
- Pasien mengatakan rambutnya tidak
- Mengidentifikasi kelainan rongga mengalami kerontokan dan tidak sakit
mulut
pada saat menelan
- Mengidentifikasi kelainan eliminasi
- Ibu pasien mengatakan tidak ada
masalah dalam BAB atau BAK An. A
DO :
- Turgor kulit pasien tampak lembek
- Tidak tampak kelainan pada rongga
mulut pasien, stomatisis (-)

13.45 Wita 1 - Mengidentifikasi kesiapan dan DS : Riska


kemampuan menerima informasi - Ibu pasien mengatakan bersedia dalam
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan menerima edukasi yang akan diberikan,
sesuai kesepakatan dan meminta dijelaskan besok agar
suami dapat mendengarkan
DO :
- Keluarga pasien tampak antusias

Selasa/20 April 1 - Menjelaskan penyebab dan faktor DS : Riska


2021 risiko penyakit - Keluarga pasien mengatakan anemia
08.00 Wita - Menjelaskan proses patofisiologi adalah kekurangan sel darah putih yang
munculnya penyakit bisa disebabkan oleh salah satunya
- Menjelaskan tanda dan gejala yang kekurangan zat besi dan tanda gejalanya
ditimbulkan oleh penyakit lemah dan pucat
- Menjelaskan kemungkinan - Keluarga pasien mengatakan mengerti
terjadinya komplikasi dengan apa yang dijelaskan perawat
DO :
- Keluarga pasien tampak memahami dan
mampu mengulang apa yang dijelaskan
oleh perawat dengan kata-katanya
sendiri

10.00 Wita - Memberikan pasien transfuse darah DS : Riska


1 kolf - Pasien mengatakan tidak merasa gatal
dan panas, hanya saja merasa sedikit
kesemutan pada tangan yang diberikan
transfusi
DO :
- Tidak ada tanda-tanda syok, darah
masuk dengan lancar
10.30 Wita 1 - Memeriksa tanda-tanda vital pasien DS : Riska
- Memeriksa sirkulasi perifer - Pasien mengatakan tidak merasa pusing,
namun masih terasa lemas
DO :
- Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital :
TD = 100/70 mmHg, N = 100x/menit, S
= 36oC, RR = 20x/menit, SPO2 = 97%
- Nadi teraba masih lemah
12.00 Wita 2 - Memonitor asupan dan keluarnya DS : Riska
makanan - Pasien mengatakan belum merasa nafsu
- Menjelaskan tujuan kepatuhan diet makan karena terasa mual ketika akan
terhadap kesehatan mengonsumsi makanan yang disediakan
- Memonitor mual dan muntah - Ibu pasien mengatakan paham dengan
diet yang diberikan
DO :
- Makanan pasien tampak hanya habis 1/2
porsi.
- Muntah (-)

12.40 Wita 2 - Anjurkan mempertahankan posisi DS : Riska


semi fowler (30-45o) 20-30 menit - Pasien mengatakan akan duduk setelah
setelah makan makan untuk beberapa waktu
DO :
- Pasien tampak duduk

Rabu/21 April 1 - Memonitor terjadinya paresthesia, DS : Riska


2021 jika perlu - Pasien mengatakan tidak merasa
14.00 Wita - Memonitor perubahan kulit kesemutan pada tangan dan kaki
- Menginformasikan tanda dan gejala - Ibu pasien mengatakan akan melapor ke
darurat yang harus dilaporkan perawat yang bertugas jika anak
mengalami sakit atau rasa tidak nyaman
DO :
- Turgor kulit tampak elastis

15.00 Wita 1 - Memonitor panas, kemerahan, nyeri, DS : Riska


atau bengkak pada ekstremitas - Pasien mengatakan tidak merasa nyeri
dan panas pada kaki dan tangannya
DO :
- Tidak tampak kemerahan dan edema
pada ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah pasien

15.05 Wita 1 - Anjurkan posisi duduk, jika mampu DS : Riska


- Pasien mengatakan mampu untuk duduk
DO :
- Pasien tampak mampu duduk di atas
tempat tidur dengan mandiri
16.00 Wita 1 - Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi DS : Riska
perifer, edema, pengisian kapiler, - Pasien mengatakan masih merasa lemas,
warna, suhu, ankle brachial index) namun sudah lebih membaik dari
- Memeriksa Tanda-tanda vital pasien sebelumnya
DO :
- K/U pasien baik
- Nadi teraba lebih kuat dari sebelumnya
- Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital :
TD = 110/70 mmHg, nadi = 100x/menit,
RR = 22x/menit, suhu = 36,5oC

18.00 Wita 2 - Melakukan oral hygiene sebelum DS : Riska


makan - Ibu pasien mengatakan jika An.A sudah
- Memonitor asupan oral selesai di lap dan sudah membersihkan
mulutnya
- Ibu pasien mengatakan porsi makan
anaknya sudah mulai meningkat
- Anak mengatakan tidak merasa mual
DO :
- Makanan tampak hanya tersisa beberapa
sendok makan, muntah (-)

18.30 Wita 2 - Anjurkan mempertahankan posisi DS : Riska


semi fowler (30-45o) 20-30 menit - Pasien mengatakan akan duduk setelah
setelah makan makan untuk beberapa waktu
DO :
- Pasien tampak duduk dan mampu
mengikuti instruksi perawat dengan baik

20.00 Wita - Menganjurkan pasien untuk DS : Riska


beristirahat - Pasien mengatakan akan tidur sebentar
lagi
DO :
- Pasien terlentang di atas tempat tidur

Kamis/22 April 1 - Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi DS : Riska


2021 perifer, edema, pengisian kapiler, - Pasien mengatakan tidak ada keluhan
08.00 Wita warna, suhu, ankle brachial index) dan merasa jauh lebih baik dari
- Mengkaji KU dan memeriksa tanda- sebelumnya.
tanda vital pasien DO :
- Keadaan umum pasien tampak baik,
lemas (-)
- Nadi teraba lebih kuat dari sebelumnya
- Konjungtiva pucat, mukosa bibir lembab
- Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg, nadi = 112x/menit,
RR = 22x/menit, suhu = 36,4oC, CRT <3
detik

- Mengidentifikasi kelainan pada kulit DS : Riska


- Mengidentifikasi kemampuan - Ibu pasien mengatakan tidak ada
menelan masalah dalam BAB atau BAK An. A
- Mengidentifikasi kelainan rongga DO :
mulut
- Turgor kulit pasien tampak elastis, tidak
- Mengidentifikasi kelainan eliminasi terdapat lesi
- Kemmapuan menelan pasien tampak
baik (tidak batuk saat mengonsumsi
cairan dan makanan)
- Tidak tampak kelainan pada rongga
mulut pasien, stomatisis (-)

09.00 Wita 2 - Memonitor asupan makan pasien DS : Riska


- Menganjurkan tetap mengikuti - Pasien mengatakan sudah nafsu
program diet yang disarankan untuk makannya sudah meningkat dan sudah
memperbaiki sirkulasi tidak merasa mual
- Ibu pasien mengatakan jika pasien
mampu menghabiskan makanan yang
disediakan oleh ahli gizi
- Ibu pasien mengatakan sepulang dari RS
akan lebih memperhatikan asupan
makanan anaknya dan memberikan anak
makanan yang mengandung vitamin, zat
besi dan ikan yang mengandung omega
3
DO :
- Makanan tampak habis 1 porsi
- Mual (-), muntah (-)
- Ibu pasien tampak sudah memahami
mengenai makanan sehat pilihan yang
dapat diberikan kepada An. A

09.30 Wita 2 - Memonitor hasil laboratorium (mis. DS : - Riska


Kadar kolesterol, albumin serum, DO :
transferrin, kreatinin, hemoglobin, - Hemaglobin pasien 12 g/dL
hematokrit, dan elektrolit darah
10.00 Wita 1 - Memonitor panas, kemerahan, nyeri, DS : Riska
atau bengkak pada ekstremitas - Pasiem mengatakan tidak merasa panas
dan sakit pada tangan dan kaki
DO :
- Tidak terdapat edema pada ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah pasien
- Akral pasien teraba hangat
11.00 Wita 2 - Mengidentifikasi status nutrisi pasien DS : Riska
- Menimbang berat badan pasien - Pasien mengatakan bisa berdiri dan
bersedia untuk dilakukan penimbangan
berat badan
DO :
- BB pasien 24 kg, BBI sesuai usia pasien
29 kg, Status gizi pasien 82,75% (gizi
kurang)

11.30 Wita Pasien diizinkan pulang (BPL)


XVII. EVALUASI

No Hari/Tanggal Masalah Keperawatan Evaluasi Nama/Paraf


/Jam
1 Kamis/22 Perfusi Perifer Tidak Efektif S: Riska
April 2021/ - Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan merasa
10.00 Wita jauh lebih baik dari sebelumnya.
O:
- Keadaan umum pasien tampak baik, lemas (-)
- Nadi teraba lebih kuat dari sebelumnya
- Mukosa bibir lembab
- Akral pasiem teraba hangat
- Turgor kulit tampak elastis
- Pemeriksaan tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg, nadi = 112x/menit, RR =
22x/menit, suhu = 36,4oC, CRT <3 detik
A:
- Tujuan tercapai, masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi pasien

2 Kamis/22 Defisit Nutrisi S: Riska


April 2021/ - Pasien mengatakan sudah nafsu makannya sudah
11.00 Wita meningkat dan sudah tidak merasa mual
- Ibu pasien mengatakan sepulang dari RS akan lebih
memperhatikan asupan makanan anaknya dan
memberikan anak makanan yang mengandung
vitamin, zat besi dan ikan yang mengandung omega3
O:
- Makanan tampak habis 1 porsi
- Mual (-), muntah (-)
- Ibu pasien tampak sudah memahami mengenai
makanan sehat pilihan yang dapat diberikan kepada
An. A
- Berat badan pasien meningkat sebanyak 2kg selama
dirawat di RS yaitu menjadi 24kg, hanya saja status
gizi pasien masih tergolong gizi kurang dengan hasil
perhitungan 82,75%
A:
- Tujuan tercapai, masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan dan modifikasi rencana keperawatan

Denpasar, 29 April 2021


Mahasiswa,

(Desak Nyoman Riska Krismayanti)


DAFTAR PUSTAKA

Zulaekah, Siti, 2012. Pendidikan Gizi dengan Media Booklet terhadap


Pengetahuan Gizi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 7, No.

Permatasari, Wahyu Mahar. 2016, Hubungan Antara Status Gizi, Siklus Dan
Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja 50 Putri Di SMA
Negeri 3 Surabaya, skripsi, Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas
Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya.

Yuni, N. E. (2015). Kelainan Darah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan R.I.2013.Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Briawan, D. (2014). Anemia: Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Veretamala, A. (2017). Gizi Anak Dan Remaja.
Depok: Rajagrafindo Persada

Adriani, M., & Wijatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:


Kencana.

Anda mungkin juga menyukai