DENGAN ANEMIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
SEROJA M. RUMLUAN
STEVANIA L. EFRUAN
SUNDUSIA RENWARIN
SERLY KUDUBUN
TINGKAT: II B
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.1 Pengkajian
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada
balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%.
Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada
balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan
cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk
mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya
mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik
dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan
menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi
biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesa
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya
dari kerusakan sel-sel kulit.Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak
mungkin dikembalikan seperti semula.Karena itu, pada masa emas dan kritis
perlu mendapat perhatian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 WOC
ANEMIA
Ketidakadekuatan
masukan kadar fe
Kondisi tubuh yg
Kelemahan otot,sering
lemah ,kulit pucat
beristirahat ,sesak nafas
Mudah lemah,kulit
pucat
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Ansietas/cemas
Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang
tua. Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah
adalah salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan
juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa
berupa :
1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang
dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya
berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang membuat energy
berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas,
karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta
oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra
penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
3. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk
berkonsentrasi
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang
sakit
5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa
menunjukkan tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada
tangan dan kaki
2.5 Penatalaksanaan
2.7 Pencegahaan
Seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung
zat besi, asam folat, vitamin b12, vitamin c.
cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa
membantu mencegah anemia diantaranya: :
a) konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging,
kacang, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain.zat besi
juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita
hamil dan anak-anak.
b) konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti
pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal
dan lain-lain.
c) makanan yang mengandung Vitamin B 12.
Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu
d) Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya
yaitu bisa membantu penyerapan zat besi.jenis-jenis Makanan yang
banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan
buah beri. itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara
alami
2.9 Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-
anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana
terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan
ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan
impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis
papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi
urine.Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)
A. Prognosis
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang
berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat
disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih
sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi
terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus.Tiap infeksi harus
diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya
diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl
pada trimester ketiga.Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl
sebelum operasi.Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting
untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengumpulan data.
1. Identitas klien.
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat,
no.register dan keluhan utama saat anak masuk rumah sakit.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Kronologis penyakit yang dialami saat ini sejak awal hingga
anak dibawa ke rumah sakit secara lengkap meliputi PQRST:
P: Provoking
Q: Quality
R:Regio
S: Severity
T: Time
3. Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu.Mungkin
ketika masih bayi, baik yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang maupun yang tidak berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat operasi dan riwayat alergi.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah penyakit degeneratif dari keluarga perlu juga untuk
dikaji.Atau adanya penyakit ganas dan menular yang dimiliki
oleh anggota keluarganya.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Tahap pertumbuhan;
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun
) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak
usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun )
x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3
tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak
usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan:
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs
rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman
baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan
sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan
bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada
pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang
bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan
Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun )
dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap
ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu
mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong,
melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai
bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari orang tua atau guru dan belajar yang
benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran
jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “
Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang
tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vocabularynya meningkat
lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa
merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan
perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat
memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul,
mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan
luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan
orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan
dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus
yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan
roda tiga
6. Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap
antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7. Riwayat Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda
yang menunjukkan anak mengalami gangguan kekurangan nutrisi.
8. Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan yang nampak pada klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya
penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala
atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah
stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata
lainya.
e) Hidung
Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan
dan fungsi olfaktori.
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi.Gangguan rasa
menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan,
pembesran tiroid serta adanya pembesaran vena jugularis.
h) Thorak
1. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi pernafasan.
2. Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan,
ekspansi dan taktil fremitus.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
4. Auskultasi.
Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi
tambahan nafas.
i) Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau
tidak, dan hyperinflasi suara jantung melemah.Tekanan
darah dan nadi yang meningkat atau tidak.
j) Abdomen dan genitalia.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta
adanya tanda-tanda kelainan yang lain. Inspeksi
genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul.
k) Ekstrimitas.
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya
tanda-tanda sianosis.
l) Pemeriksaan penunjang.
Lakukan pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit,
MCV, MCHC, konsentrasi protoporfirin eritrosit serta
Saturasi transferin dan konsentrasi feritin.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa
elemen darah pada penderita anemia biasanya akan
menunjukkan hasil sebagai berikut.
Konsentrasi Hb menurun.
Hematokrit menurun.
MCV dan MCHC menurun.
Keluasan distribusi sel darah merah (kadar: 14%
Konsentrasi protoporfirin eritrosit, 1—2 tahun:
80 µg/dl sel darah merah
Saturasi transferin , lebih muda dari 6 bulan: 15
µg/L atau kurang.
Konsentrasi feritin serum kurang dari 16%.
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik
aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
menyeluruh
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan
tekanan darah.
3.4 Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka