Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ANEMIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

NAMA: ROSITA RAHAKBAUW

SEROJA M. RUMLUAN

STEVANIA L. EFRUAN

SUNDUSIA RENWARIN

SERLY KUDUBUN

TINGKAT: II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Intervensi

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada
balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%.
Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada
balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan
cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk
mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya
mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik
dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan
menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi
biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesa

Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya
dari kerusakan sel-sel kulit.Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak
mungkin dikembalikan seperti semula.Karena itu, pada masa emas dan kritis
perlu mendapat perhatian.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apakah pengertian dari anemia?


b) Apa etiologi dari anemia?
c) Bagaimana patogenese dari anemia?
d) bagaimana manifestasi klinis dari anemia?
e) apa tanda dan gejala dari anemia?
f) Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada anemia?
g) bagaimana penatalaksanaa medis dari anemia?
h) Bagaimana pencegahan dari anemia?
i) Apakomplikasi dari penyakit anemia?
j) Apa prognosis dari anemia?
k) Bagaimana Askep pada pasien dengan anemia?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian anemia


2.  Mengetahui etiologi anemiaa 
3. Mengetahui patofisologi anemia
4. Mengetahui tanda dan gejala anemia 
5. Mengetahui macam-macam anemia 
6. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan pasien anemia 
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anemia Pada Anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Anemia berkurangnya jumlah eritrosit ( sel darah merah) dan kadar


hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hamper semua
gangguan pada system peredaran darah disertai anemia yang ditandai warna
kepucatan pada tubuh, terutama ekstremitas. Penyebab anemi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
a) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi defisiensi
Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat
c)  Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat
menimbulkan anemi aplastik dan leukemia
d) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma
2. Kehilangan darah
a) Akut karena perdarahan atau trauma/ kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3.  Meningkatrnya pmecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat
terjadi karena :
a) Factor bawaan. Misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk
mencegah kerusakan eritrosit).
b) Factor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak
eritrosit.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang
dimaksud adalah protein, asam folat, Vitamin B12, dan minral.

2.2 Etiologi

1. Asupan susu sapi yang berlebihan.


2. Asupan yang tidak adekuat dari bahan-bahan makanan yang banyak
mengandung besi.
3. Ketidakcukupan jumlah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah
merah.
4. Kehilangan darah yang kronis.
5. Lahir dengan persediaan zat besi yang terlalu sedikit.
6. Defisiensi folat (vitamin B12).

2.3 Patofisiologi

Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel


darah merah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia

2.4 WOC

Asupan besi yang Penurunan resorbsi Kebutuhan yg


tidak cukup karena karena meningkat
kelainan pada (pertumbuhan cepat)
usus/karena banyak
mengkonsumsi teh

Tidak dpt mmnuhi Gangguan Kebutuhan fe


kebutuhan untuk penyerapan fe meningkat
pembentukan sel
darah merah
Pembuatan hem dan
hb terganggu Tubuh kurang fe

Sel darah merah yg


dihasilkan jumlah Kekurangan hb
lebih sedikit Kadar hb dlm darah

Atau konsentrasi sel


darah merah kurang
Pembuatan eritrosit
mengalami penuruna

ANEMIA

Ketidakadekuatan
masukan kadar fe

Kondisi tubuh yg
Kelemahan otot,sering
lemah ,kulit pucat
beristirahat ,sesak nafas

Mudah lemah,kulit
pucat

Tindakan tranfusi Intoleransi aktifitas

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Ansietas/cemas

2.5 Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak

Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang
tua. Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah
adalah salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan
juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa
berupa :
1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang
dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya
berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang membuat energy
berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas,
karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta
oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra
penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang.
3.  Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk
berkonsentrasi
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang
sakit
5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa
menunjukkan tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada
tangan dan kaki

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan


mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a) Transplantasi sumsum tulang
b) EPemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a) Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi
dan asam folat
b) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a) Dicari penyebab defisiensi besi
b) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat
ferosus dan fumarat  ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selamahidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

2.6 Pemeriksaan Diagniostik :

1 Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% –


50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan
total SDM.
2   Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap,
sel bentuk bulan sabit.
3 Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya
hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat
yang diwariskan (trait)
4 Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
5   LED : meningkat
6   GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7   Bilirubin serum : meningkat
8 LDH : meningkat
9 IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
10   Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
11    Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang (Doenges E.M, 2002,
hal : 585).

2.7 Pencegahaan
Seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung
zat besi, asam folat, vitamin b12, vitamin c.
cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa
membantu mencegah anemia diantaranya: :
a) konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging,
kacang, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain.zat besi
juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita
hamil dan anak-anak.
b) konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti
pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal
dan lain-lain.
c) makanan yang mengandung Vitamin B 12. 
Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu
d) Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya
yaitu bisa membantu penyerapan zat besi.jenis-jenis Makanan yang
banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan
buah beri. itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara
alami

2.9 Komplikasi

Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-
anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana
terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan
ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan
impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis
papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi
urine.Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)

A. Prognosis
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang
berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat
disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih
sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi
terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus.Tiap infeksi harus
diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya
diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl
pada trimester ketiga.Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl
sebelum operasi.Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting
untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan

a) Pengumpulan data.
1. Identitas klien.
Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat,
no.register dan keluhan utama saat anak masuk rumah sakit.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Kronologis penyakit yang dialami saat ini sejak awal hingga
anak dibawa ke rumah sakit secara lengkap meliputi PQRST:
P: Provoking
Q: Quality
R:Regio
S: Severity
T: Time
3.  Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu.Mungkin
ketika masih bayi, baik yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang maupun yang tidak berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat operasi dan riwayat alergi.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah penyakit degeneratif dari keluarga perlu juga untuk
dikaji.Atau adanya penyakit ganas dan menular yang dimiliki
oleh anggota keluarganya.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
 Tahap pertumbuhan;
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun
) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak
usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun )
x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3
tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak
usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan:
 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs
rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman
baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan
sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan
bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada
pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang
bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan
Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
   Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun )
dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap
ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan
konsep waktu belum benar dan magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu
mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong,
melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai
bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
  Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari orang tua atau guru dan belajar yang
benar – salah untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran
jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “
Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang
tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
  Perkembangan bahasa yaitu vocabularynya meningkat
lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa
merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan
perintah sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat
memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul,
mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan
luar.
   Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan
orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan
dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus
yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan
roda tiga
6. Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap
antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7.  Riwayat Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda
yang menunjukkan anak mengalami gangguan kekurangan nutrisi.
8.  Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan yang nampak pada klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya
penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala
atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.
d) Mata.
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah
stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata
lainya.
e)  Hidung
Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan
dan fungsi olfaktori.
f) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi.Gangguan rasa
menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok.
g) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan,
pembesran tiroid serta adanya pembesaran vena jugularis.
h)  Thorak
1. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi pernafasan.
2. Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan,
ekspansi dan taktil fremitus.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
4. Auskultasi.
Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi
tambahan nafas.
i)  Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau
tidak, dan hyperinflasi suara jantung melemah.Tekanan
darah dan nadi yang meningkat atau tidak.
j) Abdomen dan genitalia.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta
adanya tanda-tanda kelainan yang lain. Inspeksi
genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul.
k)  Ekstrimitas.
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya
tanda-tanda sianosis.
l) Pemeriksaan penunjang.
Lakukan pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit,
MCV, MCHC, konsentrasi protoporfirin eritrosit serta
Saturasi transferin dan konsentrasi feritin.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa
elemen darah pada penderita anemia biasanya akan
menunjukkan hasil sebagai berikut.
 Konsentrasi Hb menurun.
  Hematokrit menurun.
  MCV dan MCHC menurun.
 Keluasan distribusi sel darah merah (kadar: 14%
 Konsentrasi protoporfirin eritrosit, 1—2 tahun:
80 µg/dl sel darah merah
 Saturasi transferin , lebih muda dari 6 bulan: 15
µg/L atau kurang.
 Konsentrasi feritin serum kurang dari 16%.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik
aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
menyeluruh
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan
tekanan darah.

3.3 Intervensi dan Implementasi

No Dx Keperawatan NOC NIC


.
1. Self Care : ADLs
Intoleransi aktifitas  obserrvasi adanya
berhubungan dengan  Toleransi aktivitas pembatasan klien
  Konservasi eneergi dalam melakukan
kelemahan menyeluruh
Setelah dilakukan tindakan aktivitas
keperawatan selama 1x24jam  Kaji adanya faktor
Pasien bertoleransi terhadap yang menyebabkan
aktivitas dengan kelelahan
Kriteria Hasil :  Monitor nutrisi  dan
 Berpartisipasi dalam sumber energi yang
aktivitas fisik tanpa adekuat
disertai peningkatan  Monitor pasien akan
tekanan darah, nadi adanya kelelahan
dan RR fisik dan emosi
 Mampu melakukan secara berlebihan
aktivitas sehari hari  Monitor respon
(ADLs) secara mandiri kardivaskuler 
 Keseimbangan terhadap aktivitas
aktivitas dan istirahat (takikardi, disritmia,
sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasie
 Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
merencanakan
progran terapi yang
tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
 Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
 Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
 Bantu untuk 
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
 antu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
 Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
  Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual

2. 1. Kecemasan Kontrol rol kecemasan Anxiety Reduction


     Koping (penurunan kecemasan)
berhubungan
Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan
dengan selama 1x24 jam klien kecemasa yang menenangkan
n teratasi dgn kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas
perubahan status
 Klien mampu harapan terhadap
kesehatan mengidentifikasi dan pelaku pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
 Mengidentifikasi, dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan
 Vital sign dalam batas dan mengurangi takut
normal  Berikan informasi
 Postur tubuh, ekspresi wajah, faktual mengenai
bahasa tubuh dan tingkat diagnosis, tindakan
aktivitas menunjukkan prognosis
berkurangnya kecemasan  Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
 Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
        Kelola pemberian
obat anti cemas
3. 1. Ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation
perfusi jaringan Tissue managemen
berhubungan perfusion:cerebral  Instruksikan
dengan perubahan Kriteria hasil : keluarga untuk
tekanan darah.  Tekanan systole mengobservasi
dan diastol dalam kulit jika ada
rentang yg isi atau
diharapkan laserasi.
 Tidak ada  Monitor adanya
ortostatik paritese
hipertensi  Gunakan sarung
 Tidak ada tanda- tangan untuk
tanda peningkatan proteksi
tekanan  Batasi gerakan
intrakranial(tidak pada
lebih dari 15 kepala,leher
mmHg) dan punggung
 Berkomunikasi  Monitor
dengan jelas dan kemampuan bab
sesuai dengan  Kolaborasi
kemampuan pemberian
 Menunjukkan analgetik
perhatian,kensrent  Monitor adanya
asi dan orientasi tromboplebitis
 Memproses  Diskusikan
informasi mengenai
 Membuat keputusan penyebab
dengan benar perubahan
sensasi

3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan


dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci
keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien
dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut :
1 Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program
pengobatan individu dengan kriteria :
2 Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas.
3  Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan
kriteria :
4 Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
5  Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap
persepsi dengan kriteria :
6 Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
7 Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
8 Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
9 Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan
keluaran seimbang.
10 Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah


hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada
dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru yang mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh
4. 2 Saran
1 Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2 Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.

Daftar Pustaka

Barkin, R. M. 1995. Diagnosis Pediatri yang Berorientasi pada Masalah.


Jakarta: Binarupa Aksara.
Behrman, R. E., Kliegman, R. M. & Arvin, A. M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta:
EGC.
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Betz, L. B. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI-Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1978.Perawat Anak
di Pusat Kesehatan Masyarakat.
Shelov, S. P. 2004. Panduan Lengkap Perawatan untuk bayi dan Balita.
Jakarta: Arcan.
Wong, D. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Kowalak, J.P., Welsh, W. & Mayer, B. (Ed). 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mudayatiningsih, S., Lundy, F. & Mugianti, S. 2011. Modul Pemeriksaan Fisik dan
Implikasinya dalam Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai