Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PENDERITA ANEMIA

Dosen Pembimbing: Dra. Ni Ketut Mendri, S.Kep., Ns., MH

Disusun Oleh:

Nikmah Riska Utami (P07120116022)


Ica Oktavia Cintya D (P07120116023)
Akhwatia Nur F (P07120116024)
Emilia Purnama P (P07120116025)
Ria Ayu Septiana (P07120116026)
Hestia Dirgantari (P07120116027)
Laksminda Diah Sunarya (P07120116028)

DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011). Anemia adalah
keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun
dibawah normal.(Wong, 2003).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki
kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita
itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat
atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

B. Etiologi
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia
pada orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki
kekhasan tersendiri, di antaranya:
1. Zat besi
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya,
bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil
kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak
anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan
bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak
dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola
makan atau berpola makan tidak seimbang.
2. Parasit
Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan
anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena
diserobot cacing di dalam perutnya.
3. Menstruasi
Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan menstruasi
berat dan berkepanjangan.
4. Infeksi
Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu
produksi sel darah merah.
5. Penyakit ginjal
Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak. Jenis anemia
khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel
darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi
permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik
yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi
dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia
aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat
sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Selain penyebab di atas terdapat beberapa penyebab lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia pada anak yaitu sebagai berikut :

1. Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan
genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek
sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan.
Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia.
2. Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal
dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang
kerok terjadinya anemia jenis ini.
3. Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami
gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel
darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya
disebabkan oleh karena metastase sel kanker dari tempat lain.
4. Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan
menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat.
5. Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan
nama anemia pernisiosa.

C. Manifestasi Klinis
Beberapa ciri tanda-tanda anak yang mengalami anemia diantaranya yaitu :
1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, lelah, lalai selain itu anak juga terlihat pucat.
hal ini karena oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh berkurang karena media
transportnya (HB) kurang sehingga tentunya yang membuat energi berkurang
dan dampaknya adalah 5L yaitu lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan yang diatas, karena
darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak
berkurang pula dan berdampak kepada indera penglihatan dengan pandangan
mata yang berkunang-kunang.
3. Menurunnya daya pikir, akibatnya sulit berkonsentrasi.
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudahnya terserang sakit.
5. Perkembangan fisik terganggu
Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tanda-
tanda sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.

D. Komplikasi
Anemia berkelanjutan pada anak-anak akan sangat berpengaruh dalam
kehidupan mereka di masa mendatang. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah
proses pertumbuhan dan perkembangan mereka yang terhambat. Tanpa nutrisi dan
oksigen yang cukup, perkembangan mental, intelektual dan kemampuan kognitif
anak bisa terhambat. Energi dan kemampuan anak untuk beraktivitas fisik juga
berkurang jika sedang mengalami anemia. Pada akhirnya, semua ini bisa
berdampak buruk pada fungsi emosi dan sosial mereka. Perilaku dan performa
akademik anak pun lebih tertinggal dibanding anak-anak seusia yang tidak
mengalami anemia. Selain itu, anemia juga menyebabkan turunnya pertahanan
kekebalan tubuh. Anak yang menderita anemia pun menjadi rentan terserang
berbagai macam infeksi.
Komplikasi yang lainnnya yaitu dapat menyebabkan daya tahan tubuh
berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk memperkuat penegakkan diagnosa anemia antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli.
b. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung
dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
1) Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang
spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan.
Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
2) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung
dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35%
dan hipokrom < 30%. Morfologi eritrosit pada apusan darah tepi dapat
menunjukkan etiologi anemia.
c. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan
darah perifer adalah prosedur tunggal paling berguna sebagai evaluasi awal.
Pertama-tama harus diperiksa distribusi dan pewarnaan sel. Tanda sediaan
yang tidak baik adalah hilangnya warna pucat di tengah eritrosit, bentuk
poligonal, dan sferosit artefak. Sferosit artefak, berlawanan dengan artefak
asli, tidak menampakkan variasi kepucatan di tengah sel dan lebih besar dari
eritrosit yang normal. Sediaan yang tidak baik tidak boleh
diinterpretasikan.2 Setelah sediaan telah dipastikan kelayakannya, diperiksa
pada pembesaran 50x dan kemudian dengan 1000x. Sel-sel digradasikan
berdasarkan ukuran, intensitas pewarnaan, variasi warna, dan abnormalitas
bentuk. Gangguan hemolisis eritrosit dapat diklasifi kasikan menurut
morfologi predominannya. Terdapatnya stippling basofi lik dan sel inklusi
juga perlu diperhatikan
d. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang
masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya
untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran
sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara.
Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari
kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin,
ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah
pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan
eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
e. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya
membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu
dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik
secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP
adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh
transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai
dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
f. Besi Serum (Serum Iron)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah
cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi
serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi
serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor,
pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan
malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan
bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
g. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan
besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan
dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit
ginjal dan keganasan.
h. Transferrin Saturation
Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi,
merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang.
Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks kekurangan
suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh
transferin dapat menurun pada penyakit peradangan. Jenuh transferin
umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan indikator status
besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang menurun dan serum feritin
sering dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh transferin
dapat diukur dengan perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan
mengikat besi total (TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus
oleh plasma.
i. Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk
menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai
dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l
sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua
cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk
kekurangan zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal
kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi
karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum
feritin terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk
usia dan jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah
pada wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada
wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil
atau naik secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah
sampai usia 45 tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria yang
berusia 60-70 tahun, keadaan ini mencerminkan penghentian mensturasi
dan melahirkan anak. Pada wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis
dibawah 20 ug/ l selama trimester II dan III bahkan pada wanita yang
mendapatkan suplemen zat besi.
j. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah
hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan
zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat
subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma
sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum
tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk
mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum. Pengambilan dan
analisis sumsum tulang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan sumsum tulang yang berkaitan dengan penyebab anemia.
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan terakhir seandainya penyebab
anemia masih belum diketahui.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, alamat, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir,
usia, suku bangsa, agama, ststus, pekerjaan, tanggal masuk RS, nomor
rekam medis, diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Meliputi nama lengkap, jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan hubungan degan
klien.

2. Keluhan utama
Kelelahan dan kelemahan, palpitasi, sakit kepala, pusing

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah
aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu
makan menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga
berdengung.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adakah penyakit sel sabit, penggunaan kemoterapi, penggunaan antibiotik
yang lama, efisiensi nutrisi, luka bakar yang Iuas. Adakah ibu menggunakan
obat-obatan pada saat didalam kandungan
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami anemia atau memiliki penyakit genetik.
4. Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain :
BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole,
pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat,
konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi
perdarahan pada gusi, telinga berdengung
2) Leher : JVP melemah
3) Thorax : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung
murmur sistolik
4) Abdomen : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang splenomegaly
5) Extrimitas : Pucat, kuku mudah patah, telapak tangan basah dan
hangat

6. Fungsi Pola Kesehatan


a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas, penurunan semangat untuk beraktivitas. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

c. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare
atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

d. Makanan/Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).

e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

g. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dyspnea

h. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap di bawah nilai normal (hemoglobin, hematokrit,
trombosit, dan sel darah merah).
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi.
c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.
d. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
e. Masa perdarahan memanjang.
f. Aspirasi sumsum tulang sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk.
g. Tes Schilling digunakan untuk mendiagnosis defisiensi vitamin B12
h. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan.

B. Diagnosa
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketikadekuatan
masukan gizi, kurang pengetahuan tentang makanan yang mengandung zat
besi
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
pengiriman oksigen ke jaringan
c) Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostik
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi
kurang dari asuhan keperawatan nutrisi, defisiensi,
kebutuhan tubuh ….x 24 jam, nutrisi termasuk memudahkan
b.d ketikadekuatan untuk anak diharapkan makan yang intervensi.
masukan gizi, tercukupi dengan disukai.
kurang kriteria hasil : 2. Observasi 2. Mengawasi
pengetahuan 1. Anak sedikitnya dan catat masukkan kalori
tentang makanan mendapatkan masukkan atau kualitas
yang mengandung kebutuhan besi makanan dan kekurangan
zat besi minimum harian. kejadian konsumsi
2. Tidak mual/muntah, makanan, gejala
mengalami tanda flatus, gejala GI dapat
mal nutrisi. lain. menunjukkan
3. Menununjukkan efek anemia
perilaku, (hipoksia) pada
perubahan untuk organ
meningkatkan 3. Berikan 3. Menurunkan
dan atau makan sedikit kelemahan,
mempertahankan dengan meningkatkan
berat badan yang frekuensi pemasukkan dan
sesuai. sering dan mencegah
atau makan distensi gaster.
diantara
waktu
makan.
4. Edukasi 4. Anak
kepada anak mengetahui
mengenai makanan dan zat
makanan gizi yang baik
yang untuk tubuhnya
mengandung
zat besi dan
bergizi bagi
tubuh
5. Kolaborasi 5. Membantu
pada ahli gizi dalam rencana
untuk diet untuk
rencana diet. memenuhi
kebutuhan gizi
anak
2. Intoleransi Setelah diberikan 1. Observasi adanya 1. Merencanakan
aktivitas asuhan keperawatan tanda kerja fisik istirahat yang tepat
berhubungan …..x 24 jam, anak dan keletihan
dengan kelemahan diharapkan dapat 2. Bantu dalam 2. Mencegah anak
umum, penurunan beraktivitas kembali aktivitas mengalami kelelahan
pengiriman dengan kriteria hasil : kehidupan sehari-
oksigen ke jaringan 1. Anak bermain hari yang
dan istirahat mungkin diluar
dengan tenang batas toleransi
dan melakukan anak
aktivitas yang 3. Beri aktivitas
3. Meningkatkan
sesuai dengan bermain
istirahat, mencegah
kemampuan pengalihan
kebosanan dan
2. Anak tidak
menarik diri
menunjukkan
tanda-tanda 4. Pilih teman 4. Mendorong
keletihan sekamar yang kepatuhan pada
sesuai dengan kebutuhan istirahat
usia dan minat
yang sama yang
memerlukan
aktivitas terbatas
5. Rencanakan 5. Mencegah kelelahan
aktivitas dan memberikan
keperawatan aktivitas yang cukup
bagi anak
3. Ansietas/takut Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui cara
berhubungan keperawatan ….x 24 kecemasan mencegah
dengan prosedur jam, ketakutan anak anak ketakutan pada
diagnostik/transfusi diharapkan berkurang / anak
hilang dengan kriteria
hasil : 2. Siapkan anak 2. Menghilangkan
1. Anak dan untuk tes ansietas/ rasa
keluarga darah. takut
menunjukkan
ansietas yang 3. Tetap 3. Memberikan
minimal bersama anak dukungan dan
2. Anak dan selama tes observasi pada
keluarga dan memulai kemumbgkinan
menunjukkan transfuse komplikasi
pemahaman
tentang 4. Edukasi 4. Meningkatkan
gangguan, tes tujuan pemahaman
pemberian terhadap
diagnostic, dan komponen gangguan, tes
pengobatan darah diagnostic, dan
pengobatan
KESIMPULAN

Anemia defisiensi besi (Anemia Gizi) adalah suatu keadaan kadar hemoglobin
di dalam darah leih rendah daripada nilai normal. Untuk balita kadar Hb Normal adalah
12 g/dl. Adapun kebutuhan zat besi pada anak adalah sekitar 5 – 9 mmg/hari. Menurut
SKRT 1995 prevalensi Anemia Gizi pada Balita yaitu 40,1% hal ini tergolong tingkat
yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat.
Penyebab anemia diantaranya: kekurangan zat besi, infeksi parasite,
menstruasi, infeksi, penyakit ginjal. pnyebab lain dari anemia antara lain: dikarenakan
genetik, pecahnya dinding sel darah merah, gangguan sumsum tulang, perdarahan, dan
kekurangan vitamin B12. Beberapa tanda anak yang mengalami anemia diantaranya:
anak terihat lemah, mata berkunang-kunang, menurunnya daya pikir, ddaya tahan
tubuh menurun yang ditandai dengan mudahnya terserang penyakit, pertumbuhan fisik
terganggu. Pada anemia berat maka anak bisa menunjukkan tanda-tanda sesak napas,
detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
Anemia yang berkelanjutan pada anak akan berpengaruh dalam kehidupan anak
di masa yang akan dating. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah proses
pertumbuhan dan perkembangan mental, intelektual dan kemampuan kognitif anak
bisa terlambat, energy anak juga berkurang. Tidak seimbangnya energy yang
diperlukan dengan suplai hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen.
Komplikasi lain adalah semakin menurunya sistem pertahanan tubuh pada anak,
penderita anemia kan mudah terkena infeksi saluran napas, jantung juga akan mudah
lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada anak yang mengalami anemia
adalah Ansietas b.d prosedur diagnostic, intoleransi aktivitas b.d kelemahan,
penurunan pengiriman oksigen ke jaringan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketikadekuatan masukan gizi, kurang pengetahuan kurang makanan tentang
kebutuhan besi.
Intervensi keperawatan yang baik sesuai keluhan, tanda dan gejala akan dapat
membantu pasien (anak) mencapai kesehatannya dan membantu proses
penyembunannya juga meminumalkan bahkan mencegah komplikasi yang terjadi
paada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, L Donna. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC:
Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo. (2002). Keperawatan Medikal Bedah vol. 3.


EGC : Jakarta.

Irawan, Hendry. 2013. Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak. Jakarta: Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran-205, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma
Jaya, Vol. 40, No. 6: 422-425
Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Price A. S, Wilson M. Lorraine. (1995). Patofisiologi vol. 2. EGC : Jakarta

Hoffbrand V.A, Pettit E.J. (1996). Kapita Selekta Hematologi. EGC : Jakarta.

Hall and Guyton. (1997). Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M. (1999). Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. FKUI: Jakarta.

Malika Sitompul, Ewa. 2014. Buku Pintar MPASI. Arena kids

Anda mungkin juga menyukai