Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen pembimbing :
Ns. ArdilesWahyuKurniawan, M,Kep

Disusun oleh :
Kelompok 8

1. MILLA YUSTINA (191215)


2. MUHAMMAD BADRUS SHOLEH (191216)
3. MUHAMMAD BARUL SUFI (191217)
4. MUHAMMAD FAUZAN (191218)
5. MOHAMMAD FERDYAN EGA (191219)

2D KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


i
INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN KESDAM V/BRW
TAHUN AJARAN 2020-2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Asuhan Keperawatan Anemia” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Asuhan Keperawatan Anemia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. ArdilesWahyuKurniawan, M,Kep, dan
juga kepada Bapak Mokhtar Jamil, M.Kep selaku dosen dimatakuliah Keperawatan Medikal Bedah
I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 4 Oktober 2020

ii
Penulis

DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………………………………….i
Kata pengantar ……………………………………………………………………………………………..ii
Daftar isi ……………………………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………………………………………………………..…1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………………………....1
1.4 Manfaat …………………………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persiapan pasien yang akan dilakukan pemberian barium enema ……………………………….2
2.1.1Prosedur Pemeriksaan Barium Enema…………………………………………………………………3
2.2 Persiapan pasien yang akan dilakukan USG abdomen ……………………………………………4
2.3 Persiapan pasien yang akan dilakukan Endoskopi …………………………………………………5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………….………..7
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………..……iv

iii
1. Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi akibatnya  jumlah
oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang.(Keperawatan Medikal Bedah
edisi 12)
2. Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume sel

 
darah, dan/ jumlah hemoglobin. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3 edisi 8)
3. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit dibawah rentang nilai yang yang
berlaku untuk orang sehat.(Behrman E Richard, IKA Nelson; 1680)
4. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematocrit dibawah normal. Anemia bukan lah penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Anemia tidak merupakan
suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai  proses patologik yang
 
mendasari. (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
dan Suddarth; 935)

 B. Klasifikasi

1. Anemia Megaloblastik

Anemia ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat, perubahan sumsum
tulang  identik dan perubahan darah perifer terjadi karena vitamin tersebut esensial untuk
sintesis DNA normal.

2. Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang terjadi yang disebabkan oleh penurunan
atau kerusakan sel induk sumsum tulang belakang, kerusakan pada lingkungan mikro
didalam sumsum tulang, dan penggantian sumsum tulang dengan lemak.

3. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang terjadi akibat pewarisan gen
hemoglobin sabit (HbS) yang menyebabkan molekul hemoglobin defektif (cacat).

4. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi biasanya terjadi ketika  asupan besi dalam diet tidak mencukupi
untuk sintesis hemoglobin, anemia jenis defisiensi besi adalah anemia yang sering terjadi
diseluruh dunia.

iv
Etiologi

a. Anemia Defisiensi Besi

i. Kehilangan zat besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari saluran
cerna, saluran nafas, saluran genitalia wanita dan saluran kemih.
ii. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang
tidak baik.
iii. Kebutuhan zat besi meningkat seperti pada prematurasi, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
iv. Gangguan absorpsi zat besi seperti gastrektomi dan kolitis kronik.

    b. Anemia Megaloblastik

 Penyebab anemia megaloblastik yaitu :

i. Defisiensi vitamin B12


ii. Defisiensi asam folat
iii. Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat
iv. Gangguan sintesis DNA

 Faktor Resiko dari anemia megaloblastik yaitu :

i. Jenis kelamin
ii. Usia
iii. Faktor keturunan

    c. Anemia Sel Sabit 


        Merupakan jenis anemia yang diturunkan dari orang tua kepada anak mereka. Anemia ini
terjadi akibat tidak terdapat cukup sel darah merah sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Sel darah merah menjadi kaku dan lengket serta berbentuk seperti sabit. 
v
 Risiko mengalami anemia sel sabit semakin besar saat seseorang memiliki orang tua dengan
gen pembawa.
 Anemia sel sabit lebih umum terjadi pada keturunan Afrika, India, Mediterania, Arab Saudi,
serta Amerika Selatan.

     d. Anemia Aplastik


         Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa
karena kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi dan toksin.

D. Manifestasi Klinis
         Karena system organ yang terkena maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
luas. Secara umum tanda dan gejala anemia yaitu:

1. Hb menurun (< 10g/dl) trombositosis/ trombositopenia, dan pasitopenia


2. Penurunan berat badan
3. Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat
4. Mudah lelah
5. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang

vi
Patofisiologi

a. Anemia Megaloblastik

Asam folat disimpan sebagai senyawa yang disebut sebagai folat. Folat yang disimpan
didalam tubuh jauh lebih kecil dari vitamin B12 dan dengan cepat mengalami deplesi ketika
asupan folat dalam diet tidak memadai (dalam 4  bulan) defisiensi folat terjadi pada orang
yang jarang memakan sayuran segar (tidak dimasak).

b. Anemia Sel Sabit

Molekul hemogblobin yang defektif (cacat) akan berbentuk sabit ketika terpajan dengan
oksigen rendah, sel darah merah yang kaku dan panjang ini akan tersangkut dipembuluh
darah kecil dan dapat menyumbat aliran darah ke jaringan tumbuh, proses sabit
menghabiskan beberapa waktu jika eritrosit terpajan kembali dengan jumlah oksigen yang
tidak adekuat.

Penatalaksanaan Medis

a. Anemia Aplastik

 Mereka yang berusia kurang dari 60th, sehat, dan menemukan donor kompatibel dapat
disembuhkan dengan transplantasi sumsum tulang (BMT) atau dengan transplantasi sel
induk darah perifer (PBSCT)
 Penyakit ini juga bisa ditangani dengan terapi imunosupresif, yang umumnya menggunakan
kombinasi globulin antitimosit (ATG) dan siklosporin atau androgen.
 Terapi suportif memainkan peran penting dalam penatalaksanaan anemia aplastik. Setiap
agens yang menganggu dihentikan, pasien didukung oleh transfusi paket sel darah (PRBC)
dan trombosit sesuai kebutuhan.

      

vii
b. Anemia Defisiensi Besi

 Uji specimen feses untuk darah samar/okulta


 Individu berusia 50th atau lebih harus secara periodic melakukan pemeriksaan kolonoskopi,
endoskopi, atau pemeriksaan sinar X pada saluran GI untuk mendeteksi ulserasi, gastritis,
polip, atau kanker.
 Berikan sediaan besi yang telah diresepkan, (Oral, Intramuscular (IM)    atau IV)
 Minta pasien melanjutkan penggunaan sediaan besi selama 6 hingga      12 bulan.

      c. Anemia Megaloblastik


          Penatalaksanaan medis: defisiensi asam folat

 Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg asam folat disetiap hari
nya
 Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi
 Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya dalam multi vitamin
mungkin tidak adekuat untuk sepenuhnya menggantikan defisiensi cadangan tubuh.

        Penatalaksanaan medis: defisiensi vitamin B12

 Berikan pengganti vitamin B12, vegetarian dapat mencegah atau mengatasi defisiensi


dengan suplemen vitamin oral/susu.
 Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan difusi aktif, sekali pun tidak
ada faktor intrinsik, tetapi dosis besar (2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12 akan
diberikan secara oral.
 Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk mencegah kekambuhan anemia
pernisiosa.

 Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering mengkonsumsi


alkohol.

viii
Anemia Sel Sabit

         Terapi anemia sel sabit adalah focus dari riset berkelanjutan. Namun disamping penatalaksanaan
agresif gejala dan komplikasi yang sama-sama penting, baru-baru ini terdapat beberapa modalitas terapi
primes untuk penyakit sel sabit.

 PBSCT: dapat menyembuhkan anemia sel sabit tetapi hanya dapat diterapkan untuk
sebagian kecil pasien karena tidak adanya donor yang kompatibel atau karena kerusakan
organ berat yang mungkin telah dialami oleh pasien adalah kontraindiksi untuk PBSCT
 Terapi farmakologis
 Terapi transfusi
 Pantau fungsi pulmonal dan hipertensi pulmonal
 Berikan asam folat untuk menyeimbangi kebutuhan sumsum tulang yang meningkat
 Terapi suporatif untuk mencakup penatalaksanaan nyeri

A. Komplikasi

1. Pemeriksaan otot buruk


2. Daya konsentrasi menurun
3. Hasil uji perkembangan menurun
4. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
5. Sepsis
6. Sensitifitas terhadap antigen donor yang berreaksi-silang menyebabkan perdarahan yang
tidak terkendali
7. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
8. Kegagalan cangkok sumsum
9. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi

ix
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus Anemia :

Ny. R masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang
IGD, lalu masuk ruang rawat inap bedah. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB
dengan kesadaran Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh
pandangan kabur, badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien
tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB
awal 6,1 gr/dl, CTR >3dtk, Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin
cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60 mmHg, N : 120 x/menit, RR : 22x/menit, S:
36,5c. Saat di timbang berat badannya 62kg, klien mengatakan berat badan menurun
karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah. Diagnosa Anemia.

x
Diagnosa

Diagnosa
1. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (Anemia)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor biologis
5. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

xi
Intervensi

Hari/Tanggal, Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Jam Keperawatan hasil
Keletihan b.d Setelah dilakukan Manajemen energi :
kondisi fisiologis tindakan keperawatan
(anemia) selama 3x24 jam, 1.     Kaji status pasien yang
diharapkan perfusi menyebabkan kelelahan sesuai
jarigan adekuat dengan dengan konteks usia dan
kriteria hasil : perkembangan

1.     Klien tidak 2.     Perbsiki defisit status fisiologis


tampak
pucat sebagai prioritas utama

2.     CRT < 3 detik 3.     Tentutkan jenis dan banyak


aktivitas yang dibutuhkan untuk
3.     Konjungtiva tidak menjaga ketahanan
anemis
4.     Monitor intake nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang
adekuat

Kolaborasi :

1.     Konsulkan dengan ahli gizi


mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan
Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Manajemen nutrisi :
n nutrisi : kurang tindakan
dari kebutuhan keperawatan3X24 jam, 1.     Identifikasi adanya alergi atau
tubuh b.d. Faktor ketidakseimbangan intoleransi makanan yang dimiliki
biologis nutrisi dapat teratasi, pasien
dengan kriteria hasil :
2.     Anjurkan pasien untuk memantau
1.     Keseimbangan asupan kalori dan intake makanan
dan haluaran cairan
3.     Anjurkan pasien terkait dengan
2.     Nafsu makan kebutuhan makanan tertentu
bertambah berdasarkan perkembangan atau

xii
3.      Meminimalkan usia
tingkat keparahan mual
dan muntah 4.     Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi
4.     Berat badan meningkat

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas :


b.d. tindakan keperawatan
ketidakseimbangan 2X24 jam, intoleransi 1.     Pertimbangkan kemampuan pasien
antara suplai dan aktivitas dapat teratasi dalam berpartisipasi melalui
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil : aktivitas fisik

1. Klien dapat 2.     Bantu pasien mengidentifikasi


melakukan ambulasi aktivitas yang diinginkan

2. Penurunan tingkat 3.     Bantu pasien memilih aktivitas


keletihan
Kolaborasi :
3. Peningkat
kenyamanan 1.     Kolaborasi dengan ahli fisik,
lingkungan okupasi dan terapis rekreasional
dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas

xiii
PENGKAJIAN

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1.        Klien mengeluh mual dan muntah 1.     TTV  :
2.        Klien mengeluh lemas dan letih          TD : 80/60 mmHg
3.        Klien mengeluh sakit kepala           N : 120 x/menit
4.        Klien mengeluh pandangan kabur           RR : 22x/menit
5.        Klien mengeluh cepat lelah saat          S : 37c
beraktivitas
2.     Kesadaran compos mentis
6.        Klien mengeluh tidak nafsu makan
3.     HB awal 6,1 gr/dL
7.        Klien mengatakan cemas dengan
4.     CRT klien > 3 detik
penyakitnya dan ingin cepat pulang
5.     Anoreksia
6.     Konjungtiva anemis
7.     Klien tampak pucat
8.     Akral klien teraba dingin dan
berkeringat
9.     BB menurun dari 64kg menjadi 62kg
10. Diagnosa Anemia

Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi


.
1 Data Subjektif: Keletihan Kondisi Fisiologis
Klien mengeluh: (Anemia)

-         Lemas dan letih


-         Pusing
-         Pandangan kabur
-         Cepat lelah saat
xiv
beraktivitas
-         Tidak nafsu makan
Data Objektif:
-         TTV  :
         TD : 80/60 mmHg
          N : 120 x/menit
          RR :22x/menit
          S : 37c
-         Anoreksia
-         Hb awal 6,1 gr/dl
-         Konjungtiva anemis
-         Klien tampak pucat
-         Akral teraba dingin dan
berkeringat
-         Diagnosa Anemia
2 Data Subjektif: Ketidakseimbangan Faktor biologis
Klien mengeluh: nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
-         Lemas dan letih
-         Mual dan muntah
-         Cepat lelah saat
beraktivitas
-         Tidak nafsu makan
Data Objektif:
-     TTV  :
         TD : 80/60 mmHg
          N : 120 x/menit
          RR :22x/menit
          S : 37c
-  Anoreksia
-   Konjungtiva anemis

xv
-   Klien tampak pucat
-  Akral teraba dingin dan
berkeringat
-  Diagnosa Anemia

3 Data Subjektif : Intoleran aktivitas Ketidakseimbangan


1.     Klien mengeluh lmah antara suplai dan
dan letih kebutuhan oksigen

2.     Klien mengeluh tidak


nyaman saat
beraktivitas
Data Objektif :
-         Klien terlihat pucat
-         TTV :
TD : 80/60 mmHg
          N : 120 x/menit
          RR :22x/menit
         S : 37c

xvi
Diagnosa

Diagnosa
1. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (Anemia)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Faktor biologis
5. Intoleran aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

xvii
Intervensi

Hari/Tanggal, Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Jam Keperawatan hasil
Keletihan b.d Setelah dilakukan Manajemen energi :
kondisi fisiologis tindakan keperawatan
(anemia) selama 3x24 jam, 1.     Kaji status pasien yang
diharapkan perfusi menyebabkan kelelahan sesuai
jarigan adekuat dengan dengan konteks usia dan
kriteria hasil : perkembangan

1.     Klien tidak 2.     Perbsiki defisit status fisiologis


tampak
pucat sebagai prioritas utama

2.     CRT < 3 detik 3.     Tentutkan jenis dan banyak


aktivitas yang dibutuhkan untuk
3.     Konjungtiva tidak menjaga ketahanan
anemis
4.     Monitor intake nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang
adekuat

Kolaborasi :

1.     Konsulkan dengan ahli gizi


mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan
Ketidakseimbanga Setelah dilakukan Manajemen nutrisi :
n nutrisi : kurang tindakan
dari kebutuhan keperawatan3X24 jam, 1.     Identifikasi adanya alergi atau
tubuh b.d. Faktor ketidakseimbangan intoleransi makanan yang dimiliki
biologis nutrisi dapat teratasi, pasien
dengan kriteria hasil :
2.     Anjurkan pasien untuk memantau
1.     Keseimbangan asupan kalori dan intake makanan
dan haluaran cairan
3.     Anjurkan pasien terkait dengan
2.     Nafsu makan kebutuhan makanan tertentu
bertambah berdasarkan perkembangan atau

xviii
3.      Meminimalkan usia
tingkat keparahan mual
dan muntah 4.     Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi
4.     Berat badan meningkat

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas :


b.d. tindakan keperawatan
ketidakseimbangan 2X24 jam, intoleransi 1.     Pertimbangkan kemampuan pasien
antara suplai dan aktivitas dapat teratasi dalam berpartisipasi melalui
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil : aktivitas fisik

1. Klien dapat 2.     Bantu pasien mengidentifikasi


melakukan ambulasi aktivitas yang diinginkan

2. Penurunan tingkat 3.     Bantu pasien memilih aktivitas


keletihan
Kolaborasi :
3. Peningkat
kenyamanan 1.     Kolaborasi dengan ahli fisik,
lingkungan okupasi dan terapis rekreasional
dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas

xix
PENUTUP

Kesimpulan

          Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia


merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi akibatnya  jumlah oksigen
yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu
Anemia Megaloblastik, Anemia Sel Sabit, Anemia Aplastik dan Anemia Defisiensi Besi. Anemia
tersebut diklasifikasikan menurut etiologi dan manifestasi klinik nya.

Sedangkan tanda dan gejala umum anemia adalah Hb yang menurun (<10gr/dL), penurunan
berat badan, badan terasa lemah dan letih, tekanan darah menurun, sering pusing, pengisian
kapilernya lambat dan extremitas teraba dingin. Apabila penyakit ini tidak ditangani akan
menyebabkan komplikasi, yaitu daya konsentrasi dan perkembangan menurun, dan sepsis.

xx
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
2. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
3. NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi
& Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

xxi

Anda mungkin juga menyukai