Anda di halaman 1dari 54

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ANEMIA DEFISIENSI BESI

OLEH :
SARJANA KEPERAWATAN C TINGKAT V
NI MADE ANUGRAH INDAH LESTARI 17C10180
NI LUH PIYANTARI 17C10181
A.A. GDE WAHYU SPARSAYOGA 17C10182

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


TAHUN AJARAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan
karunia-Nya yang berkelimpahan maka penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tentang “Makalah Askep Kasus Anemia.”
Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Dosen selaku pembimbing
akademik, teman-teman sejawat yang telah memberikan saran dan masukan, kepada
anggota kelompok yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi yang membaca makalah ini. Selain itu penulis juga berharap
makalah ini digunakan sebagai mana mestinya.
Penulis sadar bahwa memiliki banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapakan segala saran, kritik dan masukan yang
membangun untuk proses dimasa yang akan datang.

Denpasar, 15 Oktobor 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................................................3

2.1 Definisi.............................................................................................................................................3

2.2 Etiologi..............................................................................................................................................4

3.3 Patofisiologis.....................................................................................................................................5

3.4 Tanda dan Gejala...............................................................................................................................6

3.5 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................................7

3.6 Penataklasanaan.................................................................................................................................8

3.7 WOC................................................................................................................................................10

3.8 Asuhan Keperawatan.......................................................................................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................50

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................50

3.2 Saran................................................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................51

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar haemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin. Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Konsumsi zat besi dari makanan sering lebih
rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan
menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi
zat besinya (Rasmaliah,2004).

Anemiamerupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama


negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Anemia
pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut World Health
Organization(WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%.Jumlah
penduduk usia remaja(10-19 tahun)di Indonesiasebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9%
laki-laki dan49,1% perempuan (KemenkesRI, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari Anemia ?
2. Bagaimana Etiologi Anemia ?
3. Bagaimana Patofisiologi Anemia ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Anemia ?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Anemia ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Anemia ?
7. Bagaimana Woc Anemia ?
8. Bagaimana Askep Anemia ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi anemia
2. Untuk mengetahui etiologi anemia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang anemia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan anemia
7. Untuk mengetahui Woc anemia
8. Untuk mengetahui Askep anemia

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 DEFINISI
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin
serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal (Handayani & Andi, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO pada
tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
3. Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
1. Hb < 10 gr/dl
2. Hematokrit < 30%
3. Eritrosit < 2,8 juta/mm
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):
1. Ringan sekali Hb 10 gr/dl-13 gr/dl
2. Ringan Hb 8 gr/dl - 9,9 gr/dl
3. Sedang Hb 6 gr/dl - 7,9 dr/dl
4. Berat Hb < 6 gr/dl

3
2.2 ETIOLOGI
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
1. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
a) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
b) .Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat
menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
c) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a) Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi
karena
a) Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b) Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
5. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada Bahan baku yang
dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe.
Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan
sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti
penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

4
3.3 PATOFISIOLOGIS
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa boleh darah ke jaringan dan mekanisme

kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan


menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
 Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal Pada
anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan
vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan
normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain: sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
 Anemia akibat penghancuran sel darah merah Bila sel darah merah yang
beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi

5
maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia
hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:
a) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b) Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
c) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d) Autoimun.
e) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

 Anemia akibat kehilangan darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan
akut yang hebat ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun
kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal
(misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan),
penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal
OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

3.4 TANDA DAN GEJALA


Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
 Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
 Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
 Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia
dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
 Gejala umum anemia Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom
anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb
yang sudah menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat
diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:

6
a) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c) Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus. 2.Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas yang
menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
a) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
b) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
c) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
 Gejala akibat penyakit yang mendasari Gejala ini timbul karena penyakit-
penyakit yang mendasari anemia tersbut. Misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala
seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk
morfologi anemia tersebut. ,hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC),
apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.

7
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk mengomfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikui ini :
 Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan
ferritin serum
 Anemia megaloblastic : asam folat darah/ertrosit, vitamin B12
 Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb
 Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia
B. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman
C. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
D. Pemeriksaan sitogenetik

E. Pemeriksaan biologi molekuler (pcr = polymerase chain raction, FISH =


fluorescence in situ hybridization)

3.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Baughman, 2000):
A. Anemia Aplastik
 Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
B. Anemia defisiensi besi

8
 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.

 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.


 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
C. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12 :
 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege
tarian ketat).
 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki. Anemia
defisiensi asam folat:
 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
D. Anemia sel sabit
 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak
responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah
sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah
krisis

9
3.7 WOC

Peningkatan frekuensi
Peningkatan frekuensi Penurunan fungsi Penurunan perfusi
jantung
pernafasan Jantung saluran pencernaan

Pola Nafas Tidak Peningkatan beban Anoreksia, nausea


Aliran darah tidak Aliran tidak adekuat
Efektif kerja jantung
adekuat ke sistemik ke jantung dank e otak
Penurunan intake
Hipertropi ventrikel Sakit kepala, iskemia Penurunan asupan diet nutrisi
Penurunan Curah Ketidak-seimbangan miokard
Jantung suplai oksigen
Penurunan berat
Kelemahan fisik Perubahan Perfusi Konstipasi /Diare badan
Penurunan suplai Jaringan Perifer
keletihan
darah ke miokardium
Perubahan Nutrisi
Hospitalisasi daya Takut akan kondisi
Intoleransi Aktivitas Kurang Dari
Resiko tinggi stroke tahan tubuh menurun dan prognosis
Kebutuhan Tubuh
dan iskemik miokard penyakit
Kurang Cemas
Pengetahuan Kurang informasi
Nyeri
tentang penyakitnya

10
3.8 Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN W DENGAN ANEMIA DEFISIENSI


BESI DI RUANG BELIBIS RSUD WANGAYA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2019 pukul 11.30
di Ruang Belibis RSUD Wangaya dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(hubungan dg penanggung)
Nama : Tn W Tn. M
Umur : 40 th 30 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki Laki-laki
Status Perkawinan: Menikah Menikah
Suku /Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : Sarjana Pendidikan SD
Pekerjaan : Guru Buruh
Alamat : Denpasar Denpasar
Alamat Terdekat : - -
Nomor Telepon :- 0812367xxxx
Nomor Register : 12398xxx -
Tanggal MRS : 7 Oktober 2019 -

11
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama dirumah sakit
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan pusing.
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat pengkajian pasien mengeluh pusing, mual muntah, dan
badan lemas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. W masuk RSUD Wangaya pada malam hari tanggal 6 Oktober


2019 melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap . Keesokan
harinya pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran Compos Mentis, dan
keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya
terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat,
lemah, konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB
awal 9 gr/dl, CTR 4 dtk, Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya
dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60 mmhg, N : 120 x/menit,
RR : 22x/menit, S: 36,5°c. Saat di timbang berat badannya 54kg, klien
mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan. Klien
mengeluh mual dan muntah.

4. Riwayat penyakit sebelumnya


Klien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama yaitu anemia
defisiensi besi sebelumnya pada tahun 2017 dan sempat rawat inap
selama 5 hari dirumah sakit yang berbeda

5. Riwayat penyakit keluarga


Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit anemia

12
2. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada sesak ataupun
kesulitan bernafas
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada sesak ataupun
kesulitan bernafas
Masalah keperawatan : -

2) Makan dan minum


Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan bahwa biasanya makan
habis 1 porsi selama 3 kali sehari dan minum 8 gelas.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan nafsu makannya menurun
dan berat badannya menurun dari 64 kg menjadi 54 kg. Dan pasien
merasa mual dan muntah. Porsi makan ¼ porsi dengan minum 8 gelas
per hari
Masalah keperawatan :

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit beliau BAB
normal 1x dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas
feses. Sedangkan pasien mengatakan BAK 4-5x sehari dengan warna
kuning tanpa darah.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan BAB normal sebanyak 1x
dengan konsistensi lembek berwarna kuning dan bau khas feses.
Sedangkan untuk BAK pasien mengatakan BAK 4x sehari.
Masalah keperawatan : -

13
4) Gerak dan aktivitas
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan beraktifitas seperti biasa.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan susah beraktivitas karena
mudah lemah,letih dan lesu. Pasien juga mengatakan tidak nyaman
saat beraktivitas.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas.

5) Istirahat dan tidur


Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa tidur 6-8 jam
Saat pengkajian : Pasien mengatakan pasien tidak mengalami
gangguan pola tidur. Pasien tidur 6-8jam sehari.

Masalah keperawatan :-

6) Kebersihan diri
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan biasa mandi 2x dalam
sehari, gosok gigi 2x sehari dan cuci rambut 3x seminggu.
Saat pengkajian : pasien mengatakan mandinya hanya dilap 2x
sehari, gosok gigi 2x sehari dan tidak mencuci rambut.

7) Pengaturan suhu tubuh


Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit suhu tubuhnya
normal.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan suhu tubuhnya normal
Masalah keperawatan : -

8) Rasa nyaman

Sebelum pengkajian : pasien mengatakan cemas dengan kondisinya.


Saat pengkajian : pasien mengatakan merasa nyaman karena
adanya dukungan keluarga .

14
Masalah keperawatan : -

9) Rasa aman
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan merasa cemas mengenai
kondisinya
Saat pengkajian : Pasien merasakan tenang karena penyakitnya
sudah ditemukan dan sudah ditangani oleh tim kesehatan yang tepat.

Masalah keperawatan : -

10) Data sosial

Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan


keluarga dan lingkungan harmonis.

Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan hubungan dengan


keluarga, lingkungan maupun dengan tenaga medis harmonis.

Masalah keperawatan : -

11) Prestasi dan produktivitas


Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum sakit mampu
bekerja dengan baik.
Saat pengkajian : pasien mengatakan karena merasa pusing,
lemah dan lesu tidak mampu bekerja sehingga produktivitas
menurun.

Masalah keperawatan : -

12) Rekreasi
Sebelum pengkajian : pasien mengatakan sebelum MRS meluangkan
waktunya bersama keluarga untuk berekreasi.
Saat pengkajian : pasien mengatakan semenjak MRS tidak
sempat berekreasi dengan keluarga.

13) Belajar

15
Sebelum pengkajian : Tidak terkaji
Setelah pengkajian : Tidak terkaji

14) Ibadah.
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa sembahyang di
merajan
Saat pengkajian : Pasien mengatakan semenjak MRS pasien
hanya sembahyang didalam kamar.

3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : Composmentis/sadar penuh,
b) Bangun Tubuh : Kurus
c) Postur Tubuh : Tegak
d) Cara Berjalan : Terganggu,
e) Gerak Motorik : Tergangu,
f) Keadaan Kulit
Warna : pucat/anemis
Turgor : kurang elastis CRT klien > 3 detik
Kebersihan: bersih
Luka : tidak ada,

g) Gejala Kardinal:
TD : 80/60mmhg
N : 120x/mnt
S : 36,5oC
RR : 22 x/mnt

h) Ukuran lain :
BB : 54 Kg
TB : 165 Cm

16
1) Kepala
a) Kulit kepala :Bersih
b) Rambut : Rontok dan berwarna hitam
c) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
d) luka : Tidak ada

2) Mata
a) Konjungtiva : Anemis/pucat
b) Sklera : Berwarna putih
c) Pupil : +/+ isikor (reflek pupil baik).

3) Hidung
a) Keadaan : Terdapat secret
b) Penciuman : Terganggu
c) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d) Luka : Tidak ada.

4) Telinga
a) Keadaan : Bersih
b) Nyeri : Tidak ada nyeri
c) Pendengaran : Normal
5) Mulut
a) Mukosa bibir : Pucat
b) Gusi : Tidak berdarah
c) Gigi : Gigi lengkap dan bersih
d) Lidah : Bersih
e) Tonsil : Normal
6) Leher
a) Inspeksi
 Keadaan : Normal

17
b) Palpasi.
 Nyeri tekan :Tidak ada
 pembengkakan kelenjar limfe : Tidak ada

7) Thorax
a) Inspeksi
 Bentuk : Simetris
 Gerakan dada : Terbatas
 Payudara : Simetris
 Nyeri : Tidak ada nyeri
b) Palpasi
 Pengembangan dada : Simetris
 Vibrasi tactile premitus : Simetris
c) Perkusi
 Suara paru : Dullnes

d) Auskultasi
 Suara paru : Ronchi
 Suara jantung: Regular

8) Abdomen
a) Inspeksi
 Pemeriksaan : Simetris
 Luka : Tidak ada luka

b) Auskultasi
 Peristaltic usus: 20 x/mnt

c) Palpasi.
 Tidak ada nyeri tekan pada perut

18
d) Perkusi :
 Bunyi tympani

9) Genetalia
a) Keadaan : Bersih
b) Letak Uretra : Normal
c) Prosedur invasife : Tidak Terpasang dower catheter

10) Anus
a) Keadaan : Bersih

11) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
Pergerakan : Bebas,
CRT : >3 detik
Terpasang infuse : Dibagian metacarpal sinistra
b) Ektremitas Bawah
Pergerakan : Tidak bebas
CRT: >3 detik

c) Kekuatan Otot 444 444

444 444

4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium

19
No Hari/Tanggal/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
. Lab Pemeriksaan
1 7 Oktober 2019 Hemoglobin 5,2 g/dl 11.5 – 18.0 g/dL

2 7 Oktober 2019 Eritrosit 2,05 10^6/ul 3.80 – 6.50

3 7 Oktober 2019 Hematokrit 16,8% 37.0- 54.0

2) Pemeriksaan Radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi.

A. ANALISA DATA
DATA PROBLEM

20
DS : Perfusi Perifer Tidak Efektif

 Pasien mengatakan pusing


dan lemas

DO :

 Eritrosit 2,05 10^6/ul

 Hemoglobin 5,2 g/dl

 Hematokrit 16,8 %

 CRT >3 detik

 Akral teraba dingin

 Warna kulit pucat

 Turgor kulit menurun

DS : Defisit Nutrisi

 Pasien mengatakan merasa


mual muntah

 pasien mengatakan tidak


nafsu makan

DO :

 Terjadi penurunan berat


badan dari 64 kg menjadi 54
kg

 Porsi makanan yang


disediakan hanya habis

21
setengah porsi

DS : Intoleransi aktivitas

 Pasien mengatakan merasa


lemah.
DO :

 Pasien terlihat terbaring di


tempat tidur
 ADL dibantu oleh keluarga

B. RUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN


1. Perfusi Perifer Tidak Efektif
2. Defisit Nutrisi
3. Intoleransi Aktivitas

C. ANALISA MASALAH
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif
P: Perfusi Perifer Tidak Efektif

E: Adanya penurunan konsentrasi Hemoglobin

S: Pasien mengatakan merasa lemah pusing dan lesu .


Proses terjadinya: Menurunya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan
meurunya tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah
merah (hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang
dikirimkan ke jaringan, biasanya di tandai dengan kelemahan,
kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan pucat.

22
2. Defisit Nutrisi

P : Defisit Nutrisi

E : Ketidakmampuan mencerna makanan

S : Pasien mengatakan nafsu makannya menurun dan berat badannya


menurun dari 64 kg menjadi 54 kg. dan pasien merasa mual dan
muntah. Porsi makan ½ porsi dengan minum 8 gelas per hari
Proses terjadi : Deficit nutrisi kurang dari kebutuhan terjadi karena
factor biologis di tandai dengan pasien mengalami penurunan nafsu
makan dan ditandai dengan penurunan berat badan minimal 10 %
dibawah rentang ideal.

Komplikasi :

1. Kwasiokor

2. Mallnutrisi

3. Intoleransi Aktivitas
P : Intoleransi Aktivitas
E : Kelemahan
S : Pasien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas

Proses terjadinya : Intoleransi aktivitas terjadi karena respon tubuh


yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak
mampu memproduksi energi yang cukup. Pembentukan energi
dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses
tertentu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan
CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai
ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

23
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
Hemoglobin

2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan O:
efektif berhubungan intervensi selama
1. Observasi 1. Memberikan
dengan penurunan 3x24 jam
TTV, CRT, informasi
konsentrasi hemoglobin
diharapkan Warna kulit tentang
ditandai dengan:
Perfusi perifer pasien derajat/keadeku
DS: tidak efektif 2. Monitor atan perfusi
pasien dapat panas, jaringan dan
- Pasien mengatakan
teratasi dengan kemerahan, membantu
merasa pusing dan lesu
kriteria hasil: nyeri atau menentukan
DO:
bengkak kebutuhan
1. Warna kulit
 Hasil pada intervensi
pucat menurun
pemeriksaan lab ekstermitas
2. Akral
terjadi 3. Observasi 2.Untuk
membaik
penurunan konjungtiva mengetahui
3. Turgor kulit
antara lain : pasien adanya
membaik
4. Kaji keluhan gangguan pada
1. Eritrosit 2,05 4. Pasien tidak
pusing sirkulasi
10^6/ul pusing dan
2. Hemoglobin 5,2 pasien
lesu
g/dl N: 3.Mengetahui
gejala anemia
3.Hematokrit 16,8 % 5. Atur posisi
kepala
 Akral teraba dingin 4.Keluhan
tempat tidur

24
 CRT >3 detik sesuai pusing
toleransi / merupakan
 Warna kulit pucat
sejajar manifestasi
 Turgor kulit sumbu tubuh penurunan
menurun E: suplai darah
kejaringan otak
6. Anjurkan
program diet
5.Meningkatkan
untuk
ekspansi paru
memperbaiki
dan
sirkulasi
memaksimalkan
C:
oksigen untuk
7. Delegatif kebutuhan
dalam seluler
pemberian
cairan infus 6.
Nacl 0,9%
20tpm 7.Menjaga
8. Kolaborasi
keseimbangan
dengan
dan
petugas
memperbaiki
laboratorium
defisiensi cairan
untuk
pemeriksaan
darah
lengkap
sesuai
indikasi

25
2. Deficit nutrisi Setelah dilakukan O :
1. Mengetahui
berhubungan dengan tindakan
1. Observasi TTV
KU pasien
ketidakmampuan keperawatan 2. Idetifikasi alergi
2. Untuk
mencerna makanan selama 3 x 24 jam dan intoleransi
mengetahui
,di harapkan makanan
Ditandai dengan alergi
3. Identifikasi
deficit nutrisi
makanan
DS makanan yang
pasien terpenuhi
pada pasien
disukai
 pasien dengan kriteria 3. Untuk
4. Monitor asupan
mengatakan hasil : mengidenfik
makanan
nafsu makannya 5. Monitor berat asi makanan
1 Nafsu makan
menurun dan badan yang di
pasien cukup
berat badannya sukai.oleh
3x1 /hari N:
menurun dari 64 pasienMeng
2 Bising Usus 6. lakukan oral identifikasi.
kg menjadi 54
cukup membaik hygine sebelum 4. Untuk
kg.
 pasien merasa 12 x/ menit makan ,bila mengetahui

mual dan perlu. asupan


3.Membran 7. Sajikan makanan
muntah. makanan
mukosa bibir secara menarik
 Frekuensi yang di
pasien tidak dan suhu yang
makan 3x ½ makan oleh
pucat. sesuai
porsi dengan pasien
9.berikan makanan 5. Untuk
minum 8 gelas 4.Berat badan
tinggi serat untuk mengetahui
per hari. meningkat 500
mencegah peningkatan
gram.
DO : konstipasi status gizi
 Terjadi E: pasien
6. Karna
penurunan berat
10. Ajarkan diet kebersihan
badan dari 64 kg
yang di mulut
menjadi 54 kg
programkan sangat
 Porsi makanan penting di

26
yang disediakan C: perhatikan
hanya habis sebelum
11. Kolaborasi
setengah porsi makan
pemberian 7. Karena
 Membran medikasi makanan
mukosa bibir sebelum makan yang
pasien tampak 12. Kolaborasi menarik
pucat dengan ahli gizi dapat
untuk menumbuhk
menentukan an nafsu
jumlah kalori makan
dan jenis nutrient pasien
8. Untuk
yang dibutuhkan,
mencegah
jika perlu
terjadinya
konstipasi
pada pasien
9. Diet sangat
penting
sehingga
mengetahui
nutrisi yang
dapat di
anjurkan
dan di
hentikan
selama
pasien di
rawat

10. Diet

27
merupakan
salah satu
hal yang
penting
untuk di
perhatikan
pada pasien
yang
memiliki
ketidak
seimbangan
nutrisi dan
obat
antiemetic
untuk
mengurangi
rasa mual

11. Kalori
berfungsi
untuk
proses
regenerasi
jaringan
serat
untuk
menambah
persediaan
tenaga

28
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan O : 1. Untuk
berhubungan dengan tindakan mengetahui
1. Indentifikasi
kelemahan keperawatan kemampuan
kemampuan
selama 3 x 24 nya dalam
DS : berpartisipasi dalam
jam, diharapkan melakukan
 Pasien aktivitas tertentu
intoleransi ADL
mengata 2.monitor respon
aktivitas pasien 2.
kan emosional, fisik,
teratasi dengan 3. Untuk
merasa social dan spiritual
menfasilitas
cepat Kriteria hasil : terhadap aktivitas
i aktivitas
lelah saat N:
1. Kemudahan fisik rutin
beraktivi
dalam 3. Fasilitasi focus ( mis.
tas
melakukan pada kemampuan, ambulasi,
DO :
aktivitas sehari bukan deficit yang mobilisasi,
 Pasien terlihat
hari dialami . dan
tampak lemas
meningkat. 4. Berikan aktivitas perawatan
 Pasien terlihat 2. Keluhan lelah distraksi yang diri ), sesuai
terbaring di tempat menurun. menyenangkan kebutuhan.
tidur E: 4. Untuk
 ADL dibantu oleh
5. Anjurkan tirah memberikan
keluarga
baring aktivitas
6.Anjurkan distraksi

melakukan aktivitas yang

secara bertahap menenangka

C: n.
5. Untuk
6. Kolaborasi
meminimali
dengan terapis
sir kelelahan
okupasi dalam
dan pusing
merencanakan dan
yang

29
memonitor program dialami
aktivitas, jika sesuai. pasien
6. Untuk
meminimali
sir pusing
pada pasien
7. Kolaburasi
dengan
terapis
okupasi
dalam
merencanak
an dan
memonitor
program
aktivitas,
jika sesuai.

F. IMPLEMENTASI

No. Hari / Tanggal/ Jam No. Dx Tindakan Evaluasi Respon


Keperawatan
1. Selasa, 8 Oktober 1 ,2,3 1. Mengobservasi DS :
2019 TTV dan KU
- Pasien mengatakan
Pasien
10. 00 wita pusing, lemas dan cepat
lelah saat beraktivitas.

30
DO :

- Pasien tampak lemah dan


pucat

- TD : 90/80 mmhg

- S : 36,5 C

- N : 60

- RR : 18 x/menit

DS : -

10.20 wita DO :

- Pasien terpasang cairan


infus Nacl 0,9% 20tpm
pada ekstremitas kanan
atas

2. Delegasi dalam DS : -
pemberian cairan
infus Nacl 0,9%

11.00 wita 1 20tpm

DO:
11.20 wita 1
- Akral teraba dingin

- Kulit dan konjungtiva


pasien tampak pucat.

31
- CRT >3

DS :

- Pasien mengatakan masih


1 pusing berkunang-kunang

12.00 wita

2 3.Mengobservasi
keadaan kulit, akral
12.30 wita DO :
dan konjungtiva
- Pasien tampak lemah dan
4. Mengkaji adanya gelisah
keluhan pusing
DS :

- Pasien mengatakan tidak


merasakan adanya panas,
kemerahan ataupun
bengkak

Do :

- Tidak tampak adanya


kemerahan maupun
bengkak
5. Memonitor
DS :
adanya adanya
2 panas, kemerahan, - Pasien mengatakan tidak
12.30 wita
bengkak ada alergi pada makanan
maupun obat

32
6. Mengidetifikasi
alergi dan intoleransi
DO :
makanan
- Pasien tampak memakan
makanan yang diberikan
tanpa memilih jenis
makanan

DS :

- Pasien mengatakan
2
menyukai makanan
13.00 wita
seperti sayur- sayuran dan
tidak terlalu suka dengan
daging

DO:-

DS :

- Pasien mengatakan
menghabiskan ¼ porsi
7. Mengidentifikasi makanan yang diberikan
makanan yang
disukai DO :

- Pasien tampak
menghabiskan ¼ porsi
3
yang diberikan

DS:

- Pasien mengatakan pusing


13.30 wita
jika duduk lama dan jika

33
melakukan ADL seperti
mandi, maupun pergi ke
kamar mandi untuk BAB/
BAK
3 8.Memonitor asupan
DO :
makanan pasien
13.30 wita
- Pasien tampak dibantu
keluarga untuk memenuhi
ADL nya

DS :

- Pasien mengatakan saat


dalam posisi ini pusing
pasien

Berkurang

DO :

- Pasien tampak lebih


tenang

9.Mengindentifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu

10. Anjurkan tirah

34
baring

2. Rabu, 9 Oktober 1,2, 1. Melakukan TTV DS :


2019 dan KU Pasien - Pasien mengatakan pusing
nya sudah berkurang
09.00 wita
DO :
- Pasien tampak lebih bugar
dengan TTD:
- TD : 110/80 mmhg
- S : 36 C
- N : 80 x/menit
- RR : 18 x/menit

DS : -
DO :
- Kulit pasien tampak tidak
pucat, akral teraba hangat
- Konjungtiva berwarna
merah muda
DS :
2. Mengkaji kulit, - Pasien mengatakan
akral dan pusing hanya dirasakan
1 konjungtiva pasien jika berdiri
10.00 wita DO :
- Pasien tampak lemah
DS :

- Pasien mengatakan terjadi

35
penurunan berat badan
selama sakit

3. Mengkaji Keluhan DO :
pusing pada pasien - Terjadi penurunan berat
1
badan sekitar 10 kg
10.00 wita
DS : -

DO :

- Pasien mengikuti saran


yang dianjurkan

DS :

- Pasien mengatakan dapat


4. Memonitor berat
beraktivitas dengan
badan
2. bantuan keluarga

10.30 wita DO :

- Pasien melakukan aktivitas


seperti mandi, makan dan
ADL lainnya dibantu oleh
anak pasien

DS :

- Pasien mengatakan akan


meminum obat yang
diberikan untuk
3
2. Melakukan oral mengurangi rasa mual

36
10.50 wita hygine sebelum DO :
makan.
- Pasein meminum obat
yang diberikan

DS :

- Pasien mengatakan rasa


mual berkurang setelah
3
meminum obat
3.Mengindentifikasi
11.30 wita
kemampuan DO :

berpartisipasi dalam - Pasien tampak


aktivitas tertentu menghabiskan ½ porsi
makanan yang diberikan

DS :

- Pasien mengatan mampu


makan dan minum
dengan mandiri

DO :

- Pasien tampak makan dan


minum secara mandiri
dan perawat memfasilitasi
alat makan

DS :
- Pasien mengatakan
merasa nyaman
2 DO :
- Pasien tampak nyaman

37
12.00 wita 4. Berkolaborasi DS : -
DO :
pemberian medikasi
sebelum makan - Pasien tampak mengikuti
instruksi yang diberikan
dalam melakukan
aktivitas mandi maupun
aktivitas yang lainnya

12.20 wita
5. Memonitor asupan
makanan pasien

38
3

12.00 wita 6. Memfasilitasi


focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang
dialami .

13.00 wita

39
7. Mengatur posisi
kepala tempat tidur
sesuai toleransi /
sejajar sumbu tubuh

13.50 wita

7. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Kamis, 10 Oktober 1,2,3 1. Melakukan TTV DS :
2019 dan KU pasien - Pasien mengatakan tidak
15.00 wita pusing lagi dan lebih
merasa bugar
DO :
- Pasien tampak lebih bugar
dengan TTD:
- TD : 120/80 mmhg
- S : 36 C
- N : 80 x/menit
- RR : 18 x/menit

DS :-
DO :
- Kulit pasien tidak pucat,
akral teraba hangat

40
- Konjungtiva berwarna
merah muda
- CRT <3
1 2. Mengobservasi DS :
17.00 wita kulit, akral ,CRT dan - Pasien mengatakan
konjungtiva pasien menghabiskan satu porsi
makanan yang diberikan
DO :
- Pasien tampak menghabiskan
porsi makanan yang
diberikan

DS :
- Pasien mengatakan
2 pipinya lebih berisi
17.00 wita 2. Memonitor asupan DO :
pasien - Pasien tampak lebih
berisi saat ditimbang
berat badan pasien
bertambah 2 kg

DS :
- Pasien mengatakan sudah
dapat memenuhi ADL nya
secara mandiri karena
sudah tidak pusing lagi
DO :
- Pasien tampak memenuhi
ADL nya seperti
Mandi, berjalan ke kamar

41
mandi, makan dan minum
2 secara mandiri
18.00 wita
3. Memonitor berat
badan

3
19.00 wita

4. Indentifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu

42
H . EVALUASI KEPERAWATAN

No. Hari/tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Respon Paraf


Keperawatan
1. Selasa, 8 Oktober 2019 Perfusi perifer S: Pasien mengatakan
tidak efektif pusing, lemas dan
cepat lelah saat
beraktivitas.

O : Pasien tampak
lemah dan
pucat, CRT >3,
akral dingin dan
kulit pasien
tampak pucat.

A : Perfusi perifer tidak


efektif belum
teratasi

43
P : Lanjutkan
intervensi

2 Rabu, 9 Oktober 2019 Perfusi perifer


tidak efektif S:Pasien
mengatakan
pusing nya sudah
berkurang

O : Pasien tampak
lebih bugar dengan
TTD:
TD : 110/80 mmhg,
S : 36 C
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
- Kulit pasien tampak
tidak pucat, akral
teraba hangat
- Konjungtiva
berwarna merah
muda
A : Perfusi perifer
tidak efektif
teratasi sebagian

P:Lanjutkan

3 Kamis, 10 Oktober Perfusi perifer intervensi

2019 tidak efektif

44
S: Pasien mengatakan
tidak pusing lagi
dan lebih merasa
bugar

O:Pasien tampak
lebih bugar dengan
TTD:
TD : 120/80 mmhg,
S : 36 C
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
- Kulit pasien tidak
pucat, akral teraba
hangat
- Konjungtiva
berwarna merah
muda
CRT <3
A : Perfusi perifer
tidak efektif
teratasi
Defisit Nutrisi
4. Selasa, 8 Oktober 2019 P:Lanjutkan
Intervensi

S: Pasien
mengatakan

45
menghabiskan ¼
porsi makanan
yang diberikan

O: Pasien tampak
menghabiskan
¼ porsi yang
diberikan

Defisit Nutrisi A:Defisit Nutrisi


belum teratasi
5. Rabu,9 Oktober 2019
P:Lanjutkan
intervensi

S:Pasien
mengatakan
menghabiskan ½
porsi yang
diberikan
O: Pasien tampak
menghabiskan
½ porsi yang
diberikan

Defisit Nutrisi A : Defisit Nutrisi


teratasi sebagian
6. Kamis, 10 Oktober P:Lanjutkan intervensi
2019

S : Pasien mengatakan
nafsu makan
meningkat setelah

46
mualnya mereda
dan menghabiskan
1 porsi makanan
yang diberikan
- O: Pasien tampak
menghabiskan 1
porsi makanan
yang diberikan,
Pasien tampak
lebih berisi saat
ditimbang berat
badan pasien
bertambah 2 kg
Intoleransi
Aktivitas A: Defisit nutri

7. Selasa, 8 Oktober 2019 teratasi


P: Lanjutkan
intervensi

S:Pasien
mengatakan
pusing, lemas
dan cepat lelah
saat beraktivitas

O: Pasien tampak
lemah dan
pucat

Intoleransi A : Intoleransi
Aktivitas aktivitas

47
belum
teratasi
8. Rabu, 9 Oktober 2019
P : Lanjutkan
intervensi

S : Pasien mengatakan
dapat beraktivitas
dengan bantuan
keluarga

O : Pasien melakukan
aktivitas seperti
mandi, makan dan
ADL lainnya
dibantu oleh anak
pasien dan
melakukannya
secara bertahap

A : Intoleransi
Aktivitas teratasi
Intoleransi sebagian
Aktivitas
P : Lanjutkan
9. Kamis, 10 Oktober intervensi
2019

S : Pasien mengatakan
dapat beraktivitas
secara mandiri
karena pusing

48
pasien sudah
berkurang
O : Pasien tampak
melakukan
ADL secara
mandiri
A : Intoleransi
Aktivitas
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001).
Pada asuhan keperawatan pada Tn. W didapatkan diagnose keperawatan yaitu :
perfusi perifer tidak efektif, deficit nutrisi, intoleransi aktivitas. Pelaksanaan yang
dilakukan pada Tn. W telah sesuai dengan rencana yang ditentukan pada rencana
keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi perawtan menunjukan masalah teratasi pada
Tn. W.

3.2 Saran
Semoga tugas ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami
sendiri sebagai penulis. Yang d.iharapkan dengan adanya tugas ini rekan mahasiswa

49
perawat lebih memahami tentang Anemia serta unutuk lebih menambah wawasan
mahasiswa sehingga bermanfaat di massa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati,Erni. 2017. Laporan Pendahuluan Anemia Stase Keperawatan Medikal
Bedah. Diunduh 1 Oktober 2019. Tersedia pada
https://www.academia.edu/37529449/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA

Nanda.2015.Diagnosa Kperawatan.ECG: Jakarta

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2016.Standar Diagnose Keperawatan


Indonesia.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2019. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2016.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

50
51

Anda mungkin juga menyukai