Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

“ANEMIA”

OLEH

ANA OSI I. KAUSE (191111001)

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.2 Tujuan Umum......................................................................................................................2
1.3 Tujuan Khusus.....................................................................................................................2
BAB 2..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 KONSEP TEORI ANEMIA................................................................................................3
2.1.1 Definisi Anemia............................................................................................................3

2.1.2 Penyebab Anemia..........................................................................................................3

2.1.3 Patofisiolofi Anemia......................................................................................................5

2.1.4 Tanda Dan Gejala Anemia............................................................................................6

2.1.5 Macam-Macam Anemia................................................................................................8

2.1.6 Pencegahan Anemia......................................................................................................8

2.1.7 Komplikasi....................................................................................................................9

2.1.8 Pengobatan Anemia.......................................................................................................9

2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................................................10

BAB 3............................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anemia dapat didefinisikan sebagai jumlah sel darah merah atau hemoglobin yang lebih
rendah dari normal atau penurunan kadar sel darah merah/hemoglobin dalam darah. Kadar
hemoglobin normal berbeda pada pria dan wanita. Anemia pada pria biasanya didefinisikan
sebagai kadar hemoglobin di bawah 13,5 g/100 ml dan pada wanita anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin di bawah 12,0 g/100 ml.(Keperawatan et al., 2017).
World Health Organization (WHO) secara global kasusu anemia mempengaruhi 1, 62
miliar orang atau sesuai dengan 24,8% dari populasi (Aulia et al, 2017). Masalah anemia
remaja tinggi dibandingkan dengan laki-laki 20,3% proporsi anemia pada kelompok umur
15-24 tahun sebesar 32% (Riskesdas, 2018).
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi anemia di Indonesia secara nasional mencapai 48,9
%, dengan penderita anemia pada usia 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita pada
usia 15-24 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa proporsi anemia
pada perempuan lebih tinggi (22,7%) dibandingkan pada laki-laki (12,4%). Anemia menjadi
masalah kesehatan karena prevelensinya 20% (Andriyanto et al., 2021).
Ketika seorang perempuan menderita anemia sejak remaja maka akan menyebabkan
beberapa dampak bagi kesehatan antara lain adalah dampak jangka pendek dan dampak
jangka panjang. Menurut Listiana (2016) dampak anemia jangka pendek bagi remaja putri
yaitu remaja dapat mengalami gejala anemia gizi besi yaitu 5 L (Lemah, letih, lesu, lunglai),
mudah mengantuk, napas pendek, konsentrasi terganggu dan nafsu makan berkurang.
Sedangkan dampak anemia jangka panjang bagi remaja putri adalah apabila keadaan anemia
pada remaja putri tidak ditangani dengan serius maka akan berlanjut sampai dengan remaja
itu menjadi ibu dan hamil nantinya, maka ibu hamil dari remaja putri yang anemia beresiko
tinggi melahirkan bayi BBLR, prematur, dan komplikasi pasca melahirkan (Sari et al., 2022)

1
1.2 Tujuan Umum
Mengetahui Tentang Anemia

1.3 Tujuan Khusus


1) Mengetahui Definisi Anemia

2) Mengetahui Penyebab Anemia

3) Mengetahui Patofisiologi Anemia

4) Mengetahui Tanda Dan Gejala Anemia

5) Mengetahui Macam-Macam Anemia

6) Mengetahui Macam-Macam Anemia

7) Mengetahui Pencegahan Anemia

8) Mengetahui Pengobatan Anemia.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP TEORI ANEMIA

2.1.1 Definisi Anemia

Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang menyebabkan ketidakmampuannya


untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke jaringanperifer. Secara klinis, anemia dapat
diukur dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit, namun
yang paling sering digunakan adalah pengujian kadar hemoglobin (Bakta, 2015).

Anemia atau kekurangan sel darah merah yaitu suatu kondisi dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein yang membawa oksigen) dalam sel darah merah berada
di bawah normal.Sel darah merah itu sendiri mengandung hemoglobin yang berperan
untuk mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkan ke seluruh bagian tubuh.
(Hasdianah & Suprapto, 2016).

2.1.2 Penyebab Anemia

Zat gizi paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah zat besi, Defisiensi
besi adalah penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain seperti asam
folat, vitamin B12, protein, dan vitamin. Secara umum, factor utama yang dapat
menyebabkan anemia gizi sebagai berikut: (Wirakusumah, 2014).

1) Banyak kehilangan darah


Pendarahan menyebabkan kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan dapat
terjadi secara mendadak dan dalam jumlah yang banyak seperti pada kecelakaan yang
biasa disebut pendarahan eksternal. Sedangkan pendarahan kronis terjadi secara terus
menerus dalam jumlah sedikit demi sedikit yang disebabkan oleh kanker saluran
pencernaan, waris, atau peptic ulser. Investasi cacing tambang juga menyebabkan
banyak darah yang keluar. Selain itu, pada gadis remaja dan wanita dewasa,
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak dapat terjadi akibat menstruasi
(Wirakusumah, 2014).
a) Rusaknya sel darah mera

3
Perusak sel darah merah dapat berlangsung di dalam pembuluh darah akibat
penyakit malaria atau thalassemia. Meskipun sel darah merah telah rusak, zat besi
yang berada di dalamnya tidak ikut rusak tetapi asam folat yang berada di dalam
sel darah merah ikut rusak sehingga harus dibuat lagi. Oleh sebab itu pada
pengobatan anemia hemolitik lebih diperlukan penambahan asam folat daripada
pemberian zat besi.
b) Kurangnya produksi sel darah merah.
Pembuatan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperluka tidak
mecukupi. Terganggunya produksi sel darah merah bisa disebabkan oleh
makanaan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi, terutama zat gizi
penting seperti, besi, asam folat, vitamin B12, protein dan vitamin C. Selain itu,
dapat disebabkan oleh tidak berfungsinya pencernaan dengan baik atau kelainan
lambung sehingga zat-zat penting tidak dapat diserap dan terbuang bersama
kotoran (Wirakusumah, 2014).
Sedangkan menurut sudut pandang (Rahayu dkk, 2022). Anemia memiliki
penyebab yang beragam-ragam. Penyebab anemia dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Gangun prioduksi eritrosit yang dapat terjadi karena :
a. Perubahan sintesis Hb, dapat menyebabkan anemia defisensi besi,
thalassemia, anemia infeksi kronik.
b. Penurunan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat
menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
c. Fungsi sel stem (sel induk) terganggu bisa terjadi anemia aplastic,
leukemia.
d. Infilltrasi sumsum tulang contohnya karena kanker
2. Kehilangan darah.
a. Akut karena pendarahan masif karena trauma yang terjadi mendadak.
b. Kronis karena pendarahan saluran cerna karena menorrhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisi) yang dapat disebabkan oleh :
a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit)

4
b. Faktor didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.

Tidak tersedianya bahan baku pembentuk eritrosit, yaitu protein, asam folat,
vitamin B12, dan zat besi

2.1.3 Patofisiolofi Anemia.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak
diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo
endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut,
bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam
plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya
gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang
disebut sindrom anemia, menurut (Togatorop dkk, 2021) yang dikutip dari (Handayani,
2008).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga
kelompok, menurut (Togatorop dkk, 2021) yang dikutip dari (Handayani.,Haribowo.
2008):
1) Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang
dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan

5
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
2) Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan
sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan
anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik adalah keturunan, seperti sickle cell
anemia dan thalassemia. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan,
atau beberapa jenis makanan. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis. Autoimun.
Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan thrombosis

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis.

3) Anemia akibat kehilangan darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang
hebat ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan). penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran

ANEMIA

Suplai darah
4) ke paru Aliran darah tidak
Suplai darah ke jantung menurun
menurun
5) adekuat ke otak

Aliran O2 menurun Peningkatan frekuensi


Iskemia miokard Iskemia jaringan otak
jantung
6
Nyeri dada Infark otak
Hipoksia
6) Beban jantung meningkat

MK : Gg. Rasa Penurunan fungsi serebral


Peningkatan Hipertrofi
7) nyaman nyeri
frekuensi ventrikel
napas Letargi

Dyspnea Pengisian Ventrikel MK : Resiko Cidera


kiri menurun

MK : Pola napas
Curah jantung menurun
tidak efektif

MK : Gg. Perfusi jaringan

Suplai darah ke GI Penurunan aliran


menurun darah

HCl meningkat Penurunan distribusi O2


ke jaringan

Mual, muntah
Hipoksia jaringan

Anoreksia
Metabolisme anaerob

MK: Perubahan Penimbunan asam


nutrisi kurang dari laktat
kebutuhan tubuh
Kelemahan otot

MK :

- Intoleransi
aktifitas
- Defisit
pemenuhan
7
2.1.4 Tanda Dan Gejala Anemia

a) Anemia Ringan
Berdasarkan WHO, anemia ringa n merupakan kondisi dimana kadar Hb dalam darah
diantara Hb 8 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI, anemia ringan yaitu ketika
kadar Hb diantara Hb 8 g/ dl - <11g/dl. Jumlah sel darah yang rendah dapat
menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan seluruh sehingga
muncul tanda dan gejala serta dapat memperburuk kondisi medis lainya. Pada anemia
ringan umumnya tidak menimbulkan gejala karena anemia berjanjut terus-menerus
secara perlahan sehingga tubuh beradaptasi dan mengimbangi perubahan. Gejala akan
muncul bila anemia berlanjut menjadi lebih berat. Gejala anemia yang mungkin
muncul :
1) Kelelahan
2) Penurunaan energi
3) Kelemahan
4) Sesak nafas ringan
5) Palpitasi
6) Tampak pucat (Damayanti, 2017).
b) Anemia berat
Menurut WHO anemia berat merupakan kondisi dimana kadar Hb dalam darah
dibawah < 6 g/dl. Sedangkan berdasarkan Depkes RI, anemia berat yaitu ketika kadar
Hb dibawah < 5 g/dl. Beberapa tanda yang mungkin muncul pada penderita anemia
berat yaitu:
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk,
berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan
darah melalui saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat.
3) Tekanan darah rendah.
4) Frekuensi pernapasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah.

8
7) Murmur jantung.
8) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu (Damayanti, 2017).

2.1.5 Macam-Macam Anemia

a. Anemia defisiensi besi yaitu kekurangan asupan besi pada saat makan atau
kehilangan darah secara lambat atau kronis. Zat besi adalah komponen esensial
hemoglobin yang menutupi sebagaian besar sel darah merah. (Kowalak, Welsh, &
Mayer, 2016)
b. Anemia megaloblastik
Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan DNA sel darah merah yang
disebabkan kekurangan (defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.
c. Anemia hipoplastik
Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru.
d. Anemia Aplastik
Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.Anemia aplastik sering diakibatkan
oleh radiasi dan paparan bahan kimia.Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya
adalah idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik dapat
juga terkait dengan infeksi virus dan dengan penyakit lain.

2.1.6 Pencegahan Anemia

a. Memenuhi kebutuhan zat besi seperti mengkonsumsi makanan tinggizat besi,


yaitu daging, kacang-kacangan, sayuran hijau gelap dan buah- buahan.
b. Mencukupi kebutuhan folat, yang dapat ditemui pada buah sayuranhijau gelap,
kacang polong, kacang tanah, gandum dan nasi .
c. Mencukupi vitamin B12 dengan banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan
vitamin B12, yaitu daging, susu, sereal dll.

9
d. Mencukupi vitamin C, terdapat pada buah-buahan jus, brokoli, tomat, melon,
stroberi, karena makanan ini membantu penyerapan zat besi (Lingga, 2019).
Pencegahan Anemia antara lain:
a) Mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi dengan memenuhi makanan-
makanan seperti: kacang-kacangan, hati, tahu, ikan, daging merah.
b) Mengkonsumsi makanan yang dapat membantu menyerap zat besi.
Dibutuhkan kandungan nutrisi seperti vitamin C seperti: jus jeruk, brokoli,
buah dan sayuran.
c) Hindari minum teh atau kopi ketika makan. Minuman ini dapatmencegah
tubuh untuk menyerap zat besi.
d) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin B12. Seperti hati sapi
tiram, telur, daging susu (Amirudin Ali et al, 2012).

2.1.7 Komplikasi

a. Gagal jantung
b. Mengalami kejang
c. Daya konsentrasi mengalami penurunan
d. Perkembangan otot memburuk (Jangka lama) (Lingga, 2019)

Komplikasi anemia menurut (Sugeng, 2013) adalah

a) Kelelahan berat, bila anemia cukup parah maka seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari-hari
b) Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defiensi folat mungkin
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran premature
c) Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih
banyakk darah untuk mengimbandi kekurangan oksigen dalam arah. Hal ini
menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.
d) Kematian beberapa anemia turun, seperti anemia sel sabit, bisa menyebabkan
komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat
mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal (Safira, 2019).

10
2.1.8 Pengobatan Anemia.

Pengobatan pada anemia bida dilakukan dengan berbagai cara, yakni (Provewati, 2011) :

a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan


Makanan yang beraneka ragam memiliki zat gizi yang saling melengkapi. Sayuran
hijau dan buah-buahan ditambah dengan kacang-kacangan dan padi-padian cukup
banyak mengandung zat besi dan vitamin-vitamin lain untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Mengonsumsi pangan hewani, seperti ikan, daging, hati, atau telur dalam
jumlah yang cukup sebenarnya dapat mencegah anemia gizi besi
b. Pemberian Zat Besi (Fe)
Pada tatanan praktik klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat
perdarahan berlangsung sudah dieliminasi, pengobatan diarahkan untuk mengatasi
defisit dengan garam besi anorganik. Sesungguhnya, masalah defisiensi zat besi
cukup diterapi dengan memberikan makanan yang cukup mengandung zat bes.
Namun, jika anemia sudah terjadi tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi dalam
jumlah besar dan dalam waktu yang relative singkat. Karena itu pengobatan selalu
menggunakan suplementasi zat besi.
c. Transfusi Darah
Secara umum pengobatan anemia tidak memerlukan tranfusi. Tranfusi baru
diperlukan bila penderita anemi sudah mengalami kelainan jantung.
d. Pemberian ATG (Anti Timosit Globulin)
Pemberian ATG dilakukan dengan dosis 15mg/kg BB dilarutkan dalam cairan garam
fisiologis melalui infus selama 4-6 jam dalam jangka waktu 10 hari berturut-turut.
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi ini dari kembaran penderita yang biasa dilakukan pada pengobatan
anemia aplastik.
f. Pemberian EPO (Erythropoetin)
Pemberian EPO berguna untuk merangsang pembentukan sel darah merah.

2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a) Identitas pasien, meliputi :

11
Nama, usia : yang sering terkena anemia yaitu orang dewasa.
Jenis kelamin : yang sering dominan terkena anemia adalah perempuan
Agama, status perkawinan, pendidikan, perkerjaan, tanggal masuk No. RM, Diagnosa
medis.
Penanggung jawabmeliputi:Nama jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien.
b) Alasan masuk
Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin.
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Keletihan, kelemahan, pusing, gemetaran,kemampuan beraktivitas menurun, nyeri
pada luka.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyan, meliputi :
1. Apakah sebelumnya klien pernah mengalami anemia.
2. Apakah meminum obat tertentu dalam waktu jangka panjang
3. Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker payudara,
leukemia, dan multiple myeloma.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat keluarga yang mendukung dengan melakukanserangkaian pertanyaan,
meliputi:
1. Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
2. Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis ataumenahan (diabetes, darah
tinggi, kanker dll)
3. Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat-obatan dalamwaktu panjang.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :composmentis
GCS : 15(E:4V:5M:6)
TTV : TD : Biasanya menurun
N : Biasanya meningkat

12
RR : biasanya cepat
S : biasanya meningkat

Pemeriksaan Fisik

a) Kepala
Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambutkering, mudah pupus,
menitip, sakit kepala, pusing
b) Mata
Sclera tidak ikicrik, konjungtiva anemis, pupil isokor
c) Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi penciuman,, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung atau
tidak.
d) Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada hidung atau tidak.
e) Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
f) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjartyroid/tidak,adanyapembesaran kelenjar getah
bening.
g) Thorax
Paru-paru :
1: Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea ( kesulitanbernafas ), nafas pendek,
cepat lelah ketika beraktivitas yang merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
oksigen.
P: taktil premitus simestris
P: sonor
A: bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
1: jantung berdebar-debar Takhikardi dan bising jantung yang menggambarkan suatu beban
pada jantung dan curah jantung mengalami peningkatan.
P: pekak
A: bunyi jante murmur sistolik.

13
h) Abdomen
I : Keimetrisan, diare, hematemesis, muntah
A: suara bising usus
P: terdapat bunyi timpani
P: terabanya pembersaran hepar / tidak, terdapat nyeri tekan tidak
E. Diagnosa
1.pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas(D.0005)
2.Resiko perfusi selebral tidak efektif berhubungan dengan keabnormalan masa
protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial(D.0017)
3.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit(D.0074)
4.resiko cidera berhubungan dengan terpapar patogenD.0136)
5.Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan(D.0019)
6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen(D.0056)
F. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan SLKI SIKI


Pola nafas tidak efektif Pola nafas(L.01004) Manajemen jalan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan nafas(I.01011)
hambatan upaya nafas keperawatan 3x24 jam observasi
gangguan pertukaran gas Monitor pola nafas
dapat diatasi dengan Monitor bunyi nafas
kriteria hasil: Monitor sputum
1.dispnea dari skala 5
menjadi 1 Terapeutik
2.pengguanaan otot bantu Pertahankan kepatenan
nafas dari skala 5 menjadi jalan nafas
1 Posisikan semi fowler atau
Ket: fowle
1.meningkat Berikan minum hangat
2.cukup meningkat Lakukan fisioterapi dada
Lakukan pengisapan lendir

14
kurang dari 14 detik

Resiko perfusi selebral Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan


tidak efektik keperawatan 1x24 jam intrakranial(I.06194)
diharapkan perfusi selebral Identifikasi penyebab
meningkat dengan kriteria peningkatan TIK
hasil: Monitor gelombang ICP
Tingkat kesadaran Monitor tanda dan gejala
meningkat (5) peningkatan TIK
Tingkat intra kranial
menurun (4)
Sakit kepala menurun(4)
Tekanan darah diastolik
membaik(4)

G. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan klien. Implementasi
merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan (Dermawan, 2012). Fokus utama dari komponen implementasi adalah
pemberian asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifokal.
Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi
kriteria hasil seperti yang digambarkan dalam rencana tindakan (Dermawan, 2012).

H. Evaluasi Keperawatan

15
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar
pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan dan
sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan
modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan (Indrawati & Romli, 2018).

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah menurunnya massa eritrosit yang menyebabkan ketidakmampuannya untuk


memenuhi kebutuhan oksigen ke jaringanperifer. Secara klinis, anemia dapat diukur dengan
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit, namun yang paling sering
digunakan adalah pengujian kadar hemoglobin (Bakta, 2015).

Anemia atau kekurangan sel darah merah yaitu suatu kondisi dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein yang membawa oksigen) dalam sel darah merah berada di

16
bawah normal.Sel darah merah itu sendiri mengandung hemoglobin yang berperan untuk
mengangkut oksigen dari paru – paru dan mengantarkan ke seluruh bagian tubuh.
(Hasdianah & Suprapto, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Andriyantol, W., Triana, N. Y., & Cahyaningrum, E. D. (2021). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Desa Bojongsari
Purbalingga.

Keperawatan, D., Dengan, F. Y. B., Basith, A., Agustina, R., Diani, N., & Bhasiedzgmailcom, E.
(2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. 5(3),
1–10.

17
Sari, N. N., Setyobudi, S. I., & Tapriadi. (2022). 1 , 1 1. NUTRITURE, 1(2), 43–51.

18

Anda mungkin juga menyukai