Anda di halaman 1dari 37

TUGAS

APLIKASI KOMPUTER

NAMA : ARNOLDUS KOEN


NIM :191111003
PRODI :KEPERAWATAN A
SEMESTER : II
BAB II

PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN

I. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
(Grant & Massey, 1999) Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah
memperkenalkan dan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,
mengkoordinasi, dan mengendalikan.
Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktifitas. (Fayol dalam bukunya Russel, 2000) Manajemen
Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1985).

II. KOMPONEN MANAJEMEN KEPERAWATAN


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu :
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi
pasien dan metode proses asuhan keperawatan.
1. Sistem Pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri
dari :
1.1 Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
1.2 Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
1.3 Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng
jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
2. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah :
1. Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan
kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3. Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan atau dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
 Pemakaian suction
 Gelisah atau disorientasi
4. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan.
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses
keperawatan, yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut
yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif,
yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,
dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna
kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,
kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan
prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting
dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi
akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah
atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan
individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap
perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (potter,1997).

4. Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen dan interdependen.
3. Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
 Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di
tetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
6. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun
pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi
Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada
pada format yang berbeda.
Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter
yang dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda
vital, masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi yaitu :

a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis


Adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas,
mudah dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya
pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan,
perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode
yang tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem
solving, dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan
merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk
juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan.
Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang
berbeda dan metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat
memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu
pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar dokamentasi memberikan informasi bahwa
adanya suatu ukuaran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Keterampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan
membawa perubahan dan pembaharuan.

2. Advanced Beginer (pemula lanjut)


Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi
yang tinggi terhadap keprofesian mudah untuk menunjang
ketrampilan dan kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang
bertugas memberikan arahan keperawatan.
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan
diri terbelakang dan kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatan sangat diperluakan oleh seorang perawat.
III. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri
atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya
suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan
mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan
dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan
akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan
untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen
sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan
penilaian hasil. (Gillies, 1985).
A. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum
yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara
efektif.
Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi.
Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam
satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran
belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang
telah ditetapkan. (Nursalam, 2002).

2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan
informal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik
antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan,
struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang
manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya
secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan
resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur
usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang
mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan
timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan
dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur
formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer
perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam
struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan
tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai
dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan
dan ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien.
Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.

Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :

1. Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke
II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis
intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
2. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
3. Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
4. Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.

5. Model Tim Primer.


Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini
didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan


metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk
faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan
tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman
11995).
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu (Ngalim, 2000). Dari pengertian
diatas dapat diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan, dorongan
dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg
kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan
arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah
akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan
pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan
mereka. Di dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien
dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka pada
pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk
mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya
yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang
akan dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah
kategori pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-
masing kategori, jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan
dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing kategori,
dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan
sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi
mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing
sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif
yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat
memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori
klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal
waktu personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi yang mengatur kebijaksanaan
penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan.
Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak
ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah
kelompok untuk menyusun :
1. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab
mempersiapkan jadwal waktu untuk personil di masing-
masing unit.
2. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal
masuk / libur.
3. Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para
pekerja menyangkut jadwal masuk/libur .
4. Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5. Hari dimulainya minggu kerja
6. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing
pergiliran tugas.
7. Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara
masing-masng pekerja.
8. Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9. Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan
frekuensi pergiliran tersebut.
10. Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau
rata-rata dua hari libur per minggu.
11. Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing
kategori personil.
12. Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas
malam.
13. Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak
berurutan.
14. Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15. Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan
pergantian tugas
16. Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja.
17. Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai
harus dijadwalkan libur kerja.
18. Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19. Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja
pada hari libur tertentu.
20. Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada
masing-masing pekerja.
21. Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan
pegawai mengenai jadwal liburan.
22. Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur
khusus.
23. Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur,
natal, tahun baru.
24. Jumlah personil masing-masing kategori yang akan
dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat
tertentu.
25. Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil
sehubungan dengan permintaan waktu liburan dan hari
libur.
26. Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk
penyesuaian jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi dan
perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa
metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994).
1. Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang
menduduki jabatan sebagai kepala atau pegawai yang
dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala.
Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen
maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
2. Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan
seminar, letak perbedaannya dengan seminar adalah pada
materinya. Pada materi lokakarya bersifat teknis,
administrative dan sedikit bersifat manajerial.

3. Metode Sekolah atau Kursus


Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan
informasi adanya aturan-aturan atau hal – hal baru dalam
organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh
peserta. Metode ini juga digunakan untuk menambah
pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan
pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus,
biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria
kelulusan.
4. Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.
Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan
secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini
disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang
tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
(Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan
erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan
fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb)
selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.
Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan
efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat
lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
1. Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
2. Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf.
3. Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas
yang maksimal dengan menyediakan standart keamanan
minimum.
4. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif
serta reaktif.
5. Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk
menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai.
6. Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang
ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen.
7. Menghargai antara standart klinis dengan standar
menggunakan sumber-sumber yang meyakinkan pasien
untuk menerima perawatan sesuai yang diharapkan.
8. Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan
keperawatan.
9. Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian
untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas
keperawatan sebagai hail pelayanan pasien.
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk
standart ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan
menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart
yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja
dengan menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara
benar.
4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan
atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN

DI RUANG PERAWATAN BEDAH

I. PENGERTIAN
Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik laki-laki maupun
perempuan dengan berbagai kelainan dan atau gangguan fisiologis baik aktual
maupun potensial yang didiagnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan
atau pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan.
II. TUJUAN DAN PRINSIP KEPERAWATAN
1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional
2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan
tenaga kesehatan lain.
III. LINGKUP GARAPAN
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan
keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan
fisiologis pada satu atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh
individu.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama
dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan
penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.
IV. FLOW OF CARE PRE OPERATIF
1. Penerimaan
a. Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD
b. Serah terima kepada perawat ruang bedah
c. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa
d. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas
yang tersedia
e. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih
fasilitas sesuai dengan kemampuan.
2. Pengelolaan
a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien
b. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan
bangsal (kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang
panata jasa)
c. Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia
harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan
umum sebelum dilakukan operasi.
d. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan
spiritual.
e. Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi
klien
f. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pengkajian awal.
g. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru
dan X-ray)
h. Pembatasan diet
i. Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa),
pemasangan infus dan kateter wash out, kuras/lavage.
j. Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas
tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan,
resiko tindakan, konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak
dilakukan, biaya menyangkut tindakan, surat izin dari keluarga.
k. Konsul IPD dan anastesi
l. Persiapan mental
m. Premedikasi
V. FLOW OF CARE POST OPERATIF
1. Penerimaan
a. Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan
b. Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien
post operasi.
c. Mengembalikan klien ke ruangan semula.
2. Pengelolaan
a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum,
tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan
output cairan dalam 24 jam pertama.
b. Pemenuhan KDM post operasi
c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)
d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada
keluarga dan klien.
e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik
dan antiseptik, keadaan klien ke kesehatan maksimal dan
meminimalkan Memulihkan ketergantungan setelah operasi.
g. pemberian profilaksis).

VI. PERENCANAAN PASIEN PULANG


Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari pelayanan
klien dan keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini
merupakan suatu bentuk kerjasama antara tim kesehatan, klien maupun
orang yang penting bagi klien yang dimulai pada tahap pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Carpenito, 1993)
a. Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di
masyarakat setelah pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta
keluarga tentang penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan
perawatan sehari-hari, pemberian nutrisi yang tepat, semua
bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan klien setelah
di rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun
psikologis bila terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)
b. Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Tahap pengkajian
a. Perawat mengkaji keadaan umum klien
b. Perawat mengkaji keadaan luka klien
c. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
d. Perawat mengkaji status sosial klien
e. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
f. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
g. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit klien terutama perawatan luka di rumah.

2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien
sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita klien, seperti
pengertian penyakit, tanda dan gejala, cara penanganan, obat-
obatan, diet dan perawatan luka.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda
dan gejala penyakit dan penanganan penyakit.
b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan luka di rumah.
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya
infeksi serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan
perawatan diri.
d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
penyakit.
c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
terjadinya infeksi.
d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka
di rumah.
VII. LINGKUNGAN FISIK
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara keseluruhan
mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan
kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse station
berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan, ruang
tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar
mandi perawat, ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,
ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar
operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
c. Posisi : dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar
ruangan, sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, bersih,
letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya,
terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery
pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling,
perlak, stik laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas
kaki, handuk, sarung buli-buli dan O2, sarung gorden.
b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset
anatomis, pinset cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting
jaringan.
c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop,
termometer.
d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight,
midline.
e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
f. Emergency trollY
g. O2 dan manometer
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon,
H2O2, Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran,
kapas, kasa, plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine
bag dan obat-obatan.
i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah,
kapstok pakaian, rak handuk, keset, telephone, white board.
j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku
tulis, lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian,
implementasi, resume pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik
suhu nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan
radiologi).
VIII. LINGKUNGAN NON FISIK
1. Hubungan perawat – klien
a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat dan
klien.
2. Hubungan perawat – perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,
buku ronde dan white board.
g. Mempunyai protap timbang terima
3. Hubungan perawat – profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut
penyesuaian diri yang positif sehat dari para karyawan terhadap
kondisi dan situasi kerja termasuk didalamnya upah, kondisi sosial,
kondisi fisik dan kondisi psikologis. (Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Anoraga (2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan
jenis kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga
karyawan, rekreasi dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar
karyawan, atasan, maupun antar karyawan yang berbeda
jenis pekerjaanya, sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi
kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan,
kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang
diberikan, promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam
sebuah organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering
mangkir dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan
mempunyai kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih
panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas
yang tinggi.

Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan

Tabel (a). Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di Ruang


Nusa Indah Tahun 2013

No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen


1 Perawat 13 81,25
2 Klining Servis 1 6,25
3 Administrasi 1 6,25
4 Inventarisasi 1 6,25
Jumlah 16 100

b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan


Tabel (b). Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang
Nusa Indah Tahun 2013

No Pendidikan Jumlah Persen


1 Diploma IV & Strata 1 2 12,5
2 Diploma III 11 68,75
3 SLTA 3 18,75
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel (b) di atas, sebagian besar (68,75%) ketenagaan di Ruang


Nusa Indah berpendidikan Diploma III.

c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan


Tabel (c). Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1 D III Keperawatan 11 84,62

2 D IV/SI Keperawatan 2 15,38

Jumlah 13 100

Berdasarkan tabel (c). di atas, sebagian besar (84,62%) tenaga keperawatan di


Ruang Nusa Indah berpendidikan Diploma III (perawat terampil).

d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

Tabel (d). Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di


Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Masa Kerja Jumlah %

1 > 5 tahun 9 69,23

2 < 5 tahun 4 30,77

Jumlah 13 100
Berdasarkan tabel (d). di atas, sebagian besar (69,23%) tenaga keperawatan di
Ruang Nusa Indah memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.

e. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh

Tabel 3.6 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat yang Diperoleh di


Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Diklat Jumlah %

1 Pernah 1 7,69

2 Tidak pernah diklat 12 92,31

Jumlah 13 100

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, hampir seluruhnya (92,31%) tenaga


keperawatan di Ruang Nusa Indah tidak pernah memperoleh pendidikan atau
pelatihan tambahan (seperti : diklat perawatan luka, PPGD, BTCLS, dan lain-lain).

f. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Nusa Indah

Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Nusa Indah berdasarkan Rumus Gillies
adalah sebagai berikut :

• Rumus Gillies

Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun

Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari

= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun

Σ jam kerja / tahun

• Waktu perawatan langsung


No Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari

1 Minimal Care 4 2 8

2 Partial Care 11 3 33

3 Total Care 2 4 8

Jumlah 17 9 49

 Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 17 = 10,7 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 17 = 4,25 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 49 + 10,7 + 4,25 = 63.95

 Jumlah kebutuhan tenaga perawat adalah


63.95 X365 23.323,5
365 – (52+12+14) X 7 2009
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 2,9
 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 11,6 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,5 = 17 orang

Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang Nusa Indah masih


kekurangan tenaga perawat sebanyak 4 orang.

Anda mungkin juga menyukai