APLIKASI KOMPUTER
4. Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen dan interdependen.
3. Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di
tetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
6. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun
pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi
Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada
pada format yang berbeda.
Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter
yang dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda
vital, masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi yaitu :
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan
informal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik
antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan,
struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang
manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya
secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan
resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur
usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang
mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan
timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan
dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur
formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer
perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam
struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan
tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai
dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan
dan ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien.
Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1. Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke
II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis
intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
2. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
3. Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
4. Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
I. PENGERTIAN
Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik laki-laki maupun
perempuan dengan berbagai kelainan dan atau gangguan fisiologis baik aktual
maupun potensial yang didiagnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan
atau pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan tindakan pembedahan.
II. TUJUAN DAN PRINSIP KEPERAWATAN
1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional
2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan
tenaga kesehatan lain.
III. LINGKUP GARAPAN
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan
keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan
fisiologis pada satu atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh
individu.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama
dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan
penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.
IV. FLOW OF CARE PRE OPERATIF
1. Penerimaan
a. Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD
b. Serah terima kepada perawat ruang bedah
c. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa
d. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas
yang tersedia
e. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih
fasilitas sesuai dengan kemampuan.
2. Pengelolaan
a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien
b. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan
bangsal (kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang
panata jasa)
c. Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia
harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan
umum sebelum dilakukan operasi.
d. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan
spiritual.
e. Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi
klien
f. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pengkajian awal.
g. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru
dan X-ray)
h. Pembatasan diet
i. Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa),
pemasangan infus dan kateter wash out, kuras/lavage.
j. Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas
tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan,
resiko tindakan, konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak
dilakukan, biaya menyangkut tindakan, surat izin dari keluarga.
k. Konsul IPD dan anastesi
l. Persiapan mental
m. Premedikasi
V. FLOW OF CARE POST OPERATIF
1. Penerimaan
a. Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan
b. Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien
post operasi.
c. Mengembalikan klien ke ruangan semula.
2. Pengelolaan
a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum,
tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan
output cairan dalam 24 jam pertama.
b. Pemenuhan KDM post operasi
c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)
d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada
keluarga dan klien.
e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik
dan antiseptik, keadaan klien ke kesehatan maksimal dan
meminimalkan Memulihkan ketergantungan setelah operasi.
g. pemberian profilaksis).
2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien
sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita klien, seperti
pengertian penyakit, tanda dan gejala, cara penanganan, obat-
obatan, diet dan perawatan luka.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda
dan gejala penyakit dan penanganan penyakit.
b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan luka di rumah.
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya
infeksi serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan
perawatan diri.
d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
penyakit.
c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
terjadinya infeksi.
d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka
di rumah.
VII. LINGKUNGAN FISIK
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara keseluruhan
mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan
kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse station
berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan, ruang
tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar
mandi perawat, ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,
ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar
operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
c. Posisi : dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar
ruangan, sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran
jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak
berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, bersih,
letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya,
terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery
pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling,
perlak, stik laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas
kaki, handuk, sarung buli-buli dan O2, sarung gorden.
b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset
anatomis, pinset cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting
jaringan.
c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop,
termometer.
d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight,
midline.
e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
f. Emergency trollY
g. O2 dan manometer
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon,
H2O2, Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran,
kapas, kasa, plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine
bag dan obat-obatan.
i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,
kursi, lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah,
kapstok pakaian, rak handuk, keset, telephone, white board.
j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku
tulis, lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian,
implementasi, resume pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik
suhu nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan
radiologi).
VIII. LINGKUNGAN NON FISIK
1. Hubungan perawat – klien
a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat dan
klien.
2. Hubungan perawat – perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan
berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,
buku ronde dan white board.
g. Mempunyai protap timbang terima
3. Hubungan perawat – profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani
masalah tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut
penyesuaian diri yang positif sehat dari para karyawan terhadap
kondisi dan situasi kerja termasuk didalamnya upah, kondisi sosial,
kondisi fisik dan kondisi psikologis. (Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Anoraga (2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan
jenis kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga
karyawan, rekreasi dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar
karyawan, atasan, maupun antar karyawan yang berbeda
jenis pekerjaanya, sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi
kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan,
kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang
diberikan, promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam
sebuah organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering
mangkir dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan
mempunyai kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih
panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas
yang tinggi.
Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
Jumlah 13 100
Jumlah 13 100
Berdasarkan tabel (d). di atas, sebagian besar (69,23%) tenaga keperawatan di
Ruang Nusa Indah memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.
No Diklat Jumlah %
1 Pernah 1 7,69
Jumlah 13 100
Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang Nusa Indah berdasarkan Rumus Gillies
adalah sebagai berikut :
• Rumus Gillies
1 Minimal Care 4 2 8
2 Partial Care 11 3 33
3 Total Care 2 4 8
Jumlah 17 9 49