Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

1. ANNAFI RAMADHAN 018.01.3607


2. FITRIANINGSIH 018.01.3580
3. IKA MURSILAWATI 018.01.3585
4. NURMISUARI 018.01.3595
5. MARIANA 018.01.3590
6. PUTU WIDIASTUTI 018.01.3599
7. TITIN INDRIANI 018.01.3603
8. M SULHAN FAUZI ZIKRI AKBAR 018.01.3588
9. JUHAR ARIFIN 018.01.3611

PROGRAM STUDY S1 ILMUKEPERAWATAN PROGRAM B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen keperawatan
dengan bahan delivery care system model .

Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah
ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapakan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sangat menerima kritik dan saran.

Mataram, september 2019

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah
satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Kondisi kesehatan di Indonesia sekarang memang sangat memprihatinkan dan
sesungguhnnya merupakan tantangan yang sangat besar sekaligus kesempatan bagi para
perawat Indonesia untuk menampilkan eksistensinya sebagai profesi kesehatan yang
senantiasa memberikan pelayanan sesuai dengan peran dalam pemberi asuhan
perawatan.Sebagai pemberi perawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh dari penyakit
tertentu namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
Secara umum mutu pelayanan kesehatan di Indonesia masih relative belum
professional. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kemampuan professional terbatas,
pengaturan tugas yang kurang efektif, dan fasilitas maupun alat. Yang kurang memadai.
Kondisi seperti ini akibat relatife masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan maupun
adanya krisis moral para pelaku pelayan kesehatan akibat krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan (suara merdeka 14 november 2002). Di sisi lain, era globalisasi dengan
berbagai konsekuensinya seperti tuntutan pelayan rumah sakit yang semakin kompetitif
menuntut petugas kesehatan untuk bertindak professional. Situasi ini menuntut para
pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang keperawatan
sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuhan keperawatan
2. Apa saja metode pemberian asuhan keperawatan

C. Tujuan
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1.Tujuan Umum : Mengerti metode pemberian asuhan keperawatan serta prinsip-prinsip dari
metode yang ada .

2.Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa suatu lingkungan keperawatan.
b. Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan keperawatan.
c. Memilih salah satu metode pemberian asuhan keperawatan di suatu ruangan.
d. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan salah satu dari metode yang
ada.

D. Manfaat
Mahasiswa mampu mengaplikasikan metode pemberian asuhan keperawatan yang ada di
suatu ruangan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan
pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut Ali
(1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi
kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada
pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara
derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan asuhan keperawatan


Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain
a. Membantu individu untuk mandiri
b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang Kesehatan
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara
optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya
d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
3. Fungsi proses keperawatan
Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut.
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.

4. Tahap-tahap proses keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini
mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah
kesehatan serta keperawatan.
1) Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis.
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta
warna kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing,nyeri,dan mual.
Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan
(masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan
medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas
masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup
kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam
kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan:
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan
intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.

C. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994).Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas.
Asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)

D. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan
dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
criteria yang telah di tetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga
perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor
lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di
dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

F. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter 2005).
Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu :
1. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan
klien termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk
rencana pemulangan.

2. Tagihan financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti
rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien.
3. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm
berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan
yang dibutuhkan klien.
4. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mendukung diagnose keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai.
5. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan
informasi tentang faktor-faktor tertentu.
6. Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klienmemberi dasar untuk evaluasi
tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi.
7. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap
tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan.Dokumentasi penting untuk
meningkatkan efisiensi dan perawatan klien secara individual.
Ada enam hal penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu :
a) Dasar factual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang
perawat lihat,dengar dan rasakan.
b. Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan
klien.
c. Kelengkapan
Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi
singkat tentang perawtan klien.
d. Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien.

e. Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh
catatan secara teratur menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat
dan dokter.
f. Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan dan
keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan.
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal ini akan
bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan dalam
kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi keperawatan juga
dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.

G. KINERJA PERAWAT
1. Definisi kinerja
Menurut Ilyas (2002) kinerja adalah penampilan karya personal baik kualitas
maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personal. Menurut Mangkunegoro (2002) kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang
diberikan kepadanya. Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang
perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungawabnya
masing-masing,tidak melanggar hukum,aturan serta moral dan etika, dimana kinerja
yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Yacobales,1997)
2. Model Teori Kinerja
Menurut Ilyas (2002), untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personal
dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga kelompok
variabel yang mempengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu :
a. Variabel individu, dikelompokkan pada sub variabel kemampuan, latar belakang dan
geografis. Sub variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja. Sedangkan variabel geografis mempunyai efek tidak
langsung pada perilaku dan kinerja individu.
b. Variabel psikologis, terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian belajar dan
motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnyan dan variabel geografis. Variabel psikologis merupakan variabel yang
komplek dan sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan karena seseorang individu
masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang dan
ketrampilan berbeda satu dengan lainnya.
c. Varibel organisasi, berefek tidak langsung terhadap perilaku kinerja individu yang
digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
desain pekerjaan. Sub variabel imbalan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja
yang pada akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu.
Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya
berpengaruh pada kerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang
berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran
suatu jabatan atau tugas.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Mangkunegoro (2002) menyebutkan faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah
faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
a. Faktor kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110 -120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pelajaran sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya.
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan
kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja
secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara
psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus
siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan, dan target kerja yang akan dicapai,
mampu memanfaatkan, dan menciptkan situasi kerja.
Suyanto (2008) menyatakan ada beberapa tekhnik untuk memotivasi bawahan yaitu:
Bersikap baik (the be good approach) dengan cara mencitakan kondisi kerja yang baik
seperti tunjangan,gaji dan bonus yang tinggi.
c. Menggunakan kekerasan (the strong approach) yaitu pemimpin memberikan
wewenangnya untuk menekan bawahan.
d. Perundingan implicit (implicit bergaining) melalui perundingan antara bawahan dan
atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai dengan imbalan yang akan diberikan.
e. Kompetisi (competition) yaitu diberikan kesempatan pada seseorang untuk melakukan
pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
f. Internalisasi (internalized motivation) yaitu pertimbangan terhadap
ketrampilan,kebebasan,perhatian dan percaya diri yang dimiliki.
Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan,
sistem kompetisi, desain pekerjaan,dan aspek ekonomi. Di tambah lagi supervisi dan
kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
Menurut Suyanto (2008), Supervisi merupakan segala bantuan dari pimpinan /
penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat
dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu,perawat
pelaksana akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan
kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan belajar,secara tidak langsung akan
meningkatkan kinerja perawat. sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi
kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy,
2007 dalam Wirnata,2009).
Selain itu karakteristik perawat juga dapat mempengaruhi kinerja. Karakeristik itu
antara lain:
1). Umur
Umur adalah usia perawat yang secara garis besar menjadi indicator dalam setiap
mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya(Berg,1996), dengan
semakin banyaknya umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin
bertanggungjawab dan berpengalaman.
2). Pendidikan
Perawat sebagai bagian penting rumah sakit dituntut memberikan perilaku yang
baik dalam rangka membantu pasien mencapai kesembuhan. Pendidikan seorang
perawat yang tinggi akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Pengembangan pendidikan formal keperawatan saat ini terutama ditujukan untuk
menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional serta membutuhkan
dan membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan mantap (Ma’rifin,dalam
Hamid,1995).
3). Masa kerja
Masa kerja merupakan lama kerja seorang perawat yang bekerja dirumah sakit dari
mulai awal bekerja sampai dengan seorang perawat berhenti bekerja (Ismani,2001).

4. Standar Kinerja
Evaluasi kinerja melibatkan komunitas yang jelas mengenai target dan standar;
penetapan tujuan yang spesifik dan dapat diukur; dan umpan balik (feedback) yang
berkelanjutan, (Pophal, 2008).
a. Standar kinerja
Standar kinerja menjabarkan tentang pekerjaan yang tercakup dalam satu pekerjaan
tertentu. Ini adalah langkah sangat penting sebelum menetapkan tujuan, tapi perlu maju satu
langkah lebih jauh dengan menerangkan bagaimana setiap pekerjaan harus dilakukan untuk
memenuhi standar pekerjaan tersebut. Tanpa standar, masalah kinerja dapat menjadi sangat
rancu. Sebelum menentukan tingkat kinerja tertentu, sebaiknya dibuat garis dasar kinerja
untuk jenis kerja yang sedang ditangani. Setelah itu membuat target minimal tingkat kinerja.
Tingkat minimal ini menjadi standar dan tolak ukur bahwa suatu kinerja dianggap layak.
Berdasarkan tingkat kelayakkan minimal, maka dapat ditentukan standar istimewa dan
ketidaklayakan dalam kinerja. Untuk masingmasing standar kita akan menentukan tingkat
kinerja bagaimana yang melebihi dan kurang dari harapan kita.
Nursalam (2002), dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai
permasalahan antara lain:
1) Pengaruh hallo effect: tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja bawahannya terlalu
tinggi.
2) Pengaruh horn : kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari pelaksanaan
kerja yang sebenarnya karena alasanalasan tertentu.

b. Penentuan Target
Tenaga pemersatu yang berada dalam setiap perusahaan adalah bahwa, setidaknya
secara teoritis, setiap orang dalam perusahaan bekerja untuk tujuan yang sama, yaitu
keberhasilan perusahaan. Sebuah pemahaman yang jelas tentang tujuan yang mendasari
perusahaan dan bagaimana setiap karyawan berkontribusi kepada tujuan tersebut dapat
meningkatkan semangat dan produktivitas.
Ada beberapa keuntungan dari pembuatan tujuan yang jelas dan terukur. Tujuan yang spesifik
dan terukur menciptakan keteraturan dan kesatuan tujuan bagi seluruh unsur dalam
perusahaan. Tujuan yang jelas memungkinkan karyawan dan manajer untuk mengembangkan
pandangan yang lebih luas tentang tujuan perusahaan. Setelah tujuan ditetapkan, manajemen
akan lebih mampu mengambil keputusan berdasarkan arahan perusahaan dan karyawan.
Setelah tujuan mulai tercapai, tingkat percaya diri karyawan dan manajer pun meningkat.
Penyusunan target itu sendiri adalah sebuah proses yang memungkinkan manajer dan
karyawan untuk terus mengupayakan peningkatan.
Tujuan perusahaan harus memiliki karakteristikkarakteristik berikut :
a. Spesifik Sangat penting bahwa tujuan harus spesifik dan terukur. Ketika tujuan
departemen atau perusahaan tidak jelas, motivasi pun berkurang.
b. Telah disepakati bersama. Dorong para manajer dan penyelia agar bekerja sama dengan
karyawan dalam penyusunan tujuan. Ketika dua orang bekerja untuk mencapai tujuan
yang sama, maka peluang untuk mencapai tujuan tersebut akan bertambah secara
substansial.
c. Sulit tetapi dapat dicapai. Target harus realistis, harus menantang tapi mungkin untuk
dicapai.
d. Komprehensif. Target harus mencakup tujuan perusahaan. Target dapat dibuat untuk
kegiatan manajemen dan juga staf.

5. Standar Kinerja Perawat


Perkembangan keperawatan sebagai suatu profesi, diperlukan penetapan standar
praktik keperawatan. Standar praktik sangat penting untuk menjadi pedoman objektif di
dalam menilai asuhan keperawatan. Apabila sudah ada standar, klien akan yakin bahwa ia
mendapatkan asuhan yang bermutu tinggi. Standar praktik juga sangat penting jika terjadi
kesalahan yang terkait dengan hukum (Sitorus, R , 2006).
American Nursing Association (ANA) menjelaskan bahwa standar praktek
keperawatan merefleksikan nilai-nilai dan prioritas profesi perawat. Standar tersebut
memberikan arah dalam melakukan praktek perawatan profesional dan menjadi kerangka
dalam mengevaluasi praktek tersebut. Perawat bertanggung jawab kepada masyarakat tentang
hasil akhir asuhan keperawatan yang diberikan. Penetapan standar ini juga bertujuan untuk
mempertahankan mutu pemberian asuhan keperawatan yang tinggi. Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) sudah menetapkan standar praktek keperawatan yang
dikembangkan berdasarkan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan ANA (PPNI, 2002,
dalam Sitorus, R , 2006).
Standar praktik keperawatan menurut ANA :
Standar I : perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien
Standar II : perawat menetapkan diagnosa keperawatan
Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien
Standar IV : perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi rencana
tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan
Standar V : perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam
rencana asuhan keperawatan.
andar VI : perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil akhir
Ditambahkan oleh Nursalam (2008) bahwa selain keenam standar tersebut, untuk penilaian
pelaksanaan kerja perawat juga meliputi ketrampilan komunikasi dan harapan institusi dan
profesi. Disamping standar-standar keperawatan yang sudah di terangkan diatas, menurut
Nursalam (2002) untuk menciptakan pelayanan keperawatan yang professional dan dalam
rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan yang berkualitas,maka
peran perawat harus lebih independen sehingga pelaksanaannya dapat dipertanggung
jawabkan dan tanggung gugat. Peran tersebut adalah “CARE” yang dapat di jabarkan
sebagai berikut

Communication
Ciri khas perawat professional harus dapat berkomunikasi secara lengkap, akurat dan
tepat,dan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing minimal bahasa
inggris ini di maksud untuk mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas.
A : Activity
Prinsip melakukan asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama dengan teman sejawat serta
dengan tenaga kesehatan lainnya. Aktifitas tersebut harus ditunjang dengan menunjukan
suatu kesungguhan dan sikap empati serta bertanggungjawab terhadap setiap tugas yang
diemban.

R : Review
Prinsip dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus selalu
berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu
keperawatan.
E : Education
Peningkatan kualitas asuhan keperawatan di masa mendatang, seorang perawat harus
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan jalan secara terus menerus
menambah ilmu melalui pendidikan formal atau informal sampai pada suatu keahlian
tertentu.

BAB III
PEMBAHASAN

Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut


struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian
asuhan keperawatan. Dalam rangka mendayagunakan tenaga keperawatan yang tersedia di
rumah sakit, ada beberapa metode yang dapat di implementasikan dengan metode penugasan
dalam bentuk metode pemberian asuhan keperawatan. Ada lima metode pemberian asuhan
keperawatan yang dikenal, antara lain metode fungsional, tim, keperawatan primer, modular,
dan menejemen kasus keperawatan.

A. Macam metode penugasan


1) Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan
sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat
bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan
perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada
penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat
yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan
keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi,
tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih
perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat
kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab
mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat
perang dunia kedua.

Kelebihan :
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk tugas sederhana.
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
4. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
5. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

2) Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan
pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin
keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori
perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat
penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan
asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja
bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat
untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui
kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa
kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan
konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau
pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan
merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim,
memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan,
mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting
yang harus diperhatikan:
1. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
2. anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya
3. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif
dalam berinteraksi dengan anggota tim.
4. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok
pasien.
5. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari
pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik
informal di antara anggota tim.
Kelebihan :
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara
efektif.
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan
sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan
anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan
keperawatan yang diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim
dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin
maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung jawab Kepala Ruang


1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
4. Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
5. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam
pemberian asuhan keperawatan.
6. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
7. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
8. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
9. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian
menindak lanjutinya,
10. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
11. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung jawab ketua tim :


1. Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan
oleh kepala ruangan.
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya,
4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui
konferens.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
7. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan,
8. Menyelenggarakan konferensi
9. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan,
10. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
11. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan

Tanggung jawab anggota tim


1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien.
3. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan
4. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6. Memberikan laporan

3) Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa
konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak
klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat
primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer
tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang
mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini,
klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu
akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer
mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab mencakup periode 24 jam,
dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada.
Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat
primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi
yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain.
Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain
diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self
direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara
maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang
perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
1. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama
24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
2. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi
dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada
perawat sekunder selama shift lain.
4. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
5. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
untuk pengembangan diri.
2. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi,
tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional
dan administrasi
5. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara
holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan
pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
6. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi
klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu
perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
7. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
8. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan
lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien
9. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
10. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
11. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
12. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
13. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
14. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
15. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi
harus berkualitas tinggi

Kelemahan :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
3. Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
5. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan metode primer
1. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten

Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer


1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
3. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asistenOrientasi dan
merencanakan karyawan baru
4. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung jawab perawat primer :


1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6. Menyipakan penyuluhan untuk pulang
7. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
8. Membuat jadual perjanjian klinis
9. Mengadakan kunjungan rumah

4) Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi da
Kekurangan:
1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

5) Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan
beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil- hasil
riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan
satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan
riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap
awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
asuhan keperawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii
diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akountabilitasnya terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua
tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan
keperawatan diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang
dipaparkan dalam 4 pilar sebagai berikut :
a) Pendekatan Manajemen (Management Approach )
b) Penghargaan karir ( compensatory rewards )
c) Hubungan Profesional ( professional relationship)
d) Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang dapat
dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di suatu ruangan sakit, dapat
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan.diantaraya Metode Fungsional,
Metode TIM, Metode Primer,Metode Kasus dan Metode Modifikasi.
Pada metode fungsional,perawat lebih banyak melakukan satu jenis pekerjaan yang dilakukan
di ruangan sakit,atau dengan kata lain perawat sudah mendapat tugasnya masing-
masing,artinya setiap perawat tidak mengerjakan semua intervensi pada seorang pasien sakit.
Pada metode tim, klien dan perawat membuat suatu kelompok yang diketuai/dipimpin
oleh seorang perawat yang mempunyai lisensi dan ahli dalam bidangnya,selain itu ketua tim
mempunyai tanggung jawab yang paling tinggi didalam kelompok.ketua tim bertugas
memberi pengarahan, menerima laporan kemajuan, serta membantu anggota tim yang
kesulitan mengerjakan tugas. Selain itu ketua tim juga yang melaporkan kepada kepala
ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien
Pada metode primer, seorang pasien akan diberikan perawatan,pelayanan dan asuhan
keperawatan secara total oleh seorang perawat primer selama 24 jam.dengan kata lain,
seorang pasien akan diberikan asuhan keperawatan oleh 1 perawat yang khusus ditugaskan
untuk 1 pasien di ruangan sakit,
Pada metode kasus seorang perawat akan memberikan perawatan konstan dalam jangka
waktu tertentu .
Pada metode modifikasi, metode primer dan metode tim akan digunakan secara bersamaan.

B. Saran
Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga penulis
mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah penulis
yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/keperawatan-profesional.html
http://yayannerz.blogspot.com/2012/02/metode-pemberian-asuhan-keperawatan.html
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/peran-pemberian-asuhan-keperawatan.html
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/model-praktek-keperawatan-
profesional_07.html
http://hazlynpotc.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-menggunakan-metode.html
http://kutukuliah.blogspot.com/2013/08/pengertian-rumusan-masalah.html
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-mpkp-model-praktik-keperawatan.html
http://askep-net.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan.html
http://www.jaringankomputer.org/standar-praktek-keperawatan-asuhankeperawatan/
http://hilmansyariflubis.blogspot.com/2013/03/sistem-model-asuhan-keperawatan.html
http://rozaliaapriani-amond.blogspot.com/2012/02/model-asuhan-keperawatan-
profesional.html

Anda mungkin juga menyukai