Anda di halaman 1dari 46

BAB II

PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANGAN

Profil RSUD Pambalah Batung Amuntai

Rumah Sakit Pambalah Batung Amuntai merupakan satu – satunya sarana pelayanan

kesehatan perorangan rujukan sekunder di kabupaten Hulu Sungai Utara. Rumah

Sakit ini sudah ada sejak zaman kolonial belanda tahun 1853 dengan nama Hospital

Borneo. Pada Tahun 1918, berganti nama menjadi RS. Oemoem Amoentai. Catatan

yang ada pada tahun 1937 RS Oemoem Amoentai ini dipimpin oleh dr. Genseng

Bee. Pada tahun 1942, Rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah jepang dan

seterusnya pada tahun 1945 diambil alih lagi oleh NICA. Pada bulan januari 1950

baru direbut oleh Republik Indonesia Serikat ( RIS ) dan selanjutnya menjadi milik

pemerintah Indonesia. Pada tahun1964, RS ini berganti nama lagi menjadi RS Melati

dan pada tanggal 10 Nopember 1983, RS ini bernama Pambalah Batung. Nama

“Pambalah Batung“ yang merupakan nama salah satu dari empat patih sakti yang

memiliki kesaktian pengobatan dan tangguh gancang yang luar biasa. Nama

Pambalah Batung ini juga diambil untuk mengenang nama pejuang Kalimantan

Selatan Suriani yang bergelar “Pambalah Batung”. Dan pada tanggal 1 Januari 2013

telah menjadi BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah ) Rumah Sakit Pambalah

Batung Amuntai.

Tujuan dan Sasaran

1. Menjadikan Rumah Sakit yang mampu mengelola sumberdayanya secara

efektif, efisien dan ekonomis sekaligus etis.

7
2. Menjadikan karyawan rumah sakit berdaya dan berkualitas sejahtera sehingga

dapat memberikan kinerja terbaiknya untuk pencapaian visi dan misi rumah

sakit.

3. Menjadikan sarana/prasarana rumah sakit nyaman dan ramah lingkungan

sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.

4. Menjadikan rumah sakit bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitar

dengan bekerjasama dan melalui komitmen dan dukungan stakeholder.

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan

A. Definisi

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif

dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan

koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan organisasi. (Grant & Massey, 1999)

Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan

merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan

mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti

mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas. (Fayol

dalam bukunya Russel, 2000)

Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan

masyarakat. (Gillies, 1985)

8
B. Komponen Manajemen Keperawatan

Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan

keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan

keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan

keperawatan

1. Sistem pengorganisasian

Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan

terdiri dari :

1) Metode fungsional

Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan

keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang

berdinas.

a. Kelebihan metode fungsional

 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan

baik untuk RS yang kekurangan tenaga.

 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial

sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan

pasien.

b. Kelemahan metode fungsional

 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang

terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.

 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan

ketrampilan saja.

2) Metode tim

9
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total

kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari

tenaga profesional, teknikal dan pembantu.

a. Konsep metode tim

 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik

kepemimpinan.

 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.

 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

b. Kelebihan metode tim

 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

 Mendukung pelaksanaan proses perawatan

 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik

mudah diatasi

 Memberikan kepuasan pada anggota tim

c. Kelemahan metode tim

 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim

yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.

3) Model keperawatan primer

Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan

komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik

keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng

jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung

jawabnya.

a. Konsep dasar metode primer

10
 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

 Ada otonomi

 Ketertiban pasien dan keluarga.

b. Ketenagaan metode primer

 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

 Beban kasus pasien 3 - 5 orang untuk satu perawat

 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya

maupun non profesional sebagai perawat asisten.

c. Kelebihan metode keperawatan primer

 Bersifat kontinuitas dan komprehensif

 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

d. Kelemahan metode keperawatan primer

 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self

direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

2. Sistem klasifikasi Pasien

Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan

ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang

dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.

11
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),

adalah :

1) Minimal care

Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24

jam/dengan kriteria :

 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

 Makan dan minum dilakukan sendiri

 Ambulasi dengan pengawasan.

 Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff

 Pengobatan minimal, status psikologis stabil

 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

2) Intermediet care

Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :

 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

 Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali

 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan

prosedur.

3) Perawatan intensif

Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan

kriteria :

 Segalanya diberikan atau dibantu

 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena

12
 Pemakaian suction

 Gelisah atau disorientasi

3. Metode Proses Keperawatan

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan

keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta

berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan

pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan

penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian

tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap

dalam proses keperawatan, yaitu :

1) Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun

spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu

pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta

keperawatan.

a. Pengumpulan data

Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah

kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan

yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang

menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor

lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan

mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang

13
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,

yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau

dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan

mual.

Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

 Pola koping sebelumnya dan sekarang

 Fungsi status sebelumnya dan sekarang

 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

 Resiko untuk masalah potensial

 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

c. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat

diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi

ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.

Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan

14
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu

misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus

segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau

kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang

mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi

tentang kesehatan dan keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah

(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :

a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak

di lakukan intervensi.

c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan

untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

15
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa

keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3) Rencana tindakan keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien

beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan

dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk

perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap

perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang

diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat

memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat

lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk

memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana

asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat

dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga

mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (potter,1997)

4) Tindakan keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan

yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

16
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam

tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini

menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap

perencanaan.

 Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan

adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan

interdependen.

 Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus

diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

5) Evaluasi tindakan keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat

dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah

disusun.

17
 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang

telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan

sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.

 Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara

maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam

hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah

terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang

tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

6) Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang. (potter 2005)

Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan.

Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri,

namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem

pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi

Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi

kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh

karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.

Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi

18
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada

pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :

a. Lembar penerimaan

Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,

alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis

pada saat masuk rumah sakit.

b. Lembar instruksi dokter

Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang

dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang

bersangkutan.

c. Lembar riwayat medik.

Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi

kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.

d. Catatan perawat

Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi

dan evaluasi.

e. Catatan dan laporan khusus

Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan

laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,

masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.

Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling

ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan

standar dokumentasi.

a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis

19
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah

dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan

keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut

untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk

mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.

b. Dokumentasi proses keperawatan

Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses

keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang

tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,

dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka

atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil

berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian

integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem

solving.

c. Standar Dokumentasi 

Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi

standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan

tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan

secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar

dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran

terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.

20
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi

Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5

komponen yaitu :

1. Novice (orang baru)

Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa

perubahan dan pembaharuan.

2. Advanced Beginer (pemula lanjut)

Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi

terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan

kemampuan pendokumentasian.

3. Competent (mampu)

Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas

memberikan arahan keperawatan.

4. Proficient (cakap)

Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri

terbelakang dan kemajuan.

5. Expert (ahli)

Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan

sangat diperluakan oleh seorang perawat.

C. Proses Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan

sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman

keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling

21
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,

proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,

personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok

manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan

pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat

dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf,

serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol

dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan

anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan

prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik

dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali

mutu, serta penampilan kerja perawat.

Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar

dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan

dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses

manajemen sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan

pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan

kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)

22
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT HASIL/OUTPUT
PROSES

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perencan Pengatur Pengelolaan Kepemimpin Pengawas Pengemba


Peralatan Data aan an Pegawai an an ngan Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
 Pasien  Standar Organisasi :  Penentuan  Pemecahan  Audit
 Pegawai  Kebijakan  Uraian kebutuhan masalah  Penampilan
 Sumber-  Budget jabatan / pegawai  Pengambilan kerja
sumber pekerjaaan  Penjadwalan keputusan  Disiplin
 Evaluasi  Penugasan  Mengatasi  Hubungan kerja
pekerjaan  Pengurangan konflik  Komputer
Sumber : Gillies, 1985  Kerja Tim / absen  Komunikasi dan sistem
kelompok  Pengurangan sistem analisis
pindah transaksional 23
 Pengembangan
pegawai
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi


Pengkajian
Evaluasi

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber : Gillies, 1985

24
25
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan

Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum

yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara

efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,

pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau

mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada

dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.

Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Planning

Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu

perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan

kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan

tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan

tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi

yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan

kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi

institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)

2. Organizing

a. Struktur Organisasi

Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal

yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.

Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak

direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan

7
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan

penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan

mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan

kemauan.

Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik

pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi

efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer

dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan

kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi

saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi

informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan

dalam struktur formal.

b. Job Deskriptions

Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia

jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung

jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan

tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.

c. Metode Penugasan

Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan

pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan

ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode

penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.

8
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997)

dan Marquis & Houston (1998), antara lain :

1) Model Fungsional

Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke

II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan

perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis

intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

2) Model Tim

Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

9
Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien
Pasien

3) Model Primer

Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk

sampai keluar rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

10
Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai
Sore Malam Kebutuhan

4) Manajemen Kasus

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda

untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat

oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus

biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan

untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan

intensive care.

5) Model Tim Primer.

Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.

Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan

pada beberapa alasan yaitu :

 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1

keperawatan atau setara.

 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung

jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai

tim.

 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas

asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan

terdapat pada primer.

11
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan

metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998),

yaitu :

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep

3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya

4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat

5. Kepuasan kinerja perawat

6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim

kesehatan lainnya.

3. Actuiting

a. Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi

konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor

yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi

adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

(Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting

yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang

baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk

memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus

motivasi. ( Luthan, 2000)

12
b. Sistem klasifikasi pasien

Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien

menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di

dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai

dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai

dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan

untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien

adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai

angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan perawatan pasien.

Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan

dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori

pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori,

jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis

pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional

serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing

kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan

informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing

sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.

c. Ketenagaan keperawatan dan pasien

Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk

mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang

13
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi

pengguna jasa.

Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien

yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.

Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga,

yaitu sebagai berikut :

1) Rumus Gillies

Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun

Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari

= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun

Σ jam kerja / tahun

Catatan :

 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :

a. Waktu perawatan langsung

- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam

- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam

- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam

- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam

- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam

b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari

c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari

 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %

 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %

2) Rumus Douglas

14
Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Minimal care Partial care Total care


Σ
Mala Mala Sor Mala
klien Pagi Sore Pagi Sore Pagi
m m e m

0,3
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,20
0

0,6
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,40
0

3) Rumus Depkes 2003

Berdasarkan :

 Tingkat ketergantungan klien

 Rata-rata klien/hari

 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien

 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr

 Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan :

 Hitung jumlah perawat yang tersedia

a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift

15
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-

tugas non keperawatan

b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar


X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif

c. Tugas non keperawatan

= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C

 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C

 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :

- Libur minggu : 52 hari

- Cuti tahunan : 12 hari

- Libur Nasional : 10 hari

- Sakit/ijin : 7-12 hari

d. Penjadwalan

Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.

Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang

dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan

adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk

pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.

Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu

personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen

atau divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu

pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan

berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah

kelompok untuk menyusun :

16
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan

jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.

2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /

libur.

3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja

menyangkut jadwal masuk/libur .

4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing

pekerja per – hari, minggu atau bulan.

5) Hari dimulainya minggu kerja

6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran

tugas.

7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng

pekerja.

8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.

9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi

pergiliran tersebut.

10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua

hari libur per minggu.

11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.

12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.

13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.

14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.

15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian

tugas

17
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing

pekerja.

17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus

dijadwalkan libur kerja.

18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan

pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.

19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari

libur tertentu.

20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-

masing pekerja.

21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai

mengenai jadwal liburan.

22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.

23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun

baru.

24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan

untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.

25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan

dengan permintaan waktu liburan dan hari libur.

26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian

jadwal waktu.

e. Pengembangan Staff

Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan

prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki

18
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan

digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)

1) Metode Seminar atau Konferensi

Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan

sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi

jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi

manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan

yang dipermasalahkan.

2) Metode Lokakarya (Workshop)

Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak

perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi

lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat

manajerial.

3) Metode Sekolah atau Kursus

Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi

adanya aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus

dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.

Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru

bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir

sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa

kriteria kelulusan.

4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)

19
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama

sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan

pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini

dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam

membimbing pegawai kantor.

Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan

dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan

kegiatan instansi lainnya.

4. Controlling

a. Definisi

Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan

penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah

ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah

sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai

dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.

(Azwar, 1996)

Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari

proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga

fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui

fungsi pengawasan dan pengendalian, standart keberhasilan (target,

prosedur kerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah

dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau

penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara

20
dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan

dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat

lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan

program dapat lebih terjamin.

b. Peran leadhershipt dalam controlling

 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu

 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap

staf

 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang

maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum

 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif

 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan

mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai

 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan

yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen

 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan

sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan

sesuai yang diharapkan

 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung

jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan

 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk

mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail

pelayanan pasien

c. Fungsi manajemen dalam controlling

21
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart

ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang

paling tepat untuk mengukur standart yang ada.

d. Manfaat controlling

Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi

akan memperoleh manfaat sebagai berikut :

1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah

dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan

menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.

2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan

pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah

mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan

5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk

promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Bedah

A. Pengertian

Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk

memberikan asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-anak

baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan dan atau

gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang didiagnosa harus

22
dilakukan tindakan perawatan dan atau pembedahan, menjelang dan

sesudah dilakukan tindakan pembedahan.

B. Tujuan dan Prinsip Keperawatan

1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional

2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian

3. Mencegah terjadinya komplikasi

4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan

5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien

6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan

tenaga kesehatan lain.

C. Lingkup Garapan

Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan

dasar manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup

garapan keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan

fisiologis pada satu atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh individu.

Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah :

1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat

2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara

status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.

3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga

tercapai derajat kesehatan yang optimal.

23
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.

D. Flow OF Care Pre Operatif

1. Penerimaan

a. Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD

b. Serah terima kepada perawat ruang bedah

c. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa

d. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas

yang tersedia

e. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih

fasilitas sesuai dengan kemampuan.

2. Pengelolaan

a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien

b. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan bangsal

(kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang panata

jasa)

c. Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia

harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan

umum sebelum dilakukan operasi.

d. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan spiritual.

e. Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi klien

f. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan

pada pengkajian awal.

24
g. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru dan

X-ray)

h. Pembatasan diet

i. Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa), pemasangan

infus dan kateter wash out, kuras/lavage.

j. Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas

tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan, resiko

tindakan, konsekuensi tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan,

biaya menyangkut tindakan, surat izin dari keluarga.

k. Konsul IPD dan anastesi

l. Persiapan mental

m. Premedikasi

E. Flow Of Care Post Operatif

1. Penerimaan

a. Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan

b. Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien post

operasi.

c. Mengembalikan klien ke ruangan semula.

2. Pengelolaan

a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum,

tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan

output cairan dalam 24 jam pertama.

25
b. Pemenuhan KDM post operasi

c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)

d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada

keluarga dan klien.

e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.

f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik aseptik dan

antiseptik, pemberian profilaksis).

g. Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan

meminimalkan ketergantungan setelah operasi.

F. Perencanaan Pasien Pulang

Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari

pelayanan klien dan keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah

sakit. Hal ini merupakan suatu bentuk kerjasama antara tim kesehatan,

klien maupun orang yang penting bagi klien yang dimulai pada tahap

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Carpenito, 1993)

Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di masyarakat

setelah pulang dari rumah sakit.

2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta keluarga

tentang penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan perawatan sehari-

hari, pemberian nutrisi yang tepat, semua bertujuan untuk

mempertahankan status kesehatan klien setelah di rumah.

26
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun

psikologis bila terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)

Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :

1. Tahap pengkajian

a. Perawat mengkaji keadaan umum klien

b. Perawat mengkaji keadaan luka klien

c. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga

d. Perawat mengkaji status sosial klien

e. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien

f. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien

g. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakit klien terutama perawatan luka di rumah.

2. Tahap perencanaan

a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai

dengan kondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian

penyakit, tanda dan gejala, cara penanganan, obat-obatan, diet dan

perawatan luka.

b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran

c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)

3. Tahap pelaksanaan

a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan

gejala penyakit dan penanganan penyakit.

b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara

perawatan luka di rumah.

27
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi

serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.

d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.

4. Tahap evaluasi

a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.

b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.

c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka di

rumah.

G. Lingkungan Fisik

1. Bagunan

a. Ruangan

Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial

keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara keseluruhan

mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan

kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse station

berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan, ruang

tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar

mandi perawat, ruang konferensi, mushola, ruang administrasi, ruang

spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.

28
b. Letak

Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar

operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.

c. Posisi : dekat dengan nurse station.

d. Kondisi

Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan,

sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai

dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih,

pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, bersih, letak terjangkau

oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side rails,

fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien.

2. Alat dan bahan

a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling,

perlak, stik laken, selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas

kaki, handuk, sarung buli-buli dan O2, sarung gorden.

b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset anatomis,

pinset cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting jaringan.

c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop,

termometer.

d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel, penlight,

midline.

e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda

f. Emergency trollY

g. O2 dan manometer

29
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon, H2O2,

Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa,

plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-

obatan.

i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,

kursi, lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah,

kapstok pakaian, rak handuk, keset, telephone, white board.

j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku tulis,

lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian,

implementasi, resume pasien pulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu

nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi).

H. Lingkungan Non Fisik

1. Hubungan perawat – klien

a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama

perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.

b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena

merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan keperawatan yang

diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat dan

klien.

2. Hubungan perawat – perawat

a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik

b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.

30
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan

berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.

e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.

f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku

ronde dan white board.

g. Mempunyai protap timbang terima

3. Hubungan perawat – profesi lain

a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani

masalah tim.

b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.

c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.

d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.

e. Saling menghargai antar profesi.

4. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut

penyesuaian diri yang positif sehat dari para karyawan terhadap kondisi

dan situasi kerja termasuk didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi

fisik dan kondisi psikologis. (Anoraga, 2006)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut

Anoraga (2006) :

a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan jenis

kelamin.

31
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan,

rekreasi dan pendidikan.

c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan,

atasan, maupun antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya,

sugesti dari teman kerja, emosi dan situasi kerja.

d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan

kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya pekerjaan, pengaturan

waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan,

suhu, penerangan, kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.

e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta

kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran gaji,

jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,

promosi, dan lain-lain.

Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam

sebuah organisasi :

a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir

dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.

b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai

kesehatan yang lebih baik dalam usia yang lebih panjang.

c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas yang tinggi.

32
33

Anda mungkin juga menyukai