Anda di halaman 1dari 38

6

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Manajemen Keperawatan
2.1.1 Definisi
Manajemen secara etimologis adalah seni melaksanakan dan
mengatur. Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, dan penggunaan terhadap sumber daya organisasi
lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang
ditetapkan (Bakri, 2017).
Sedangkan manajemen menurut Nursalam (2015) manajemen
diibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah produksi
yang efisien dan cepat, motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi
kepuasan dalam bekerjasama untuk meningkatkan produksi.
Manajemen juga dapat diartikan sebagai proses kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama atau organisasi.
Artinya manajemen dapat dipelajari sebagai proses kerjasama yang
berkembang antara pimpinan dan staff untuk mencapai tujuan
organisasi (Bakri, 2017).

2.1.2 Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu: Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan
keperawatan.
2.1.2.1 Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari:
1. Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat
yang berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
7

1) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan


pengawasan baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
2) Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada
perawatan pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
1) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan
yang terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
2) Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja.
2. Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara
total kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat
terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
1) Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
3) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses perawatan
3) Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga
konflik mudah diatasi
4) Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang
sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3. Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan
kerawatan komprehensif yang merupakan penggabungan model
8

praktik keperawatan profesional. Setiap perawat profesional


bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi
3) Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan kriteria
assertife, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2.1.2.2 Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan
yang dibutuhkan.
9

Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas


Dalam Nursalam (2015), adalah:
1. Minimalcare
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan.
d. Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
d. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3. Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria:
a. Segalanya diberikan atau dibantu
b. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah atau disorientasi

2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan


2.2.1 Pendekatan Manajemen
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
10

mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang


tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif
dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional dan
saling menopang (Nursalam, 2015).
Pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen yaitu suatu
tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Elemen
pertama dari manajemen menurut Fayol adalah perencanaan. Ia
mendefinisikan hal ini sebagai membuat rencana tindakan untuk
memberikan pandangan kedepan (Swanburg, 2016).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan siapa
yang akan melakuakan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efisien dan efektif (Kuntoro, 2010). Kerangka
perencanaan terdiri dari:
11

1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah-


langkah dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang
telah ditetapkan
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
Perencanaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS
(1999) tugas kepala ruang dalam perencanaan (P1) meliputi:
1) Menyusun rencana kerja kepala ruang
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi
dengan Kepala Perawat Instalasi/Ka Instalasi Setiap bulan Kepala
Ruangan telah membuat perencanaan bulanan seperti rapat
bulanan di ruangan. Kepala ruang menyusun jadual dinas dalam
satu bulan. Mengenai pengembangan SDM, kepala ruangan
dilibatkan dalam menyusun rencana pendidikan dan pelatihan
dan dilibatkan dalam penentuan perawat untuk pelatihan yang
ada. Dalam penyusunan RAPB Kepala ruang dilibatkan dalam
pembuatan rencana RAPB ruangan dalam 1 tahun.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi yang
kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah
12

pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif,


penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan
setiap kelompok dan menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal
maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi. Dalam pengorganisasian menentukan tentang
tenaga yang akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas,
wewenang, tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban
masing-masing kegiatan. Menurut Nursalam (2015).
Fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah sebagai
berikut:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien.
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Hoffart dan Woods (2015), mendefinisikan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur,
proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.
MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain:
1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
2) Pendekatan manajemen
13

3) Metode pemberian asuhan keperawatan


4) Hubungan profesional
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillis (2015)
metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode
fungsional, metode tim dan metode primer.
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana
seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam
perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shif dan tak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah:
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggungjawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah:
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang
pengalaman
d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non
profesional
14

2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada
kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka.
Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan
pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai
standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan
kepada perawat yunior. Meskipun sistem ini efisien namun
penugasan secara fungsi tidak memberikan kepuasan kepada
klien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien terfragmentasi menurut tugas yang dilakukan.
Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk
situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun
disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada
masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d) Para staf mudah menyesuaikan dengan tugas
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistik
15

f) Tidak profesional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien
yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim.
Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staf yang
tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara
optimal
c) Komprehensif dan holistik
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
profesional
4) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu pelayanan dengan semua staf keperawatan yang
profesional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan
tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk
sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktik kemandirian
16

perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan


pelaksana.
Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, mengimplementasikan dan mengkoordinasikan
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab
dilaksanakan oleh perawat primer (PP). Setiap PP merawat 4-6
klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komperhensif dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
Dalam satu grup PP mempunyai beberapa PA dan perawatan
dilanjutkan oleh PA. Kelebihan dari model primer ini adalah
model ini bersifat kontinu dan komperhensif dalam melakukan
proses keperawatan kepada klien dan perawat primer
mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan
adalah pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang
tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu berkomunikasi
dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
5) Metode Cash Management
Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan,
mempertahankan kualitas, cost containment sambil menfokuskan
pada outcome pelayanan. Merupakan metode yang menggunakan
pola terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara perawat
17

dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang


telah disusun dan disepakati oleh semua anggota tim pelayanan
dalam rumah sakit.
Elemen dari nursing case management methode adalah nurse
case manager (NCM) dan clinical path atau multidisciplinary
action plan (MAP). Syarat NCM adalah perawat yang
berpendidikan S1 atau nurse clinical spesialist atau master
keperawatan dengan pengalaman klinis minimal 3 tahun. NCM
ditugaskan menangani pasien pada saat masuk berdasarkan
spesialisasinya yang kemudian mengkoordinasikan pelayanan
sampai pasien pulang. NCM bertanggung jawab memonitor
perkembangan pasien apakah sesuai dengan kriteria outcome
yang diharapkan.
Perkembangan itu dikomunikasikan kepada dokter, perawat dan
pemberi pelayanan kesehatan lain. Semua pemberi pelayanan
kesehatan bekerja sama untuk mengurangi length of stay (LOS)
sambil memusatkan perhatian pada masalah-masalah pasien.
Perawatan MAP adalah kombinasi rencana perawatan (nursing
care plan/NCP) dan critical path. Alasan utama menggunakan
perawatan MAP adalah untuk memberikan pedoman tertulis
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga. Semua
pemberi pelayanan mengikuti care MAP untuk meningkatkan
mutu pelayanan, mengurangi LOS, mengubah pola praktik utuk
meningkatkan efisiensi, memfasilitasi pencapaian outcome dan
mengurangi biaya serta menurunkan rehospitalisasi.
c. Actuating (Pengarahan)
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses penerapan
rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran keperawatan.
Pengarahan meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi
dan pengendalian, implementasi, rencana organisasi (Swanburg,
2016).
18

Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa


mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik. Tiga elemen utama dalam
pengarahan adalah mewujudkan pengawasan dalam personel
perawatan: motivasi, kepemimpinan, dan komunikasi (Swanburg,
2016).
2.2.2 Compensatory reward
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen
SDM perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM digambarkan
sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja
secara produktif. Hal ini juga merupakan penghargaan bagi profesi
keperawatan karena melalui manajemen SDM yang baik maka perawat
mendapatkan kompensasi berupa penghargaan (Compensatory reward)
sesuai dengan apa yang telah dikerjakan. Manajemen SDM di ruang
Model Praktik keperawatan Profesional (MPKP) berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan
pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
2.2.3 Profesional relationship
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan
keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan
(klien dan keluarga) (Elizabeth &Kathleen, 2015)
Pada pelaksanaannya hubungan profesional bisa saja terjadi secara
internal artinya hubungan yang terjadi antara pemberi pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, antara perawat
dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional
secara eksternal adalah hubungan yang terjadi antara pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan
19

suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian pelayanan


kesehatan.
2.2.4 Patient Care Delivery
Bagian terpenting dari patient care delivery adalah discharge planning.
Discharge planning atau persiapan pasien pulang adalah suatu bentuk
penyerahan kebutuhan pasien yang sebelumnya dirawat oleh perawat di
rumah sakit dan setelah di rumah mempercayakan keluarga untuk
melakukan perawatan secara mandiri kepada pasien.
Tujuan Discharge Planning:
a. Klien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya
b. Klien akan mampu memahami kebutuhan individualnya
c. Lingkungan rumah akan menjadi aman
d. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah

Komponen dari Discharge Palnning


a. Mengkaji kemampuan dan keterbatasan pasien
b. Adanya dukungan keluarga dan lingkungan
c. Implementasi dan koordinasi rencana keperawatan
d. Evaluasi keefektivan keperawatan

Petunjuk Discharge Planning


a. Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan keperawatan
b. Membuat tujuan bersama pasien
c. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
d. Membuat penyerahan perawatan di rumah

Evaluasi Discharge Planning yang efektif. Perencanan dan penyerahan


harus dicermati guna menjamin kualitas dan kelayakan dari pelayanan.
Evaluasi lebih lanjut dari proses pemulangan pasien biasanya
membutuhkan waktu setelah pasien pulang dari rumah sakit.
20

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengertian
Menurut Ali (2015) proses keperawatan adalah metode
asuhankeperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus
sertaberkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/ klien,dimulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data
danpenentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaiantindakan keperawatan.
2.3.2 Tahap-tahap Proses Keperawatan
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses
keperawatan, yaitu:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara
lengkapdan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatandan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental,
sosialmaupun spiritual dapat ditentukan tahap ini mencakup
tigakegiatan,yaitu pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalahkesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatanyang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yangharus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkutaspek fisik,mental,sosial dan spiritual
serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut
harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data
objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,
pemeriksaan, danpengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang
diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
pasien/ saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
21

2) Pola koping sebelumnya dan sekarang


3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5) Resiko untuk masalah potensial
6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang
dapatdiintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah
keperawatan)tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan
tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan
berdasarkan kriteria penting dansegera. Penting mencakup
kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktumisalnya pada
pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parahatau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan
berdasarkanhierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu: Keadaan
yangmengancam kehidupan, keadaan yang mengancam
kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
yangmenjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
22

menurunkan, membatasi, mencegah danmerubah (Carpenito,


2015).Perumusan diagnosa keperawatan:
a. Actual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
d. Wellness: keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga,
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom: diagnosa yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3. Rencana tindakan keperawatan


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantuklien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,
2016).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis
untuk perawatan klien. Rencanaperawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepatmengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhankeperawatan yang di
rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitasasuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,semua perawat
mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhanyang berkualitas
tinggi dan konsisten.Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaraninformasi oleh perawat dalam laporan
pertukaran dinas. Rencanaperawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang (Potter& Perry, 2015).
23

4. Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapaitujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelahrencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untukmembantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan
adalahsebagai berikut :
a. Tahap 1: persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
b. Tahap 2: intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen, dependen dan interdependen.
c. Tahap 3: dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses
dankeberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihatdengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencanaproses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
pasien dalam kehidupansehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yangtelah dirumuskan sebelumnya.Sasaran
evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/ rencana yang
telah disusun.
24

b. Hasil tindakan keperawatan,berdasarkan kriteria keberhasilan


yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
a. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah di
tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan,
dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab
tidak tercapainya tujuan.

2.3.3 Dokumentasi keperawatan


Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yangdapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yangberwenang (Potter& Perry, 2015). Banyak para ahli menyusun sistem
dokumentasi keperawatan. Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki
keunikan tersendiri, namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada
beberapa sistem pendokumentasian yang sering dipakai antara lain: Catatan
Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini
memberi kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang
diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara
spesifik. Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain
informasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data
berada pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut:
1. Lembar penerimaan
25

Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat,


tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta, diagnosis pada saat
masuk rumah sakit.
2. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
3. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
4. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi dan
evaluasi.
5. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,
masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.

Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling


ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
1. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
Adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
2. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang
tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,
dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka
26

atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil


berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian integral
proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving.
3. Standar Dokumentasi 
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara
adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
4. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu:
a. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
b. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
c. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
d. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
e. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat
diperluakan oleh seorang perawat.
27

2.3.4 Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya
dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan
akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses keperawatan
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil (Gillies, 2015).

2.3.5 Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan


Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen
umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah
perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan
mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif,
28

dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang
bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Planning(Perencanaan)
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan
tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran
dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
1) Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
29

2) Tahap dalam perencanaan :


- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau
fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

3) Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
30

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu


rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah
rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.

4) Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana

2. Organizing (Pengorganisasian)
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi.
Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal
tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus
mengerti dan memakai keduanya secara efektif.Struktur formal
organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari
bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
31

Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik


pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang
manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya.Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi
informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau
kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila
metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Marquis & Houston
(2015), antara lain:
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia ke II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1
sampai 2 jenis intervensi.
32

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

(Sumber : Nursalam, 2015)


2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

(Sumber : Nursalam, 2015)


33

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan

(Sumber : Nursalam, 2015)


4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan
hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Sudarsono (2015),penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
34

a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena


sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S1 keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keperawatan dan accountabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Houston, 2015), yaitu:
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5) Kepuasan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

3. Actuating(Penggerak)
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2015). Dari
pengertian diatas dapat diambil 3 poin penting yaitu: kebutuhan,
dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang
kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan
35

arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir


dari satu siklus motivasi (Luthan, 2015).
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di
dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai
angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang
akan dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori
pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis
pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien
yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga,
yaitu sebagai berikut:
36

1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Nursalam (2015) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensivecare = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Σ Minimal care Partial care Total care


klien Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40


(Sumber : Nursalam 2015)

3) Rumus Nursalam (2015)


37

Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan
tugas-tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
XhasilA = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari

d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen
atau divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu
38

pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan


berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah
kelompok untuk menyusun:
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /
libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing
pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi
pergiliran tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata
dua hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori
personil.
12) Definisi dari “libur akhir pekan” untuk personiltugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak
berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja.
39

17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada
masing-masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal,
tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan
dengan permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “darurat” untuk penyesuaian
jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang
akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja (Moenir, 2015)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat
akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang
menyangkut segi manajemen maupun penyelenggaraannya atau
proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
40

2) Metode Lokakarya (Workshop)


Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administratif dan sedikit bersifat
manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi
adanya aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang
harus dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru
bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada
akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan
atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini
dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini
disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia,
biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.

4. Controlling(Pengendalian)
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam
menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart
yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 2015)
41

Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir


dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standart
keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya
dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.
Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan
efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih
terjamin.
b. Peran leadhership dalam controlling
1) Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
2) Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf
3) Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
4) Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta
reaktif
5) Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
6) Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
7) Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima
perawatan sesuai yang diharapkan
8) Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan
keperawatan
42

9) Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk


mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai
hail pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart
ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang
paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
29

Anda mungkin juga menyukai