OLEH :
NPM : 23203037
2023/2024
LEMBARAN PERSETUJUAN
Tanggal………………………………………………
Mengetahui
DI SUSUN OLEH
23203037
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dalam
manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang
diharapkan. Input manajemen terdiri dari manusia, material/ alat, metode dan lingkungan
yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output
pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan dan staf yang kompoten dan ahli.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing. Actuating, controlling terhadap staf sarana, dan prasarana dalam
mencapai organisasi (Grant dan Massye. 1999 dalam Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling mendukung. Adanya manajemen keperawatan dapat membantu
Adanya tuntutan kualitas terhadap pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai satu phenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan
keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia
keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan
adanya factor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Pelayananan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan desentralisasi, dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawatan, diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
di dalamnya. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Praktek
keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta
pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun
perawat itu bekerja (Nursalam 2015).
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Manajemen Keperawatan
2) Prinsip Manajemen Keperawatan
3) Unsur-unsur Manajemen Keperawatan
4) Fungsi-fungsi Manajemen di ruang rawat
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi pengorganisasian
c. Fungsi keanggotaan (staffing)
d. Fungsi pengarahan
e. Fungsi pengedalian
5) Konsep Ronde Keperawatan dan SOP Ronde
6) Tugas dan fungsi Karu, PP, dan Perawat Pelaksana
C. Tujuan
1) Mengetahui Manajemen Keperawatan
2) Mengetahui Prinsip Manajemen Keperawatan
3) Unsur-unsur Manajemen Keperawatan
4) Mengetahui Fungsi-fungsi Manajemen di ruang rawat
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi pengorganisasian
c. Fungsi keanggotaan (staffing)
d. Fungsi pengarahan
e. Fungsi pengedalian
5) Konsep Ronde Keperawatan dan SOP Ronde
6) Tugas dan fungsi Karu, PP, dan Perawat Pelaksana
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang mencakup
penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara keseluruhan
memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan efektifitas tindakan
dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gillies, 1994). Perencanaan
merupakan pemikiran/ konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi yang penting didalam mengurangi risiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan menganalisis dan
mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang
dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang
ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen
mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur
yang dibutuhkan dalam organisasinya(Agus, 2010).
Tujuan perencanaan adalah untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai
sasaran dan tujuan, agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif, efektif
dalam hal biaya, membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang, dapat digunakan untuk menemukan
kebutuhan untuk berubah.
Perencanaan (planning), planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan,
bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat
penting untuk melakukan tindakan. Didalam proses keperawatan perencanaan
membantu perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan
sesuai dengan konsep dasar keperawatan(Swanburg R., 2000 dalam Kholid, 2013).
Tahapan dalam perencanaan:
a) Menetapkan tujuan
b) Merumuskan keadaan sekarang
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan
e) Jenis perencanaan :
1) Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin
dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk
mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan
yang sudah tidak sesuai lagi dengankeadaan masa kini.
2) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat
yang bertanggung jawab untuk seiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur
untuk mengevaluasiperawatan pasien
Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
5) Memudahkan koordinasi
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
7) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
Keuntungan perencanaan
1) Meningkatkan peluang sukses
2) Membutuhkan pemikiran analitis
3) Mengarahkan orang ketindakan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota
Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan
padakonstribusi nyata
2) Cenderung menunda kegiatan
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasionalindividual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah
itu terjadi
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/ atau dengan rencana yang tidak
konsisten
2. Organizing (penggorganisasian)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien (Gillies, 2013). Pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia
dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain (Huber, 2012). Pada
pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan,
dan tugas diberikan (Marquis dan Huston, 2012). Pengorganisasian adalah suatu cara
dengan mengatur atau menentukan tugas, pekerja yang akan dijalankan tugasnya,
pengelompokan tugas yang harus dikerjakan, alur kewenangan, serta kewenangan
dalam pengambilan keputusan (Robbins dan Judge, 2013). Fungsi ini mencakup
penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa
tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Mugianti, 2016).
Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugastugas dan wewenang-wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil,finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang
biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini:
a) Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
b) Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan srhari hari
c) Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara
sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat.
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan
dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi
merupakanpenyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja
mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya
langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat
struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
Keuntungan
1) Mendefinisikan pada otoritas dan tanggung jawab yang jelas.
2) Hubungan bersifat efisien dan sederhana.
Kelemahan
1) Bersifat monoton
2) Mengasingkan staf atau pekerjanya
3) Membuat suatu penyesuaian secara cepat untuk mengubah
kondisi yang sulit
4) Ketaatan staf dalam melakukan komunikasi di mana para staf memiliki
batasan untuk berkomunikasi kepada atasan mereka.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
menjadi tidak opimal. Jenis model asuhan keperawatan, antara lain :
1) Model fungsional
SKEMA MODEL FUNGSIONAL
Kepala ruangan
Perawat Perawat
Perawat
perawatan luka menyuntik Perawat visite
pengobatan
pasien
2) Model tim
Kepala ruangan
Ketua tim
Ketua tim
Pasien Pasien
3) Model primer
Perawat primer
pasien
4) Manajemen kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat
atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawat, yaitu :
Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
Kepuasan kinerja perawat
Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Stafing (Personalia)
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga kerja memberikan daya guna yang maksimal bagi
organisasi. Di dalam menyusun sebuah organisasi, perlu sekali pembagian tugas yang
sebaik-baiknya dan memberi wewenangwewenang yang tepat, namun demikian yang
lebih penting lagi ialah menempatkan orang secara tepat pada tempat-tempat sesuai
struktur organisasi yang telah ditetapkan. Perlu disadari bahwa manusia adalah unsur
terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi.
Susanto (1997 :13) mengatakan bahwa aset organisasi yang paling penting
dan harus diperhatikan oleh manajemen adalah manusia (sumber daya manusia atau
human resources). Hal ini bermuara pada kenyataan bahwa manusia merupakan
elemen yang selalu ada dalam setiap organisasi. Manusia membuat tujuantujuan,
inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. Manusia merupakan satu-satunya sumber
daya yang dapat membuat sumber daya lainnya bekerja dan berdampak langsung
terhadap kesejahteraan organisasi.
Menurut Terry (1961: 112) menyebutkan bahwa staffing merupakan
kegiatan merekrut, memilih, mempromosikan, memindahkan dan pengunduran diri
dari para staf organisasi. Dan sumber daya manusia Indonesia (termasuk aparatur
pemerintahan) yang dibutuhkan menurut Tangkilisan (2005: 189) harus memiliki
tiga kualifikasi, yaitu
Melekat sifat-sifat loyalitas, dedikasi, dan motivasi kerja dalam mengemban
tugastugasnya.
Dimilikinya kemampuan dan keahlian profesional.
Dilaksanakannya sikap-sikap mental yang berorientasi pada etos kerja yang
tertib, jujur, disiplin, produktif, dan bekerja tanpa pamrih.
1. Tujuan Penyusunan Personalia
Menurut Janet B. Parks (2007: 338) tujuan penyusunan personalia adalah:
a) Terwujudnya sinergitas pekerja sesuai dengan seluruh tugas dan
kewajibannya.
b) Terwujudnya mekanisme kerja yang kooperatif, efektif dan terpadu.
c) Memudahkan pekerja dengan keahlian pada bidang masingmasing
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
d) Mendorong pekerja untuk memberikan daya guna dan hasil guna yang
maksimal bagi organisasi.
2. Bentuk Penyusunan Personalia
Proses fungsi staffing dapat dilihat dalam suatu rangkaian langkah yang
berkesinambungan untuk selalu mengisi perusahaan dengan orang-orang yang tepat
dan waktu yang tepat. Menurut T. Hani Handoko (2000: 230) langkah-langkah dalam
proses staffing meliputi beberapa aspek yaitu :
a) Perencanaan sumber daya manusia
Pemenuhan kebutuhan organisasi untuk mengisi posisi tertentu, untuk itu
perlu adanya perencanaan yang terdiri atas;
Penentuan jabatan yang akan diisi, kemampuan yang dibutuhkan, serta
jumlah yang dibutuhkan
Pemahaman pasar tenaga kerja potensial
Pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan.
Apabila suatu perusahaan membutuhkan tenaga kerja baru, maka perusahaan
akan mencari orang yang cakap dan terampil untuk mengisi tugas yang
kosong tersebut serta mempunyai motivasi untuk melaksanakan
misi dan tujuan perusahaan tersebut. Perusahaan bisa memperoleh tenaga
kerja tersebut melalui 2 sumber yaitu sumber dari dalam perusahaan (intern)
dan sumber dari luar perusahaan (ekstern), sumber dari dalam perusahaan
yaitu dengan menggunakan orang-orang yang bekerja dalam
perusahaan tersebut terutama dalam rangka promosi dan mutasi jabatan,
sedangkan sumber yang berasal dari luar perusahaan seperti dari sekolah-
sekolah, departemen tenaga kerja, iklan, teman pegawai perusahaan, dan lain-
lain.
Staffing dalam manajemen keperawatan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan
kepegawaian diantaranya adalah: rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf,
menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Perkiraan
kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan.
Penjadwalan
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang
untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja.
Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja.
Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan
untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya
dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya
diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan
pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.
3. Directing (pengarahan)
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,
cara bekomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu: kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu
yg kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan
untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu
siklus motivasi. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang menggerakkan
seseorang agar bertindak dengan cara tertentu. Jumlah dan kualitas pekerjaan
yang dicapai oleh seseorang adalah cerminan dari motivasi yang dimilikinya.
Motivasi merupakan hal yang kompleks serta melibatkan
pengaruh dari factor-faktor ekstrinsik seperti uang, tunjangan, dan kondisi
kerja. Menurut Herzberg, motivasi ekstrinsik termasuk gaji, keselamatan
kerja, kondisi pekerjaan, status, prosedur perusahaan, kualitas dari supervise
dan hubungan interpersonal dengan rekan kerja didalam organisasi tersebut.
Motivasi juga didasarkan pada factor intrinsik seperti pengakuan, harga
diri, dan aktualisasi diri. Menurut Herzberg, motivasi intrinsic contohnya
adala pencapaian, pertanggungjawaban, kemajuan, pekerjaannya sendiri dan
kemauan untuk berkembang. Dukungan positif dari manajer perawat penting
untuk menciptakan motivasi dalam dunia kerja. Salah satu metode efektif
untuk menunjukkan dukungan dari manajer adalah teknik berjalan-jalan di
unit dengan tujuan agar manajer mempunya peluang untuk berinteraksi secara
positif dengan staf. Hal ini dapat membangun hubungan positif tidak hanya
dengan staf tetapi juga pasien, keluarga, dan tim interprofesional. Penguatan
positif dapat diberikan dalam bentuk ucapan terima kasih yang tulus setelah
staf mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Dukungan positif mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni spesifik antara
pujian yang diberikan dengan tugas yang dilakukan dengan baik. Sebuah
dukungan harus jelas disampaikan, dilengkapi dengan alasan mengapa tujuan
tersebut diberikan. Dukungan positif mempunyai ciri yakni dilakukan dalam
jangka waktu yang dekat setelah adanya pencapaian, sehingga si penerima
dukungan masih mengingat kegiatan yang dilakukannya dan meningkatkan
rasa konsisten untuk melakukannya kembali di kemudian hari. Dukungan
positif sebaiknya dilakukan secara spontan dan tidak terduga, karena pujian
yang diberikan secara rutin atau terlalu sering, cenderung akan kehilangan
nilainya. Dukungan yang positif sebaiknya diberikan untuk prestasi asli, yakni
yang betul-betul dilakukan oleh penerima afirmasi (Peters dan Waterman,
1982).
Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah sebuah proses yang dinamis. Komunikasi
melibatkan pasien, keluarga, dan profesional perawatan kesehatan lainnya
dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Komunikasi verbal maupun
nonverbal harus sensitif, responsif, dapat dimengerti dan efektif. Komunikasi
yang efektif bersifat akurat dan tepat waktu sehingga akan meningkatkan
kualitas perawatan. Selain itu, komunikasi yang efektif didapatkan dengan
proses mendengarkan secara aktif, menerima masukan dari orang lain, dan
menghargai pendapat semua anggota tim di dalam organisasi. Komunikasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik lingkungan, pemberi pesan, interpretasi
dari penerima pesan, dan metode komunikasi. Interpretasi penerimaan
informasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, peristiwa
pencetus, nilai yang terbentuk sebelumnya, persepsi pribadi, dan pengalaman.
Di dalam komunikasi, ada yang dinamakan dengan umpan balik. Umpan
balik merupakan tanggapan dari penerima pesan setelah mendapatkan sebuah
informasi. Umpan balik merupakan sebuah proses yang dinamis. Penerima
menafsirkan dan menanggapi pesan yang disampaikan oleh pengirim, dan
pengirim berperan sebagai penerima pesan. Umpan balik bisa berupa
tanggapan verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal merupakan bentuk
komunikasi interpersonal yang paling umum dan melibatkan proses berbicara
dan mendengarkan. Petunjuk penting untuk komunikasi verbal adalah nada
serta kata-kata yang diucapkan, serta sikap umum yang digunakan saat
berbicara. Kunci dari sebuah pernyataan terkandung dalam penekanan yang
ditempatkan pada kata tertentu.
Komunikasi nonverbal melibatkan banyak faktor seperti ekspresi wajah,
kontak mata, postur, dan gerakan tubuh. Salah satu bentuk komunikasi yang
sering dipakai dalam menyampaikan informasi adalah komunikasi SBAR.
SBAR terdiri dari situation, background, assessment, dan recommendation.
Komunikasi SBAR dilakukan antar professional pemberi asuhan, antar
perawat, atau komunikasi antar perawat dengan kliennya. Komunikasi SBAR
menuntut setiap informasi yang hendak diberikan disampaikan dengan runut
dan lengkap.
Ada hubungan penting antara komunikasi yang efektif dan keselamatan
pasien. Semua aspek perawatan pasien bergantung pada bagaimana tiap
petugas kesehatan, pasien, dan keluarga menginterpretasikan informasi yang
tersedia (Schuster & Nykolyn, 2010). Interprofesional dan intraprofessional
(terdiri dari semua perawat) membuat keputusan perawatan kesehatan
berdasarkan informasi yang dikomunikasikan di antara semua anggota tim
kesehatan dengan masukan dari pasien dan keluarganya. Miskomunikasi dan
kesenjangan dalam komunikasi dapat membahayakan keselamatan pasien.
Kesalahan komunikasi merupakan penyebab utama kesalahan medis. Perawat
perlu menciptakan suasana di mana pasien dan keluarga mereka merasa
dihargai sebagai bagian penting dari tim perawatan kesehatan, sehingga
informasi mengenai pasien dapat diberikan dan tersampaikan dengan baik.
Supervisi
Supervisi adalah pemberian bimbingan atau arahan, pengawasan, evaluasi,
dan tindak lanjut (ANA dan NCSBN, 2006). Perawat yang melakukan
pengawasan terhadap keterampilan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dan memastikan kepatuhan terhadap standar praktik dan
kebijakan serta prosedur. Supervisi adalah salah satu bentuk dari fungsi
pengarahan yang sering dilakukan oleh pihak manajerial, untuk mengetahui
kompetensi, keterampilan, kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh
bawahannya selama menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa supervisi merupakan
sebuah kegiatan terencana yang dijalankan oleh manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi staf dalam melakukan pekerjaannya, dan memastikan
bahwa staf melakukan asuhan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
penyedia layanan. Di dalam supervise, manajer melakukan bimbingan,
pendampingan, dukungan, serta bantuan bilamana perawat mengalami
masalah dalam menjalankan keterampilannya. Dengan kata lain, supervise
jauh dari kata “memojokkan” atau “menyalahkan” staf, melainkan
mendampingi, menghargai, serta memberikan motivasi agar staf dapat
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya terhadap sebuah
pekerjaan. Pakhirnya, baik manajer maupun staf dapat mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan bersama.
Supervisi dilakukan secara terjadwal dan terencana. Terdapat tiga jenis
supervise, yakni supervise prospektif, konkuren, dan retrospektif. Supervisi
prospektif dilakukan dengan cara membentuk sumber daya keperawatan
sesuai standar yang telah ditetapkan. Supervisi ini diawali dengan
merumuskan serta membuat acuan, pedoman, dan kebijakan menurut standar
yang sudah diketahui bersama. Kebijakan ini pada akhirnya akan digunakan
oleh perawat pelaksana sebagai landasan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dengan tepat (Hariyati, 2014).
4. Controlling (pengendalian)
Meliputi pelaksanaan penilaian kerja staf, pertanggung jawaban keuangan,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian
profesionalisme asuhan keperawatan.
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang
telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan
Tujuan dan manfaat pengendalian
1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf
dalam kurun waktu tertentu,
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien
4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
a) Jenis kegiatan pengendalian di ruang rawat
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan
penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja
diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil
untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan
Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya
lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager
keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004)
adalah:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur
2) Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3) Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
b) Tugas KARU dalam fungsi pengendalian
1) Mengevaluasi indikator mutu
2) Melakukan audit dokumentasi
3) Melakukan survey kepuasan pasien,
4) Melakukan survey masalah kesehatan/ keperawatan.
5) Tugas perawat pelaksana dalam fungsi pengendalian
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai
advocath, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.
Prosedur Overan :
No. Prosedur Overan
2. Pelaksanaan :
6) Menjelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut
asuhan (mandiri atau kolaborasi).
Terminasi (Penutup)
2) Mengucap salam
b. Pre conference
Pre conference merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. Pada kegiatan ini sangat
efektif untuk membahas rencana kegiatan yang diperlukan umpan balik atau
tanggapan yang bersifat khusus, Maksudnya tanggapan tersebut kurang etis bila
disampaikan di depan pasien saat dilaksanakan timbang terima. Pada saat
kegiatan pre conference seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan
pendapatnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara singkat sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelayanan keperawatan Kegiatan ini dibawah tanggung
jawab kepala ruangan atau ketua tim yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan :
Diagnosis medis
3. Terminasi (Penutup)
3) Mengucap salam.
c. Post conference
Pada tahap ini, kegiatan berfokus pada pembahasan dari tindakan yang
telah dilaksanakan serta rencana program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini
dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif berikutnya. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.
Prosedur Post Conference :
2. Pelaksanaan
Diagnosis medis
3. Terminasi (Penutup)
3) Mengucap salam
RONDE KEPERAWATAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu atau kasus langka
yang dilakukan oleh perawat primer atau katim, konselor (perawat atau
profesi lain), kepala ruang, perawat pelaksana yang melibatkan seluruh
anggota tim.
TUJUAN 1. Menumbuhkan cara berfikir kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
3. Meningkatkan validitas data pasien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan memodifikasi peran
7. Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi
PERSIAPAN 1) Menentukan jadwal ronde keperawatan
2) Memilih pasien yang akan dipakai ronde
3) Membuat kontrak atau inform consent dengan pasien
4) Mencari sumber atau literature
5) Menyiapkan data mengenai kondisi pasien yang akan dilakukan
ronde keperawatan
6) Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai dengan jumlah peserta
ronde
7) Menyiapkan alat yang diperlukan
8) Mengatur lingkungan fisik untuk ronde keperawatan sehingga
mudah dilihat dan di dengar oleh peserta.
PELAKSANAA 1) Membuka kegiatan ronde keperawatan dengan mengucapkan
N salam
2) Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
3) Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan dari hasil ronde
4) Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer atau katim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
5) Ketua tim mengajak peserta menuju ruangan pasien
6) Melakukan validasi tentang data pasien kepada pasien
7) Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi pada
peserta yang lain, keluarga atau pasien
8) Ketua tim mengajak peserta ronde keperawatan kembali ke nurse
station
9) Diskusi dengan seluruh peserta ronde tentang alternatif intervensi
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
10) Konselor memberikan justifikasi atau pembenaran atau klasifikasi
atau koreksi atas alternatif intervensi yang telah diusulkan oleh
peserta ronde.
EVALUASI 1) Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan (tidak didepan pasien)
2) Membuat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde
keperawatan
3) Menutup kegiatan ronde keperawatan
A. KESIMPULAN
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonalian, pengarahan dan pengendalian. Semua fungsi dari manajemen di
dalam layanan keperawatan adalah penting dan semuanya saling berhubungan
sebagai suatu siklus yang sekuen dimulai dengan perencanaan dan diakhiri
dengan evaluasi dan seterusnya. Perencanaan adalah esensial dalam manajemen
keperawatan dan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen. Manajer
keperawatan bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, namun biasanya
perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus dikerjakan semua
perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer, dan kepala
ruang dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arwani & Heru Suprayitno. 2016. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC
4. Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2016. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperawatandala
mManajemenKonflik.pdf
Universitas IndonesiaJakarta
11. Swansberg, RC & Swansberg RJ (1999) Introductory manajemen and leadership for
12. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2015). Leadership roles and management functions
in nursing: Theory and application (8th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
13. Ns, Erita, S.Kep.,M.KEP (2021). Modul Bahan Ajar Manajemen Keperawatan. :
14. Ns. Junita Maratur Silitonga, S.Kep., M.Kep, dkk (2022). Buku Ajar Manajemen
Keperawatan.