Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGAN MELATI RSUD RUTENG

OLEH :

NAMA : MELANIA ARLIANA MEO

NPM : 23203037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023/2024
LEMBARAN PERSETUJUAN

Laporan Praktik Stase Manajemen Keperawatan Di Ruangan Melati ini telah


disetujui pada

Tanggal………………………………………………

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ns. Lusia Henny Mariati.,M.KEP


LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH

MELANIA ARLIANA MEO

23203037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dalam
manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang
diharapkan. Input manajemen terdiri dari manusia, material/ alat, metode dan lingkungan
yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output
pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan dan staf yang kompoten dan ahli.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing. Actuating, controlling terhadap staf sarana, dan prasarana dalam
mencapai organisasi (Grant dan Massye. 1999 dalam Nursalam, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling mendukung. Adanya manajemen keperawatan dapat membantu
Adanya tuntutan kualitas terhadap pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai satu phenomena yang harus direspon oleh perawat. Pelayanan
keperawatan secara profesional perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia
keperawatan. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam
pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan
adanya factor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Pelayananan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan desentralisasi, dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawatan, diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
di dalamnya. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Praktek
keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan system pengaturan serta
pengendaliannya melalui perundang-undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun
perawat itu bekerja (Nursalam 2015).
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Manajemen Keperawatan
2) Prinsip Manajemen Keperawatan
3) Unsur-unsur Manajemen Keperawatan
4) Fungsi-fungsi Manajemen di ruang rawat
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi pengorganisasian
c. Fungsi keanggotaan (staffing)
d. Fungsi pengarahan
e. Fungsi pengedalian
5) Konsep Ronde Keperawatan dan SOP Ronde
6) Tugas dan fungsi Karu, PP, dan Perawat Pelaksana
C. Tujuan
1) Mengetahui Manajemen Keperawatan
2) Mengetahui Prinsip Manajemen Keperawatan
3) Unsur-unsur Manajemen Keperawatan
4) Mengetahui Fungsi-fungsi Manajemen di ruang rawat
a. Fungsi perencanaan
b. Fungsi pengorganisasian
c. Fungsi keanggotaan (staffing)
d. Fungsi pengarahan
e. Fungsi pengedalian
5) Konsep Ronde Keperawatan dan SOP Ronde
6) Tugas dan fungsi Karu, PP, dan Perawat Pelaksana
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen didefenisikan secara umum sebagai
upaya- upaya yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan melalui orang lain. Dalam
manajemen pertama-tama perlu diketahui dengan jelas apa tujuan yang akan dicapai.
Selanjutnya bagaimana upaya yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dengan
melibatkan sekelompok orang dalam suatu organisasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan terdiri dari
atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil
(Nursalam, 2013).
Menurut Gillies (2000) manajemen keperawatan merupakan proses kerja setiap
perawat untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan
yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang
efektif dan ekonomi pada pasien. Huber (2000) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan
obyektifitas asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah kelompok dari keperawatan menejer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan
menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka (Swanburg, 2000).
Menurut Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefinisikan sebagai proses dari perencaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis
dan Huston, 2010).

B. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Menurut Julianto, M., & Soelarto, R. S. U. P. (2016) Prinsip-prinsip yang mendasari
manajemen keperawatan adalah :
a) Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusunperencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat
manajerial.
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir,
yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
e) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan
persamaan pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
i) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi
ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Prinsip manajemen keperawatan seorang manajer keperawatan


melaksanakan manajemen keperawatan untuk memberikan perawatan kepada
pasien. Prinsip-prinsip manajemen keperawatan adalah memenuhi kebutuhan
asuhan keperawatan yang efektif, memanfaatkan waktu yang efektif, melibatkan
staf dalam pembuatan keputusan, mengorganisir struktur organisasi, memberikan
motivasi, mengembangkan staf, menerapkan komunikasi efektif yang baik
terhadap sejawat perawat atau tenaga kesehatan lainnya dan melakukan langsung
kegiatan pengarahan serta pengendalian (Kurniadi, 2013).

C. Unsur-Unsur Manajemen Keperawatan


Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat dikenal sekali yaitu (6M) adalah man, money,
materials, machines, methods dan market. Berikut unsur-unsur manajemen menurut para
ahli:
1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah unsur manajemen yang pertama, manusia atau setiap
individu memegang peran penting pada suatu manajemen di setiap bidangnya,
baik itu industri maupun ekonomi. Segala sesuatu yang terkait pada perencanaan
dan pelaksanaan produksi sangat bergantung sekali pada manusia atau setiap
individunya. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia maka tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
2. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan
alat tukar dan alat pengukuran nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
3. Materials (Bahan)
Bahan atau material menjadi sebuah unsur manajemen yang selanjutnya.
Pengontrolan bahan atau materials yang ada sangat dibutuhkan pada proses
manajemen. Individu usaha harus dapat memanfaatkan bahan-bahan material
yang ada untuk sebaik mungkin memakainya. Material terdiri dari bahan setengah
jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
4. Mesin (machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan, seperti
dapat dilihat yaitu alat dan mesin. Mesin diharapkan dapat meningkatkan kinerja
dan produktivitas yang lebih dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja.
5. Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja
yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penepatan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan
berbagai pertimbangan-pertimbangan dari sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia
dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusia itu sendiri.
6. Pasar (Market)
Pasar atau market tidak bisa dilupakan dan memiliki keterkaitan pada manajemen
perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti
perkembangan sebagai unsur manajemen.

D. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan


Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Seluruh
aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-
fungsi utama yang bergerak secara simultan. Fungsi manajemen keperawatan adalah
sebagai berikut :

1. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang mencakup
penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara keseluruhan
memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan efektifitas tindakan
dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gillies, 1994). Perencanaan
merupakan pemikiran/ konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan
merupakan fungsi yang penting didalam mengurangi risiko dalam pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan menganalisis dan
mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang
dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang
ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen
mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktivitas dan struktur
yang dibutuhkan dalam organisasinya(Agus, 2010).
Tujuan perencanaan adalah untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai
sasaran dan tujuan, agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif, efektif
dalam hal biaya, membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang, dapat digunakan untuk menemukan
kebutuhan untuk berubah.
Perencanaan (planning), planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan,
bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai, perencanaan sangat
penting untuk melakukan tindakan. Didalam proses keperawatan perencanaan
membantu perawat dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan
sesuai dengan konsep dasar keperawatan(Swanburg R., 2000 dalam Kholid, 2013).
Tahapan dalam perencanaan:
a) Menetapkan tujuan
b) Merumuskan keadaan sekarang
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan
e) Jenis perencanaan :
1) Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin
dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan untuk
mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan
yang sudah tidak sesuai lagi dengankeadaan masa kini.
2) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa perawat
yang bertanggung jawab untuk seiap aktivitas dan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur
untuk mengevaluasiperawatan pasien
Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
5) Memudahkan koordinasi
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
7) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana.
Keuntungan perencanaan
1) Meningkatkan peluang sukses
2) Membutuhkan pemikiran analitis
3) Mengarahkan orang ketindakan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota
Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan
padakonstribusi nyata
2) Cenderung menunda kegiatan
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasionalindividual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah
itu terjadi
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh/ atau dengan rencana yang tidak
konsisten
2. Organizing (penggorganisasian)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien (Gillies, 2013). Pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya manusia
dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain (Huber, 2012). Pada
pengorganisasian hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan,
dan tugas diberikan (Marquis dan Huston, 2012). Pengorganisasian adalah suatu cara
dengan mengatur atau menentukan tugas, pekerja yang akan dijalankan tugasnya,
pengelompokan tugas yang harus dikerjakan, alur kewenangan, serta kewenangan
dalam pengambilan keputusan (Robbins dan Judge, 2013). Fungsi ini mencakup
penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa
tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Mugianti, 2016).
Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan, mengelompokkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugastugas dan wewenang-wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek
personil,finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang
biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini:
a) Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
b) Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan srhari hari
c) Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara
sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat.
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan
dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi
merupakanpenyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja
mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya
langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat
struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
Keuntungan
1) Mendefinisikan pada otoritas dan tanggung jawab yang jelas.
2) Hubungan bersifat efisien dan sederhana.
Kelemahan
1) Bersifat monoton
2) Mengasingkan staf atau pekerjanya
3) Membuat suatu penyesuaian secara cepat untuk mengubah
kondisi yang sulit
4) Ketaatan staf dalam melakukan komunikasi di mana para staf memiliki
batasan untuk berkomunikasi kepada atasan mereka.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
menjadi tidak opimal. Jenis model asuhan keperawatan, antara lain :
1) Model fungsional
SKEMA MODEL FUNGSIONAL

Kepala ruangan

Perawat Perawat
Perawat
perawatan luka menyuntik Perawat visite
pengobatan

pasien

2) Model tim

SKEMA MODEL TIM

Kepala ruangan

Ketua tim
Ketua tim

Anggota tim Anggota tim

Pasien Pasien
3) Model primer

SKEMA MODEL PRIMER

Dokter Kepala ruangan penunjang

Perawat primer
pasien

Tugas sift sore Tugas sift malam Tugas sift pagi

4) Manajemen kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat
atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawat, yaitu :
 Sesuai dengan visi dan misi institusi
 Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
 Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
 Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
 Kepuasan kinerja perawat
 Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

3. Stafing (Personalia)
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai
dengan usaha agar setiap tenaga kerja memberikan daya guna yang maksimal bagi
organisasi. Di dalam menyusun sebuah organisasi, perlu sekali pembagian tugas yang
sebaik-baiknya dan memberi wewenangwewenang yang tepat, namun demikian yang
lebih penting lagi ialah menempatkan orang secara tepat pada tempat-tempat sesuai
struktur organisasi yang telah ditetapkan. Perlu disadari bahwa manusia adalah unsur
terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi.
Susanto (1997 :13) mengatakan bahwa aset organisasi yang paling penting
dan harus diperhatikan oleh manajemen adalah manusia (sumber daya manusia atau
human resources). Hal ini bermuara pada kenyataan bahwa manusia merupakan
elemen yang selalu ada dalam setiap organisasi. Manusia membuat tujuantujuan,
inovasi, dan mencapai tujuan organisasi. Manusia merupakan satu-satunya sumber
daya yang dapat membuat sumber daya lainnya bekerja dan berdampak langsung
terhadap kesejahteraan organisasi.
Menurut Terry (1961: 112) menyebutkan bahwa staffing merupakan
kegiatan merekrut, memilih, mempromosikan, memindahkan dan pengunduran diri
dari para staf organisasi. Dan sumber daya manusia Indonesia (termasuk aparatur
pemerintahan) yang dibutuhkan menurut Tangkilisan (2005: 189) harus memiliki
tiga kualifikasi, yaitu
 Melekat sifat-sifat loyalitas, dedikasi, dan motivasi kerja dalam mengemban
tugastugasnya.
 Dimilikinya kemampuan dan keahlian profesional.
 Dilaksanakannya sikap-sikap mental yang berorientasi pada etos kerja yang
tertib, jujur, disiplin, produktif, dan bekerja tanpa pamrih.
1. Tujuan Penyusunan Personalia
Menurut Janet B. Parks (2007: 338) tujuan penyusunan personalia adalah:
a) Terwujudnya sinergitas pekerja sesuai dengan seluruh tugas dan
kewajibannya.
b) Terwujudnya mekanisme kerja yang kooperatif, efektif dan terpadu.
c) Memudahkan pekerja dengan keahlian pada bidang masingmasing
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
d) Mendorong pekerja untuk memberikan daya guna dan hasil guna yang
maksimal bagi organisasi.
2. Bentuk Penyusunan Personalia
Proses fungsi staffing dapat dilihat dalam suatu rangkaian langkah yang
berkesinambungan untuk selalu mengisi perusahaan dengan orang-orang yang tepat
dan waktu yang tepat. Menurut T. Hani Handoko (2000: 230) langkah-langkah dalam
proses staffing meliputi beberapa aspek yaitu :
a) Perencanaan sumber daya manusia
Pemenuhan kebutuhan organisasi untuk mengisi posisi tertentu, untuk itu
perlu adanya perencanaan yang terdiri atas;
 Penentuan jabatan yang akan diisi, kemampuan yang dibutuhkan, serta
jumlah yang dibutuhkan
 Pemahaman pasar tenaga kerja potensial
 Pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan.
Apabila suatu perusahaan membutuhkan tenaga kerja baru, maka perusahaan
akan mencari orang yang cakap dan terampil untuk mengisi tugas yang
kosong tersebut serta mempunyai motivasi untuk melaksanakan
misi dan tujuan perusahaan tersebut. Perusahaan bisa memperoleh tenaga
kerja tersebut melalui 2 sumber yaitu sumber dari dalam perusahaan (intern)
dan sumber dari luar perusahaan (ekstern), sumber dari dalam perusahaan
yaitu dengan menggunakan orang-orang yang bekerja dalam
perusahaan tersebut terutama dalam rangka promosi dan mutasi jabatan,
sedangkan sumber yang berasal dari luar perusahaan seperti dari sekolah-
sekolah, departemen tenaga kerja, iklan, teman pegawai perusahaan, dan lain-
lain.
Staffing dalam manajemen keperawatan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan
kepegawaian diantaranya adalah: rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf,
menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
 Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Perkiraan
kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio
perawat dan metode penugasan.
 Penjadwalan
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang
untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
 Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja.
Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja.
 Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
 Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
 Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan
untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya
dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya
diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
 Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan
pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.

3. Directing (pengarahan)
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,
cara bekomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
 Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu: kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu
yg kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan
untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu
siklus motivasi. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang menggerakkan
seseorang agar bertindak dengan cara tertentu. Jumlah dan kualitas pekerjaan
yang dicapai oleh seseorang adalah cerminan dari motivasi yang dimilikinya.
Motivasi merupakan hal yang kompleks serta melibatkan
pengaruh dari factor-faktor ekstrinsik seperti uang, tunjangan, dan kondisi
kerja. Menurut Herzberg, motivasi ekstrinsik termasuk gaji, keselamatan
kerja, kondisi pekerjaan, status, prosedur perusahaan, kualitas dari supervise
dan hubungan interpersonal dengan rekan kerja didalam organisasi tersebut.
Motivasi juga didasarkan pada factor intrinsik seperti pengakuan, harga
diri, dan aktualisasi diri. Menurut Herzberg, motivasi intrinsic contohnya
adala pencapaian, pertanggungjawaban, kemajuan, pekerjaannya sendiri dan
kemauan untuk berkembang. Dukungan positif dari manajer perawat penting
untuk menciptakan motivasi dalam dunia kerja. Salah satu metode efektif
untuk menunjukkan dukungan dari manajer adalah teknik berjalan-jalan di
unit dengan tujuan agar manajer mempunya peluang untuk berinteraksi secara
positif dengan staf. Hal ini dapat membangun hubungan positif tidak hanya
dengan staf tetapi juga pasien, keluarga, dan tim interprofesional. Penguatan
positif dapat diberikan dalam bentuk ucapan terima kasih yang tulus setelah
staf mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Dukungan positif mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni spesifik antara
pujian yang diberikan dengan tugas yang dilakukan dengan baik. Sebuah
dukungan harus jelas disampaikan, dilengkapi dengan alasan mengapa tujuan
tersebut diberikan. Dukungan positif mempunyai ciri yakni dilakukan dalam
jangka waktu yang dekat setelah adanya pencapaian, sehingga si penerima
dukungan masih mengingat kegiatan yang dilakukannya dan meningkatkan
rasa konsisten untuk melakukannya kembali di kemudian hari. Dukungan
positif sebaiknya dilakukan secara spontan dan tidak terduga, karena pujian
yang diberikan secara rutin atau terlalu sering, cenderung akan kehilangan
nilainya. Dukungan yang positif sebaiknya diberikan untuk prestasi asli, yakni
yang betul-betul dilakukan oleh penerima afirmasi (Peters dan Waterman,
1982).
 Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah sebuah proses yang dinamis. Komunikasi
melibatkan pasien, keluarga, dan profesional perawatan kesehatan lainnya
dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Komunikasi verbal maupun
nonverbal harus sensitif, responsif, dapat dimengerti dan efektif. Komunikasi
yang efektif bersifat akurat dan tepat waktu sehingga akan meningkatkan
kualitas perawatan. Selain itu, komunikasi yang efektif didapatkan dengan
proses mendengarkan secara aktif, menerima masukan dari orang lain, dan
menghargai pendapat semua anggota tim di dalam organisasi. Komunikasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik lingkungan, pemberi pesan, interpretasi
dari penerima pesan, dan metode komunikasi. Interpretasi penerimaan
informasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, peristiwa
pencetus, nilai yang terbentuk sebelumnya, persepsi pribadi, dan pengalaman.
Di dalam komunikasi, ada yang dinamakan dengan umpan balik. Umpan
balik merupakan tanggapan dari penerima pesan setelah mendapatkan sebuah
informasi. Umpan balik merupakan sebuah proses yang dinamis. Penerima
menafsirkan dan menanggapi pesan yang disampaikan oleh pengirim, dan
pengirim berperan sebagai penerima pesan. Umpan balik bisa berupa
tanggapan verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal merupakan bentuk
komunikasi interpersonal yang paling umum dan melibatkan proses berbicara
dan mendengarkan. Petunjuk penting untuk komunikasi verbal adalah nada
serta kata-kata yang diucapkan, serta sikap umum yang digunakan saat
berbicara. Kunci dari sebuah pernyataan terkandung dalam penekanan yang
ditempatkan pada kata tertentu.
Komunikasi nonverbal melibatkan banyak faktor seperti ekspresi wajah,
kontak mata, postur, dan gerakan tubuh. Salah satu bentuk komunikasi yang
sering dipakai dalam menyampaikan informasi adalah komunikasi SBAR.
SBAR terdiri dari situation, background, assessment, dan recommendation.
Komunikasi SBAR dilakukan antar professional pemberi asuhan, antar
perawat, atau komunikasi antar perawat dengan kliennya. Komunikasi SBAR
menuntut setiap informasi yang hendak diberikan disampaikan dengan runut
dan lengkap.
Ada hubungan penting antara komunikasi yang efektif dan keselamatan
pasien. Semua aspek perawatan pasien bergantung pada bagaimana tiap
petugas kesehatan, pasien, dan keluarga menginterpretasikan informasi yang
tersedia (Schuster & Nykolyn, 2010). Interprofesional dan intraprofessional
(terdiri dari semua perawat) membuat keputusan perawatan kesehatan
berdasarkan informasi yang dikomunikasikan di antara semua anggota tim
kesehatan dengan masukan dari pasien dan keluarganya. Miskomunikasi dan
kesenjangan dalam komunikasi dapat membahayakan keselamatan pasien.
Kesalahan komunikasi merupakan penyebab utama kesalahan medis. Perawat
perlu menciptakan suasana di mana pasien dan keluarga mereka merasa
dihargai sebagai bagian penting dari tim perawatan kesehatan, sehingga
informasi mengenai pasien dapat diberikan dan tersampaikan dengan baik.
 Supervisi
Supervisi adalah pemberian bimbingan atau arahan, pengawasan, evaluasi,
dan tindak lanjut (ANA dan NCSBN, 2006). Perawat yang melakukan
pengawasan terhadap keterampilan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dan memastikan kepatuhan terhadap standar praktik dan
kebijakan serta prosedur. Supervisi adalah salah satu bentuk dari fungsi
pengarahan yang sering dilakukan oleh pihak manajerial, untuk mengetahui
kompetensi, keterampilan, kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh
bawahannya selama menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa supervisi merupakan
sebuah kegiatan terencana yang dijalankan oleh manajer untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi staf dalam melakukan pekerjaannya, dan memastikan
bahwa staf melakukan asuhan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
penyedia layanan. Di dalam supervise, manajer melakukan bimbingan,
pendampingan, dukungan, serta bantuan bilamana perawat mengalami
masalah dalam menjalankan keterampilannya. Dengan kata lain, supervise
jauh dari kata “memojokkan” atau “menyalahkan” staf, melainkan
mendampingi, menghargai, serta memberikan motivasi agar staf dapat
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya terhadap sebuah
pekerjaan. Pakhirnya, baik manajer maupun staf dapat mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan bersama.
Supervisi dilakukan secara terjadwal dan terencana. Terdapat tiga jenis
supervise, yakni supervise prospektif, konkuren, dan retrospektif. Supervisi
prospektif dilakukan dengan cara membentuk sumber daya keperawatan
sesuai standar yang telah ditetapkan. Supervisi ini diawali dengan
merumuskan serta membuat acuan, pedoman, dan kebijakan menurut standar
yang sudah diketahui bersama. Kebijakan ini pada akhirnya akan digunakan
oleh perawat pelaksana sebagai landasan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dengan tepat (Hariyati, 2014).

4. Controlling (pengendalian)
Meliputi pelaksanaan penilaian kerja staf, pertanggung jawaban keuangan,
pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian
profesionalisme asuhan keperawatan.
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang
telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan
Tujuan dan manfaat pengendalian
1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf
dalam kurun waktu tertentu,
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien
4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
a) Jenis kegiatan pengendalian di ruang rawat
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen
keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan
penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja
diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil
untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan
Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya
lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Muninjaya, 2004). Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager
keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004)
adalah:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur
2) Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3) Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
b) Tugas KARU dalam fungsi pengendalian
1) Mengevaluasi indikator mutu
2) Melakukan audit dokumentasi
3) Melakukan survey kepuasan pasien,
4) Melakukan survey masalah kesehatan/ keperawatan.
5) Tugas perawat pelaksana dalam fungsi pengendalian
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan perannya sebagai
advocath, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.

E. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai
dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas
beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya
dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf,
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan
standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

F. Model Praktik Keperawatan Profesional (Mpkp)


Manajemen atau pengelolaan bangsal dapat dilakukan melalui berbagai upaya
mulai dari pengelolaan tenaga, pengaturan tata ruang, pengaturan logistik pengaturan
dokumentasi, pengolaan administrasi, penerapan model asuhan keperawatan profesional
atau yang biasa dikenal dengan metode penugasan serta upaya lain yang mendukung.
Terdapat beberapa pola atau model yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu model asuhan keperawatan fungsional, model asuhan keperawatan
tim, model asuhan keperawatan alokasi klien dan model asuhan keperawatan primer,
model asuhan keperawatan modular dan sebagainya. Setiap pola atau model asuhan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki kelebihan dan
kelemahan.Dengan penerapan model asuhan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
bangsal diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
a. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat
profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih
minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti
menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya.
Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat
yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini,
khususnya di Indonesia.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C bertugas untuk merawat
luka dan sebagainya.
b. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
dan sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua
Tim bertanggungjawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.
Selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
c. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu
tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien
d. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak
tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah
sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat
primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawatan primer ini akan
menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.
Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah
tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan
rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan. Pada Model Asuhan
Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena perawat primer
harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai
pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan
evaluasi. Dalam kegiatan implementasiperawat primer dibantu oleh perawat
assosiete. Jadi peran perawat associate adalah membantu saat pelaksanaan
tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam
e. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan asuhan keperawatan primary
dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesionaldan non profesional (perawat terampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung
jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3
perawat untuk 8 - 12 klien.
2. Tahapan Kegiatan Perawat di Ruang Model Praktik Keperawatan Profesional
a. Timbang Terima atau Operan Pasien
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin sebagai
bentuk serah terima pasien kelolaan antara satu shif dengan shif lainnya sebelum
dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya. Timbang terima dilakukan untuk
mengetahuikondisi pasien dengan cermat sesuai kondisi pasien terkini. Dalam
operan akan disampaikan beberapa informasi penting tentang tindakan yang akan
dan telah dilakukan, serta dapat memberikan suatu kejelasan yang lebih luas yang
tak dapat diuraikan secara tertulis dalam kegiatan penulisan laporan. Kegiatan
operan sebaiknya dilakukan setelah perawat membaca laporan shift jaga
sebelumnya atau resume laporan, sehingga saat kegiatan operan dilakukan
perawat telah mempunyai gambaran tentang kondisi pasien yang dioperkan.
Kegiatan operan pasien sebaiknya dilakukan oleh perawat yang bertanggung
jawab langsung dalam memberikan asuhan keperawatan kepada perawat yang
akan bertanggung jawab memberikan asuhan pada shift selanjutnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kealpaan atau kekeliruan dalam kegiatan
layanan yang akan diberikan pada pasien.
Dalam metode penugasan tim, operan dapat juga dilakukan oleh ketua tim
kepada ketua tim yang dinas berikutnya. Kegiatan operan sebaiknya diikuti kepala
ruangan, ketua tim dan seluruh perawat yang bertugas saat itu dan yang akan
bertugas. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang jelas (riil)
tentang situasi dan kondisi pasien dan memudahkan menerima limpahan tugas,
serta sebagai bahan masukan saat melaksanakan pre konrefense. Selain kegiatan
timbang terima pasien, umumnya juga diikuti dengan timbang terima barang/alat
obat-obatan, uang dan sebagainya. Pada saat kegiatan ini yang perlu disampaikan
adalah jumlah dan kondisi barang atau alat pada saat operan dilaksanakan. Agar
kegiatan timbang terima dapat dipertanggung jawabkan, selain informasi secara
langsung juga diikuti dengan bukti secara tertulis yang ditanda tangani oleh kedua
belah pihak.

Prosedur Overan :
No. Prosedur Overan

1. Pra Interaksi (Persiapan)

1) Menyiapkan Buku laporan shif sebelumnya

2) Membaca laporan shif sebelumnya

3) Shif yang akan mengoperkan, menyiapkan hal-hal yang akan


disampaikan

4) Shif yang akan menerima membawa buku catatan operan / catatan


harian

5) Kedua kelompok sudah siap

2. Pelaksanaan :

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat


pagi/assalamualaikum) dan menyampaikan akan segera dilakukan
operan.

2) Kegiatan dimulai dengan menyebut / mengidentifikasi secara satu


persatu :

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Jelaskan diagnosis medis

 Jelaskan diagnosis keperawatan sesuai data fokus

3) Menjelaskan kondisi / keadaan umum pasien.

4) Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum dilakukan.

5) Menjelaskan hasil tindakan : masalah teratasi, sebagian, belum atau


muncul masalah baru.

6) Menjelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut
asuhan (mandiri atau kolaborasi).

7) Memberikan kesempatan anggota shift yang menerima operan untuk


melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang
kurang jelas.

8) Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada buku


catatan harian.

9) Melakukan prosedur 1 – 8 untuk pasien berikutnya sampai seluruh


pasien dioperkan.

10) Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan


perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas berikutnya.

Terminasi (Penutup)

1) Berdoa bersama yang dipimpin oleh Kepala Ruang / Ketua Tim

2) Mengucap salam

3) Mengucapkan selamat istirahat bagi anggota tim / shift sebelumnya

b. Pre conference
Pre conference merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. Pada kegiatan ini sangat
efektif untuk membahas rencana kegiatan yang diperlukan umpan balik atau
tanggapan yang bersifat khusus, Maksudnya tanggapan tersebut kurang etis bila
disampaikan di depan pasien saat dilaksanakan timbang terima. Pada saat
kegiatan pre conference seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan
pendapatnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara singkat sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelayanan keperawatan Kegiatan ini dibawah tanggung
jawab kepala ruangan atau ketua tim yang telah ditentukan.

Prosedur Pre conference :

No. Prosedur pre conference

1. Pra Interaksi (Persiapan)

1) Buku catatan harian tim

2) Semua anggota tim sudah siap

2. Pelaksanaan :

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat pagi


/assalamualaikum).

2) Jelaskan tujuan konferensi awal.

3) Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana


kegiatan / asuhan keperawatan pada shif pagi.

4) Melakukan pembagian tugas kepada tim

5) Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim untuk


menjelaskan pasien kelolaan, membagi tugas kepada anggota tim.

6) Memberikan kesempatan kepada Tim untuk mempresentasikan


kasus ‘spesial’ / pasien yang menjadi prioritas (Ex : kasus sulit /
kompleks) meliputi:

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Diagnosis medis

 Diagnosis keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa.


7) Tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

8) Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.

9) Rencana tidak lanjut.

10) Masalah yang dihadapi.

11) Memberikan kesempatan kepada tim yang lain untuk


mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

12) Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim.

13) Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan.

14) Karu memberikan penekanan pada hal-hal yang perlu diperhatikan


(misal : proteksi diri, SOP) atau membacakan SOP-SOP untuk
pelaksanaan tindakan.

3. Terminasi (Penutup)

1) Tanyakan kesiapan semua anggota untuk melakukan kegiatan


pelayanan keperawatan.

2) Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan middle conference.

3) Mengucap salam.

4) Mengucapkan selamat bekerja

c. Post conference
Pada tahap ini, kegiatan berfokus pada pembahasan dari tindakan yang
telah dilaksanakan serta rencana program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini
dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif berikutnya. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.
Prosedur Post Conference :

No. Prosedur post conference

1. Pra Interaksi (Persiapan)

1) Buku catatan harian tim.

2) Semua anggota tim sudah siap

2. Pelaksanaan

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat pagi /


assalamualaikum).

2) Jelaskan tujuan konferensi akhir.

3) Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim (mewakili


anggota) untuk melaporkan perkembangan pasien kelolaan
(kondisi dan tingkat ketergantungan) atau masing-masing
anggota untuk melaporkan perkembangan masing-masing
pasien kelolaan (sampai semua pasien dilaporkan) meliputi :

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Diagnosis medis

 Diagnosis keperawatan dan data fokus yang menunjang


diagnosa.

 Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.

 Rencana tidak lanjut.

 Masalah yang dihadapi.

4) Berikan kesempatan kepada tim yang lain untuk menanggapi /


memberikan masukan.
5) Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim.

6) Karu / katim memberikan kesimpulan

3. Terminasi (Penutup)

1) Jelaskan kegiatan selanjutnya adalah operan dengan shift


berikutnya.

2) Mengucapkan selamat dan terimakasih atas kerjasama dalam


melaksanakan pelayananan keperawatan.

3) Mengucap salam

G. Konsep Ronde Keperawatan Dan SOP Ronde


Ronde Keperawatan adalah suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang
berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan
kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Dengan melaksanakan
ronde keperawatan memungkikan perawat untuk melakukan timbal balik dengan
pasien dan keluarga secara teratur dan sistematis dengan menunjukan keberadaan
perawat dalam mengatasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan
bagi pasien.
Ronde keperawatan menurut (Marlindawani & Siahaan, 2020) adalah pertemuan
antara perawat dan tenaga kesehatan lain nya untuk menjelaskan kondisi pasien
perawat menjelaskan apa yang telah dilakukan, mengapa dilakukan tindakan dan
kasus ke dalam kerangka kerja berfikir perawat dan sistematis menegakkan
kemampuan perawat untuk memecahkan masalah.
Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi masalah keperawatan
pasien yang di laksanakan oleh perawat, dan pasien dilibatkan untuk membahas,
melaksanakan asuhan keperawatan dan melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Ronde keperawatan adalah metode asuhan keperawatan professional yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan mengatasi masalah pasien,
agar pasien merasa nyaman, dan psikologis pasien puas dengan kualitas pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh perawat (Syukur Sabirin, 2023)
1) Tujuan Ronde Keperawatan
Menurut (Andung et al., 2017) ronde keperawatan mampu meningkatkan
kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu strategi
yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan
pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu
implementasi dari Relationship Based Care.
Tujuan Ronde Keperawatan bagi perawat
a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
c. klien Menilai hasil kerja
d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
Tujuan Ronde Keperawatan bagi pasien
a. Mengamati perkembangan pasien
b. Melaksanakan asuha keperawatan pada pasien
c. Mengevaluasi hasil perawatan dan kepuasan pasien
1. Karakteristik Ronde Keperawatan
a. Pasien merupakan fokus kegiatan.
b. Pasien dilibatkan secara langsung
c. Perawat primer, konselor, dan associed melakukan diskusi
d. Perawat konselor memberikan fasilitas kreatifitas mengembangkan
kemampuan perawat primer, perawat assosciate untuk meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah
2. Manfaat Ronde Keperawatan
a. Masalah pasien teratasi
b. Menciptakan Keperawatan yang professional
c. Kebutuhan pasien terpenuhi
d. Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan tepat
Terjalin nya kerjasama antara tenaga kesehatan
3. Kriteria pasien
a. Pasien dengan diagnose langka atau baru
b. Masalah keperawatan belum teratasi meskipun sudah di lakukan
tindakan dan asuhan keperawatan
4. peran Ronde Keperawatan
a. Kepala ruangan
Seorang perawat professional yang bertanggung jawab dan mengelolah
pelayanan keperawatan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan
pelayan keperawatan di suatu ruangan
b. Perawat Primer
berperan sebagai berikiut :
a) Menjelaskan demografi dan keadaan pasien
b) Menjelaskan masalah utama keperawatan Menjelaskan intervensi
yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan
c) Menjelaskan tindakan lanjutan
d) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan dilakukan Perawat
pelaksana
c. Perawat Konselor
a) Memberikan justifikasi
b) Menilai suatu masalah dari kebenaran nya
c) Intervensi keperawatan
d) Mengkoreksi dan mengarahkan
e) Mengintegrasikan teori dan konsep
f) Memberikan reinforcement
5. Urutan Ronde Keperawatan
a. Persiapan
a) Pemberian inform consent kepada keluarga/pasien
b) Menetapkan kasus 1 hari sebelum waktu nya ronde keperawatan
b. Pelaksanaan
a) Menjelaskan masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan atau telah dilaksanakan dan memilih masalah prioritas
pasien yang di sampaikan oleh perawat primer
b) Mendiskusikan permasalah pasien dengan anggota tim tenaga
kesehatan lain nya
c) Perawat primer, perawat konselor, kepala ruangan memberikan
justifikasi tentang permasalah pasien dan tindakan selanjutnya
d) Tindakan keperawatan
6. Pasca Ronde
a) Melaksanakan tindakan langsung ke pasien
b) Masing masing tim melakukan pemeriksaan kepada pasien dan
menanyakan tentang keluhan pasien
c) Mendiskusikan tentang penyakit kepada pasien dan keluarga
7. Kriteria Evaluasi Keperawatan
Sebagai kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan Struktur
a) Informed consent kepada keluarga dan pasien
b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
c) Persiapan
Proses
a) Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Seluruh tim kesehatan berperan aktif dalam kegiatan ronde
keperawatan sesuai dengan peran dan tugas masing-masing
Hasil
a. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang telah di berikan
b. Masalah pasien teratasi
c. Perawat mampu :
a) Meningkatkan kemampuan validasi data pasie
b) Meningkatkan cara berfikir kritis
c) Meningkatkan cara berfikir yang sistematik
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose
keperawatan
e) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan
keperawatan pada pasien
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi
g) Meningkatkan menilai hasil kerja
h) Meningkatkan pemikiran tindakan keperawatan yang
berorientasi pada permasalahan pasien.

RONDE KEPERAWATAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGERTIAN Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan di samping pasien membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu atau kasus langka
yang dilakukan oleh perawat primer atau katim, konselor (perawat atau
profesi lain), kepala ruang, perawat pelaksana yang melibatkan seluruh
anggota tim.
TUJUAN 1. Menumbuhkan cara berfikir kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
3. Meningkatkan validitas data pasien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan memodifikasi peran
7. Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi
PERSIAPAN 1) Menentukan jadwal ronde keperawatan
2) Memilih pasien yang akan dipakai ronde
3) Membuat kontrak atau inform consent dengan pasien
4) Mencari sumber atau literature
5) Menyiapkan data mengenai kondisi pasien yang akan dilakukan
ronde keperawatan
6) Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai dengan jumlah peserta
ronde
7) Menyiapkan alat yang diperlukan
8) Mengatur lingkungan fisik untuk ronde keperawatan sehingga
mudah dilihat dan di dengar oleh peserta.
PELAKSANAA 1) Membuka kegiatan ronde keperawatan dengan mengucapkan
N salam
2) Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
3) Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan dari hasil ronde
4) Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer atau katim yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
5) Ketua tim mengajak peserta menuju ruangan pasien
6) Melakukan validasi tentang data pasien kepada pasien
7) Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi pada
peserta yang lain, keluarga atau pasien
8) Ketua tim mengajak peserta ronde keperawatan kembali ke nurse
station
9) Diskusi dengan seluruh peserta ronde tentang alternatif intervensi
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
10) Konselor memberikan justifikasi atau pembenaran atau klasifikasi
atau koreksi atas alternatif intervensi yang telah diusulkan oleh
peserta ronde.
EVALUASI 1) Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan (tidak didepan pasien)
2) Membuat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde
keperawatan
3) Menutup kegiatan ronde keperawatan

H. TUGAS DAN FUNGSI KARU, PP DAN PERAWAT PELAKSANA


a. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate :
 Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
 Menjelaskan diagnosis keperawatan.
 Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
 Menjelaskan hasil yang didapat.
 Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
 Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
b. Peran Perawat Konselor :
 Memberikan justifikasi.
 Memberikan reinforcement.
 Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan dan
rasional tindakan.
 Mengarahkan dan koreksi.
 Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
c. Kepala Ruangan
Tugas dan tanggung Jawab Kepala ruangan Burrgess dalam kurniadi (2013)
menjabarkan tanggung jawab kepala ruangan sebagai berikut:
 Ketenagaan, yaitu mengidentifikasi dan mengusulkan jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan dan non keperawatan di unitnya kepada atasan dan
memperdayakan tenaga yang sudah ada.
 Manajemen operasional, yaitu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
sebagai manajer pemula dalam hubungan dengan atasan dan bawahan guna
mendukung tugas pokoknya.
 Manajemen kualitas playanan, yaitu melaksnakan asuhan keperawatan yang
professional berdasarkan kaidah ilmia dan etika profesi agar bisa dirasakan
langsung oleh pasien, keluarga dan masyarakat serta menjamin mutu pelayanan
keperawatan yang memuaskan semua pihak.
 Manajemen financial, yaitu melaksanakan tugas perhitungan keuangan dan
logistic keperawatan ( pengadaan dan pemanfaatan alat kesehatan dan material
kesehatan).
Adapun tugas kepala ruangan dalam menerapkan fungsi- fungsi
manajemen keperwatan (Kurniadi, 2013 ) , yaitu
1) Fungsi perencanaan yaitu tentang rencana kerja, menyusun falsafah dan
tujuan ruang rawatnya dan merencanakan tenaga keperawatan.
2) Fungsi penggerakan yaitu koordisasi tugas dengan perawat atau petugas
kesehatan lain, membuat jadwal dinas, melakukan orientasi tenaga baru atau
mahasiswa atau pasien beserta keluargannya, pembimbing pelaksanaan
asuhan keperawatan, memberi kesempatan perawat mengikuti pendidikan
pelatihan, memelihara dan menggunakan alat kesehatan yang optimal,
melakukan rapat rutin, membuat pencatatan dan pelaporan yang telah
ditetapkan, mengikuti visite dokter dan memberikan pendidikan kesehatan.
3) Fungsi pengawasan/pengendalian dan penilaian meliputi pendidikan dan
penilaian asuhan keperawatan, megawasi dan menilai mahasiswa praktek
keperawatan, melakukan penilaian kinerja perawat, mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan alat kesehatan dan tenaga keperawatan,
mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan.
d. Perawat Primer
Uraian tugas dan tanggun jawab perawat primer
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
2) Membuat tujuan dan rencana perawat
3) Mendelegasi rencana perawatan yang telah dibuat kepada perawat pelaksana
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan oleh disiplin ilmu maupun
perawat lain.
5) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan
lingkungan, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya.
6) Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
7) Mendampingi dokter selama visite untuk memeriksakan pasien dan
mencatat program pengobatan.
8) Melaporkan segala sesuatu yang mengenai keadaan pasien baik lisan
maupun tertulis kepada kepala ruangan dan dokter penanggungjawab.
9) Membuat jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 shif dinas.
10) Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan sejawat, pasien dengan
keluargannya.
11) Melakukan pengawasan dengan mengunjungi pasien maksimal selama 2
jam sekali secara kontinu terhadap kondisi pasien setiap shift.
12) Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
13) Mempersiapkan pasien pulang sesuai dengan prosedur.
14) Membuat laporan harian.
e. Perawat Pelaksana
Tugas pokok perawat pelaksana, yaitu:
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
 Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
 Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
 Mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
 Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan respon klien pada
catan keperawatan.
2) Melaksanakan program medic dengan penuh tanggungjawab:
 Pemberian obat
 Pemeriksaan laboratorium
 Persiapan klien yang akan dioperasi
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, spiritual klien.
 Memperhatikan kebersihan lingkungan dank lien
 Mengurangi penderitaan klien dengan member rasa aman dan nyaman.
 Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5) Melatih klien untuk mendorong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
6) Memberikan pertolongan segera kepada klien yang gawat atau sakarotual maut.
7) Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruang secara administratif :
 Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
 Sensus harian atau formulir.
 Rujukan dan penyuluhan PKMRS
 Mengatur menyiapkan alat-alat menurut fungsinya supaya siap pakai
 Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan, kenyamanan, dan
keindahan ruangan.
 Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau hari libur secara
bergantian sesuai dengan jadwal dinas.
 Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya.
 Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara tulisan
maupun lisan.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Proses
manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonalian, pengarahan dan pengendalian. Semua fungsi dari manajemen di
dalam layanan keperawatan adalah penting dan semuanya saling berhubungan
sebagai suatu siklus yang sekuen dimulai dengan perencanaan dan diakhiri
dengan evaluasi dan seterusnya. Perencanaan adalah esensial dalam manajemen
keperawatan dan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen. Manajer
keperawatan bertugas untuk merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Perencanaan bisa dibedakan menjadi perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, namun biasanya
perencanaan keperawatan adalah rencana jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek dalam keperawatan meliputi rencana harian yang harus dikerjakan semua
perawat, rencana bulanan yang dibuat oleh ketua tim/perawat primer, dan kepala
ruang dan rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arwani & Heru Suprayitno. 2016. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC

2. Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan

Profesional. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

3. Sugiyanto.2017. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu

Pelayanan Kesehatan. Surakarta

4. Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2016. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan

Praktis. Bandung: Balatin Pratama


5. Julianto, M. (2016). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam manajemen

Konflik. Fatmawati Hospital Journal, 1–7.

http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperawatandala

mManajemenKonflik.pdf

6. Gilles D.A (1989). Nursing management system approach. Second edition.

Philadelphia:Saunders Company Gillies, Deen Ann. (1994). Nursing Management:

asystem approach. 3rd ed. Philadelphia: WB.Sauders Co

7. Mariono, (2001). Materi kuliah ketenagaan, fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas IndonesiaJakarta

8. Simamora, Roymond H (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC

9. Swansburg Russell (2001). Pengembangan Staf Keperawatan: Alih Bahasa

10. Waluyo Agung, AsihYasmin, Jakarta. EGC

11. Swansberg, RC & Swansberg RJ (1999) Introductory manajemen and leadership for

nurses: an interactive text, second edition.,Boston : Jones and Barlett Publishers

12. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2015). Leadership roles and management functions

in nursing: Theory and application (8th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer

Health/Lippincott Williams & Wilkins.

13. Ns, Erita, S.Kep.,M.KEP (2021). Modul Bahan Ajar Manajemen Keperawatan. :

BMP .UKI : ES-038-MK MANJ KEP-KP-V-2021. Program Studi DIII Keperawatan

Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia

14. Ns. Junita Maratur Silitonga, S.Kep., M.Kep, dkk (2022). Buku Ajar Manajemen

Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai