DEPARTEMENT MANAJEMEN
Oleh :
Evira Putri Karlina ( 1414314201015 )
Evodius Marianto (1414314201016)
Fauzan makatita (1414314201017)
Sartika S. Taher (1414314201088)
LAPORAN PENDAHULUAN
Mengetahui
PENDAHULUAN
Manajemen sebagai sebuah ilmu, berkembang dari berbagai ilmu yang melatar
belakanginya seperti ilmu psikologi dan sebagainya. Berbagai ilmu tersebut saling berinteraksi
dan menghasilkan dasar-dasar manajemen yang berkembang hingga saat ini termasuk cabang-
mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja dengan memperhatikan faktor motivasi dan
kepuasan. Hal ini dipelajari oleh Mc Gregon yang menyatakan bahwa kepuasan dan motivasi
kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil kerja yang dicapai. Jika harga diri, otonomi
dan kebutuhan staf terpenuhi maka akan tercapai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus
memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat
pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi
yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan
pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan ( Depkes RI, 1994 ).
Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja perawat
pelaksana.
Dalam menjalankan fungsi manajerial pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien
dan keluarga, menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan atasan, staf dan tim
kesehatan lainnya dan mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak melakukan kegiatan
1.2 Tujuan
1.2.1
1.3 Manfaat
a. Sebagai hasil analisis situasi dari sebuah manajemen ruangan di rumah sakit, diharapkan
b. Hasil analisis situasi ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk mengembangkan
Hasil analisis dapat menambah digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan
b. Bagi Masyarakat
Hasil analisis dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat agar masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana & Rika Widya Sukmana
(1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawtan untuk memberikan asuhan keperwatan secara professional.
maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi
dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant
dan Massey (2009) dalam Nursalam, 2002).Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui tenaga keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan (Care, Cure, and Comport)
Ciri Manajemen :
Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian yang harus dimiliki oleh
manajer
2. Fungsi Manajemen
Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
b) Pengorganisasian (organizing)
pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat alat, keuangan dan fasilitas.
c) Penggerak (actuating)
Menggerakkan orang orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan
hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah
orang orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan
e) Penilaian (evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil hasil pekerjaan yang seharusnya
dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum,
sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.
dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan, berikut adalah prinsip
c. Dicipline (disiplin)
kepentingan umum)
j. Order (ketertiban)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
1. Struktur Organisasi
a. Mempunyai visi dan misi ruangan khusus bedah sebagai penjabaran dari visi dan misi
rumah sakit.
b. Harus mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas, dipimpin oleh
seorang manager pelayanan kesehatan (kepala ruangan) dengan latar pendidikan S.1
pendidikan S.1 Keperawatan dan D.III Keperawatan dan telah mengikuti pelatihan
asuhan keperawatan serta didukung oleh staf profesional dan non profesional sesuai
kebutuhan yang dapat dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur, BOR dan tingkat
ketergantungan pasien.
2. Administrasi
a. Memiliki protap, SOP dan SAK yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dan standar atau alat ukur kepuasan
penunjang.
transparan.
operan.
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F dan Presthus Robert V (1960), manajemen
1. Men
2. Money
3. Materialis
4. Machines
5. Methods
1. Man/Women
Man/Women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen factor manusia adalah yang paling menetukan Jumlah tenaga perawat keseluruhan
ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus yang dimiliki oleh perawat yang didapat
melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional terkait lainnya meliputi :
dokter, gizi, dan laboratorium, serta tenaga administrasi dan petugas kebersihan.
a. Alat ukur
Tingkat Ketergantungan
2) Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap
a) Formula Gillies
2. Money
perencanaan pengeluaran, untuk pengembangan/ program, untuk insentif perawat dan untuk
3. Metode
klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan. Dengan
efisien.
dan Barterm (2005) mengidentifikasi delapan (8) model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum digunakan di Rumah Sakit adalah asuhan keperawatan total ;
keperawatan TIM, keperawatan Primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat
antara ketenagaan, sarana dan prasarana dan policy RS. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stres, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 2008 :
143);
Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi: Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit.Dapat diterapkannya proses
keperawatan sangat ditentukan oleh proses keperawatan. Efisiensi dan efektifitas penggunaan
biaya: Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran aktifitasnya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa ditunjang oleh biaya yang
Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant & Massey dan Marquis &
Huston
Model Deskripsi P. Jawab
4. Material
5. Market
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan factor penentu dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera konsumen dan daya beli konsumen. Dalam pelayananan kesehatan dilakukan dalam
bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana
pendidikan klinik bagi para calon praktisi kesehatan dan non kesehatan juga sarana pendidikan
Robert N. Antony yang merupakan seorang Teoritikus Manajemen memberikan sebuah nama
untuk tingkatan suatu manajemen. Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen
Manajemen tingkat pertama yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu organisasi, dimana
seorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Bertanggung jawab pengolahan
terhadap organisasi secara keseluruhan. Membuat rencana jangka panjang, merumuskan strategi,
luar. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Dan
biasanya pada tingkatan ini membuat keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan yang
tidak selalu terjadi. Dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang
terlibat dalam proses produksi. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap
jalannya perusahaan. Dan biasanya pada tingkatan ini membuat keputusan yang tidak
terprogram, yaitu keputusan yang tidak selalu terjadi. Contoh dari manajemen Lini yaitu penyelia
(supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor
(foreman).
2. Manajemen menengah ( Middle Manager )
Manager yaitu yang mencakup lebih dari satu tingkatan dari manajemen lini didalam organisasi.
Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada
di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara
keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, Pengendali
manajemen dalam suatu organisasi. Bertanggung-jawab atas ruang lingkupnya, wilayah, divisi
dll. Merumuskan rencana jangka menengah, melakukan pengendalian, membuat prosedur, dan
mengawasi dan meyakini bahwa organisasi menjalankan strategic yang sudah ditetapkan secara
baik, efektif dan seefisien mungkin. Contoh dari manajemen menengah yaitu pemimpin proyek,
Manajemen Puncak yaitu yang terdiri atas kelompok yang relatif kecil, yang bertanggung jawab
atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Yang juga pengendali dalam jalannya operasional.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan sasaran operasional. Membuat keputusan jangka
pendek dan mengendalikan transaksi sehari-hari. Biasanya keputusan yang diambil yaitu
keputusan yang terprogram, keputusan yang sering terjadi dan rutin. Manajer fungsional
bertanggung jawab pada satu kegiatan organisasi, seperti produksi pemasaran, keuangan dan lain
sebagainya, manajer umum membawahi unit yang lebih rumit misalnya sebuah perusahaan
cabang atau bagian operasional yang independen yang bertanggung jawab atas semua kegiatan
unit. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer,
bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan
jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief
Menurut Korn ( 1987 ), yang termasuk lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen
1. Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen
menengah, dan manajemen bawah. Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat
b) Keterampilan kepemimpinan
asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat
ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan
yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat
G. Ketrampilan Manegerial
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,
dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian
haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya
itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut
sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer
terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan
kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah.
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan
lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus
Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000
per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2
minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jamsekitar $13 per menit. Dari
sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan.
Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun
demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya
dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi
seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin
mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus
mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk
menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan
memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus
PENGKAJIAN
1. Kepala ruangan
Kepala adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang
masalah
Membuat penilaian kinerja karyawan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang bougenvile, kepala ruang bougenvile
telah melaksanakan peran dan fungsi pokok sebagai kepala ruangan yang baik.
Pengertian ketua tim adalah seorang perawat yang telah diberi wewewnang dan tanggung
jawab dalam menegelola satu tim pelayanan keperawatan kepada shift jaga. Tugasnya
adalah :
keperawatan
pelaksana.
terdapat 2 tim yaitu tim A dan tim B. Dari hasil wawancara dengan ketua tim
seluruh ketua telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi ketua tim dengan baik.
3. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang telah diberi wawanang untuk
Menerima pasien baru dan memberikan informasi tentang pasien dan keluarga
pelaksana diruang bougenville telah melaksanakan semua tugas pokok dan fungsi
3.1.1 Tenaga
Analisis ketenangan jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan, latar belakang
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien,kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien. Keunggulan ruang bougenvile
RSUD Mardi waluyo Kota Blitar salah satunya adalah ketanggapan perawat dalam pelaksanaan
asuhan keperaweatan.
a. Struktur Organisasi
Stikes Maharani Malang dilakukan di ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar. Pengkajian
data awal dilakukan pada tanggal 04 Desember 2017. Adapun data yang didapat adalah sebagai
berikut :
Visi Rumah Sakit: Terwujudnya Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo sebagai rumah sakit pilihan
utama masyarakat yang mampu bersaing di era global pada tahun 2017
Misi Rumah Sakit
c. Membangun Kerja sama dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta,dan
pihak ketiga
1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio,psiko,social, spiritual dan kultural
yang unik yang harus dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan
3. Tujuan ASuhan Keperawatan dapat dicapai melalui asuhan bersama dari semua anggota
tim kesehatan
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama semua
asuhan keperawatan
kegiatan pelayanan yang optimal kepada pasien secara professional sesuai dengan sumber
1 :Ners station
2 :Spool book
3 :Dapur
14 :Ruang seminar
1. Tempat tidur
3. Kamar mandi
8. Selimut,bantal
9. Makanan
10. Westafel
Fasilitas yang disediakan bagi pasien baik kuantitas maupun kualitas sudah baik dan memenuhi
standart. Tetapi 11% pengaman TT tidak berfungsi dengan baik dan 22% TT tidak mempunyai
pengaman
1. Kamar mandi
2. Televisi
3. Bed,bantal,selimut
4. Kulkas
5. Dapur mini
6. Loket petugas
7. Almari pakaian
8. Komputer
9. Printer
10. Telepon
12. Meja
13. Kursi. Fasilitas yang disediakan bagi petugas kesehatan baik kuantitas maoun kualitas
Rumah sakit memiliki ruangan penunjang Foto Thoraks, Laboratorium, Sterilisasi alat.
1. Intervensi Dokumentasi
NO
NAMA ALAT JUMLAH
1 Buku Agenda 1
2 Buku Laporan kelas 1 1
3 Buku Laporran kelas 2 1
4 Buku Laboran 1
5 Buku TTV 1
6 Buku Inventaris 3
7 Buku Daftar Dinas 1
8 Buku Injeksi 1
9 Buku Pembayaran Umum 1
10 Buku Pembayaran Askes/BPJS 2
11 Buku Absen Penderita 1
12 Buku Sensus Penderita 1
13 Buku Cairan 1
14 Buku Registrasi 1
15 Buku Folio 1
16 Buku Kematian 1
17 Buku Laporan 1
18 Buku Pasien pulang 1
3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methods)
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Maharani paa praktek manajemen Keperawatan yang diketahui bahwa model asuhan
keperawatan professional (MAKP) yang dilakukan di Ruang Bougenvile saat ini yaitu metode
penugasan tim dan metode penugasan modular yaitu merupakan gabungan dari metode
penugasan tim dan metode primer bertanggung jawab terhadap pasien di timnya tetapi tidak
bertanggung jawab sepenuhnya. Untuk siang dan sore akab diambil alih oleh perawat
asosiate,tetapi perawat asosiate tetap melaporkan perkembangan pasien kepada perawat primer.
pengorganisasian kerja perawat tidak efektif (tidak terlihat oleh pasien dan keluarga).
Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah adanya mahasiswa keperawatan yang
Ancaman yang dimiliki ruang bougenvile adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk
Dari hasil observasi diruang bougenvile tersedianya sarana dan prasarana sterilisasi
obat,adanya buku injeksi dan obat oral, ada lembar pendokumentasikan obat yang diterima di
setiap status pasien. Kelemahannya adalah tidak ada panduan untuk ejaan obat (Look like sound
a like), Tidak ada lembar persetujuan injeksi injeksi obat. Kesempatan yang dimiliki oleh ruang
bogenvile adalah adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, adanya
Anvaman yang dimiliki oleh ruang bougenvile adalah adanya tuntutan pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang professional, makin tinggi kesadaran masyarakat akan hokum.
Untuk pelaksana tumbang terima diruang Bougenvile berdasarkan observasi pada setiap
timbang terima kekuatan yang diperoleh oleh kepala ruangan memimpin timbang setiap pagi,
timbang terima rutin dilakukan. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima.
Kelemahan timbang terima di Ruang bougenvile yaitu tidak ada Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang ditetapkan RSUD Mardi Waluyo, Sdangkan untuk pelaksanaanya rutin dilakukan
pada setiap pergantian shift tetapi item-item didalamnya tidak sesuai SOP manajemen
ketergantungan dikarenakan keterbatasan waktu dan kebiasaan. Selain itu pelaksanaan Timbang
terima yang ada diruangan Bougenvile tidak dilakukan oleh seluruh perawat.
Kesempatan yang diperoleh oleh adanya mahasiwa keperawatan yang praktik manajemen
keperawatan, adanya kerja sama antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik
manajemen, adanya kebijakan Rumah Sakit tentang timbang terima. Untuk ancaman yang
mungkin diterima yaitu adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional.
Meningkatnya masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi
Asuhan Keperawatan.
3.3.4 Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile Bidang perawatan dan
ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan. Banyak kasus yang memerlukan
perhatian khusus, SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang saraf, sertifikat perawat
sesuai keahliannya. Tidak ada SOP ronde keperawatan dan ronde keperawatan tidak pernah
dilakukan. Selain itu Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara
Kesempatan yang dimiliki Ruang Bougenvile adalah adanya platihan dan seminar tentang
manajemen keperawatan, adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik. Ancaman yang dimiliki adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkanAncaman yang dimiliki adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang professional, Persaing antar
Dari hasil observasi ruang Bougenvile ada SOP penerima pasien baru tetapi
pelaksanaannya tidak dilakukan atau tidak ada budaya orientasi pasien baru dan keluarga.
Sehingga Budaya cuci tangan pada pasien,penunggu,dan pengunjung masih kurang sehingga
beresikopasien,penunggu,dan pengunjung masih kurang sehingga beresiko terjadi infeksi
nosokomial.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile telah ada program supervise,
Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervise, Hasil supervise terakhir 80%, perawat
ruang Bougenvile telah melakukan tindakan sesuai SOP. Kelemahan dari supervisi di Ruang
Bougenvile yaitu tidak ada Standar OPerasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh RSUD
Mardi Waluyo
yang praktik manajemen keperawatan, Adanya kerajasama antara perawat dan mahasiswa
keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang dimiliki di Ruang Bougenvile yaitu
adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional,makin tinggi kesaaran
Dari hasil observasi diruang bougenvile ada format discharge planning, Adanya kartu
kontrol berobat,perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal. Tetapi dari hasil
hasil sulit dokumentasi pasien yang sudah pulang pengisian Discharge planning tidak pernah
dilakukan oleh perawat Ruang Bougenvile. Kesempatan yang dimiliki di Ruang Bougenvile
yaitu adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, adanya kerja sama
antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang dimiliki di
Ruang Bougenvile adalah makin tingginya tuntutan masyarakat untuk mrndapatkan pelayanan
yang professional, Makin tingginya masyarakat akan pentingnya kesehatan,persaingan antara RS
3.3.8 Dokumentasi
pendokumentasian yang berlaku diruangan Bougenvile adalah system SOR (Sources Oriented
Record) dengan SBAR (Situation Baground Assasment Recommendation) yaitu suatuyu system
pendokumentasian yang beriontasi pada ilmu komponen (Lembar penilaian berisi biodata,lembar
order dokter,lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat,catatan dan laporan),
penunjang), format asuhan keperawatan sudah ada. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat),perawat mengisi dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan ruang Bougenvile, tetapi kepala ruang
baik antara mahasiswa dan perawat ,system MPKP di terapkan mahasiswa S1 Keperawatan.
Ancaman yang dimiliki ruang Bougenvile adalah tingkat kesadaran masyarakat (Pasien
dan keluarga) akan bertanggung jawab dan tanggung gugat, persaingan RS dalam memberikan
pelayanan keperawatan.
1.Pasien safety
Nursalam (2014:214) menyatakan bahwa indicator pasien safety ada 8 sasaran yaitu :
a. Medication Error
b. Flebitis
c. Dekubitus
d. Jatuh
e. Restrain
f. Injury
Sedangkan sasaran pasien safety yang dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah sakit
edisi 1 (Kemenkes 2011)dan JCI Acreditation,maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut
berikut :
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication )
yang telah kita lakukan perawat Bougenvile dan petugas belum melakukan 5 moment
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile selama ini tidak ada
2. Kepuasan Pasien
Dari hasil sampling kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
diruang Bougenvile menyatakan bahwa 78% pasien puas terhadap pelayanan perawat dan
72% keluarga pasien puas terhadap pelayanan ruangan. Adanya variasi karakteristik dari
pasien (BPJS,Umum,ASKES,ASTEK).
Lama rawat inap pasien diraung bougenvile mulai tanggal 04 Desember sampai
tanggal 06 Desember 2017 rata-rata 3 hari sebanyak 30%,3-5 hari sebanyak 50% >6 hari
sebanyak 20%. Kesempatam yang dimiliki ruang Bougenvile adalah adanya Mahasiswa S1
2. Pasien safety
Nursalam (2014:2014) menyatakan bahwa indikator pasien safety ada 8 sasaran yaitu:
a. Medication eror
b. Flebitis
c. Dekubitus
d. Jatuh
e. Restrain
f. Injury
Sedangkan sasaran pasien safety yang dikeluarkan oleh standart akreditasi rumah sakit edisi 1
(kemenkes, 2011) dan JCI Akreditation, makan sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:
c. Sasaran 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications)
yang telah kita lakukan perawat bougenville dan petugas belum melakukan 5 moment
dengan baik, budaya cuci tangan pada pasien, pengunjung masih kurang. Selain itu
penilaian skala morse didapatkan hasil bahwa 20% pasien mempunyai resiko rendah
jatuh dan 80% pasien mempunyai resiko tinggi jatuh. Medication error (KTD) dari hasil
wawancara dengan kepala ruang bougenville selama ini tidak ada medication error yang
terjadi.
A. Planning (perencanaan )
adalah berikut :
jumlah = 78 jam
jam penyuluhan
Total jumlah jam perawatan yang dibutuhkan = 78 jam + 12 jam + 5 jam = 95 jam
b. kebutuhan keperawatan
pagi : 47 % x 14 = 7 orang
siang : 35 % x 14 = 5 orang
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional Edisi 2.
Sumijatun. 2009. Manajemen Keperawawatan Konsep Dasar Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan
Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC
4.