Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPARTEMENT MANAJEMEN

Oleh :
Evira Putri Karlina ( 1414314201015 )
Evodius Marianto (1414314201016)
Fauzan makatita (1414314201017)
Sartika S. Taher (1414314201088)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MAHARANI MALANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Pengkajian Manajemen di ruang Bougenville RSUD MARDI WALUYO


BLITAR

Mengetahui

Blitar, 2 Desember 2017

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

Ns. Sih Ageng L,M.Kep Widyantoro, S.Kep,.Ns


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manajemen sebagai sebuah ilmu, berkembang dari berbagai ilmu yang melatar

belakanginya seperti ilmu psikologi dan sebagainya. Berbagai ilmu tersebut saling berinteraksi

dan menghasilkan dasar-dasar manajemen yang berkembang hingga saat ini termasuk cabang-

cabang keilmuan seperti: Manajemen keperawatan, manajemen keuangan, manajemen

pemasaran, manajemen resiko, manajemen industri dan sebagainya. Manajemen juga

mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja dengan memperhatikan faktor motivasi dan

kepuasan. Hal ini dipelajari oleh Mc Gregon yang menyatakan bahwa kepuasan dan motivasi

kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil kerja yang dicapai. Jika harga diri, otonomi

dan kebutuhan staf terpenuhi maka akan tercapai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi

sehingga produktifitas akan meningkat.

Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit harus

memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat

berfungsi sebagaimana diharapkan.Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan

keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya

keperawatan. Fungsi-fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi

yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan

pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan ( Depkes RI, 1994 ).

Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja perawat

pelaksana.
Dalam menjalankan fungsi manajerial pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien

dan keluarga, menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan atasan, staf dan tim

kesehatan lainnya dan mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak melakukan kegiatan

sesuai rencana sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan.

1.2 Tujuan

1.2.1

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat teoritis

a. Sebagai hasil analisis situasi dari sebuah manajemen ruangan di rumah sakit, diharapkan

dapat memberikan suatu diskripsi baru mengenai studi Manajemen keperawatan

khususnya yang menyangkut tentang komponen-komponen manajemen yang dilakukan

berdasarkan proses manajemen (POACE)

b. Hasil analisis situasi ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk mengembangkan

ilmu keperawatan menambah referensi, wawasan dan informasi

1.3.2 Manfaat praktis

a. Bagi Stikes Maharani Malang

Hasil analisis dapat menambah digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan

dan menambah wawasan tentang manajemen keperawatan

b. Bagi Masyarakat

Hasil analisis dapat memberikan informasi penting bagi masyarakat agar masyarakat

mengetahui secara jelas bentuk pelayanan keperawatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana & Rika Widya Sukmana

(1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan keperawatan adalah suatu proses bekerja

melalui anggota staf keperawtan untuk memberikan asuhan keperwatan secara professional.

Manajemen menurut George R. Terry dalam bukunya yang berjudul Principles of

Management manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu

maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan di organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi

dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &

Massey, 1999 dalam Nursalam, 2002).

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning, organizing, actuating,

controlling (POAC) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant

dan Massey (2009) dalam Nursalam, 2002).Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja

melalui tenaga keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan (Care, Cure, and Comport)

kepada kelompok pasien (Gillies, 1996).


1. Ciri dan fungsi Manajemen Keperawatan

Ciri Manajemen :

Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan

Manajemen sebagai proses, meliputi : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

pelaksanaan pengarahan dan pengawasan

Tersedia sumber daya manusia, material dan sumber lain

Mendayagunakan atau menggerakkan sumber daya tersebut

Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut (Manajer)

Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian yang harus dimiliki oleh

manajer

2. Fungsi Manajemen

a) Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :

Gambaran apa yang akan dicapai

Persiapan pencapaian tujuan

Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

Persiapan tindakan tindakan

Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

Tiap tiap organisasi perlu perencanaan

b) Pengorganisasian (organizing)

Merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas

pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat alat, keuangan dan fasilitas.

c) Penggerak (actuating)
Menggerakkan orang orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan

hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval

d) Pengendalian / pengawasan (controling)

Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah

orang orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan

dapat segera diperbaiki.

e) Penilaian (evaluasi)

Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil hasil pekerjaan yang seharusnya

dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum,

sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan

manajemen.

3. Prinsip Umum Manajemen

Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat

dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan, berikut adalah prinsip

prinsip manajemen menurut Fayol :

a. Division of work (pembagian pekerjaan)

b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

c. Dicipline (disiplin)

d. Unity of command (kesatuan komando)

e. Unity of direction (kesatuan arah)

f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada

kepentingan umum)

g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)


h. Centralization (sentralisasi)

i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)

j. Order (ketertiban)

k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)

l. Equity (keadilan)

m. Inisiative (prakarsa)

n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)

2.2 Organisasi dan Administrasi

1. Struktur Organisasi

a. Mempunyai visi dan misi ruangan khusus bedah sebagai penjabaran dari visi dan misi

rumah sakit.

b. Harus mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas, dipimpin oleh

seorang manager pelayanan kesehatan (kepala ruangan) dengan latar pendidikan S.1

Keperawatan atau D.III Keperawatan yang mempunyai pengalaman minimal 3 tahun

sebagai perawat pelaksana.

c. Mempunyai seorang manajer pelayanan keperawatan (koordinator askep) dengan latar

pendidikan S.1 Keperawatan dan D.III Keperawatan dan telah mengikuti pelatihan

asuhan keperawatan serta didukung oleh staf profesional dan non profesional sesuai

kebutuhan yang dapat dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur, BOR dan tingkat

ketergantungan pasien.
2. Administrasi

a. Memiliki protap, SOP dan SAK yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dan standar atau alat ukur kepuasan

pasien serta kepuasan kinerja perawat.

b. Mempunyai formulir asuhan keperawatan dan formulir pencatatan dan pelaporan

lainnya yang terkait dengan pelaksanaan askep buku-buku sebagai administrasi

penunjang.

c. Mempunyai alur pelayanan pasien yang jelas.

d. Mempunyai ruang administrasi dan ketenagaannya serta peralatan administrasi

(ATK) yang cukup.

e. Perencanaan pengembangan staf dan sistem pembagian insentif keperawatan yang

transparan.

f. Aturan pelaksanan supervisi keperawatan, ronde keperawatan, timbang terima atau

operan.

g. Aturan-aturan kesepatan tertulis lainnya.

D. Sarana Manajemen Keperawatan

Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F dan Presthus Robert V (1960), manajemen

mempunyai 5 unsur (5M), yaitu:

1. Men

2. Money

3. Materialis

4. Machines

5. Methods
1. Man/Women

Man/Women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam

manajemen factor manusia adalah yang paling menetukan Jumlah tenaga perawat keseluruhan

(profesional lanjut, profesional pemula, vokasional, lain-lain), jenis ketenagaan, kualifikasi

ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus yang dimiliki oleh perawat yang didapat

melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional terkait lainnya meliputi :

dokter, gizi, dan laboratorium, serta tenaga administrasi dan petugas kebersihan.

a. Alat ukur

Alat ukur dibuat berdasarkan :

1) Rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari (tingkat ketergantungan pasien)

a. Menurut Gillies (1995) dan Waster (1990).

Self care : waktu kerja efektif rata-rata 1,5 jam/24 jam

Minimal care : waktu kerja efektif rata-rata 2 jam/24 jam

Moderate care : waktu kerja efektif rata-rata 3,5 jam/24 jam

Extensive care : waktu kerja efektif rata-rata 5-6 jam/24 jam

Intensive care : waktu kerja efektif rata-rata 7 jam/24 jam

Tingkat Ketergantungan

MINIMAL CARE PARTIAL CARE TOTAL CARE


1. Pasien mandiri/ hampir1. Pasien memerlukan1. Pasien membutuhkan
tidak memerlukan bantuan perawat bantuan perawat
bantuan/ mampu untuk : (sebagian) : sepenuhnya &
membutuhkan bantuan
perawat yang lebih lama
Naik dan turun dari Membutuhkan bantuan Membutuhkan bantuan 2
tempat tidur satu orang perawat untuk orang perawat untuk
naik dan turun dari mobilisasi dari tempat tidur
tempat tidur ke kursi roda maupun ke
kereta dorong
Ambulasi dan berjalan Membutuhkan bantuan Membutuhkan latihan
sendiri untuk ambulasi dan pasif
berjalan
Makan dan minum Membutuhkan bantuan Kebutuhan nutrisi dan
sendiri untuk menyiapkan cairan dipenuhi melalui
makanan terapi intravena (infus) atau
NGT (sonde lambung)
Mandi sendiri ataupun Membutuhkan bantuan Membutuhkan bantuan
dengan sedikit bantuan untuk makan (disuap) untuk kebersihan mulut
membersihkan mulut Membutuhkan bantuan Membutuhkan bantuan
(sikat gigi sendiri) untuk kebersihan mulut penuh untuk berpakaian
dan berdandan
BAB dan BAK dengan Membutuhkan bantuan Dimandikan perawat
sedikit bantuan untuk berpakaian dan
berdandan
2. Status psikologis stabil 2. Membutuhkan bantuan2. Dalam keadaan
BAB &BAK (di tempat inkontinensial,
tidur maupun di kamar menggunakan kateter 24
mandi) jam post operasi mayor
3. Pasien dirawat untuk3. Post-operasi minor 243. Pasien tidak sadar
prosedur diagnostik jam
4. Operasi ringan 4. Melewati fase akut dari4. Keadaan pasien tidak
post operasi mayor stabil
5. Fase awal dari5. Membutuhkan observasi
penyembuhan tanda-tanda vital setiap
kurang dari 1 jam
6. Membutuhkan observasi6. Perawatan kolostomi/luka
tanda-tanda vital setiap 4 bakar
jam
7. Gangguan emosional7. Pasien dengan alat bantu
ringan pernafasan (ventilator)
8. Pasien dengan WSD
9. Pasien dengan irigasi
kandung kemih secara
terus menerus
10. Pasien dengan traksi
(skeletal traksi)
11. Pasien dengan fraktur atau
pasca operasi tulang
belakang atau leher

Sumber : Nursalam, 2002 : 158)

2) Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap

Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap

Jumlah Klasifikasi pasien

pasien Minimal Parsial Total

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Sumnber : Nursalam, 2002 : 159)

3) Jumlah tempat tidur


Dengan memperhatikan kategori tingkat ketergantungan pasien ruangan rawat inap

tersebut, digunakan perhitungan tenaga ideal keperawatan dengan formula :

a) Formula Gillies

Jmlh jam kprwt yg dibutuhkan klien/hari Xrata-rata klien/hari X jmlh hari/tahun


Jmlh hari/tahun hari libur masing-masingperawat X jmlh jam kerja tiap prwt
Catatan :
Berdasarkanhasil workshop DEPKES di Ciloto ditetapkan

1. Hari kerja efektif dalam 1 tahun 365 hari


2. Rata-rata hari minggu/thn 53 hari
3. Cuti tahunan 18hari
4. Libur Nasional 12hari
5. Sakit/ izin 7hari
6. Jam kerja produktif/hari 7 jam

2. Money

Sumber keuangan : Askes/ JPKM/ Umum/ lain-lain dan pengeluarannya: ada

perencanaan pengeluaran, untuk pengembangan/ program, untuk insentif perawat dan untuk

lain-lainnya dan pengelolaan keuangan harus jelas dalam arti transparan.

3. Metode

Metode pendekatan yang digunakanberdasarkan standar keperawatan bedah.Metode atau

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): Keberhasilan suatu keperawatan kepada

klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan. Dengan

semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan


perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan

efisien.

Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP): Mclaughin, Thomas

dan Barterm (2005) mengidentifikasi delapan (8) model pemberian asuhan keperawatan,

tetapi model yang umum digunakan di Rumah Sakit adalah asuhan keperawatan total ;

keperawatan TIM, keperawatan Primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat

dalam menyeleksi model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian

antara ketenagaan, sarana dan prasarana dan policy RS. Karena setiap perubahan akan

berdampak terhadap suatu stres, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam

penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 2008 :

143);

Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi: Dasar utama penentuan model pemberian asuhan

keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit.Dapat diterapkannya proses

keperawatan dalam asuhan keperawatan: Proses keperawatan merupakan unsur penting

terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan

keperawatan sangat ditentukan oleh proses keperawatan. Efisiensi dan efektifitas penggunaan

biaya: Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam

kelancaran aktifitasnya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa ditunjang oleh biaya yang

memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Model Asuhan Keperawatan Profesional Menurut Grant & Massey dan Marquis &

Huston
Model Deskripsi P. Jawab

Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan Perawat yang


Perawat melaksanakan tugas (tindakan tertentu)
bertugas pada
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
tindakan tertentu
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua
jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
Kasus Berdasarkan pendekatan holistic dari filosopi Manajer
keperawatan
keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
obsersavi pada pasien tertntu
Ratio : 1: 1 pasien perawat
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia
dinas.Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminin bahwa pasien
akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, dan intensive care.
Tim Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan Ketua Tim
Enam-tujuh perawat profesional dan perawat
associate bekerja sebagai suatu tim, di supervisi oleh
ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan terbagi menjadi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari
tenaga professional, tekhnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang komprehensip dari Perawat Primer
filosofi keperawatan
(PP)
Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek
asuhan keperawatan, dari hasil pengkajian kondisi
pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan.
Ratio : 1:4/ 1: 5 (perawat : pasien) dari penugasan
metode kasus
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Sumber : Nursalam, 2002 : 143

4. Material

Peralatan dan pelengkapan medis dan non-medis

5. Market

penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan factor penentu dalam

perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan

selera konsumen dan daya beli konsumen. Dalam pelayananan kesehatan dilakukan dalam
bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana

pendidikan klinik bagi para calon praktisi kesehatan dan non kesehatan juga sarana pendidikan

E. Tingkatan Manajemen keperawatan

Robert N. Antony yang merupakan seorang Teoritikus Manajemen memberikan sebuah nama

untuk tingkatan suatu manajemen. Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen

dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda yaitu:

1. Manajemen tingkat Pertama ( Lini Manager )

Manajemen tingkat pertama yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu organisasi, dimana

seorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. Bertanggung jawab pengolahan

terhadap organisasi secara keseluruhan. Membuat rencana jangka panjang, merumuskan strategi,

menetapkan kebijaksanaan, dan menetapkan interaksi / hubungan organisasi dengan lingkungan

luar. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Dan

biasanya pada tingkatan ini membuat keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan yang

tidak selalu terjadi. Dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen

tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang

terlibat dalam proses produksi. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap

jalannya perusahaan. Dan biasanya pada tingkatan ini membuat keputusan yang tidak

terprogram, yaitu keputusan yang tidak selalu terjadi. Contoh dari manajemen Lini yaitu penyelia

(supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor

(foreman).
2. Manajemen menengah ( Middle Manager )

Manager yaitu yang mencakup lebih dari satu tingkatan dari manajemen lini didalam organisasi.

Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada

di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara

keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, Pengendali

manajemen dalam suatu organisasi. Bertanggung-jawab atas ruang lingkupnya, wilayah, divisi

dll. Merumuskan rencana jangka menengah, melakukan pengendalian, membuat prosedur, dan

membuat keputusan berdasarkan lingkup tanggung-jawabnya. Sebagai pengendali dalam arti

mengawasi dan meyakini bahwa organisasi menjalankan strategic yang sudah ditetapkan secara

baik, efektif dan seefisien mungkin. Contoh dari manajemen menengah yaitu pemimpin proyek,

manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Manajemen Puncak ( Top Manager )

Manajemen Puncak yaitu yang terdiri atas kelompok yang relatif kecil, yang bertanggung jawab

atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Yang juga pengendali dalam jalannya operasional.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan sasaran operasional. Membuat keputusan jangka

pendek dan mengendalikan transaksi sehari-hari. Biasanya keputusan yang diambil yaitu

keputusan yang terprogram, keputusan yang sering terjadi dan rutin. Manajer fungsional

bertanggung jawab pada satu kegiatan organisasi, seperti produksi pemasaran, keuangan dan lain

sebagainya, manajer umum membawahi unit yang lebih rumit misalnya sebuah perusahaan

cabang atau bagian operasional yang independen yang bertanggung jawab atas semua kegiatan

unit. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer,

bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan
jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief

Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

F. Lingkup Manajemen Keperawatan

Menurut Korn ( 1987 ), yang termasuk lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen

operasional dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Manajemen Operasional

Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang

perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen

menengah, dan manajemen bawah. Faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh manajer agar dapat

berhasil dalam penatalaksanaan kegiatannya:

a) Kemampuan menerapkan pengetahuan

b) Keterampilan kepemimpinan

c) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

2. Manajemen Asuhan Keperawatan

Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya

asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat

ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan

yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat

pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi,

konsultasi, pengawasan dan pendelegasian. ( Loveridge & Cumming, 1996 ).

G. Ketrampilan Manegerial

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan

minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:


1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,

dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian

haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya

itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut

sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga

meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan

berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga

keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer

terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan

kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap

terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen

atas, menengah, maupun bawah.

3. Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah.

Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,

misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan

lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar

yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

a) Keterampilan manajemen waktu


Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk

menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus

Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000

per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2

minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jamsekitar $13 per menit. Dari

sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan.

Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun

demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya

berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

b) Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik

dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi

seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin

mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus

mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk

menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan

memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus

mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan

mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.


BAB III

PENGKAJIAN

Peran dan Fungsi tenaga medis ruang Bougenvile

1. Kepala ruangan

Kepala adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang

dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di rawat inap.

Tugas dan fungsi sebagai berikut :

Menyusun rencana kerja pelayanan di ruang inap

Menyusun rencana kebutuhan kebutuhan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan

Menyusun kebutuhan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan

Menyusun daftar dinas

Memimpin timbang terima pasien

Melakukan orientasi pada perawat baru

Melaksanakan program bimbingan mahasiswa

Mengatur agar alat siap pakai dalam keadaan siap pakai

Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan keperawatan

Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain

Melakukan program bimbingan staf yang mengalami kesulitan

Mendelegasikan tugas kepada katim pada saat karu tidak ada

Mengatur penugasan PRS

Mengadakan pertemuan berkala dengan para staff

Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan mengadakan diskusi bila ada

masalah
Membuat penilaian kinerja karyawan

Merencanakan dan mengevaluasi mutu asuhan keperawatan

Membuat laporan tahunan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang bougenvile, kepala ruang bougenvile

telah melaksanakan peran dan fungsi pokok sebagai kepala ruangan yang baik.

2. Ketua tim perawat

Pengertian ketua tim adalah seorang perawat yang telah diberi wewewnang dan tanggung

jawab dalam menegelola satu tim pelayanan keperawatan kepada shift jaga. Tugasnya

adalah :

Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan shift jaga

Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima pasien

Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien menyusun rencana asuhan

keperawatan

Mengikuti visite dokter

Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota tim

Mengorientasi pasien baru

Menjelaskan renpra yang telah ditetapkan pada perawat pelaksana

Melkukan tindakan keperawatan yang tidak dapan dilakukan oleh perawat

pelaksana.

Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laborat

Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada shift jaga

Memberi HE ( health education) pada pasien dibawah tanggung jawabnya

Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah pasien setiap shift jaga


Membuat laporan kerja

Melaksanakn tugas limpah yang diberikan kepala ruangan

Berdasarkan MAKP ruang bougenville menggunakan metode modularsehingga

terdapat 2 tim yaitu tim A dan tim B. Dari hasil wawancara dengan ketua tim

seluruh ketua telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi ketua tim dengan baik.

3. Perawat pelaksana

Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang telah diberi wawanang untuk

melaksanakan asuhan keperawatan. Uraian tugas :

Mengikuti timbang terima dengan katim dan karu

Membaca renpra yang telah ditetapkan

Menerima pasien baru dan memberikan informasi tentang pasien dan keluarga

Mengevaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

Melakukan tindakan keperawatan sesuai perencanaan

Mengikuti visite dokter

Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien

Mengkomunikasikan kepada katim apabila ada masalah

Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium, pengobatan,dan tindakan

Berperan serta dalam tindaka keperawatan

Melakukan inventaris fasilitas yang dilakukan dalam pelayanan

Membantu tim bila diperlukan

Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien

Melaksanakan tugas yang didelegasikan katim dan karu


Berdasarkan wawancara dengan perawat pelaksana dapat disimpulkan bahwa perawat

pelaksana diruang bougenville telah melaksanakan semua tugas pokok dan fungsi

pearawat pelaksana yang baik.


3.1 Tenaga Dan Pasien (M1-Man)

3.1.1 Tenaga

Analisis ketenangan jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan, latar belakang

pendidik,masa kerja,jenis pelatihan yang diikuti,struktur organisasi,kebutuhan tenaga perawat

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien,kebutuhan tenaga perawat

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dan alur masuk pasien. Keunggulan ruang bougenvile

RSUD Mardi waluyo Kota Blitar salah satunya adalah ketanggapan perawat dalam pelaksanaan

asuhan keperaweatan.

a. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Organisasi Ruang Bougenvile Secara Umum

Struktur Pengorganisasian kerja harian


Penempata struktur pengorganisasian kerja harian perawat diruang Bougenvilr tidak efektif

(Tidak terlihat oleh pasien dan keluarga)

3.2 SARANA PRASARANA (M2 MATERIAL)

3.2.1 Gambaran Umum Ruang

Penerapan proses kegiatan managerial keperawatan mahasiwa program S1 Keperawatan

Stikes Maharani Malang dilakukan di ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar. Pengkajian

data awal dilakukan pada tanggal 04 Desember 2017. Adapun data yang didapat adalah sebagai

berikut :

Visi Rumah Sakit: Terwujudnya Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo sebagai rumah sakit pilihan

utama masyarakat yang mampu bersaing di era global pada tahun 2017
Misi Rumah Sakit

a. Pelayanan Kesehatan yang paripurna terhadap masyarakat.

b. Memberikan Membangun citra pelayanan kesehatan yang partisipasif.

c. Membangun Kerja sama dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta,dan

pihak ketiga

d. Meningkatkan system manajemen rumah sakit

e. Meningkatkan komptensi dan pemberdayaan sumber daya manusia serta

mengupayakan peningkatan kesejahteraankaryawan

Moto Rumah Sakit

Kesehatan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami.

Sifat, Maksud dan tujuan Rumah Sakit (Falsafal Pelayanan Keperawatan)

1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio,psiko,social, spiritual dan kultural

yang unik yang harus dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan

2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk

meningkatkanderajat kesehatan secara optimalada semua yang membutuhkann dengan

tidak membedakan bangsa,suku,agama,atau kepercayaan, dan status social disetiap

tempat pelayanan kesehatan.

3. Tujuan ASuhan Keperawatan dapat dicapai melalui asuhan bersama dari semua anggota

tim kesehatan

4. Dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama semua

anggota tim kesehatan dank lien atau keluarga


5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan

asuhan keperawatan

6. Perkembangan staf alam penataan keperawatan, penunjang medis mendukung pelaksana

kegiatan pelayanan yang optimal kepada pasien secara professional sesuai dengan sumber

daya yang ada

3.2.2 Lokasi atau Denah Ruang


Keterangan

1 :Ners station

2 :Spool book

3 :Dapur

4 ,5 ,6 : Ruang perawatan kelas 1

7 : Ruang Perawatan kelas 3

8 : Ruang perawatan intermediet

11,12 : Ruang perawatan kelas 2

10 : Ruang perawatan intermediet

9 : Ruang perawatan kelas 3

13 :Ruang perawatan ekstra

14 :Ruang seminar

15 :Ruang keperawatan mata

3.2.3 Fasilitas pasien

1. Tempat tidur

2. Ruang ber AC untuk kelas 1

3. Kamar mandi

4. Bed site cabinet

5. Ruang tunggu keluarga

6. Televisi bagi kelas 1


7. Kursi

8. Selimut,bantal

9. Makanan

10. Westafel

Fasilitas yang disediakan bagi pasien baik kuantitas maupun kualitas sudah baik dan memenuhi

standart. Tetapi 11% pengaman TT tidak berfungsi dengan baik dan 22% TT tidak mempunyai

pengaman

3.2.4 Fasilitas Petugas Kesehatan

1. Kamar mandi

2. Televisi

3. Bed,bantal,selimut

4. Kulkas

5. Dapur mini

6. Loket petugas

7. Almari pakaian

8. Komputer

9. Printer

10. Telepon

11. Ruangan ber AC

12. Meja

13. Kursi. Fasilitas yang disediakan bagi petugas kesehatan baik kuantitas maoun kualitas

sudah baik dan memenuhi standart


3.2.5 Ruangan Penunjang

Rumah sakit memiliki ruangan penunjang Foto Thoraks, Laboratorium, Sterilisasi alat.

3.2.6 Intervensi Ruangan

1. Intervensi Dokumentasi

NO
NAMA ALAT JUMLAH

1 Buku Agenda 1
2 Buku Laporan kelas 1 1
3 Buku Laporran kelas 2 1
4 Buku Laboran 1
5 Buku TTV 1
6 Buku Inventaris 3
7 Buku Daftar Dinas 1
8 Buku Injeksi 1
9 Buku Pembayaran Umum 1
10 Buku Pembayaran Askes/BPJS 2
11 Buku Absen Penderita 1
12 Buku Sensus Penderita 1
13 Buku Cairan 1
14 Buku Registrasi 1
15 Buku Folio 1
16 Buku Kematian 1
17 Buku Laporan 1
18 Buku Pasien pulang 1
3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methods)

3.3.1 penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP)

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

Stikes Maharani paa praktek manajemen Keperawatan yang diketahui bahwa model asuhan

keperawatan professional (MAKP) yang dilakukan di Ruang Bougenvile saat ini yaitu metode

penugasan tim dan metode penugasan modular yaitu merupakan gabungan dari metode

penugasan tim dan metode primer bertanggung jawab terhadap pasien di timnya tetapi tidak

bertanggung jawab sepenuhnya. Untuk siang dan sore akab diambil alih oleh perawat

asosiate,tetapi perawat asosiate tetap melaporkan perkembangan pasien kepada perawat primer.

Kelemahan pelaksana MAKP di ruang bougenvile adalah penempatan struktur

pengorganisasian kerja perawat tidak efektif (tidak terlihat oleh pasien dan keluarga).

Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah adanya mahasiswa keperawatan yang

praktik manajemen, adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat, adanya

kebijakan RS tentang pelaksana MAKP

Ancaman yang dimiliki ruang bougenvile adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk

pelayanan professional, makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentignya

kesehatan,persaingan antar RS yang semakin kuat.

3.3.2 Sentraliasi Obat

Dari hasil observasi diruang bougenvile tersedianya sarana dan prasarana sterilisasi

obat,adanya buku injeksi dan obat oral, ada lembar pendokumentasikan obat yang diterima di
setiap status pasien. Kelemahannya adalah tidak ada panduan untuk ejaan obat (Look like sound

a like), Tidak ada lembar persetujuan injeksi injeksi obat. Kesempatan yang dimiliki oleh ruang

bogenvile adalah adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, adanya

kerjasama antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen

Anvaman yang dimiliki oleh ruang bougenvile adalah adanya tuntutan pasien untuk

mendapatkan pelayanan yang professional, makin tinggi kesadaran masyarakat akan hokum.

3.3.3 Timbang Terima

Untuk pelaksana tumbang terima diruang Bougenvile berdasarkan observasi pada setiap

timbang terima kekuatan yang diperoleh oleh kepala ruangan memimpin timbang setiap pagi,

timbang terima rutin dilakukan. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima.

Kelemahan timbang terima di Ruang bougenvile yaitu tidak ada Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang ditetapkan RSUD Mardi Waluyo, Sdangkan untuk pelaksanaanya rutin dilakukan

pada setiap pergantian shift tetapi item-item didalamnya tidak sesuai SOP manajemen

keperawatan yang sudah ditetapkan dalam MAKP yaitu alamat,nomer register,tingkat

ketergantungan dikarenakan keterbatasan waktu dan kebiasaan. Selain itu pelaksanaan Timbang

terima yang ada diruangan Bougenvile tidak dilakukan oleh seluruh perawat.

Kesempatan yang diperoleh oleh adanya mahasiwa keperawatan yang praktik manajemen

keperawatan, adanya kerja sama antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik

manajemen, adanya kebijakan Rumah Sakit tentang timbang terima. Untuk ancaman yang

mungkin diterima yaitu adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional.

Meningkatnya masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi

Asuhan Keperawatan.
3.3.4 Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile Bidang perawatan dan

ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan. Banyak kasus yang memerlukan

perhatian khusus, SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang saraf, sertifikat perawat

sesuai keahliannya. Tidak ada SOP ronde keperawatan dan ronde keperawatan tidak pernah

dilakukan. Selain itu Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara

teratur di Ruang Bougenvile.

Kesempatan yang dimiliki Ruang Bougenvile adalah adanya platihan dan seminar tentang

manajemen keperawatan, adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde

keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik. Ancaman yang dimiliki adanya tuntutan yang

lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkanAncaman yang dimiliki adanya tuntutan yang

lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang professional, Persaing antar

ruang saraf semakin kuat dalam melaukan pemberian pelayanan.

3.3.5 Pemberian Pasien Baru

Pemberian pasien baru berisi 3P

1. Penganalan kepada pasien,tenaga kesehatan lain

2.Peraturan rumah sakit

3.Penyakit, termasuk sterilisasi obat

Dari hasil observasi ruang Bougenvile ada SOP penerima pasien baru tetapi

pelaksanaannya tidak dilakukan atau tidak ada budaya orientasi pasien baru dan keluarga.

Sehingga Budaya cuci tangan pada pasien,penunggu,dan pengunjung masih kurang sehingga
beresikopasien,penunggu,dan pengunjung masih kurang sehingga beresiko terjadi infeksi

nosokomial.

3.3.6 Supervisi Keperawatan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile telah ada program supervise,

Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervise, Hasil supervise terakhir 80%, perawat

ruang Bougenvile telah melakukan tindakan sesuai SOP. Kelemahan dari supervisi di Ruang

Bougenvile yaitu tidak ada Standar OPerasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh RSUD

Mardi Waluyo

Kesempatan yang di miliki di ruang Bougenvile yaitu adanya mahasiswa keperawatan

yang praktik manajemen keperawatan, Adanya kerajasama antara perawat dan mahasiswa

keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang dimiliki di Ruang Bougenvile yaitu

adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang professional,makin tinggi kesaaran

masyarakat akan hokum.2

3.3.7 Discharge Planning

Dari hasil observasi diruang bougenvile ada format discharge planning, Adanya kartu

kontrol berobat,perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal. Tetapi dari hasil

hasil sulit dokumentasi pasien yang sudah pulang pengisian Discharge planning tidak pernah

dilakukan oleh perawat Ruang Bougenvile. Kesempatan yang dimiliki di Ruang Bougenvile

yaitu adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan, adanya kerja sama

antara perawat dan mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen. Ancaman yang dimiliki di

Ruang Bougenvile adalah makin tingginya tuntutan masyarakat untuk mrndapatkan pelayanan
yang professional, Makin tingginya masyarakat akan pentingnya kesehatan,persaingan antara RS

yang semakin kuat.

3.3.8 Dokumentasi

Dari hasil audit dokumentasi asuhan keperawatan diruang Bougenvile

pendokumentasian yang berlaku diruangan Bougenvile adalah system SOR (Sources Oriented

Record) dengan SBAR (Situation Baground Assasment Recommendation) yaitu suatuyu system

pendokumentasian yang beriontasi pada ilmu komponen (Lembar penilaian berisi biodata,lembar

order dokter,lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat,catatan dan laporan),

Tersedianya sarana prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi

penunjang), format asuhan keperawatan sudah ada. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung

jawab dan tanggung gugat),perawat mengisi dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan

standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan ruang Bougenvile, tetapi kepala ruang

bougenvile jarang melakukan pengawasan terhadap dokumentasi keperawatan

Kesempatan yang dimiliki ruang bougenvile adalah adanya program pelatihan,adanya

kesempatan untuk meningkatkan pendidikan(pengembangan SDM), Mahasiswa S1 keperawatan

praktik manajemen untuk mengembangan system untuk mengembangan sistem untuk

mengembangan system dokumentasi PIE ( perencanaan,implementasi,evaluasi), kerjasama yng

baik antara mahasiswa dan perawat ,system MPKP di terapkan mahasiswa S1 Keperawatan.

Ancaman yang dimiliki ruang Bougenvile adalah tingkat kesadaran masyarakat (Pasien

dan keluarga) akan bertanggung jawab dan tanggung gugat, persaingan RS dalam memberikan

pelayanan keperawatan.

3.4 Keuangan (M4-Money)


Keuangan pada sebuah manajemen diinfokuskan pada berikut :

1.Pasien safety

Nursalam (2014:214) menyatakan bahwa indicator pasien safety ada 8 sasaran yaitu :

a. Medication Error

b. Flebitis

c. Dekubitus

d. Jatuh

e. Restrain

f. Injury

g. ILO (Infeksi Luka Operasi)

h. INOS (Infeksi Nosokomial)

Sedangkan sasaran pasien safety yang dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah sakit

edisi 1 (Kemenkes 2011)dan JCI Acreditation,maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut

berikut :

Sasaran 1: Ketetapan Identifikasi pasien

Diruang Bougenfile 68,2 % pasien tidak menggunakan gelang identitas

Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif

Pelaksana komunikasi di ruang Bougenvile sudah efektif (SBAR)

Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication )

Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi,Tepat Prosedur,Tepat pasien operasi


Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dari hasil sampling

yang telah kita lakukan perawat Bougenvile dan petugas belum melakukan 5 moment

dengan baik,budaya cuci tangan pada pasien,pengunjung,masih kurang

Selain itu pelaksana Verbed,bersih-bersih bersama lingkungan pasien,serta dressing

infuse pasien jarang dilakukan

Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

o 11 % pengaman TT tidak berfungsi dengan baik

o 22 % TT tidak mempunyai pengaman

o Berdasarkan sample identifikasi pasien resiko jatuh di ruang Bougenvile berdasarkan

penilaian skala morse didapatkan hasil bahwa 20%

o Medication error (KTD)

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan Bougenvile selama ini tidak ada

medication error yang terjadi

2. Kepuasan Pasien

Dari hasil sampling kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat

diruang Bougenvile menyatakan bahwa 78% pasien puas terhadap pelayanan perawat dan

72% keluarga pasien puas terhadap pelayanan ruangan. Adanya variasi karakteristik dari

pasien (BPJS,Umum,ASKES,ASTEK).

3. ALOS (Averange Length of stay)

Lama rawat inap pasien diraung bougenvile mulai tanggal 04 Desember sampai

tanggal 06 Desember 2017 rata-rata 3 hari sebanyak 30%,3-5 hari sebanyak 50% >6 hari

sebanyak 20%. Kesempatam yang dimiliki ruang Bougenvile adalah adanya Mahasiswa S1

Keparawatan praktik manajemen,Kerjasama yang baik antara perawat dan


mahasiswa.Ancaman yang dimiliki ruang Bougenvile adanya peningkatan standart

masyarakat yng harus dipenuhi, persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan.

3.5 Mutu (M5)

2. Pasien safety

Nursalam (2014:2014) menyatakan bahwa indikator pasien safety ada 8 sasaran yaitu:

a. Medication eror

b. Flebitis

c. Dekubitus

d. Jatuh

e. Restrain

f. Injury

g. ILO (Infeksi Luka Operasi)

h. INOS (infeksi nosokomial)

Sedangkan sasaran pasien safety yang dikeluarkan oleh standart akreditasi rumah sakit edisi 1

(kemenkes, 2011) dan JCI Akreditation, makan sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut:

a. Sasaran 1: Ketepatan identifikasi pasien

Diruang bougenville 68,2% pasien tidak menggunakan gelang identitas

b. Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif

Pelaksanaan komunikasi diruang bougenville sudah efektif (SBAR)

c. Sasaran 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications)

d. Sasaran 4: Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


e. Sasaran 5: Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dari hasil sampling

yang telah kita lakukan perawat bougenville dan petugas belum melakukan 5 moment

dengan baik, budaya cuci tangan pada pasien, pengunjung masih kurang. Selain itu

pelaksanaan verbed, bersih-bersih bersama lingkungan pasien, serta dresing infuse

pasien jarang dilakukan

f. Sasaran 6: pengurangan resiko pasien jatuh

11% pengamanan TT tidak berfungsi dengan baik

22% TT tidak mempunyai pengamanan

Berdasarkan sample identifikasi pasien resiko jatuh diruang bougenville berdasarkan

penilaian skala morse didapatkan hasil bahwa 20% pasien mempunyai resiko rendah

jatuh dan 80% pasien mempunyai resiko tinggi jatuh. Medication error (KTD) dari hasil

wawancara dengan kepala ruang bougenville selama ini tidak ada medication error yang

terjadi.

A. Planning (perencanaan )

1. Analisa kebutuhan tenaga keperawatan

Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan, kebutuhan tenaga keperawatan di

ruang bougenvile beradasarkan jumlah dan jenis tingkat ketergamtungan pasien

adalah berikut :

a. Kebutuhan jam perawatan :

minimal care = 2 jam x 3 orang = 6 jam

parsial care = 3 jam x 14 orang = 42 jam


total care = 6 jam x 30 orang = 6 jam +

jumlah = 78 jam

perhitungan jam perawatan tidak langsung

35 menit x 21 orang =732 menit = 12 jam

jam penyuluhan

15 menit x 21 orang = 315 menit = 5 jam

Total jumlah jam perawatan yang dibutuhkan = 78 jam + 12 jam + 5 jam = 95 jam

b. kebutuhan keperawatan

jumlah jam keperawatan = 95 = 14 orang

jam kerja perawat/hari 7

pembagian perawat / shift

pagi : 47 % x 14 = 7 orang

siang : 35 % x 14 = 5 orang

malam : 17% x 14 = 2 orang perawat


Daftar pustaka

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Muninjaya Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika

Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Sumijatun. 2009. Manajemen Keperawawatan Konsep Dasar Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan

Klinis. Jakarta : CV. Trans Info media

Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC

4.

Anda mungkin juga menyukai