Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah manajemen sering kita dengar dalam kehidupan sehari-

hari setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang

manajemen yang akan dipengaruhi banyak hal. Seorang perawat juga

akan melakukan manajemen agar usahanya dalam mengelola klien

berhasil. Perawat akan membuat perencanaan untuk klien dan akan

melakukan manajemen team antar profesi dalam menangani klien.

Artinya manajemen bisa dilakukan oleh siapapun tanpa mengenal ras,

suku, agama, jabatan, pekerjaan dan sebagainya.

Manajemen bukan ilmu hafalan tetapi ilmu terapan yang bisa

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam organisasi ataupun

masyarakat. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang

dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di

organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning,

organizing. Actuating, controlling terhadap staf sarana, dan

prasarana dalam mencapai organisasi Manajemen mempunyai

pengertian yang banyak dan tiap ahli mempunyai pendapat yang

berbeda-beda dalam menyampaikan pengertian sesuai dengan sudut

pandang masing-masing. George R. Terry mengatakan “Manajemen

merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan,


pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dn pengawasan

dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat

menyelesikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan

H. Koontz & O. Donnel dalam bukunya “Principles of Management”

mengemukakan pendapatnya yaitu: ”Manajemen berhubungan

dengan pencapaian tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-

orang lain”.

Perkembangan teori manajemen terus berkembang seiring

dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia yang

semakin kritis khususnya dalam bidang keperawatan. Saat ini

semakin meningkat peluang perawat sebagai pimpinan dalam suatu

organisasi sehingga perlu pemahaman yang baik tentang manajemen.

Penerapan teori manajemen disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan lingkungan organisasi. Hal ini memerlukan kreatifitas dan

inovasi seorang pimpinan dalam memilih atau memodifikasi teori

manajemen tersebut sehingga sesuai dengan kebutuhan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktik Field Trip Manajemen

Keperawatan, mahasiswa mampu menerapkan konsep dan

prinsip manajemen keperawatan dan mampu mengaplikasikan


pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dan meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktik Field Trip Makajemen

Keperawatan mahasiswa mampu :

a. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi secara efektif.

b. Mahasiswa mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam

praktek keperawatan professional.

c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan

manajemen keperawatan.

d. Mahasiswa mampu menjalin hubungan interpersonal.

e. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terkait fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan serta pengendalian.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manajemen

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi

dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan

proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan

keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2006). George R.

Terry dalam bukunya menyampaikan pendapatnya, Manajemen

adalah suatu proses terdiri dari atas perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan pelaksanaan, dan pengawasan, denga memanfaatkan

baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang

diterapkan sebelumnya.

Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap

perawat untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap

pasien. Tugas manager keperawatan adalah merencanakan,

mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,

peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan

pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies,

2000).

Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi

pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.

Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan

adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan


keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan

di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga

tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang

keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau

supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh

manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.

B. Ciri-Ciri Manajemen

1. Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan

2. Manajemen sebagai proses, meliputi :

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Penggerakan pelaksanaan

d. Pengarahan

e. Pengawasan

3. Tersedia sumber daya : manusia, material dan sumber lain

4. Mendayagunakan atau menggerakkan sumber daya tersebut

5. Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut

(manajer)

6. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian

yang harus dimiliki oleh manajer.


C. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya

untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-

fungsi yang jelas mengenai manajemen. Fungsi manajemen

pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu

perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian.

Luther Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), personalia

(staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating),

pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat

menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk

pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan,

pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen

menurut G.R. Terry adalah planning, organizing, actuating, dan

controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen terdiri

dari planning, organizing, motivating, dan controlling.

Kesamaan pendapat para ahli tentang fungsi manajemen

antara lain :
1. Planning (Perencanaan)

Perencanaan dalam manajemen mempunyai peran penting

dalam mengelolah organisasi. Seorang pemimpin harus

mempunyai perencanaan yang baik agar institusi yang

dipimpinnya bia mencapai visi yang telah ditentukan.

Perencanaan adalah fungsi pertama yang haru dilaksanakan

dalam manajemen dan merupakan fungsi yang paling penting,

karena merupakan penentuan apa yang harus dicapai, bagaimana

cara mencapainya, dan bagaimana tolak ukur pencapaian tujuan

serta memberikan rincian kegiatan yang akan dikerjakan

selanjutnya. (Prayitno, 2001).

Adapun tujuan perencanaan antara lain :

a. Memberikan arahan dan upaya koordinasi.

b. Mengurangi dampak perubahan.

c. Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian.

d. Meminimalkan hasil yang sia-sia dan kegagalan.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan.

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,

menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian

wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai

tujuan.
3. Actuating (Pengarahan)

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer

berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik,

kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).

Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan

menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan

efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif

akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan

manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan

(Swanburg, 2000).

4. Controling (Pengendalian)

Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari

manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan,

pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan (Swanburg, 2000).

Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana,

proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Selama fase pengendalian, kinerja diukur

menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan

diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan

kinerja. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber

daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai

tujuan program .
PLANNING

CONTROLLING ORGANIZING

Management
Function

DIRECTING STAFFING

Berdasarkan gambar diatas terlihat dengan jelas bahwa proses

manajemen merupakan suatu siklus yang harus dilakukan secara

berurutan. Proses manajemen mempunyai kepimiripan dengan

pross keperawatan. Alasan mengapa manajemen diperlukan,

berdasarkan pendapat para ahli tentag manajemen, mka dapat

disimpulkan ada tiga alas an mendasar mengapa manajemen

diperlukan, yaitu:

a) Mencapai tujuan organisasi. Manajemen dibutuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi dan juga tujuan individu yang ada

dalam organisasi tersebut.

b) Menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga

keseimbangan antara tujuan, sasaran dan kegiatan yang

bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan

organisasi, seperti : pimpinan, pegawai, pelanggan, serikat

kerja, masyarakat, pemerintah, dll.


c) Mencapai efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar, sedangkan

efektivitas merupaka kemampuan untuk memilih tujuan yang

tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan.

D. Kepemimpinan

Profesi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klien

memerlukan kemampuan leadership. Kemampuan kepemimpinan ini

diperlukan untuk mengelola klien, keluarga klien dan profesi lain

dalam membantu proses kesembuhan pasien.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu

atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi

tertentu (Hersey dan Blanchard, 1982). Sedangkan Scott (1967)

menjelaskan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan

yang diorganisir dalam kelompok di dalam usahanya mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan. Definisi yang dikemukakan oleh Koontz

dan O’Dannel (1976) kepemimpinan merupakan seni membujuk

bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan

semangat keyakinan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah uatu seni dan proses dalam mempengaruhi

perilaku orang lain dalam situasi tertentu sehingga orang tersebut

bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditatpkan.


Kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen di dalam kehidupan

organisasi mempunyai kedudukan strategis dan memerlukan gejala

social yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok.

Pemimpin dapat didefinisikan sebagai orang yang dapat

melihat suatu pola atau potensi untuk mencapai tujuan.

Kepemimpinan dapat diajarkan dan dikembangkan dalam diri

seseorang dengan kecerdasan (Timpe, 1992).

1. Teori Kepemimpinan

Pada dasarnya ada 3 teori kepemimpinan yang dikenal yaitu :

a. Kepemimpinan menurut teori sifat

Keberhasilan seorang pemimpin ditentukanoleh sifat-sifat,

perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat-

sifat tersebut dapat berupa fisik dan dapat pula sifat

psikologis.

b. Kepemimpinan menurut teori perilaku

Perilaku atau tingkah laku pemimpin dengan mengadakan

pencatatan mengenai berbagai dimensi perilaku pemimpin

yang efektif. Terdapat dua dimensi utama kepemimpinan yaitu

konsiderasi dan struktur inisiasi. Perilaku konsiderasi

menggambarkan perilaku pemimpin yang menunjukksn

kesetiakawanan, bersahabat, saling mempercayai dan

kehangatan didalam hubungan kerja antara pemimpin dengan

bawahannya. Sedangkan struktur inisiasi ini menunjukkan


pada perilaku pemimpin dalam hubungan kerja antara dirinya

dengan yang dipimpin dan usahanya dalam menciptakan pola

organisasi, saluran komunikasi dan prosedur kerja yang jelas.

c. Kepemimpinan menurut teori situasional

Kepemimpinan situasional didasarkan pada saling pengaruh

utama : Sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas)

yang diberikan pemimpin, sejumlah pendukungan emosional

(perilaku hubungan) yang diberikan pimpinan serta tingkat

kesiapsiagaan (kematangan) yang ditunjukkan para bawahan

dalam melaksanakan tugas khusu, fungsi dan sasaran.

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dapat dipilih sesuai dengan situasi dan

kondisi dalam organisasi, penerapan gaya kepemimpinan tiap

orang dapat dikembangkan melalui seni dalam kepemimpinan

untuk mencapai tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai

hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang

sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba

mempengaruhi kinerja bawahannya (Tampubolon, 2007).

Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pimpinan

melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat

oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang

mungkin sedang mengamati diluar (Robert, 1992). Berdasarkan


definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

merupakan kemampuan seseorang dalam mengarahkan,

mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau

bawahan untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas

kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan.

Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan

situasi menurut Siagian (2002) yaitu :

a. Tipe pemimpin yang otokratik

Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style )

segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau

kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada dasarnya

sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator

tetapi dalam bobot yang agak kurang.

b. Tipe kepemimpinan yang militeristik

Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin menggunakan

system perintah dalam menggerakkan bawahannya yang

sering dipergunakan dan senang pada formalitas yang

berlebih-lebihan.

c. Tipe kepemimpinan paternalistic

Pada gaya kepemimpinan ini pimpinan selalu bersikap terlalu

melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan

untuk mengambil keputusan dan inisiatif serta selalu bersikap

mau tahu.
d. Tipe kepemimpinan Kharismatik

Staf atau karyawan mengikuti kemampuan kepemimpinan

yang heroic atau yang luar biasa ketika mereka mengamati

perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka.

e. Tipe kepemimpinan Demokratik

Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership

style ) ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan

dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya

kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain:

keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa

ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan

kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang

lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang

dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.

E. Metode Asuhan Keperawatan Profesional

Model asuhan keperawatan professional adalah sebagai suatu

system (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat

professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.(Hoffart &

Woods, 1996).

Jenis model asuhan keperawatan professional menurut Kron.T &

Gray (1997) ada empat metode pemberian asuhan keperawatan


professional yang sudaj ada dan akan terus dikembangkan di masa

depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan antara lain:

1. Model Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional

Pemberian asuhan keperawatan yang berorientasi pada

penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan dan pemberian

tugas sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan.

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional Primer

Pada metode ini terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat

komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan. Metode

penugasan dimana satu perawat bertanggung jawab penuh selama

24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien

masuk sampai keluar rumah sakit.

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuha

keperawatan kelompok klien melaui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Potter, Patricia1993). Metode ini menggunakan tim

yang terdiri dari anggota yang berbeda dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi

menjadi 2 tim yang terdiri dari tenaga professional.

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional Kasus


Pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu

atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas

atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.

Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift

dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang

sama pada hari berikutnya.

Metode pemberian asuha keperawatan terdapat empat metod

pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungsional, metode tim,

metode kasus, dan metode primer (Gillies, 1989). Dari keempat

metode tersebut yang paling memungkinkan pemberian pelayanan

professional adalah metode tim dan primer. Dalam hal ini adanya

sentralisasi obat, timbang terima, ronde keperawatan dan supervisi.

1. Sentralisasi obat

Teknik pengelolaan obat control penuh (sentralisasi) adalah

penglolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada

pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan

pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat, keluarga wajib

mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.

2. Timbang terima

Suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)

yang berkaitan dengan keadaan klien.

3. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien

dilibatka untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan

akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan perawat primer

atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate dan ,melibatkan

seluruh tim.

4. Supervisi

Secara umum dimkasud dengan supervise adalah melakukan

pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap

pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian

apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau

bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.


BAB III

HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI

A. Perencanaan

1. Visi

Pemuka dalam pelayanan, mewujudkan pelayanan keperawatan

profesional.

2. Misi

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien memerlukan

pelayanan keperawatan, sesuai dengan kebutuhan manusia

seutuhnya yang ada diruangan perawatan 2.

b. Memberikan pelayanan secara paripurna dan efektif kepada

pasien diruangan perawatan 2.

c. Memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada

penderita dan keluarga.

3. Perencanaan harian

a. Kepala Ruangan

Perencanaan yang dilakukan diruangan yaitu :

1) mengontrol pegawai dari kedisiplinan, kerapihan,kebersihan

ruangan

2) Melengkapi kebutuhan yang diperlukan perawat untuk

melakukan asuhan keperawatan

3) Menerima dan menyelesaikan apabila ada komplain dari

pasien
4) Melakukan Supervisi

b. Ketua Tim

Perencanaan harian di ruangan sebagai seorang ketua tim atau

perawat primer yaitu

4. Perencanaan bulanan

Perencanaan bulanan yang dilakukan di ruangan yaitu :

a. Perencanaan rapat bulanan

b. Pengampraan alat kesehatan

c. Pengampraan ATK

d. Pengaturan adwal shift

5. Perencaan tahunan

Perencanaan tahunan yang dilakukan di ruangan yaitu :

a. Pelatihan staf

b. Pencapaian target

6. Perhitungan kebutuhan tenaga

Metode perhitungan kebutuhan tenaga yang di gunakan adalah

metode Douglas dan depkes biasanya di combaint berdasarkan

beban kerja.

B. Pengorganisasian

1. Model Manajemen Asuhan Keperawatan

a. Kepala Ruangan
Model asuhan keperawatan yang digunakan yaitu metode Tim

dan fungsional tergantung dari jumlah beban kerja dan kriteria

pasien itu sendiri (partial care,minimal care,total care)

b. Ketua Tim

2. Struktur Organisasi & Job Description

Terdapat job description/uraian tugas sesuai struktur organisasi di

ruangan, seperti berikut :

a. Tugas Kepala Ruangan

1) Perencanaan

a) Menentukan ketua TIM diruangan

b) Mengikuti operan

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dan

persiapan pulang bersama ketua TIM

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

diruangan

e) Mengatur jadwal dinas

2) Pengorganisasian

a) Membuat rincian tugas TIM dan anggota TIM secara

jelas

b) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan

c) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan

d) Mengidentifikasi masalah dan cara penanganannya

3) Pengarahan
a) Mengarahkan tentang penugasan ketua TIM dan

anggota TIM

b) Memberi motivasi

c) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan Askep pasien

d) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan tugasnya

4) Pengawasan dan evaluasi

a) Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua

TIM dalam pelaksanaan Askep pada pasien

b) Supervisi

c) Pengawasan tidak langsung : mengecek daftar

hadir,melihat dokumentasi yang sudah dibuat oleh

ketua TIM dan anggota TIM

d) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan Renpra yang sudah disusun

bersama ketua TIM

b. Tugas Ketua Tim

1) Serah terima tugas tiap pergantian jaga

2) Pembagian tugas tiap anggota TIM

3) Menyusun askep

4) Menyiapkan keperluan askep

5) Melakukan operan
6) Melakukan visit dokter, meminta resep, menyiapkan

pemeriksaan penunjang dan konsul

7) Melakukan asuhan dan mendokumentasikan diberkas

rekam medik

8) Mengontrol pekerjaan perawat pelaksana

9) Membentu pekerjaan perawat pelaksana dalam melakukan

asuhan keperawatan

10) Membuat catatan perkembangan

c. Tugas Perawat Pelaksana

1) Melaksanakan perawatan sesuai Renpra yang dibuat katim

2) Memberikan perawatan total

3) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama

katim tidak ada ditempat

4) Bekerjasama dengan ketua TIM dan membantu pekerjaan

anggota TIM lain serta staf keperawatan lain serta staf

keperawatan lain

5) Berkonstribusi dalam perawatan :

a) observasi terus menerus

b) ikut ronde keperawatan

c) berinteraksi dengan pasien dan keluarga

d) memberikan HE dengan katim

e) berkonstribusi dengan katim / KARU bila ada masalah


f) melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien

baik secara lisan maupun tulisan

g) membuat laporan harian pasien

3. Pengaturan Jadwal Dinas

Pengaturan jadwal dinas dilakukan kepala ruangan bersama ketua

Tim

4. Sistem Klasifikasi Pasien

a. Kepala Ruangan

Sistem klasifikasi pasien menggunakan metode douglas atau

sesuai dengan kriteria pasien (partial care,minimal care,total

care)

b. Ketua Tim

Pembagian berdasarkan klasifikasi penyakit yang di derita

(misalnya : pasien bedah di kelompokkan dengan pasien bedah

lainnya, pasien interna di elompokkan dengan pasien interna

lainnya dan pasien Isolasi di kelompokkan dengan pasien yang

tingkat infeksius tinggi)

C. Staffing/Kepersonaliaan
1. Sistem Orientasi Staff

Perawat baru biasanya diberikan waktu selama 1 minggu untuk

observasi ruangan,tugasnya sebagai perawat pelaksana, dan

daftar dokter periksa setelah itu pada minggu kedua perawat

dapat melakukan tindakan keperawatan namun dilakukan


pembimbingan oleh perawat senior hingga perawat tersebut

dianggap mampu melakukan secara mandiri.

2. Tehnik pengembangan Staf

Tehnik pengembangan staf dilakukan dengan cara melakukan

pelatihan, keikut sertaan perawat dalam seminar keperawatan

atau melanjutkan pendidikan

D. Pengarahan

1. Tehnik Motivasi

a. Kepala Ruangan

1) Motivasi yang diberikan kepada perawat yang menunjukkan

penurunan kinerja yaitu dilakukan dengan melakukan

pendekatan dan pengkajian kepada perawat, Kepala

ruangan harus mengetahui kendala dari perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan dan memberi masukan

untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memberi

pelayanan

2) Reward tidak deberikan seperti penambahan gaji namun

biasanya perawat yang berprestasi di Ranking dan perawat

yang berprestasi akan diberi hadiah dari Rumah Sakit

berupa Umroh

3) Pelanggaran yang dianggap dapat di tolerir akan diberikan

teguran namun apabila pelanggaran seperti pencurian dan

pelecehan akan di PHK.


b. Ketua Tim
1) Cara memotivasi perawat pelaksana yang cenderung

menunjukkan penurunan kinerja yaitu memberikan contoh

perilaku kinerja yang baik kepada perawat yang

bersangkutan.

2) Reward/penghargaan yang diberikan pada perawat

pelaksana yang menunjukkan kinerja yang sangat baik

yaitu dengan memberikan pujian atas pencapaiannya.

3) Punishment yang diterapkan bila ada perawat pelaksana

yang melakukan pelanggaran kedisiplinan yaitu dengan

memberikan teguran secara langsung namun bukan di

depan pasien dan keluarga pasien.

2. Manajemen Konflik
a. Kepala Ruangan

Metode manajemen yang dilakukan yakni metode pemecahan

problem yakni memecahkan masalah secara bersama-sama,

memanggil perawat atau pihak yang berselisih lalu

membicarakan masalah dan mencari jalan keluar masalah

secara bersama-sama sehingga dapat meminimalkan masalah

atau menyelesaikan masalah tersebut.

b. Ketua Tim

1) Cara menyelesaikan konflik ketika terjadi antara perawat

dengan perawat lain yaitu mendiskusikan kepada kepala


ruangan dan mempertemukan kedua pihak perawat yang

berkonflik.

2) Cara menyelesaikan konflik ketika terjadi antara perawat

dengan tenaga kesehatan lain yaitu mengklarifikasi

penyebab konflik terlebih dahulu dari kedua belah pihak.

3) Cara menyelesaikan konflik ketika terjadi antara perawat

dengan pasien atau keluarga pasien atau terdapat komplain

dari pasien yaitu dengan mengklarifikasi penyebab

terjadinya konflik, di laporkan secara berkala atau

berjenjang seperti dari ketua tim, kemudian kepala ruangan

selanjutnya ke kepala bagian keperawatan jika masalah

belum bisa diselesaikan.

3. Supervisi

a. Kepala Ruangan

b. Ketua Tim

1) Bentuk pelaksanaan supervisi kepada perawat pelaksana

yang sering dilakukan di ruangan yaitu ikut serta dalam

melakukan tindakan.

2) Supervisi yang dilakukan tidak terjadwal

3) Form penilaian pada saat melakukan supervisi tidak ada

4) Menyampaikan hasil supervisi dan memberikan bimbingan

kepada perawat pelaksana yang di supervisi.

4. Delegasi
a. Kepala Ruangan

Pendelegasian biasanya diberikan kepala ruangan kepada

ketua TIM atau kepada perawat pelaksana yang telah lama

kerja atau berdasarkan pendidikan. Format pendelegasian

hanya diberikan apabila kepala ruangan Cuti

b. Ketua Tim

1) Pendelegasian dilakukan kepada Ketua Tim II

2) Pertimbangan memilih perawat tersebut untuk

mendelegasikan tugasnya yaitu karena lebih

berpengalaman dan lebih aktif.

3) Tidak terdapat form pendelegasian di ruangan

4) Tidak terdapat SOP pendelegasian di ruangan

5. Operan, Pre & Post Conference

a. Isi Pre Conference

Yaitu melakukan perencanaan tindakan asuhan keperawatan

yang akan dilakukan selama shift/dinas.

b. Isi Operan

Melaporkan pada pasien dan keluarga tentang pergantian jaga

dan tugas akan dilanjutkan perawat yang dinas di shift itu serta

menanyakan keluhan pasien.

c. Isi Post Conference

Mengevaluasi tentang rencana tindakan asuhan keperawatan

yang telah dilakukan selama shift/dinas.


6. Ronde Keperawatan

a. Kepala Ruangan

Ronde Keperawatan belum pernah dilakukan perawat

b. Ketua Tim

1) Tidak terdapat SOP ronde keperawatan diruangan

2) Pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan yaitu mengkaji

ulang masalah keperawatan yang muncul

E. Pengendalian

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dilakukan perhari namun pelaporan kinerja

perawat dilakukan perbulan. Bentuk penilaian kinerja dilakukan

dalam bentuk

2. Indikator mutu

3. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan

Cara menilai kualitas asuhan keperawatan dengan menggunakan

kuesioner yang diberikan kepada pasien dan keluarga untuk

mengetahui kenyamanan dan peningkatan asuhan keperawatan

F. Profesional Relationship/Hubungan Profesional

1. Pembacaan kasus terintegrasi biasanya hanya dilakukan apabila

ada klien yang meninggal mendadak padahal sebelumnya klien

tersebut telah menunjukkan peningkatan kesehatannya.


2. Kerjasama antar profesi (kolaborasi) di ruangan terjalin dengan

baik, yang menjadi kendala dalam melakukan kerjasama dengan

profesi lain yaitu kurangnya komunikasi

G. Patient Care Delivery (Pemberian Layanan Keperawatan)

1. Orientasi Pasien Baru

a. SOP & lembar penerimaan pasien baru di ruangan ada.

b. Yang disampaikan pada saat ada pasien baru yaitu orientasi

pasien baru, melakukan pengkajian pasien baru, terapi yang

telah dilakukan di IGD atau perawatan sebelumnya, dan

orientasi ruangan kepada pasien dan keluarga.

c. Kendala di ruangan dalam melakukan orientasi pasien baru

yaitu

2. Pendidikan Kesehatan

a. SOP pendidikan kesehatan di ruangan tidak ada.

b. Yang disampaikan pada saat pendidikan kesehatan yaitu

menjelaskan tentang penyakit yang di derita pasien kepada

pasien dan keluarga, kemudian menjelaskan tentang diet

pasien.

c. Kendala di ruangan dalam melakukan pendidikan kesehatan

yaitu keluarga pasien kurang pengetahuan tentang kesehatan.

3. Discharge Planning/Persiapan Pasien Pulang

a. SOP & lembar discharge planning di ruangan ada.


b. Yang disampaikan pada saat discharge planning yaitu terapi

lanjutan pasien, tentang perawatan pasien di rumah dan

pembatasan aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan

pasien.

4. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Di ruangan menggunakan sistem asuhan keperawatan yang sudah

terintegrasi dengan standar asuhan keperawatan yang di terapkan

yaitu perdiagnosa yang diisi secara ceklis, kemudian menggunakan

komputer untuk mengklasifikasi.


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan wawancara dan observasi langsung

manajemen keperawatan pada kepala ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana di Rumah Sakit Islam Faisal selama 4 hari dari tanggal 27

februari sampai 2 maret 2019 dengan menggunakan pendekatan

managemen function, maka diperoleh hasil :

A. Perencanaan

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kepada kepala

ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana di dapatkan data bahwa

ada visi dan misi setiap ruangan, setelah itu ada perencanaan harian

yang dilakukan kepala ruangan dan ketua tim, namun untuk perawat

pelaksana sekarang sudah tidak ada loogbook harian untuk mencatat

semua tindakan keperawatan yang di rencanakan dan lakukan.

Kemudian untuk perencanaan bulanan, tahunan, dan perhitungan

kebutuhan tenaga hanya dilakukan oleh kepala ruangan. Namun

hanya format yang ada di ruangan hanya perencanaan harian, dan

bulanan. Format tahunan belum ada karena pada saat wawancara

dan observasi dilakukan kepala ruangan baru menjabat di ruangan

tersebut ±1 bulan sehingga format perencanaan tahunan belum ada.

B. Pengorganisasian
Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kepada kepala

ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana di dapatkan data bahwa

model asuhan keperawatan yang diterapkan yaitu metode Tim dan

fungsional tergantung dari jumlah beban kerja dan kriteria pasien itu

sendiri (partial care, minimal care, total care). Setelah itu struktur

organisasi yang ada di ruangan belum di perbarui setelah mutasi dan

banyak yang berubah dari struktur sebelumnya seperti kepala ruangan

dan ketua tim. Kemudian untuk job description sudah di terapkan

dengan membagi tugas-tugas yang harus di kerjakan masing-masing

untuk kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Selanjutnya

untuk sistem klasifikasi pasien di bagi berdasarkan metode douglas

atau sesuai dengan kriteria pasien (partial care, minimal care dan total

care) atau Pembagian berdasarkan klasifikasi penyakit yang di derita

(misalnya : pasien bedah di kelompokkan dengan pasien bedah

lainnya, pasien interna di elompokkan dengan pasien interna lainnya

dan pasien Isolasi di kelompokkan dengan pasien yang tingkat

infeksius tinggi)

C. Staffing/Kepersonaliaan

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kepada kepala

ruangan di dapatkan data bahwa sistem orientasi staff seperti perawat

baru biasanya diberikan waktu selama 1 minggu untuk observasi

ruangan, tugasnya sebagai perawat pelaksana dan daftar dokter

periksa. Setelah itu di bimbing oleh perawat senior hingga dianggap


mampu melakukan tindakan secara mandiri. Selain itu tehnik

pengenbangan staf yang dilakukan dengan cara melakukan pelatihan

dan seminar ada pula yang melanjutkan pendidikan.

D. Pengarahan

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kepada kepala

ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana didapatkan data bahwa

teknik motivasi yang dilakukan kepala ruangan dan ketua tim ada

perbedaan yaitu kepala ruangan melakukan pendekatan dan

pengkajian kepada perawat untuk mengetahui kendala dalam

melakukan asuhan keperawatan kemudian memberi masukan untuk

meningkatkan kinerja perawat sedangkan ketua tim yaitu dengan

memberikan contoh perilaku kinerja yang baik kepada perawat yang

bersangkutan. Kemudian untuk reward/penghargaan yang di berikan

kepada perawat yang menunjukkan kinerja yang sangat baik juga

bukan berupa gaji tambahan namun berupa pujian dan bahkan

mendapat hadiah dari rumah sakit seperti umroh dll. Selain itu

punishment yang dilakukan yaitu berupa teguran dan jika fatal maka

akan di PHK.

E. Pengendalian

Anda mungkin juga menyukai