Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

PEMBAGIAN PERAN KEPALA RUANG, KETUA TIM,


PERAWAT ASSOCIATE DENGAN METODE TIM
DAN SKENARIO ROLE PLAY
KOMUNIKASI SBAR

Disusun Oleh :
1. Putri Setyaningrum (115084)
2. Rayhand Alivia R. (115087)
3. Reni Khotimah (115089)
4. Salma Hubbi W. (115096)
5. Sarah Catherine S. (115097)
6. Siti Nurrohmah (115101)
7. Ulfah Yunita (115110)
8. Upik Mironi (115111)
9. Wahyuni Harsono (115130)
10. Widia Krisdayanti (115131)

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2018
PEMBAGIAN TUGAS KEPALA RUANG, KETUA TIM, SERTA
PERAWAT ASSOCIATE DENGAN METODE TIM

Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota berbeda beda, dalam memberikan
asuhan keperewatan terhadap sekelompok pasien
1. Kelebihan :
a) Memungkin pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim
2. Kekurangan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk conferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu karna sulit untuk melaksanakannya pada waktu sibuk.
3. Konsep keperawatan tim
Konsep ini terdiri atas beberapa point yang harus dilaksanakan yaitu :
a) Ketua Tim
b) Komunikasi yang efektif
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang dalam metode ini sangat penting, artinya metode ini akan
berhasil hanya bila didukung oleh kepala ruang
4. Tanggung jawab anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berbeda di bawah tanggung
jawabnya
b) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5. Tanggung jawab ketua tim
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c) Mengenal kondisi pasien dan kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
6. Tanggung jawab Kepala Ruang
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing masing
(2) Mengikuti serah terima paien
(3) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien berama ketua tim
(4) Merencanakan strategi keperawatan
(5) Mengikuti visite dokter
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
(4) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan
(5) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
c) Pengarahan
(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
(2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melakukan tugas dengan
baik
(3) Memberikan motivasi
(4) Menginformasikan hal hal yang di anggap penting
(5) Membimbing bawahan yang kesulitan
d) Pengawasan
(1) Melalui Komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim mengenai
asuhan keperawatan
(2) Melalui Supervisi
(a) Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan
(b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengechek daftar hadir ketua
tim membaca, dan memeriksa rencana keperawatan
(c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan rencana
keperawatan yang telah di susun bersama ketua tim
Kepala Ruang Ketua Tim Perawat assosiate
 Menerima pasien baru  Membuat perencanaan  Memberikan ASKEP
 Memimpin rapat Asuhan keperawatan  Mengikuti timbang terima
 Evalusi kinerja perawat  Mengadakan tindakan  Melaksanakan tugas yang
 Membuat daftar dinas kolaborasi didelegasikan
 Menyediakan material  Memimpin timbang  Mendokumentasikan
 Melakukan perencanaan Terima tindakan keperawatan
dan pengawasan  Mendelegasi tugas
 Melakukan pengarahan  Memimpin Ronde
Keperawatan
 Mengevaluasi
pemeberian ASKEP
 Bertanggungjawab
terhadap pasien
 Memberi petunjuk jika
pasien akan pulang
 Mengisi resume
keperawatan

KOMUNIKASI SBAR
Komunikasi adalah hal yang penting dalam aktivitas manager keperawatan dan
sebagai bagian yang selalu ada dalam suatu proses management keperawatan
tergantung pada posisi manager struktur organisasi (Nursalam, 2015, hlm 143).
Komunikasi merupakan suatu hal yang kompleks dimana banyak model yang
digunakan dalam berkomunikasi.
1. Prinsip Komunikasi
Dalam suatu organisasi dibutuhkan komunikasi, manager harus dapat melakukan
komunikasi dengan menggunakan prinsip berikut :
a. Manager harus mengerti struktur organisasi, dimana manager perlu mengerti
jaringan informasi formal dan informal yang perlu antara manager dan staff
b. Komunikasi merupakan proses dalam kebijaksaan organiasi, dimana manager
harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang
yang berkompeten sebeleum melakukan tindakan dan perubahan
c. Prinsip komunikasi perawat profesional yaitu complite acurate, rapi dan english
CARE
d. Dalam berkomuikasi haruslah cara lengkap, adekuat dan cepat dimana harus
didukung suatu fakta yang memadai
e. Manager harus meminta umpan balik dengan cara meminta penerima untuk
mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan
f. Seorang manager pentinya menjadi pendengar yang baik dimana ha yang perlu
dilakukan adalah menerima semua informasi dan menunjukkan rasa
menghargai dan ingin tau atas pesan yang disampaikan
2. Model Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu hal yang kompleks dimana banyak
model komunikasi yang digunakan dalam komunikasi ((Nursalam, 2015, hlm 143)
a. Komunikasi tertulis dan memo dala suatu organisasi meliputi :
1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan
2) Menuliskan nama orang dan perlu dipertimbangkan dampaknya
3) Menggunakan kata aktif
4) Menggunakan kata-kata yang sederhana, familiar agar mudah dipahami
5) Meminimalkan kata-kata yang tidak penting dan menuliskan kata-kata agar
orang lain dapat menggambaran inti dari tulisan tersebut
6) Tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik utama
7) Atur isi tulisan secara sistematis
8) Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca
9) Komunikasi dilakukan secara jelas fokus.
b. Komunikasi secara langsung
Dalam berkomunikasi secara verbal dengan tujuan assertivess. Perilaku
assertivess merupakan cara berkomunikasi dengan mengekspresikan perasaan
secara langsung dan jujur tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi. Yang harus dhindari dalam komunikasi secara asservisess yaitu
dimana individu tidak tertarik terhadap suatu topik atau komunikasi pasif, dan
harus menghindari komunikasi agresif dimana individu merasa paling unggul
dalam berkomunikasi.
c. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunaakan ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan sikap tubuh. Komunikasi nonverbal dapat membahayakan
jika komunikasi tersebut disalah artikan dan tanpa penjelasan secara verbal.
d. Komunikasi Via Telepon
Komunikasi Via Telepon adalah sarana komunikasi di era global dimana
manager dapat dimudahkan dalam berkomunikasi. Dalam menjaga komunikasi
di organisasi perlulah manger dan staff harus belajar dan sopan serta
menghargai setiap menjawab telepon.

3. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan


Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakn unsur utama bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
optimal. Menurut Nusalam (2015, hlm. 149)kegiatan keperawatan yang
memerlukan komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi saat serah terima tugas
Pada saat serah terima antr perawat ruanga, diprlukan suatu komunikasi yang
jelas tentang pendokumentasian asuhan keperawatan yang meliputi kebutuhan
pasien, intervensi yang sudah atau yang belum dilakukan, serta respon yang
terjadi pada pasien. Perawat melakukan serah terima bersama perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke ruangan pasien dan menyampaikan kondisi pasien di
dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada menghabiskan waktu untuk
membaca dokumtasi yang telah kita buat selain itu juga akan membantu
perawat dalam serah terima secara nyata.
b. Wawancara/ Anamnese
Anamnesis pasien adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat melakukan anamnesis
kepada pasie, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Wawancara adalah
metode komunikasi dengan digunakan untu memeperoleh data tentang keadaan
pasien. Data yang didapatkan harus akurat tanpa bias, sehingga wawancara
sebaiknya dilakukan secara terencana.
c. Komunikasi melalui komputer
Komputer merupakan suata alat komukasi cepat dan akurat kepada sisten
manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data pasien melalui komputer akan
memupermudah perawat dalam mengidentifikasi masalah pasien dan intervensi
yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat
diperoleh dengan menggunkan internet. Dimana internet akan memudahkan
perawat saat mengalami kesulitan dalam menangani masalah pasien.
d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan memeprcayakan datanya
yang bersifat rahasia kepada rumah sakit. Perawat sering dihadapkan pada suatu
dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Disatu sisi dia membeutuhkan
kebeneran informasi yang diberikan pasien dengan cara mengonfirmasi keorang
lain. Disisi lain, dia harus menjaga kerahasiaan untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapapun.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Komunikasi memalu sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam
mendekatkan hubunga antara pasien dengan petugas kesehatan sentuhan yang
diberikan dapat berguna seagai terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan
depresi, kecemasan, dan kebinggungan dalam mengambil suatau keputusan.
Tetapi yang perlu diperhatikan dalam tehnik sentuhan adalah perbedaan janis
kelamin antara petugas kesehatan dan pasien. Dalam situasi ini diperlukan
suatau persetujuan.
f. Dokmentasi sebagai alat komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar
tim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan
keperawatan. Menurut Nursalam (2011) kapan saja perawat melihat pencatatan
kesehatan maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat serta
pengukuran. Ketrampilan dokumentasi yang efekif memungkinkan perawat
untuk mengomunikasikan keada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawaat.
4. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima
antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi
antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Sukesih & Istanti, 2015).
a. Penerapan SBAR
Penerapan SBAR menurut Sukesih & Istanti (2015) yaitu sebagai berikut :
1) Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati
laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan
adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan
keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus
ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus
diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.
2) Pelaporan Kondisi Pasien
Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter.Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi pasien
kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai
dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat
meningkatkan keselamaran pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi
pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak
efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.
Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti
SBAR dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga
angka keselamatan pasien meningkat.
3) Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan
lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien
internal dan external9. Transfer pasien internal adalah transfer antar
ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien external adalah transfer
antar rumah sakit13. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer6.
Kemampuan dan pengetahuan tenag kesehatan yang harus dimiliki adalah
memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat
transfer pasien. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk proses
pelayanan kesehatan. Salah satu proses pelayanan kesehatan adalah transfer
pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu komunikasi efektif yang
dapat meningkatkan keselamatan pasien. Masalah komunikasi SBAR saat
proses transfer berpotensi untuk mengalami masalah dan dapat berdampak
pada pasien. Masalah yang dialami seperti tidak lengkapnya laporan
transfer pasien dan kurang efektif komunikasi pelaporan informasi kondisi
pasien saat transfer. Masalah yang sering terjadi seperti komunikasi yang
gagal akibat kurangnya interaksi secara langsung dan dokumentasi yang
kurang jelas. Masalah yang terjadi saat transfer pasien dapat berdampak
pada keselamatan pasien maka perlu diperhatikan mekanisme transfer
pasien.
b. Cara komunikasi
1) Pengertian komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis
kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai
acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien6. Teknik SBAR
(Situation, Background, Assassement, Recomendation) menyediakan
kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang
kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme komunikasi yang mudah
diingat, merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota
tim, mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan
pasien.
2) Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Menurut Sukesih &
Istanti (2015) Komponen tersebut meliputi:
a) Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut
usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental,
kondisi pasien apakah stabil atau tidak.
b) Background: Komponen background menampilkan pokok masalah atau
apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk
dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan
latar belakang apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien
tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung masalah
pasien.
c) Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul
dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang
apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d) Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal
yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus
direkomendasikan oleh perawat
3) Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR menurut Casey A &
Wallis A (2011) meliputi :
a) S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status
diagnosa, status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer
dan indikasi klinik atau tujuan dari tes diagnosis
b) B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis
obat), antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi
lainnya meliputi jenis monitoring yang dibutuhkan.
c) A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan
petugas kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan
kulit, monitoring gastroentestinal perdarahan
d) R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah,
pencegahan keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien,
medikasi infus, monitoring dan intervensi nyeri.

Komunikasi SBAR terdiri dari pertanyaan yang terbagi dalam empat standar
bagian. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan
mengkomunikasikan informasi secara ringkas namun tetap sesuai standar.
Komunikasi yang dilakukan dengan SBAR dapat menjadi komunikasi yang
efektif sehingga mengurangi terjadinya pengulangan informasi (Casey A,
Wallis A, 2011).
SKENARIO ROLE PLAY

A. TEMA ROLE PLAY


Komunikasi SBAR dalam timbang terima di ruang Teratai.

B. PAMERAN SKENARIO
1. Kepala ruang : Rayhand Alivia
2. Ketua Tim 1 : Sarah Catherine
3. Perawat Associate 1a : Putri Setya
4. Perawat Associate 1b : Siti Nurrohmah
5. Perawat Associate 1c : Reny Khotimah
6. Ketua Tim 2 : Wahyuni Haryono
7. Perawat Associate 2a : Upik Mironi
8. Perawat Associate 2b : Salma Hubbi
9. Perawat Associate 2c : Widia K.
10. Dokter : Ulfa Yunita

C. LOKASI SYUTING
1. Nurse Stasion Lantai 3 Stikes Telogorejo
2. Laboratorium

D. WAKTU SYUTING
1. 28 Desember 2018

E. SKENARIO
Ruang Teratai merupakan ruang rawat inap penyakit dalam yang menggunakan
metode penugasasannya dengan metode tim. Ruang tersebut diperuntukkan untuk
kelas II dan kelas III, kapasitas tempat tidur pada ruangan tersebut yaitu 28 tempat
tidur. Pada pagi hari tanggal 28 Desember 2018, kepala ruang membuka pre
conference dengan berdoa bersama. Selanjutnya kepala ruang mempersilahkan
kepala tim untuk menyampaikan kondisi pasien. Ketua tim beserta anggota tim
yang lain (perawat asssociate) melakukan pre conferens dengan melaporkan dan
berdiskusi terkait kondisi pasien kelolaan dan penatalakasaaan yang dilakukan
untuk pasien tersebut. Setelah pre conferens yang dilakukan oleh ketua tim sudah
selesai, diserahakan kembali kepada kepala ruang untuk menutup jalannya pre
conferens itu.

Setelah pre conferens selesai seluruh perawat yang bertugas hari ini melakukan
tugasnya melayani pasien sebagaimana mestinya, di tengah-tengah dalam proses
asuhan keperawatan terdapat salah satu pasien yang bernama Tn. Ardian dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus tipe 2 yang mengalami penurunan kesadaran.
Segera perawat melakukan observasi GDS dan tanda-tanda vital pasein, setelah
itu perawat penanggung jawab pasien (PPJP) melaporkan kepada dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) terkait kondisi pasien dan menanyakan terapi
tambahan dari dokter. Setelah PPJP melaporkan kepada DPJP, perawatpun
konfirmasi ulang terapi tambahan yang diberikan oleh dokter untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan menuliskan di catatan perkembangan pasien sesuai yang
sudah dikomunikasikan dengan dokter.

Setelah shift hari itu akan berakhir, kembali dilakukannya post conferens untuk
berdiskusi terkait proses asuhan yang sudah dilakukan selama shift itu serta
perubahan kondisi pasien.

F. NASKAH
Scene 1 : (adegan pre conferens)
Adegan Pre Conference
Pre Conference dan Post conference adalah pertemuan tim yang dilakukan setiap
hari oleh ketua tim dan anggota tim yang dilakukan di ruang perawatan
Pre Conference adalah komunikasi antara ketua tim dan anggota tim yang
dilakukan setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim itu sendiri.
Tujuan pre conference :
1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa
masalah,merencanakan asuhan keperawatan ,merencanakan hasil evaluasi
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan dilakukan di lapangan
3. Member kesempatan kepada ketua tim dan anggota tim untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien
Post Confrence adalah komunikasi antara ketua tim dan anggota tim tentang hasil
kegiatan sepanjang shift yang dilakukan sebelum opearan shift berikutnya
Tujuan post conference
Memberi kesempatan untuk mendiskusikan penyelesaian masalah yang dtemukan di
lapangan dan membandingkan masalah yang dijumpai untuk di laporkan di shift
berikunya.
Adegan Pre Conference

Kepala Ruang (Rayhand) :“Assallamuallaikum wr.wb


Ketua Tim dan Perawat pelaksana menjawab salam
kepala ruang (“Waallaikum salam wr.wb”)
Kepala ruang (Rayhand) :“Selamat pagi semua nya. Puji syukur kita panjatkan
pada Allah SWT karena pada pagi hari ini kita masih
diberi kesehatan dan kesempatan untuk masuk dinas
pagi di ruang perawatan kasih sayang. Dan pagi hari
ini kita akan melakukan pre conference. Untuk
memulai acara ini kita buka dengan ucapan semangat
pagi”.
Ketua Tim dan Perawat pelaksana Menjawab salam kepala ruang (“semangat pagi”)
Kepala ruang :“Nah untuk mengawali pre conference pada pagi hari
ini, saya persilahkan kepada ketua tim untuk memulai
pre conference. Saya persilahkan kepada Suster Sarah
selaku Ketua tim I untuk memulai pre conference ini.
Silahkan.”
Ketua tim I (Sarah) :“Assallamuallaikum wr.wb. Selamat pagi”
Ketua Tim dan Perawat pelaksana Menjawab salam kepala ruang
(“Assallamuallaikum wr.wb”)
Ketua tim I (Sarah) :“Selamat pagi teman-teman semua. Alhamdulillah
pada pagi hari ini tepat nya tanggal 28 Desember
2018 kita masih diberikan kesehatan untuk melakukan
kegiatan conference. Baik langsung saja kepada
perawat putri. Bisa dijelaskan pasien yang anda
kelola”.
Putri (PP1a) :“Jadi Tn. Ardian dengan diagnosa medis diabetes
mellitus, dengan keluhan nyeri kepala, pusing .
Tanda-tanda vital didapatkan TD : 120/80 mmHg, HR
: 87x/m, RR : 18x/m, S : 35,70C, Saturasi oksigen 98
%. Hasil pemeriksaan laboratorium GDS : 40 mg/dl.
Hb : 15,7 gr/dl , HT: 45%, Leukosit : 6,3 103 Ul ,
Trombosit : 289103/Ul. Pasien saat ini sudah
terpasang oksigen masker 6 liter/menit.
Ketua tim I (Sarah) :“kalau begitu diagnose keperawatan nya adalah
nyeri. Jadi untuk tindakan yang nantinya akan
dilakukan observasi karakterstik nyeri nya,observasi
TTV, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering dan
jika pasien mengeluh nyeri bisa berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgesik. Ada lagi perawat
putri”
Putri (PP1a) :“Tidak ada bu itu saja”
Ketua tim I :“baik terimakasih kepada pak rayhand untuk
waktunya, langsung saja perawat upik untuk
menjelaskan pasien kelolaannya”
Reni (PP1b) :“Terimakasih. Baik ini dengan pasien atas nama
Abdullah umur 28 tahun masuk dengan keluhan tidak
bisa buang air kecil. Di dapatkan hasil pemeriksaan
GCS 15 kesadaran composmentis, , tanda tanda vital
nya yaitu TD 140/80 mmHg, N : 88x/m, RR : 20x/m
dan S : 36,5oC. Saat ini terpasang kateter urin no 18
kemudian urin nya keluar sedikit dan bercampur
darah. Tadi juga sudah dilakukan pemeriksaan lab ,
sekarang sedang menunggu hasilnya”
Ketua tim I : “Pasien nya mengeluh nyeri atau tidak ? terus urinya
lancar atau tidak”
Reni (PP1b) :“Tidak mengeluh neyri pak/bu dan urinnya lancar
tapi keluar sedikit”.
Ketua tim I (Sarah) :“kalau begitu diagnose keperawatan nya adalah
retensi urin. Tindakan keperawatan nya adalah selama
shift observasi TTV,observasi kepatenan jalan nya
urin, observasi warna urin apakah masih bercampur
darah atau tidak. Kemudian jika hb nya rendah
mungkin bisa di konsulkan dengan dokter. Ada lagi
yang lain ?”
Reni (PP1b) :“Sudah tidak bu.”
Ketua tim I :“Baik selanjutnya perawat upik bisa di jelaskan
pasien kelolaan nya”
Upik (PP1c) :“baik terimakasih. Jadi untuk pasien atas nama ibu
aisah umur 45 tahun keluhan nya itu demam, GCS 15
kesadaran composmentis terus monitoring hasil TTV
nya itu TD 130/80 mmHg, N : 100x/m, RR : 20x/m
dan S : 36,5oC. Saat ini terpasang infuse RL 20 tpm
pada tangan kiri dan terapi obat yang sudah diberikan
yaitu paracetamol 1gr dengan intra vena. Untuk hasil
lab sedang menunggu.”
Ketua tim I (Sarah) : “Jadi pasien nya sudah tidak demam lagi ya.
Diagnose keperawatan untuk ibu aisah ini adalah
resiko kekurangan volume cairan dan kemudian
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
observasi TTV nya,observasi tetesan infuse, dan
observasi tanda-tanda syok. Apakah pasien ini sudah
dilakukan tindakan rumple red ?”
Upik (PP1c) :“Belum bu.”
Ketua tim I (Sarah) :“ Nanti minta tolong dilakukan ya.
Upik (PP1c) : “ iya bu”
Ketua tim I (Sarah) :“Jadi itulah tadi tindakan keperawatan ke pasien. Jika
ada masalah dalam melakukan tindakan keperawatan
bisa lapor ke saya. Selamat menjalan kan kegiatan
pada pagi hari ini dan mari kita awali dengan
semangat pagi yang membara. Untuk waktu dan
tempat saya kembalikan ke Perawat Rayhand selaku
kepala ruang.”
Kepala Ruang :“Baik terimakasih kepada perawat Sarah Selaku
ketua tim beserta teman-teman ku perawat. Langsung
saja kita mengawali kegiatan pada pagi hari ini.
Sebelum nya mari kita berdoa menurut kepercayaan
masing-masing. Berdoa di mulai
BERDOA BERSAMA
Scene 2 (adegan perawat berkonsultasi kepada DPJP terkait kondisi pasien melalui
telepon)
Perawat associate 1a di ruang teratai melaporkan kondisi pasien kritis kepada dokter
penanggungjawab pasien (DJJP) yang sedang berada di ruangnya melalui telepon
dengan menggunakan metode komunikasi SBAR.
Kring.... kring.... (telepon berdering)
Putri (PA1a) :“Selamat siang dok, saya putri perawat dari ruang
Teratai ingin melaporkan kondisi pasien.”
Dokter (Ulfa) :“Iya, silahkan suster.”
Putri (PA1a) :“Dokter saya ingin melaporkan kondisi pasien atas
nama Tn. Ardian dengan diagnosa medis diabetes
mellitus, tadi pada pukul 10.00 WIB mengeluh sakit
kepala, pusing. Sakit kepala dirasakan di malam hari
dengan skala nyeri 6. Pasien mual dan muntah 3 kali
dalam sehari. Mual dirasakan saat pasien bangun dari
posisi tidur. Pasien juga merasakan nyeri pinggang
menjalar hingga ke kaki dan kaki terasa panas.
Dokter (Ulfa) :“Bagaimana dengan tanda-tanda vital pasien suster ?”
Putri (PA1a) :“Dari hasil tanda-tanda vital didapatkan TD : 80/70
mmHg, HR : 87x/m, RR : 15x/m, S : 35,70C, Saturasi
oksigen 90 %. Hasil pemeriksaan laboratorium GDS :
40 mg/dl. Hb : 15,7 gr/dl , HT: 45%, Leukosit : 6,3
103 Ul , Trombosit : 289 103/Ul. Pasien saat ini sudah
terpasang oksigen masker 6 liter/menit. Adakah terapi
tambahan yang diberikan dok ?.”
Dokter (Ulfa) : “Suster, tolong berikan infus Dextrosa 10 % dengan
40 tts/menit, sambil dipantau untuk GDS secara
berkala. Jika GDS sudah normal, di ganti dengan
dengan NaCl 0,9 % dengan kecepatan 20 tts/menit.
Mbak coba nanti di periksa kembali GDS nya. Dan
diberikan ketorolac 30 mg, ranitidin 1 amp,
ceftriaxone 1 gr.
Putri (PA1a) : Baik dok, saya ulangi pasien atas nama Tn. Ardian
usia 40 tahun diagnosa DM tipe II terjadi penurunan
kesadaran GCS 10, hasil pemeriksaan GDS 40 mg/dL
diberikan infus dextrosa 10% dengan tetesan 40 tpm.
Jika GDS sudah diatas 120 mg/dL diganti dengan
NaCl 0,9 tpm dengan kecepatan 20 tpm. Apakah
sudah benar dokter ?
Dokter (Ulfa) :“Iya benar suster, apakah ada yang ditanyakan lagi
suster ?.”
Putri (PA1a) :“Tidak ada dokter, terima kasih atas kerjasamanya.”
Dokter (Ulfa) :“Dengan senang hati sust, nanti tolong laporkan
perkembangannya.”
Setelah selesai menelpon dokterpun, perawat menuliskan anfis yang sudah
ditambahkan oleh dokter di catatan perkembangan dan diberikan cap tulis baca
konfirmasi (TBK)
Adegan Post Conference
Kepala Ruang (Rayhan) :“Assallamuallaikum wr.wb. Selamat siang
Ketua Tim Perawat pelaksana menjawab salam kepala ruang (“Waallaikum salam
wr.wb”)
Kepala ruang (Rayhan) :“ Selamat siang semua nya. Puji syukur kita
panjatkan pada Allah SWT karena pada siang hari ini
kita masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk di
ruang perawatan kasih sayang. Dan pagi siang ini kita
akan melakukan post conference. Untuk memulai
acara ini kita buka dengan ucapan semangat
mengabdi”.
Ketua Tim dan Perawat pelaksana Menjawab salam kepala ruang (“semangat
mengabdi”)
Kepala ruang (Rayhan) :“Nah untuk mengawali post conference pada siang
hari ini, saya persilahkan kepada ketua tim untuk
memulai post conference. Saya persilahkan kepada
Ketua tim untuk memulai post conference ini.
Silahkan.”
Ketua tim I (Sarah) :“Assallamuallaikum wr.wb. Selamat siang”
Ketua Tim dan Perawat pelaksana Menjawab salam kepala ruang
(“Assallamuallaikum wr.wb”)
Ketua tim I (Sarah) :“Terimakasih kepada pak Rayhand Selaku kepala
ruang yang sudah memberikan waktu ke saya.
Selamat siang teman-teman semua. Alhamdulillah
pada siang hari ini tepat nya tanggal ..Desember 2018
kita masih diberikan kesehatan untuk melakukan
kegiatan post conference. Selanjutnya kita akan
melakukan post conference sebelum operan sift yang
jaga siang. Langsung saja kepada perawat Widia
untuk melaporkan hasil kelolaan pasien nya”
Widia (PP2a) :“Terimakasih. Jadi untuk kondisi pasien atas nama
Tn. Ardian diagnosa medis diabetes mellitus jam
10.00 mengeluh sakit kepala, pusing. Sakit kepala
dirasakan di malam hari dengan skala nyeri 6. Dari
hasil tanda-tanda vital didapatkan TD : 80/70 mmHg,
HR : 87x/m, RR : 15x/m, S : 35,70C, Saturasi oksigen
90 %. Hasil pemeriksaan laboratorium GDS : 40
mg/dl. Hb : 15,7 gr/dl , HT: 45%, Leukosit : 6,3 103
Ul , Trombosit : 289103/Ul. Pasien saat ini sudah
terpasang oksigen masker 6 liter/menit. Tadi pagi
sudah di konsulkan dokter untuk di berikan infus
Dextrosa 10 % dengan 40 tts/menit dan pantau GDS
secara berkala. Jika GDS sudah normal, di ganti
dengan dengan NaCl 0,9 % dengan kecepatan 20
tts/menit. Tambahan terapi obat diberikan ketorolac
30 mg, ranitidin 1 amp, ceftriaxone 1 gr.
Ketua tim I (Sarah) :“baik terimakasih.Suster ulfah .Untuk pasien atas
nama Tn.Ardian ini perlu pemantauan khusus ya
suster ayu. Terutama pemantauan GDS nya, jika ada
penurunan kesadaran langsung di konsulkan kembali
dengan dokter”
Ketua tim II (ayu) :“Baik suster sarah”
Ketua tim I (Sarah) :“Baik. Apakah ada masalah dalam pemberian
tindakan keperawatan?”
Widia (PP2a) :“Tidak bu”
Ketua tim I (Sarah) :“Selanjutnya saya persilahkan kepada perawat Imah
untuk melaporkan hasil pasien kelolaannya ?”
Imah (PP2b) :“baik. Pasien atas nama bapak abdulah dengan
keluhan tidak bisa buang air kecil. Untuk saat ini GCS
15 kesadaran composmentis. Untuk tindakan yang
sudah dilakukan observasi tanda-tanda vital TTV TD
140/70 mmHg, N : 88x/m, RR : 20x/m dan S : 36,5oC.
tadi juga sudah saya observasi warna urin nya.
Sekarang sudah jernih. Kemudian untuk hasil lab
sudah keluar Hbnya 9,8.”
Ketua Tim I (Sarah) :“Hbnya turun ya”
Imah(PP2b) :“Iya hb nya kurang dari normal. Dan dokter tadi
sudaah visit bahwa pasien dilakukan transfuse darah 1
kolf saja”.
Ketua tim I (Sarah) :“Ada masalah selama memberikan tindakan
keperawatan”
Imah (PP2b) :“Tidak bu”
Ketua tim I (Sarah) :“Selanjutnya saya persilahkan kepada perawat Salma
untuk melaporkan hasil pasien kelolaannya ?”
Salma (PP2c) :“Jadi untuk pasien atas nama ibu aisah umur 45 tahun
keluhan nya itu demam, GCS 15 kesadaran
composmentis terus monitoring hasil TTV nya itu TD
12/80 mmHg, N : 90x/m, RR : 20x/m dan S : 38,5oC.
Saat ini terpasang infuse RL 20 tpm pada tangan kiri.
Untuk hasil lab sudah keluar hb nya 10. Untuk hasil
test rumpled nya negative atau normal
Ketua tim I (Sarah) :“suhu nya naik ya. Apakah tadi dokter sudah visit.”
Salma (PP2c) :“sudah bu. Untuk dokter menyarankan untuk terus
pantau suhu dan jika suhu tidak turun. Beri
paracetamol kembali 1gr/100ml.”
Ketua Tim I(Sarah) :“baik tetap observasi TTV nya,observasi tetesan
infuse, dan observasi tanda-tanda syok. Baik kegiatan
post conference pada siang ini telah selesai.
Terimakasih atas kerja sama teman-teman. Mohon
maaf jika ada salah dalam memberikan pengarahan.
Waktu dan tempat saya kembalikan ke … selaku
kepala ruang
Kepala ruang (Rayhan) :“Baik terimakasih kepada teman-teman ku semua.
Sebelum mengakhiri kegiatan pada hari ini. Mari kita
berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa
di mulai.
BERDOA, SELESAI

Anda mungkin juga menyukai