BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang mengalami nyeri
yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon yang identik pada
seseorang.
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri
ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai.
Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang membingungkan. Tidak ada pemeriksaan untuk
mengukur atau memastikan nyeri. Dokter hampir semata-mata mengandalkan penjelasan dari
pasien tentang nyeri dan keparahannya. Nyeri alasan yang paling sering diberikan oleh klien
ditanya kenapa berobat.
Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima sehingga
banyak institusi sekarang menyebut nyeri “tanda vital kelima”, dan mengelompokkannya dengan
tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri
dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan
untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan. Peran pemberi
perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan
obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi
efektivitas intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai
advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk
pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen
pereda nyeri oleh mereka sendiri jika memungkinkan.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan oksigenasi dalam
keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kenyamanan.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan
telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi
harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti
cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan
kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya
gejala dan tanda pada pasien.
1. Nyeri perifer,nyeri ini terbagi menjadi 3 macam : (1). Nyeri superfisial,yaitu rasa nyeri
yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2). Nyeri visceral,yaitu rasa
nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen,cranium,dan
toraks; (3). Nyeri alih,yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral yaitu nyeri yang muncul akibat stimulus pada medulla spinalis,batang
otak,dan thalamus.
3. Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata
lain,nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali,nyeri ini muncul karena
factor psikologis,bukan fisiologis.
Dalam sumber yang lain dibahas klasifikasi nyeri :
1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar). (ex: terkena ujung pisau atau gunting)
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh Darah, tendon
dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (ex: sprain sendi)
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
2. Berdasarkan penyebab.
a. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
b. Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari
emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri
pada dadanya)
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
3. Berdasarkan lama/durasinya
a. Nyeri akut. Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik
perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk
menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi
penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu
bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan
sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
4. Berdasarkan lokasi/letak
a. Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
b. Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab
c. Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
d. Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex: bagian tubuh yang
diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
Nyeri secara esensial dapat dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan nyeri maladaptif.
Nyeri adaptif berperan dalam proses survival dengan melindungi organisme dari cedera atau
sebagai petanda adanya proses penyembuhan dari cedera. Nyeri maladaptif terjadi jika ada
proses patologis pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi ini
merupakan suatu penyakit (pain as a disease).
Nyeri nosiseptif dan nyeri inflamatorik termasuk ke dalam nyeri adaptif, artinya
proses yang terjadi merupakan upaya tubuh untuk melindungi atau memperbaiki diri dari
kerusakan. Nyeri neuropatik dan nyeri fungsional merupakan nyeri maladaptif, artinya proses
patologis terjadi pada saraf itu sendiri sehingga impuls nyeri timbul meski tanpa adanya
kerusakan jaringan lain. Nyeri ini biasanya kronis atau rekuren, dan hingga saat ini pendekatan
terapi farmakologis belum memberikan hasil yang memuaskan (Rowbotham, 2000; Woolf,
2004).
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri
terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua
kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap
nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan
perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak,
mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang
tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara
signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani
dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain.
Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang
berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang
budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang
mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien
ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini
berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku
pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan
budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam
menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang
konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan
stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang
tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan
persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan
mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
h. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal
yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu
untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi
efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama
nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi
dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support
emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat
meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk
berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter &
Perry, 1993).
2.9 Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyama (Bebas Nyeri).
Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai klasifikasi nya.
Yaitu:
1. Nyeri menurut tempat dan sumbernya
• Peripheral pain
• Superficial pain (nyeri permukaan)
• Dreppain (nyeri dalam)
• Defereed ( nyeri alihan)
Nyeri fisik : Nyeri fisik disebabkan karena kerusakan jaringan yang timbul dari stimulasi serabut
saraf pada struktur somatik viseral.
Nyeri somatic : Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila diikuti kerusakan
jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi tertentu.
Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasi nya karena lokasinya dari organ yang sakit ke
seluruh tubuh.
Sentral pain/ nyeri sentral thalamik : Nyeri ini terjadi karena perangsangan system saraf
pusat,spinal cord,batang otak,dll.
Psyhcogenik pain : Nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik, tetapi akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.. Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang
kronis yang terjadi pada klien yang mengalami stress yang lama.
2. Nyeri menurut sifatnya
• Seperti diiris benda tajam
• Seperti ditusuk pisau
• Seperti terbakar
• Seperti diremas-remas
3. Menurut berat dan ringannya
• Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan
• Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi
• Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi
4. Menurut waktunya
• Nyeri Kronis
- Berkembang secara progresif selama 6 bulan lebih
- Reaksinya menyebar
- Respon parasimpatis
- Penampilan Depresi dan menarik diri
- Pola serangan tidak jelas.
• Nyeri akut
- Berlangsung singkat kurang dari 6 bulan
- Terelokasi
- Respon system saraf parasimpatis
- Penampilan: Gelisah , cemas
- Pola serangan jelas
C. Intervensi
1). Mengidentifikasi tujuan untuk penatalaksanaan nyeri
Informasi yang diperoleh perawat melalui pengkajian pasien digunakan untuk
mengidentifikasi tujuan-tujuan menangani nyeri. Tujuan yang diidentifikasi didiskusikan atau
divalidasi bersama pasien. Bagi beberapa pasien, tujuan dapat merupakan peredaan nyeri total.
Namun, begitu, bagi banyak orang harapan ini adalah tidak realistic. Tujuan lainnya dapat
mencakup penurunan intensitas, durasi atau frekuensi dari nyeri dan menurunkan efek-efek
negatif nyeri yang ada pada pasien
.
2). Hubungan perawat-pasien dan penyuluhan pasien
Dua tindakan keperawatan yang menjadi dasar dari semua penatalaksanaan nyeri lainnya
adalah:
a) Hubungan perawat-klien
b) Penyuluhan pada pasien tentang nyeri dan cara meredakannya.
Hubungan perawat-klien yang positif dan penyuluhan merupakan kunci dari
penatalaksanaan analgesia pada pasien yang mengalami nyeri karena komunikasi yang terbuka
dan kerja sama pasien penting untuk keberhasilannya. Penyuluhan sama pentingnya karena
pasien atau keluarga mungkin bertanggung jawab terhadap penanganan nyeri di rumah dan
mencegah serta menangani efek samping.
3). Memberikan perawatan fisik
Pasien dengan nyeri mungkin tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
lazim atau untuk melakukan perawatan diri yang lazim. Karenanya, penting artinya untuk
membantu individu yang nyerinya mengganggu perawatan diri untuk menjalani aktivitas ini.
Pasien sering lebih nyaman saat kebutuhan fisik dan perawatan dirinya terpenuhi dan upaya telah
dibuat untuk memastikan posisinya senyaman mungkin. Baju yang bersih dan mengganti linen
tempat tidur sejalan dengan upaya untuk membuat pasien merasa segar (mis : menyikat gigi,
menyisir rambut) sering meningkatkan tingkat kenyamanan dan meningkatkan keefektifan
tindakan pereda nyeri. Pemberian perawatan fisik pada pasien juga memberikan kesempatan
pada perawat untuk melakukan pengkajian secara lengkap dan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang mungkin memperberat rasa tidak nyaman dan nyeri pada pasien. Sentuhan fisik
yang sesuai dan lembut selama merawat dapat menenangkan dan menyenangkan.
4). Menangani ansietas yang berhubungan dengan nyeri
Ansietas dapat mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri. Pasien yang mengantisipasi
nyeri lebih cemas. Mengajarkan pasien tentang sifat dari pengalaman nyeri yang akan dialami
dan cara-cara yang ada untuk menurunkan nyeri sering menurunkan ansietas. Orang yang
mengalami nyeri akan menggunakn strategi yang dipelajari sebelumnya untuk mengurangi nyeri.
Pembelajaran tentang tindakan pereda nyeri dapat mengurangi ancaman nyeri dan memberikan
individu indera kendali.
D. Implementasi.
Implementasi dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri ) dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang
lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat
menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh
klien),. Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum
berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan,
pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding
stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
Jenis Tehnik Distraksi antara lain :
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan
gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta gemercik air,
individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik,
dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
(Tamsuri, 2007).
Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik,
sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan.
Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik.
Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka
mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya
Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak
kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti
karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)
3) Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu
sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi
pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga
terbentuk pola pernafasan ritmik.
Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada
saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan
melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.
4) Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (di
tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
5) Tehnik pernafasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang
6) Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari
dari perhatian terhadap nyeri
2. Relaksasi.
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan. Relaksasi merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada pasien dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi (Smeltzer and Bare, 2002).Teknik ini
dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari di rumah.
Tujuan
f. Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama relaksasi
anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot.
3. Pemijatan (masase).
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/tulang. Tindakan masase
ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya sirkulasi.
Tujuan
1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasse.
2. Meningkatkan relaksasi.
Alat dan bahan
1. Minyak untuk masase
2. Handuk
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit
4. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus.
Teknik masase dengan gerakan tangan selang-seling (tekanan pendek,cepat,dan bergantian tangan)
dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan. Dilakukan
bila nyeri dipinggang.
Teknik remasan (mengusap otot bahu),dapat dilakukan bila nyeri terjadi pada daerah sekitar bahu.
Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan memutar.
Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah punggungdan pinggang secara menyeluruh.
Teknik eflurasi dengan kedua tangan,dapat dilakukan bila nyeri terjadi di daerah punggung dan
pinggang.
Teknik petrisasi dengan menekan pungung secara horizontal.
Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari,digunakan pada akhir masase dasar
pinggang.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu
keperawatan penting sekali memahami dan mahir dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman
(bebas nyeri) terhadap klien dalam asuhan keperawatan secara tepat agar terhindar dari kesalahan
dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan.