Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi(Nursalam,
2007).
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi
sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan
misi,filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi kegiatan mencapai
tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi,pengarahan dan pengendalian
sumber daya manusia,fisik,dan teknologi. Semua perawat yang terlibat dalam
manajemen keperawatan dianggap perlu memahami misi,filosofi dan tujuan
pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerjanya.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan
pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya
kepada pasien, diperlukan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target
maupun alat pengontrol pelayanan tersebut.

1.2  Rumusan Masalah


Bagaimana konsep manajemen keperawatan di Ruang Melati?
1.3  Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep manajemen keperawatan di Ruang Melati.
1.4  Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui konsep manajemen keperawatan di Ruang Melati.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Manajemen


 Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
              Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif
baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008: 2).

2.2. Fungsi Manajemen


1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a. Gambaran apa yang akan dicapai
b. Persiapan pencapaian tujuan
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d. Persiapan tindakan – tindakan
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja.
Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara
dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera
diperbaiki.

2
5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil –
hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase
tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan
ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
6. Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money,
material, methode, machine, minute dan market.

2.3. Prinsip Manajemen


Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah
1. Division of work (pembagian pekerjaan)
2. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
3. Dicipline (disiplin)
4. Unity of command (kesatuan komando)
5. Unity of direction (kesatuan arah)
6. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk
pada kepentingan umum)
7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8. Centralization (sentralisasi)
9. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
10. Order (ketertiban)
11. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
12. Equity (keadilan)
13. Inisiative (prakarsa)
14. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)

2.4.  Proses Manajemen Keperawatan


              Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka
dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri
dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
               Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah

3
kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
              Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur
yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial,
audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

2.5.  Prinsip – prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan


1. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan.
4. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
5. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
6. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.

4
7. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
8. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
9. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator


seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian
serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

5
BAB 3
LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Perencanaan
A. Visi, Misi Rumah Sakit
RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan serta memantapkan fungsi perannya sebagai rumah sakit rujukan
tingkat pertama di Kota Blitar dan sekitarnya, untuk mencapai tujuan yang
dimaksud di atas perlu menetapkan visi dan misi RSUD Mardi Waluyo Kota
Blitar dalam suatu keputusan wali Kota Blitar.

Visi
Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat, yang mampu bersaing di era
global 2015.

Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna kepada masyarakat
2. Membangun citra pelayanan kesehatan yang partisipatif
3. Membangun kerja sama dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit swata dan
pihak ketiga
4. Meningkatkan sistem manajemen rumah sakit
5. Meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan sumber daya manusia, serta
mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat

Misi Keperawatan
1. Membantu individu untuk mandiri
2. Mengajak klien untuk berpartisipasi dalam bidang kesehatan
3. Membantu mengembangkan potensi kesehatan klien secara optimal
4. Membantu klien memperoleh derajat kesehatan yang optimal

6
Falsafah Keperawatan
1. Memandang klien sebagai manusia yang utuh atau holistick
2. Kegiatan keperawatan dengan pendekatan yang humanistik
3. Bersifat universal bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
4. Kolaborasi dengan klien

B. Ketenagaan keperawatan dan non keperawatan


a. Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Melati adalah sebagai berikut.
No. Kuaifikasi Jumlah Jenis
1. S1 Keperawatan 8 PNS
1 Magang
2. D3 Keperawatan 12 PNS
1 Magang
Total 22

b. Jumlah tenaga non keperawatan


No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Adminstrasi 1 Karyawan tetap
2. Pembantu perawat 2 Karyawan tetap
Jumlah 3

c. Sertifikat ketenagaan
No. Jenis Sertifikat Jumlah
1. BCLS 20 orang
2. MPKP 15 orang
3. PPI 20 orang
4. Etika Pelayanan 20 orang
5. Endoskopi 1orang
6. Kemoterapi 1orang
7. Prosedur Ship 2 orang

C. Jumlah Pasien dan Tingkat Ketergantungan Pasien


Laporan tingkat ketergantungan pasien di Ruang Melati belum tercantum
secara tertulis sehingga setiap ingin mengetahui tingkat ketergantungan pasien
harus melihat satu persatu pasiennya terlebih dahulu. Jumlah pasien di dalam
Ruang melati berdasarkan tingkat ketergantungan pasien yang dikaji pada tanggal
29 Februari – 2 Maret 2016 adalah sebagai berikut.

7
No. Jenis ketergantungan Jumlah
1. Minimal Care 9
2. Parsial Care 23
3. Total Care 2
Total 34

D. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
berdasarkan jumlah dan jenis tingkat ketergantungan pasien adalah sebagai
berikut.

a. Kebutuhan Jam Perawatan


1. Perhitungan jam perawatan langsung
Minimal Care = 2 jam x 9 orang = 18 jam
Parsial Care = 3 jam x 23 orang = 69 jam
Total Care = 6 jam x 2 orang = 12 jam
Jumlah = 99 jam

2. Perhitungan jam perawatan tidak langsung


35 menit x 34 orang = 1190 menit = 20 jam
3. Jam penyuluhan
15 menit x 34 orang = 510 menit = 8,5 jam

Total jumlah jam perawatan yang dibutuhkan = 99 jam + 20 jam + 8,5 jam
= 127,5 jam

b. Kebutuhan perawatan
1. Jumlah jam perawatan = 127,5 = 18,21 = 18 orang
Jam kerja perawat/hari 7

2. Pembagian perawat/ sift


Pagi = 47% x 18 = 9 orang
Siang = 35% x 18 = 6 orang
Malam = 17% x 18 = 3 orang

8
E. Fasilitas (sarana dan prasarana) untuk pelayanan keperawatan
a. Alat keperawatan
No. Alat Medik Keadaan barang Sisa Ket.
Jumla Rusak Rusak Hilang
h Ringan Berat
1. Brand car 2
2. Loker kayu 1 1
3. Trolley 1 1
emergency
4. WSD 1 1
5. Kasur Angin 1 1 1
6. Kursi Roda 4 4
7. Trolley 1 1
Injection
8. Trolley 1 1
Rawat Luka
9. Manometer 26 28
O2
10. Trolley O2 2 2
11. Nebulizer 2 1 1
dan stand B
12. Standart 12 12
Infus Besi
13. Sterilisator 1 1
kering C76
14. Suction 2 1 1
pump
16. Syringe 7 7
pump
17. ECG 2 2
18. Infus pump 1 1

b. Alat rumah tangga dan tenun


No Nama alat jumlah kondisi Ket.
.
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1. Baki/ nampan 2 2
2. Dorongan O2 2 1 1
3. Kursi Roda 3 1 1 1
4. Lampu senter 1 1
5. Lampu sorot 1 1
6. Lemari Obat 1 1
Emergency

9
7. Light Case 1 1
8. Meja Pasien 34 34
9. Tempat sampah 0 0
Pasien
10. Tempat sampah 11 11
tertutup
11. Tempat Tidur 34 34
12. Trolley Balut 1 1
13. Trolley Injeksi 2 2
14. Trolley Obat 1 1
15. Waskom Mandi 8 8
16. TV 4 4

c. Alat tenun di Ruang Melati


No Nama alat jumlah kondisi Ket.
.
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1. Bantal 35 35
2. Duk - -
3. Duk Lubang - -
4. Guling 6 6
5. Handuk Cuci 7 7
Tangan
6. Kasur 34 34
7. Manset Anak - -
8. Manset Dewasa 2 2
9. Masker - -
10. Mitela 5 5
11. Penutup sprei 6 6
12. Perlak 30 30
13. Sarung Bantal 70 70
14. Sarung Guling 20 20
15. Sarung O2 4 4
16. Selimut 75 75
lorek/tebal
17. Sprei 87 87
18. Steak laken 75 75
19. Taplak Meja - -
PAsien
20. Tutup Alat 5 5
21. Lurup 2 2

10
d. Alat-alat pencatatan dan laporan
No. Nama alat jumlah kondisi Ket.
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1. Buku Dokter 5 5
Visit
2. Buku Folio 20 20
3. Buku Kematian 1 1
4. Buku laporan 1 1
kehilangan
5. Buku pasien 1 1
pulang paksa
6. Buku 2 2
Permintaan
Laborat
7. Buku 1 1
Permintaan
resep
8. Buku Register 1 1
Pasien
9. Buku sensus 1 1
cairan
10. Buku TTV 1 1
11. Pensil 2 2
12 Perforator 2 2
13. Spidol 2 2
Permanen
14. Spidol White 1 1
Board
15. Staples 4 4
16. White Board 2 2

11
3.1.2. Pengorganisasian
Struktur pengorganisasian kerja di Ruang melati dipimpin oleh kepala
ruang, kemudian dibantu oleh wakil kepala ruang, selanjutnya dibagi menjadi dua
tim yang dipimpin oleh ketua tim dengan beberapa perawat pelaksana. Pelayanan
di Ruang Melati juga dibantu oleh 1 orang administrasi dan 2 orang perawat
pembantu yang merangkap menjadi rumah tangga. Adapun struktur organisasi
Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar adalah sebagai berikut.

Kepala Ruang

Administrasi Wakil Kepala Ruang Rumah tangga

Katim A Katim B

Perawat pelaksna Perawat pelaksna

Pasien dengan jumlah Pasien dengan jumlah

18 17

12
3.1.3. Penggerakan
a. Model Penjadualan staf
Ruang Melati memiliki jumlah tenaga keperawatan sebanyak 20 orang,
terbagi dalam 3 jam kerja/ jam dinas. Dengan jumlah pasien 34 orang apabila bed
penuh dengan pola dinas malam 2 hari kemudian libur, selanjutnya dilanjut dinas
sore 2 hari , dinas pagi 2 hari dengan rata-rata jam kerja 150-170 jam/bulan.

b. Metode Penugasan dalam Asuhan Keperawatan


Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar menerapkan Metode
Asuhan Keperawatan tim yang terdiri dari dua tim, yaitu tim A dan tim B. Tim A
mengelola pasien yang berada di dalam ruangan I A, IB, III B, dan III C dengan
jumlah pasien sebanyak 1 orang sedangkan tim B mengelola pasien yang berada
dalam ruangan II A, II B, dan III A dan IIIC dengan jumlah pasien sebanyak 17
orang.

c. Pola Komunikasi
Pola komunikasi yang digunakan di dalam Ruang Melati menggunakan
komunikasi langsung melalui operan dan conference dan menggunakan
komunikasi tidak langsung melalui dokumentasi keperawatan.
Komunikasi langsung di ruang melati melalui pre conference dilakukan
namun tidak rutin karena beberapa kendala antara lain adanya dokter visite pada
pagi hari saat pre conference dilakukan.
Middle conference di Ruang Melati dilakukan namun tidak di forum
melainkan dilakukan di sela-sela kegiatan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien.
Post conference di Ruang Melati dilakukan namun tidak rutin karena
adanya beberapa kendala antara lain penerimaan obat dari apotik yang diserahkan
oleh keluarga pasien di ruang keperawatan.
Untuk operan pagi ke sore hanya dilakukan di ruang keperawatan karena
adanya beberapa hal diantara nya adanya perawat yang datang tidak tepat waktu,
selain itu jam istirahat pasien.

13
Operan rutin berjalan setiap hari. Pada komunikasi melalui conference di
Ruang Melati tidak dilakukan secara bersama-sama di dalam satu forum namun
dilakukan secara tidak langsung bersamaan dengan melakukan tindakan
keperawatan.
Komunikasi tidak langsung di Ruang Melati dilakukan melalui
dokumentasi keperawatan. Penulisan dokumentasi keperawatan di Ruang Melati
menggunakan SOAP, tetapi tidak semuanya didokumentasikan secara lengkap di
dalam format dokumentasi asuhan keperawatan.

3.1.4. Pengontrolan
a. Pola dan Jadwal Supervisi
Supervisi di dalam ruang melati belum bisa dilaksanakan karena berkaitan
dengan jumlah pasien yang lebih sering penuh di semua bed meyebabkan perawat
disibukan dengan tindakan keperawatan sehingga supervisi belum bisa terlaksana.

b. Rencana dan Hasil Supervise


Supervise belum bisa dilakukan, dan belum terdapat rencana supervisi
sehingga hasil supervisi masih belum ada.

3.1.5. Evaluasi
a. Program peningkatan mutu dan disiplin
Peningkatan mutu di dalam Ruang Melati dengan mengikuti pelatihan
meliputi MPKP sebanyak 15 orang perawat dari Ruang Melati yang dilakukan
tahun 2015. Pelatihan Etika Pelayanan, BCLS, dan PPI diikuti oleh semua
perawat dari Ruang Melati sebanyak 20 orang. Peningkatan disiplin di dalam
ruang melati dengan diadakannya cek lock dan presensi setiap hari di ruangan
yang wajib dilaksanakan oleh semua staf dan karyawan. Kemudian juga
dilaksanakan apel setiap pagi yang wajib diikuti oleh semua karyawan dan staf.

14
b. Audit Dokumentasi
Audit Dokumentasi di Ruang Melati sudah ada perencanaan untuk
dilakukan audit. Namun karena kesibukan perawat dengan jumlah pasien yang
hampir setiap harinya penuh maka audit dokumentasi belum bisa terlaksana.
Penulisan dokumentasi keperawatan di Ruang Melati menggunakan
SOAP, tetapi tidak semuanya didokumentasikan secara lengkap di dalam format
dokumentasi asuhan keperawatan.
Berdasarkan audit yang dilakukan oleh kelompok 7 B pada tanggal 4
Maret 2016 didapatkan hasil sebagai berikut.
Aspek yang dinilai Prosentase dilakukan
Pengkajian 50 %
Diagnosa 33%
Perencanaan 0%
Dokumentasi tindakan 75%
Dokumentasi evaluasi 100 %
Catatan asuhan keperawatan 60 %

Survey kepuasan pasien yang dilakukan pada tanggal 4 Maret dan 5 Maret
2016 kepada 34 pasien di Ruang Melati menunjukkan 75% - 85% pasien
mengatakan puas dengan pelayanan dan tindakan keperawatan di Ruang Melati.
Harapan sebagian besar pasien khususnya untuk Ruang Melati dan umumnya
untuk RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar diharapkan mampu menyediakan
pelayanan kesehatan yang lebih baik dalam hal sikap dalam memberikan
pelayanan seperti senyum, ramah, dan menunjukan tingkat kepedulian yang
tinggi. Kenyataanya masih ada petugas kesehatan yang belum menerapkan
pelayanan dengan memberikan sikap yang ramah, dan murah senyum.

15
3.2. Identifikasi masalah
Perencanaan
Ruang Melati dalam pendokumentasian tingkat ketergantungan pasien
tidak terdokumentasi dalam buku catatan tersendiri, sehingga untuk melihat
tingkat ketergantungan pasien harus mengunjungi pasiennya langsung satu
persatu. Sebaiknya laporan tingkat ketergantungan pasien dicantumkan atau
disertakan di dalam buku pelaporan setiap sift.

Penggerakan
Pola komunikasi
Pola komunikasi yang digunakan di dalam Ruang Melati belum maksimal
dibuktikan dengan komunikasi langsung melalui pre conference dan post
conference yang dilaksanakan tidak rutin, dan pelaksanaan middle conference
dilaksanakan tidak maksimal, karena tidak dilaksanakan dalam forum melainkan
dilaksanakan disela-sela kegiatan keperawatan
Komunikasi tidak langsung melalui pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak didokumentasi secara lengkap. Sehingga hal ini mengakibatkan
tanggung jawab dalam bentuk tertulis tidak jelas. Menurut data hasil audit
dokumentasi yang telah dilakukan oleh kelompok 7B didapatkan 50% pengkajian
dilakukan, 33% pemberian diagnosa keperawatan, 0% pelaksanaan perencanaan
diagnosa keperawatan, 75% pendokumentasian tindakan keperawatan, 100%
pendokumentasian evaluasi keperawatan, dan 60% catatan asuhan keperawatan
dilakukan.

Pengontrolan
Pola dan jadual supervisi ruangan
Supervise di dalam ruang melati belum bisa dilaksanakan karena berkaitan dengan
jumlah pasien yang lebih sering penuh di semua bed meyebabkan perawat
disibukan dengan tindakan keperawatan sehingga supervisi belum bisa terlaksana.

16
Evaluasi
Audit Dokumentasi di Ruang Melati sudah ada perencanaan untuk dilakukan
audit. Namun karena kesibukan perawat dengan jumlah pasien yang hampir setiap
harinya penuh maka audit dokumentasi belum bisa terlaksana.

17
3.3. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Masalah Keuntungan bila di atasi Kerugian Bila tidak di
atasi
Tidak terdapat buku Memudahkan perawat Jika ingin mengetahui
pendokumentasian tingkat dalam menerapkan tingkat ketergantungan
ketergantungan pasien di asuhan keperawatan pasien, perawat harus
Ruang Melati. yang sesuai. mengunjungi pasien
langsung terlebih
dahulu
Pelaksanaan conference dan Memudahkan perawat Didalam
operan tidak berjalan dalam dalam mengkomunikasikan
satu forum. mengkomunikasikan perkembangan pasien
perkembangan dan kurang jelas dan
penyelasain masalah apabila terdapat
pada pasien di ruang masalah waktu dinas
melati. tidak semua perawat
bisa menyampaikan
argumennya karena
tidak dilakukan diskusi
secara bersama-sama
antar anggota tim.

Penulisan dokumentasi Memperlancar Apabila dokumentasi


keperawatan tidak semuanya komunikasi dalam askep tidak lengkap
didokumentasikan secara memberikan asuhan perawat sulit dalam
lengkap di dalam format keperawatan pada pasien mendapatkan
dokumentasi asuhan dan perawat memiliki informasi dan tidak
keperawatan tanggung gugat dalam ada lembar tanggung
pelaksanaan tindakan. jawab dan tanggung
gugat perawat selain
itu, perkembangan
pasien dan pasien tidak

18
mendapatkan asuhan
keperawatan secara
optimal.
Belum terlaksananya Dengan dilakukannya Dapat menurunkan
supervisi di ruang melati supervise kinerja kinerja perawat di
perawat dapat terkontrol ruang melati karena
di ruang melati tidak ada pengontrolan
Belum terlaksananya audit Dengan dilaksanakannya Ruangan tidak dapat
dokumentasi di Ruang Melati audit mempermudah melakukan evaluasi
ruangan menemukan
masalah dan kekurangan
ruangan sehingga proses
evaluasi ruangan dapat
berjalan dan kualitas
ruangan dapat menjadi
lebih baik

19
Format Menyusun Skala Prioritas Masalah

Masalah Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan Nilai


perawat prevalensi bahaya untuk dikelola Total

Tidak terdapat buku 2 4 2 4 33


pendokumentasian
tingkat ketergantungan
pasien di Ruang
Melati.

Pelaksanaan 3 3 4 3 108
conference dan operan
tidak berjalan
maksimal dalam satu
forum.

Penulisan dokumentasi 2 4 4 4 144


keperawatan tidak
semuanya
didokumentasikan
secara lengkap di
dalam format
dokumentasi asuhan
keperawatan
Belum terlaksananya 1 4 3 3 36
supervisi di Ruang
Melati

Belum terlaksananya 1 4 3 3 36
audit dokumentasi di
Ruang Melati

20
Keterangan :
1. Rentang skor : 1-4.
2. Skor yang diperoleh dikalikan kekanan: skor perhatian masyarakat x
skor poin prevalensi x skor tingkat bahaya x skor kemungkinan untuk
dikelola = Nilai total.
3. Prioritas masalah berdasarkan urutan perolehan skor.

Dari perhitungan prioritas masalah di atas ditemukan 2 masalah prioritas


utama yaitu pelaksanaan conference dan operan tidak berjalan maksimal dalam
satu forum dan penulisan dokumentasi keperawatan tidak semuanya
didokumentasikan secara lengkap di dalam format dokumentasi asuhan
keperawatan

21
Pemilihan alternatif penyelesaian pada masalah pertama : Penulisan
dokumentasi keperawatan tidak semuanya didokumentasikan secara
lengkap di dalam format dokumentasi asuhan keperawatan
Alternatif solusi Keuntungan alternatif Kerugian alternatif
(penyelesaian)
1. Semua tenaga 1. Karena Kepala Ruang 1. Menambah waktu
kesehatan yang tidak merupakan kepala di untuk menulis dan
mendokumentasikan ruangan tersebut mendokumentasi
asuhan keperawatan diharapkan perawat asuhan keperawatan
mendapatkan teguran yang lain menghargai
dari Kepala Ruang konsekuensi yang
diberikan kepala ruang
2. Pembagian tindakan 2. Waktu dapat 2. Dengan adanya
keperawatan dibagi digunakan secara pembagian tugas dan
sesuai dengan jumlah efektif sesuai dengan waktu yang ditentukan,
anggota tim, dan pembagian tugas perawat harus
tanggung jawabnya sehingga format memaksimalkan
berada pada masing- asuhan keperawatan waktu, pikiran dan
masing tim dapat terisi tenaga selama sift
berjalan.

Pemilihan alternatif penyelesaian pada masalah ke dua: pelaksanaan


conference dan operan tidak berjalan maksimal dalam satu forum

Alternatif solusi Keuntungan alternatif Kerugian alternatif


(penyelesaian)
Semua tenaga pelayanan Apabila kedatangan tepat Harus ada pengontrolan
kesehatan di Ruang waktu, maka semua dan supervisi yang lebih
Melati harus datang tepat target kegiatan dalam 1
waktu sift tersebut akan mudah
tercapai dalam
pelaksanaan asuhan
keperawatan termasuk
pendokumentasian askep,
operan dan conference.

22
BAB 4
SIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Ruang Melati sudah menggunakan metode tim tetapi untuk pelayanan ke
pasien belum maksimal karena jumlah tenaga perawat di Ruang Melati belum
maksimal dengan tingkat ketergantungan pasien dan jumlah pasien yang setiap
hari berbeda.
Pengkajian manajemen keperawatan di Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo terdapat beberapa masalah yaitu penulisan tingkat ketergantungan pasien
yang belum jelas, operan, dan conference yang dilakukan namun tidak rutin,
pendokumentasian keperawatan yang tidak lengkap, dan belum dapat
terlaksananya supervisi dan audit dokumentasi.
Dari hasil audit yang oleh kelompok 7B didapatkan hasil 50% pengkajian
dilakukan, 33% pemberian diagnosa keperawatan, 0% pelaksanaan perencanaan
diagnosa keperawatan, 75% pendokumentasian tindakan keperawatan, 100%
pendokumentasian evaluasi keperawatan, dan 60% catatan asuhan keperawatan
dilakukan.
Berdasarkan survey tingkat kepuasan pasien yang dilakukan oleh
kelompok 7B terhadap 34 pasien di Ruang Melati didapatkan 75%-85% pasien
mengatakan puas dengan pelayanan kesehatan di Ruang Melati.

4.2. Saran
Untuk memperbaiki manajemen keperawatan di Ruang Melati dibutuhkan
beberapa hal diantaranya perawat harus datang tepat waktu, sehingga hal ini
dibutuhkan kesadaran dari masing-masing perawat.
Selanjutnya tingkat kedisiplinan dalam pendokumentasian askep harus lebih
ditingkatkan agar asuhan keperawatan dapat dilakuka secara optimal dan dapat
dipertanggung jawabakan.
Kemudian pembagian tugas dalam tindakan keperawatan harus dilakukan
oleh masing-masing secara merata sesuai dengan jumlah pasien kelolaanya
sehingga masing-masing tim bertanggung jawab terhadap pasien kelolaanya
masing-masing.

23

Anda mungkin juga menyukai