Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SAWOO
Jl. Sunan Kumbul No. 84 Sawoo

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SAWOO
Nomor : 188.4/ /SK/05.12/2021

TENTANG

INDIKATOR KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI PUSKESMAS SAWOO

KEPALA PUSKESMAS SAWOO,

Menimbang : a. bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan


salah satu program pelayanan penigkatan mutu
melalui program ini diharapkan dapat mencegah
dan mengendalikan infeksi nosokomial di Puskesmas;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas
melalui preventif dan kuratif maka perlu disusun indikator
mutu pencegahan dan pengendalian infeksi;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud point a dan b maka
perlu ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas tentang
Indikator Mutu Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Sawoo;
Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Minimal Bidang
Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SAWOO TENTANG


INDIKATOR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DI PUSKESMAS SAWOO.
Kesatu : Indikator mutu pencegahan dan pengendalian infeksi serta
profil indikator sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini;
Kedua : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan
keputusan ini dibebankan pada anggaran Puskesmas

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


SAWOO;
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan,
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan surat keputusan ini, akan ditinjau dan diadakan
perubahan seperlunya.

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :

KEPALA PUSKESMAS SAWOO

drg. ANITA PERMATASARI


Pembina
NIP. 19810422 200903 2001

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


SAWOO NOMOR 188.4/
/SK/05.12/2021
TENTANG
IDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS
SAWOO

IDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


TAHUN 2021

No Indikator Unit Target


1 Infeksi saluran kemih Pelayanan rawat inap, Poned, VK < 7,5 permil
2 Plebitis Pelayanan rawat inap < 5 permill
3 Infeksi Daerah Operasi (IDO) IGD, Ruang Tindakan, Pelayanan < 2 persen
gigi
4 Abses gigi Pelayanan gigi < 2 persen
5 Kejadian Ikutan Pasca lmunisasi (KIPI) Pelayanan Imunisasi < 2 persen

PROFIL INDIKATOR MUTU PPI


a) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Judul Indikator INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Dasar Pernikiran 1. National healthcare safety network melaporkan angka
kejadian CAUTl sekitar 3,1 - 7,5 infeksi per 10000 kateter-
hari, untuk Indonesia angka kejaidan CAUTI secara pasti
belum jelas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pela
anan Kesehatan.
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Untuk mengukur adanya kejadian ISK di FKTP
2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat
kesehatan untuk mengurangi risiko infeksi.
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
Definisi 1. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi akibat
Operasional penggunaan urine kateter menetap (Indwelling catheter) > 2
hari kalender
2. Ditemukan setidaknya satu dari tanda atau gejala klinis
sebagai berikut:
• Demam (> 38,0 0 C)
• Nyeri tekan suprapubik
• Nyeri atau nyeri pada sudut kosto-vertebralis
• Urgensi kernih
• Frekuensi kencing
Disuria
3. Terdapat hasil test diagnostik
• Test carik celup (dipstick) positif untuk lekosit esterase
dan atau nitrit
• Piuria (terdapat lebih dari 10 lekosit per ml atau
terdapat 3 lekosit per lapangan pandangan besar
(mikroskop kekutan tinggi/1000 kali dari urine tan a
dilakukan sentrifusi
• Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urine
yang tidak disentrifugasi.
• Paling sedikit 2 kultur urine ulangan didapatkan
uropatogen yang sama < 10. 5 koloni/ml kuman
patogen tunggal.
• Dokter mendiagnosis sebagai ISK dan memberikan
tera i an sesuai untuk ISK.
Jenis Indikator Output
Satuan
Per mill (0/000)
Pengukuran
Numerator
Jumlah kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK)
(pembilang)
Denumenator Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
(penyebut)

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


Target < 7,5 permil
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dipasang kateter di FKTP terkait lebih
dari 2 hari kaleder.
Kriteria Eksklusi:
• Pasien yang dipasang kateter urine di FKTP Iain
• Pasien yang dipasang kateter urine menetap di FKTP terkait
kurang dari 2 hari kalender.
Formula
Jumlah Pasien ISK x 1000 Jumlah lama hari
permasangan kateter urine menetap

Desain Prospectif dan Retrospectif


Pengumpulan
Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Observasi langsung atau data bersumber dari rekam medis.
pengambilan data
Besar Sampel Semua pasien yang terpasang kateter urine menetap selama
2 hari kalender.
Frekuensi Harian
Pen um ulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung
Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab
-

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


b) Plebitis
Judul Indikator PLEBITIS
Dasar Pemikiran 1.Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
2.Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif, efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian
Plebitis akibat penggunaan kateter perifer line (infus)
2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat infus
untuk mengurangi risiko infeksi.
Definisi Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan adanya infeksi
Operasional pada daerah lokal tusukan infus ditemukan tanda tanda merah
seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai
eksudat purulen atau mengeluarkan cairan disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi terapi intravena.
Jenis Indikator Output
Satuan Permill
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus pasien plebitis
(pembilang)
Denumenator Jumlah hari terpasang kateter intravena perifer menetap
(penyebut)
Target < 5 permill
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang terpasang intravena perifer menetap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kasus pasien Plebitis x 1000
Jumlah hari terpasang kateter Intravena perifer menetap
Desain
Pengumpulan Prospectif
Data
Sumber Data Data Primer
Instrument Lembar Observasi
pengambilan data
Besar Sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena perifer
menetap.
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung
Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab

c) Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Judul Indikator Infeksi Daerah Operasi (IDO)

Dasar Pernikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien


2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Untuk melakukan surveilans HAIS pada angka kejadian


Infeksi Daerah Operasi (IDO) superficial - Superficial
incision.
2. Untuk Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat
kesehatan untuk menrunkan risiko IDO

Definisi Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site Infection (SSI)


Operasional adalah infeksi yang terjadi pasca operasi dalam kurun waktu
30 hari dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan
jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya
ditemukan salah satu tanda sebagai berikut:
• Gejala Infeksi: kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi
laesa terganggu.
• Cairan purulen.
• Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan
superfisial

Jenis Indikator Output

Satuan Persen ( 0/0)


Pengukuran

Numerator Jumlah kasus IDO


(pembilang)

Denumenator Jumlah pasien yang dilakukan operasi Superficial Incision


(penyebut)

Target < 2 persen


Pencapaian

Kriteria: Kriteria Inklusi:


• Semua pasien yang dilakukan operasi Superficial
Incision
• Pasien teridentifikasi IDO pasca operasi Supefficial Incision
di FKTP terkait Kriteria Eksklusi:
• Pasien dilakukan tindakan operasi superficial incisional di
fasilitas kesehatan Iain

Formula Jumlah kasus IDO


x 100%
Jumlah pasien dilakukan operasi Supefficial incisional

Desain Prospectif dan Retrospectif


Pengumpulan
Data

Sumber Data Data primer dan sekunder

Instrument Lembar observasi


pengambilan
data

Besar Sampel Total populasi

Frekuensi Bulanan, Triwulanan


Pengumpulan
Data

Periode Bulanan, Triwulanan


Pelaporan Data

Periode Analisis Bulanan, Triwulanan


Data

Penyajian Data Tabel


Grafik
Run chart

Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI


Jawab

d) Abses Gigi
Judul Indikator Abses gigi
Dasar Pemikiran 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi terbesar masalah gigi

adalah gigi rusak/ berlubang/ sakit (45,3%), masalah


kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk
Indonesia adalah gusi bengkak (abses) (14
2. KMK 62 tahun 2015

3. Permenkes 1 1 tahun 2017 tentan Keselamatan Pasien

Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien


Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIS pada angka kejadian infeksi

pasca tindakan pelayanan gigi yang terjadi abses.


2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan pelayanan

gigi.
Definisi Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi,
Operasional disebabkan oleh infeksi bakteri. KonSawoo ini bisa muncul
di sekitar akar gigi maupun di gusi ditandai dengan demam,
gusi bengkak, rasa sakit saat mengunyah dan mengigit,
sakit gigi menyebar ke telinga, rahang, dan leher, bau mulut,
kernerahan dan pembengkakan pada wajah. Abses gigi
menjadi indikator surveilans pada kasus sesuai kriteria HAIs
(tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak ditemukan tanda
tanda abses).
Jenis Indikator Output
Satuan Persen
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus abses gigi
(pembilang)
Denumenator Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial incisional pada
(penyebut) area gigi dan jaringan periodontal,
Target < 2 persen
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan
jaringan periodontal akibat tindakan Superficial incisional
• Semua pasien yang teridentifikasi abses gigi Kriteria
Eksklusi:
• Pasien sudah terjadi abes gigi sebelum tindakan gigi
dilakukan
• Pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan
eriodontal di FKTP lain
Formula Jumlah kasus abses Gigi x 100 %

Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial incisional pada


area gigi dan jaringan periodontal
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data Primer dan Sekunder

Instrument Lernbar observasi langsung


pengambilan data

Besar Sampel Total Populasi

Frekuensi Bulanan, Triwulanan


Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Graflk
Run chart
Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab

e) Kejadian Ikutan Pasca lmunisasi (KIPI)


JUDUL
Kejadian Ikutan Pasca lmunisasi
INDIKATOR

Dasar Pernikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien

2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang pencegahan dan en

endalian Infeksi

Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi


pasca tindakan pelayanan imunisasi.
2. Menjamin keselamatan pasien untuk mengurangi risiko
terjadinya KIPI.

Definisi Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi yang diberikan


Operasional secara penyuntikan, dimana ditemukan tanda tanda infeksi
antara lain:
Gejala KIPI Ringan
 Nyeri
 Kemerahan dan bengkak di daerah tubuh yang
 mengalami injeksi pasca imunisasi
 Gatal
 Demam
 Sakit kepala
 Lemas
Gejala KIPI Berat
 Alergi berat
Jumlah trombosit menurun
 Kejang
 Hipotonia atau sindrom bayi lemas. Bayi yang mengalami
akan terlihat lemas dan tak berdaya.

Jenis Indikator Output

Satuan Persen ( 0/0)


Pengukuran

Numerator Jumlah kasus KIPI


(pembilang)

Denumenator Jumlah pasien dilakukan tindakan imunisasi


(penyebut)

Target Pencapaian < 2 persen

Kriteria: Kriteria Inklusi:


• Semua pasien teridentifikasi KIPI/ yang telah mendapat
imunisasi di FKTP tersebut
Kriteria Eksklusi:
• Pasien an diberikan imunisasi di FKTP lain
Formula Jumlah kasus KIPI x 100 jumlah pasien yang dilakukan
tindakan imunisasi

Desain Retrospectif
Pengumpulan
Data

Sumber Data Data sekunder

Instrument Formulir Pelaporan KIPI


pengambilan data

Besar Sampel Semua pasien yang dilakukan imunisasi

Frekuensi Bulanan, Triwulanan


Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data

Periode Analisis Bulanan, Triwulanan


Data

Penyajian Data Tabel


Grafik
Run chart

Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI


Jawab

Anda mungkin juga menyukai