Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KISMANTORO
Terbis RT 03 RW 01 Kelurahan Kismantoro
Kecamatan Kismantoro, Kode Pos 57696
e_mail : puskesmaskismantoro@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KISMANTORO
Nomor : …………………………………

TENTANG

IDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


DI PUSKESMAS KISMANTORO

KEPALA UPTD PUSKESMAS KISMANTORO

Menimbang : a. bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi


merupakan salah satu program pelayanan
penigkatan mutu melalui program ini
diharapkan dapat mencegah dan
mengendalikan infeksi di Puskesmas;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas melalui preventif dan kuratif maka
perlu disusun indikator mutu pencegahan dan
pengendalian infeksi;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud point a dan b
maka perlu ditetapkan Keputusan Kepala
Puskesmas tentang Indikator Mutu Pengendalian
Infeksi di Puskesmas Kismantoro;
Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun
2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementrian Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Minimal
Bidang Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun
2019 tentang Puskesmas;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS DISI TENTANG


INDIKATOR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DI PUSKESMAS KISMANTORO.
Kesatu : Indikator mutu pencegahan dan pengendalian infeksi
serta profil indikator sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini;
Kedua : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
pelaksanaan keputusan ini dibebankan pada
anggaran Puskesmas Kismantoro.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal
ditetapkan, apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan surat keputusan ini,
akan ditinjau dan diadakan perubahan seperlunya.

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :

KEPALA
UPTD PUSKESMAS KISMANTORO

dr.Muhammad Nasir
NIP. 197008032007011021

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
KISMANTORO NOMOR
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
TENTANG
IDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS
KISMANTORO

IDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


TAHUN 2021

No Indikator Unit Target


1 Infeksi saluran kemih Pelayanan rawat inap,
Poned, VK
2 Plebitis Pelayanan rawat inap
3 Infeksi Daerah Operasi (IDO) IGD, Ruang Tindakan,
Pelayanan gigi
4 Abses gigi Pelayanan gigi
5 Kejadian Ikutan Pasca Pelayanan Imunisasi
lmunisasi (KIPI)

PROFIL INDIKATOR MUTU PPI


a) Kepatuhan petugas dalam cuci tangan
Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam cuci tangan
Dasar Pernikiran 1. WHO Guidelines tor Hand Hygiene 2008
2. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien pada pasal 5 ayat 5 mengamanatkan bahwa
setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan.
3. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas
pelayanan kesehatan, pasal 3 ayat 1 setiap Fasilitas
pelayanan kesehatan harus melaksanakan program
PPI.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (Covid-19)
5. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam
menghadapi wabah Covid 19 (Dirjen Yankes tahun
2020).
6. FKTP harus memperhatikan kepatuhan pemberi
pelayanan dalam menggunakan APD sesuai dengan
prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas FKTP dalam
kepatuhan cuci tangan
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna
layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi.

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


Definisi Kebersihan tangan (hand hygiene) adaiah segala
Operasional usaha yang dilakukan untuk membersihkan kotoran
yang secara kasat mata terlihat dan pengangkatan
mikroorgaltsrne yang tinggal sementara di tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir (hand
wash) atau dengan cairan berbasis alkohol (handrub)
dalam 6 langkah (WHO,2009).
Audit kebersihan tangan peserta didik menilai
kepatuhan peserta didik dalam melakukan kebersihan
tangan sesuai 5 indikasi dan WHO yaitu sebelum
kontak dengan pasten, setelah kontak dengan pasen.
sebelurn melakukan tindakan invasif dan aseptik.
setelah kontak dengan caran tubuh, dan setelah
kontak aengan bngkungan dengan menjalankan 6
tahap teknik melakukan kebersihan tangan
Lima indikasi kebersihan tangan
Sebelum kontak dengan paseen. yaitu sebelum masuk
perawatan pasien
2 Kontak dengan pasien meliputi menyentuh tubuh
pasien. baju atau pakaan
6 Menyentuh lingkungan meitputi menyentuh tempat
tidur pasien. linen yang terpasang di tempat tidur.
alat-alat di sekitar pasen atau peralatan lama yang
digunakan pasien. Kertas/lembar untuk menulis yang
ada di sekitar paslen
Enam langkah teknik melakukan kebersihan tangan
sesuat WHO
1 Ratakan dan gosokkan sabun dengan kedua
telapak tangan
2 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
3 Gosok kedua telapak dan sela-sela Jari
4 Jari-jari Sisi dalam dan kedua tangan saling
mengunci
5 Gosok Jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebatiknya

Jenis Indikator Proses


Satuan Persentase (0/0)
Pengukuran
Numerator Jumlah petugas kesehatan yang melakukan cuci
(pernbilang) tangan sesuai indikasi dan paparan dalam satu
periode pengamatan.
Denominator Jumlah petugas kesehatan diamati dalam melakukan
(penyebut) cuci tangan dalam satu periode tertentu.
Target 85%
Pencapaian
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua petugas yang terindikasiharus
melakukan cuci tangan
• Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah petugas yang melakukan cuci tangan
sesuai indikasi x 100
Jumlah petugas yang diamati dalam melakukan
cuci tangan dlm satu periode tertentu
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Periode tertentu.
Pengumpulan
Data
Periode Berdasarkan hasil laporan audit cuci tangan.
Pelaporan Data
Periode Analisis Berdasarkan hasil laporan audit cuci tangan.
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab

b) Kepatuhan penggunaan APD


Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dasar Pernikiran 7. Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien pada pasal 5 ayat 5 mengamanatkan bahwa
setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan.
8. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas
pelayanan kesehatan, pasal 3 ayat 1 setiap Fasilitas
pelayanan kesehatan harus melaksanakan program
PPI.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (Covid-19)
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
10. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam
menghadapi wabah Covid 19 (Dirjen Yankes tahun
2020).
11. FKTP harus memperhatikan kepatuhan pemberi
pelayanan dalam menggunakan APD sesuai dengan
prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan 3. Mengukur kepatuhan petugas FKTP dalam
menggunakan APD
4. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna
layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi.
Definisi 1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang
Operasional dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi
zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau
penyebaran infeksi atau penyakit.
2. APD digunakan sesuai dengan indikasi dan jenis
paparan.
3. Indikasi penggunaan APD adalah saat melakukan
tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran
mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan
tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi
dari petugas.
4. Kepatuhan penggunaan APD adalah kepatuhan
petugas kesehatan dalam menggunakan APD sesuai
sesuai indikasi dan paparan.
5. Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah
penilaian yang dilakukan terhadap petugas
kesehatan dalam menggunakan APD saat
melakukan tindakan atau prosedur pelayanan
kesehatan
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase (0/0)
Pengukuran
Numerator Jumlah petugas kesehatan yang menggunakan APD
(pernbilang) sesuai indikasi dan paparan dalam satu periode
pengamatan.
Denominator Jumlah petugas kesehatan diamati dalam
(penyebut) menggunakan APD dalam satu periode tertentu.
Target 85%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua petugas yang ter-indikasi harus
menggunakan APD Kriteria Eksklusi:
• Tidak ada

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


Formula Jumlah petugas yang menggunakan APD sesuai
indikasi x 100
Jumlah petugas yang diamati dalam
menguankan APD dlm satu periode tertentu
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Periode tertentu.
Pengumpulan
Data
Periode Berdasarkan hasil laporan audit penggunaan APD.
Pelaporan Data
Periode Analisis Berdasarkan hasil laporan audit penggunaan APD.
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab

c) Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Judul Indikator INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Dasar 1. National healthcare safety network melaporkan angka
Pernikiran kejadian CAUTl sekitar 3,1 - 7,5 infeksi per 10000
kateter- hari, untuk Indonesia angka kejaidan CAUTI
secara pasti belum jelas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pasien.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pela
anan Kesehatan.
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Untuk mengukur adanya kejadian ISK di FKTP
2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat
kesehatan untuk mengurangi risiko infeksi.

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


Definisi 1. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi
Operasional akibat penggunaan urine kateter menetap (Indwelling
catheter) > 2 hari kalender
2. Ditemukan setidaknya satu dari tanda atau gejala
klinis sebagai berikut:
• Demam (> 38,0 0 C)
• Nyeri tekan suprapubik
• Nyeri atau nyeri pada sudut kosto-vertebralis
• Urgensi kernih
• Frekuensi kencing
Disuria
3. Terdapat hasil test diagnostik
• Test carik celup (dipstick) positif untuk lekosit
esterase dan atau nitrit
• Piuria (terdapat lebih dari 10 lekosit per ml atau
terdapat 3 lekosit per lapangan pandangan besar
(mikroskop kekutan tinggi/1000 kali dari urine
tan a dilakukan sentrifusi
• Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari
urine yang tidak disentrifugasi.
• Paling sedikit 2 kultur urine ulangan didapatkan
uropatogen yang sama < 10. 5 koloni/ml kuman
patogen tunggal.
• Dokter mendiagnosis sebagai ISK dan
memberikan tera i an sesuai untuk ISK.
Jenis Indikator Output
Satuan
Per mill (0/00)
Pengukuran
Numerator
Jumlah kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK)
(pembilang)
Denumenator Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
(penyebut)
Target < 7,5 permil
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dipasang kateter di FKTP terkait
lebih dari 2 hari kaleder.
Kriteria Eksklusi:
• Pasien yang dipasang kateter urine di FKTP Iain
• Pasien yang dipasang kateter urine menetap di FKTP
terkait kurang dari 2 hari kalender.
Formula
Jumlah Pasien ISK x 1000 Jumlah lama hari
permasangan kateter urine menetap

Desain Prospectif dan Retrospectif


Pengumpulan
PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020
Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Observasi langsung atau data bersumber dari rekam
pengambilan medis.
data
Besar Sampel Semua pasien yang terpasang kateter urine menetap
selama 2 hari kalender.
Frekuensi Harian
Pen um ulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung
Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab
-

PEDOMAN TEKNIS PPI Dl FKTP KEMKES RI, 2020


d) Plebitis
Judul Indikator PLEBITIS
Dasar Pemikiran 1.Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pasien
2.Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif, efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian
Plebitis akibat penggunaan kateter perifer line (infus)
2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat
infus untuk mengurangi risiko infeksi.
Definisi Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan adanya
Operasional infeksi pada daerah lokal tusukan infus ditemukan
tanda tanda merah seperti terbakar, bengkak, sakit bila
ditekan, ulkus sampai eksudat purulen atau
mengeluarkan cairan disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi terapi intravena.
Jenis Indikator Output
Satuan per mill (960)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus pasien plebitis
(pembilang)
Denumenator Jumlah hari terpasang kateter intravena perifer menetap
(penyebut)
Target < 5 permill
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang terpasang intravena perifer
menetap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kasus pasien Plebitis x 1000
Jumlah hari terpasang kateter Intravena perifer menetap

Desain
Pengumpulan Prospectif
Data
Sumber Data Data Primer
Instrument Lembar Observasi
pengambilan
data
Besar Sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena perifer
menetap.
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung
Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab

e) Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Judul Indikator Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Dasar 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pernikiran Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Untuk melakukan surveilans HAIS pada angka
kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) superficial -
Superficial incision.
2. Untuk Menjamin keselamatan pasien yang terpasang
alat kesehatan untuk menrunkan risiko IDO
Definisi Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site Infection
Operasional (SSI) adalah infeksi yang terjadi pasca operasi dalam
kurun waktu 30 hari dan infeksi tersebut hanya
melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat
insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda
sebagai berikut:
• Gejala Infeksi: kemerahan, panas, bengkak, nyeri,
fungsi laesa terganggu.
• Cairan purulen.
• Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari
jaringan superfisial
Jenis Indikator Output
Satuan Persen ( 0/0)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus IDO
(pembilang)
Denumenator Jumlah pasien yang dilakukan operasi Superficial
(penyebut) Incision
Target < 2 persen
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dilakukan operasi Superficial
Incision
• Pasien teridentifikasi IDO pasca operasi Supefficial
Incision di FKTP terkait Kriteria Eksklusi:
• Pasien dilakukan tindakan operasi superficial
incisional di fasilitas kesehatan Iain
Formula Jumlah kasus IDO
x 100%
Jumlah pasien dilakukan operasi Supefficial incisional
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Lembar observasi
pengambilan
data
Besar Sampel Total populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart
Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab

f) Abses Gigi
Judul Indikator Abses gigi
Dasar Pemikiran 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi terbesar
masalah gigi adalah gigi rusak/ berlubang/ sakit
(45,3%), masalah kesehatan mulut yang mayoritas
dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak
(abses) (14
2. KMK 62 tahun 2015
3. Permenkes 1 1 tahun 2017 tentan Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIS pada angka kejadian
infeksi pasca tindakan pelayanan gigi yang terjadi
abses.
2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan
pelayanan gigi.
Definisi Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada
Operasional gigi, disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa
muncul di sekitar akar gigi maupun di gusi ditandai
dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit saat
mengunyah dan mengigit, sakit gigi menyebar ke
telinga, rahang, dan leher, bau mulut, kernerahan
dan pembengkakan pada wajah. Abses gigi menjadi
indikator surveilans pada kasus sesuai kriteria HAIs
(tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak ditemukan
tanda tanda abses).
Jenis Indikator Output
Satuan
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus abses gigi
(pembilang)
Denumenator Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial incisional
(penyebut) pada area gigi dan jaringan periodontal,
Target < 2 persen
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi
dan jaringan periodontal akibat tindakan Superficial
incisional
• Semua pasien yang teridentifikasi abses gigi Kriteria
Eksklusi:
• Pasien sudah terjadi abes gigi sebelum tindakan gigi
dilakukan
• Pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan
eriodontal di FKTP lain
Formula Jumlah kasus abses Gigi x 100 %

Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial incisional


pada area gigi dan jaringan periodontal
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data Primer dan Sekunder

Instrument Lernbar observasi langsung


pengambilan
data
Besar Sampel Total Populasi

Frekuensi Bulanan, Triwulanan


Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Graflk
Run chart
Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI
Jawab

g) Kejadian Ikutan Pasca lmunisasi (KIPI)


JUDUL
Kejadian Ikutan Pasca lmunisasi
INDIKATOR
Dasar Pernikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang pencegahan dan
en endalian Infeksi
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian
infeksi pasca tindakan pelayanan imunisasi.
2. Menjamin keselamatan pasien untuk mengurangi
risiko terjadinya KIPI.
Definisi Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi yang
Operasional diberikan secara penyuntikan, dimana ditemukan tanda
tanda infeksi antara lain:
Gejala KIPI Ringan
 Nyeri
 Kemerahan dan bengkak di daerah tubuh yang
 mengalami injeksi pasca imunisasi
 Gatal
 Demam
 Sakit kepala
 Lemas
Gejala KIPI Berat
 Alergi berat
Jumlah trombosit menurun
 Kejang
 Hipotonia atau sindrom bayi lemas. Bayi yang
mengalami akan terlihat lemas dan tak berdaya.
Jenis Indikator Output
Satuan Persen ( 0/0)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus KIPI
(pembilang)
Denumenator Jumlah pasien dilakukan tindakan imunisasi
(penyebut)
Target
< 2 persen
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua pasien teridentifikasi KIP/ yang telah
mendapat imunisasi di FKTP tersebut Kriteria
Eksklusi:
• Pasien an diberikan imunisasi di FKTP lain
Formula Jumlah kasus KIPI x 100 uma pasien yang I a u an
tindakan imunisasi
Desain Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrument Formulir Pelaporan KIPI
pengambilan
data

Besar Sampel Semua pasien yang dilakukan imunisasi

Frekuensi Bulanan, Triwulanan


Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Grafik
Run chart

Penanggung Ketua TIM PPI/ Koordinator PPI


Jawab

Anda mungkin juga menyukai