PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Adapun maksud penyusunan pedoman agar tersedianya acuan atau panduan bagi
Puskesmas dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan mutu pelayanan
Puskesmas.
Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di Puskesmas secara efektif, efisien dan berkesinambungan serta
tersusunnya sistem monitoring pelayanan Puskesmas melalui indikator mutu
pelayanan.
1
C. Sasaran
Seluruh Pelaku pelayanan klinis di seluruh Unit Layanan klinis di UPTD Puskesmas
Kismantoro.
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
Agar upaya peningkatan mutu didapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu
pelayanan.
1. Pengertian mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian
yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
2
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah:
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Struktur, Proses, Outcome
Mutu pelayanan suatu Puskesmas merupakan produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek Puskesmas
sebagai suatu system. Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan
kesehatan dapat diukur dengan menggunkan 3 variabel:
3
1. Struktur, segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan seperti: tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, teknologi,
organisasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula.
2. Proses intetraksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien). Adalah apa yang dilakukan oleh dokter dan tenaga profesi lain
terhadap pasien: evaluasi, diagnosis, perawatan, konseling, pengobatan,
tindakan, penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Pendekatan proses
adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
3. Hasil/Outcome, adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut. Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi
lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan
terhadap provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada
mutu struktur dan mutu proses yang baik. Sebaliknya outcome yang buruk
adalah kelanjutan struktur atau proses yang buruk.
4
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
5
dr. Sri Priyantini, SpA
6
18. Nurul Rizkiah, AMK
(‘Adn)
19. Cita Setyo Utami, Amk
(Na’im)
20. Yuna Enawati, AMK
(Ma’wa)
21. Ahmad Sholih, Amk
(Darussalam)
22. Hanna Pratiwi, AMK
(Darulmuqomah)
23. Rina, AMK (SEC)
24. Rizky Widiawati Latip,
AMK (Catlab)
25. Siti Nurkhasanah, AMK
(Poliklinik MCEB)
26. Retno Kurniawati, AMK
(Poliklinik Gd A)
27. Sumarsih, AMK
(Poliklinik Gd D)
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
7
2. Ruang Tindakan : Waloyo , Skep ners
3. Ruang KIA : Nanik Susilowaty, S.St
4. Ruang layanan Farmasi : Handika
5. Ruang Bp Gigi : Sri Wahuni, AMKG
6. Ruang Laborat : Febriana Yashar Pambudi
7. Ruang TB : Santosa, AMK
8. Ruang Kesehatan Lingkungan : Nursit Hadi Subroto, AMK
9. Ruang GIZI : Nurul
10. RUANG STERILISASI : Waluyo, Skep.Ners
C. JADWAL KEGIATAN
Menyesuaikan.
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
MENYESUAIKAN
B. TANDAR FASILITAS
Daftar Inventaris Peralatan di Komite PPI
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Dispenser 1 buah
9
ATK Jumlah Keterangan
3 Perfurator 1 buah
4 Kalkulator 1 buah
6 Cutter 1 buah
7 Gunting 1 buah
10
BAB IV
TATA LAKSANA KEGIATAN
A. LINGKUP KEGIATAN
11
c. Mengesahkan indicator mutu layanan klinis , keselamatan pasien, menejemen
resiko.
d. Memeriksa dan meninjau Pencapaian kegiatan PMKP mutu di setiap untuk
memastikan pencapaian sasaran PMKP yang telah ditetapkan.
2.Penanggung Jawab PMKP
a. Bertanggung jawab terhadap Kegiatan mutu layanan klinis tiap unit layanan
Klinis.
b. Bertanggung jawab terhadap Kegiatan upaya keselamatan pasien tiap unit
layanan Klinis.
c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan manajemen resiko
d. Melaporkan pencapaian hasil kegiatan PMKP kepada kepala Puskesmas
B. METODE
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka disusunlah strategi
sebagai berikut:
a. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya
peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
Puskesmas Kismantoro.
c. Menciptakan budaya mutu di Puskesmas Prima Husada, termasuk di
dalamnya menyusun program mutu dengan pendekatan PDSA cycle
12
terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga
proses siklus akan berulang mulai tahap perta. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau diagram tulang
ikan (fish-bone). Diagram tulang ikan adalah alat untuk menggambarkan
penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram tersebut
memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk
menentukan fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data,
mengenali penyebab terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut
(Koentjoro, 2007). Diagram tulang ikan diperlihatkan pada gambar 1.
13
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi,
seperti tampak pada gambar 2.
Plan Do Study
Action
Follow-
Corrective up
Action
Improvement
Menyelenggarakan
(5) Pendidikan dan
Memeriksa latihan
Study akibat (4
y pelaksanaan )Melaksanakan (3)
pekerjaan Do
Keenam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 4 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
15
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Konsep PDSA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan
dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-
mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan
hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk
mencapai sasaran tersebut.
16
atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam
pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya
terhadap outcome, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan
menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika
terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam
setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara
kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu
proses.
C. LANGKAH KEGIATAN
17
C. Pengukuran, Evaluasi serta Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
UPTD Puskesmas Kismantoro telah menetapkan indikator yang harus dipenuhi
oleh semua unit layanan. Indikator tersebut terdiri dari Indikator mutu layanan
dan indicator keselamatan pasien.
18
didasarkan pada konsensus antara pimpinan dengan panitia mutu dan
keselamatan pasien.
• Kriteria pemilihan indikator utama adalah:
1. Proses utama yang kritikal
2. Proses risiko tinggi
3. Proses yang cenderung bermasalah
19
Gambar 5.1 Diagram Manajemen Risiko
20
Awal/ akhir
proses Penghubu
ng
Kegiatan
Keput
usan
Pelaksanaan :
21
RS memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi untuk
kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya.
• Analisis akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan identifikasi apabila
ditemukan permasalahan dalam pemenuhan indikator mutu dan manajerial
serta pengelolaan insiden.
• Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun dan
dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis). Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.
22
BAB VI
23
BAB VII
PENUTUP
Pedoman yang disusun ini merupakan langkah awal sebagai pedoman/panduan bagi
Puskesmas untuk melakukan pengukuran, evaluasi dan tindak lanjut terhadap
Indikator RS. Pedoman ini diharapkan dapat diterapkan oleh RS dan menjadi
pedoman bersama dalam mengukur Indikator Puskesmas.
DIREKTUR PUSKESMAS
PRIMA HUSADA
ttd
D. LANGKAH KEGIATAN
Pengorganisasian
24
a) irektur Puskesmas membentuk Komite PMKP atau Dbentuk organisasi lainnya
untuk mengelola kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan uraian tugas.
b) Direktur Puskesmas menetapkan penanggung jawab data di tiap- tiap unit kerja.
c) Individu di dalam komite PMKP atau bentuk organisasi lainnya dan
penanggungjawab data telah dilatih serta kompeten.
Pengelolaan data
Sosialisasi PMKP
25
a) Tim PMKP memfasilitasi pemilihan prioritas pengukuran pelayanan klinis
yang akan dievaluasi.
b) Tim PMKP melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran mutu
di unit pelayanan serta pelaporannya.
c) Tim PMKP melaksanakan supervisi terhadap progres pengumpulan data
sesuai dengan yang direncanakan.
d) Kepala Puskesmas berkoordinasi Tim PMKP dan Penanggung Unit
memilih dan menetapkan prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis yang
akan dievaluasi.
e) Berdasar atas prioritas tersebut ditetapkan pengukuran mutu menggunakan
indikator layanan klinis.
f) Berdasar atas prioritas tersebut ditetapkan pengukuran mutu menggunakan
indikator sasaran keselamatan pasien.
1. BAB V
2. PENGUKURAN MUTU
Pasal 5
26
b) definisi operasional;
c) tujuan dan dimensi mutu;
d) dasar pemikiran/alasan pemilihan indicator;
e) numerator, denominator, dan formula pengukuran;
f) metodologi pengumpulan data;
g) cakupan data;
h) frekuensi pengumpulan data;
i) frekuensi analisis data;
j) metodologi analisis data;
k) sumber data;
l) penanggung jawab pengumpul data; dan
m) publikasi data
9. Direktur Puskesmas dan komite PMKP melakukan supervisi
terhadap proses pengumpulan dan analisis data.
10. Puskesmas menetapkan evaluasi pelayanan kedokteran
dengan melakukan evaluasi panduan prak k klinis, alur klinis,
atau protokol di prioritas pengukuran mutu Puskesmas.
11. Hasil evaluasi dapat menunjukkan pengurangan variasi pada
5 (lima) panduan praktik klinis, alur klinis atau protokol di
prioritas pengukuran mutu Puskesmas.
12. Puskesmas telah melaksanakan audit medis dan atau audit
klinis pada panduan praktik klinis/alur klinis prioritas di tingkat
Puskesmas.
BAB VI
EVALUASI PELAYANAN KEDOKTERAN
Pasal 6
27
5. Puskesmas telah melaksanakan audit medis dan atau audit
klinis pada panduan praktik klinis/alur klinis prioritas di
tingkat Puskesmas.
BAB VII
ANALISIS DATA
Pasal 7
BAB VIII
VALIDASI DATA
Pasal 8
28
1. Puskesmas mempunyai regulasi validasi data
2. Puskesmas telah melakukan validasi data pada pengukuran
mutu area klinis yang baru dan bila terjadi perubahan sesuai
dengan regulasi.
3. Puskesmas telah melakukan validasi data yang akan
dipublikasikan di web site atau media lainnya termasuk
kerahasiaan pasien dan keakuratan sesuai dengan regulasi.
4. Puskesmas telah melakukan perbaikan berdasarkan hasil
validasi data
29
BAB IX
MANAJEMEN RISIKO
Pasal 9
1. Puskesmas mempunyai program manajemen risiko
2. Puskesmas mempunyai da ar risiko di ngkat Puskesmas
3. Puskesmas telah membuat strategi untuk mengurangi risiko
yang ada,
4. Puskesmas telah melakukan analisis efek modus kegagalan /
FMEA setahun sekali pada proses berisiko tinggi yang
diprioritaskan.
5. Puskesmas telah melaksanakan tindak lanjut hasil analisis
modus dampak kegagalan (FMEA).
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 9
Ditetapkan di MALANG
Pada tanggal Desember 2017
DIREKTUR PUSKESMAS PRIMA HUSADA
30
AB IV
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya
peningkatan mutu pelayanan:
3. Indikator mutu
Indikator mutu Puskesmas meliputi indikator klinik, indikator yang berorientasi
pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas (effectivenes),
efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness).
4. Strategi
31
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka disusunlah strategi
sebagai berikut:
d. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya
peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
e. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
Puskesmas Prima Husada, serta upaya meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
f. Menciptakan budaya mutu di Puskesmas Prima Husada, termasuk di
dalamnya menyusun program mutu dengan pendekatan PDSA cycle.
32
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan menggambarkan diagram sebab akibat
atau diagram tulang ikan (fish-bone). Diagram tulang ikan adalah alat untuk
menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram tersebut
memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan
fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali penyebab
terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut (Koentjoro, 2007). Diagram
tulang ikan diperlihatkan pada gambar 1.
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa
pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah
pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan
pelanggan (quality of customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari
setiap bagian di Puskesmas Umum Daerah Ende.
33
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi,
seperti tampak pada gambar 2.
Plan Do Study
Action
Follow-
Corrective up
Action
Improvement
Menyelenggarakan
(5) Pendidikan dan
latihan
Stud Memeriksa (4
akibat
y pelaksanaan )Melaksanakan (3)
pekerjaan Do
Keenam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 4 di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
35
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Konsep PDSA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan
dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.
Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan
kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata
hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-
mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan
hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk
mencapai sasaran tersebut.
36
atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam
pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya
terhadap outcome, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan
menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika
terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam
setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara
kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu
proses.
37
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan
Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
38
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
39
Fokus utama upaya peningkatan mutu UPTD Puskesmas Kismantoro terintegrasi
dengan Panduan Patient Safety UPTD Puskesmas Kismantoro yang menerapkan
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Puskesmas.
40
• Seluruh unit Puskesmas melaporkan hasil pencatatan tersebut kepada
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien setiap bulan
• Unit yang terkait:
22. Bagian Pengadaan
23. Bagian HRD
24. Bagian Customer Service
25. Bagian Keuangan
26. Instalasi Rekam Medis
27. Instalasi Farmasi
28. Instalasi Laboratorium
29. Instalasi Radiologi
30. Instalasi Rehabilitasi Medik
31. Instalasi Gizi
32. Unit Pelayanan Darah
33. IPSRS
34. Instalasi Rawat Jalan
35. Instalasi Rawat Inap
36. Instalasi Kamar Operasi
37. Instalasi UGD
38. Instalasi ICU
39. Panitia PPI
40. Panitia Ponek
41. Panitia K3
42. Pelayanan TB
• Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Prima Husada secara berkala
(paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan
prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di Prima Husada
• Ditetapkan minimal 5 (dari seluruh indikator) indikator utama yang sensitif
untuk dianalisa lebih jauh sesuai dengan keadaan Puskesmas. Indikator
utama ini direview setiap tahun dan diganti apabila perlu. Pemilihan ini
didasarkan pada konsensus antara pimpinan dengan panitia mutu dan
keselamatan pasien.
• Kriteria pemilihan indikator utama adalah:
4. Proses utama yang kritikal
5. Proses risiko tinggi
6. Proses yang cenderung bermasalah
41
membandingkan secara internal, yaitu dengan bulan sebelumnya dan dengan
standar yang telah ditetapkan.
• Dilakukan validasi data oleh Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien apabila
terdapat:
7. Indikator atau proses yang baru diberlakukan
8. Kecenderungan peningkatan atau penurunan angka pemenuhan
indikator
9. Terdapat variasi dari pencatatan pemenuhan indikator
10. Data yang dianggap meragukan
11. Secara berkala (3 bulan sekali) dilakukan terhadap semua data indikator
dan dilaporakan dalam laporan triwulan panita PMKP.
12. Secara berkala (1 bulan sekali) pada indikator utama.
• Validasi data dilakukan dengan menelusuri ke lapangan untuk melihat
bagaimana data dikumpulkan dan dicatat. Apabila diperlukan dilakukan
pengumpulan data kembali oleh individu yang berbeda.
42
Gambar 5.1 Diagram Manajemen Risiko
43
Awal/ akhir
proses Penghubu
ng
Kegiatan
Keput
usan
Pelaksanaan :
44
RS memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi untuk
kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya.
• Analisis akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan identifikasi apabila
ditemukan permasalahan dalam pemenuhan indikator mutu dan manajerial
serta pengelolaan insiden.
• Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun dan
dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis). Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.
45
BAB VI
46
BAB VII
PENUTUP
Pedoman yang disusun ini merupakan langkah awal sebagai pedoman/panduan bagi
Puskesmas untuk melakukan pengukuran, evaluasi dan tindak lanjut terhadap
Indikator RS. Pedoman ini diharapkan dapat diterapkan oleh RS dan menjadi
pedoman bersama dalam mengukur Indikator Puskesmas.
DIREKTUR PUSKESMAS
PRIMA HUSADA
ttd
47