Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat
penting di Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam
mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju
peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem
pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di
Indonesia, agar tetap eksis ditengah persaingan global yang semakin kuat.
Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya
persaingan terbuka melalui pendekatan mutu paripurna yang berorientasi
pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut
menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun
penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan.
Dan banyaknya pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan
akan pelayanan kesehatan dan kepuasan pelanggan yang diperoleh
berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal
organisasi Puskesmas yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup
Managemen Sumber Daya Tenaga, alat, obat, keuangan dan sistem
informasi managemen Puskesmas.

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab
dan pelaksana pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di
Puskesmas. Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
serta memperolah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
C. Definisi
Mutu disebutkan sebagai kepatuhan terhadap standar yang sudah
ditetapkan atau yang memenuhi persyaratan yang diinginkan pelanggan,
serta stake holder dan provider. Mutu juga berarti kesesuaian terhadap
persyaratan yang ditetapkan.

D. Dimensi mutu
Dimensi mutu meliputi :
a. Akses
b. Efektifitas
c. Efisiensi
d. Keselamatan dan Keamanan
e. Kenyamanan
f. Kesinambungan Pelayanan
g. Kopetensi petugas
h. Informasi dan Dokumentasi,

E. Ruang Lingkup Pelayanan


Peningkatan mutu pelayanan merupakan upaya terus menerus untuk
mencapai target baik standar maupun indikator yang lebih baik. Puskesmas
adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat, untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan membina
peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan
terpadu disini, adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya
pencegahan (preventif), upaya peningkatan kesehatan (promotif), dan upaya
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang ditujukan kepada semua penduduk.
Ruang lingkup peningkatan mutu Puskesmas meliputi :
1. Penyelenggaraan Puskesmas
2. Pengorganisasian
3. Sarana Prasarana
4. Sumber Daya Manusia
5. Proses Pelayanan baik UKP maupun UKM
6. Pelaksanaan Audit dan Evaluasi serta Pencegahaan Kejadian Tidak di
inginkan
7. Upaya perbaikan berkesinambunngan.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan,
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional,
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/ Menkes/SK/11/2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.
5. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014

BAB II
INDIKATOR, STANDART DAN KRITERIA

Mutu pelayanan sangat terkait dengan ketersediaan INPUT, PROSES


YANG BAIK DAN BENAR, serta OUTPUT sesuai yang diharapkan. Untuk
itulah harus disusun suatu standar input, standar proses dan standar output
yang selanjutnya dilakukan monitoring , audit dan evaluasi terus menerus
dalam suatu rangkaian PDCA. Tersusunnya standar, indikator, prosedur
dan daftar tilik harus dijadikan prioritas, sebagai intrumen untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Standar menekankan pada pemenuhan
persyaratan. Prosedur merupakan penjabaran dari standar proses yang
menekankan pada tahapan yang benar dan daftar tilik merupakan
perangkat yang digunakan untuk menilai kepatuhan serta pencapaian
kegiatan.

A. INDIKATOR
Indikator adalah suatu ukuran yang menjadi rujukan suatu hasil.
Menyusun indikator menggunakan rumusan sebagai batasan dan
sifatnya. Umumnya indikator harus SMART yang merupakan
singkatan dari
Spesific yaitu ukuran yang tidak bias untuk satu fenomena atau
kegiatan
Measurable yaitu dapat diukur dengan kuantitas bukan kualitas
Accecible yaitu dapat dicapai
Reasonable yaitu ukuran itu masuk akal untuk dicapai
Time bound yaitu ada batasan waktu untuk pencapaian.
Penetapan indikator dapat diperoleh dari Dimensi Mutu yaitu segi
Akses, Efektifitas, Efisiensi, Kenyamanan, Kepuasan serta
keselamatan pelanggan.
Dari aspek Input indikator bisa berupa INDIKATOR
PERSYARATAN MINIMAL,, aspek output berupa INDIKATOR
PENAMPILAN atau CAPAIAN MINIMAL.

B. STANDAR
Standar adalah pernyataan yang dapat diterima untuk suatu ukuran
terhadap bahan, proses dan suatu produk barang atau jasa.
Secara umum standar dibedakan atas 3 standar yaitu :
a. Standar Input meliputi 5 M (man, money, material, machine,
methode )
b. Standar Proses, tahapan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
c. Standar Output yaitu penetapan hasil atau keluaran yang
dikriteriakan dapat diterima sebagai hasil yang menjadi tujuan
produk.

C. KRITERIA
Kriteria adalah spesifik dari suatu indikator, atau variabel yang
ditentukan sebagai spesifik yang diindikatorkan. Misalkan suatu
indikator “waktu tunggu pasien” kriterianya adalah waktu pasien
menunggu antri pendaftaran sampai diperiksa. Standarnya 5 menit.
BAB III
PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan Puskesmas merupakan kewajiban pemerintah dalam


sistem kesehatan nasional, yang berkaitan dengan tata ruang geografi
dan demografi dalam wilayah hukum kecamatan, yang mencakup
ketersediaan sarana fisik gedung yang memenuhi standar dan
kemudahan akses bagi masyarakat sehingga menghasilkan fungsional
yang maksimal, untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia
Sehat. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Yang
dimaksud dengan Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan
yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan dan keluarga. Sedangkan Pelayanan kesehatan
masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

B. Organisasi

Organisasi Puskesmas harus memenuhi kebutuhan sebuah unit


pelayanan kesehatan dasar di puskesmas yang melaksanakan baik
upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.
Unit kerja ini merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala
Puskesmas dan unit struktur ketatausahaan serta unit unit fungsional
pelayanan UKP dam UKM serta jejaring pelayanan kesehatan di
tingkat desa dan pelayanan pelayanan penunjang.

C. VISI MISI
VISI :
Visi Puskesmas Ciwandan adalah :
“Menjadi Puskesmas Perawatan pilihan masyarakat kota Cilegon
tahun 2020”
MISI :
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau
2. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat
3. Menggalang kemitraaan dengan sektor terkait
4. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan hidup sehat secara mandiri.

D. KEBIJAKAN MUTU PUSKESMAS CIWANDAN BERTEKAD :


a. Pimpinan Puskesmas, Koordinator Pelayanan Kesehatan dan
Koordinator Penunjang dan Penanggung Jawab Upaya
Kesehatan dan Program, pelaksana dan seluruh karyawan
Puskesmas Kecamatan Ciwandan berkomitmen untuk :

” Melakukan peningkatan serta perbaikan kualitas SDM,


sarana dan prasarana untuk menghasilkan pelayanan
bermutu secara konsisten sehingga memenuhi
kepuasan pelanggan, serta mentaati Peraturan
Perundang - undangan yang berlaku

b. Kebijakan teknis dalam peningkatan mutu dan keselamatan


pasien ada pada lampiran manual mutu.
E. PENETAPAN INDIKATOR
1) INDIKATOR KINERJA UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) 2015
2. INDIKATOR KINERJA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN
PERORANGAN (UKP) DAN ADMINISTRASI MANAJEMEN TAHUN 2015

Jenis Indikator
No Standar Target 2015
Pelayanan Jenis Uraian

1 Pelayanan Input 1. Pemberi Pelayanan di 100 % dokter 75%


Rawat Jalan Poliklinik
(poliklinik)
2. Pemberi pelayanan di 100 % bidan 100%
KIA terlatih

Proses 1. Jam buka pelayanan 08.00 s/d 12.00 100%


sesuai dengan
ketentuan Setiap hari kerja
Jum’at : 08.00 –
11.00

2. Kepatuhan hand 100%


100 %
hygiene

Output 1. Peresepan obat sesuai 100%


100 %
formularium Nasional

Outcome 1. Kepuasan pasien ≥ 75 % 82%

2 Persalinan Input 1. Pemberi pelayanan Empat tangan 100%


persalinan normal

Proses 1. Kepatuhan hand 100%


100%
hygiene

Output 1. Kematian ibu karena 0% 0%


persalinan

Outcome 2. Kepuasan pasien ≥ 80 % 85%

3 Pelayanan Input 1. Kelengkapan Peralatan


≥ 80 % ≥80%
Laboratorium Laboratorium
Sederhana
Proses 1. Waktu tunggu hasil ≤ 120 menit 100%
pelayanan laboratorium
2. Tidak adanya kejadian 100 % 100%
tertukar specimen 100 % 100%
3. Pemeriksaan Darah
lengkap terlayani 100 % 100%

Output 1. Tidak adanya 100 % 100%


kesalahan pemberian
hasil pemeriksaan
laboratorium

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥ 80


4 Pelayanan Input 1. Pengelola pelayanan Sesuai standar 100%
Farmasi/obat farmasi

2. Fasilitas dan peralatan belum standar 25%


pelayanan farmasi

3. Ketersediaan Tersedia dan 50%


formularium updated paling
lama 3 thn

Proses 1. Waktu tunggu


≤ 5 menit ≤ 5 menit
pelayanan obat jadi

2. Waktu tunggu
≤ 10 menit ≤ 10 menit
pelayanan obat racikan

Output 1. Tidak adanya kejadian


100 % 100%
salah pemberian obat

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

5 Pelayanan Input 1. Pemberi pelayanan gizi Sesuai standart 100%


gizi 2. Ketersediaan
pelayanan konsultasi Tersedia 100%
gizi

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

7 Proses 1. Waktu penyediaan


dokumen rekam medis ≤ 5 menit 100%
Pelayanan rawat jalan
rekam medik
Output 1. Kelengkapan pengisian
rekam medik 24 jam
100 % 100%
setelah selesai
pelayanan

2. Kelengkapan Informed
Concent setelah
100 % 100%
mendapatkan informasi
yang jelas

Outcome 1. Kepuasan pelanggan ≥ 80 % ≥80%

8 Pengelolaan Input 1. Adanya penanggung Ada Ada


limbah jawab pengelola
limbah Puskesmas

2. Ketersediaan fasilitas Belum sesuai 50%


dan peralatan
pengelolaan limbah
Puskesmas: padat, cair
Proses 1. Pengelolaan limbah Belum sesuai
%
cair

2. Pengelolaan limbah Belum sesuai


100%
padat

Output 1. Baku mutu limbah cair a.BOD < 30


mg/l

b.COD < 80 100%


mg/l 100%
c.TSS < 30 100%
mg/l

d.PH 6-9

9 Administrasi Input 1. Adanya dokumen mutu 100%


Ada
dan yang terkendali
manajemen
2. Pola Ketenagaan 100%
100%
terpenuhi

3. Adanya daftar urutan


Ada Ada
kepangkatan karyawan

Proses 1. Ada Audit Ada Ada

2. Semua penanggung
jawab dan pelaksana
100% 100%
upaya melakukan self
assesmen

3. Ketepatan waktu
pengusulan kenaikan 100 % 100%
pangkat

4. Ketepatan waktu 100%


pengurusan gaji 100%
berkala

5. Ketepatan waktu
penyusunan laporan 100 % 100%
keuangan

Output 1. Kelengkapan
pelaporan akuntabilitas 100 % 100%
kinerja

10 Pemeliharaan Input 1. Adanya Penanggung


Sarana Jawab sarana SK Kapus 100%
pelayanan

Output 1. Alat ukur dan alat 100 % 100%


laboratorium yang
dikalibrasi tepat waktu

11 Pencegahan Input 1. Ketersediaan APD ≥60 % ≥60%


dan
pengendalian Proses 1. Penggunaan APD saat
melaksanakan tugas 100 % 100%
infeksi

F. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


G. Pimpinan Puskesmas menetapkan sasaran mutu pada semua unit
(UKM,UKP dan Manajemen). Dalam mencapai Sasaran Mutu
tersebut seluruh kegiatan Puskesmas Ciwandan dibuat dalam
bentuk rencana kerja yang berupa Rencana Kerja, Waktu
Pelaksanaan, dan Anggarannya, yang ditetapkan secara tahunan
yang bersifat dinamis dan senantiasa dikembangkan untuk
mempercepat pencapaian sasaran mutu

H. Rencana Kerja tersebut dilaksanakan dengan Kerangka Acuan


yang jelas, dimonitor, dianalisa dan dilakukan tindakan penyesuaian
yang diperlukan untuk menjamin bahwa kinerja proses sesuai
dengan Rencana yang telah ditetapkan.

I. Dalam hal terjadi perubahan terhadap sistem manajemen mutu


yang telah ditetapkan maka integritas sistem manajemen mutu
dalam pencapaian Kebijakan dan Sasaran Mutu harus makin efektif.

J. Produk Pelayanan
Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
1. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan
urutan pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam
medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas. Yang
dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan pengiriman
kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.

2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk
pasien dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan
masalah kesehatan klien. Dimulai dari anamnesa sampai dengan
tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
a. Pelayanan Umum,
b. Pelayanan Gigi,
c. Pelayanan KIA,
d. Pelayanan MTBS, dan
e. Pelayanan KB.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang
melakukan kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu
penyakit, berdasarkan rujukan dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari
kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan sampai dengan
diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis
mulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pelayanan, pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.
K. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa
pendekatan promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :

1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang   kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.

2. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak
menular yaitu  upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah
dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,
cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis
paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan
lingkungan puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan
dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan
dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

4. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)


Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang
berfokus pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat.
Kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara kegiatannya juga meliputi
pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan upaya
dalam merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

5. Upaya Perbaikan Gizi


Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu upaya pokok
Puskesmas  yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan
Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi
lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa
hasil; Action: Perubahan/perbaikan).
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan
tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. pendidikan, dan
pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Yang dimaksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi,
yaitu minimal golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal,
pengalaman kerja, nilai performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah (PP) No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP
ini antara lain dinyatakan :
1) Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di
bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga
pendidikan (Pasal 3); dan
2) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal
jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.
Untuk Puskesmas Ciwandan, Kualifikasi Sumber Daya Manusia
sudah sesuai, walaupun masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan
ke jenjang yang diharapkan. Namun masih akan terus diupayakan agar
semua tenaga mencapai kualitas seperti yg diharapkan.
Standar Ketenagaan Puskesmas terlampir, sesuai Permenkes no 75
tahun 2014.
B. Jadwal Kegiatan Puskesmas Ciwandan
Puskesmas Ciwandan buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai
Sabtu.

No. Jenis pelayanan Waktu Keterangan

1. Pelayanan Umum dan 08.00 - 12.00


Pelayanan Tindakan WIB

2. Pelayanan Gigi 08.00 - 12.00


WIB

3. Pelayanan MTBS dan 08.00 - 12.00


Tumbuh Kembang WIB

4. Pelayanan KIA / KB 08.00 - 12.00


WIB

5. Pelayanan Konsultasi 08.00 - 12.00


(Gizi, Kesehatan WIB
Lingkungan, Berhenti
Merokok, Lansia)

6. Pelayanan 08.00 - 12.00


Laboratorium WIB

7. Pelayanan Obat 08.00 - 12.00


WIB

8. Pelayanan Persalinan 24 Jam


BAB V

STANDAR SARANA PRASARANA

A. Denah Gedung dan Ruang

Denah Gedung dan Ruang


B. Standar Alat dan Fasilitas
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods).
Standar alat dan fasilitas terlampir. Sesuai lampiran SK Permenkes
no. 75 2014
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan merupakan proses dalam sistem menegemen.
Dalam upaya peningkatan mutu maka harus ditetapkan standar proses yang
merupakan jawaban dari dimensi mutu meliputi akses, efisiensi, kenyamanan
dan keselamatan pelanggan baik.

1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan
urutan pelayanan dan memudahkan mendapatkan informasi rekam
medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang tersedia di Puskesmas. Yang
dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan pengiriman
kartu rekam medis kemasing-masing unit pemeriksaan, kemudian
mengembalikan lagi kartu rekam medis kedalam tempat semula.

2. Upaya Pengobatan
Layanan klinis adalah pelayanan klinis yang dilakukan untuk
pasien dengan melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan
masalah kesehatan klien. Dimulai dari anamnesa sampai dengan
tindakan dan pengobatan yang sesuai dengan diagnosanya.
Upaya Pengobatan, meliputi kegiatan di :
f. Pelayanan Umum,
g. Pelayanan Gigi,
h. Pelayanan KIA,
i. Pelayanan MTBS, dan
j. Pelayanan KB.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laborat adalah salah satu sarana kesehatan yang
melakukan kegiatan pemeriksaan guna menunjang diagnose suatu
penyakit, berdasarkan rujukan dari unit pemeriksaan .yang dimulai dari
kedatangan pasien atas rujukan dari init pelayanan sampai dengan
diperoleh hasil laboratorium pasien.
4. Kefarmasian
Kefarmasian adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan non teknis
mulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pelayanan, pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.
L. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan kesehatan yg dilaksanakan diluar gedung berupa
pendekatan promotif, preventif. Kegiatan upaya meliputi :
6. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang   kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
7. Upaya P2P
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak
menular yaitu  upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah
dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi. untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,
cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis
paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
8. Upaya Kesling
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan
lingkungan puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan
dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan
dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

9. Upaya Promkes (Promosi Kesehatan)


Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang
berfokus pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat.
Kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara kegiatannya juga meliputi
pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan upaya
dalam merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

10. Upaya Perbaikan Gizi


Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu upaya pokok
Puskesmas  yaitu kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan
Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi
lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa
hasil; Action: Perubahan/perbaikan).

Tata laksana pelayanan di Puskesmas Ciwandan diawali di loket


pendaftaran, dimana pasien mengambil nomor urut pendaftaran.
 Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas),
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan Kartu berobat
Puskesmas Ciwandan.
 Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas)
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya (KTP/SIM).
 Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke
ruang tindakan untuk mendapatkan penanganan. Salah satu anggota
keluarga atau yang mengantarkan pasien dapat mengurus
pendaftaran.
 Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti
kepesertaan.

Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas


pasien. Bagi pasien umum (tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan
Rekam medis, pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian pasien
diminta menunggu di depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP
Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi, Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien
umum dengan tindakan, maka wajib membayar retribusi tindakan sesuai
Perda.
Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-
masing.
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang
diagnostik, maka pasien diberikan rujukan internal ke Laboratorium.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, pasien kembali ke unit
pelayanan sebelumnya untuk mendapatkan resep sesuai dengan
diagnosis penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien
diberikan rujukan internal ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien
dari BP Gigi dengan Hipertensi, maka dikonsultasikan ke BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke
Rumah Sakit, maka pasien diberikan rujukan eksternal ke Rumah
Sakit yang dituju.
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal,
maka pasien mendapatkan resep untuk mengambil obat di ruang obat.
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau


seni serta proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta penghapusan material atau
alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya
bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas
yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik dapat
dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber
daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk operasional,
secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan
logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan
berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak
atau tidak dapat dipakai lagi.

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-


kegiatan :
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar
kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu,
biasanya untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan
dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan
nyata dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan
dengan kinerja yang dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekuensi barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada
persediaan,jumlah barang yang menumpuk, serta penyebab
terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana
kegiatan pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi
kepada program pelayanan, pola penyakit, target kinerja
pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan,
ataupun kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada
Formularium, untuk pengadaan di Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan
awal, baik meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan
harga satuan (dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau
menurut informasi yang terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan
anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang
dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik
melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang
Farmasi Kabupaten berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi
penerimaan barang, yang sebenarnya juga mempunyai peran strategi.
Secara garis besar yang harus dicek kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta
waktu penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat
perintah kerja (SPK)atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan,
bau, noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas
bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara
penerimaan (BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan
logistik ada beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung
disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna.
Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang memadai,
yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran


distribusi.Beberapa keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :

1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi


kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan
harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun


dalam penerapannya harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori
pengendalian persediaan ada beberapa syarat, antara lain :

1. Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.


2. Kesinambungan pemasok dapat dijamin
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi
manajemen , memadai
4. Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan
konsekuen
5. Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6. Reward dan punishment system yang konsisten dan konsekuen
7. Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8. Anggaran yang cukup.

Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di


Puskesmas adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah
termasuk barang vital, esensial atau normal (VEN system), digabungkan
dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi
kedua metode ini selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau
penggunaannya akan diketahui rata-rata penggunaan perbulan, dan juga
fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat
ditentukan berapa besar jumlah :

1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan


2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)

Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama


(durasi) waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai
barang diterima oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa
kebutuhan barang selama periode tersebut.

Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out).


Khusus di puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first
out (FEFO), manan yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa
pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan
diterimanya digudang.

E. Pendistribusian

Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak


langsung akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh
karena itu harus ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan
logistik, meliputi :

1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran


dan kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi
maupun penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi
pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan
dan pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan

Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab


bendahara barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan
dari catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang diperlukan
karena :

1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali


2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain

Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :

1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam


2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan
pelelangan harus disetor ke kas Negara.

Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara


Penghapusan, yang tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan


meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan
sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang
optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003).
Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial
dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.

Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di


Puskesmas., meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas
terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya KTD (kejadian tidak
diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program - program pencegahan,
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).

 Sistem Patient Safety

 Assesment Resiko 

 Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko


pasien 

 Pelaporan dan analisa insiden 

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya 

 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko


Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) 

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan


pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak
(ommission) ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi pasien
(KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event) yaitu
suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
yang mutakhir. 
 Near miss/ KNC (Kejadian Nyaris Cedera) 

Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu


tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien tetapi cedera serius tidak
terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena
peringanan***).

Misal :
*)   Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul
reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain
dan membatalkannya sebelum obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan
diberikan  antidotum-nya

Tujuh standar keselamatan pasien

1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat


informasi ttg rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tangung jawab pasien dalam
asuhan pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas
menjamin keseinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas
harus mendisain proses baru atau memperbaiki prosed yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien:Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi melalui penerapan tujuh
langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program
proaktif untuk identifikasi risiko keselatan pasien dan program
menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan
menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji
efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Puskesmas dan
keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelasPuskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu
dan akurat.

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien:Ciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil,
2. Pimpin dan dukung staf anda:Bangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien,
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko:Kembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal
yang potensial bermasalah,
4. Kembangkan sistem pelaporan:Pastikan staf agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/insiden, serta Puskesmas mengatur
pelaoran kepada KKPRS,
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien:Kembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien,
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien:
dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien:Gunakan infromasi yang ada tentang kejadian/masalah
untuk melakukan perubahan sistem pelayanan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,


Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal
diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat
kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di
Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga
ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
Puskesmas, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan diPuskesmas, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan
pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang
toksik , peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar
bahaya yang dihadapi dalam Puskesmas atau instansi kesehatan dapat
digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar
atau meledak (obat– obatan);
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik;
3. Bahaya radiasi;
4. Luka bakar;
5. Syok akibat aliran listrik;
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam;
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya
tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain
dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada
kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di Puskesmas / instansi kesehatan.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh
karena itu K3 Puskesmas perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan
K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman
manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola maupun karyawan
Puskesmas.
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut
diharapkan dapat mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan
( malpraktek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari kesalahan
kerja. Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
seperti proses manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi
manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan.
Fungsi perencanaan meliputi perkiraan / peramalan, dilanjutkan dengan
penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, menganalisa data, fakta
dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program. Fungsi
berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian
penempatan staf, pendanaan serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir
ialah fungsi pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan
serta pengendalian.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu


merupakan suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang 
untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada
pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar
produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan
dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu.
Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA
(Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan
kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses
untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi
perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk
melaksanakan peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya
mengacu pada upaya peningkatan mutu.

Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat


yang tepat oleh mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali
hal-hal yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana
staf mungkin dapat mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting.
Definisikan secara operasional masalah yang dipilih,
misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal yang
diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui
bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara menentukan
kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses
terjadinya masalah.

Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok


Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan
keterkaitannya dengan masalah. Gunakan metode untuk
mengetes hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin
menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan data untuk mengetes
hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling
dominan.
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif
untuk menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat
diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin
dilaksanakan, dikaji dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan
masalah, biaya yang diperlukan, kemungkinan solusi dapat
dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan
PDCA

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:


a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu
ditentukan tujuan dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus
memutuskan “siapa, apa, dimana, dan bagaimana” solusi akan
dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan penjelasan tentang berbagai
asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan adanya penolakan dari
pihak yang dijadikan sasaran. Di sini harus sudah diputuskan tentang
data yang harus dikumulkan untuk memantau keberhasilan
pelaksanaan solusi masalah.
b. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau
perubahan yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau
kesulitan pelaksanaan solusi. Amati bagamana solusi tersebut
dilaksanakan. Buat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap
menyimpang dari kesepakatan. Setiap masalah atau kesalahan yang
muncul dalamproses ini harus diartikan sebagai kesempatan untuk
membuat perbaikan.
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan
pelajaran apa yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan
pelajaran yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan
proses solusi, atau hentikan, atau ulang kembali tindakan dari awal
dengan tujuan melakukan modifikasi”.

Di Puskesmas Ciwandan kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan


dokumen berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan,
implemenasi dokumen sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal,
tinjauan manajemen dan self assessment untuk pengendalian mutu
pelayanan. Adapun jadwal terlampir :

JADWAL KEGIATAN PUSKESMAS CIWANDAN AKREDITASI DHAIFAH

NO. KEGIATAN WAKTU KETERANGAN


Dilaksanakan
1. Audit Internal I Maret – April 2014
bergantian
Pembahasan hasil Audit Seluruh karyawan
2. Mei 2014
Internal puskesmas
Seluruh karyawan
3. RTL dari Audit Internal Mei – Juli 2014
puskesmas
Cek dokumen yang Semua Tim
4. Mei – Juli 2014
kurang Akreditasi
Seluruh karyawan
5. Tinjauan Manajemen Agustus 2014
puskesmas
Semua Tim
6. Self Assesment September 2014
Akreditasi
7. Audit Eksternal
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan


atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai  jasa
pelayanan kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan.
Dan banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan
akan pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala
dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir,
dan kesejahteraan tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul
menimbulkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari
kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan
pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan
pengendalian mutu pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat
menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik, baik
kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumberdaya yg digunakan.

Anda mungkin juga menyukai