Anda di halaman 1dari 134

BAGIAN 1

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur


atau mengelola atau mengurus. Beberapa ahli manajemen
mengemukan pengertian manajemen dari sudut pandang yang
berbeda, antara lain Mary Parker Follet misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah


proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan


proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling
(POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Nursalam, 2014).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui


anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaiman
manajemen
2
keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Nursalam, 2014).

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan

integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan

(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen

keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan untuk mencapai

tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi 5 (lima) tahap, yaitu:

perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan, dan

pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).

Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat


untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien.
Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur,
mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan
sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif
dan ekonomis pada pasien (Gillies, 2000).

B. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan


adalah:

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan


karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
risiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif
dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan


waktu yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan

3
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan


keputusan berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus

perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa

yang pasien lihat, fikir, yakini, dan ingini. Kepuasan pasien

merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian


dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan


yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi, dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

7. Manajer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat


memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.


Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara
bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya


mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.

4
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi, dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.

C. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan

Agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan


mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-
prinsip manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada 7 (tujuh) prinsip
manajemen yang harus diketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan
waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin,
tujuan sosial, pengorganisasian, dan perubahan. Berikut ini akan
dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam


manajemen (the first function of management). Semua fungsi
manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah
suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat
keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil
yang diharapkan (Swansburg dan Swansburg, 1999). Dalam
perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian
adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya lain yang relevan. Perencanaan yang baik akan
meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.

2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective Utilization of Time)

5
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola
pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan
memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapainya
tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan
perawat dikendalikan.

3. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran


dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh
seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan/implementasi dari pilihan keputusan
yang diambil.

4. Pengelola/Pemimpin (Manager/Leader)

Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan


keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan
tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai
tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.

5. Tujuan Sosial (Social Goal)

Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan


ditetapkan dalam bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.

6. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah


aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan
pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi,
ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun
secara vertikal (Swansburg dan Swansburg, 1999).

6
7. Perubahan (Change)

Perubahan adalah proses penggantian dari suatu hal


dengan yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas,
1988). Di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan
prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik
pasien yang akan dilayani.

D. Tujuan Manajemen Keperawatan

Adapun tujuan manajemen keperawatan adalah:

1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.

2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.

3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan


melibatkan seluruh komponen yang ada.

4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan


bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-
sia, serta mengurangi duplikasi tenaga dan upaya.

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen


keperawatan adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan.

2. Asuhan keperawatan yang berkualitas.

3. Pengembangan staf.

4. Budaya riset bidang keperawatan.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

A. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Di masa yang akan datang, pelayanan keperawatan di Indonesia

dituntut untuk terus melakukan perbaikan yang lebih baik dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan mengedepankan praktik

keperawatan yang profesional yang memiliki karakteristik utama yaitu

7
mempunyai komitmen yang tinggi untuk melayani dalam pemberian
asuhan keperawatan. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan bahwa ilmu keperawatan adalah salah satu ilmu
yang digunakan dalam upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan pasien karena pada prinsipnya perawat mampu
mengaplikasikan pelayanan yang profesional (Adhitama, 2009).

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan


suatu metode pelayanan keperawatan yang sistematis, terstruktur,
dan memiliki proses serta nilai-nilai profesionalisme yang
memungkinkan perawat profesional memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Sitorus, 2006). Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) adalah bentuk dari pemberian
asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme
atau pelayanan prima keperawatan yang dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan di rumah sakit. Untuk mengimplementasikan
manajemen keperawatan yang optimal, diperlukan suatu metode
pelaksanaan yang tepat sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan
hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Saat ini metode manajemen
keperawatan mengarah kepada metode Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP).

B. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Menurut Keliat (2010), ada beberapa tujuan Model Praktik


Keperawatan Profesional (MPKP), yaitu:

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan


pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.

8
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan


keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan


keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

C. Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) menurut


Sitorus (2006) adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawatan
yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme dan memiliki 4 (empat)
pilar, yaitu:

1. Pendekatan manajemen (management approach).

2. Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward).

3. Hubungan profesional (professional relationship).

4. Manajemen asuhan keperawatan (patient care delivery).

Pada buku ini pilar yang akan diteliti adalah pilar yang
pertama yaitu pendekatan manajemen (management approach).

Pendekatan Manajemen (Management Approach) dalam Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP)

Pada penerapannya di dalam pelayanan kesehatan pendekatan


manajemen (management approach) diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), pengawasan (supervisi), dan
pengendalian (controlling) (Siagian, 2012).

A. Perencanaan (Planning)

9
Kegiatan perencanaan dalam praktik keperawatan profesional
merupakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat
dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai
derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri.

Perencanaan adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang


harus dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana
kegiatan itu dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di
ruang rawat inap akan mempermudah serta memberi petunjuk
terhadap pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien. Perencanaan di
ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan (Siagian, 2012).

Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi


perencanaan tahunan, bulanan, mingguan, dan harian. Kegiatan yang
dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap
meliputi perencanaan kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan,
program kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu,
kepala ruangan juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti
pertemuan dengan staf dengan tujuan untuk menilai atau
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan standar
atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan serta
pengembangan dari hasil evaluasi tersebut (Siagian, 2012).

B. Pengorganisasian (Organizing)

10
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang,
alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada 3 (tiga) aspek penting
dalam pengorganisasian, yaitu: pola struktur organisasi, penataan
kegiatan, dan struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).

Prinsip-prinsip pengorganisasian yaitu: pembagian kerja,


kesatuan komando, rentang kendali, pendelegasian, dan koordinasi.
Pengorganisasian bermanfaat untuk penjabaran terinci semua
pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian
beban kerja sesuai dengan kemampuan, dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi (Sarwoto, 2010).

Menurut Sarwoto (2010), kepala ruangan bertanggung jawab


untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
di ruang rawat inap yang meliputi:

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di ruang rawat inap meliputi: struktur,


bentuk, dan bagan. Berdasarkan keputusan direktur rumah sakit
dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan
baik vertikal maupun horizontal. Dan juga dapat dilihat posisi
tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung
gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan
kegiatan atau sistem penugasan.

2. Pengelompokan Kegiatan

11
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu

dikelompokkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.


Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk mempermudah
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.

3. Koordinasi Kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus


menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling
mendukung untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif.
Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim
atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang
rawat inap.

4. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dikerjakan perlu dievaluasi untuk


menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Kepala ruangan berkewajiban dalam memberi
pengarahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu diperlukan uraian tugas yang jelas dari masing-
masing staf dan standar penampilan kerja.

C. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan

dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Fungsi pengarahan bertujuan agar perawat atau

staf mampu melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan. Dalam

melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan kepala

12
ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, melakukan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi
(Siagian, 2012).

Memberi motivasi merupakan unsur-unsur yang penting


dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di
ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membangun
iklim motivasi diantaranya adalah:

1. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif


dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah
membudayakan dalam tim untuk membudayakan pemberian
pujian yang tulus antar karyawan.

2. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap


personil dengan cara kepala ruangan mampu untuk
berkomunikasi intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun
perawat pelaksana untuk mempererat hubungan.

3. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para


staf.

4. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang


telah dilakukan staf.

D. Pengawasan (Supervisi)

Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian


sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan dalam dari supervisi adalah
pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan
keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya.

13
Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh
manajer. Sedangkan orang yang melakukan fungsi supervisi disebut
supevisior yang biasanya dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas
keperawatan, atau kepala bidang wakil direktur keperawatan.
Tanggung jawab supervisior dalam manajemen pelayanan
keperawatan yaitu: menetapkan dan mempertahankan standar
praktik keperawatan, menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan,
mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, memantapkan kemampuan perawat, dan memastikan
praktik keperawatan profesional dilakukan dengan benar.

Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.


Supervisi secara langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung
dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat
memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan supervisi tidak
langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan dan
supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung.

E. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana


yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses,
dan hasil pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan
institusi untuk mencapai dan mempertahankan kualitas.
Pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah segala
sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang
bertujuan menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

14
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian
meliputi: penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja,
melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi
kerja sesuai dengan standar, dan mengambil tindakan korektif.
Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu: nilai dokumentasi
keperawatan, tingkat kepuasan pasien, dan tingkat kepuasan perawat.
Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan
yaitu: audit dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali,
survei kepuasan pasien, survei kepuasan perawat setiap enam bulan
sekali, perhitungan lama hari rawat, dan melakukan langkah-langkah
perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah ditetapkan.

Gaya Kepemimpinan

A. Definisi Gaya Kepemimpinan

Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik


atau tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri
dari si ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu
sampingan. Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang
memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain.
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3
(tiga) faktor yang menjadi kunci gaya kepemimpinan seseorang yang
merupakan faktor yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu
sama lainnya, yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin, dan
situasi.

Gillies (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat


diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun
dalam kehidupannya.

15
B. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

Kepribadian seseorang akan memengaruhi gaya


kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang
cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli,
terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam
suatu organisasi antara lain sebagai berikut.

1. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H.


Schmidt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat


dijelaskan melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus
pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya
tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan
faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan
organisasi harus didahulukan jika dibanding dengan kepentingan
individu, maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan
gaya partisipasinya.

2. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya


kepemimpinan dalam 4 (empat) sistem, yaitu:

a. Sistem Otoriter–Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai


kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi
bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan bersifat satu arah ke bawah (top-down).

b. Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative)

16
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat
tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau
hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan komunikasi
ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan
mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

c. Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar


terhadap bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif)

untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang


menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah
dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

d. Sistem Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya


terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, serta
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.
Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan
sebagai kelompok kerja.

3. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam


bukunya The Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan
bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat
dikelompokkan menjadi dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X
dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung
jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin
daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa

17
bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,
mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi,
dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan
menjadi 4 (empat) macam, yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan


menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan
hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.

b. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama


dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak
kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin,
pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini
juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam


pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai
dengan Teori Y.

d. Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena


segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya
kepemimpinan ini sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).

4. Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House


mengemukakan 4 (empat) gaya kepemimpinan, yaitu:

a. Direktif

18
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang
bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung
arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang
dicapai oleh bawahannya.

b. Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada


bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.

c. Partisipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk


mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan
sebuah keputusan.

d. Berorientasi Tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan


mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan
tersebut dengan seoptimal mungkin.

5. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard

Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut


Hersey dan Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya
kepemimpinan tersebut.

a. Instruksi:

1) tinggi tugas dan rendah hubungan;

2) komunikasi sejarah;

3) pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran


bawahan sangat minimal;

4) pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi


yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.

b. Konsultasi:

19
1) tinggi tugas dan tinggi hubungan;

2) komunikasi dua arah;

3) peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan


pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi
kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung
keluhan.

c. Partisipasi:

1) tinggi hubungan tapi rendah tugas;

2) pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan


dalam pengambilan keputusan.

d. Delegasi:

1) rendah hubungan dan rendah tugas;

2) komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian


antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan
keputusan pemecahan masalah.

6. Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

Menurut Lippits dan White, terdapat 3 (tiga) gaya


kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai
dikembangkan di Universitas Iowa.

a. Otoriter

1) wewenang mutlak berada pada pimpinan;

2) keputusan selalu dibuat oleh pimpinan;

3) kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

4) komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada


bawahan;

20
5) pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat;

6) prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan;

7) tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan


saran, pertimbangan atau pendapat;

8) tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif;

9) lebih banyak kritik daripada pujian;

10) pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan


tanpa syarat;

11) pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat;

12) cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman;

13) kasar dalam bersikap;

14) tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul

oleh pimpinan.

b. Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan


dalam memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara
pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) wewenang pimpinan tidak mutlak;

2) pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang


kepada bawahan;

3) keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan;

4) komunikasi berlangsung timbal balik;

5) pengawasan dilakukan secara wajar;

21
6) prakarsa dapat datang dari bawahan;

7) banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan


saran dan pertimbangan;

8) tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat


permintaan daripada instruktif;

9) pujian dan kritik seimbang;

10) pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan


dalam batas masing-masing;

11) pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar;

12) pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan


bertindak;

13) terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan


saling menghargai;

14) tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung


bersama-sama.

c. Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah

kemampuan memengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama

untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan

pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada


bawahan; keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan;

2) kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan;

3) pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh


bawahan;

22
4) hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku
bawahan;

5) prakarsa selalu berasal dari bawahan;

6) hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan;

7) peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan


kelompok;

8) kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan


kelompok;

9) tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh


perorangan.

7. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan


wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Otoriter

Gaya kepemimpinan ini merupakan kepemimpinan


yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan, menggunakan
kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin
menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada
kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan
hukuman.

b. Demokratis

Gaya kepemimpinan ini merupakan kepemimpinan


yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf,
menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri, membuat rencana dan

23
pengontrolan dalam penerapannya, dan informasi diberikan
seluas-luasnya dan terbuka.

c. Partisipatif

Gaya kepemimpinan ini merupakan gabungan antara


otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian
mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin
meminta saran dan kritik staf serta mempertimbangkan
respons staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang
diambil bergantung pada kelompok.

d. Bebas Tindak

Gaya kepemimpinan ini merupakan pimpinan ofisial,


karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi, dan koordinasi. Staf atau bawahan mengevaluasi
pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
Bagian 2
Pengkajian Manajemen Keperawatan

Pengkajian Manajemen Keperawatan

Bagian ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang


meliputi pengumpulan data M1-M5 (Man, Matherials, Method, Money,
Mutu), analisis SWOT, identifikasi, dan prioritas masalah.

A. Pengkajian

1. M1 (Man)

a. Ketenagaan

1) Struktur Organisasi Ruangan

Setiap ruangan yang ada di rumah sakit dipimpin

oleh kepala ruangan, sebagai contohnya di Ruang X Rumah

Sakit Y mempunyai kepala ruangan yang dibawahi oleh 3

ketua tim, 5 perawat pelaksana, serta dilengkapi dengan 3

cleaning service (CS). Adapun struktur organisasinya, yaitu:

Kepala Ruangan

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2 Ketua Tim 2

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana 1 Pelaksana 2 Pelaksana 3

Klien Klien Klien

Gambar 1 Contoh Struktur Organisasi di Ruang X Rumah Sakit Y


2) Jumlah Tenaga di Ruangan

26
a) Tenaga Keperawatan

Tabel 2 Contoh Komposisi Tenaga Keperawatan di Ruang X


Rumah Sakit Y Tahun 2020

Pendidikan Jenjang
No. Nama Masa Kerja Pelatihan
Terakhir Karir
T, S.Kep., BTCLS,
1. Ners 9 tahun PK III
Ners. BHD
S1
2. N, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
S1
3. P, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
4. L, S.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
5. J, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
6. H, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
7. E, AMd.Kep. 8 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
8. H, AMd.Kep. 7 tahun BHD PK II
Keperawatan
D3
9. A, AMd.Kep. 9 tahun BHD PK II
Keperawatan

b) Tenaga Non-Keperawatan
Tabel 3 Contoh Komposisi Tenaga Non-Keperawatan di
Ruang X Rumah Sakit Y Tahun 2020

No. Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Admnistrasi 0 –
2. Asisten Perawat 0 –
3. Cleaning Service 3 Swasta

c) Pengaturan Ketenagaan

ii) Perawatan Tidak Langsung

Perawatan tidak langsung, meliputi

kegiatan-kegiatan membuat rencana


perawatan, memasang/menyiapkan alat,
konsultasi dengan anggota tim, menulis dan
membaca catatan kesehatan, melaporkan
kondisi pasien. Setiap pasien membutuhkan
waktu 30 menit/ hari.
iii) Pendidikan Kesehatan

29
Pendidikan kesehatan yang diberikan
kepada pasien meliputi: aktivitas, pengobatan
serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1996), waktu yang
dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah
15 menit/ pasien/ hari.

Rumus kebutuhan tenaga keperawatan


di satu unit perawatan adalah:
A×B×C F =H
(C−D) × E =
G

Keterangan:

A: rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari

B: rata-rata jumlah pasien/hari

C: jumlah hari/tahun

D: jumlah hari libur masing-masing perawat

E: jumlah jam kerja masing-masing perawat

F: jumlah jam perawatan yang diberikan


perawat per tahun

G: jumlah jam perawatan yang diberikan


perawat per tahun

H: jumlah perawat yang dibutuhkan untuk


unit tersebut

Contoh:

Ruang X RS Y berkapasitas tempat tidur 20 tempat

tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 30 orang

per hari. Kriteria pasien yang dirawat tersebut

adalah 15 orang dapat melakukan self care, 10 orang

perlu diberikan partial care, dan 5 orang

30
harus diberikan total care. Tingkat pendidikan
perawat yaitu S1 dan D3 Keperawatan. Hari kerja
efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut
adalah sebagai berikut.

i) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan


yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu:

- keperawatan langsung:

self care: 15 orang pasien

15 × 2 jam = 30 jam

partial care: 10 orang pasien

10 × 3 jam = 30 jam

total care: 5 orang pasien

5 × 6 jam = 30 jam
Jumlah 90 jam

- keperawatan tidak langsung: 30 orang


pasien × 1 jam = 30 jam

- penyuluhan kesehatan = 30 orang pasien ×


0,25 jam = 7,5 jam

Total jam secara keseluruhan adalah 127,5 jam.

ii) Menentukan jumlah total jam keperawatan


yang dibutuhkan per pasien per hari adalah
127,5 jam ÷ 30 pasien = 4 jam.

iii) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga


keperawatan pada ruangan tersebut adalah
langsung dengan menggunakan rumus Gillies

31
di atas, sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut.

4 jam/pasien/hari × 30 pasien/hari × 265 hari

(365 hari – 76) × 7 jam

= 43800

2023

= 22 orang

(Jumlah tenaga keperawatan yang


dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan).

20% × 20 = 4 orang

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan secara


keseluruhan 22 + 4 = 26 orang/ hari.

iv) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga


keperawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu:
30 orang × 4 jam

7 jam

= 17 orang

v) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang


dibutuhkan per sif, yaitu dengan ketentuan
menurut Eastler (Swansburg, 1990).

- Sif pagi 47% = 7,9 orang (8 orang). -


Sif sore 36% = 6,1 orang (6 orang).

- Sif malam 17% = 2,9 orang (3 orang).

vi) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne


adalah:

- 55% = 14,3 (14 orang) tenaga profesional.

32
- 45% = 11,7 (12 orang) tenaga non-
profesional.

iii. Metode Douglas

Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat


ketergantungan menurut Douglas (1984) dalam
Nursalam (2014) membagi klasifikasi klien
berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut.

i) Kategori I: Self Care/Perawatan Mandiri


Perawatan ini memerlukan waktu 1-2

jam/hari, meliputi:

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian


dilakukan sendiri.

- Makan dan minum dilakukan sendiri.

- Ambulasi dengan pengawasan.

- Observasi tanda-tanda vital setiap


pergantian sif.

- Minimal dengan status psikologi stabil.

- Perawatan luka sederhana.

ii) Kategori II: Intermediate Care/Perawatan Partial

Perawatan ini memerlukan waktu 3-4


jam/hari, meliputi:

- Kebersihan diri dibantu, makan minum


dibantu.

- Ambulasi dibantu.

- Pengobatan dengan injeksi.

33
- Pasien dengan kateter urine, pemasukan
dan pengeluaran dicatat.

- Pasien dengan infus dan klien dengan


pleura pungsi.

iii) Kategori III: Total Care/Intensif Care

Perawatan ini memerlukan waktu 5-6


jam/hari, meliputi:

- Semua kebutuhan pasien dibantu.

- Perubahan posisi setiap 2 jam dengan


bantuan.

- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

- Makan dan minum melalui selang


lambung.

- Pengobatan intravena per drip.

- Dilakukan suction.

- Gelisah/disorientasi.

- Perawatan luka kompleks.


Contoh:

Di ruang X RS Y dirawat 40 orang pasien dengan


kategori sebagai berikut: 30 pasien dengan
perawatan minimal, 7 pasien dengan perawatan
parsial dan 3 pasien dengan perawatan total.
Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah
sebagai berikut.

Tabel 4 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan


Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang X Rumah
Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

34
Tingkat
Jumlah
Ketergantu- Pagi Sore Malam
Pasien
ngan
Minimal 30 30 × 0,17 = 5,1 30 × 0,14 = 4,2 30 × 0,07 = 2,1
Parsial 7 7 × 0,27 = 1,9 7 × 0,15 = 1,05 7 × 0,10 = 0,7
Total 3 3 × 0,36 = 1,1 3 × 0,30 = 0,9 3 × 0,20 = 0,6
Jumlah 40 8,1 6,15 3,4
8 6 3

Total tenaga perawat:

Pagi 8 orang

Sore 6 orang

Malam 3 orang
17 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 × 17 / 279 = 5,24 (dibulatkan menjadi 5 orang)

Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau


lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah
hari kerja efektif dalam 1 tahun.

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk


bertugas per hari di ruang X adalah 17 orang + 5
orang lepas dinas + 2 orang tenaga; kepala
ruangan dan wakil = 24 orang.

3) Analisa Beban Kerja Perawat

a) Work Sampling

Teknik ini dikembangkan pada dunia industri


untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh
personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga
tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati
hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara lain:

i. aktivitas apa yang sedang dilakukan personel


pada waktu jam kerja;

35
ii. apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi
dan tugasnya pada waktu jam kerja;

iii. proporsi waktu kerja yang digunakan untuk


kegiatan produktif atau tidak produktif;

iv. pola beban kerja personel dikaitkan dengan


waktu dan jadwal jam kerja.

Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu


dilakukan survei tentang kerja personel dengan
langkah-langkah sebagai berikut.

i. menentukan jenis personel yang akan disurvei;

ii. bila jumlah personel banyak perlu dilakukan


pemilihan sampel sebagai subjek personel yang
akan diamati dengan mengunakan metode simple
random sampling untuk mendapatkan sampel yang
representatif;

iii. membuat formulir kegiatan perawat yang dapat


diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan
tidak produktif dapat juga dikategorikan sebagai
kegiatan langsung dan tidak langsung;

iv. melatih pelaksana peneliti tentang cara


pengamatan kerja dengan menggunakan work
sampling:

v. pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan


interval 2–15 menit tergantung karakteristik
pekerjaan yang dilakukan.

Pada teknik work sampling kita akan


mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari

36
sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena
besarnya jumlah pengamatan kegiatan penelitian
akan didapatkan sebaran normal sampel pengamatan
kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan
sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik.
Jumlah pengamatan dapat dihitung.

b) Time and Motion Study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti


dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh
personel yang sedang kita amati. Melalui teknik ini
akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas
kerjanya. Langkah-langkah untuk melakukan teknik
ini, yaitu:

i. menentukan personel yang akan diamati untuk


menjadi sampel dengan metode purposive sampling;

ii. membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan


oleh setiap personel;

iii. daftar kegiatan tersebut kemudian


diklasifikasikan seberapa banyak personel yang
melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin
selama dilakukan pengamatan;

iv. membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah


dilakukan tersebut menjadi kegiatan medis,
kegiatan keperawatan, dan kegiatan administrasi;

v. menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh


personel dalam melakukan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan.

37
Penelitian dengan menggunakan teknik ini
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tingkat
kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang
bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan suatu metode yang
ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti
rumah sakit.

c) Daily Log

Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri

merupakan bentuk sederhana work sampling yaitu

pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang

diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan

dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

tersebut. Penggunaan ini tergantung kerja sama dan

kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini

relatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Peneliti

biasa membuat pedoman dan formulir isian yang dapat

dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan

pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan

cara pengisian formulir kepada subjek personal yang

diteliti, tekankan pada personel yang diteliti yang

terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama

kegiatan, sedangkan informasi personel tetap menjadi

rahasia dan tidak akan dicantumkan pada laporan

penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu

yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari

pengamatan dengan daily log.

38
Contoh:

Penghitungan beban kerja (Time and Motion Study).


Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk
mengetahui penggunaan waktu tenaga keperawatan
dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas pokok,
tugas penunjang, kepentingan pribadi, dan lain-lain.
Adapun pembagian kerja secara normatif pada setiap sif
kerja yaitu sif pagi, sore, dan malam. Adapun pembagian
jam kerja secara normatif pada setiap sif pada ruang rawat
inap X, yaitu:

a) sif pagi dimulai pukul 08.00 – 14.00 (6 jam);

b) sif sore dimulai pukul 14.00 – 20.00 (6 jam);

c) sif malam dimulai pukul 20.00–08.00 (12 jam).

Tabel 5 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung di Ruang X


Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Tindakan Rata-rata
Waktu
No. Keperawatan Frekuensi Waktu
(Menit)
Langsung (Menit)
Memberikan obat
1. 2 1 2
kepada pasien
Memenuhi
kebutuhan cairan
2. 20 1 20
dan elektrolit
(pemasangan infus)
Memenuhi
3. kebutuhan integritas 29 2 14.5
jaringan (rawat luka)
Mengganti selang
4. 6 1 6
infus (blood set)
5. Melepas kateter 2 1 2
6. Mengecek GDS 3 1 3
Melakukan injeksi
7. 32 6 5,3
intravena
Mengambil darah
8. (pemeriksaan 5 1 5
laboratorium)

39
Mendampingi visite
9. 22 1 22
dokter
Mengukur tanda-
10. 29 11 2.6
tanda vital
Total 150

Tabel 6 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Langsung di Ruang X


Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Tindakan Jumlah
Waktu
No. Keperawatan Tidak Frekuensi Waktu
(Menit)
Langsung (Menit)
1. Timbang terima 2 11 22
2. Pendokomentasian
9 11 99
catatan medik
3. Menyerahkan status
10 1 10
pasien ke pen-rek
4. Menyerahkan
sampel ke 10 5 50
laboratorium
Total 181

Tabel 6 Pelaksanaan Kegiatan Produktif di Ruang X Rumah Sakit Y


pada Tanggal 1 Januari

Jumlah
Waktu
No. Kegiatan Produktif Frekuensi Waktu
(Menit)
(Menit)
1. Timbang terima 2 11 22
Pendokomentasian
2. 9 11 99
catatan medik
Menyerahkan status
3. 10 1 10
pasien ke pen-rek
Menyerahkan
4. sampel ke 10 5 50
laboratorium
Memenuhi
kebutuhan cairan
5. 20 1 20
dan elektrolit
(pemasangan infus)
Memenuhi
6. kebutuhan integritas 14,5 2 29
jaringan (rawat luka)
Mengganti selang
7. 6 1 6
infus (blood set)

40
8. Melepas kateter 2 1 2
9. Mengecek GDS 3 1 3
Melakukan injeksi
10. 5,3 6 32
intravena
Mengambil darah
11. (pemeriksaan 5 1 5
laboratorium)
Mendampingi visite
12. 22 1 22
dokter
Mengukur tanda-
13. 2,6 11 29
tanda vital
Total 329

Tabel 7 Rekapitulasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Ruang


X Rumah Sakit Y pada Tanggal 1 Januari

Pagi Sore Malam


No. Jenis Kegiatan
(Menit) (jam) (jam)
Produktif
a) Langsung 2,50 17,21 20,847
b) Tidak Langsung 3,02 18,498 18,741
2. Non-Produktif 2,42 48,245 86,4
Total 7,94 84 126

Tabel 8 Beban Kerja Objektif

Beban Kerja Objektif


Sif
Persentase Kategori
Pagi 69,52 % Sedang
Sore 42,50 % Rendah
Malam 31,42 % Rendah

Rumus:
∑ Jenis kegitan produktif × 100% Total jam

Keterangan:

Tinggi > 80 %

Sedang 60 – 80 %

41
Rendah < 60 %

Penghitungan Time Motion Study dilakukan dengan


cara menghitung persentasi dari jumlah waktu yang
dilakukan untuk melakukan kegiatan profesional dan
non-profesional dibandingkan dengan jumlah jam kerja
keseluruhan. Tabel di atas menunjukkan bahwa beban
kerja di ruang X termasuk kategori beban kerja tinggi
(lebih dari 80%).

4) BOR (Bed Occupacy Rate)

BOR (Bed Occupacy Rate) dapat diterapkan dengan

menggunakan beberapa rumus (formula), yaitu: Contoh:

Jumlah kapasitas tempat tidur Ruang X Kelas I, Kelas II,


dan Kelas III masing-masing berjumlah 10 tempat tidur,
dengan rincian sebagai berikut.

a) BOR Pasien Kelolaan di Ruang X


Tabel 9 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 1 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%
2. Siang 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%
3. Malam 10 bed 10 bed 10 bed 28/30 x 100%
(2 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 93,3%

Tabel 10 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 2 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%
2. Siang 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%
3. Malam 10 bed 10 bed 10 bed 26/30 x 100%
(2 kosong) (2 kosong) (0 kosong) = 86,6%

42
b) BOR Pasien Kelolaan di Ruang Y
Tabel 11 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 1 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
2. Siang 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
3. Malam 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%

Tabel 12 BOR Ruang X Rumah Sakit Y Tanggal 2 Januari

No. Sif Kelas I Kelas II Kelas III BOR


1. Pagi 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
2. Siang 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%
3. Malam 5 bed 5 bed 5 bed 15/15 x 100%
(0 kosong) (0 kosong) (0 kosong) = 100%

43
2. M2 (Materials)

a. Penataan Gedung/Lokasi dan Denah Ruangan


Contoh:

Ruang rawat inap X RS Y terdiri dari 2 ruang kelas III, 2 ruang


kelas II, 2 ruang kelas I, mushola, dapur, ruang cleaning service,
jalur evakuasi, toilet pegawai, toilet pasien, dan toilet umum.

F
B
I
F
B

A C U
F F

F F
A C

F F
D

G
E

Keterangan:
A: Ruang Kelas I
B: Ruang Kelas II
C: Ruang Kelas III
D: Nurse Station
E: Mushola
F: Toilet
G: Ruang Sterilisasi Alat
I: Dapur

Gambar 2 Denah Ruang Rawat Inap X Rumah Sakit Y

44
b. Peralatan dan Fasilitas

1) Kapasitas Tempat Tidur Pasien

Tabel 13 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan


Kamar Mandi Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah
Sakit (Kepmenkes, 2004)

Jumlah Tempat Jumlah Kamar


No. Jumlah Toilet
Tidur Mandi
1. 1 s/d 10 1 1
2. 11 s/d 20 2 2
3. 21 s/d 30 3 3
4. 31 s/d 40 4 4

Keterangan: Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1


toilet dan 1 kamar mandi.

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah


tempat tidur, toilet, dan jumlah kamar mandi berdasarkan

standar Keputusan Menteri Kesehatan No.


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan di Rumah Sakit yang menyatakan bahwa
setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1
toliet dan 1 kamar mandi. Di ruang rawat inap X sudah
memiliki 7 toilet dan kamar mandi.

Tabel 14 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah


Toilet dan Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes, 2004)

Jumlah Tempat Jumlah Kamar


No. Jumlah Toilet
Tidur Mandi
1. 1 s/d 20 1 1
2. 21 s/d 40 2 2
3. 41 s/d 60 3 3
4. 61 s/d 80 4 4
5. 81 s/d 100 5 5

Keterangan: Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1


toilet dan 1 kamar mandi.

45
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah
karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi
berdasarkan standar Keputusan Menteri Kesehatan No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan di Rumah Sakit menunjukkan bahwa ruang
rawat inap X sudah memenuhi standar tentang jumlah
karyawan, toilet, dan kamar mandi yaitu sejumlah 1.

1) Peralatan Medis

Contoh:
Tabel 15 Peralatan Medis di Ruang Rawat Inap X (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
1. ECG 1 1/ruangan Baik -
2. Suction 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1
3. Nebulizer 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1
4. Ambubag 2 1/ruangan Baik Ditambah 1
5. Standar infus 17 1:1 Baik -
6. Gunting verban 2 2/ruangan Baik -
7. Termometer 1 4/ruangan Kurang Ditambah 2
8. Tensimeter 3 2/ruangan Baik -
9. Stetoskop 3 2/ruangan Baik -
10. Bengkok stenlis 2 2/ruangan Baik
11. Infus pump - 7/ruangan - Diadakan
12. Kursi roda 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
13. Kereta injeksi 2 1/ruangan Baik -
14. Oksigen kecil - 2/ruangan Baik Diadakan
Bak injeksi
15. - 2/ruangan - Diadakan
stenlis
16. Bak instrumen 2 2/ruangan Baik -
17. Gliserin spuit - 2/ruangan Baik Diadakan
18. Cuching 2 3/ruangan Baik Ditambah 1
19. Gerusan obat 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
20. Gunting AJ 2 2/ruangan Baik -
21. Boks darah 1 1/ruangan Baik -
22. Timbangan 1 1/ruangan Baik -

46
23. Rak obat 1 1/ruangan Baik -
24. Kereta obat 1 1/ruangan Baik -
25. Emergency trolly 1 1/ruangan Baik -
26. SpO2 2 2/ruangan Baik -
27. Refleks patela 2 2/ruangan Baik -

2) Sarana dan Prasarana

Contoh:
Tabel 16 Fasilitas Pasien di Ruang Rawat Inap X (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

No Jumlah
Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
. Ideal
1. Korden 15 Secukupnya Baik -
2. Jam dinding 6 2/ruangan Baik -
Kereta cucian
3. - 1-2 ruangan - Diadakan
kotor/bersih
Kereta makan
4. - 1/ruangan - Diadakan
pasien
5. Kursi pasien 16 1/bed Baik -
6. Meja pasien - 1:1 Baik Diadakan
7. Sarung bantal 20 Secukupnya Baik -
8. Baju pasien - 1:1 - Diadakan
9. Perlak 6 1:1 Baik -
10. Bantal dewasa 16 1:1 Baik -
11. Selimut tebal - 1:1 - Diadakan
12. Tempat tidur 16 1:1 Baik -
Alat pemadam
13. 1 1/ruangan Baik -
kebakaran
14. Waslap - 1:1 - Diadakan
15. Stik laken - 1:1 - Diadakan
16. Kursi lipat - 1:1 - Diadakan
Papan
17. 2 1/ruangan Baik -
tulis/white board
18. Lemari besi 8 1/ruangan Baik -
19. Lemari kayu 6 1/ruangan Baik -
20. Dapur 1 1/ruangan Baik -
Wastafel cuci
21. 1 1/ruangan Baik Ditambah 5
tangan
22. Kursi 4 5/ruangan Baik Ditambah 1
23. Komputer 1 1/ruangan Baik -
24. Printer - 1/ruangan - Diadakan
25. Telepon 1 1/ruangan Baik -
26. Scanner - 1/ruangan Baik Diadakan
27. Kotak saran 1 1/ruangan Baik -

47
Tabel 17 Fasilitas Perawat di Ruang Rawat Inap X (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik No. 340/Menkes/III/2010)

No. Nama Barang Jumlah Barang Kondisi


1. Nurse station 1 Baik
2. Toilet 1 Baik
3. Komputer 1 Baik
4. Telepon 1 Baik
5. Kasur 2 Baik
6. Kulkas 1 Baik
7. Meja operan 1 Baik
Meja kepala - Baik
8.
ruangan
9. Loker 1 Baik
10. Ruang jaga perawat 1 Baik

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik


Indonesia tahun 2006, ruangan pada bangunan rawat inap
terdiri dari ruang rawat inap (kelas I, kelas II dan kelas
III), nurse station, ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang
administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang
ganti/loker, ruang linen bersih, ruang linen kotor,
spoelhoek/cuci alat, kamar mandi/toilet, pantri/dapur,
ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Di
ruang rawat inap X, peralatan dan fasilitas cukup baik,
namun belum ada ruang untuk dokter, ruang ganti/loker,
dan gudang.

3) Comsumable (Obat dan Bahan Habis Pakai)

Contoh:
Tabel 18 Stok Obat Emergency di Ruang Rawat Inap X

Jumlah
No. Jenis Alat Jumlah Kondisi Usulan
Ideal
1. Amidiaron Inj. 2 Baik 2 -
2. Ca Gluconas Inj. 2 Baik 2 -
Diphenhidramine
3. 5 Baik 2 -
Inj.
4. Dopamine Inj. 2 Baik 2 -

48
5. Dobutamin Inj. 2 Baik 2 -
6. Epineprin Inj. 10 Baik 2 -
Meylon/Na.
7. 2 Baik 2 -
Bicarbonate Inf.
Vascon/Noreprine
8. 2 Baik 2 -
prin
9. MgSO4 40% 2 Baik 2 -
10. Aminophylin Inj. 2 Baik 2 -
Asam Tranexamat/
11. 2 Baik 2 -
Plasminex Inj.
12. Atropin Sulfat 10 Baik 2 -
Dexamethasone
13. 15 Baik 2 -
Inj.
Tensilo/
14. 2 Baik 2 -
Nicardipine Inj.
NTG/Nitroglycerin
15. 2 Baik 2 -
Inj.
Kutoin/Na Fenitoin
16. 5 Baik 2 -
Inj.
17. Farbivent 10 Baik 2 -
18. KCl Infuse 3 Baik 2 -
19. Dextrose 40% 3 Baik 2 -
20. Ringer Laktat 3 Baik 2 -
21. NaCl 0,9% 500 ml 3 Baik 2 -
22. Dextrose 10% 2 Baik 2 -
23. Dextrose 5% 3 Baik 2 -
24. Spuit 5 cc 3 Baik 5 -
25. Spuit 3 cc 3 Baik 5 -
26. Spuit 10 cc 3 Baik 5 -
27. Spuit 20 cc 1 Baik 5 -
28. Spuit 50 cc 1 Baik 5 -
29. Suction Catheter 10
2 Baik 2 -
cm
30. Suction Catheter 12
2 Baik 2 -
cm
31. Suction Catheter 14
2 Baik 2 -
cm
32. Suction Catheter 16
1 Baik 2 -
cm
33. ETT King King 5,5 1 Baik 2 -
34. ETT King King 6 1 Baik 2 -
35. ETT King King 6,5 1 Baik 2 -
36. ETT King King 7 1 Baik 2 -
37. ETT King King 7,5 1 Baik 2 -
38. Triway 1 Baik 2 -
39. Perfusor 1 Baik 2 -
40. Masker oksigen
1 Baik 2 -
anak

49
41. Masker oksigen
1 Baik 2 -
dewasa
42. Abocath 18 1 Baik 2 -
43. Abocath 20 1 Baik 2 -
44. Abocath 22 1 Baik 2 -
45. Infuset mikro 1 Baik 2 -
46. Infuset makro 1 Baik 2 -
47. Selang oksigen
1 Baik 2 -
anak
48. Selang oksigen
1 Baik 2 -
dewasa

4) Administrasi Penunjang

a) Lembar medication chart.

b) Lembar standard emergency trolly.

c) Buku hand over.

d) SOP.

e) SAK.

f) Leaflet.

g) Rekam medis.

h) Buku injeksi.

i) Buku observasi.

j) Buku dalin.

5) Pencahayaan dan Ventilasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan
ventilasi di ruang rawat inap X sudah memenuhi standar.
Di ruang rawat inap X penghawaan yakni pada ketinggian
minimal 2 meter beberapa ruangan menggunakan AC dan
sebagian tidak.

6) Alur Pengadaan Alat Kesehatan

50
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim
pengadaan yang kemudian dilaporkan pada bagian
keuangan.

7) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan

Sistem kalibrasi masuk bagian sarana dan prasana


dilakukan sesuai jadwal. Untuk masing-masing alat rata-
rata 1 tahun sekali. Bagian sarana akan mengontrak
vendor dan kemudian vendor akan melakukan kalibrasi
alat kesehatan. Untuk pembersihan alat kesehatan secara
berkala belum dilakukan, hanya dilakukan pada saat
pasca kontak dengan infeksius disease. Warming up alat-
alat hanya dilakukan untuk alat besar saja, misalnya syring
pump, infus pump, dan lain-lain.

8) Pengelolaan Sampah

Tempat sampah telah dibedakan antara limbah


medis dan non-medis. Terdapat pula tempat sampah
dengan label sampah medis dan label sampah botol kaca
benda tajam.
Tabel 15 Angket Sarana dan Prasana (Nursalam, 2014)

No Pertanyaan Ya Tidak
.

1.

Apakah tata letak gedung ruagan sudah


sesuai dengan standar pelayanan?
2. Apakah fasilitas di ruangan Anda sudah
lengkap untuk perawatan pasien sesuai
dengan standar yang berlaku?
3. Apakah peralatan kesehatan di ruangan anda
sudah lengkap untuk perawatan?
4. Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai
dengan rasio pasien? Apakah Anda
berencana untuk menambah peralatan?
5. Apakah semua perawat mengerti cara
menggunakan semua alat-alat perawatan?

51
6. Apakah persediaan consumable (alat habis
pakai) selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan
pasien?
7. Apakah administrasi penunjang yang
dimiliki sudah memadai?

3. M3 (Method)

a. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Tabel 16 Angket Penerapan Model Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP)

No. Pertanyaan Ya Tidak


Model asuhan keperawatan yang digunakan
a) Apakah model asuhan keperawatan yang
digunakan perawat di ruangan saat ini?
1) Fungsional
2) Kasus
3) Tim
4) Primer
5) Moduler
b) Apakah perawat mengerti/memahami
dengan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini?
c) Menurut Anda, Apakah model tersebut
cocok digunakan di ruangan Anda?
d) Apakah model yang digunakan sesuai
dengan visi dan misi ruangan?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan
keperawatan
a) Apakah dengan menggunakan model saat
ini menjadikan semakin pendek lama rawat
inap bagi pasien?
b) Apakah terjadi peningkatan kepercayaan
pasien terhadap ruangan?
c) Apakah model yang digunakan saat ini
tidak menyulitkan dan memberikan beban
berat kerja bagi Anda?
d) Apakah model saat ini tidak memberatkan
dalam pembiayaan?
e) Apakah model yang digunakan mendapat
banyak kritikan dari pasien pada ruangan?
3. Pelaksanaan model asuhan keperawatan
a) Apakah telah terlaksana komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lain?
b) Apakah kontinuitas rencana keperawatan
terlaksana?

52
c) Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai
standar?
4. Tanggung jawab dan pembagian tugas
a) Apakah Job Description untuk Anda selama
ini sudah jelas?
b) Apakah tugas Anda sesuai model asuhan
keperawatan yang saat ini digunakan
ruangan?
c) Apakah Anda mengenal atau mengetahui
kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan?

b. Timbang Terima
Tabel 17 Angket Timbang Terima

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Berapa kali timbang terima dilakukan di
ruangan Anda?
2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan
tepat waktu?
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua
perawat yang berkepentingan?
4. Siapa yang memimpin kegiatan timbang
terima?
a) Kepala ruangan
b) Ketua tim/perawat primer
c) Perawat pelaksana/perawat associate
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam
pelaksanaan timbang terima?
6. Tahukah Anda, apa saja yang harus
disampaikan dalam pelaporan timbang
terima?
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil
laporan timbang terima?
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima?
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima berlangsung?
10. Tahukan Anda, bagaimana teknik pelaporan
timbang terima ketika berada di depan
pasien?
11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengunjungi masing-masing pasien?
a) 5 menit
b) 10 menit
c) 30 menit

53
12. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan atas
penerimaan timbang terima?
13. Apakah Anda (sif pengganti) di evaluasi
kesiapannya oleh kepala ruangan?
14. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan
timbang terima?

c. Ronde Keperawatan
Tabel 18 Angket Ronde Keperawatan

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah ruangan ini mendukung adanya
ronde keperawatan?
2. Apakah sebagian besar perawat di ruang
rawat inap mengerti adanya ronde
keperawatan?
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di
ruangan ini telah optimal?
4. Berapa kali ronde keperawatan dilakukan
dalam 1 bulan ? 1 kali
5. Apakah keluarga pasien mengerti tentang
adanya ronde keperawatan?
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan
ronde keperawatan sudah dibentuk ?
7. Apakahtimyang telahdibentuk
melaksanakan kegiatan ronde dengan
optimal?

d. Sentralisasi Obat
Tabel 19 Angket Sentralisasi Obat

No. Pertanyaan Ya Tidak


Pengadaan sentralisasi obat
a) Apakah Andamengetahui tentang
sentralisasi obat?
b) Apakah di ruangan Anda terdapat
sentralisasi obat?
c) Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang ada
sudah dilaksanakan secara optimal?
d) Apakah selama ini Anda pernah diberi
wewenang dalam sentralisasi obat?
e) Jika Tidak, menurut Anda apakah di
ruangan perlu diadakan sentralisasi obat?
f) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-
tiap macam obat? (oral, injeksi, supositoria,
infus, insulin, obat gawat darurat)

54
2. Cara penyimpanan obat
a) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan
khusus untuk sentralisasi obat?
b) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana
pendukung sentralisasi obat?
c) Apakah selama ini Anda memisahkan
kepemilikan antar obat-obat pasien?
d) Apakah selama ini Anda memberi etiket
dan alamat pada obat-obat pasien?
3. Cara penyiapan obat
a) Apakah selama ini sebelum memberikan
obatkepadapasien Andaselalu
menginformasikan jumlah kepemilikan
obat yang telah digunakan?
b) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum
Anda memberikan obat ke pasien?

e. Supervisi Keperawatan
Tabel 20 Angket Supervisi Keperawatan

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah Anda mengerti tentang supervisi?
2. Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan?
3. Berapa kali supervisi dilakukan?
4. Siapakah yang melakukan supervisi?
5. Bagaimanakah alur supervisi yang
digunakan?
6. Apakah sudah ada format baku supervisi?
7. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai
standar keperawatan?
8. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi
tersedia secara lengkap?
9. Apakah hasil dari supervisi disampaikan
kepada perawat pelaksana?
10. Apakah selalu ada feed back dari supervisor
untuk setiap tindakan?
11. Apakah Anda puas dengan hasil dari feed back
tersebut?
12. Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari
supervisi?
13. Apakah Anda menginginkan perubahan
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervisi?
14. Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan
dan sosialisasi tentang supervisi?

f. Penerimaan Pasien Baru


55
Tabel 21 Angket Penerimaan Pasien Baru

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah yang Anda berikan saat melakukan
penerimaan pasien baru?
2. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
penerimaan pasien baru
3. Apakah setiap selesai melakukan penerimaan
pasien baru Anda melakukan
pendokumentasian?
4. Bagaimana teknik yang digunakan saat
pemberian penerimaan pasien baru pada
pasien?
a) Lisan
b) Tertulis
c) Lisan dan tertulis
5. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet
saat melakukan penerimaan pasien baru?

g. Discharge Planning
Tabel 22 Angket Discharge Planning

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah Anda mengerti tentang discharge
planning?
2. Apakah yang Anda berikan saat melakukan
discharge planning?
3. Apakah Anda bersedia melakukan discharge
planning?
4. Kapan Anda melakukan discharge planning?
a) Pasien baru masuk sampai pulang
b) Pasien pulang
5. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
discharge planning?
6. Bagaimana operasional pemberian tugas
discharge planning oleh kepala ruangan?
7. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet
saat melakukan discharge planning?
8. Bagaimana teknik yang digunakan saat
pemberian discharge planning?
a) Lisan
b) Tertulis
c) Lisan dan tertulis
9. Bahasa apa yang digunakan saat melakukan
discharge planning?
a) Bahasa Indonesia

56
b) Bahasa daerah
10. Apakah bahasa yang Anda gunakan dalam
melakukan discharge planning mengalami
kesulitan untuk dipahami oleh pasien?
11. Apakah setiap selesai melakukan discharge
planning Anda melakukan
pendokumentasian?

h. Dokumentasi Keperawatan
Tabel 23 Angket Penerimaan Pasien Baru

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Model dokumentasi keperawatan apa yang
digunakan di ruangan Anda?
2. Apakah sudah ada format pendokumentasian
yang baku di ruang interna ini?
3. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian
format dokumentasi tersebut dengan benar
dan tepat?
4. Apakah menurut Anda format yang
digunakan ini bisa membantu (memudahkan)
dalam melakukan pengkajian pada pasien?
5. Apakah Anda sudah melaksanakan
pendokumentasian dengan tepat waktu
(segera setelah melakukan tindakan)?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi
yang digunakan ini menambah beban kerja?
7. Apakah menurut Anda model dokumentasi
yang digunakan ini menyita banyak waktu?

4. Keuangan (M4-Money)
Contoh:
Tabel 23 Tarif Ruangan, Tarif Makan, dan Fasilitas di Ruang Rawat Inap X

Kelas Tarif Ruangan Fasilitas


I Rp. 275.000,- 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama
II Rp. 250.000,- 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama
III Rp.150.000,- 1 kamar 4 pasien, 4 bed, 4 meja, 4
(kamar + makan) kipas angin

Tabel 23 Tarif Tindakan di Ruang Rawat Inap X

57
Tarif
No. Tindakan BPJS Umum
(Rp) (Rp)
1. EKG 100.000 100.000
2. Fisioterapi 150.000 150.000
3. Ganti vakum drain 10.000 10.000
4. Fungsi cairan sendi 350.000 350.000
5. GDS stik 35.000 35.000
6. Injeksi intrakutan 20.000 20.000
7. Injeksi intramuskular 20.000 20.000
8. Injeksi intravena 15.000 15.000
9. Injeksi subkutan 20.000 20.000
10. Klisma/huknah 20.000 20.000
11. Rawat luka besar 200.000 200.000
12. Rawat luka sedang 75.000 75.000
13. Rawat luka kecil 50.000 50.000
14. Rawat luka khusus 150.000 150.000
15. Skin test 25.000 25.000
16. Skin trasi 150.000 150.000
17. Suction 25.000 25.000
18. Nebulizer 25.000 25.000
19. Transfusi darah 450.000 450.000
20. Transfusi trombosit 450.000 450.000
21. Aff WSD 30.000 30.000
22. Aff kateter 50.000 50.000
23. Aff drain 30.000 30.000
24. Aff heating 270.000 270.000
25. Aff heacting (>20 jahitan) 30.000 30.000
Aff heacting besar (10-20
26. 25.000 25.000
jahitan)
27. Aff heacting kecil (<5 jahitan) 20.000 20.000
Aff heacting khusus (<20
28. 33.000 33.000
jahitan)
Aff heacting sedang (5-10
29. 20.000 20.000
Jahitan)
30. Aff infus/ NGT/kateter urin 20.000 20.000
31. Aff tampon 30.000 30.000
32. Pasang NGT anak 100.000 100.000
33. Pasang NGT dewasa 100.000 100.000
34. Pasang NGT oleh dokter 300.000 300.000
35. Pasang O2 per tabung 25.000 25.000
36. Pasang tampon 27.500 27.500
37. Pasang transfusi 35.000 35.000
38. Penanganan pre operasi 50.000 50.000
Konsultasi biasa dokter 115.000 115.000
39.
spesialis
40. Konsultasi gizi 35.000 35.000

58
Tabel 23 Tarif Pemeriksaan Laboratorium di Ruang Rawat Inap X

Tarif
No. Jenis Pemeriksaan
(Rp)
1. Bilirubin direk 80.000
2. Bilirubin indirek 50.000
3. Albumin serum 50.000
4. GDS 44.000
5. GDP dan GD 2 jam PP 40.00
6. Darah lengkap 95.000
7. Laju Endap Darah (LED) 35.000
8. PVT 145.000
9. Cairan asites 415.000
10. Pleura 350.000
11. Anti TBC 180.000
12. Asam urat 61.000
13. BTA 50.000
14. Kolesterol 41.000
15. Kreatinin 45.000
16. Feses lengkap 55.000
17. Urin lengkap 45.000
18. HDP 140.000
19. HBsAG 45.000
20. Thyphoid 180.000
21. Malaria 90.000
22. UT 30.000
23. BT 30.000
24. Na, Ka, Cl 275.000

Tabel 23 Tarif Pemeriksaan Radiologi di Ruang Rawat Inap X

Tarif
No. Jenis Pemeriksaan
(Rp)
1. BOF 105.000
2. BNO 3 posisi 130.000
3. Klavikula 120.000
4. CT scan abdomen 1.250.000
5. CT scan abdomen kontras 3.500.000
6. CT scan kepala 735.000
7. CT scan kepala kontras 1.600.000
8. Geno 360.000
9. Humerus 110.000
10. USG 2D 50.000
11. USG 4D 350.000

59
Alur pembayaran pasien dengan BPJS, yaitu setelah pasien
disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS). Keluarga
mengurus kepulangan pasien ke bagian administrasi ruangan
untuk memenuhi persyaratan pulang.

a. BPJS Mandiri

Formulir SJP, fotokopi kartu BPJS.

b. BPJS Askes

c. Jamkesmas

Formulir SJP, fotokopi kartu Jamkesmas, fotokopi kartu


keluarga.

Setelah selesai keluarga kembali lagi ke bagian


administrasi ruangan. Pembayaran pasien umum yaitu setelah
pasien disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS), keluarga
mengurus kepulangan di bagian kasir IRNA Medik dengan
membawa surat persetujuan dokter dan ID Rumah Sakit.
Kemudian keluarga kembali ke bagian administrasi ruangan.

5. M5 (Mutu)

a. Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera fisik dan


psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui
penetapan sistem operasional, meminimalisasi terjadinya
kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem
perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang
optimal (Canadian Nursing Association, 2004).

International Council Nurse (2002) mengatakan bahwa


keselamatan pasien merupakan hal mendasar dalam mutu

60
pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan.
Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata
dalam rekrutmen, pelatihan dan retensi tenaga profesional,
pengembangan kinerja, manajemen risiko dan lingkungan
yang aman, pengendalian infeksi, penggunaan obat-obatan
yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan yang aman
serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta
berfokus pada keselamatan pasien yang disertai dengan
dukungan infrastruktur terhadap pengembangan yang ada.

Menurut International of Medicine (IOM) keselamatan


pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from

accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang


meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana

yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga


akibat dari melaksanakan tindakan yang salah (commission)

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil


(omission). Accidental injury dalam praktiknya akan berupa

kejadian tidak diinginkan (near miss). Menurut Sir Liam


Donaldson (Ketua WHO World Alliance for Patient Safety,

Forward Programme, 2006-2007) mengungkapkan bahwa, “Safe


care is not an option. It is the right of every patient who entrusts

their care to our health care system”, yaitu pelayanan kesehatan


yang aman bagi pasien bukan sebuah pilihan akan tetapi

merupakan hak pasien untuk percaya pada pelayanan yang


diberikan oleh suatu sistem pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (2011)


keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana

61
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi: asesmen risiko, identifikasi dan pengobatan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk


meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.

1) Risiko Jatuh
Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien Dewasa Skala Morse Fall Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Risiko Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Mempunyai riwayat jatuh, baru
atau dalam 3 bulan terakhir
Tidak 0
Ya 25
2. Diagnosa sekunder >1
Tidak 0
Ya 25
3. Mobilisasi jalan
Bedrest/dibantu perawat 0
Kruk/tongkat/walker/ three- 15
pot/kursi roda
Berpegangan pada benda- 30
benda di sekitar (kursi,
lemari, meja)

62
4. Terpasang IV line/pemberian
antikoagulan (heparin)/obat lain
yang digunakan mempunyai side
effects jatuh
Tidak 0
Ya 20
5. Cara berjalan/berpindah
Normal/bedrest 0
Kelelahan dan lemah 10
Keterbatasan/terganggu 20
6. Status mental
Normal/sesuai kemampuan 0
diri
Lupa keterbatasan diri/ 15
penurunan kesadaran

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi;
b) skor 25–50 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi;
c) skor 0–24 tidak berisiko, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi.

Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien Anak Skala Humpty Dumpty

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
Umur
< 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
13-18 tahun 1
Jenis kelamin
Laki-laki 2
Perempuan 1
Diagnosis
Kelainan neurologi 4
Gangguan oksigenasi 3
(gangguan pernapasan,
dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, sakit
kepala, dan lain-lain)
Kelemahan fisik/kelainan 2
psikis
Ada diagnosis tambahan 1

63
Terpasang IV line/pemberian
antikoagulan (heparin)/obat lain
yang digunakan mempunyai side
effects jatuh
Tidak
Ya
Cara berjalan/berpindah
Normal/bedrest
Kelelahan dan lemah
Keterbatasan/terganggu
Status mental
Normal/sesuai kemampuan
diri
Lupa keterbatasan diri/
penurunan kesadaran

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor 7–11: risiko rendah untuk jatuh;
b) skor >12: risiko tinggi untuk jatuh;
c) skor minimal: 7;
d) skor maksimal: 23.

Tabel 16 Penilaian Risiko Jatuh Pasien pada Pasien Geriatri

Skor Hari Perawatan ke-


1 2 3 3
No. Risiko
Skor Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Gangguan gaya berjalan (diseret,
4
menghentak, berayun)
2. Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3. Kebingungan setiap saat 3
4. Nokturia/inkontinesia 3
5. Kebinggungan intermitten 2
6. Kelemahan umum 2
7. Obat-obatan berisiko tinggi
(diuretik, narkotik, sedatif,
antipsikotik, laksatif, vasodilator,
2
antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptik, NSAID)
8. Riwayat jatuh dalam waktu 12
2
bulan sebelumnya
9. Osteoporosis 1
10. Gangguan pendengaran dan/atau
1
penglihatan

64
11. Usia > 70 tahun 1
Total

Keterangan:
Tingkat risiko:
a) skor rendah bila skor 1–3, lakukan intervensi risiko rendah;
b) skor tinggi bila skor >4, lakukan intervensi risiko tinggi.

Rumus: angka kejadian pasien jatuh x 100%


jumlah pasien yang berisiko jatuh

2) Kenyamanan (Nyeri)
Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Neonatus Menggunakan
Neonatal-Infant Pain Scale (NIPS)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 4
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Ekspresi wajah
Wajah tenang, ekspresi 0
netral
Otot wajah tegang, alis 1
berkerut, dagu dan rahang
tegang (ekspresi wajah
negatif–hidung, mulut, dan
alis)
2. Menangis
Tenang, tidak menangis 0
Merengek ringan, kadang- 1
kadang
Berteriak kencang, menarik, 2
melengking terus-terusan
(catatan: menangis lirih
mungkin dinilai jika bayi
diintubasi yang dibuktikan
melalui gerakan mulut dan
wajah yang jelas)
3. Pola pernapasan
Pola pernapasan bayi 0
normal
Tidak teratur, lebih cepat dari 1
biasanya, tersedak, napas
tertahan

65
4. Lengan
Tidak ada kekakuan otot, 0
gerakan tangan acak sekali-
sekali
Tegang, lengan lurus, kaku, 1
dan/atau ekstensi, cepat
ekstensi, fleksi
5. Kaki
Tidak ada kekakuan otot, 0
gerakan kaki acak sekali-
sekali
Tegang, kaki lurus, kaku, 1
dan/atau ekstensi, cepat
ekstensi, fleksi
6. Kesadaran
Tenang, tidur damai atau 0
gerakan kaki acak yang
terjaga 1
Terjaga, gelisah, dan
meronta-ronta

Keterangan:
Skala nyeri: Intervensi:
a) 0–2: nyeri ringan–tidak a) tidak ada;
nyeri; b) intervensi tanpa obat,
b) 3–4: nyeri sedang–nyeri dievaluasi selama 30 menit;
ringan; c) intervensi tanpa obat, bila
c) >4: nyeri hebat. masih nyeri bisa diberikan
analgesik dan dievaluasi
selama 30 menit.

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Anak Menggunakan FLACC


Pain Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Parameter Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Face (Wajah)
Tidak ada ekspresi khusus, 0
senyum, kontak mata
Kadang meringis atau 1
menarik diri
Sering menggertakan dagu 2
dan mengatupkan rahang

66
2. Leg (Kaki)
Posisi normal, rileks 0
Gelisah, tegang 1
Menendang, kaki tertekuk, 2
melengkungkan punggung
3. Activity (Aktivitas)
Berbaring tenang, posisi 0
normal, mudah bergerak
Menggeliat, tidak bisa diam, 1
mengerang
Melengkung, kaku atau 2
menghentak
4. Cry (Menangis)
Tidak menangis 0
Merintih, merengek, kadang- 1
kadang mengeluh
Terus-terusan menangis, 2
berteriak, sering mengeluh
5. Consolability
Rileks, tidak perlu dihibur 0
Dapat ditenangkan dengan 1
sentuhan, pelukan, bujukan,
perhatian dapat dialihkan
Sulit untuk dibujuk atau 2
dibuat nyaman

Keterangan:
a) 0: rileks dan nyaman (relaxed and comfortable);
b) 1–3: sedikit tidak nyaman (mild discomfort);
c) 4–6: nyeri sedang (moderate pain);
d) 7–10: nyeri/tidak nyaman yang parah (severe discomfort/pain)

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Menggunakan Visual Aid


Scale (VAS)

Penyebab
Pencetus Kualitas Lokasi Skala Waktu nyeri
(P) (Q) (R) (S) (T) hilang/
berkuran
g

67
Skor Hari Perawatan
ke-
No. Skala Nyeri Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Tidak nyeri 0
2. Minor
Nyeri sangat ringan 1
Nyeri tidak nyaman 2
Nyeri dapat ditoleransi 3
3. Moderate
Menyusahkan 4
Sangat menyusahkan 5
Nyeri hebat 6
4. Severe
Sangat hebat 7
Sangat menyiksa 8
Tidak tertahankan 9
Tidak dapat diungkapkan 10
Total

Keterangan:
a) 0: rileks dan nyaman;
b) 1–3: sedikit tidak nyaman;
c) 4–6: nyeri sedang;
d) 7–10: nyeri/tidak nyaman yang parah.

Tabel 16 Pengkajian Nyeri pada Pasien Menggunakan Behavioural


Pain Scale (BPS)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Skala Nyeri Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Face (wajah)
Tenang/rileks 1
Mengerutkan alis 2
Kelopak mata tertutup 3
Meringis 4
2. Anggota badan sebelah atas
Tidak ada pergerakan 1
Sebagian ditekuk 2
Sepenuhnya ditekuk dengan 3
fleksi jari-jari
Retraksi permanen 4

68
3. Ventilasi
Pergerakan dapat ditoleransi 7
Batuk dengan pergerakan 8
Melawan ventilator 9
Tidak dapat mengontrol 10
ventilasi
Total

Keterangan:
a) 0: tidak ada nyeri (no pain);
b) 1–3: nyeri ringan (mild pain);
c) 4–6: nyeri sedang (moderate pain);
d) >6: nyeri tidak tertahankan (uncontrolled pain).

Rumus:
Persentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam asuhan
keperawatan: jumlah pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
jumlah total pasien pada priode tertentu

Persentase tatalaksana pasien nyeri:


jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100%
jumlah yang terdokumentasi nyeri skala ≥ 4 per priode waktu tertentu

Anka kenyamanan nyeri: jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100%


jumlah yang terdokumentasi nyeri per priode waktu tertentu

3) Kejadian Dekubitus
Tabel 16 Penilaian Risiko Dekubitus Menggunakan Norton Scale

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Indikator Skor 1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Kondisi fisik
Baik 4
Cukup baik 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
2. Kondisi mental
Waspada 4
Apatis 3
Bingung 2
Pingsan/tidak sadar 1

69
3. Kegiatan
Dapat berpindah 4
Berjalan dengan bantuan 3
Terbatas di kursi 2
Terbatas di tempat tidur 1
4. Mobilitas
Penuh 4
Agak terbatas 3
Sangat terbatas 2
Sulit bergerak 1
5. Inkontinensia
Tidak mengompol 4
Kadang-kadang 3
Biasanya yang keluar urin 2
Biasanya yang keluar urin 1

Keterangan:
e) nilai maksimum 20;
f) nilai minimum 5;
g) pasien berisiko decubitus jika nilai <14.

Rumus: angka kejadian dekubitus x 100%


jumlah pasien yang berisiko dekubitus

4) Kejadian Flebitis
Tabel 16 Penilaian Risiko Flebitis Menggunakan VIP Score (Visual
Infusion Flebitis Score)

Skor Hari Perawatan


ke-
No. Indikator Skor1 2 3 3
Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... .....
1. Jalur IV tampak sehat 0
2. Kondisi fisik
Sedikit nyeri dekat jalur IV
atau 1
Sedikit kemerahan pada jalur
IV
3. Dua dari tanda berikut
Nyeri pada jalur IV
2
Kemerahan
Pembengkakan

70
4. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
3
Kemerahan
Vena teraba keras
5. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
Kemerahan 4
Pembengkakan
Vena teraba keras
6. Semua tanda-tanda berikut jelas
Nyeri sepanjang kanul
Kemerahan
5
Pembengkakan
Vena teraba keras
Pireksia

Keterangan:
Skala nyeri: Intervensi:
a) 0: tidak ada tanda flebitis; a) observasi kanul;
b) 1–2: tahap awal flebitis; b) resite kanul;
c) 3–4: awal tromboflebitis; c) resite kanul dan
d) 5: stadium lanjut. pertimbangkan perawatan;
d) memulai perawatan.

Rumus:
angka kejadian flebitis x 100%

jumlah pasien yang berisiko flebitis

5) Perawatan Diri
Tabel 16 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Indeks KATZ

Indeks
Deskripsi
KATZ
Mandiri dalam hal mandi, berpakaian, pergi ke toilet,
A
berpindah, BAK/BAB, dan makan.
B Mandiri, kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu dari
D
fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan salah
E
satu dari fungsi di atas.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan
F
salah satu dari fungsi di atas
G Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

71
Rumus: Jumlah pasien yang tidak terpenuhi perawatan diri/minggu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dengan ketergantungan total dan parsial

6) Kecemasan

Tabel 16 Skala Peringkat Kecemasan Diri Zung Self-Rating Anxiety


Scale (ZSAS/ZSRAS)

Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No. Pernyataan setiap
pernah kadang waktu
waktu
1. Saya merasa lebih gugup
1 2 3 4
dan cemas dari biasanya.
2. Saya merasa takut tanpa
1 2 3 4
alas an sama sekali.
3. Saya mudah marah atau
1 2 3 4
merasa panik.
4. Saya merasa seperti jatuh
terpisah dan akan
1 2 3 4
hancur berkeping-
keping.
5. Saya merasa bahwa
semuanya baik-baik saja
4 3 2 1
dan tidak ada hal buruk
akan terjadi.
6. Lengan dan kaki saya
1 2 3 4
gemetar.
7. Saya terganggu oleh
nyeri kepala leher dan 1 2 3 4
nyeri punggung.
8. Saya merasa lemah dan
1 2 3 4
mudah lelah.
9. Saya merasa tenang dan
dapat duduk diam 4 3 2 1
dengan mudah.
10. Saya merasakan jantung
1 2 3 4
saya berdebar-debar.
11. Saya merasa pusing
1 2 3 4
tujuh keliling.
12. Saya telah pingsan atau
1 2 3 4
merasa seperti itu.
13. Saya dapat bernapas
4 3 2 1
dengan mudah.
14. Saya merasa jari-jari
tangan dan kaki mati 1 2 3 4
rasa dan kesemutan.

72
15. Saya terganggu oleh
nyeri lambung atau 1 2 3 4
gangguan pencernaan.
16. Saya sering buang air
1 2 3 4
kecil.
17. Tangan saya biasanya
4 3 2 1
kering dan hangat.
18. Wajah saya terasa panas
1 2 3 4
dan merah merona.
19. Saya mudah tertidur dan
dapat istirahat malam 4 3 2 1
dengan baik.
20. Saya mimpi buruk. 1 2 3 4

Ketarangan:
Rentang penilaian 20–80, dengan pengelompokan antara lain:
a) skor 20–44: normal/tidak cemas;
b) skor 45–59: kecemasan ringan;
c) skor 60–74: kecemasan sedang;
d) skor 75–80: kecemasan berat.

Rumus:
Angka kejadian cemas di ruang rawat umum:
jumlah pasien cemas x 100%
jumlah pasien yang dirawat

73
Bagian 3
Analisa Data, Identifikasi Masalah,
dan Prioritas Masalah

74
Analisa Data, Identifikasi Masalah, dan Prioritas Masalah

A. Analisa SWOT

Untuk analisa data akan menggunakan analisa SWOT.

Contoh:
Tabel 9 Analisa SWOT

No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot × Rating


1.M1 (Man)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Masa kerja perawat di ruang 1 4 4 4-2=
rawat inap X rata-rata 9 2
tahun dengan jenjang karir
sebagian besar PK II dan PK
III 1 4
Total
Weakness 1 2 2
1) Jumlah perawat Ners
sebanyak 1 orang dan
perawat S1 sebanyak 2 orang
dan mayoritas perawat di
ruangan pendidikan
terakhirnya D3 yang 1 2
berjumlah 7 orang
Total O-T=
b. External Factor (EFAS) 1 3 3 3-2=
Oppurtunity 1
1) Adanya kesempatan dan
minat untuk mengikuti 1 3
pelatihan
Total 1 2 2
Threathened
1) Terdapat pasien yang tidak
puas terhadap pelayanan 1 2
sebanyak 18%
Total
2 M2 (Materials)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Letak nurse station yang 1 4 4 4-3=
strategis 1
Total 1 4
Weakness
1) Bed pasien ada dalam 1 3 3
keadaan tidak baik
Total 1 3

75
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya renovasi dan 1 4 4 4-2=
perbaikan sarana di ruangan 2
Total 1 4
Threathened
1) Kurangnya kontrol secara 1 2 2
berkala tentang fungsi sarana
dan prasarana di ruangan
Total 1 2
3 M3 (Method)
Penerapan MAKP
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) RS memiliki visi dan misi 1 4 4 4-2=
sebagai acuan melaksanakan 2
kegiatan pelayanan
Total 1 4
Weakness
1) 25% perawat tidak mengerti 1 2 2
tentang MAKP
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Kepercayaan dari pasien dan 1 3 3 3-4=
masyarakat yang cukup -1
Total 1 3
Threatened
1) Makin tingginya kesadaran 1 4 4
masyarakat akan pentingnya
kesehatan, makin tinggi
tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
keperawatan
Total 1 4

Timbang Terima
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Timbang terima rutin 1 4 4 4-3=
dilaksanakan 3 kali sehari 1
Total 1 4
Weakness
1) Kegiatan timbang terima 1 3 3
terkadang tidak dilakukan
tepat waktu
Total 1 3
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=

76
1) Adanya praktik mahasiswa 1 4 4 4-4=
di ruangan 0
Total 1 4
Threatened
1) Adanya tuntutan yang lebih 1 4 4
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan profesional
Total
1 4
Ronde Keperawatan
a. Internal Factor
(IFAS) Strength
1) Bidang perawatan dan S-W=
ruangan mendukung adanya 1 4 4 4-2=
kegiatan ronde keperawatan 2
Total
Weakness 1 4
1) Ronde keperawatan belum
dilakukan secara optimal 1 2 2
Total
b. External Factor 1 2
(EFAS) Opportunity
1) Adanya kesempatan dari O-T=
kepalaruanganuntuk 1 3 3 3-3=
mengadakan ronde 0
keperawatan pada perawat
dan mahasiswa praktik
Total
Threathened 1 3
1) Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan
profesional
Total
1 3
Sentralisasi Obat
a. Internal Factor
(IFAS) Strength
1) Tersedianya sarana dan S-W=
prasarana untuk 1 4 4 4-2=
pengelolaan sentralisasi obat 2
Total
Weakness 1 4
1) Sudah ada format serah
terima, namun pada 1 2 2
pelaksanaan tidak selalu
digunakan
Total

77
b. External Factor 1 2
(EFAS) Opportunity
1) Adanya akreditasi RS O-T=
Total 1 4 4 4-3=
Treathened 1 4 1
1) Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan 1 3 3
pelayanan yang profesional
Total
1 3
Supervisi Keperawatan
a. Internal Factor
(IFAS) Strength
1) Adanya hubungan S-W=
kerjasama yang baik antara 1 4 4 4-2=
kepala ruangan dengan staf 2
Total
Weakness 1 4
1) Belum ada pelatihan dan
sosialisasi tentang supervisi 1 2 2
Total
b. External Factor 1 2
(EFAS) Opportunity
1) Adanya akreditasi RS O-T=
Total 1 4 4 4-4=
Threathened 1 4 0
1) Tuntutan pasien sebagai
konsumenuntuk 1 4 4
mendapatkan pelayanan
yang profesional
Total
1 4
Penerimaan Pasien Baru
a. Internal Factor
(IFAS) Strength
1) Adanya komunikasi awal S-W=
yang efektif untuk membina 1 3 3 3-3=
hubungan saling percaya 0
Total
Weakness 1 3
1) Tidak ada pembagian tugas
untuk penerimaan pasien 1 3 3
baru
Total
1 3
b. External Factor
(EFAS) Opportunity
1) Adanya tim akreditasi yang O-T=
dapatmeningkatkan 1 4 4 4-3=

78
kedisiplinan dalam 1
penerimaan pasien baru
sesuai dengan SOP
Total
Threathened 1 4
1) Tinggginya ekspektasi dari
pasien/keluarga terhadap 1 3 3
pelayanan kesehatan yang
ditawarkan dan diajukan
oleh petugas kesehatan yang
menerima pasien baru
Total
Discharge Planning 1 3
a. Internal Factor
(IFAS) Strength
1) Perawat memberikan S-W=
pendidikan kesehatan secara 1 4 4 4-2=
informal kepada klien 2
selama dirawat atau pulang
Total
Weakness 1 4
1) Discharge planning belum
terlaksana secara optimal 1 2 2
yaitu pemberian pendidikan
kesehatan dilakukan secara
lisan kepada pasien/keluarga
dan tidak memakai media
(leaflet) dan kartu
Total
1 2
b. External Factor
(EFAS) Opportunity
1) Adanya kerja sama yang baik O-T=
antara mahasiswa Ners dan 1 3 3 3-4=
perawat klinik dalam -1
pengelolaan pasien pulang
Total
Threathened 1 3
1) Adanya tuntutan masyarakat
dalam memperoleh 1 4 4
pelayanan keperawatan
yang profesional
Total

Dokumentasi Keperawatan 1 4
a. Internal Factor
(IFAS) Strength

S-W=

79
1) Tersedianya sarana dan 1 3 3 3-2=
prasarana atau administrasi 1
penunjang
Total 1 3
Weakness
1) Perawat masih bimbang 1 2 2
dalam penggunaan SBAR
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya perawat dengan 1 2 2 2-3=
kualifikasi pendidikan S1 -1
sebanyak 2 orang dan Ners
sebanyak 1 orang yang dapat
mendukung kesesuaian
dokumentasi
Total 1 2
Threathened
1) Adanya kesadaran pasien 1 3 3
dan keluarga akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
Total 1 3
M4 (Money)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Tiap perawat memperoleh 1 3 3 3-3=
pendapatan dari jasa 0
pelayanan rumah sakit
Total 1 3
Weakness
1) Pembiayaan berasal dari 1 3 3
yayasan rumah sakit
Total 1 3
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Adanya kebijakan untuk 1 3 3 3-3=
pasien umum dan BPJS 0
Total 1 3
Threathened
1) Persaingan dengan rumah 1 3 3
sakit lainnya dalam bentuk
pelayanan
Total 1 3
M5 (Mutu)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength S-W=
1) Mayoritas pasien (46%) 1 2 2 2-2=
menyatakan puas dengan 0
kinerja perawat

80
Total 1 2
Weakness
1) Kurangnya pemberian 1 2 2
penyuluhan atau promosi
kesehatan mengenai
pengendalian infeksi (cuci
tangan dan five moments) oleh
ruangan serta kurangnya
penerapan cuci tangan
keluarga pasien
Total 1 2
b. External Factor (EFAS)
Opportunity O-T=
1) Kerja sama yang baik antara 1 4 4 4-4=
perawat dan mahasiswa 0
Total 1 4
Threathened
1) Tuntutan pasien sebagai 1 4 4
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional
Total 1 4

81
B. Diagram Layang

Gambar 2 Diagram Layang Analisis SWOT

Keterangan:
M1 : Man (Ketenagaan)
M2 : Materials (Sarana dan Prasarana)
M4 : Money (Keuangan)
M5 : Mutu
MAKP : Metode (Penerapan MAKP)
DK : Metode (Dokumentasi Keperawatan)
RK : Metode (Ronde Keperawatan)
SO : Metode (Sentralisasi Obat)
SV : Metode (Supervisi Keperawatan)
TT : Metode (Timbang Terima)
DP : Metode (Discharge Planning)
PPB : Metode (Penerimaan Pasien Baru)

82
C. Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan


pendekatan SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah
yang ditemukan.

Contoh:

1. M1 (Man)
: Tidak ada masalah.

: -

: Perbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien


sesuai dengan teori, dan penyediaan tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Masalah

: Tidak ada masalah.

: -

: Peralatan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan


ruangan, dan koordinasi ruangan dengan pengadaan
peralatan baik.
Penyebab

Keterangan

2. M2 (Materials)

Masalah

Penyebab

Keterangan

3. M3 (Method)

a. Penerapan MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)

Masalah : Belum adanya struktur organisasi yang

terpajang di ruangan, dan beberapa perawat

tidak mengerti tentang MAKP.

Penyebab : Kurangnya sosialisasi tentang MAKP secara

menyeluruh.
Keterangan : Sesuai dengan kebijakan rumah sakit, maka

model asuhan keperawatan yang digunakan di

ruangan adalah metode tim, namun beberapa

83
perawat belum mengerti tentang MAKP yang

digunakan.

b. Timbang Terima

Masalah : Belum adanya pelimpahan wewenang dari tiap

sif dalam bentuk dokumentasi tertulis (tanda

tangan), dan kegiatan timbang terima

terkadang tidak dilakukan tepat waktu.

Penyebab : Beberapa perawat datang terlambat saat proses

timbang terima.

Keterangan :-

c. Ronde Keperawatan

Masalah : Ronde keperawatan belum dilakukan secara

optimal.

Penyebab : Masa rawat inap pasien 3-4 hari dan belum

ditemukan kasus langka atau kasus yang sudah

dilakukan tindakan namun belum memiliki

solusi, dan beberapa perawat belum mengerti

tentang ronde keperawatan, serta tim ronde

keperawatan belum terbentuk.

Keterangan :-

d. Sentralisasi Obat

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab :-

Keterangan : Sentralisasi obat di ruangan sudah mempunyai

alur yang jelas.

e. Supervisi Keperawatan

84
Masalah : Supervisi keperawatan belum berjalan secara

optimal.

Penyebab : Belum adanya format supervisi, belum adanya

pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi, dan

tidak ada supervisor.

Keterangan : -

f. Penerimaan Pasien Baru

Masalah : Kurang optimalnya penjelasan mengenai

orientasi lingkungan dan fasilitas ruangan.

Penyebab : Teknis penerimaan pasien baru belum sesuai

dengan standar, sehingga siapa saja perawat

yang berada di ruangan (tidak harus ketua

tim/perawat primer) untuk menerima operan

pasien tersebut.

Keterangan : -

g. Discharge Planning

Masalah : Discharge planning belum terlaksana secara

optimal, yaitu pemberian pendidikan

kesehatan hanya dilakukan secara lisan kepada

pasien/keluarga yang akan pulang.

Penyebab : Pelaksanaan yang kurang optimal karena

belum tersedianya media untuk pasien dan

hanya dilakukan pada pasien yang akan

pulang.

Keterangan : -

h. Dokumentasi Keperawatan

85
Masalah : Pengisian format dokumentasi keperawatan

belum lengkap, dan perawat masih bimbang

antara menggunakan SBAR atau SOAP.

Penyebab : Dokumentasi lembar rekam medik terkadang

mengalami beberapa perubahan dan

penyampaian cara pengisiannya hanya

disampaikan secara lisan.

Keterangan : -

4. M4 (Money)

Masalah : Tidak ada masalah.

Penyebab :-

Keterangan : Sudah terdapat sistem pembayaran yang terpusat.

5. M5 (Mutu)

Masalah : Beberapa pasien belum puas dengan pelayanan

yang ada, dan kurangnya penyuluhan atau

promosi kesehatan mengenai pengendalian infeksi

(cuci tangan dan five moments) oleh ruangan.

Penyebab :-

Keterangan : Kurang optimalnya fungsi tim penyuluhan di

ruangan dengan baik dan terjadwal, dan tidak ada

media yang bisa dilihat atau dibaca secara


langsung oleh keluarga maupun pasien.

D. Prioritas Masalah

Contoh:
Tabel 9 Prioritas Masalah Berdasarkan Metode CARL

No. Masalah C A R L Nilai Rank

1. Penerapan MAKP 3 3 3 2 54 1
2. Timbang Terima 2 3 3 2 36 4

86
3. Ronde Keperawatan 3 3 3 2 54 2
4. Supervisi 3 3 3 2 54 3
5. Penerimaan Pasien Baru 3 2 3 1 18 7
6. Discharge Planning 4 1 2 1 8 8
7. Dokumentasi Keperawatan 3 2 3 2 36 5
8. Mutu 3 2 3 2 36 6

87
Bagian 4
Perencanaan Praktik Manajemen
Keperawatan

88
Perencanaan Praktik Manajemen Keperawatan
Tabel 9 POA (Plan of Action)

Indikator
No. Problem Tujuan Kegiatan Waktu Penanggungjawab
Keberhasilan
1. M3 (Method)
a. Penerapan Model MAKP Mencoba 1) Menyusun struktur Perawat Minggu
(Model Asuhan menerapkan model organisasi. menggunakan II-IV
Keperawatan Profesional) MAKP tim sesuai 2) Membentuk rincian dan MAKP tim di
Masalah: dengan tugas, pokok, pembagian tugas kerja ruangan dengan
1) Belum adanya struktur dan fungsi. yang jelas antara masing- benar.
organisasi yang masing perawat.
terpajang di ruangan. 3) Membuat rencana
2) Beberapa perawat tidak kegiatan harian perawat.
mengerti tentang MAKP. 4) Mendiskusikan setiap
hambatan yang ada
dalam penerapan model
MAKP tim.
b. Timbang Terima Melaksanakan 1) Timbang terima Isi timbang terima Minggu
Masalah: timbang terima dilakukan secara lisan tentang masalah II-IV
1) Belum adanya setiap pergantian sif dan tertulis dalam buku keperawatan yang
pelimpahan wewenang sesuai dengan format operan. sudah dan belum
dari tiap sif dalam timbang terima yang 2) Melaksanakan timbang teratasi,
bentuk dokumentasi telah ada dan tepat terima bersama dengan terdokumenstasi
tertulis (tanda tangan). waktu. kepala ruangan dan staf dengan baik dan
keperawatan, benar pada buku
dilaksanakan pada setiap laporan timbang
pergantian sif.

89
2) Kegiatan timbang terima 3) Mendokumentasikan terima yang telah
terkadang tidak hasil timbang terima disediakan.
dilakukan tepat waktu. pasien pada buku operan.

c. Ronde Keperawatan Menerapkan ronde 1) Menyusun proposal Ronde keperawatan Minggu


Masalah: keperawatan agar kegiatan ronde dilakukansesuai III-IV
Ronde keperawatan belum terlaksana secara keperawatan (strategi dan jadwal setiap ada
dilakukan secara optimal. rutin, terjadwal, materi). masalah
sesuai dengan 2) Menyusun materi sesuai keperawatan yang
adanya kasus yang dengan kasus yang membutuhkan
tidak dapat ditemukan dua hari dilakukannya
terselesaikan, serta sebelum kegiatan ronde ronde keperawatan.
dilakukan di keperawatan.
samping pasien. 3) Melaksanakan ronde
keperawatan.
4) Membuat jadwal ronde
keperawatan dengan
masalah yang terjadi di
ruangan agar dapat
dengan cepat teratasi,
misalnya 1 kali dalam
sebulan, dilaksanakan
minimal 30 menit,
dihadiri oleh
multidisiplin dan
dipimpin oleh kepala
ruangan.

90
d. Sentralisasi Obat Mengoptimalkan 1) Membuat lembar Sentralisasi obat Minggu
Masalah: sistem sentralisasi persetujuan dilakukan sesuai III-IV
- obat. pasien/keluarga pasien dengan alur yang
terhadap rencana benar.
dilakukannya sentralisasi
obat.
2) Membuat kartu salinan
obat yang diterima oleh
pasien.
e. Supervisi Keperawatan Mengoptimalkan 1) Memasukkan kegiatan Supervisi Minggu
Masalah: sistem supervisi supervisi (membuat dilakukan sesuai III-IV
Supervisi belum berjalan keperawatan. jadwal) dalam rencana dengan jadwal,
secara optimal. kegiatan bulanan di minimal 1 kali
ruangan, yaitu: dalam satu bulan.
a) melaksanakan
supervisi sesuai
dengan format yang
telah ada dari
ruangan;
b) menentukan materi
supervisi
keperawatan;
c) menyiapkan petunjuk
teknis pelaksanaan
supervisi
keperawatan;
d) melaksanakan
supervisi keperawatan

91
bersama perawat
ruangan;
e) melakukan evaluasi
dari kegiatan supervisi
yang telah dilakukan.
3) Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi keperawatan.
f. Penerimaan Pasien Baru Mengaplikasikan Merencanakan penerimaan Perawat Minggu
Masalah: peran perawat dalam pasien baru dengan perawat mengaplikasikan III-IV
Kurang optimalnya penerimaan pasien ruangan dan membuat peran dalam
penjelasan mengenai baru. welcome book yang berisi tata penerimaan pasien
orientasi lingkungan dan tertib penunggu pasien, hak baru sesuai standar
fasilitas ruangan. pasien dan keluarga, denah di ruangan.
ruangan, tarif perawatan, dan
lain-lain.
g. Discharge Planning Melaksanakan 1) Menyusun perencanaan Adanya brosur/ Minggu
Masalah: discharge planning tentang pelaksanaan leaflet tentang di III-IV
Discharge planning belum sesuai dengan discharge planning. ruangan.
terlaksana secara optimal, standar. 2) Membuat brosur/leaflet
yaitu pemberian tentang pengertian
pendidikan kesehatan penyakit, pencegahan,
hanya dilakukan secara perawatan di rumah,
lisan kepada nutrisi, aktivitas dan
pasien/keluarga yang akan istirahat sesuai dengan
pulang. kebutuhan pasien.

92
h. Dokumentasi Keperawatan Mampu menerapkan 1) Mendiskusikan format Mahasiswa mampu Minggu
Masalah: pendokumentasian pengkajian dan menerapkan III-IV
1) Pengisian format keperawatan secara pendokumentasian pendokumentasian
dokumentasi ringkas, baik dan asuhan keperawatan secara ringkas, baik
keperawatan belum benar. sesuai dengan kasus. dan benar.
lengkap. 2) Membuat format
2) Perawat masih bimbang pengkajian, diagnosis,
dalam menggunakan perencanaan,
SBAR/SOP. pelaksanaan, dan evaluasi
asuhan keperawatan.
3) Membuat format
pendokumentasian
asuhan keperawatan.
4) Melaksanakan
pendokumentasian
asuhan keperawatan
bersama dengan perawat
ruangan.
5) Mengevaluasi
pelaksanaan sistem
dokumentasi asuhan
keperawatan yang telah
dilakukan.
2. M5 (Mutu) Mengembangkan 1) Memberikan penyuluhan 80% pasien dan Minggu
Masalah: mutu pelayanan tentang pentingnya cuci keluarga mampu II-IV
1) Beberapa pasien belum keperawatan dalam tangan untuk melakukan cuci
puas dengan pelayanan hal patient safety. mengendalikan infeksi tangan.
yang ada. pada pasien dan keluarga.

93
2) Kurangnya penyuluhan 2) Mengajak pasien dan
atau promosi kesehatan keluarga untuk
mengenai pengendalian melakukan cuci tangan
infeksi (cuci tangan dan five bersama setelah validasi
moments) oleh ruangan. pasien setiap hari.

94
Bagian 5
Pelaksanaan Praktik Manajemen
Keperawatan

95
Pelaksanaan Praktik Manajemen Keperawatan

Pelaksanaan M1-M5 (Man, Matherials, Method, Money, Mutu)


meliputi 5 (lima) aspek, yaitu: persiapan, pelaksanaan, hambatan,
dukungan, dan intervensi.

A. M1 (Man)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M1


(Man) pada perawat ruangan dengan menghitung kebutuhan
tenaga perawat. Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan
dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa metode
(formula).

2. Pelaksanaan

Dalam tahap ini dilakukan suatu tindakan atau


pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun secara matang
dan terperinci. Selain itu, dilakukan penghitungan kebutuhan
tenaga keperawatan, menghitung BOR (Bed Occupacy Rate), serta
menganalisa beban kerja perawat.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M1


(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Kurangnya dukungan dari kepala ruangan, tenaga


keperawatan ruangan, serta pegawai rumah sakit lain
terhadap pelaksanaan praktik manajemen.

b. Jumlah ketenagaan antara jumlah pasien kelolaan dan


mahasiswa praktik profesi manajemen tidak seimbang.

4. Dukungan

96
Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M1
(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Adanya dukungan terhadap pelaksanaan praktik manajemen


dari kepala ruangan, tenaga keperawatan ruangan, serta
pegawai rumah sakit lain.

b. Seluruh staf di ruangan secara aktif memberikan saran,


mengingatkan, dan bantuan ketenagaan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan yang terbaik pada pasien

kelolaan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M1


(Man) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan menggunakan


metode rasio, metode Douglas, dan metode Gillies.

b. Menghitung BOR (Bed Occupacy Rate).

c. Menganalisa beban kerja perawat menggunakan work


sampling, time motion study, dan daily log.
B. M2 (Matherials)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M2


(Matherials) atau sarana dan prasarana secara berkala setiap hari
dengan cara mengobservasi untuk menilai kelayakan sarana dan
prasarana tersebut.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pengamatan dan penilaian sarana dan


prasarana dilakukan dengan cara mengobservasi, wawancara
dengan kepala ruangan, melihat kondisi alat dan melakukan

97
pengecekan pada alat tersebut terkait fungsinya. Selain itu, dapat
dilakukan pencocokan antara jumlah sarana dan prasana yang
ada di ruangan dengan buku tabulasi data sarana dan prasarana
ruangan.

Tabulasi data jumlah dan kelayakan alat dikelola oleh


penanggung jawab yang dibentuk oleh kepala ruangan.
Penanggung jawab tersebut bertugas untuk mencatat ketersediaan
sarana dan prasarana dan mentabulasi data di akhir tahun.
Tabulasi data dilakukan setiap akhir tahun, sehingga validasi data
dapat dilakukan di buku sarana prasarana berdasarkan
penghitungan sarana dan prasarana tiap tahunnya.

Dalam proses praktik manajemen, alat habis pakai seperti

alcohol swab, alkohol gliserin, dan spuit berbagai ukuran merupakan

alat yang tersedia di ruangan. Sedangkan tensimeter, stetoskop,

handscoon, dan masker adalah alat pribadi yang biasanya dibawa dan

digunakan oleh mahasiswa praktik manajemen.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M2


(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Tabulasi data dan pembukuan ruangan biasanya dilakukan


setiap akhir tahun sehingga mempersulit untuk dilakukan
validasi jumlah dan kelayakan sarana dan prasarana pada saat
dilakukan observasi langsung selama periode praktik
manajemen, mengakibatkan hasil observasi jumlah dan
kelayakan sarana prasarana ruangan dalam periode tersebut
harus divalidasi dengan data tabulasi ruangan pada tahun
sebelumnya.

98
b. Proses tabulasi data dilakukan sekali dalam satu tahun
menyebabkan kurang optimalnya penilaian dan validasi alat
sarana dan prasarana di ruangan tersebut.

4. Dukungan

Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M2


(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Kepala Ruangan beserta penanggung jawab sarana dan


prasarana kooperatif ketika diajak berkoordinasi perihal
pendokumentasian sarana dan prasarana ruangan.

b. Dukungan dari pihak ruangan akan mempermudah


mahasiswa praktik manajemen untuk melakukan validasi
ketersediaan dan kelayakan sarana prasarana ruangan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M2


(Matherials) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Pendokumentasian alat-alat kesehatan.

b. Pendokumentasian alat-alat consumable (obat-obatan dan


bahan habis pakai).

c. Pendokumentasian administrasi penunjang, antara lain: buku


injeksi, buku observasi, lembar dokumentasi, buku observasi
suhu dan nadi, buku timbang terima, SOP, SAK, buku visite,
buku dalin, leaflet, dan lain-lain.

C. M3 (Method)

1. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

a. Persiapan

99
Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play
penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Membentuk struktur organisasi kelompok, Gann Chart


kegiatan, jadwal dinas dan daftar pasien, daftar uraian
tugas Kepala Ruangan (NUM), Primary Ners (PN), Ners in
Charge (NIC) dan Associate Ners (AN), serta
mekanisme/alur kegiatan MAKP harian.

3) Menentukan penanggung jawab yang bertanggung jawab


dalam pelaksanaan kegiatan, mulai dari tahap persiapan
hingga melakukan evaluasi dari setiap kegiatan tersebut.

b. Pengorganisasian

Untuk efektivitas pelaksanaan kegiatan role play


penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP),
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

c. Pelaksanaan

Dalam proses praktik manajemen, pelaksanaan


kegiatan role play penerapan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dilaksanakan sesuai dengan model yang
sudah ditentukan. Ada 5 (lima) Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren

100
pelayanan keperawatan. Berikut ini merupakan deskripsi

tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

Tabel 4.6 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston
(1998)

Model Deskripsi
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dan Perawat
(bukan filosofi keperawatan. yang
model  Perawat melaksanakan tugas bertugas
MAKP) (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal pada
kegiatan yang ada. tindakan
 Metode fungsional dilaksanakan oleh tertentu
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan
1–2 jenis intervensi keperawatan
kepada semua pasien di bangsal.
Kasus  Berdasarkan pendekatan holistis dari Manajer
filosofi keperawatan. Keperawatan

Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien
tertentu.
 Rasio: 1 : 1 (pasien : perawat). Setiap
pasien dilimpahkan kepada semua
perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat mereka dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap sif dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus
biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk
khusus seperti isolasi, perawatan
insentif.
Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua Tim
keperawatan.
 Enam sampai tujuh perawat
profesional dan perawat pelaksana
bekerja sebagai satu tim, disupervisi
oleh ketua tim.
 Metode ini menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda

101
dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu.
Primer

Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komperehensif dari filosofi Primer (PP)
keperawatan.

Perawat bertanggung jawab terhadap
semua aspek asuhan keperawatan.

Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Pembagian peran dalam pelaksanaan kegiatan role play


penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
apabila menggunakan model tim maka akan terdiri dari
Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana yang
terbagi dalam 3 sif yaitu pagi, siang dan malam.

Pembagian peran tersebut telah diikuti dengan


pembagian jadwal dinas pagi, sore, dan malam. Kepala
Ruangan menjalankan tugasnya berupa mengevaluasi Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana atas tugas yang dijalankan,
menghitung jumlah tenaga perawat, dan menentukan tingkat
ketergantungan pasien. Sedangkan Kepala Ruangan
menjalankan tugasnya diantaranya melakukan penerimaan

102
pasien baru, memberikan edukasi dan monitoring sentralisasi
obat, mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif,
melaksanakan discharge planning, mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan kepada tim
medis lain, membuat laporan timbang terima dengan sistem
SBAR. Untuk Perawat pelaksana, menjalankan tugasnya
diantaranya melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan
kebutuhan dasar pasien, dan mendokumentasikan tindakan
yang telah dilakukan dalam rekam medis.

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
selama proses praktik manajemen dapat dibuat dengan
sistematika sebagai berikut.
Tabel 4.6 Contoh Hambatan Proses Role Play Penerapan Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Kelompok
Isi
Komponen-
komponen dari
MAKP yang belum
terlaksana optimal di
ruangan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang tugas yang
melakukan peran tugasyang harus harus dilakukan oleh
dalam Metode dilakukan. Kepala Ruangan,
Asuhan Ketua Tim, dan
Keperawatan Perawat Pelaksana.
Profesional (MAKP)
saat uji coba peran.

e. Dukungan

103
Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play
penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Kepala Ruangan dan staf mendukung pelaksanaan


Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang
diterapkan oleh kelompok di ruangan.

2) Adanya kepercayaan dari Kepala Ruangan, staf, dan


pasien terhadap kelompok dalam menerapkan Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play penerapan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play penerapan Metode Asuhan


Keperawatan Profesional (MAKP) sesuai dengan model
yang telah ditentukan, yaitu: metode kasus, tim, primer,
atau moduler (modifikasi tim-primer).

2) Melaksanakan role play penerapan Metode Asuhan


Keperawatan Profesional (MAKP) sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan, misalnya: minggu pertama sampai
minggu keempat selama proses praktik manajemen.

2. Timbang Terima
a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play


timbang terima dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Menunjuk penanggung jawab kegiatan timbang terima.

104
3) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal
kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

4) Menyusun format timbang terima.

5) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan timbang terima.

6) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan timbang terima.

7) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga akan


diadakan kegiatan role play timbang terima.

8) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan perawat


ruangan tentang pelaksanaan timbang terima serta bekerja
sama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana (Pagi) :

Perawat Pelaksana (Sore) :

Perawat Pelaksana (Malam) :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play timbang terima

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

105
Waktu :

Topik : Timbang terima

Sasaran :

Tempat :

Acara dihadiri oleh :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


timbang terima selama proses praktik manajemen dapat
dibuat dengan sistematika sebagai berikut.
Tabel 4.7 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Timbang
Terima

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pada saat timbang Adanya perubahan Pada saat
terima, rekam medis teknik timbang terima. penyampaian timbang
ada namun tidak terima langsung
dibaca hanya berpedoman pada
dicrosscheck. rekam medis klien,
tidak perlu
menggunakan buku
ringkasan
dokumentasi
keperawatan.
Isi
Pendokumentasian Kurangnya Penulisan SBAR yang
pada penulisan SBAR pemahaman kelompok efektif seharusnya ada
tiap masing-masing untuk menuliskan perbedaan yang
sif tidak ada SBAR yang lebih meliputi tindakan
perbedaannya. efektif. lanjutan dari masalah
keperawatan yang ada
dan muncul masalah
keperawatan yang
baru serta
rekomendasi
intervensi yang perlu
dilanjutkan atau
dimodifikasi.
Peran
Kelompok kurang Pemeran kurang rileks Pemeran sebaiknya
maksimal dalam sehingga terlihat lebih rileks dan
melakukan peran berlatih lebih matang

106
dalam timbang tegang selama proses sehingga pada saat role
terima karena role play berlangsung. playtidak terlihat
beberapa masih tegang.
terlihat tegang
sehingga suasana
timbang terima
kurang luwes.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play


timbang terima selama proses praktik profesi manajemen,
yaitu:

1) Timbang terima dilaksanakan berdasarkan dukungan dari


pembimbing akademik dan pembimbing klinik.

2) Pembimbing akademik maupun pembimbing klinik


memberi pengarahan dalam pelaksanaan timbang terima
serta memotivasi agar mahasiswa memberikan
penampilan yang terbaik.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play timbang terima selama proses praktik
manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play timbang terima sesuai dengan


peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play timbang terima sesuai dengan


waktu yang telah ditentukan, misalnya: minggu pertama
sampai minggu keempat selama proses praktik
manajemen.

3. Ronde Keperawatan
a. Persiapan

107
Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde
keperawatan dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Membagi peran selama proses role play berlangsung.

2) Menunjuk penanggung jawab kegiatan ronde


keperawatan.

3) Memilih kasus yang yang tepat dan masalah keperawatan


yang belum teratasi untuk dilakukan ronde keperawatan.

4) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal


kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

5) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan ronde


keperawatan.

6) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan ronde


keperawatan.

7) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga, dokter,


dan ahli gizi akan diadakan kegiatan role play ronde
keperawatan.

8) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan pembimbing


akademik tentang pelaksanaan role play ronde keperawatan
serta bekerja sama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Dokter :

108
Farmasi Klinis :

Ahli Gizi :

Perawat Konselor :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play ronde keperawatan


perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Ronde keperawatan

Sasaran :

Tempat :

Acara dihadiri oleh :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde

keperawatan selama proses praktik manajemen dapat dibuat

dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Ronde
Keperawatan

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Role play Adanya pertemuan Role play tetap
tidak dihadiri oleh atau rapat. dilaksanakan dengan
salah satu atau peran diganti oleh
beberapa tenaga anggota kelompok.
kesehatan yang
terlibat di dalam
peran.
Isi

109
Penyampaian Kelompok kurang Memperbaiki asuhan
masalah pasien mengetahui tentang keperawatan sesuai
masih kurang tepat aturan penulisan revisi pembimbing.
dan lengkap. asuhan keperawatan
yang baik dan benar.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yangharus pelaksanaan ronde
dalam ronde dilakukan. keperawatan serta
keperawatan. tugas yang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play ronde


keperawatan selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Ronde keperawatan dilaksanakan dengan dukungan dari


pembimbing akademik, pembimbing klinik, perawat
ruangan, dokter penanggung jawab pasien.

2) Staf di ruangan aktif dalam memberikan masukan dan


saran, baik untuk proses ronde keperawatan maupun
kondisi pasien yang dirondekan.

3) Adanya kerjasama antara tim kesehatan dan perawat


sehingga dapat terlaksana ronde keperawatan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play ronde keperawatan selama proses praktik
manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play ronde keperawatan sesuai dengan


peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play ronde keperawatan sesuai dengan


waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali setiap
minggu selama proses praktik manajemen.

110
4. Sentralisasi Obat
a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play


sentralisasi obat dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan sentralisasi obat.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal


kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

3) Menyusun format informed consent sentralisasi obat dan


lembar serah terima obat.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan sentralisasi obat.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan sentralisasi obat.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk


melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat
dipersiapkan kedatangan pasien baru sesuai jadwal yang
telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

7) Menyampaikan kepada petugas depo farmasi tentang


pelaksanaan sentralisasi obat, agar dapat bekerja sama
dengan mahasiswa yang melaksanakan role play.

b. Pengorganisasian

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Dokter :

Perawat IGD :

111
Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Sentralisasi obat

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


sentralisasi obat selama proses praktik manajemen dapat
dibuat dengan sistematika sebagai berikut.
Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Sentralisasi
Obat

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Role play Adanya pertemuan Role play tetap
tidak dihadiri oleh atau rapat. dilaksanakan dengan
salah satu atau peran diganti oleh
beberapa tenaga anggota kelompok.
kesehatan yang
terlibat di dalam
peran.
Isi
Pemeran perawat Skenario belum Pemeran perawat
belum menjelaskan disusun sampai seharusnya selain
terkait dengan efek dengan efek samping menjelaskan manfaat
samping obat kepada obat yang diberikan ke
obat juga perlu
pasien dan keluarga pasien.
menjelaskan tentang
saat memberikan
obat. efek samping obat

112
kepada pasien dan
keluarga.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugasyang harus pelaksanaan
dalam sentralisasi dilakukan. sentralisasi obat serta
obat. tugas yang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play


sentralisasi obat selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play sentralisasi obat


oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Adanya kerjasama yang baik antara pihak perawat


ruangan serta farmasi dengan mahasiswa sebagai
pelaksana.

3) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga


pasien dengan mahasiswa pada saat pelaksanaan role play
sentralisasi obat.

4) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing


akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role
play sentralisasi obat secara mandiri serta memberikan
beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play sentralisasi obat selama proses praktik
manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play sentralisasi obat sesuai dengan


peran yang telah ditentukan.

113
2) Melaksanakan role play sentralisasi obat sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali selama
proses praktik manajemen.

5. Supervisi Keperawatan
a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play


sentralisasi obat dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan supervisi


keperawatan.

2) Memilih tindakan asuhan keperawatan yang perlu


dilakukan supervisi keperawatan.

3) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal


kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan supervisi


keperawatan.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan supervisi


keperawatan.

6) Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga akan


diadakan kegiatan role play supervisi keperawatan.

7) Menyampaikan kepada pembimbing klinik dan perawat


ruangan tentang pelaksanaan supervisi keperawatan serta
bekerjasama dengan petugas role play.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play supervisi keperawatan

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

114
Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play supervisi keperawatan

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Supervisi keperawatan

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


supervisi keperawatan selama proses praktik manajemen dapat

dibuat dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pemeran Kepala Pemeran Kepala Kepala Ruangan
Ruangan telah Ruangan tidak mempelajari alur
melakukan mengamati supervisi supervisi keperawatan
pendelegasian yang dilakukan oleh secara maksimal.
kepada pemeran Ketua Tim terhadap
Ketua Tim untuk Perawat Pelaksana.
dilakukan supervisi
kepada pemeran
Perawat Pelaksana,
namun Kepala
Ruangan tidak
memberikan feedback

115
kepada Perawat
Pelaksana.
Isi
Pemeran perawat Kelompok kurang Persiapan alat harus
Pelaksana tidak mengetahui tentang dilakukan secara
mencuci tangan standar prosedur maksimal.
sebelum dan setelah tindakan yang baik
melakukan tindakan, dan benar.
serta tidak
menggunakan
sarung tangan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugasyang harus pelaksanaan supervisi
dalam supervisi dilakukan. keperawatan serta
keperawatan. tugasyang harus
dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play


supervisi keperawatan selama proses praktik manajemen,
yaitu:

1) Pembimbing akademik dan pembimbing klinik selalu


memberikan saran selama persiapan kegiatan supervisi
keperawatan dengan memberikan simulasi feedback
mengenai supervisi keperawatan.

2) Kelompok mendapat dukungan dari staf ruangan selama


pelaksanaan role play supervisi keperawatan yaitu dalam
bentuk fasilitas ruangan yang memadai sehingga
pelaksanaan supervisi keperawatan dapat berjalan dengan
lancar.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play supervisi keperawatan selama proses
praktik manajemen, yaitu:

116
1) Melaksanakan role play supervisi keperawatan sesuai
dengan peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play supervisi keperawatan sesuai


dengan waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali
selama proses praktik manajemen.

6. Penerimaan Pasien Baru


a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play


penerimaan pasien baru dalam proses praktik manajemen,
yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan penerimaan


pasien baru.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal


kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

3) Menyusun format informed consent, penerimaan pasien


baru serta menyiapkan lembar balik yang berisi denah
ruangan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib, dan 6
langkah cuci tangan yang baik dan benar.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan penerimaan


pasien baru.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan penerimaan pasien


baru.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk


melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat
dipersiapkan kedatangan pasien baru sesuai jadwal yang
telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

117
b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play penerimaan pasien

baru dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perawat IGD :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Penerimaan pasien baru

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


penerimaan pasien baru selama proses praktik manajemen
dapat dibuat dengan sistematika sebagai berikut.
Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Penerimaan
Pasien Baru

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Penetapan pasien Pasien hadir satu jam Kegiatan role play tetap
pada saat role play sebelum acara role play dilaksanakan dengan
dimulai.

118
penerimaan pasien menggunakan pasien
baru. yang baru datang.
Isi
Pada saat Kondisi lingkungan di Para pemeran
penyampaian terkait dalam ruangan tidak sebaiknya
cara mencuci tangan memadai. meningkatkan volume
yang baik dan benar
suaranya agar
terhadap pasien dan
penyampaian
keluarga, keluarga
tidak memperhatikan terdengar lebih jelas
dengan seksama. oleh keluarga pasien.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugas yang harus pelaksanaan
dalam penerimaan dilakukan. penerimaan pasien
pasien baru. baru serta tugas yang
harus dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play


penerimaan pasien baru selama proses praktik manajemen,
yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play sentralisasi obat


oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga


pasien dengan kelompok pada saat pelaksanaan role play
penerimaan pasien baru.

3) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing


akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role
play penerimaan pasien baru secara mandiri serta
memberikan beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play penerimaan pasien baru selama proses
praktik manajemen, yaitu:

119
1) Melaksanakan role play penerimaan pasien baru sesuai
dengan peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play penerimaan pasien baru sesuai


dengan waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali
selama proses praktik manajemen.

3) Membuat daftar nama pasien yang sudah dilakukan


penerimaan pasien baru.

7. Discharge Planning
a. Persiapan

Persiapan dalam pelaksanaan kegiatan role play


discharge planning dalam proses praktik manajemen, yaitu:

1) Menunjuk penanggung jawab kegiatan discharge planning.

2) Menyusun proposal kegiatan dan konsultasi proposal


kegiatan pada pembimbing akademik dan pembimbing
klinik.

3) Menyusun format informed consent discharge planning.

4) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan discharge


planning.

5) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan discharge planning.

6) Mengadakan kontrak dengan Kepala Ruangan untuk


melaksanakan kegiatan role play, sehingga dapat
dipersiapkan pasien yang akan keluar rumah sakit sesuai
jadwal yang telah dikoordinasikan dengan pihak ruangan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan role play discharge planning

dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Kepala Ruangan :

120
Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Perlengkapan :

Dokumentasi :

Narator :

Supervisor :

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan role play discharge planning

perinciannya dapat dibuat dengan format sebagai berikut.

Hari :

Waktu :

Topik : Discharge planning

Sasaran :

Tempat :

d. Hambatan

Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan role play


discharge planning selama proses praktik manajemen dapat

dibuat dengan sistematika sebagai berikut.


Tabel 4.8 Contoh Hambatan Proses Role Play Pelaksanaan Discharge
Planning

Masalah Penyebab Rekomendasi


Mekanisme
Pasien yang awalnya Pasien mendapatkan Kelompok
digunakan untuk jadwal pemeriksaan menggunakan pasien
discharge planning bertepatan dengan role lain yang
sedang menjalani play discharge planning. memungkinkan
pemeriksaan. digunakan untuk
dijadikan model dalam
role play discharge
planning.
Isi
Kelompok kurang Pasien yang digunakan Pasien lebih dijelaskan
menjabarkan tentang mendadak kurang lagi tentang detail
progres dan penyakit sekarang dan

121
prognosis penyakit kooperatif dari proses dalam rawat
klien. informed consent awal. jalan.
Peran
Kelompok kurang Kelompok kurang Briefing dan review
maksimal dalam menguasai peran dan tentang alur
melakukan peran tugasyang harus pelaksanaan discharge
dalam discharge dilakukan. planning serta tugas
planning. yang harus dilakukan.

e. Dukungan

Dukungan dalam pelaksanaan kegiatan role play


discharge planning selama proses praktik manajemen, yaitu:

1) Proses bimbingan pelaksanaan role play discharge planning


oleh pembimbing akademik dan ruangan.

2) Hubungan saling percaya yang terjalin antara pasien


dengan kelompok pada saat pelaksanaan role play discharge
planning.

3) Kelompok mendapat dukungan dari pembimbing


akademik dan pembimbing klinik selama melakukan role
play discharge planning secara mandiri serta memberikan
beberapa masukan.

f. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan role play discharge planning selama proses praktik
manajemen, yaitu:

1) Melaksanakan role play discharge planning sesuai dengan


peran yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan role play discharge planning sesuai dengan


waktu yang telah ditentukan, misalnya: satu kali selama
proses praktik manajemen.

122
3) Membuat daftar nama pasien yang sudah dilakukan
discharge planning.

D. M4 (Money)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M4


(Money) atau keuangan dengan mengamati operasional,
maintenance, dan planning pendapatan serta pengeluaran keuangan
ruangan.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam pengamatan


kepuasan kerja perawat dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslow, diantaranya adalah tentang
pemenuhan kesejahteraan karyawan. Biaya operasional
pengadaan sarana dan prasarana, serta gaji karyawan honorer
diperoleh dari anggaran rumah sakit. Pembagian jasa insentif
jumlahnya hampir merata pada semua perawat yang dibagi
berdasarkan jabatan, pendidikan, lamanya bekerja, dan lain-lain.

3. Hambatan

Kelompok tidak melakukan intervensi apapun sehingga


tidak terdapat hambatan.

4. Dukungan

Kelompok tidak melakukan intervensi apapun sehingga


tidak terdapat dukungan.

5. Intervensi

Kelompok menyerahkan kebijakan keuangan pada pihak


rumah sakit, karena sudah terpusat dengan rapi pada bagian
administrasi rumah sakit.

123
E. M5 (Mutu)

1. Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan penilaian dan pengawasan M5


(Mutu) dengan menyiapkan format untuk mendokumentasikan
penilaian mutu berupa kejadian dekubitus, kejadian kesalahan
pemberian obat, kejadian flebitis, kejadian jatuh, tingkat
kecemasan, nyeri, tingkat kepuasan pasien dan keluarga.

2. Pelaksanaan

Pendokumentasian indikator jaminan mutu dilaksanakan


dengan melakukan penilaian mutu berupa kejadian dekubitus,
kejadian kesalahan pemberian obat, kejadian flebitis, kejadian
jatuh, tingkat kecemasan, nyeri, tingkat kepuasan pasien dan
keluarga. Kelompok melaksanakan pendokumentasian secara
bergantian sesuai dengan jadwal dinasnya.

3. Hambatan

Hambatan biasanya ditemukan dalam proses kegiatan M5


(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu:

a. Proses pengisian kuesioner indikator jaminan mutu


keperawatan di ruangan belum dibagikan secara merata
kepada perawat maupun pasien.

b. Tingkat kepatuhan pengisian pendokumentasian oleh anggota


kelompok masih kurang.

4. Dukungan

Dukungan biasanya didapatkan dalam proses kegiatan M5


(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu:

124
a. Seluruh pasien di ruangan kooperatif ketika diminta mengisi
kuesioner perihal indikator jaminan mutu keperawatan di
ruangan.

b. Tenaga keperawatan ruangan memberikan kesempatan dan

dukungan kepada kelompok dalam melakukan


pendokumentasian indikator jaminan mutu keperawatan di
ruangan.

5. Intervensi

Intervensi yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan M5

(Mutu) selama praktik manajemen, yaitu kelompok membuat format

dan mutu yang berupa kejadian dekubitus menggunakan

menggunakan Norton Scale, kejadian kesalahan pemberian obat,

kejadian flebitis menggunakan VIP Score (Visual Infusion Phlebitis

Score), penilaian risiko jatuh pasien dengan menggunakan Morse Fall

Scale (MFS), tingkat kecemasan menggunakan Zung Self-Rating

Anxiety Scale (ZSAS/ZSRAS), nyeri dengan menggunakan Visual Aid

Scale (VAS), serta tingkat kepuasan pasien dan keluarga.

125
Bagian 6
Monitoring dan Evaluasi Praktik
Keperawatan

126
Monitoring dan Evaluasi Praktik Keperawatan

A. Hakikat Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Monitoring dan evaluasi (Monev) adalah kegiatan monitoring


dan evaluasi yang ditujukan pada suatu program yang sedang atau
sudah berlangsung. Monitoring sendiri merupakan aktivitas yang
dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya organisasi
selama kegiatan berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan,
melihat faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program.
Dalam monitoring (pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis,
hasil analisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan
bagi pimpinan untuk mengadakan perbaikan.

Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang

telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi rumusan kebijakan, dan

menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan

berdasarkan pada aspek kebenaran hasil evaluasi. Terkait dengan

evaluasi, Scriven (1967) menyatakan, “evaluation as the assessment of worth

and merit”. Sementara itu, Stuflebeam (1971) mengatakan, “evaluation is

the process of delineating, obtaining, and providing usefull information for

decision making”. Sedangkan Cronbach mengatakan bahwa “evaluation as

methods for quality improvement in education”.

Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan


tersistem. Program terdiri dari komponen-komponen meliputi: tujuan,
sasaran, kriteria keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk
melaksanakan kegiatan, waktu untuk melakukan kegiatan, komponen
pendukung seperti fasilitas, alat dan bahan, serta pengorganisasian.

127
Dari beberapa definisi di atas, evaluasi program merupakan
satu metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program
dengan membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau tujuan
yang ingin dicapai dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai
dalam bentuk informasi digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk pembuatan keputusan dan penentuan kebijakan. Jenis evaluasi
yang akan digunakan sangat tergantung dari tujuan yang ingin
dicapai lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi dan jenis
keputusan yang akan diambil. Dengan demikian evaluasi program
adalah proses untuk mengidentifikasi, mengumpulkan fakta,
menganalisis data dan menginterpretasikan, serta menyajikan
informasi untuk pembuatan keputusan bagi pimpinan. Evaluasi
program dilaksanakan secara sistematik seiring dengan tahapan
(waktu pelaksanaan) program untuk mengetahui ketercapaian tujuan,
dan memberikan umpan balik untuk memperbaiki program.

Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring


dilakukan pada saat program masih berjalan sedangkan evaluasi
dapat dilakukan baik sewaktu program itu masih berjalan ataupun
program itu sudah selesai. Atau dapat juga bila dilihat dari
pelakunya, monitoring biasanya dilakukan oleh pihak internal
sedangkan evaluasi dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal.
Evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh fakta atau kebenaran dari
suatu program beserta dampaknya, sedangkan monitoring hanya
melihat keterlaksanaan program, faktor pendukung, penghambatnya.
Bila dilihat secara keseluruhan, kegiatan monitoring dan evaluasi
ditujukan untuk pembinaan suatu program.

B. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)

128
1. Definisi Controlling

Dalam praktik keperawatan monitoring dan evaluasi


praktik keperawatan dapat dilakukan pada salah satu fungsi
manajemen yaitu pada tahap controlling (pengendalian/evaluasi).

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala


sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan
yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan
agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengawasan juga
diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa


segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip
yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

10 (sepuluh) karakteristik suatu sistem kontrol yang baik

yaitu: harus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan

kesalahan-kesalahan dengan segera, harus memandang ke depan,

harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis, harus objektif,

harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus

ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan

tindakan perbaikan.

129
Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap
tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu
unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka
pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, penugasan, serta
penggunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan
kontrol ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Ada 2 (dua) metode pengukuran yang digunakan untuk


mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan, yaitu:

a. Analisa Tugas

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan


prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal,
aturan, catatan, dan anggaran, serta hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

b. Kontrol Kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas


dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

2. Prinsip Controlling

a. Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.

b. Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan


dengan yang dicapai.

c. The principle of exception: tidak yang sempurna dari


perencanaan, yang penting ada umpan balik untuk perbaikan.

3. Pelaksanaan Controlling

a. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.

130
b. Pre-conference, operan, post-conference.

c. Ronde keperawatan.

d. Mengetahui produktivitas berdasarkan Gann Chart yang telah


dibuat.

e. Program evaluasi dan Peer Review.

4. Tipe Controlling

a. Input control.

b. Proses control.

c. Output control.

5. Langkah-langkah Kegiatan Controlling

a. Menetapkan standar untuk mengukur tujuan.

b. Mengumpulkan data dengan membandingkan standar yang


telah ditetapkan.

c. Melakukan umpan balik.

d. Mempertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.

6. Manfaat Pengawasan

Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan


pengendalian bila dilaksanakan dengan tepat, yaitu:

a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah


dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.

b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan


dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah


mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

131
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.
C. Model Sistem Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang


dilaksanakan dengan pendekatan sistem terbuka, yang terdiri atas
beberapa komponen saling berintraksi. Sistem terbuka tersebut
dicirikan oleh 5 (lima) elemen, yaitu: input, proses, output, kontrol, dan
mekanisme umpan balik (Gillies, 2000).

Input adalah proses manajemen keperawatan berupa informasi


personil, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan

kelompok manajemen dari tingkat pengelola tertinggi sampai pada


perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan


pengawasan dalam pelayanan keperawatan. Output atau keluaran

yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberi asuhan


keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk

menindaklanjuti hasil/keluaran. Elemen kontrol dalam manajemen


keperawatan sebagai upaya meningkatkan kualitas hasil, kontrol

dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,


evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai

dengan standar dan akreditasi. Selain itu mekanisme umpan balik


diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan memperbaiki kegiatan

yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakuakan melalui


laporan keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali mutu, serta

penampilan kerja perawat (Vati, 2013).

Manajaemen keperawatan digambarkan sebagai rangkaian


kegiatan yang saling terkait. Transformasi sistematis seperti input

132
menjadi produk yang direncanakan sebelumnya, pelayanan pasien
dan pemantauan sistem input dan throughput atau transformasi proses
untuk tujuan memperbaiki kerusakan sistem, di jelaskan pada gambar
berikut.

Reenergizing sistem

Man Kualitas
Money Proses pelayanan
IN
Material PU Transformasi OUTPU pasien
Methods T T
Fungsi manajemen
Machines
Fasilitas Komunikasi Kepuasan
perawat

Anda mungkin juga menyukai