Anda di halaman 1dari 46

RESUME

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

AISYAH ZUYYINA : 105111101619

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain.
2. Tujuan Manajemen
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
b. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih
efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi
tenaga dan upaya
3. Perbedaan manajemen dan administrasi
Secara garis besar, manajemen dan administrasi itu berbeda. Namun dalam
menjalankan organisasi, manajemen dan administrasi bekerja secara berdampingan
dan saling menunjang.Perbedaan manajemen dan administrasi yang paling inti terletak
pada konsep dasarnya. Manajemen lebih bersifat konsepsi dan administrasi lebih
bersifat aplikasi.
Theo Haimann menjelaskan bahwa administrasi adalah tentang penentuan
kebijakan secara umum, keputusan untuk menentukan tujuan utama, identifikasi tujuan
umum dan pelaksanaan program dan proyek secara luas. Sedangkan Newman
memberikan pengertian yang lebih rill bahwa administrasi yaitu memberikan
bimbingan, melaksanakan kepemimpinan, dan kontrol terhadap kinerja organisasi
untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan manajemen meletakan perhatian pada prinsip dasar menjalankan
organisasi seperti mencari konsep organisasi, menyatukan pandangan banyak orang,
serta menjalankan fungsi-fungsinya. Manajemen juga tentang bagaimana sebuah
organisasi bisa menggunakan sumber dayanya secara optimal.
4. Komponen Manajemen
a. Komponen Manajemen Bisnis
b. Manajemen Keuangan.
c. Manajemen Marketing.
d. Manajemen Produksi.
e. Manajemen Distribusi.
f. Manajemen SDM.
5. Prinsip Manajemen
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai tujuan
organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah
dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu:
perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan,
pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Berikut dibawah
ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.
a. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses
mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan
(Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang
menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan
capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat
dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi.
Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu
hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/
implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan
e. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang
jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik
secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999).
g. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis
mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani
6. Fungsi dasar manajemen
4 Fungsi Dasar Manajemen.
a. Perencanaan (Planning) : Dalam definisi tersebut mengatakan bahwa fungsi dasar
pertama dari Manajemen adalah Perencanaan dan Pembuatan keputusan. Pada
dasarnya, Perencanaan atau Planning adalah menentukan Tujuan Organisasi dan
memutuskan cara yang terbaik untuk mencapainya. Sedangkan Pembuatan
Keputusan adalah bagian dari Perencanaan yang berkaitan dalam memilih langkah-
langkah atau tugas yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran organisasinya.
Dalam perencanaan harus memiliki batas waktu hingga kapan tugas-tugas tersebut
harus dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut.
b. Pengorganisasian (Organizing) : Pada dasarnya, yang dimaksud dengan
Pengorganisasian (Organizing) adalah mendelegasikan tugas-tugas yang telah
ditetapkan dalam perencanaan kepada individu ataupun kelompok yang terdapat
dalam organsasi yang bersangkutan.Dalam fungsi Pengorganisasian terdapat
pengelompokan kegiatan dan penyusunan Struktur Organisasi serta menjelaskan
fungsi-fungsi dari setiap bagian dan sifat hubungan antara bagian-bagian tersebut
dalam Struktur organisasi tersebut.
c. Pemimpinan (Leading)
Setelah menetapkan Perencanan dan mengorganisir sumber daya yang diperlukan.
d. Pengendalian (Controlling)
Fungsi Manajemen yang terakhir adalah Pengendalian atau Controlling, Fungsi
Pengendalian ini berkaitan dengan penghimpunan informasi-informasi yang
digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja organisasi, memantau
perkembangan tugas yang telah direncanakan sebelumnya dan mengambil tindakan
korektif terhadap penyimpangan yang terjadi.
7. Proses manejemen
proses manajemen, yaitu:
a. Planning atau Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai
serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya. Melalui
perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta
mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya. Kemudian dari tujuan tersebut
maka orang-orang di dalamnya mesti membuat strategi dalam mencapai tujuan
tersebut dan dapat mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu kerja organisasi.
Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan dalam
melakukan sesuatu.Dalam merencanakan, ada tindakan yang mesti dilakukan
menetapkan seperti apa tujuan dan target yang dicapai, merumuskan taktik dan
strategi agar tujuan dan target dapat tercapai, menetapkan sumber daya atau
peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan indikator atau standar
keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.
b. Organizing atau Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya
serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan
kelompok untuk menerapkan rencana. Dengan pengorganisasian, manajer
mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata melalui penentuan tugas,
penunjukan personel, dan melengkapi mereka dengan teknologi dan sumber daya
yang lain.
c. Actuating atau Pengarahan/Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada
karyawan supaya bekerja giat serta membimbing mereka melaksanakan rencana
dalam mencapai tujuan. Dengan kepemimpinan, manajer menciptakan komitmen,
mendorong usaha-usaha yang mendukung tercapainya tujuan serta mempengaruhi
para karyawan supaya melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.
Proses implementasi program supaya bisa dijalankan kepada setiap pihak yang
berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semua pihak dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan
produktivitas yang sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan implementasi
yaitu menginplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya mau tetap bekerja dengan efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan tugas dan penjelasan yang teratur
mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan yang telah ditetapkan.
d. Controling atau Pengawasan/Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengukuran kinerja, membandingkan antara
hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan yang
diperlukan. Melalui pengendalian, manajer melakukan kontak secara aktif dengan
apa yang dilakukan oleh karyawan, mendapatkan serta menginterprestasikan
laporan tentang kinerja serta menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan tindakan yang bersifat membangun serta perubahan.
(Schermerhorn, 1996)
8. Level Manejemen
a. Manajemen Tingkatan Puncak
Manajemen puncak atau top level management merupakan tingkat
manajemen paling atas dan juga mempunyai otoritas yang paling tinggi pada
suatu organisasi perusahaan serta memiliki tanggung jawab langsung kepada
pemilik perusahaan. Tingkat manajemen puncak memiliki hal penuh untuk
mengangkat, memilih, serta memberhentikan manajemen lain yang berada
dibawahnya. Beberapa contoh sebutan tingkat manajemen puncak adalah GM
(General Manager), CEO (Chief Executive Officer) dan Presedir atau Presiden
Direksi.
b. Manajemen Tingkat Menengah
Manajemen tingkat menengah memiliki posisi tengah dari hirarki
manajemen pada suatu perusahaan. Manajemen menengah ditunjuk langsung oleh
manajemen puncak. Tugas dang tanggung jawabnya pun sudah ditentukan oleh
manajemen puncak.Mereka yang berada pada tingkat manajemen tengah akan
cenderung bekerja dengan mengandalkan kemampuan manajerial dan berbagai
hal teknis lainnya. Jadi, mereka tidak terlalu membutuhkan kemampuan yang
sifatnya lebih konseptual.
c. Manajemen Tingkat lini pertama
Manajemen lini pertama atau low Level Management adalah tingkatan
manajemen yang berada paling rendah dalam suatu organisasi perusahaan. Tugas
mereka adalah memimpin dan mengawasi performa tenaga kerja operasional.
Oleh karena itu, manajemen tingkat pertama ini akan lebih mengandalkan
kemampuan teknikal dan kemampuan komunikasinya. Berbagai kemampuan
dalam hal konseptual hampir tidak dibutuhkan sama sekali oleh manajer lini
pertama. Selain itu, mereka juga tidak membawahi manajer lainnya. Contoh
sebutan yang berlaku untuk manajemen tingkat pertama ini adalah supervisor atau
mandor. Mereka secara langsung dipilih oleh manajemen tingkat menengah.
Manajemen puncak atau top level management merupakan tingkat
manajemen paling atas dan juga mempunyai otoritas yang paling tinggi pada
suatu organisasi perusahaan serta memiliki tanggung jawab langsung kepada
pemilik perusahaan.
9. Manajemen Islam
Teori manajemen dalam islam merupakan teori yang konsen dan terkait dengan
falsafah masyarakat muslim dan berhubungan dengan akhlak atau nilai – nilai etika
sosial yang di pegang teguh oleh masyrakat muslim Manajemen dalam islam konsen
terhadap variabel dan motif materi dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
Individu
Memperhatikan nilai-niali kemanusiaan dan sepiritual serta memuliakan manusia
untuk berpartisipasi dalam aktivitas manajemn-memuliakan segala potensi intelektual,
kompetensi dan dimensi sepiritual (variabel kemanusiaan).Konsen terhadap sistem dan
menentukan tanggung jawab dan wewenang, menghormati kekuasaan dan organisasi
resmi, menghormati struktur organisasi, dan menuntut ketaatan terhadap kebaikan
(variabel perilaku dan sistem).
Tata Cara Pelaksanaannya sesuai dengan syariat dan secara konsisten yang bisa
melahirkan sebuah tatanan yang rapih , teratur dan baik Ada beberapa teori
manajemen islam yaitu perilaku,.Karena jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam
sebuah kegiatan di landasi nilai tauhid maka di harapkan perilakunya terkendali karena
di sadari adanya pengawasan dari Allah SWT, kemudian Struktur Organisasi, Struktur
organisasi sangat perlu , Hal ini telah tercantum dalam Q.S. Al – An’am {6} : 165
yang menjelaskan di mana struktur itu merupakan sunnatullah dan struktur yang
berbeda – beda merupakan ujian dari Allah. Lalu ada Sistem, Manajemen dalam islam
itu membahas sistem di mana sistem adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang
bersumber kepada Al-Qu’ran dan sunnah Rasul.
Apalah artinya sebuah manajemen dalam sebuah organisasi kalau tidak
mengakibatkan organisasi itu efisien dan efektif dalam melaksanakan tugasnya.
Manajamen itu salah satu fungsinya adalah memberikan delegasi dan wewenang
kepada bawahan. Pemimpin yang baik akan mampu mendelegasikan tugas dan
wewenang kepada bawahannya sehingga bawahan mampu melakukan sesuatu secara
kreatif,tanpa harus terus menerus lapor kepadanya.
10. Dampak pandemi covid-19 pada proses pembelajaran
Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 31
tentang Pendidikan Tinggi bahwa Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media
komunikasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109 Tahun
2013 Pasal 2, tujuan PJJ adalah untuk memberikan layanan pendidikan tinggi kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka, dan
memperluas akses serta mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam
pembelajaran.Pembelajaran jarak jauh memang pilihan yang tepat pada masa pandemi
untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Adapun Beberapa Dampak pandemi
covid-19 pada proses pembelajaran:
a. Melek akan teknologi
b. Media pembelajaran bervariasi
c. Kolaborasi antara pengajar dan orang tua
d. Menurunnya capaian pembelajaran
e. Keterbatasan jaringan dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang dan sistem
pembelajaran jarak jauh yang kurang efekti
B. Manajemen Keperawatan dan Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa
tujuan pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
perawat menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
b. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih
efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi
tenaga dan upaya

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:

a. Terselenggaranya pelayanan/
b. Asuhan keperawatan yang berkualitas.
c. Pengembangan staf
d. Budaya riset bidang keperawatan
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
a. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses
mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan
(Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang
menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan
capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat
dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi.
Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu
hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/
implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan
e. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang
jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik
secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999).
g. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis
mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani
4. Lingkup Manajemen Keperawatan
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen
layanan dan manajemen asuhan keperawatan.
a. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang
mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu : Puncak,
Menengah dan Bawah.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya
harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien.
5. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000).
Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen
sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian
pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam
metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
C. Pengarahan

A. Komunikasi Manajerial

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang
pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat
jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Berikut
merupakan definis komunikasi manajemen menururut beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people


manage their communication processes through construing meanings about their
relationships with others in various setting. They are managing their communication and
actions in a large of relationship – some personal some professional. Bagaimana orang-
orang mengelola proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam setting
atau konteks komunikasi.

2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan


berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber


daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran
pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang
dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal, organisasional,
governmental, sosial, atau bahkan internasional.

Dari pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwakomunikasi manajerial atau


komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia untuk mencapai
tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.Komunikasi manajemen juga dapat
diartikan sebagaikomunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan
para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam
rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Proses Komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.


Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan, Pengorganisasian memerlukan
komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka, Pengarahan mengharuskan
manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat tercapai.
Jadi seorang manajer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui
interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

B. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa
juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat


atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu
orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.
Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
source, sender, atau encoder.

2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan
dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).

3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra
selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud
dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah
kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang
melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan
adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media
publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan
biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya.
Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-
alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara,
2008;123-126).

4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai
atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience ataureceiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena
adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen
penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

C. Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan olehStephen


P. Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmakasebagai berikut:

1. Kendali

Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi

2. Motivasi

Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para


karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa yang
dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar.

3. Pengungkapan emosional

Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi
sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme
fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas
mereka.

4. Informasi

Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk


mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-
pilihan alternatif.

D. Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang baik, dapat
memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat menjadi kajian
dan sarana informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang sebagai sarana
investasi yang merupakan aspekyang sangat penting dalam Manajemen
Komunikasidalam upaya mengembangakan hubungan yang profesional”membentuk
goodwill, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual understanding) dan saling
menghargai (mutual appreciation) serta memperoleh opini public yang favorable, image
yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang haronis baik hubungan kedalam
(internal relations) maupun hubungan keluar (external relations).

Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa komunikasi terjadi di


dalam organisasi atau perusahaan:

1. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)

Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri jika mereka di
beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju informasi tersebut.

2. Persuade Others (mempengaruhi orang lain)

Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan


menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku.

3. Help Others (menolong orang lain)

Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian nasihat
kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah, ataupun
memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.

4. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)

Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan
mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka lakukan.

E. Strategi Komunikasi Manajerial

Dalammelakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu strategi agar


proses komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan seminimal mungkin. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan dalam strategi berkomunikasi dalam organisasi, yaitu
pola komunikasi dan gaya kemunikasi.
Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan komunikasi. Poa
komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah dan fungsinya.

1. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah komunikasi dari pimpinan
kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik. Dalam komuniksi
vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk petunjuk,informasi-
informasi, penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada bawahannya. Sementara bawahan
memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pemimpin.
Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu
keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi yang lancar, terbuka dan saling mengisi
merupakanmencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis.

b. Downward Communication (komunikasi kebawah)

Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada yang lebih
sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi dalam sebuah organisasi.
Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak, pernyataan
kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat perubahan-perubahan
lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan, sasaran, dan pernyataan misi.
Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat memo, email, catatan,dan saluran
individu ke grup atau dari individu ke individu; atau mereka mungkin saja dapat
disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam hirarki. Selama proses pengiriman,
pesan asli dapat di edit, ditambah, dikurangi, dijelaskan, atau bahkan diubah.

Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan dengan tugas pada


seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga membawa informasi tentang kebijakan
dan prosedur, serta bisa jadi digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada
karyawan. Komunikasi kebawah terjadi jika manajer atau penyelia mengirimkan pesan
kepada satu orang bawahan atau lebih.
Komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi atau penjelasan
bagaimana seorang atasan menginginkan suatu tugas diselesaikan para atasan
mengirimkan informasi mengenai peraturan, kebijakan, dan standar minimum. Para
atasan juga memberikan informasi untuk menilai prestasi bawahan atau memotivasi
seorang bawahan. Komunikasi ke bawah menetapkan suatu organisasi bisnis. Apabila
sebagian besar dalam organisasi dalam bisnis berasal daripuncak (vertikal ke bawah) dan
biasanya berupa instruksi, gaya organisasi cenderung otokrasi. Apabila sebagian besar
komunikasi ke bawah bersifat mendukung dan memiliki unsur perhatian yang besar
terhadap bawahan, rangkasian sifat akan lebih bersifat mendukung. Komunikasi seperti
itu akan mendorong pembentukan kolaborasi antara pimpinan dan pegawai. Lebih jauh
lagi, komuniaksi akan mendorong rangkaian penuh komunikasi ke atas.

c. Upward Communication (komunikasi keatas)

Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting dari downward communication.
Saluranupward communication membawa data dari pelanggan mengenai produksi barang
dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk operasi organisasi dari hari
ke hari. Keterangan ini dapat digunakan bila orang-orang yang berada di level atas di
suatu organisasi adalah orang-orang yang memiliki keterampilan mendengar,
mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak ada komitmen untuk melakukan
pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan terjadi ”culture of silence” atau budaya
diam dan atau ”culture of silos” yang mungkin berlaku, yang akan membawa
konsekuensi dampak yang serius untuk organisasi- dengan tanpa peringatan awal untuk
menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa krisis yang besar. Dalam beberapa
situasi, tidak ada berita merupakan berita yang sangat buruk, dan berita buruk adalah
tiada berita; staff pada level bawah akan segan untuk memberikan berita buruk, yang
mungkin vital bagi kehidupan organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat
memancing kritik- sebuah budaya ”shoot the messenger” .

Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide baru dan penyelesaian
masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang di bagian bawah hirarki dekat dengan
masalah-masalah spesifik dan dapat lebih waspada kepada solusi praktis daripada orang-
orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi keatas membawa informasi dari tingkat
bawah ke tingkat atas organisasi. Informasi itu mungkin concern pada aktivitas
lingkungan luar atau internal pada tingkat bawah organisasi.

Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas keputusan yang telah
diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai kesempatan untuk menginformasikan
dan mengajukan keluhan, dan memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi
keatas terjadi jika pesan mengalir dari bawahan ke manajer atau atasan. Para pegawai
harus melaporkan kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-
tugas apa yang menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi peningkatan produk
atau peningkatan prosedur; dan yang terpenting adalah perasaan mereka mengenai
bagaiaman asegala sesuatu berjalan. Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting-
para manajer memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka
apakah telah dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima setelah
masalah-masalah apa yang dikembangkan.

d. Komunikasi Horizontal

Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota staff, karyawan sesama
karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali berlangsung tidak formal, mereka
berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada
saat istirahat atau waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus
cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan seringkali mengenai hal-hal yang
menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.

e. Komunikasi Eksternal

Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan komunikasi dilakukan oleh
pihak organisasi/perusahaan melalui kesepakatan manajemen untuk melakukan kegiatan
komunikasi dengan pihak luar atau publik yang berada diluar organisasi tentunya menjadi
perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini, keberhasilan suatu
organisasi sulit tercapai. Hal tersebut memberikan konsekuensi bagi pihak organisasi
untuk dapat meraih perhatian publik luar dan menarik simpati publik luar tehadap
organisasi, sehingga mereka mau bekerja sama dengan pihak organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh
seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari tingkatan pimpinan tertinggi sampai
dengan karyawan operasional sampai merupakan repersantasi publik organisasi pada saat
mereka melakukan kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karenanya segala
prilaku mereka atau prilaku manajemen suatu organisasi akan memberikan warna bagi
efektivitas komunikasi.

Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika kegiatan
komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada publik luar, maka dapat
dilakukan dalam bentuk misalnya ;

1) Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat dilakukan
kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi, publisitas,pameran,dsb

2) Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui ,press conference
press interview,press tour

Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak organisasi dapat
dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.

Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan


umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa
memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau
majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.

2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada


organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang
dilakukan oleh organisasi.

2. Pola Komunikasi berdasarkan Fungsi

a. Pola Komunikasi dalam Planning


Planningberarti menentukan tujuan dan sasaran utama perusahaan agar berhasil, termasuk
diantaranya : mengembangkan strategi, menetapkan kebijakan, merencanakan anggaran
dan petunjuk-petunjuk umum untuk menggiatkan jalannya perusahaan.

Untuk melakukan hal tersebut di dalam sebuah organisasi, diperlukan dimensi


komunikasi vertikal dan horizontal. Karena dalam melakukan perencanaan atau planning
harus melibatkan pemimpin dan anggota lainnya. Agar dapat mengetahui keadaan
perusahaan dan strategi dari seluruh bagian dari organisasi tersebut.Contoh kasus: Sebuah
perusahaan melakukan rapat untuk membahas strategi agar perusahaan tersebut dapat
lebih berkembang. Maka perusahaan tersebut harus mengundang seluruh kepala bagian.
Maka dalam rapat tersebut akan terjadi komunikasi untuk membicarakan hal dalam
perusahaan. Disitulah terjadi pola komunikasi horizontal, karena komunikasi dilakukan
antar kepala bagian yang mempunyai jabatan yang sama.

Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam suatu perusahaan, maka dalam
rapat tersebut di undang direksi, kepala bagian dan beberapa karyawan lainnya. Hal itu
menyebabkan terjadinya komunikasi secara vertikal karena dilakukan dari atasan
kebawahan dan sebaliknya.

b. Pola Komunikasi Dalam Organizing

Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau kebutuhan untuk mencapai
sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan. Dalam praktiknya, diimplementasikan
dalam bentuk struktur organisasi sebagai garis komando dalam menjalankan fungsi dan
peran anggota organisasi/perusahaan.Karena diimplementasikan dalam bentuk struktur
organisasi, maka dalam organizing dilakukan pola komunikasi vertikal. Hal tersebut
disebabkan dalam membentuk struktur organisasi dan memberikan komando dilakukan
oleh seorang pimpinan sebuah perusahaan ke bawahannya untuk mengisi sebuah posisi
dan menjalankan tugas di bagian yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.

c. Pola Komunikasi Dalam Directing

Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah ditetapkan perusahaan
serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain pekerjaan.Directing itu memerlukan
pola komunikasi vertikal, karena adanya pengarahan yang diberikan oleh atasa (pimpinan
perusahaan) kepada bawahan hatau karyawannya untuk mencapai sebuah konsep
kebutuhan atau perencanaan dalam perusahaan.

d. Pola Komunikasi Dalam Controlling

Mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai dengan perencanaan dan


dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
Tahapan ini biasanya dilakukan oleh manajer atau pimpinan yang bertanggung jawab
langsung atas anggota organisasi/perusahaan. Contoh kasus : seorang manajer akan
mengawasi cara dan hasil kerja karyawannya dan jika cara dan hasil kerja karyawan
tersebut dianggap kurang maka manajer akan menegur dan memberi arahan kepada
karyawan tersebut.

Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi manajemen Controling itu
menggunakan pola komunikasi Vertikal, karena adanya arahan dari atasan (manajer) ke
bawahan (karyawan).

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan


kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika
mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Gaya komunikasi
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang
digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan
tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima
(receiver).

Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss :

1. The Controlling style


Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan
tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal
dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang
memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untukberharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik
atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatirdengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan
terhadap suatu permasalahan yang kompleks.

3. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas
dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebihmemberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain denganjalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannyaberorientasipada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communicationini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawapara wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasiyang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untukbekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namundengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,pendapat


ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberiperintah dan mengontrol orang
lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akanefektif ketika pengirim pesan atau
sender sedang bekerja sama dengan orang- orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untukbertanggung jawab atas semua tugas atau
pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

F. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan

Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip komunikasi manajemen ini pula
yang harus diterapkan dalam manajemen keperawatan. Secara umum, berikut prinsip
komunikasi manajemen:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa
yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.

2. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.

Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah


CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap melakukan komunikasi
(lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi ketiga
unsur diatas. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan
menulis bahasa asing, minimal bahasa inggris.

1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara


akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah disampaikan.

2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan


orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang
disampaikan.

G. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi

1. Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi,
sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.

Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis
hambatan teknis dari komunikasi :

a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas

b. Kurangnya informasi atau penjelasan

c. Kurangnya ketrampilan membaca

d. pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat
bahasa Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
[komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya
hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan
sebenarnya.

Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

3. Hambatan Manusiawi

Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang

Motivasi berasal dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dalam bahasa
inggrisnya, to move. Menurut Schunk,et al., (2010),”motivation is the process whereby
goal-directed activity is instigated and sustained”. (Motivasi adalah proses melalui
kegiatan pencapaian tujuan yang telah mendorong dan berkelanjutan).
B. Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan Motif adalah kebutuhan
(need), keinginan (wish), dorongan (desire), atau impuls. Jadi motif adalah daya dalam
diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang
organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkat laku memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi yang timbul dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dipihak lain,timbul dari
dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik biasanya lebih bertahan
lama dan efektif dibandingkan motivasi ektrinsik. Dapat diuraikan sebagai berikut:

Motivasi intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain,tetapi atas kemauan sendiri.
Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin
menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu dia ia rajin
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat
pertama di kelasnya.

Perilaku seseorang itu sebenarnya dapat dikaji sebagai saling interaksinya atau
ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan suatu lingkaran. Unsur-unsur itu
secara pokok terdiri motivasi dan tujuan. Atau kalau menurut Fred Lutharus terdiri dari
tiga unsur yakni kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals).[4]

Terkadang istilah motivasi ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya,
seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), atau impuls.
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai yang berada diluar diri individu. Kadangkala
tujuan diartikan pula sebagai suatu harapan untuk mendapat suatu penghargaan,suatu
arah atau yang dikehendaki oleh motivasi.

Motivasi sangat penting bagi manajer untuk meningkatkan kinerja (performance)


bawahannya karena kinerja tergantung dari motivasi, kemampuan, dan lingkungannya.

D. Teori Motivasi

1. Hierarki Kebutuhan Maslow

Menurut teori hierarki kebutuhan maslow terdapat lima tingkatan kebutuhan, dari
kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan manusia yang paling
tinggi. Lima tingkatan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologikal (Fisiological Needs)

Kebutuhan fisiologikal merupakan kebutuhan dasar atau kebutuhan yang paling


rendah dari manusia. Sebelumnya seseorang menginginkan kebutuhan diatasnya,
kebutuhan ini harus dipenuhi terlebih dahulu agar dapat hidup secara normal. Contoh
kebutuhan ini adalah kebutuhan sandang, pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur, dan
hubungan seks.

b. Kebutuhan Keselamatan

Setelah kebutuhan fisiologi terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan
manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh kebutuhan ini antara
lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun, memiliki asuransi, memasang pagar,
teralis pintu, dan jendela.

c. Kebutuhan Berkelompok

Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi maka muncul pula
kebutuhan baru diinginkan manusia, yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul,
bermasyarakat, ingin mencintai dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki. Contoh
kebutuhan ini antara lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta, menikah, dan
mempunyai anak, bekerja sama, menjadi anggota organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan
ini manusia biasa berdoa dan berusaha untuk memenuhinya.

d. Kebutuhan Penghargaan

Setelah kebutuhan berkelompok terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang


diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi. Contoh
kebutuhan ini antara lain mendapat ucapan terima kasih, ucapan selamat jika berjumpa,
menunjukkan rasa hormat, mendapatkan tanda penghargaan (hadiah), menjadi legislatif,
menjadi pejabat (mendapat kekuasaan), menjadi pahlawan, mendapat ijazah sekolah,
status simbol, dan promosi untuk memenuhi kebutuhan ini biasanya manusia berdoa
minta ditinggikan derajatnya melalui shalat tahajjud dan berusaha memenuhi aturan,
seperti yang diinginkan orang lain. Maka kita harus menghargai orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Setelah kebutuhan penghargaan terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang


diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri atau
pemenuhan kepuasan atau ingin berpretise. Contoh kebutuhan ini antara lain memiliki
sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya
secara kreatif dan inovatif, ingin mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat
yang setinggi-tingginya, melakukan pekerjaan yang kreatif (menulis buku dan artikel),
ingin pekerjaan yang menantang untuk memenuhi kebutuhan ini, manusia biasanya
berdoa dan berusaha untuk memenuhinya.

2. Teori McClelland

McClelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat dengan teori


belajar. McClelland (1962) berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari
kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McClelland ialah (1) Kebutuhan akan prestasi (need of
achhievement) disingkat n Ach, (2) kebutuhan akan afiliasi (need of afflition) disingkat n
Aff, dan (3) kebutuhan kekuasaan (need of power) disingkat n Pow.
Motivasi berprestasi ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala hambatan
dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi afiliasi ialah dorongan untuk berhubungan
dengan orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya. Motivasi
berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain tunduk kepada kehendak kita.

E. Teknik Memotivasi

Berpikir positif. ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita lupa
memberi dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang
lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.

Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi
oleh diri sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi
mau. Kata, “saya juga bisa” dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.

Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita
hargai padahal penghargaan merupakan salah bentuk teknik memotivasi. Kata “Saya
mengharap bantuan anda” atau “Saya mengharap kehadiran anda” merupakan bentuk
penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk bertanggung jawab,
berilah wewenang, serta kebebasan untuk berpendapat.

Memantapkan pelaksanaan. Ungkapan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar,
tindakan yang dapat membantu, dan hargai dengan tulus.

Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan
nyatakan bahwa anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja
keras, bersedia belajar dari orang lain.

Membasmi sikap suka menunda-nunda. Hilangkan sikap menunda-nunda dengan alasan


pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai. (Kemendikbud, 2002)
C. Supervisi

Supervisi secara etimologi berasal dari kata "super" dan "visi" yang mengandung
arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, daya cipta, dan kinerja bawahan. Dalam Carter Good`S
Dictionary of Education, dikemukakan definisi supervisi sebagai segala usaha pejabat
sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. Supervisi
dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam
sistem organisasi pendidikan modern diperlukan seorang supervisor khusus yang lebih
independen, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan
tugasnya.

Jenis-jenis supervisi meliputi:

Supervisi umum dan supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran merupakan


kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi yang memungkinkan
terciptanya pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik, sedang supervisi umum tidak
langsung berhubungan dengan usaha perbaikan kualitas pembelajaran.

Supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan usaha perbaikan pengajaran yang


dilakukan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar.

Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Pengawasan melekat


merupakan sebuah kegiatan administrasi dan majemen yang dilakukan oleh pimpinan
satuan kerja untuk mencegah terjadinya salah urus dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja sesuai dengan kebijakan pemerintah.
D. Pendelegasian

arti delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang serta tanggung jawab formal ke
pihak lain dalam melakukan suatu kegiatan tertentu.

Unsur-Unsur Delegasi

1. Alokasi Tugas

Dalam hal ini, maksud dari alokasi tugas adalah berbagai pekerjaan dan
aktivitas yang dilakukan oleh seorang bawahan yang berdasarkan kemauan
atasan. Jadi, seorang atasan harus lebih dulu mengalokasikan tugas dan
wewenangnya kepada bawahan sebelum melimpahkannya kepada bawahan.

2. Penugasan Tanggung Jawab

Penugasan tanggung jawab suatu pekerjaan dari atasan kepada bawahan


adalah unsur delegasi selanjutnya yang harus diperhatikan. Dalam hal ini, seorang
atasan bisa meminta tolong atau memerintahkan bawahannya untuk melakukan
tugas dalam jangka waktu tertentu saja.

3. Pelimpahan Wewenang

Unsur delegasi selanjutnya adalah pelimpahan wewenang. Dalam hal ini,


atasan akan melimpahkan wewenang pada bawahannya untuk bisa melakukan dan
menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga, dari hal tersebut akan muncul kewajiban
dalam diri bawahan tersebut untuk bisa bekerja dan menyelesaikan tugas yang
diberikan atasannya.

4. Penciptaan Akuntabilitas

Seorang atasan atau manajer harus bisa menciptakan akuntabilitas khusus


agar proses pendelegasian bisa berjalan dengan baik. Sehingga, unsur penting
yang ada dalam delegasi yang mencakup tugas, wewenang dan kewajiban tidak
bisa dipisahkan.

Tujuan dan Manfaat Delegasi


Terdapat beberapa manfaat dan tujuan dalam melakukan kegiatan
pendelegasian. Berdasarkan arti delegasi yang sudah kita bahas bersama di atas,
maka setidaknya ada enam tujuan dan manfaat delegasi, yaitu:

Agar organisasi yang terbentuk di dalam perusahaan bisa dilakukan


dengan efisien, efektif dan baik.Agar manajer perusahaan atau atasan bisa lebih
fokus pada hal lain yang lebih penting sehingga organisasi perusahaan bisa
dilakukan dengan maksimal.Membantu pihak atasan dalam menilai dan membuat
kebijakan yang tepat.Agar setiap individu yang berada di dalam perusahaan
memiliki peran yang penting sesuai dengan kemampuannya.Memotivasi setiap
individu didalam organisasi untuk lebih fokus pada target dan kualitas yang ingin
diraih. Membantu bawahan untuk bisa lebih berkembang dan bertumbuh dalam
karirnya, dan juga sebagai media belajar dari sebuah keberhasilan atau kegagalan.

Jenis-jenis Delegasi

Dalam pelaksanaannya, tercatat ada lima jenis delegasi, berikut ini adalah
penjelasannya.

1. Delegasi Umum

Arti delegasi umum adalah delegasi yang mana pihak bawahan


akan diberikan wewenang untuk melakukan berbagai fungsi manajemen
umum, seperti penempatan, pengarahan, perencanaan, pengorganisasian,
serta pengawasan. Dalam hal ini, bawahan diberi tanggung jawab atas
wewenang yang mereka dapatkan dari atasannya.

2. Delegasi Khusus

Arti delegasi khusus adalah delegasi yang berhubungan dengan


suatu tugas tertentu yang harus dilakukan oleh bawahan. Contohnya
adalah seorang penjual yang diberi wewenang untuk bisa mengumpulkan
bayaran dari para debiturnya.

3. Delegasi Formal
Arti delegasi formal adalah delegasi yang dilakukan berdasarkan
struktur organisasi yang berlaku di dalam perusahaan tersebut. Delegasi
ini dinilai efektif karena pihak bawahan tidak mempunyai pilihan lain
selain melakukan apa yang sudah diminta oleh atasannya.Contohnya
adalah seorang manajer produksi yang memiliki wewenang untuk
meningkatkan produksi barang atau jasanya.

4. Delegasi Informal

Arti delegasi informal adalah delegasi yang dilakukan oleh


bawahan tanpa adanya wewenang yang diberikan atasan karena dia
merasa mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut. Contohnya adalah
seorang bawahan yang bisa memperbaiki komputer atau laptop
perusahaan yang rusak tanpa adanya wewenang dari atasan karena merasa
dirinya memang mampu memperbaikinya.

5. Delegasi Lateral

Arti delegasi lateral adalah suatu delegasi yang mana pihak yang
menerima wewenang diminta untuk melakukan tugas tertentu dengan
bantuan sejumlah orang.Contoh sederhananya adalah seorang manajer
umum dari departemen penjualan yang meminta manajer penjualan untuk
memberikan kumpulan data tenaga penjualan. Dalam kasus ini, manajer
penjualan nantinya akan meminta bantuan dari manajer personalia untuk
bisa mendapatkan data yang cukup lengkap.
D. Konsep Manajemen Konflik
1. Pengertian Manajemen Konflik
Istilah konflik berasal dari bahasa latin, com dan yang berarti bersama
dan fligere yang berarti melanggar, menabrak, menemukan dan membentur. Dengan
demikian, konflik merupakan ekspresi pertikaian individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Konflik organisasi (organizational
conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-
kelompok organisai yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik adalah proses
dua orang atau lebih yang melakukan tindakan untuk menyingkirkan orang lain. Jadi,
manajemen konflik adalah sebuah pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk
komunikasi dengan pelaku konflik. Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi
kepentingan bersama suatu organisasi. Sedangkan menurut ahli Howard Ross,
manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak ketiga dengan tujuan
mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan hasil akhir
berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan ketenangan atau hasil
mufakat.

2. Aspek Positif dan Negatif dari Konflik

Sikap terhadap konflik dalam organisasi/lembaga pendidikan telah berubah dari


waktu ke waktu, persepsi atau pandangan mengenai konflik telah berubah dari masa ke
masa, yaitu:

No Dampak Negatif Dampak Positif


1. Semua konflik berakibat Konflik dapat berakibat negatif dan
negatif. positif.
2. Harus dihindari (tradisional). Harus dikelola
3. Berdampak positif bagi
Berdampak negative bagi organisasi (functional).
organisme (disfunctional).
4. Menggunakan norma yang Merevisi dan memperbarui norma
sudah mapan. yang sudah mapan.
5. Menghambat efektivitas Meningkatkan efektivitas
organisasi. organisasi.
6. Mengganggu hubungan kerja Menambah intim hubungan kerja
sama (menghambat sama.
komunikasi).
7. Mengarah pada disintegrasi. Menuju ke integrasi.
8. Menghabiskan waktu dan Menghemat waktu dan tenaga.
tenaga.
9. Stress, frustrasi, tegang, kurang Mampu menyesuaikan diri dan
konsentrasi, dan kurang puas. meningkatkan kepuasan.
10. Tidak mampu mengambil Mampu mengambil tindakan.
tindakan.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional atau pun berperan
salah (disfungsional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai potensi
bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung
bagaimana konflik tersebut dikelola. Selain itu ada beberapa dampak lain dari konflik,
sebagai berikut :

a. Dampak Positif dari Konflik

1) Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan


menciptakan norma baru.

2) Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu


dan kelompok.

3) Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang


mengalami konflik dengan kelompok lain.

4) Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang


berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.

5) Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau


masih belum tuntas ditelaah.
6) Konflik memungkinkan ada penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai
dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan
kebutuhan individu atau kelompok.

7) Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan


antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.

b. Dampak Negatif dari Konflik


1) Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu kelompok sosial
yang tadinya bersatu. Misalnya, konflik agama di Maluku pernah memicu
perpecahaan di masyarakat. Untunglah konflik tersebut telah selesai dan
rekonsiliasi dapat terjadi.
2) Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam masyarakat.
Permusuhan yang terjadi seringkali memengaruhi kenyamanan dan
kerukunan anggota kelompok.
3) Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial. Kekerasan terjadi
karena ada agresi satu pihak terhadap pihak lain baik secara fisik maupun
verbal.
4) Dampak lain dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal tersebut
dapat terjadi karena individu yang terlibat konflik mengalami tekanan
psikologis. Misalnya, seorang anak yang tak mau berkeluarga karena
menjadi korban kekerasan orang tuanya.
5) Terakhir, dampak yang mungkin terjadi dari konflik adalah jatuhnya
korban. Korban di sini dapat berupa harta benda, sarana prasarana, korban
luka, bahkan korban jiwa. Misalnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun
1998 di berbagai wilayah di Indonesia menimbulkan banyak tokoh dijarah,
banyak perempuan yang diperkosa, banyak orang yang mengalami luka-
luka, juga banyak orang yang kehilangan nyawa.

3. Penyebab Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik menurut Wise 2010 & Robbin 1996,
yaitu:
a. Karateristik individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin dapat
melibatkan seseorang dalam konflik.
1) Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi untuk
bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan mudah
menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat menciptakan
ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam suatu organisasi
2) Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan
dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar
pribadi.
3) Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik juga
dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah,
b. Faktor situasi
1) Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di antara
pihak-pihak yang terlibat, semakin meningkat pula terjadinya konflik.
2) Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan munculnya
konflik.
3) Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, maka
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
4) Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan statusnya,
konflik dapat muncul.
5) Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah
menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh pedang bermata dua:
tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi lain,
komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya konflik.
6) Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous tesponsibilites
and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung jawab yang jelas dapat mengetahui
apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan tanggung
jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin besar
c. Kondisi Keorganisasian
Tatkala sejumlah besar orang hadir bersama di suatu organisasi, banyak hal bisa
memicu konflik. Konflik berakar pada peran dan tanggung jawab, kebergantungan,
sasaran, kebijakan, maupun sistem reward.

4. Solusi/langkah-langkah pemecahan konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi :
a. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik
tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang
akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan.
Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi
dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa
jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

d. Kompromi atau Negosiasi


Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak. Menurut Nursalam, tekhnik ini merupakan penyelesaian
konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik.
e. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
1) Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan
kerja yang sama.
2) Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung
dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Walaupun konflik adalah kekuatan yang dapat meluas dalam organisasi, pelayanan
kesehatan, hanya sedikit presentasi waktu yang dihabiskan dalam melakukan kolaborasi
yang sebenarnya.
Lain halnya dengan Rubin (dalam Farida, 1996) yang menyatakan bahwa
manajemen konflik yang biasa digunakan seseorang adalah domination (dominasi),
capitulation (menyerah), inaction (tidak bertindak), withdrawl (menarik diri), negotiation
(negosiasi), dan third party intervention (intervensi pihak ketiga). Ketika individu yang
terlibat konflik berusaha memaksa secara fisik pihak lain untuk menerima kemauannya
disebut cara dominasi. Capitulation terjadi bila salah satu pihak menyerahkan kemenangan
pada pihak lain yang terlibat konflik, sedangkan bila salah satu pihak yang berkonflik tidak
melakukan usaha untuk menyelesaikan konflik tersebut inaction. Withdrawl adalah cara
yang digunakan individu dengan menghindar agar tidak terlibat dalam konflik yang terjadi.
Negotiation ditandai dengan adanya pertukaran pendapat antara kedua belah pihak untuk
mencapai tindakan yang disetujui bersama dan intervensi pihak ketiga terjadi bila individu
atau kelompok di luar pihak yang bertikai berupaya menggerakkan pihak-pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan konflik. Pada saat ini pihak ketiga hanya berperan sebagai
moderator.
Prijosaksono dan Sembel (2003) mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian
konflik dipandang dari sudut menang-kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran
manajemen konflik yaitu :
a. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau
bekerja sama. Tujuan adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui
konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses
ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini
memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat
menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Secara sederhana proses ini dapat
dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu
kedua kepentingan tersebut.
b. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa ada pihak yang memenangkan konflik dan
pihak lain kalah. Biasanya menggunakan kekuasaan atau pengaruh untuk mencapai
kemenangan. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam
pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di
antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi
pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga hanya digunakan
dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
c. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kalah-menang ini berarti
ada pihak berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain.
Gaya digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini
juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut
atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti
kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian terhadap
konflik yang timbul antara kedua pihak.
d. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari
konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Bisa berarti bahwa kedua belah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut. Cara ini sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting.

Menurut nursalam (2002) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu


konflik meliputi :
1) Pengkajian
a) Analisis situasi
Identifikaksi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui
pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing, tentukan jika situasinya bisa berubah.
b) Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama
yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari
penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c) Menyusun tujan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2) Identifikasi
Mengelola perasaan dengan cara menghindari respon emosional yang meliputi
: marah, sebab setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata,
ekspresi dan tindakan.
3) Intervensi
a) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang posiitif yang akan terjadi.
b) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.

5. Metode penatalaksanaan konflik


Ada beberapa metode agar manajemen organisasi berlangsung dinamis yaitu:
a. Merangsang konflik
Cara merangsang konflik dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Mengundang pihak ketiga untuk menggugah konflik (merangsang). Jika suatu
perusahaan dalam keadaan statis, kurang dinamis dan kurang inovatif, maka perlu
mendatangkan pihak ketiga sebagai pihak yang dapat merangsang konflik. Jika konflik
antar person dan organisasi terbentuk maka pihak ketiga sekaligus dapat berfungsi
sebagai penengah atau pendamai, sehingga konflik dapat dikendalikan dan dapat
dimasukkan pengaruh positifnya bagi kemajuan organisasi.
2) Menyimpang dari peraturan - peraturan kebiasaan yang berlaku, sebagai contoh ialah
dengan tidak mengikut sertakan individu atau kelompok yang mereka lakukan untuk
mengambil keputusan begitu juga menambah kelompok baru dalam jaringan informasi
manajemen.
3) Manajemen menata kembali struktur organisasi.
4) Meningkatkan kadar persaingan
Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian insentif, bonus dan penghargaan bagi siapa
yang berprestasi. Jika persaingan dipertahankan pada tingkatan tertentu, maka akan
mengarah pada konflik yang produktif.
5) Memilih dan menetapkan kembali manajer yang cocok.
b. Mengurangi konflik
Pengurangan konflik dapat dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pada
tingkat yang merugikan dan menghambat kemajuan dan prestasi yang diinginkan.
Padahal kita tidak menginginkan konflik yang demikian. Oleh karena itu hal - hal yang
dapat dilakukan ialah :
1) Saling memberikan infomasi yang positif saja antara kelompok kerja yang satu dengan
kelompok kerja yang lain.
2) Sering mengadakan kontak - kontak sosial.
3) Mempersatukan kelompok konflik dengan menciptakan dan meyakinkan mereka akan
adanya musuh bersama. Dengan diciptakannya sesuatu yang menjadi musuh bersama
ini, maka perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya konflik untuk sementara
diabaikan, dan pada akhirnya konflik dapat dikurangi.
c. Menyelesaikan konflik
Untuk menyelesaikan perselisihan antara berbagai pihak dapat dilakukan dengan
tujuan cara (Edwin B. Flippo 1994) :
1) Cara menang kalah dimana satu pihak memaksa pihak lain untuk mengalah
2) Menarik diri dan mundur dari perbedaan pendapat
3) Memperhalus perbedaan - perbedaan atau membuat perbedaan itu kelihatan kurang
penting
4) Mengutamakan tujuan, dimana kedua pihak untuk sementara diminta menghentikan
perselisihan perselisihan demi kerjasama dalam hal - hal yang lebih bernilai dan lebih
penting
5) Mengkompromikan, memisahkan perbedaan dan berunding untuk mencapai posisi -
posisi antara yang dapat diterima
6) Penyerahan kepada suatu pihak ketiga dari luar untuk mengambil keputusan seorang
wasit dan
7) Mengundang pihak ketiga dari luar untuk menengahi dan membantu dua pihak utama
mencapai suatu penyelesaian.

Untuk mengelola konflik secara efektif dibutuhkan pemahaman tentang asal


konflik itu. Beberapa konflik organisasional yang paling umum adalah masalah
komunikasi, struktur organisasi dan perilaku indifidual dalam organisasi [5].
Berikut adalah strategi yang dapat digunakan oleh manajer untuk menangani
konflik dalam unit atau organisasional secaara efektif
1) Mendorong terjadinya konfrontasi. Sering kali pegawai secara tidak tepat
mengharapkan manajer untuk mengatasi masalah interpersonal mereka. Manajer
seharusnya mendorong pegawai untuk mengatasi masalah mereka sendiri.
2) Konsultasi pihak ketiga. Ini digunakan hana sebagai pihak yang netral untuk
membantu orang lain menyelesaikan konflik secara konstruktif.
3) Perubahan perilaku. Ini digunakan hanya untuk kasus serius yaitu terjadi konflik
disfungsional. Moodel edukasi, perkembangan pelatihan atau pelatihan sensitifitas
dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara mengembangkan
kesadaran diri dan perubahan perilaku pada pihak yang terlibat.
4) Pemetaan tanggung jawab. Ketika ambiguitas timbul akibat peran yang tidak jelas
atau peran baru, sering kali semua pihak perlu berkumpul untuk memperjelas fungsi
dan tanggung kawab peran.
5) Perubahan struktur. Kadang kala sebagai manajer perlu terlibat dengan konflik.
6) Menunjuk satu pihak. Ini merupakan penyelesaian sementara yang harus digunakan
dalam krisis ketika tidak ada waktu untuk mengatasi konflik secara efektif.
6. Jenis-Jenis Konflik
a. Konflik Pribadi
Konflik pribadi merupakan jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu
atau dengan kelompok masyarakat. Jenis konflik ini sangat sering terjadi di dalam
keluarga, pertemanan, dunia kerja, dan lainnya.
b. Konflik Rasial
Konflik rasial merupakan jenis konflik yang terjadi antar ras atau yang berbeda.
Konflik rasioal akan terjadi ketika setiap ras merasa lebih unggul dan lebih
mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri.
c. Konflik Agama
Jenis konflik yang selanjutnya yaitu konflik agama. Konflik agama adalah konflik
yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki agama dan keyakinan berbeda
d. Konflik Politik
Konflik politik merupakan jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
pandangan di dalam kehidupan politik. Konflik ini terjadi karena masing-masing
kelompok ingin berkuasa terhadap suatu sistem pemerintahan.
e. Konflik sosial
Konflik sosial adalah konflik yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat.
Misalnya masalah pergaulan, masalah ekonomi, komunikasi, dan lain-lain.
f. Konflik Internasional
Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antar negara-negara di dunia, baik itu
negara berkembang maupun negara maju. Konflik ini bisa terjadi karena salah satu
negara merasa dirugikan oleh negara lainnya atau karena masing-masing negara ingin
memperebutkan eksistensinya.

Anda mungkin juga menyukai