MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
a. Terselenggaranya pelayanan/
b. Asuhan keperawatan yang berkualitas.
c. Pengembangan staf
d. Budaya riset bidang keperawatan
3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
a. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses
mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan
(Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang
menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan
capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat
dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi.
Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
c. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu
hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/
implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan
e. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang
jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik
secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999).
g. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis
mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda layani
4. Lingkup Manajemen Keperawatan
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen
layanan dan manajemen asuhan keperawatan.
a. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang
mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu : Puncak,
Menengah dan Bawah.
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya
harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien.
5. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen
asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan
keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000).
Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen
sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian
pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam
metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
C. Pengarahan
A. Komunikasi Manajerial
Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang
pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat
jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Berikut
merupakan definis komunikasi manajemen menururut beberapa ahli :
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa
juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan
dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra
selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud
dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media
antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah
kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang
melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan
adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media
publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan
biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya.
Media massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-
alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara,
2008;123-126).
4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai
atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak,
sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience ataureceiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena
adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen
penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.
Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
1. Kendali
2. Motivasi
3. Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi
sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme
fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas
mereka.
4. Informasi
Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang baik, dapat
memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat menjadi kajian
dan sarana informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang sebagai sarana
investasi yang merupakan aspekyang sangat penting dalam Manajemen
Komunikasidalam upaya mengembangakan hubungan yang profesional”membentuk
goodwill, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual understanding) dan saling
menghargai (mutual appreciation) serta memperoleh opini public yang favorable, image
yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang haronis baik hubungan kedalam
(internal relations) maupun hubungan keluar (external relations).
Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri jika mereka di
beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju informasi tersebut.
Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian nasihat
kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah, ataupun
memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.
Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan
mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka lakukan.
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah komunikasi dari pimpinan
kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik. Dalam komuniksi
vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk petunjuk,informasi-
informasi, penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada bawahannya. Sementara bawahan
memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pemimpin.
Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu
keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi yang lancar, terbuka dan saling mengisi
merupakanmencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis.
Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada yang lebih
sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi dalam sebuah organisasi.
Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak, pernyataan
kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat perubahan-perubahan
lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan, sasaran, dan pernyataan misi.
Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat memo, email, catatan,dan saluran
individu ke grup atau dari individu ke individu; atau mereka mungkin saja dapat
disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam hirarki. Selama proses pengiriman,
pesan asli dapat di edit, ditambah, dikurangi, dijelaskan, atau bahkan diubah.
Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting dari downward communication.
Saluranupward communication membawa data dari pelanggan mengenai produksi barang
dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk operasi organisasi dari hari
ke hari. Keterangan ini dapat digunakan bila orang-orang yang berada di level atas di
suatu organisasi adalah orang-orang yang memiliki keterampilan mendengar,
mengumpulkan feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak ada komitmen untuk melakukan
pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan terjadi ”culture of silence” atau budaya
diam dan atau ”culture of silos” yang mungkin berlaku, yang akan membawa
konsekuensi dampak yang serius untuk organisasi- dengan tanpa peringatan awal untuk
menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa krisis yang besar. Dalam beberapa
situasi, tidak ada berita merupakan berita yang sangat buruk, dan berita buruk adalah
tiada berita; staff pada level bawah akan segan untuk memberikan berita buruk, yang
mungkin vital bagi kehidupan organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat
memancing kritik- sebuah budaya ”shoot the messenger” .
Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide baru dan penyelesaian
masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang di bagian bawah hirarki dekat dengan
masalah-masalah spesifik dan dapat lebih waspada kepada solusi praktis daripada orang-
orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi keatas membawa informasi dari tingkat
bawah ke tingkat atas organisasi. Informasi itu mungkin concern pada aktivitas
lingkungan luar atau internal pada tingkat bawah organisasi.
Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas keputusan yang telah
diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai kesempatan untuk menginformasikan
dan mengajukan keluhan, dan memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi
keatas terjadi jika pesan mengalir dari bawahan ke manajer atau atasan. Para pegawai
harus melaporkan kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-
tugas apa yang menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi peningkatan produk
atau peningkatan prosedur; dan yang terpenting adalah perasaan mereka mengenai
bagaiaman asegala sesuatu berjalan. Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting-
para manajer memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka
apakah telah dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima setelah
masalah-masalah apa yang dikembangkan.
d. Komunikasi Horizontal
Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota staff, karyawan sesama
karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali berlangsung tidak formal, mereka
berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada
saat istirahat atau waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus
cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan seringkali mengenai hal-hal yang
menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.
e. Komunikasi Eksternal
Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan komunikasi dilakukan oleh
pihak organisasi/perusahaan melalui kesepakatan manajemen untuk melakukan kegiatan
komunikasi dengan pihak luar atau publik yang berada diluar organisasi tentunya menjadi
perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini, keberhasilan suatu
organisasi sulit tercapai. Hal tersebut memberikan konsekuensi bagi pihak organisasi
untuk dapat meraih perhatian publik luar dan menarik simpati publik luar tehadap
organisasi, sehingga mereka mau bekerja sama dengan pihak organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh
seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari tingkatan pimpinan tertinggi sampai
dengan karyawan operasional sampai merupakan repersantasi publik organisasi pada saat
mereka melakukan kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karenanya segala
prilaku mereka atau prilaku manajemen suatu organisasi akan memberikan warna bagi
efektivitas komunikasi.
Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika kegiatan
komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada publik luar, maka dapat
dilakukan dalam bentuk misalnya ;
1) Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat dilakukan
kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi, publisitas,pameran,dsb
2) Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui ,press conference
press interview,press tour
Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak organisasi dapat
dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.
Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam suatu perusahaan, maka dalam
rapat tersebut di undang direksi, kepala bagian dan beberapa karyawan lainnya. Hal itu
menyebabkan terjadinya komunikasi secara vertikal karena dilakukan dari atasan
kebawahan dan sebaliknya.
Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau kebutuhan untuk mencapai
sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan. Dalam praktiknya, diimplementasikan
dalam bentuk struktur organisasi sebagai garis komando dalam menjalankan fungsi dan
peran anggota organisasi/perusahaan.Karena diimplementasikan dalam bentuk struktur
organisasi, maka dalam organizing dilakukan pola komunikasi vertikal. Hal tersebut
disebabkan dalam membentuk struktur organisasi dan memberikan komando dilakukan
oleh seorang pimpinan sebuah perusahaan ke bawahannya untuk mengisi sebuah posisi
dan menjalankan tugas di bagian yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.
Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah ditetapkan perusahaan
serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain pekerjaan.Directing itu memerlukan
pola komunikasi vertikal, karena adanya pengarahan yang diberikan oleh atasa (pimpinan
perusahaan) kepada bawahan hatau karyawannya untuk mencapai sebuah konsep
kebutuhan atau perencanaan dalam perusahaan.
Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi manajemen Controling itu
menggunakan pola komunikasi Vertikal, karena adanya arahan dari atasan (manajer) ke
bawahan (karyawan).
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang
rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan
terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas
dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebihmemberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain denganjalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannyaberorientasipada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communicationini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawapara wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasiyang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untukbekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namundengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip komunikasi manajemen ini pula
yang harus diterapkan dalam manajemen keperawatan. Secara umum, berikut prinsip
komunikasi manajemen:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa
yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.
1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi,
sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis
hambatan teknis dari komunikasi :
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat
bahasa Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
[komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya
hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan
sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dalam bahasa
inggrisnya, to move. Menurut Schunk,et al., (2010),”motivation is the process whereby
goal-directed activity is instigated and sustained”. (Motivasi adalah proses melalui
kegiatan pencapaian tujuan yang telah mendorong dan berkelanjutan).
B. Motivasi
Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan Motif adalah kebutuhan
(need), keinginan (wish), dorongan (desire), atau impuls. Jadi motif adalah daya dalam
diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang
organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkat laku memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Motivasi yang timbul dari luar disebut motivasi ekstrinsik. Dipihak lain,timbul dari
dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik biasanya lebih bertahan
lama dan efektif dibandingkan motivasi ektrinsik. Dapat diuraikan sebagai berikut:
Motivasi intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain,tetapi atas kemauan sendiri.
Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin
menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu dia ia rajin
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat
pertama di kelasnya.
Perilaku seseorang itu sebenarnya dapat dikaji sebagai saling interaksinya atau
ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan suatu lingkaran. Unsur-unsur itu
secara pokok terdiri motivasi dan tujuan. Atau kalau menurut Fred Lutharus terdiri dari
tiga unsur yakni kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals).[4]
Terkadang istilah motivasi ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya,
seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), atau impuls.
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai yang berada diluar diri individu. Kadangkala
tujuan diartikan pula sebagai suatu harapan untuk mendapat suatu penghargaan,suatu
arah atau yang dikehendaki oleh motivasi.
D. Teori Motivasi
Menurut teori hierarki kebutuhan maslow terdapat lima tingkatan kebutuhan, dari
kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan manusia yang paling
tinggi. Lima tingkatan tersebut antara lain sebagai berikut:
b. Kebutuhan Keselamatan
Setelah kebutuhan fisiologi terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan
manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh kebutuhan ini antara
lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun, memiliki asuransi, memasang pagar,
teralis pintu, dan jendela.
c. Kebutuhan Berkelompok
Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi maka muncul pula
kebutuhan baru diinginkan manusia, yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul,
bermasyarakat, ingin mencintai dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki. Contoh
kebutuhan ini antara lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta, menikah, dan
mempunyai anak, bekerja sama, menjadi anggota organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan
ini manusia biasa berdoa dan berusaha untuk memenuhinya.
d. Kebutuhan Penghargaan
2. Teori McClelland
E. Teknik Memotivasi
Berpikir positif. ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita lupa
memberi dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang
lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.
Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi
oleh diri sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi
mau. Kata, “saya juga bisa” dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita
hargai padahal penghargaan merupakan salah bentuk teknik memotivasi. Kata “Saya
mengharap bantuan anda” atau “Saya mengharap kehadiran anda” merupakan bentuk
penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk bertanggung jawab,
berilah wewenang, serta kebebasan untuk berpendapat.
Memantapkan pelaksanaan. Ungkapan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar,
tindakan yang dapat membantu, dan hargai dengan tulus.
Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan
nyatakan bahwa anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja
keras, bersedia belajar dari orang lain.
Supervisi secara etimologi berasal dari kata "super" dan "visi" yang mengandung
arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh
pihak atasan terhadap aktivitas, daya cipta, dan kinerja bawahan. Dalam Carter Good`S
Dictionary of Education, dikemukakan definisi supervisi sebagai segala usaha pejabat
sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. Supervisi
dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam
sistem organisasi pendidikan modern diperlukan seorang supervisor khusus yang lebih
independen, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan
tugasnya.
arti delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang serta tanggung jawab formal ke
pihak lain dalam melakukan suatu kegiatan tertentu.
Unsur-Unsur Delegasi
1. Alokasi Tugas
Dalam hal ini, maksud dari alokasi tugas adalah berbagai pekerjaan dan
aktivitas yang dilakukan oleh seorang bawahan yang berdasarkan kemauan
atasan. Jadi, seorang atasan harus lebih dulu mengalokasikan tugas dan
wewenangnya kepada bawahan sebelum melimpahkannya kepada bawahan.
3. Pelimpahan Wewenang
4. Penciptaan Akuntabilitas
Jenis-jenis Delegasi
Dalam pelaksanaannya, tercatat ada lima jenis delegasi, berikut ini adalah
penjelasannya.
1. Delegasi Umum
2. Delegasi Khusus
3. Delegasi Formal
Arti delegasi formal adalah delegasi yang dilakukan berdasarkan
struktur organisasi yang berlaku di dalam perusahaan tersebut. Delegasi
ini dinilai efektif karena pihak bawahan tidak mempunyai pilihan lain
selain melakukan apa yang sudah diminta oleh atasannya.Contohnya
adalah seorang manajer produksi yang memiliki wewenang untuk
meningkatkan produksi barang atau jasanya.
4. Delegasi Informal
5. Delegasi Lateral
Arti delegasi lateral adalah suatu delegasi yang mana pihak yang
menerima wewenang diminta untuk melakukan tugas tertentu dengan
bantuan sejumlah orang.Contoh sederhananya adalah seorang manajer
umum dari departemen penjualan yang meminta manajer penjualan untuk
memberikan kumpulan data tenaga penjualan. Dalam kasus ini, manajer
penjualan nantinya akan meminta bantuan dari manajer personalia untuk
bisa mendapatkan data yang cukup lengkap.
D. Konsep Manajemen Konflik
1. Pengertian Manajemen Konflik
Istilah konflik berasal dari bahasa latin, com dan yang berarti bersama
dan fligere yang berarti melanggar, menabrak, menemukan dan membentur. Dengan
demikian, konflik merupakan ekspresi pertikaian individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Konflik organisasi (organizational
conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-
kelompok organisai yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena
kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik adalah proses
dua orang atau lebih yang melakukan tindakan untuk menyingkirkan orang lain. Jadi,
manajemen konflik adalah sebuah pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk
komunikasi dengan pelaku konflik. Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi
kepentingan bersama suatu organisasi. Sedangkan menurut ahli Howard Ross,
manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak ketiga dengan tujuan
mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan hasil akhir
berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan ketenangan atau hasil
mufakat.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional atau pun berperan
salah (disfungsional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai potensi
bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung
bagaimana konflik tersebut dikelola. Selain itu ada beberapa dampak lain dari konflik,
sebagai berikut :
3. Penyebab Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik menurut Wise 2010 & Robbin 1996,
yaitu:
a. Karateristik individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin dapat
melibatkan seseorang dalam konflik.
1) Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi untuk
bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan mudah
menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat menciptakan
ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam suatu organisasi
2) Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan
dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar
pribadi.
3) Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik juga
dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah,
b. Faktor situasi
1) Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di antara
pihak-pihak yang terlibat, semakin meningkat pula terjadinya konflik.
2) Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan munculnya
konflik.
3) Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, maka
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
4) Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan statusnya,
konflik dapat muncul.
5) Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah
menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh pedang bermata dua:
tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik, tetapi disisi lain,
komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi terjadinya konflik.
6) Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous tesponsibilites
and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung jawab yang jelas dapat mengetahui
apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan tanggung
jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin besar
c. Kondisi Keorganisasian
Tatkala sejumlah besar orang hadir bersama di suatu organisasi, banyak hal bisa
memicu konflik. Konflik berakar pada peran dan tanggung jawab, kebergantungan,
sasaran, kebijakan, maupun sistem reward.
Walaupun konflik adalah kekuatan yang dapat meluas dalam organisasi, pelayanan
kesehatan, hanya sedikit presentasi waktu yang dihabiskan dalam melakukan kolaborasi
yang sebenarnya.
Lain halnya dengan Rubin (dalam Farida, 1996) yang menyatakan bahwa
manajemen konflik yang biasa digunakan seseorang adalah domination (dominasi),
capitulation (menyerah), inaction (tidak bertindak), withdrawl (menarik diri), negotiation
(negosiasi), dan third party intervention (intervensi pihak ketiga). Ketika individu yang
terlibat konflik berusaha memaksa secara fisik pihak lain untuk menerima kemauannya
disebut cara dominasi. Capitulation terjadi bila salah satu pihak menyerahkan kemenangan
pada pihak lain yang terlibat konflik, sedangkan bila salah satu pihak yang berkonflik tidak
melakukan usaha untuk menyelesaikan konflik tersebut inaction. Withdrawl adalah cara
yang digunakan individu dengan menghindar agar tidak terlibat dalam konflik yang terjadi.
Negotiation ditandai dengan adanya pertukaran pendapat antara kedua belah pihak untuk
mencapai tindakan yang disetujui bersama dan intervensi pihak ketiga terjadi bila individu
atau kelompok di luar pihak yang bertikai berupaya menggerakkan pihak-pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan konflik. Pada saat ini pihak ketiga hanya berperan sebagai
moderator.
Prijosaksono dan Sembel (2003) mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian
konflik dipandang dari sudut menang-kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran
manajemen konflik yaitu :
a. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau
bekerja sama. Tujuan adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui
konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses
ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini
memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat
menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh. Secara sederhana proses ini dapat
dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu
kedua kepentingan tersebut.
b. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa ada pihak yang memenangkan konflik dan
pihak lain kalah. Biasanya menggunakan kekuasaan atau pengaruh untuk mencapai
kemenangan. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam
pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di
antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi
pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga hanya digunakan
dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
c. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kalah-menang ini berarti
ada pihak berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain.
Gaya digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini
juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut
atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti
kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian terhadap
konflik yang timbul antara kedua pihak.
d. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari
konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Bisa berarti bahwa kedua belah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut. Cara ini sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting.