Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANAJEMEN BK

EZA SHAFIRA RAHMADHANI // 1801015007

4B

1. Pola Manajemen LMA


A. Dasar Pola Manajemen LMA (Leading, Management, and Administration)
Dasar pola manajemen LMA yaitu (1) Leading; (2) Management; dan (3)
Administration. Leading kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling (BK) ialah
pengorganisasian dalam BK, management yang dimaksud ialah manajemen BK, dan
administration yaitu pengadministrasian dalam BK. Berikut rincian dasar pola
manajemen LMA (Leading, Management, and Administration) dalam Bimbingan dan
Konseling:

1. Leading (Kepemimpinan BK)


Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama. Pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang menyangkut cara kerja,
prosedur kerja, dan pola atau mekanisme kegiatan, dalam hal ini yaitu kegiatan layanan
Bimbingan dan Konseling. Suatu organisasi pasti memiliki struktur atau bagian-bagian di
dalamnya.
2. Management (Manajemen BK)
Secara umum, manajemen merupakan keseluruhan proses aktivitas yang
dilakukan oleh sekelompok manusia dalam suatu sistem organisasi dengan menggunakan
segala sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen BK
merupakan upaya mengelola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dengan
mendayagunakan semua sumber daya yang ada disekolah melalui pengaturan dan
koordinasi kepala sekolah sertakerja sama dari guru BK dan komponen sekolah lainnya.
Fungsi manajemen yaitu:
- menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi tugas setiap personel dan antara
personel organisasi;
- mendorong setiap personel melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien; dan
- memudahkan pelaksanaan analisis tanggungjawab setiap personel secara efektif.
3. Administration (Pengadministrasian BK)
Administrasi adalah kegiatan pengendalian kerjasama sejumlah orang secara
sistematis, terarah, dan berencana guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pokok administrasi BK yaitu merencanakan keseluruhan program
pendidikan di sekolah, mengkoordinasikan semua kegiatan supaya tujuan instusional
tercapai dan mengawasi pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan itu. Proses administrasi bk
menurut Slamet (1961) diantaranya adalah:
o Kegiatan-kegiatan terencana dari orang-orang / kelompok yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama
o Penyusunan dan penggunaan tenaga manusia dan benda-benda secara
sistematis untuk mencapai tujuan tersebut dengan biaya yang berupa uang,
tenaga dan waktu yang sedikit-dikitnya
o Menetapkan kebijaksanaan, susunan organisasi dan pemakaian alat yang
terdiri dari manusia, benda-benda dan uang.

2. Pola Manajemen POAC


Manajemen pada umumnya merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang seefesien dan seefektif mungkin. Demikian pula halnya jika
dikaitkan dengan pendidikan. Respon terhadap harapan tersebut, tentunya tidak lepas
dengan adanya usaha pihak sekolah untuk memperbaiki kinerjanya, khususnya dalam
menyusun dan melaksanakan manajemen organisasi kependidikan yang tentunya
memiliki pengaruh yang besar terhadap kesuksesan pendidikan. Karena dengan
bermutunya kualitas penyusunan dan pelaksanaan pendidikan dapat mengantar setiap
instansi pada umumnya dalam mencapai kesuksesan (Sagala, 2001:99).
Dalam mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan suatu
manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu tentunya mengacu pada fungsi-fungsi
manajemen itu sendiri, dimana fungsi-fungsi yang dimaksudkan tidak lain adalah POAC.
Manajemen harus di terapkan dalam upaya penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
karena dengan menerapkan aspek manajemen seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengawasan (controlling),

George R. Terry dalam Tanti Prastuti (2014), memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang fungsi manajemen yang dikenal dengan “POAC” yaitu:
- Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas seorang
pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah organisasi guna
menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mencapainya.
Sondang P. Siagian dalam Tanti Prastuti (2014), menjelaskan bahwa:
“Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses perkiraan dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses perumusan tentang apa
yang akan dilakukan dan dan bagaimana pelaksanaannya.
- Pengorganisasian (organizing)
S. P. Siagian dalam Tanti Prastuti (2014) mengemukakan bahwa,
pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-
alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang yang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian yang telah ditentukan. Seteleh perencanaan dilakukan, maka
fungsi selanjutnya adalah pengorganisasian. Definisi di atas menjelaskan bahwa
pengorganisasian merupakan suatu proses pengaturan keseluruhan sumber daya
dalam sebuah organisasi. Pengaturan itu mencakup pembagian tugas, alat-alat,
sumber daya manusia, wewenang dan sebagainya untuk menghindari
kesimpangsiuran dalam pelaksanaan kegiatan. Fungsi ini lebih cenderung pada
pengaturan kegiatan administratif. Tujuannya agar tercapai efesiensi dan
efektivitas dalam tahan dan fungsi berikutnya .

- Pelaksanaan (actuating)
Menurut George R. Terry dalam Tanti Prastuti (2014) yang dimaksud dengan
pelaksanaan adalah : “Tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota suka
berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan dan
usahausaha organisasi.” Pelaksanaan dilakukan setelah fungsi perencanaan. Agar
pelaksanaan berjalan sesuai dengan perencanaan maka sangat ditekankan pada
bagaimana cara/strategi seorang pemimpin dalam menggerakkan pegawainya. Hal
ini sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan tugasnya
di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar pilihan sadar dengan penuh
tanggung jawab.

- Pengawasan (controlling)
Fungsi pengawasan sangat penting tanpa adanya pengawasan maka fungsi-fungsi
yang lainnya tidak akan berjalan efektif dan efisien. Pengawasan tidak hanya
berlangsung pada saat pelaksanaan, tetapi juga pada saat perencanaan dan
pengorganisasian. Pada dasarnya dalam fungsi pengawasan juga terdapat proses
pengevaluasian untuk menjaga agar seluruh kegiatan tidak melenceng dari tujuan
yang ingin dicapai. Menurut Stephen Robein (Inu Kencana Syafiie, 2011),
pengawasan dapat didefinisikan sebagai: “Proses mengikuti perkembangan
kegiatan untuk menjamin jalannya pekerjaan, dengan demikian dapat selesai
secara sempurna sebagaimana yang direncanakan sebelumnya, dengan
pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan. Manajemen
sumberdaya manusia sangat penting dalam suatu organisasi untuk menghindari
kesalahan dalam tugas manajemen antara lain mempekerjakan karyawan yang
tidak cocok dengan pekerjaan, perputaran karyawan yang tinggi dan kesalahan-
kesalahan lain dalam masalah tenaga kerja yang dapat merugikan organisasi.
Sumberdaya manusia di definisikan sebagai kemampuan terpadu dari daya pikir
dan fisik yang dimiliki induvidu, dimana perilaku dan sifatnya di tentukan oleh
keturunan dan lingkunganya (Hasibuan, 2001).

3. Pola Manajemen PDIE


Menurut Schmidt (2008 : 90) prosedur dalam penyusunan program Bimbingan
dan Konseling komprehensif adalah perencanaan (planning), perancangan (designing),
penerapan (implementating), evaluasi (evaluating). Sejalan dengan hal itu, menurut
Depdiknas (2007 : 194), pada saat ini telah terjadi perubahan paradigm pendekatan
bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial,
klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan
dan preventif.

1.Perencanaan
Proses perencanaan program Bimbingan dan Konseling disekolah, seharusnya
dilakukan secara terbuka, bukan hanya guru Bimbingan dan Konseling, namun
juga melibatkan seluruh pihak yg memiliki peran penting dalam pengambilan
kebijakan. Schmidt (2008 : 90) pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah
berfokus pada prosedur kepemimpinan dan keputusan, mengadakan asesmen
siswa, orang tua, dan guru, setelah itu merancang tujuan yang obyektif.
2.Perancangan (Designing)
Sebagai arahan dalam penyusunan program Bimbingan dan Konseling
komprehensif Gybress (2012 : 140) ada enam tahap mewujudkan desain program
BK sebagai berikut :
- Menentukan struktur program dasar dari program yg akan disusun, termasuk
menyusun struktur komponen dan menentukan komponen program.
- Merancang kompetensi siswa berdasarkan isi wilayah dan tingkat sekolah.
- Menegaskan kembali dukungan kebijakan pengembangan program bimbigan dan
konseling.
- Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya program.
- Menempatkan semua keputusan secara tertulis dan mendistribusikan pedoman
pelaksanaan program kepada semua konselor dan para pengelola.
-
3.Penerapan (Implementating)
Gysbers (2012:224) beberapa rekomendasi aktualisasi program untuk perubahan,
pimpinan program bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan sumber
daya personil, sumber daya keuangan dan sumber daya politik program
bimbingan dan konseling:

A. Sumber Daya Personil


o Mengimplementasikan rasio jumlah siswa : konselor yang
direkomendasikan. Untuk standart di Indonesia rasio konselor dengan
siswa yaitu 1 : 150 siswa.
o Mengembangkan deskripsi tugas konselor sekolah
o Menetapkan tingkat peran dan tanggungjawab pemimpin program
bimbigan dan konseling.
o Mengembangkan deskripsi tugas untuk semua personil yang dalam
program bimbingan konseling.
o Memperjelas hubungan dalam organisasi program BK.

B. Sumber Daya Keuangan


o Menetapkan anggaran pada setiap bagian bimbingan
o Mengeksplorasi penggunaan sumber daya luar sekolah
o Mengembangkan program sumber daya komponen program
bimbingan dan konseling
o Menetapkan fasilitas standar bimbingan

C. Sumber Daya Politik


o Memperbaharui kebijakan dan prosedur yang ada
o Memunculkan dukungan dari tingkatan konselor, pengelola dan guru
o Bekerja dengan resistan terhadap staff pendukung
o Bekerja dengan unsur penting yaitu orangtua bersangkutan

Evaluasi (Evaluation)
Gysbers (2012:353) mendifinisikan evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan dan
menganalisis tentang program dan intervensi dengan cara tertib untuk membuat
keputusan. Kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling, evaluasi atau penilaian
dirancang oleh guru BK atau konselor untuk memperoleh informasi tentang efisiensi,
keefektifan dan dampak dari program serta layanan bimbingan konseling funsi penilaian
adalahn memberikan umpan balik bagi guru BK atau konselor untuk memperbaiki atau
mengembangkan program selanjutnya dan sebagai laporan pelaksanaan program
(LAPERPROG) kepada pimpinan sekolah, guru dan orang tua murid tentang
perkembangan peserta didik dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Mendesain Ulang (Enchancing)

4. Pola Manajemen MPMBS


MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) pada dasarnya adalah
bagian dariMBS (Manajemen berbasis sekolah). Fokus dari MPMBS (Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) terletak pada upaya peningkatan kualitas mutu
sekolah yang diukur dari inputnya, prosesnya dan outputnya.
Input sekolah (siswa baru) diukur dari kualitas ujian (proses seleksi) terhadap
calon siswa baru. Sedangkan proses diukur dari kepemimpinan kepala sekolah,
perencanaan kurikulum, pemberdayaan guru, peningkatan kualitas sarana dan prasarana,
kelengkapan media pembelajaran, dan sebagainya. Sedangkan outputnya terletak pada
kualitas lulusan yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya atau bisa ditentukan dari
hasil ujian nasional

Tujuan pokok memperlajari manajemen peningkatan mutu pendidikan adalah


untuk memperoleh cara, tehnik, metode yang sebaik-baiknya dilakukan, sehingga
sumber-sumber yang sangat terbatas seperti tenaga, dana, fasilitas, material maupun
sepiritual guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian


kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya, manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah (MPMBS) bertujuan untuk:
- Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif   sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
- Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama (partisipatif).
- Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya.
- Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai

Di dalam MPMBS disebutkan bahwa terdapat beberapa dimensi perubahan pola


manajemen pendidikan dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan,
Terdapat perbedaan yang mendasar antara pola lama dengan pola baru manajemen
pendidikan.
Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungsi sekolah lebih pada
melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan
program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah. Sementara itu, pada pola
baru manajemen pendidikan sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan
lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi
masyarakat makin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan
profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah
lebih desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah
daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat
bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi,
dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko, penggunaan uang lebih efisien karena
sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (efficiency-based
budgeting), lebih mengutamakan teamwork, informasi terbagi ke semua warga sekolah,
lebih mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih
efisien.
DAFTAR PUSAKA

Zanah, R. F. M., & Sulakasana, J. (2016). Pengaruh Fungsi Manajemen Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan. AGRIVET JOURNAL, 4(2).

Syamsuddin. JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 1, JUNI 2017 PENERAPAN FUNGSI-


FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Hamdi, M. M. (2011). Implementasi program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.


Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal), 1(2), 130-159.

https://suaidinmath.wordpress.com/2010/04/24/konsep-dasar-mpmbs/

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.com/2014/10/makalah-manajemen-
peningkatan-mutu.html

http://mahalysawal.blogspot.com/2014/06/manajemen-bk.html

Anda mungkin juga menyukai