Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Misi Profetik Ilmu dan Tanggung jawab Keilmuan


Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah IDI

Yang diampu oleh Bu Isnawati N.A

Disusun oleh :

Kelompok 4

Eza Shafira Rahmadhani 1801015007

Elda Widayani 1801015032

Rizkia Ade Putri Salsabila 1801055172

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
rahmat dan hidayah-Nya. Sehinnga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Misi Profetik
Ilmu dan Tanggung jawab Keilmuan ”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah IDI. Kami berharap dengan mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini akan
menambah wawasan dalam mata kuliah IDI.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu, kami
sangat berharap akan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu
karena telah banyak memberi saran dalam penyusunan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………...................................

DAFTAR ISI…………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………

A. Latar Belakang…………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………..
C. Tujuan………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………

A. Pengertian Misi Profetik Ilmu……………………….

B. Tanggung Jawab Ilmu……………………………

C. Etika………………………………………………

D. Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis………….

E. Ahlak………………………………………………

F. Tanggung Jawab Profesi……………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………..

DAFTAR PUSAKA……………………………………………
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan
eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
Ilmu juga merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab Ilmu
merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab masalah-masalah
kehidupan. Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus
Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti
apakah hakikat ilmu itu sebenarnya. Dengan demikian maka pengertian mengerti apakah
hakikat ilmu itu sebenarnya. Dengan demikian maka pengertian yang mendalam terhadap
hakikat ilmu, bukan saja akan mengikatkan apres yang mendalam terhadap hakikat ilmu,
bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita iasi kita terhadap ilmu, namun juga membuka
mata kita terhadap berbagai kekurangan terhadap ilmu, namun juga membuka mata kita
terhadap berbagai kekurangan (Sya'roni, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa itu tanggung jawab ilmu ?
2. Menjelaskan macam macam etika
3. Menjelaskan pengertian etika ?

C. Manfaat
Manfaat dari makalah yang berjudul “Misi Profetik Ilmu dan Tanggung Jawab Ilmuwan”
adalah penulis berharap dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai misi
profetik ilmu dan tanggung jawab ilmuwan.
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian Misi Profetik Ilmu


Kata “profetik” berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna
Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Ciri kenabian tidak hanya secara
spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke
arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan. Secara
definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya
mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah
suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan
perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik.

Menurut Ali Syari’ati dalam Sya'roni (2014) para nabi tidak hanya mengajarkan
dzikir dan do’a tetapi mereka juga datang dengan suatu ideologi pembebasan. Secara
definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya
mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah
suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan
perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik. Kuntowijoyo sendiri memang
mengakuinya, terutama dalam sejarahnya Islamisasi ilmu itu seperti hendak memasukan
sesuatu dari luar atau menolak sama sekali ilmu yang ada (Kuntowijoyo, 2001 dalam
Sya'roni, 2014). Selanjutnya, Kuntowijoyo (2001) dalam Sya'roni (2014) memasukan
kata profetik ke dalam penemuannya tentang ilmu-ilmu sosial profetik yang mengandung
tiga muatan ilmu-ilmu sosial yaitu humanisme, liberasi, dan transendensi.

Kuntowijoyo sendiri memang mengakuinya, terutama dalam sejarahnya


Islamisasi Ilmu itu seperti hendak memasukan sesuatu dari luar atau menolak sama sekali
ilmu yang ada (Kuntowijoyo,2001: 357).
B. Tanggung Jawab Ilmu
Kata ilmuwan memiliki beberapa pengertian sebagaimana dalam pandangan
McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Term adalah seorang yang
mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan
bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu. Pandangan lain tentang ilmuwan
dikemukakan oleh Maurice Richer, Jr., menurutnya ilmuwan adalah mereka yang ikut
serta dalam ilmu, dalam cara-cara yang secara relatif langsung dan kreatif (The, 2000).
Dari baberapa pemaparan pokok tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmuwan merupakan
orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan bidang keilmuan.
ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Dan berikut ini akan di
uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral dan
etika.
a. Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk
mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. beberapa bentuk
tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu :  Seorang ilmuwan harus mampu
mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan
permalahan sosial yang sering terjadi dimasyarakat.
Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana
dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut
mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.

b. Tanggung jawab moral


Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan
itu sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik
sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif,
mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas
kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat.
para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan tentu perlu
memiliki visi moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut
sikap ilmiah.
Sikap yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan, antara lain:

1. Tidak ada rasa pamrih, yaitu suatu sikap yang diarahka untuk mencapai pengetahuan
ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para imuawan mampu
mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi.
3. Seoarang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang dikemukakan
oleh orang lain, oleh para ilmuwan lainnya, memiliki keyakinan yang kuat terhadap
kenyataan maupun terhadap alat indera serta budi, adanya sikap yang positif terhadap
setiap pendapat atau teori terdahulu telah memberikan inspirasi bagi terlaksanya
penelitian dan pengamatan lebih lanjut.
4. Seorang ilmuan juga memilki rasa tidak puas terhapa penelitian yang telah dilakukan
sehingga dia terdorong untuk terus melakukan riset atau penelitian.
5. Seorang ilmuwan harus memilki akhlak atau sikap etis yang selalu berkehendak
untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagian manusia, lebih khusus untuk
pembangunan bangsa dan negara. Akhlak dan sikap etis dalam mengembangkan ilmu
untuk memiliki sopan santun ilmiah yaitu dengan berhati-hati dalam mengeluarkan
pendapat, dan kalau teryata dia salah maka harus segera menyadari dan
mengklasifikasi kesalahan tersebut.

c. Tanggung jawab etika


Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja
seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman,
aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya;
kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang
buruk. Misalnya saja tanggung jawab etika ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan
karya ilmiah, maka kode etik pada penulisan karya ilmiah harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu sebagai berikut:
1. Obyektif (berdasarkan kondisi faktual)
2. Up to date (yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling akhir)
3. Rasional (berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik)
4. Reserved (tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi)
5. Efektif dan efisien (tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tariktinggi).

C. Etika (ethikos: timbul dari kebiasaan)


Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas sesuatu,
terutama mengenai standar dan penilaian moral Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti: benar-salah, baik-buruk, dan tanggung jawab.
Etika dibagi menjadi 3 bagian :

1. Metaetika (studi konsep etika),


Yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa etis atau
bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral dikaji secara logis. Metaetika
menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan “baik” atau “buruk”.
Perkembangan lebih lanjut dari metaetika ini adalah Filsafat Analitik.

2. Etika normatif (studi penentuan nilai etika),


Mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang
diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah
norma itu benar atau tidak. Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan
untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang
menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi menjadi dua, yaitu:
- Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti: Apa yang
dimaksud norma etis? Mengapa norma moral mengikat kita? Bagaimana
hubungan antara tanggungjawab dengan kebebasan?
- Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam
perilaku manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.

3. Etika deskriptif (studi penggunaan nilai-nilai etika)


Cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti: adat kebiasaan,
anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak. Etika
deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub
kultur tertentu. Oleh karena itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apa
pun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral. Misalnya:
Penggambaran tentang adat mengayau kepala pada suku primitif.

Cabang Etika ,
- Etika filosofis: non-empiris (filsafat) dan praktis (hukum)
- Etika teologis: bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis

D. Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis


Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan etika filosofis dan etika
teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan mempertahankan identitas
masing-masing, menjadi suatu entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi
lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang
bersifat khusus.

F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika


filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti
sepasang rel kereta api yang sejajar. Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada
beberapa keberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa
etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap pandangan
Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika
filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah
diperkuat. Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa
meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara
mereka.

Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara
keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan
hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja Selanjutnya diharapkan dari
hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu
membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.
Revisionis: etika teologis mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis 🡪 St.
Augustinus (354-430) Sintesa: etika filosofis dan etika teologis disintesakan, sehingga
hasilnya etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum dan etika teologis
menjadi lapisan atas yang bersifat khusus 🡪Thomas Aquinas (1225-1274)
Diaparalelisme: etika teologis dan etika filosofis dianggap sejajar seumpama sepasang rel
kereta api F.E.D. Schleiermacher (1768-1834).

E. Ahlak
Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak
secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada
diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu.

- Menurut Para Ahli Ahlak :

1. Abu Hamid Al Ghazali,

Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa
memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.

2. Ahmad Bin Mushthafa

Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis


keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara
tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
Akhlak: al-khulq (Sifat yang tertanam dalam jiwa manusia) Istilah lain: Ilmu Suluk,
Tahdhib al-Akhlaq, Falsafah al-Akhlaq, al-Hikmah al-Amaliyyah, Ilmu Tasawuf, Etika,
Character Building, Personality School, dll

F. Tanggung Jawab Profesi


Tanggungjawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga tanggungjawab dapat dipahami sebagai
kewajiban menanggung, memikul jawab, dan menanggung segala sesuatunya.
Bertanggungjawab berarti dapat menjawab bila ditanya tentang perbuatan-perbuatan yang
dilakukan. Orang yang bertaggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah
lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab melainkan juga harus menjawab.

1. Profesi harus dipandang sebagai pelayanan, maka sifat tanpa pamrih menjadi ciri khas
pengemban profesi.
2. Pelayanan profesi mendahulukan kepentingan klien.
3. Berorientasi pada masyarakat kesuluruhan.
4. Menjamin mutu dan solidaritas sesama profesi.

1. Hak Rekayasawan
 Hak asasi manusia
 Hak profesional
 Hak kontraktual, misal: memperoleh gaji dengan jumlah tertentu.
 Hak non-kontraktual, misal: hak atas privasi,
 Hak atas non diskriminasi.

2. Misi Profesi

 QS. Saba (34): 28


Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.

 Surat Al-Anbiya Ayat 107

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya. Seiring dengan
berjalannya waktu, teknologi dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang. Namun
kemajuan ilmu pengetahuan tidak di dasari dengan keimanan yang kuat. Seperti Negara Barat
yang menjadi kiblat ilmu pengetahuan di seluruh dunia dalam perkembangannya lebih condong
ke arah sekuler. Melihat permasalahan tersebut, seorang ilmuwan yang sekaligus budayawan,
sastrawan, dan sejarawan Indonesia, Kuntowijoyo (1943-2005), mencetuskan sebuah pemikiran
mengenai ilmu sosial profetik.

Misi profetik ilmu dan tanggung jawab ilmuwan yaitu sifat yang ada dalam diri seorang nabi
yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritualindividual, tetapi juga menjadi
pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa
henti melawan penindasan. Ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas
yang berkaitan dengan bidang keilmuan. Seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial,
moral, dan etika
DAFTAR PUSAKA
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia.
Buseri, K. 2014. Ilmu, Ilmuwan dan Etika Ilmiah. Al-Banjari. Vol.13. No.2.
De, V. 1987. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana

Nugrahanto, V. S. 2017. Implementasi Pemikiran Kuntowijoyo Untuk Pengembangan Ilmu


Pengetahuan Sosial Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologisdan


Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/

https://id.wikipedia.org/wiki/Etika

http://myblogalwafi.blogspot.com/2015/06/kode-etik-tanggung-jawab-profesi.html

Anda mungkin juga menyukai