Anda di halaman 1dari 22

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ILMUAN SERTA

PROFESI KEPENDIDIKAN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Filsafat Ilmu Program Studi Pendidikan Agama Islam
Semester I IAIN Bone

Penyusun

A.FAUSIA,S.Ag
NIM.86108202027

Dosen pemandu
Dr.Zakariah,M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

2021
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah swt.
karena atas Izin, Taufiq dan HidayahNya jualah penyusunan Makalah Filsafat Ilmu
yang berjudul “Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan Serta Profesi Kependidikan” dapat
penulis selesaikan. Selanjutnya Shalawat serta Salam tak lupa pula penulis tujukan
kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW, beserta keluarga dan pengikutnya
sekalian. Yang mana Beliau telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju
zaman pengabdian kepada Allah SWT.

Melalui Makalah ini penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan


kepada:

1. Dosen yang telah menyisihkan waktunya untuk mengarahkan penulis dalam


menyusun makalah ini.
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyelesaian makalah ini.

Demikianlah Makalah ini penulis berusaha dengan sebaik-baiknya, semoga


Makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan kepada pembaca
umumnya. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan, penulis
harapkan saran serta kritikan dari pembaca. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

Watampone, 01 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Ilmuan 3

B. Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan 5

C. Profesi Kependidikan 12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 15

B. Saran 16

DAFTAR RUJUKAN 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung dan menggunakan

pikirannya untuk bernalar. Kemampuan berfikir dan bernalar itu pula yang membuat

kita sebagai manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu

kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari

lingkungan alam yang tersedia di sekitar kita. Oleh karena itu, ilmuwan memiliki

beberapa tanggung jawab yang perlu dimiliki, seperti tanggung jawab profesional

terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan dan masyarakat. Yaitu, menjamin

kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang membuatnya secara

formal.

Kemudian tanggung jawab sosial yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap

masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika. Pengalaman dua perang dunia 1

(terkenal dengan perang kuman) dan perang II (terkenal dengan bom atom) telah

membuktikan bahwa ilmu digunakan untuk tujuan-tujuan yang destruktif. Kewajiban

batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan pengetahuan baru yang

benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan

ekonomi atau sosial yang memintanya untuk tidak melakukan hal 2 itu, karena

tanggung jawabnya adalah memerangi ketidaktahuan, prasangka, dan mitos

dikalangan masyarakat.

Kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari pemikiran dan pengamatan seorang

ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat manusia. Hal itu

berarti perlunya kode etik ilmuwan atau yang sering disebut dengan etika keilmuan

1
2

Dengan demikian dalam diri manusia memiliki dasar-dasar yang pokok, yaitu dasar

ilmu pengetahuan dan moral yang harus ditanamkan dalam diri. Dalam kehidupan

berkeluarga dan bermasyarakat juga merasakan urgensi moral, jadi hal tersebut tidak

saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan. Lebih jauh lagi, moral

merupakan pembeda yang jelas antara manusia dan makhluk lainnya, seperti hewan,

tumbuhan, dan lain sebagainya. Artinya, tanpa modal moral pada diri manusia, maka

manusia akan kehilangan derajat kemanusiaanya sebagai makhluk yang paling mulia,

dan hal ini membawa akibat yang sangat fatal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut.

1. Apa Defenisi Ilmuan?

2. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan?

3. Bagaimanan Profesi Kependidikan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui Defenisi Ilmuan.

2. Untuk mengetahui Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan.

3. Untuk Mengetahui Profesi Kependidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Ilmuan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia hal. 325, Ilmuwan adalah:

orang yang ahli, orang yang banyak pengetahuan mengetahui suatu ilmu,

orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan, orang yang bekerja dan

mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh.

Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan adalah seorang yang terlibat

dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan.

Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan

banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.

Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang

diberikan masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada

kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih

komprehensif tentang alam semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan

kehidupan sosial.
Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk

menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan mengeluarkan

gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia

dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam,

karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya.

3
4

Ilmuwan memiliki beberapa ciri yang ditunjukkan oleh cara berfikir

yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. 1 Seorang Ilmuwan dapat

dilihat dari beberapa aspek:

a. Dari cara kerja, cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan metode

sains yaitu: mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan

eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan.

b. Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika

seorang mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan

ciri-ciri gajah, seperti: memiliki taring, badannya besar, kupingnya lebar.

Untuk itu yang bersangkutan harus tunduk dibawah wibawa ilmu.

Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan

mengetahui kebenaran. Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya

memiliki daya kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan

tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya,

netral, tetapi lebih dari semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral

ilmu dimana manusia dan kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus
junjungan utama.

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu

memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga

tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara

ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif.

Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan

setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan

1
Nitazakiyah, Tanggung jawab Ilmuan, diakses dari Tanggung jawab ilmuwan – nitazakiyah
(wordpress.com) pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 12:40.
5

bagi kehidupan di dunia. Agama dan imu memiliki persamaan, yakni

bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia.2

Selain itu agama dan ilmu memilki kesamaan, yakni sama-sama

mendesain masa depan manusia. Desain agama lebih jauh dan abstrak,

sedangkan ilmu dan teknologi lebih pendek dan konkret. Desain agama untuk

memberikan ketenangan hidup setelah hidup, sedangkan desain ilmu dan

teknologi untuk hidup di masa depan di dunia ini. Dalam pandangan agama,

ilmu, dan teknologi merupakan aspek kehidupan umat manusia yang tertinggi.

Tidak juga merupakan puncak kebudayaan dan peradaban umat manusia di

dalam evolusinya mencapai kesempurnaan hidup.


B. Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan

1. Peran Ilmuan

Berikut adalah peran atau fungsi ilmuwan yang berkaitan langsung

dengan

aktivitasnya sebagai ilmuwan, meliputi:3

a. Sebagai intelektual, ia berperan sebagai ilmuan sosial yang selalu berdialog

dengan masyarakat dan terlibat didalamnya secara intensif dan sensitif.

b. Sebagai ilmuwan, ia akan selalu mencoba dan berusaha untuk memperluas

wawasan teoritis, memiliki keterbukaan terhadap  kemungkinan dan penemuan

baru dalam bidang keilmuan.

c. Sebagai teknikus, ia akan tetap terus menjaga keterampilannya dan selalu

menggunakan instrumen yang tersedia dalam disiplin ilmu yang dikuasainya.

2
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.230.
3
Nitazakiyah, Tanggung jawab Ilmuan, diakses dari Tanggung jawab ilmuwan – nitazakiyah
(wordpress.com) pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 12:40.
6

Peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat manusia (Daniel,

2003), sedangkan dua peran terakhir memungkinkan ia menjaga martabat ilmunya.

Fungsi seorang ilmuwan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuan

secara individual namun juga bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai

dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas (Suriasumantri, 2001).

Sikap yang perlu dimiliki oleh ilmuan, antara lain:4

1. Tidak ada rasa pamrih, yaitu suatu sikap yang diarahka untuk mencapai

pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan

pribadi

2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para imuawan mampu

mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi

3. Seoarang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang

dikemukakan oleh orang lain, oleh para ilmuwan lainnya, memiliki keyakinan

yang kuat terhadap kenyataan maupun terhadap alat indera serta budi, adanya

sikap yang positif terhadap setiap pendapat atau teori terdahulu telah memberikan
inspirasi bagi terlaksanya penelitian dan pengamatan lebih lanjut

4. Seorang ilmuan juga memilki rasa tidak puas terhapa penelitian yang telah

dilakukan sehingga dia terdorong untuk terus melakukan riset atau penelitian

5. Seorang ilmuwan harus memilki akhlak atau sikap etis yang selalu berkehendak

untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagian manusia, lebih khusus untuk

pembangunan bangsa dan negara. Akhlak dan sikap etis dalam mengembangkan

4
Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h.196.
7

ilmu untuk memiliki sopan santun ilmiah yaitu dengan berhati-hati dalam

mengeluarkan pendapat, dan kalau teryata dia salah maka harus segera menyadari

dan mengklasifikasi kesalahan tersebut.


2. Tanggung Jawab Ilmuan

Ilmu merupakan hasil karya seorang ilmuwan yang dikomunikasikan

dan dikaji secara luas. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat

keilmuan, maka karya ilmiah itu akan menjadi ilmu pengetahuan dan

digunakan oleh masyarakat luas. Maka jelaslah, jika ilmuwan memiliki

tanggung jawab yang besar bukan saja karena ia merupakan warga

masyarakat, melainkan karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam

masyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya sebatas penelitian bidang

keilmuan, tetapi juga bertanggung jawab atas hasil penelitiannya agar dapat

digunakan oleh masyarakat, serta bertanggung jawab dalam mengawal hasil

penelitiannya agar tidak disalahgunakan.5

Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan pada masyarakat.

Teknologi dan ilmu pengetahuan dalam penerapannya dapat menjadi berkah


dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia.

Di sinilah pemanfaatan pengatahuan dan teknologi perlu diperhatikan sebaik-

baiknya.6

Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi

etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada

proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis,

5
Mukhar Latif, Orientasi Ke Arah Pembhasan Filsafat Ilmu, (Jakarta: Perenadamedia Group,
2014), h.242.
6
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pistaka Pelajar, 2011), h. 230.
8

merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berati ilmuwan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan

kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertangung

jawab pada kepentingan umum dan generasi mendatang, serta bersifat

universal karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk

mengambangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk

menghancurkan eksistensi manusia.7

Kadang-kadang, tanggung jawab keilmuan tidak disebabkan oleh ilmu

itu sendiri, misalnya; dalam hal menyelesaikan setiap persoalan kemanusiaan,

seperti; bencana alam, keadaan alam yang kritis, konflik sosial, dan

sebagainya. Tanggung jawab keilmuan bukan saja dalam arti yang normative,

misalnya berkaitan dengan aspek moral yang bersifat legalistik saja, tetapi

mencakup aspek yang lebih luas. Misalnya, tanggung jawab keilmuan dalam

menyelasaikan berbagai bentuk akibat perubahan sosial yang berdampak

terhadap tatanan moral masyarakat. Jadi, tanggungjawab keilmuan juga


memilki arti, mendudukkan manusia pada kedudukan martabat dirinya,

sehingga di satu sisi tidak diperalat oleh ilmu dan ilmuwan demi mencapai

prestise dan supremasi ilmu, atau di sisi lain, tidak tergilas oleh kebodohan

dan kemelaratan hidup karena lingkaran setan ketidaktahuan yang melilit

dirinya.

Tanggung jawab mengandung makna penyebab (kausalitas), dalam arti

"bertanggung jawab atas". Tanggung jawab dalam arti demikian berarti; apa

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.83.


7
9

yang harus ditanggung. Subyek yang menyebabkan dapat diminta

pertanggungjawabannya, meskipun permasalahan-permasalahan tersebut tidak

disebabkan oleh ilmu atau ilmuwan itu sendiri. Aspek tanggung jawab sebagai

sikap dasar keilmuan, dengan ini, telah menjadi satu dalam kehidupan

keilmuan itu sendiri dan sulit dipisahkan. Tanggung jawab keilmuan, tidak

dapat dipisahkan dari perkembangan pengetahuan maupun keilmuan dari abad

ke abad.8

Tanggung jawab pokok ilmuwan adalah:

1) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian

dan pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai

tambah dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan,

menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan

teknologi secara rinci, bersifat terbuka, professional dan mempublikasikan

temuannya).

2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang

sudah/akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengkomunikasikannya,


menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk

kepentingan kemanusiaan, mengungkapkan kebenaran dengan segala

konsekuensinya dan mengembangkan kebudayaan nasional. Selain yang tersebut

di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan memiliki tanggung

jawab sosial, moral, dan etika.

8
Conny R. Semiawan, Made Putrawan, dan Setiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat
Ilmu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), h.116.
10

Dan berikut ini akan di uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang

berkenaan dengan sosial, moral dan etika:

a. Tanggung Jawab Sosial

Seorang imuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di

bahunya. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang

berkepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat namun yang lebih

penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan

hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada

penealaahan dal ilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab

agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.9

Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang

ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian

permasalahan sosial. Beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu :

1. Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan

sosial yang akan berkembang berdasarkan permalahan sosial yang sering terjadi

dimasyarakat.
2. Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana di

masyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan

tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.

3. Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian

permasalahan sosial dimasyarakat yang mana masyarakat Indonesia yang terdiri

dari keanekaragaman ras, agama, etnis dan kebudayaan sehingga berpotensi

besar untuk timbulnya suatu konflik.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar


9

Harapan, 1998), h.237.


11

4. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat

proses intergrasi sosial budaya yang mana integrasi tersebut bertujuan untuk

mempererat tali kesatuan antara masyarakat Indonesia. Hal ini juga bertujuan

untuk mencegah terjadinya konflik.

b. Tanggung Jawab Moral

Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari

ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia. Ilmuwan hendaknya memiliki

moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan

pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan

evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan

pribadinya atau kepentingan sesaat. Moral dan etika yang baik perlu kepekaan

atas rasa bersalah, kepekaan atas rasa malu, kepatuhan pada hukum dan

kesadaran diketahui oleh Tuhan.  Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral

untuk memberi contoh (obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima

pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar, berani

mengakui kesalahan) dan mampu menegakkan kebenaran. Sehingga ilmu


yang dikembangkan dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya

sebagai seorang ilmuwan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia

dan secara integral tetap menjaga keberlangsungan kehidupan lingkungan di

sekitarnya dan dapat tergajanya keseimbangan ekologis. Atau dengan

meminjam istilah Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, sebagai teknosuf, yang merupakan paduan dari kata

teknik/teknologi dan sophia yang berarti kearifan. Sehingga teknosuf


12

dimaksudkan sebagai teknokrat yang mempunyai kearifan dalam melakukan

rekayasa bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya (Basuki, 2009).

c. Tanggung Jawab Etika

Tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja

seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral

(pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (Kode Etik) dan

ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk. Misalnya saja tanggung jawab

etika ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan karya ilmiah, maka kode etik

pada penulisan karya ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai

berikut:

1) Obyektif, berdasarkan kondisi faktual

2) Up to date, yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling akhir

3) Rasional, berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik

4) Reserved, tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi


5) Efektif dan efisien, tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tarik tinggi.

DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung jawab

seorang ilmuwan muslim, yaitu:

a. Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu

itu menjadi meningkat

b. Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,

c. Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya,

agar ilmu itu menjadi bersih terbayar zakatnya


13

d. Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar

manfaat ilmu itu semakin luas

e. Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan

memikulkan agar mata rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan

pertama sekali

f. Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata,

agar ilmu itu diterima oleh Allah swt.


C. Profesi Kependidikan

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua

pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam

pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk

memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.

Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan

berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan

norma-norma sosial dengan baik.10

Jika profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut

keterampilan dari pelakunya dan membutuhkan pelatihan serta penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Kemudian kependidikan adalah proses

pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman

yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan

tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola

pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

10
Ekalistina, Hakekat Profesi Kependidikan, diakses dari makalah profesi kependidikan –
ekalistina (wordpress.com) pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 12:10.
14

Jadi profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang

memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan

yang meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang dalam

mekanisme kerjanya di kuasai kode etik. Layanan yang terdapat pada profesi

kependidikan adalah adanya ikatan profesi, adanya kode etik, pengendalian

batas kewenangan dan adanya pengaturan hukum untuk mengontrol praktik.

Jadi dapat diketahui bahwa jenis profesi kependidikan ada dua yaitu pendidik

dan tenaga kependidikan.

Di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sisdiknas

disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi. Pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah

tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan

dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan

lain sesuai kekhususannya yaitu diantaranya guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, ustadz dll.

Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang

mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan. Tenaga pendidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.


15

Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup

“profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik.,

pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar. Kepala sekolah

adalah diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori sebagai

tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-

orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi

langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis,

terencana, dan bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu

disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing.

Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di

sekolah dan perguruan tinggi.

Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas

khususnya untuk pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan

sekolah, jelas bahwa ujung dari pelaksaan tugas adalah terjadinya suatu proses

pembelajaran yang berhasil. Segala aktifitas yang dilakukan oleh para

pendidik dan tenaga kependidikan harus mengarah pada keberhasilan

pembelajaran yang dialami oleh para peserta didiknya. Berbagai bentuk

pelayanan administrasi yang dilakukan oleh para administratur dilaksanakan

dalam rangka menunjang kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru,  proses pengelolaan dan pengembangan serta pelayanan-pelayanan

teknis lainnya yang dilakukan oleh para manajer sekolah juga harus

mendorong terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas dan efektif. Lebih

lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu merancang dan melaksanakan
16

proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai komponen yang akan

terlibat dalamnya
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang diberikan

masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan

penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih

komprehensif tentang alam semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan

kehidupan social

2. Peran dan Tanggung Jawab Ilmuan

a. Peran Ilmuan: Sebagai intelektual, Sebagai ilmuwan, Sebagai teknikus.

Sedangkan dua peran terakhir memungkinkan ia menjaga martabat

ilmunya.

b. Tanggung Jawab Ilmuan ada tiga yaitu:

Sosial, fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penealaahan dal

ilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk

keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Moral, Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter

internal dari ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia. Ilmuwan hendaknya

memiliki moral yang baik

dan etika, Tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika

kerja seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma

moral (pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya.

3
15

B. Saran

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan ataupun kesalahan, baik dari penyajian materi

maupun penulisan makalah. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan

menulis, tentunya untuk lebih meningkatkan kualitas pada makalah

berikutnya, dan penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.


DAFATAR RUJUKAN

Adib Muhammad, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta: Pistaka Pelajar, 2011.
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Ekalistina, Hakekat Profesi Kependidikan, diakses dari makalah profesi kependidikan
– ekalistina (wordpress.com) pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 12:10.
Latif Mukhar, Orientasi Ke Arah Pembhasan Filsafat Ilmu, Jakarta: Perenadamedia
Group, 2014.
Nitazakiyah, Tanggung jawab Ilmuan, diakses dari Tanggung jawab ilmuwan –
nitazakiyah (wordpress.com) pada tanggal 27 Februari 2021, pukul 12:10. .
R Conny. Semiawan, Made Putrawan, dan Setiawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat
Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998.
S Jujun. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1998.
Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai