Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
Oleh
SRY WULANDARI.S
NIM. 86108202029
Dosen pemandu
Dr. Zakaria, M.Pd
Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan
mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Perkembangan Ilmu Pengetahuan”.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami banyak hambatan. Namun,
berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis juga menyadari bahwa
tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga.
Penulis
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sesuatu yang sebelumnya dianggap hanya milik satu bangsa tertentu, akan menyebar
mempunyai dampak positif tapi juga negatif. Krisis kemanusiaan ini menunjukkan
adanya ketimpangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-
nilai moral.
mengajarkan metode atau cara berfikir yang benar hingga menemukan fakta yang
rasional tentang hakekat sesuatu dalam kehidupan. Etika merupakan salah satu
kepada hal–hal yang baik dan buruk, dengan kata lain etika adalah ilmu yang
membahas tentang perbuatan baik dan perbuatan tidak baik manusia, sejauh yang
dapat dipahami oleh pikiran manusia. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku
manusia menjadi sentral persolan yaitu tingkah laku yang penuh dengan tanggung
jawab, baik tanggung jawab terhadp diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap
Etika juga penting dalam kaitannya dengan tugas mendasar seorang ilmuwan,
seorang ilmuwan harus dibungkus dengan bingkai etika moral yang jelas. Hal ini
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu atau kelompok
Sedangkan Ilmu sangat berguna dalam proses penilaiannya untuk menetukan arah
dan tujuan masing-masing orang. Etika sebagai ilmu ketertiban tentang pokok
masalah moralitas yang dipelajari dan ilmu itu sendiri sebagai asas moral dalam
pemahaman etika untuk menentukan ilmu tersebut baik atau buruk. Selain itu, etika
juga diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat
sekitar agar dapat menjadi cendikiawan yang memiliki etika, moral dan akhlak yang
3
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Cet. II; Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.208.
4
pengetahuannya tehadap manusia lainya, manusia juga dapat , menambah dan berbagi
semakin dinamis, progresif dan inovatif.4 Karena kedua faktor utama inilah manusia
Sebenarnya ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau
buruk dan pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap dan etika, jalan
mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan yang besar itu terletak
maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti ilmuwan dalam
4
Susanto, Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epsitomologis, dan aksiologi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.78.
5
Metode ilmu pengetahuan memang otonom dan tidak boleh dicampuri oleh
pihak lain seperti nilai moral, nilai keagamaan pertimbangan nasional atau alasan
apapun. Akan tetapi ilmu itu tidak asing terhadap nilai berarti ilmu itu tidak bebas
nilai, karena memperhatikan nilai-nilai etis bukan tugas ilmu pengetahuan sendiri tapi
tugas manusia. Jika kemampuan manusia bertambah berkat ilmu pengetahuan maka
kebijaksanaan dalam menggunakannya harus bertambah pula. Semua hal yang bisa
dilakukan oleh ilmu pengetahuan tidaklah semua boleh, manusia harus membatasi
berikut.
orang.
moral masyarakat.
jumlah informasi, betapa pun tingginya nilai informasi itu. Ilmu bukan hanya sekedar
5
Susanto, Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epsitomologis, dan aksiologi,
h.189.
6
K. Bertens, Etika, (Cet.VI; Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), h. 286 dan 289.
6
menggali dan memperolehnya saja. Tetapi, seorang ilmuwan yang telah menggali
ilmu itu, dituntut untuk konsekuensi dengan nilai moral yang dituntut oleh ilmu itu
sendiri. Untuk itulah diperlukannya moralitas ilmu yang diperlukan oleh ilmuwan
Orang yang ilmunya banyak dan dalam, mereka mempunyai tanggung jawab
lebih berat. Ia bertanggug jawab atas perbuatan dari banyak aspek. Bertanggung
jawab mengenai ilmunya agar bisa bertahan. Bertanggung jawab atas pendalaman dan
ilmu daripadanya sampai orang itu pandai. Bertanggung jawab terhadap lingkungan
terhadap kaderisasi generasi pelanjut yang akan memegang tongkat estafet agar
2. Amanat Ilmiah
Salah satu amanat ilmiah ini adalah merujuk ucapan kepada orang yang
dari orang lain kemudian mengklaim pendapatnya karena hal seperti itu merupakan
plagiat dan penipuan. Termasuk pula apa yang disebut amanat ilmiah, bahwa
seseorang yang tahu sesuatu bertahan pada pendiriannya, dan terhadap hal-hal yang
tidak diketahuinya ia berkata: Aku tidak tahu. Di dalam dunia ilmiah tidak dikenal
sifat malu dan sombong. Dunia ilmiah selalu mengakui kebenaran apapun, atau
7
Yusuf Al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1991), h. 68.
7
faedah apapun yang sudah jelas, sekalipun bersumber dari orang yang tidak memiliki
Di sisi lain juga terdapat teori yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu
bebas nilai. Ada yang berpendapat bahwa ilmu bebas nilai karena sesungguhnya ilmu
terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu
sendiri. Untuk menentukan bahwa ilmu itu bebas nilai, maka diperlukan sekurang-
kurangnya 3 faktor sebagai indikator. Pertama, ilmu tersebut harus bebas dari
pengandaian dan pengaruh faktor eksternal seperti politik, ideologi, agama, budaya,
dll. Kedua, perlunya kebebasan usaha ilmiah demi terjaminnya otonomi ilmu
pertimbangan etis.9
Selain 3 indikator tadi, masih ada indikator keempat yang amat sulit ditolak
8
Yusuf Al-Qardhawi, Metode dan Etika Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah, h. 70.
9
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Cet.V; Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), h.84.
8
Ilmu sendiri, baik secara teoritis maupun praktis tidak pernah bebas dari nilai.
Selalu ada kepentingan yang bermain di dalam ilmu itu. Namun, pertimbangan etis
menganggap bahwa ilmu selalu bebas nilai dan sudah semestinya ilmu pengetahuan
tidak berhubungan dengan agama (sekularisme). Akan tetapi, intervensi nilai yang
dalam berpikir. Ilmu pengetahuan semata-mata hanya menjadi alat dari berbagai
Ilmu pengetahuan tidaklah bebas nilai, maka sudah sewajarnya kita mengkuti
Teknologi hanyalah alat untuk membantu meringankan beban kerja kita sehingga
jangan sampai justru kita menjadi malas dan diperbudak teknologi. Dalam
Jalan keluar dari bebas nilai dalam ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dengan
Dalam konteks ini ilmu tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan selalu ditemukan dan
berkembang dalam konteks ruang dan waktu tertentu, dalam konteks sosial tertentu.10
10
Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis, (Kanisius:
Yogyakarta, 2010), h. 154.
9
ruang dan waktu tertentu. Jadi ilmu pengetahuan tidak muncul secara mendadak
begitu saja. Ada konteks tertentu yang melahirkannya. Dan tidak dapat dipungkiri
bahwa ilmu pengetahuan berkembang dalam konteks tertentu yang sekaligus sangat
(kebenaran).
b. Context of Justification
penelitian ilmiah dan kegiatan ilmiah. Dalam konteks ini pengetahuan harus
boleh ada pertimbangan lain. Satu-satunya yang berlaku dan dipakai untuk
pertimbangan lain di luar dirinya. Ilmu bersifat otonom. Ilmu yang berdialog dalam
dirinya sendiri itu bebas nilai. Ia berada di bawah pertimbangan ilmiah murni.11
berdasarkan kategori dan kriteria yang murni ilmiah. Kegiatan ilmiah dan hasil-
hasilnya diuji berdasarkan kategori dan kriteria yang murni ilmiah. Di mana yang
berbicara adalah data dan fakta apa adanya serta keabsahan metode ilmiah yang
dipakai tanpa mempertimbangkan kriteria dan pertimbangan lain di luar itu. Jadi,
satu-satunya yang dipertimbangkan adalah bukti empiris dan penalaran logis rasional
dalam membuktikan kebenaran suatu hipotesis atau teori, semua faktor ekstra ilmiah
11
Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis, h. 155-156.
10
harus ditinggalkan dan yang diperhitungkan adalah bukti empiris dan penalaran logis-
rasional. Satu-satunya nilai yang berlaku dan diperhitungkan adalah nilai kebenaran
Dari sintesis ini dapat dipahami bahwa dalam context of discovery ilmu
pengetahuan tidak bebas nilai, tetapi dalam context of justification, ilmu pengetahuan
harus bebas nilai. Dalam context of discovery ilmu pengetahuan mau tidak mau peduli
akan berbagai nilai lain di luar ilmu pengetahuan. Namun, dalam context of
justification, satu-satunya yang menentukan adalah benar tidaknya hipotesis atau teori
itu berdasarkan bukti-bukti empiris dan penalaran logis yang bisa ditunjukkan.
dibangun dan menerapkannya secara praktis maka jadilah sebuah teknologi. Namun
hal ini akan mengakibatkan masalah besar bila dalam mengggunakan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi tanpa didasari dengan etika yang
baik.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
baik atau buruk. Selain itu, etika juga diharapkan mampu mengembangkan kesadaran
2. Etika perkembangan ilmu pengetahuan dibagi atas dua teori yaitu ilmu bebas
nilai dan tidak bebas nilai. Ilmu bebas nilai berpendapat bahwa ilmu bebas nilai
karena sesungguhnya ilmu itu memiliki nilai dalam diri sendiri dan untuk menjaga
objektivitas ilmiah ilmu pengetahuan. Ilmu tidak bebas nilai berpendapat bahwa
selalu ada kepentingan yang bermain di dalam ilmu itu. Namun, pertimbangan etis
implikasi dari konsep-konsep yang telah dibangun dan menerapkannya secara praktis
maka jadilah sebuah teknologi. Namun hal ini akan mengakibatkan masalah besar
bila dalam mengggunakan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi tanpa
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dari berbagai pihak demi kebaikan pemakalah yang akan datang.
12
DAFTAR RUJUKAN