MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islan yang
diampu oleh Prof. Dr. H. Abdul Majid. M. A
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Daftar isi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dengan melihat berbagai macam
sumber yang ada dimasyarakat. Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Maka dari itu
kami menerima segala bentuk saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat yang
baik bagi kami khususnya dan bagi masyarakat umunya. Semoga juga makalah ini dapat
memberikan sesuatu hal yang positif.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan kemajuan IPTEK di zaman modern berdasarkan kualiatas Sumber
Daya Manusia yang ada.
2. Mengidentifikasi dampak positif dan negatif IPTEK terhadap moral kehidupan
masyarakat Indonesia.
3. Menganalisis dampak kemajuan IPTEK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPTEK
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan
(sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek (Agus,
1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya
(dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan
akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan
muamalah dan uqubat/sistem pidana) (An-Nabhani, 2001).
Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi
yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma (Yahya Farghal, 1990: 99-
119):
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari
kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan
mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis
(berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun
dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma
ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama
berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang
secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan
memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat
orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan:
Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless world, just as it is the
spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people.
(Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa,
sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi
rakyat) (Lihat Karl Marx, Contribution to The Critique of Hegels Philosophy of Right, termuat
dalam On Religion, 1957:141-142) (Ramly, 2000: 165-166).
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali
dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide
dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994: 112). Paham
Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan
yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan
yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri (Ramly, 2000:
110).
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar
dan pengatur kehidupan.Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah
fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada
pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang
mencakup dan meliputi segala sesuatu (Yahya Farghal, 1994: 117).
Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan
seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi
sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang
dapat dilihat pada masa kejayaan iptek Dunia Islam antara tahun 700 1400 M. Pada masa inilah
dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi (w. 780)
sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan
matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin
Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi (Tentang kejayaan
iptek Dunia Islam lihat misalnya M. Natsir Arsyad, 1992; Hossein Bahreisj, 1995; Ahmed dkk,
1999; Eugene A. Myers 2003; A. Zahoor, 2003; Gunadi dan Shoelhi, 2003).
Manusia telah meninggalkan essensi dari iptek itu sendiri bahwasanya iptek merupakan
pengembangan dari keimanan, yaitu ketaatan kita kepada Sang Khalik yang memerintahkn
manusia untuk mencari ilmu. Seharusnya iptek yang dikembangkan manusia itu mampu
meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Manusia
harus mengendalikan dan mengarahkan perkembangan iptek kepada jalur yang digariskan Allah
SWT. Akan tetapi realita yang ada ternyata perkembangan iptek membuat manusia lepas dari
jalan-Nya, bahkan dikendalikan oleh penemuan manusia itu sendiri. Kelemahan inilah yang
akhirnya menyebabkan iptek menjadi bumerang bagi kita.Berbagai dampak negatif pun hadir
seiring den gan pesatnya perkembangan iptek.
Diantara dampak negatif yang muncul, yaitu:
a. Meningkatnya aksi terorisme yang memanfaatkan kemudahan akses komunikasi dan perakitan
senjata atau bom.
b. Penggunaan informasi dan situs tertentu, seperti kasus penyebaran pornografi yang semakin
marak saat ini.
c. Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer seperti kerusakan komputer
karena terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer yang dapat
menyebabkan stres karena teknologi.
d. Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai
dengan yang dibutuhkan.
e. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan
generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas
yang bermental "instant".
f. Asimilasi kepribadian pria dan wanita.
g. Bertukarnya peran antara pria dan wanita.
h. Dekadensi moral.
i. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat seiring dengan
semakin lemahnya kontrol sosial masyarakat.
j. Individualistis yang semakin parah.
k. Penyalahgunaan pengetahuan.
Moral dan akhlak terpuji yang selama ini melekat kental pada umat Islam Indonesia,
mulai tertindas oleh kemajuan teknologi.Hal itu dibuktikan, dengan banyak generasi muda yang
gemar mengakses situs porno dan menjadi budak narkoba.
"Situs porno kini menjadi kegemaran anak-anak usia 11 sampai 15 tahun, sementara
sekitar 1200 orang per-bulan anak-anak, remaja - generasi bangsa kita menjadi korban narkoba
atau shabu-shabu sejenisnya. Ini tantangan dan tidak bisa dibiarkan. Tantangan yang dihadapi
saat ini baik situs porno maupun narkoba jauh lebih berbahaya dan lebih kejam dari terorisme.
Sebab pengecernya terjun langsung ke masyarakat, menyusup secara professional ke rumah-
rumah, komunitas kampussampai sekolah berbasis Islam. Akibat kemajuan, perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih sekarang ini dikhawatirkan akan merubah,
bahkan menghancurkan nilai-nilai akhlak, etika dan moral serta iman yang selama ini mengental
pada umat di negeri yang mayoritas penduduk muslim.
Kita juga harus menyoroti tayangan televisi banyak yang kontra produktif, seperti
tayangan-tayangan televisi yang digemari anak-anak dan remaja, disajikan pada saat menjelang
magrib sampai larut malam. Ini sangat berbahaya, karena akibat pengaruh tontonan TV tersebut,
lambat laun mereka akan meninggalkan salat dan ibadah lain yang selama ini setiap malam
dilakukan di rumah-rumah umat Islam.
Belum lagi, kecenderungan trend membuka aib kepada masyarakat umum melalui
tayangan program infotainment. Keterdesakan ekonomi yang dialami sebagian besar penduduk
Indonesia saat ini sering kali menyebabkan masyarakat nekat melakukan apa pun, termasuk
menjual akidahnya hanya dengan beberapa bungkus mie instan atau dua liter beras atau diberi
hadiah jabatan struktural.
Berbagai macam sarana komunikasi dan transportasi diciptakan untuk mempermudah
segala urusan kehidupan.Sehingga dunia laksana satu daratan yang bisa dijangkau dengan mudah
dalam waktu sekejap tanpa menyisakan letih dan lelah. Padahal enam puluh tahun yang lalu,
sarana komunikasi dan transportasi masihlah minim. Segala sesuatu ditempuh dengan waktu
yang sangat lama.Namun saat ini semuanya serba instant.Hubungan jarak jauh bisa dilakukan
tanpa jeda waktu.Karena komunikasi dan transportasi semakin canggih serta teknologi semakin
mutakhir.
Namun yang harus diwaspadai, di tengah gemerlapnya eksploitasi teknologi dan
gencarnya penjajahan moral yang dilakukan para kapitalis, terutama di negara-negara
berkembang dan negara-negara Islam, maka semua pihak harus mengetahui racun dan virus
berbahaya yang diselipkan dalam kecanggihannya. Racun atau virus itu sungguh mudah
menjangkiti kita semua. Apabila kita sudah merasakan, maka sendi-sendi moral kita lambat laun
akan rontok seperti ruas-ruas jemari yang berjatuhan terkena lepra ganas. Tapi seringkali
penyakit yang sangat berbahaya itu tidak nampak karena mata kita terlalu silau oleh
kecanggihannya.
Saat teknologi telepon semakin canggih, harga pesawat telepon dan perangkat
elektronik semakin murah, serta jaringan pemasaran distribusinya sudah merambah hingga
pelosok-pelosok daerah, maka penyakit itu pun semakin rapat mengepung kita. Dengan
teknologi handphone berkamera, lahirnya fasilitas 3G, chatting melalui internet dan komputer
berkamera, maka hubungan langsung antara manusia pun semakin menganga lebar. Pembicaraan
lewat media tersebut seperti sudah tidak menyisakan sekat-sekat lagi. Orang yang diajak bicara
sudah jelas terpampang di depan mata. Apa yang ditampilkan di kamera, itulah keadaan lawan
bicara yang sesungguhnya. Gambar si dia yang sedang manja, senyumnya yang menggoda,
desah suaranya yang membuat terlena, dapat dengan mudahnya dinikmati dengan fasilitas
komunikasi semacam ini.
Maka ketika batasan moral sudah semakin memudar dan hilang. Saat pengawasan dari
orangtua semakin renggang, para pemuda dan pemudi pun semakin leluasa berhubungan dengan
kamuflase teknologi tersebut. Mereka dengan mudah membuat janji berbicara mesra dengan
pasangan untuk mengelabui orang tua guna bertemu berdua untuk khalwah elektronik. Sungguh
sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan murahnya pulsa.
Anak-anak ABG, bahkan yang telah dewasa sekalipun dengan mudah terjebak dalam
kubangan lumpur kehinaan semacam ini. Apalagi kalau sudah tidak memiliki filter agama yang
kuat. Maka pada akhirnya hubungan bebas oleh dua pasangan yang belum semestinya, semakin
mudah dilakukan. Akibatnya adalah aib, kehormatan melayang, serta suramnya masa depan.
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa alat untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik, (2)
naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun
sosial, (3) pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan penghantar
untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan
kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya, (5) hati nurani, suatu kemampuan manusia
untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang
sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam
dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi
perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok; (1)
Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-
hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang
bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar
dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK
Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi
yang mengintrodusir istilah islamisasi ilmu pengetahuan. Dalam konsep Islam pada dasarnya
tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sehingga IPTEK
menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah
bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas,
martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa
manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas hakekat penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah
sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila (1)
mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat
merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama, (4)
dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.
KESIMPULAN
IPTEK adalah hasil karya manusia. Karya tersebut pada dasarnya dipergunakan untuk
membantu keperluan manusia dalam menghadapi kehidupannya. Tetapi, pada kenyataanya
IPTEK tersebut ada saja yang memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu yang berdampak
negatif. Dampak tersebut diantaranya adalah pemakaian internet yang meluas dalam menggali
informasi dan situs tertentu, seperti kasus penyebaran pornografi yang semakin marak saat ini,
tayangan televisi yang banyak menampilkan acara kontra produktif, sampai akibat yang
ditimbulkan oleh produk IPTEK seperti Kloning dan Bayi Tabung. Disini di perdebatkan bahwa
apakah produk-produk IPTEK seperti bayi tabung dan kloning merupakan hal yang dibenarkan
dalam Islam? Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan
induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia.
Sedangkan proses bayi tabung merupakan proses yang di gunakan dengan metode antara sel
sperma suami dengan sel telur isteri. Selain itu dampak negatif dari berkembangnya iptek adalah
pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris. Penggunaan informasi tertentu dan situs
tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalah gunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat
dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek
mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang
muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap
kehidupan umat manusia. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak
kemudahan, serta berbagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang
teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang di bawa oleh inovasi inovasi
yang telah di hasilkan dalam dekade terakhir. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan
kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.
Namun, selain dampak negatif, perkembangan iptek pun mempunyai dampak yang positif
badi umat. Diantaranya, dengan berkembangnya iptek, kemajuan di bidang jaringan internet
telah memudahkan kita untuk mengakses informasi dengan cepat dan biaya yang sangat ringan.
Kemajuan di bidang komunikasi juga telah membuat perdagangan internasional menjadi semakin
mudah dan cepat. Penemuan telepon genggam telah memudahkan kita untuk menghubungi
seseorang di mana saja ia berada atau dari mana saja kita berada.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok
kembali. Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang
sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam
dengan perkembangan tersebut, sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang
dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan
manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK
yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya
IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan
bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
(3) dapat memberikan pedoman bagi sesama, (4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam
konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung
manfaat dalam arti luas.
.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan, Mansoer. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta : DIKTI
Munawar, Ahmad Anees. 1995. Islam dan Masa Depan Biologis Umat Manusia, Etika
Gender, Teknolog. Bandung: Mizan.