Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH IPTEKNI DALAM ISLAM

Disusun oleh :

Dwita Adinda Yusri

22349022

Dosen Pengampu :

Yulizar Bila, M.Ed

DEPARTEMEN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan IPTEK di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia. Perkembangan IPTEK
merupakan hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan IPTEK.

Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk IPTEK. Sukar untuk dibayangkan
manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk IPTEK. Keperluan hidup harian manusia
modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi,
sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak
terlepas dari produk IPTEK

Kita mengakui bahwa IPTEK memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan
tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan IPTEK telah memberikan
bermacam-macam kemudahan pada manusia. Dan Islam berperan penting dalam perkembangan
IPTEK, bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun
juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Dengan
IPTEK dalam Islam, kita perlu mengembangkan potensi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan
tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber
daya alam yang beranekaragam diciptakan untuk kita semua.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian IPTEK dan seni?

2. Bagaimana integrasi iman, ilmu, teknologi dan seni dalam Islam?

3. Apakah keutamaan orang yang berilmu?

4. Apakah tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian IPTEK dan Seni.

2. Mengetahui pandangan Islam terhadap integrasi iman, ilmu, teknologi, dan seni.

3. Mengetahui peran utama orang yang berilmu.

4. Mengetahui tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK dan Seni


1. IPTEK

Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah sesuatu yang
sangat berkaitan dengan teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, ilmu dengan pengetahuan
sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistemasi dan di
interpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara
ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca
indra, instuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan
manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal.
(Saifulloh,2009).

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang
menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan
dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Kata teknologi sering menggambarkan
penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan.

Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam
bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan( dan
pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan
teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.

Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki
karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki
potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.

Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan
tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat
abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada
pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena
bersumber dari akal pikiran manusia.

Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan saja
mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina
peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia
terlebih lagi di akhirat kelak.

Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup
bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun manusia
memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita
harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang membawa
kebahagiaan di akhirat.
2. Seni

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya
memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai keTuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam jiwa
seseorang. Jadi, apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu dalam dan
membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap arti kata seni
dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan
mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata
“SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di
Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi
salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-
Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan
keindahannya.

3. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni

Dalam pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yg disebut dinul Islam.

Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak(iman ,ilmu, dan
amal shalih). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25)

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik(Dinul
Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi)dan cabangnya menjulang
ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dg seizin Tuhannya.Allah membuat
perumpamaan –perumpamaan itu agar manusia selalu ingat.

Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman
diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan
dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/ cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak
akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi
malapetaka bagi kehidupannya sendiri. (M. Saifulloh, 2009).
B. Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan karena dibekali
dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal, dengan akal manusia mampu
melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bagi orang yang berakal dan
senantiasa bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab
(Qs. Ali imron:190).

Tentang keutamaan orang yang berilmu, di dalam Al-Qur’an surat Al Mujadalah:11, Allah
menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan
Allah berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin
mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin
meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha
Allah semata.

Dan kelebihan mereka yang beriman lagi berilmu dibandingkan orang yang beriman tapi tidak
berilmu sangat nampak dalam hadits Abu Ad-Darda` di atas yaitu:

1. Dia akan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka.

2. Segala sesuatu akan memintaampunkan dosanya kepada Allah mulai makhluk yang berada di
bawah lautan sampai makhluk yang ada di atas langit (para malaikat).

3. Dia diibaratkan sebagai bulan yang menerangi alam semesta, sementara orang yang hanya
beriman tapi tidak berilmu hanya diibaratkan sebagai bintang yang hanya menerangi dirinya sendiri.

4. Mereka adalah pewaris para nabi, dan cukuplah ini menunjukkan keutamaan mereka.

5. Dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain, yang dengannya pahala akan terus mengalir
kepadanya -sampai walaupun dia telah meninggal- selama ilmu yang diajarkan masih diamalkan oleh
orang-orang setelahnya.

Dan kelima perkara ini tidak akan didapatkan oleh orang yang hanya beriman tapi tidak
berilmu (ahli ibadah). Karenanya sangat wajar sekali kalau Allah tidak menyamakan kedudukan orang
yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu karena mereka adalah mujahid yang memperbaiki
dirinya, memperbaiki orang lain, dan melindungi agama Allah dari setiap perkara yang bisa
merusaknya, berbeda halnya dengan ahli ibadah yang kebaikannya hanya terbatas pada dirinya.

Imam Az Zamakhsyari mengutip sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan orang-orang


berilmu dari orang-orang yang tidak berilmu.

"Jarak antara seorang alim (orang yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang tidak
berilmu) adalah seratus derajat/tingkat. Jarak diantara dua tingkat itu adalah perjalanan kuda selama
70 tahun" (HR Abu Ya'la dan Ibnu Adi).

"Keutamaan seorang alim atas seorang abid bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh
bintang-bintang" (HR Ashabu as-Sunan)

"Pada hari kiamat nanti ada tiga golongan yang akan memberi syafa'at, para nabi, lalu para
ulama, lalu para syuhada" (HR Ibnu Majah, Abu Ya'la, Ibnu Adi, al Aqili dan al Baihaqi).

Kata Az Zamakhsyari, agungnya martabat orang-orang berilmu berdasarkan kesaksian


Rasulullah adalah berada diantara para nabi dan para syuhada. Kini jelaslah bahwa ilmu menjadi sebab
naiknya derajat seseorang, bukan nilai rapor, gelar-gelar akademis, ijazah atau sertifikat.
Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Keduanya saling
membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat.

Maka dari itu, kita harus menguasai IPTEK, dan memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk
meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran
IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan
bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat
membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi
sesama, (4) dapat menyelesaikan persoalan umat.

C. Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai ‘abdun’ (hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah dibumi. Esensi “abdun’ adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan Allah sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Keengganan manusia
menghambakan diri kepada Allah swt sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas
anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan
kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal dan keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada
Allah akan mencegah kehambaan kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.

Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai
alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan bukan pada
kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah, serta berfungsi sebagai khalifah/wakil Allah
dimuka bumi agar manusia mampu mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam
dan lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi,
menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, akan tetapi
manusia juga harus dapat menyadari terlebih dahulu bahwa potensi sumber daya alam akan habis
terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah
untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat
manusia.

Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah
tangan manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjanjian kepada Allah. Mereka
tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas unuk menjaga dan melestarikan alam ini.

Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi alam ini secara
berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu saja.
Untuk itu dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa
kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk menghadapkannya dengan tuntutan
kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia akan sadar akan keterbatasannya yang menurut
ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah
beribadah secara langsung maupun dalam kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam”
perpaduan antara ibadah dan khalifah akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang
selamat di dunia dan di akhirat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi
sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah.

Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si pencipta teknologi
tersebut.Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik, maka tidak akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga teknologi tersebut dapat
bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai macam teknologi yang ada, harus
mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari teknologi
tersebut. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah
serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya.

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya serta merupakan
ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Seni yang
lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan
budi.

Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam
yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan
amal shaleh atau ikhsan.

Bagi orang-orang yang berilmu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan,
harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia
harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya dengan
keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.

Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat
bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara
alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai