Anda di halaman 1dari 16

KEDUDUKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

DALAM AGAMA ISLAM

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Agama Islam pada semester genap tahun
Akademik 2020-2021

Oleh
Dafid Fadella : 102219088

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2021

0
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Kedudukan
Iman, Islam dan Ihsan dalam agama Islam” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari
lebih mendalam mengenai tentang Iman, Islam dan Ihsan dalam agama Islam,serta
kedudukannya dalam agama islam agar menjadi tuntunan dan ajaran hidup bagi kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penulis berharap tugas makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.

Jakarta, 5 Februari 2021

Penulis
( Dafid Fadella-102219088 )

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.1 Latar belakang……..................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................3
1.3 Metode Penulisan.…................................................................................................4
1.4 Sistematika
Penulisan……………………………………………………………...4
BAB II
PEMBAHASAN……………............................................................................4
2.1 Pengertian Iman, Islam dan
Ihsan.............................................................................4
2.2 Hubungan Iman, Islam dan Ihsan............................................................................7
2.3 Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan............................................................................8
2.4 Kedudukan Iman, Islam dan Ihsan..........................................................................8
BAB III
PENUTUP………………………………......................................................14
3.1 Kesimpulan….……...............................................................................................14
3.2
Saran……………...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….,15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai muslim kita tentu ingin menjadi seorang muslim yang sejati. Untuk itu seorang
muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah bukan hanya mementingkan satu aspek
dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya, tetapi kita sebagai seorang muslim harus
memahami aspek-aspek yang terpenting dalam agama islam, salah satunya adalah aspek
iman,islam dan ihsan. Dengan begitu kita bisa memahami kedudukan dari iman.islam dan ihsan
dalam agama islam.
Agama Islam ada tiga tingkatan,yaitu Iman,Islam dan ihsan. Dan setiap tingkatanya
mempunyai Rukun-rukun tertentu. Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang
dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan
yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya
berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, Rosul-rosulnya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan
amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena
kemaksiatan.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai
atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan
adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul
karimah.

1,2 TUJUAN PENULISAN


1) Untuk memperkuat keyakinan dan pengabdian kepada Allah SWT

3
2) Untuk menguatkan karakter, mendisiplinkan diri dan peranannya sebagai wakil dan
hamba yang dipercaya Allah SWT
3) Untuk dijadikan sebuah pembelajaran untuk kita semua dengan mengetahui kedudukan
iman,islam dan ihsan agar dapat menyempurnakan amal dan ibadah kita kepada Allah
SWT.

1.3 METODE PENYUSUNAN MAKALAH


Metode penyusunan dan penulisan makalah adalah melalui pencarian studi pustaka
dimana penulis mengambil beberapa materi yang berhubungan dengan tema pada makalah
dengan beberapa referensi buku dan jurnal. Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan
makalah ini benar-benar dapat dipahami oleh para pembaca sehingga materi pembelajaran yang
tertuang pada makalah ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 SISTEMATIKA PENYUSUNAN MAKALAH


Urutan dan sistematika pembahasan makalah ini adalah mengikuti kelaziman yang
digunakan dalam menulis makalah, yakni dengan sistematika penulisan secara umum sebagai
berikut :
 Pendahuluan
 Pembahasan
 Penutup

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN, IHSAN, DAN ISLAM


2.1.1 Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) “amana”.
yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.Imam al-Ghazali
mengartikannya dengan : “pembenaran”.Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi : “ Iman
ialah pembenaran dengan hati”.Menurut Imam Abu Hanifah: “ Iman ialah mengikrarkan (dengan
lidah) dan membenarkan (dengan hati)”.Menurut Hasbi As-Shiddiqy : “ Iman ialah
mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota
tubuh”.Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dengan: “Ucapan diiringi dgn
ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”.
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan
amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena
kemaksiatan.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah
satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara
beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan
akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang
melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima

5
pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau
kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak
bertambah dan tidak berkurang. Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka
perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman
yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba
Allah yang ihsan nantinya. Keenam Rukun Iman tersebut adalah:
a) Beriman kepada Allah Swt
b) Beriman kepada Malaikat
c) Beriman kepada Kitab-kitab
d) Beriman kepada para Rasul
e) Beriman kepada Hari Akhirat
f) Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah

2.1.2 Islam
Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “salima” yang
mengandung arti “selamat”, “sentosa”, dan “damai”. Dari kata “salima” selanjutnya diubah
menjadi bentuk “aslama” yang berarti “berserah diri masuk dalam kedamaian”. Oleh sebab itu
orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim. Secara
istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
a. Imam nawawi dalam syarh muslim : “Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat
secara zahir”.
b. AbA’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan
memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan
taat kepada Allah.
c. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah
SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Jadi di simpulkan Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri
(kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa
melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan
keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Alloh, maka ia seorang
muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan selain Allah maka ia seorang
musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir
yang sombong. Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits yang
artinya:

6
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah
memberi kabar kepada kita dari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : Rasul saw.
Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan
zakat, hajji dan puasa ramadhan”.
Seperti sabda rasul saw di atas bahwa rukun islam itu ada lima yaitu :
1) Membaca dua kalimat Syahadat
2) Mendirikan sholat lima waktu
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Romadhon
5) Haji ke Baitulloh jika mampu.

2.1.3 Ihsan
Ihsan berasal dari kata “hasana yuhsinu”, yang artinya adalah “berbuat baik”, sedangkan
bentuk masdarnya adalah “ihsanan”, yang artinya “kebaikan”.Allah Swt. Berfirman dalam Al-
qur’an mengenai hal ini.”... Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri . . .”(Al-isra’:7)
Menurut bahasa Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
darinya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah SWT.
Rasulullah SAW Pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-
ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang
mulia. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas
akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian
terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam,
dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih .
Hadits ini menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril – yang
menyamar sebagai seorang manusia mengenai islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril pergi,
Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, “ inilah jibril yang datang mengajarkan kepada
kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebutkan ketiga hal diatas sebagai agama, dan bahkan
Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-qur’an.

2.2 HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN


Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

7
Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya
adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut
tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus
bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan. Di dalam Al-qur’an juga
disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3
dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :
QS Al-Maidah ayat 3 :
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah
menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang benar
bagi kalian”.
QS Ali-Imron ayat 19 :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang
artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang beragama-Islam dan
menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya dan meninggalkan
segala yang dilarang oleh syariat Islam.

2.3 PERBEDAAN ANTARA IMAN, ISLAM, DAN IHSAN


Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya
sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan
dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan
pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal
iman dan islamnya.
Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam
adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah
amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya
(yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam.
Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak
akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih
spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin
adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhslim.

2.4 KEDUDUKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN DALAM AGAMA


ISLAM

8
2.4.1 Kedudukan Iman
Iman dalam Islam menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman
adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah sah dan
diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surah An-Nisa’ 124
“Barangsiapa yg mengerjakan amal-amal shaleh baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang
yg beriman maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.” Juga dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 “Dan barangsiapa yg menghendaki
kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dgn sungguh-sungguh sedang ia adl mu’min maka
mereka itu adl orang-orang yg usahanya dibalasi dgn baik.”
Disebutkan dalam hadits dari Al-Bara’ ibn ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu bahwa ada seorang
non muslim datang dgn bertopeng sambil membawa sepotong besi kemudian memohon kepada
Rasulullah SAW agar diperkenankan pergi bersama kaum Muslimin utk ikut berperang. Maka
beliau bersabda kepadanya “Masuklah Islam kemudian pergilah berperang!” Lalu iapun masuk
Islam dan ikut pergi berperang sehingga terbunuh. Nabi SAW bersabda “Dia beramal sedikit
tetapi dibalas dgn pahala yg banyak.” .Disebutkannya iman dalam Al-Qur’an lebih dari 840 kali
tiada lain menunjukkan posisi dan kedudukannya dalam Islam menurut Allah SWT.

 KORELASI ANTARA IMAN DAN ISLAM


Iman dan Islam adalah dua sejoli yg tidak boleh dipisahkan. Kedua-duanya ibarat dua sisi
uang logam. Tidak ada Iman tanpa Islam dan tidak ada Islam tanpa Iman. Tetapi dgn demikian
bukan berarti Islam itu adalahIman dan Iman adalahl Islam..Iman apabila disebutkan bersama-
sama dengan Islam maka menunjukkan kepada hal-hal batiniah seperti :
1) Iman kepada Allah SWT
2) Iman kepada Malaikat
3) Iman kepada Kitab-kitab Allah
4) Iman kepada Rasul
5) iman kepada hari akhir
6) Iman kepada Qada dan Qadar.
Dan Islam apabila disebutkan bersama-sama degan Iman maka menunjukkan kepada hal-
hal lahiriah seperti :
1) Syahadat
2) Shalat
3) Puasa
4) Zakat
5) Pergi haji (bagi yang mampu)
Namun Iman apabila disebutkan tersendiri tanpa dengan Islam maka mencakup pengertian
Islam dan tidak terlepas darinya; karena iman menurut definisinya adalah Keyakinan ucapan dan
perbuatan. Demikian pula Islam apabila disebutkan tersendiri tanpa dgn Iman maka mencakup

9
pengertian Iman dan tidak boleh dipisahkan darinya. Karena Islam pada hakekatnya yaitu
Berserah diri lahir dan batin kepada Allah SWT dgn mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dasarnya Al-Anfal 2 - 3 Al-Mu’minun 1 - 9 dan Al-Imran 19 85.

2.4.2 Kedudukan Islam


Gambaran fenomena manusia beragama, sebenarnya tidak sesederhana kita pahami
selama ini yang hanya melihat secara proper noun atau dataran kebahasaan seperti misalnya di
Indonesia agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Akan tetapi sangat bermanfaat bagi kita
untuk menggali lebih jauh dan mendasar hakikatnya atau disebut abstrak noun. Jadi
menganalogikan suatu agama tidak hanya dilihat dari segi bahasa, karena tidak dapat dihindari
kenyataan pluralitas agama dari segi bahasa akan memunculkan klaim kebenaran yang sering
kali melekat pada sebutan agama yang masih dalam dataran proper noun.
Hal ini terjadi disebabkan kurang dikenalnya wilayah abstrak noun yang menjadi
landasan ontologis dari keberadaan proper noun sebutan agama. Dalam hal, tidak sah truth claim
muncul hanya karena perbedaan cara pengungkapan dari segi bahasa sebelum mengenal lebih
dalam esensi dari agama tersebut. Pada dasarnya religiositas atau keberagamaan manusia pada
umumnya bersifat universal infinite (tidak terbatas, tidak tersekat-sekat) trashistoris (melewati
batas-batas pagar batas kesejarahan manusia). Namun religiositas yang mendalam atau bersifat
abstrak, pada hakikatnya tidak akan dapat dipahami tanpa sepenuhnya terlibat dalam bentuk
religiositas yang konkret, terbatas, tersekat, atau terkurung ruang dan waktu tertentu secara
subjektif. Kedua dimensi yakni proper noun atau dataran bahasa dan abstrak noun atau hakikat
agama mempunyai sifat yang dialektis saling melengkapi, mengokohkan dan bahkan saling
mengkritik dan mengontrol.
Dalam hal ini, dapat dilihat posisi suatu agama terhadap agama lain, seperti Islam
kedudukannya di antara agama-agama lainnya adalah sebagai berikut:
1) Dilihat dari ciri khas Islam yang paling urgen adalah menyuruh para pemeluknya
beriman dan mempercayai agama besar selain Islam, yang datang sebelumnya
diturunkan dan wahyukan oleh Allah melalui para rasul. Ini merupakan salah satu rukun
Iman yang wajib dipercayai oleh setiap muslim bahwa Allah telah mengutus nabi
sebelum Muhammad dengan risalah yang dibawanya. Hal ini dapat dilihat dari firman
Allah dalam surah al-Baqoroh, Artinya: Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Berdasarkan ayat tersebut, terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam di antara
agama-agama yang lain dari sudut keimanan adalah agama yang meyakini dan
mempercayai agama-agama yang dibawa oleh rasul sebelumnya. Berbeda dengan agama
Yahudi misalnya yang hanya percaya kepada Nabi bangsa Israil, kristen hanya percaya

10
kepada yesus kristus, agama Budha hanya percaya kepada Budha, agama Majusi hanya
percaya kepada Saraustra, agama Hindu hanya percaya kepada nabi yang muncul di
India. Jadi Islam adalah agama yang meliputi semua agama, dan dalam kitab sucinya
yakni al-qur’an adalah gabungan dari semua kitab suci terutama agama samawi.

2) Posisi islam di antara agama-agama besar di dunia dapat dilihat dari ciri khas
agama Islam yang mempunyai keistimewaan di antara berbagai agama. Selain agama
terakhir Islam adalah agama yang telah disempurnakan oleh Allah, firman Allah SWT:.
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.

3) Posisi Islam di antara agama-agama lain dapat dilihat dari peran agama Islam
yang memiliki tugas besar, di antaranya:
a) Mendatangkan perdamaian dunia dan membentuk persaudaraan di antara
sekalian agama di dunia.
b) Menghimpun segala kebenaran yang ada dalam agama sebelumnya.
c) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada umat sebelumnya dan
disempurnakan dalam agama Islam.
d) Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya belum pernah diajarkan.
e) Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani manusia yang selalu bergerak
maju.

4) Posisi agama Islam di antara agama-agama lain juga dapat dilihat dari sisi
pembaharuan. Setelah datangnya agama Islam, agama dimaknai dengan konotasi positif,
dengan makna bahwa agama tidak hanya ada dalam lingkup akhirat saja, melainkan juga
mencakup kehidupan dunia. Disebabkan dengan kehidupan dunia yang baik, manusia
dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi.

5) Posisi Islam juga terhadap agama lain, dapat dilihat dari sifat yang diajarkan
Islam yang akomodatif dan persuasif. Yakni islam berupaya mengakomodir ajaran-
ajaran dan kepercayaan agama masa lalu, dengan memberikan makna dan semangat baru
di dalamnya. Misalnya ajaran agama sebelumnya berkurban kepada para dewa dan
arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan Islam
dengan menggantikan manusia dengan hewan ternak, tujuan kurban diarahkan sebagai
pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikannya.
Selanjutnya ciri Islam terhadap agama lain adalah bersifat persuasif yakni dari
satu segi Islam menghilangkan hal-hal yang tidak baik, dan mengupayakan agar proses
menghilangkan tradisi demikian tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan.
Islam menggaris bawahi ajaran-ajaran yang dibawa agama terdahulu, dengan
memberikan makna baru yang terdapat di dalamnya. Misalnya dalam agama lain
terdapat pemisahan antara ibadah dan muamalah. Islam dalam hal ini memadukan,
dengan makna bahwa ibadah dapat dimaknai dengan makna yang lebih luas misalnya

11
ibadah haji inti ibadahnya lebih besar bermuatan sosial yaitu menunjukkan persaudaraan
dan solidaritas dengan sesama umat manusia di dunia dengan akhlak mulia.

6) Hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat dari segi moral atau akhlak.
Ditemui bahwa setiap agama mengajarkan akhlak dan moral, sebagaimana juga Islam.
Misalnya dalam agama Hindu terdapat pengendalian terhadap kesenangan. Ajaran ini
menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat
alamiah sesuai dengan kodrat manusia. Ajaran tentang pengendalian hawa nafsu
keduniaan (hedonisme) yang diikuti dengan keharusan melakukan perbuatan bagi
kemanusiaan dan makhluk lain dapat juga dijumpai dalam ajaran Islam yang bersumber
dari al-Qur’an dan sunnah yang artinya : Katakanlah : "Sesungguhnya aku dilarang
menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan
mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah
(pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". Selain itu, ajaran yang
dibawa nabi Musa dalam agama Yahudi yang meliputi:
a) Pengakuan terhadap tuhan yang Maha Esa.
b) Larangan menyekutukan Tuhan dengan apa saja.
c) Larangan menyebut nama Tuhan dengan nama yang sia-sia.
d) Menghormati ayah dan ibu.
e) Larangan membunuh sesama manusia.
f) Larangan berbuat zina .
g) Larangan mencuri .
h) Larangan menjadi saksi palsu .
i) Menahan dorongan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan hak miliknya.
Pernyataan yang sama juga dapat di jumpai dalam ajaran Islam sebagaimana dalam surah
al Israa’ dimulai dari ayat 23 sampai ayat 37 yaitu:
a) Diperintahkan agar beribadah semata-mata hanya kepada Allah.
b) Diperintahkan agar menghormati orang tua, dengan mengasihani pada saat pada saat
orang tua sudah lanjut usia, tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan,merendah
hati dan selalu mendoakan keduanya (al-Israa’ 23-24).
c) Memberi bantuan kepada kerabat karib, orang-orang miskin dan ibn sabil (al-Israa’:26).
d) Dilarang menghambur-hamburkan harta benda tanpa tujuan (mubazir (al-Israa’:26-27).
e) Dilarang bersifat bakhil dan juga tidak bersifat boros, karena keadaan demikian dapat
menimbulkan keadaan yang tercela (al-Israa’:29-30) .
f) Dilarang membunuh anak kandung karena takut miskin (al Israa’:31) dan lainnya.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut nyata bahwa posisi agama Islam di antara agama-agama
yang lain adalah mengoreksi, membenarkan dan melanjutkan sambil memberikan makna baru
dan tambahan-tambahan sesuai kebutuhan zaman.

2.4.3 Kedudukan Ihsan

12
Islam adalah agama yang sangat komprehensif. Agama Islam mengatur umatnya dari
bangun tidur hingga tidur lagi. Semuanya sudah diatur secara jelas di dalam Al-Qur’an, dan
dicontohkan oleh teladan terbaik yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebagai sebuah agama yang
sangat komprehensif, setidaknya terdapat tiga landasan yang ada di dalamnya yaitu Iman, Islam
dan Ihsan. Kata iman dan islam tentu sudah sangat familiar ditelinga kita atau bahkan sering
tertulis di dalam buku yang sering kita baca. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kata
ihsan masih sangat asing di telinga.
Kata ihsan seringkali kita artikan sebagai sebuah kata sifat. Tak jarang juga kata ihsan
disematkan menjadi nama seseorang. Namun, kita sangat jarang mencari definisi sesungguhnya
dari kata Ihsan. Sebagai salah satu dari tiga landasan yang ada dalam agama Islam, maka
menjadi
sangat penting bagi seorang muslim untuk mengetahui definisi Ihsan secara komprehensif.
Seperti mengetahui definisi Iman dan Islam secara komprehensif pula, agar kita dapat menjadi
muslim yang terbaik di mata Allah Swt.
Secara bahasa atau asal usul kata, Ihsan berasal dari bahasa arab yang memiliki arti baik.
Selain itu, kata ihsan merupakan lawan dari kata isa’ah yang memiliki arti mengokohkan,
merapikan, menguatkan dan memberikan manfaat. Nabi Muhammad SAW pun pernah
menjelaskan definisi Ihsan saat malaikat jibril menanyakan. Saat itu, Nabi Muhammad SAW
menjawab, “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila
engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)
Dari jawaban Rasulullah di atas, kita dapat simpulkan bahwa Ihsan adalah saat manusia
sudah dapat dengan yakin dan mantap menyembah Allah Swt, meskipun belum pernah melihat
wujudnya. Ihsan terlihat dari akhlak seseorang kepada Allah Swt. Dimana akhlak ini ditunjukan
dari kepatuhannya kepada Allah SWT, dimana mengikuti ataupun menaati setiap peraturan-Nya
dan menjauhi setiap larangan-Nya. Serta senantiasa yakin bahwa setiap kehidupan manusia
hingga kepada hal kecil, tidak luput dari pengawasan-Nya. Maka dari itu ihsan menjadi sangat
penting, karena menjadi gradasi antara Iman dan Islam. Maka manusia terbaik di mata Allah
adalah manusia yang paling ihsan dalam beribadah dan bermuamalah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (Al-Islam) tidak sah tanpa
iman (Al-Iman), dan iman tidak sempurna tanpa ihsan (Al-Ihsan). Sebaliknya, ihsan adalah
mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa Islam. Ali Bin Abi Thalib
mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan Ikhsan sebagai berikut:
“ Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila
seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah
sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila
seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah
hingga hitamlah (warna) hati”.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum
dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai
keImanan kecuali jika seorang hamba telah mampu mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih
khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku
keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keimanan, jelaslah setiap mukmin
adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Sementara itu, kedudukan pada Ihsan juga begitu penting, Sebab ihsan menjadikan kita
sosok yang mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT. Jika seorang muslim tidak bisa menjaga
ihsannya,maka seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah SWT.
Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam pandangan
islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah SWT sebagaimana yang
telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

3.1 SARAN

14
Dari pembahasan yang dikemukakan diatas. Penulis hanya menyarankan kepada pembaca
agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup.Semoga dengan makalah ini kita bisa mengetahui
kedudukan dari iman,islam dan ihsan yang sesungguhnya sehingga kita semua dapat
menyempurnakan keislaman kita, ibadah maupun amalan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad Abdullah Al Masdosy, dalam buku Depag RI: 2000


2. Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih,
Penulis Yazid Bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor
16001, Cetakan ke-3
3. Yusuf Qordawi (1996 : 16), dalam buku Karakteristik Islam
4. Abu ZakariyyaYahya bin Syaraf al-Din al-Nawawi al-Syafi’iy, Imam alNawawi, Riyadh
al-Shalihin,Indonesia al-Haramian Jaya, 2004,
5. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah. Bandung: PT RemajaRosdakarya. 2008
6. Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman, https://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/intelektual,Volume 9, Nomor 1, April 2019

15

Anda mungkin juga menyukai